View of PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL TERHADAP PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB BARU DI KABUPATEN BOGOR

  PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL TERHADAP PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB BARU DI KABUPATEN BOGOR

  1

  2 Sinta Nuryati , Dedes Fitria

  1 Poltekkes Kemenkes Bandung

  2 Poltekkes Kemenkes Bandung

  (Alamat Korespondensi: sintanuryati21@gmail.com/087770708060)

  ABSTRAK

  Penggunaan Non MKJP pada umumnya memiliki tingkat keberlangsungan (countinuation rate) yang rendah dibandingkan dengan MKJP. Tingginya fenomena pemakaian Non Metode Kontrasepsi jangka Panjang (MKJP) di Indonesia baik pada akseptor KB aktif dan akseptor KB baru dikhawatirkan akan mengakibatkan angka putus pakai yang tinggi. Bila angka angka putus pakai tinggi maka dikhawatirkan lebih banyak terjadi drop out. Hal tersebut akan berkontribusi pada permasalahan

  yang terjadi di Indonesia saat ini yaitu: tingginya Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP), angka Total Fertility Rate (TFR) dan Angka Kematian Ibu

  . Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh faktor internal dan faktor eksternal terhadap pemilihan alat kontrasepsi pada akseptor KB baru di Kabupaten Bogor. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan potong lintang (Cross sectional). Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor pada periode bulan Oktober dan November 2014, Populasi target adalah seluruh akseptor KB baru di wilayah Kabupaten Bogor dengan jumlah sampel sebanyak 170 orang. Pemilihan sampel dengan tekhnik multistage random

  sampling dilanjutkan dengan pemilihan responden secara acak. Variabel independen dalam

  penelitian ini adalah faktor internal dan faktor eksternal, dengan variabel dependen Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP). Uji statistik dilakukan dengan chi- kuadrat dengan kemaknaan p=<0.05. Dari hasil penelitian diketahui faktor internal (umur, pendidikan, status bekerja, jumlah anak, tujuan menggunakan alat kontrasepsi) tidak memengaruhi pemilihan alat kontrasepsi baik MKJP dan Non MKJP dengan nilai p=>0.05..

  Faktor eksternal (dukungan suami) memengaruhi pemilihan alat kontrasepsi baik MKJP dan Non MKJP dengan nilai p=<0.05.Kesimpulan faktor internal (umur, pendidikan, status bekerja, jumlah anak, tujuan menggunakan alat kontrasepsi) tidak memengaruhi pemilihan alat kontrasepsi baik MKJP dan Non MKJP. Faktor eksternal (dukungan suami) memengaruhi pemilihan alat kontrasepsi baik MKJP dan Non MKJP Kata kunci: Faktor Internal, Faktor Eksternal, Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non

  Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) PENDAHULUAN wanita. (BKKBN, 2012) Apabila laju Jumlah Penduduk Indonesia berdasarkan pertumbuhan penduduk ini tidak dikendalikan,

  sensus penduduk pada tahun 2010 adalah maka bisa terjadi ledakan penduduk (baby sebanyak 237,6 juta jiwa. Jumlah tersebut boom). (Dasar, 2011) menempatkan Indonesia di urutan keempat Selain masalah tingginya Laju jumlah penduduk terbesar didunia. Jumlah Pertumbuhan Penduduk dan tingginya angka penduduk Indonesia yang besar ini akibat dari kelahiran total atau Total Fertility Rate(TFR), tingginya Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Indonesia juga masih menghadapi masalah dan tingginya angka Kelahiran Total atau Angka Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan SDKI

  Total Fertility Rate(TFR). (BPS,2010) 2012 Angka Kematian Ibu justru meningkat

  Saat ini Laju pertumbuhan Penduduk (LPP) yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Salah Indonesia yaitu 1,49 persen dan angka satu upaya yang dapat dilakukan dalam untuk Kelahiran Total atau Total Fertility Rate(TFR) mengatasi masalah tersebut diatas adalah

  yaitu 2.6 per Wanita Usia Subur. Angka dengan penguatan pelayanan Program

  tersebut masih jauh dari Target Rencana Keluarga Berencana melalui penggunaan

  United Nation Family Planning Pembangunan Jangka Menengah Nasional kontrasepsi. Association (UNFPA), menyebutkan bahwa

  (RPJMN) tahun 2009-2014 yaitu tercapainya laju pertumbuhan penduduk (LPP) sebesar 1,1 satu (1) dari tiga (3) kematian yang persen dan tingkat fertilitas 2,1 anak per berhubungan dengan kehamilan atau

  632

  633

  melahirkan bisa dihindari jika semua wanita memiliki akses terhadap layanan kontrasepsi. Dalam mengatasi masalah pertumbuhan penduduk yang tinggi, pemerintah telah menerapkan kebijakan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien diantaranya adalah pengunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Menurut WHO dan American College of Obstetricians

  dan Gynecologist (ACOG) bahwa Metode

  Kontrasepsi Jangka Panjang merupakan metode kontrasepsi yang paling efektif . Bila dilihat dari data justru terdapat kecenderungan pola pemakaian kontrasepsi yang dinilai tidak rasional, dimana dari

  57.9 persen Contraceptive Prevalence Rate (CPR), sebesar 47.3 persen menggunakan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) dan hanya 10.6 persen yang menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Pola penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang ini bahkan cenderung menurun yaitu 18.7 persen pada tahun 1991 menjadi 10.6 persen pada tahun 2012. Tingginya penggunaan Non MKJP juga terjadi pada akseptor KB baru yaitu sebesar 82. 48 persen, sedangkan yang menggunakan MKJP hanya sebesar 17,52 persen padahal secara nasional target MKJP adalah 27 persen. (SDKI, 2012) Berdasarkan hasil mini mengungkap bahwa cukup banyak akseptor KB yang menggunakan cara KB dengan tidak rasional (tidak sesuai dengan umur ibu, jumlah anak yang diinginkan dan kondisi kesehatan ibu). Kecenderungan pola penggunaan KB Non MKJP juga terjadi di Propinsi Jawa Barat. Sepanjang tahun 2012 ternyata lebih dari 80 persen akseptor KB baru di Jawa Barat memilih menggunakan Non MKJP. Pengguna Non MKJP ini didominasi oleh kontrasepsi suntik yaitu sebesar 52 persen dan kontrasepsi pil sebesar 28.53 persen. (Warta Kencana, 2012). Demikian juga pola penggunaan kontrasepsi di Kabupaten Bogor yang memiliki akseptor KB aktif terbanyak di Propinsi Jawa Barat, akseptor KB yang menggunakan Non MKJP yaitu 87.7 persen, sedangkan akseptor KB yang menggunakan MKJP hanya 12.3 persen. Angka tersebut menempati posisi terendah di Propinsi Jawa Barat. (Profil Kesehatan Povinsi Jabar, 2012) Pola kecenderungan penggunaan Non MKJP juga terjadi pada akseptor KB baru di Kabupaten Bogor. Sebagian besar akseptor KB baru, sebesar 92.7 persen memilih menggunakan Non MKJP, dan sisanya hanya 7.3 persen menggunakan MKJP. Jumlah pengguna MKJP pada akseptor KB baru ini yang menempatkan Kabupaten Bogor sebagai urutan ke 2 terendah setelah

  Kabupaten Indramayu.(Profil Kab Bogor, 2013). Penggunaan Non MKJP pada umumnya memiliki tingkat keberlangsungan (countinuation rate) yang rendah dibandingkan dengan MKJP. Walaupun masing-masing jenis kontrasepsi memiliki tingkat efektivitas yang hampir sama bila digunakan secara benar (perfect use) akan tetapi efektivitas kontrasepsi terutama kontrasepsi jangka pendek dipengaruhi oleh perilaku, tingkat sosial budaya pemakainya.(BKKBN, 2012 ) Tingkat keberlangsungan (countinuation

  rate) yang rendah dari Non MKJP bisa dilihat dari data tingkat putus pakai atau drop out.

  Tingkat putus pakai atau drop out Non MKJP cukup tinggi yaitu 40.7 persen pada pengguna pil dan 24.7 persen pada pengguna suntik. Berbeda dengan MKJP, tingkat putus pakai atau drop out nya lebih rendah, seperti implant sebesar 7.9 persen dan IUD sebesar 5.7 persen. (Pofil penduduk perempuan, 2012) Dengan melihat angka putus pakai yang tinggi pada pengguna Non MKJP, maka dikhawatirkan lebih banyak terjadinya drop

out.

  Hal tersebut mempunyai kontribusi dalam stagnannya Total Fertility Rate (TFR) dan pada akhirnya berdampak masih tingginya Angka Kematian Ibu di Indonesia .(BKKBN,

  2012) Rendahnya pemakaian MKJP di diantaranya faktor internal (umur, pendidikan, status bekerja, jumlah anak, tujuan menggunakan alat kontrasepsi) serta faktor eksternal (keluarga diantaranya dukungan suami, masyarakat dan petugas) (Asih, 2009) Berdasarkan hal tersebut, mendorong peneliti untuk mengetahui faktor-faktor yang berperan dalam pemilihan alat kontrasepsi (MKJP dan Non MKJP) pada akseptor KB baru di Kabupaten Bogor.

BAHAN DAN METODE

  Lokasi, Populasi dan Sampel

  Penelitian ini merupakan studi analitik yang menjelaskan pola kausalitas atau fungsi sebab akibat dari variabel terhadap variabel lain. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan potong lintang (Cross sectional).

   Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor

  pada periode bulan Oktober dan November 2014, Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB baru. Kemudian yang menjadi populasi target dalam penelitian ini dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB baru di wilayah Kabupaten Bogor. Berdasarkan rumus maka diperoleh sampel sebesar 166 orang dan dibulatkan menjadi 170 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan tekhnik Multistagerandom sampling di 3 wilayah pembangunan Kabupaten Bogor.

HASIL PENELITIAN

  47.5

  43.3

  13

  1-2

  Jumlah anak

  52.5 59 100

  31

  28

  56.7 30 100 >3

  70 63.1 111 100 Tidak Bekerja

  36.9

  41

  Bekerja

  Status Bekerja

  83.4 6 100

  17

  56

  16.6

  31.1

  75 4 100

  3

  25

  1

  68.9 74 100 Menjarangkan < 2 tahun

  51

  23

  40

  51.1 92 100 Menjarangkan > 2 tahun

  47

  48.9

  45

  Tidak ingin memiliki anak lagi

  Tujuan Menggunakan Alat Kontrasepsi

  84 60 140 100

  5

  634

  Selanjutnya memilih Puskesmas yang memenuhi kriteria puskesmas dengan fasilitas pelayanan KB lengkap dan memiliki jumlah akseptor KB Baru terbanyak. Berikutnya membagi jumlah sampel secara proposional di puskesmas terpilih. Sampel dipilih secara acak yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria Inklusi 1) Wanita yang berstatus menikah 2) Seluruh akseptor KB Baru 3) Bisa membaca dan mengerti bahasa

  Analisis Data

  25

  < 30 tahun

  Variabel MKJP Non MKJP Total (n) % n % n % Umur

  Tabel 1. Distribusi Frekuensi Faktor Internal Subjel Penelitian

  2) Analisis bivariabel Pada penelitian ini analisis bivariabel dilakukan untuk melihat hubungan antara setiap variabel terikat dengan menggunakan uji chi kuadrat dengan nilai p<0.05

  1) Analisis univariabel Analisis univariabel dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik masing- masing variabel yang diteliti. Ukuran statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah distribusi frekuensi dan presentase masing-masing variabel yang diteliti.

  Tabulasi data dilakukan dengan mengelompokan data sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti. Hal ini dilakukan untuk mengetahui skor setiap dimensi sehingga memudahkan dalam melakukan analisis.

  53

  Data yang telah terkumpul, selanjutnya dimasukan kedalam tabel sesuai dengan pilihan-pilihan responden berdasarkan skor atau kode yang telah ditentukan. (3) Tabulasi data

  Langkah ini dilakukan untuk pengecekan kelengkapan data, kesinambungan data, dan keseragaman data. Kuesioner yang telah dikumpulkan diperiksa kelengkapannya. Selanjutnya peneliti melakukan pengkodean data. (2) Masukan data (data entry)

  Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan tahap sebagai berikut: (1) Mengumpulkan dan mengkode data

  Pengolahan data

  Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara kepada subjek yang memenuhi kriteria penelitian sesuai dengan pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner.Peneliti mengisi jawaban responden sesuai dengan jawaban responden dan mengisinya pada kuesioner sesuai dengan pilihan yang ada dalam jawaban kuesioner.

  Pengumpulan data

  Indonesia 4) Bersedia menjadi subjek penelitian Kriteria Eksklusi: Pegawai Puskesmas

  32

  68 78 100 31-45 tahun

  49.2 59 100 Tinggi

  Tidak Sekolah 1 100 1 100 Dasar (SD)

  26

  50.8

  30

  66 63.5 104 100 Menengah (SMP, SMA)

  36.5

  38

  Pendidikan

  42

  33.4 3 100

  1

  66.6

  2

  65.2 89 100 >46 tahun

  47

  34.8

  1

  635 Berdasarkan tabel diatas, distribusi

  3 Pendidikan Tidak Sekolah

  32

  53

  68 78 0.090 31-45 tahun 42 34.8 47

  65.2

  89 >46 tahun 2 66.6 1

  33.4

  100

  < 30 tahun

  1 Dasar (SD) 45 36.5 47 63.5 104 Menengah (SMP, SMA) 23 50.8 51

  49.2

  59 Tinggi 1 16.6 3

  83.4

  6 Status Bekerja Bekerja 41 36.9 70 63.1 111 0.184 Tidak Bekerja 28 47.5 31

  52.5

  25

  Variabel MKJP Non MKJP Total (n) Nilai P n % n % Umur

  frekuensi faktor internal berdasarkan umur diketahui bahwa pada responden kelompok umur < 30 yang menggunakan MKJP yaitu sebesar 32% dan Non MKJP 68%. Pada responden kelompok umur 31-45 tahun 34.8% menggunakan MKJP dan

  67.7

  65.3 % menggunakan Non MKJP. Pada responden kelompok umur lebih dari 46 tahun 66.6 % menggunakan MKJP dan

  33.4 % menggunakan Non MKJP. Distribusi frekuensi faktor internal berdasarkan jenis pendidikan diketahui bahwa pada kelompok responden yang tidak sekolah sebesar 100 % menggunakan Non MKJP. Pada responden kelompok pendidikan dasar sebesar 36.5 % menggunakan MKJP dan 63.5% menggunakan Non MKJP. Pada responden kelompok pendidikan menengah sebesar 50.8 % menggunakan MKJP dan 49.2 % menggunakan Non MKJP. Pada responden kelompok pendidikan tinggi sebesar 16.6 % menggunakan MKJP dan 83.4 % menggunakan Non MKJP Distribusi frekuensi faktor internal berdasarkan status bekerja diketahui bahwa pada kelompok responden yang bekerja sebesar 36.9 % persen menggunakan MKJP dan 63.1 % menggunakan Non MKJP. Pada Kelompok responden yang tidak bekerja sebesar 47.5 % menggunakan MKJP dan 52.5 % menggunakan Non MKJP Distribusi frekuensi faktor internal berdasarkan jumlah anak yang dimiliki diketahui bahwa pada kelompok responden yang memiliki anak 1-2 sebesar 43.3 % menggunakan MKJP dan 56.7 % menggunakan Non MKJP. Pada Kelompok responden yang memiliki anak 3 atau lebih sebesar 31.1 % menggunakan MKJP dan 68.9 % menggunakan Non MKJP. Distribusi frekuensi faktor internal berdasarkan tujuan menggunakan alat kontrasepsi diketahui bahwa pada kelompok responden yang tidak ingin memiliki anak anak lagi sebesar 48.9 % menggunakan MKJP dan 51.1 % menggunakan Non MKJP. Pada Kelompok responden yang ingin menjarangkan kehamilan lebih dari 2 tahun, sebesar 40 % menggunakan MKJP dan 60% menggunakan Non MKJP. Pada Kelompok responden yang ingin menjarangkan kehamilan kurang dari 2 tahun, sebesar 25 % menggunakan MKJP dan 75 % menggunakan Non MKJP

  Dukungan suami dalam menggunakan MKJP

  MKJP Non MKJP Total (n)

  % n % n % Mendukung

  67

  32

  Tabel 4. Analisis Bivariat Pengaruh Faktor Internal Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi Pada Akseptor KB Baru

  32.3 99 100 Tidak Mendukung

  2

  28.2

  69

  71.8 71 100 Dari tabel diatas, distribusi frekuensi faktor eksternal berdasarkan dukungan suami dalam menggunakan MKJP dapat diketahui bahwa pada kelompok responden yang mendapatkan dukungan suami untuk menggunakan MKJP sebesar 67.7 % menggunakan MKJP dan 32.3

  % menggunakan Non MKJP. Pada Kelompok responden yang tidak mendapatkan dukungan suami untuk menggunakan MKJP sebesar 28.2 % menggunakan MKJP dan 71.8 % menggunakan Non MKJP

  59

  636 Jumlah anak

  32

  MKJP Non MKJP Total (n)

  Nilai p*

  n % n %

  Mendukung

  67

  67.7

  32.3 99 100 Tidak Mendukung

  Tabel 5. Analisis Bivariat Pengaruh Faktor Eksternal Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi Pada Akseptor KB Baru

  2

  28.2

  69

  71.8 71 100 Keterangan: *berdasarkan uji chi square Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa terdapat pengaruh dukungan suami dalam menggunakan MKJP terhadap pemilihan alat kontrasepsi (MKJP dan Non MKJP) dengan nilai p=<0.05

  PEMBAHASAN

  1. Pengaruh Faktor Internal Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi Pemilihan alat/cara KB dipengaruhi beberapa faktor diantaranya yaitu faktor sosiodemografi meliputi tingkat pendidikan, umur, pekerjaan dan jumlah anak. Menurut Betrand karakteristik sosiodemografi (jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status ekonomi dan pekerjaan ) yang dikelompokkan ke dalam predisposisi lebih lanjut dapat mendeskripsikan fakta-fakta bahwa seseorang memiliki kecenderungan yang berbeda-beda terhadap suatu pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kontrasepsi.(Bertand, 1980) Berdasarkan uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh faktor internal seperti umur, pendidikan, status bekerja, jumlah anak yang dimiliki dan tujuan mnggunakan alat kontrasepsi terhadap pemilihan alat kontrasepsi (MKJP dan Non MKJP) dengan nilai p=>0.05. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nasution bahwa karakteristik demografi seperti umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, dan tujuan menggunakan alat kontrasepsi dapat mempengaruhi seorang wanita untuk memilih suatu alat kontrasepsi.

  Dukungan Suami untuk menggunakan MKJP

  tidak terdapat pengaruh faktor internal seperti umur, pendidikan, status bekerja, jumlah anak yang dimiliki dan tujuan mnggunakan alat kontrasepsi terhadap pemilihan alat kontrasepsi (MKJP dan Non MKJP) dengan nilai p=>0.05

  1-2 13 43.3 17

  51.1 92 0.054 Menjarangkan > 2 tahun 23 31.1 51

  56.7 30 0.736 >3

  56

  40

  84 60 140

  Tujuan Menggunakan Alat Kontrasepsi

  Tidak ingin punya anak lagi 45 48.9 47

  68.9

   Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa

  74 Menjarangkan < 2 tahun

  1

  25

  3

  75

  4 Keterangan: *berdasarkan uji chi square

  Karakteristik umur, pendidikan, status bekerja, jumlah anak yang dimiliki dan tujuan mnggunakan alat kontrasepsi bisa saja tidak memengaruhi seseorang dalam memilih alat kontrasepsi, hal ini bisa disebabkan karena ada faktor- faktor lain seperti faktor pengetahuan dan kualitas pelayanan, faktor sarana seperti ketersediaan alat/obat kontrasepsi, tenaga kesehatan, tempat pelayanan dan biaya. Dari variabel umur dapat ditentukan fase-fase penggunaan kontrasepsi yang ideal. Umur kurang dari 20 tahun merupakan fase menunda kehamilan diperlukan pada wanita yang menikah dengan umur masih muda, umur 20-35 tahun adalah fase menjarangkan kehamilan dengan cara mengatur jarak kehamilan yang baik yaitu antara 2-4 tahun, dan umur 35 tahun atau lebih merupakan fase mengakhiri kehamilan yaitu fase tidak ingin hamil lagi, diperlukan jika wanita sudah tidak ingin memiliki anak lagi. Namun demikian bila dilihat dari tabel 2 terdapat fenomena masih tingginya penggunaan Non MKJP pada kelompok responden usia 31-45 tahun, pada kelompok responden yang memiliki anak 3 atau lebih serta pada kelompok responden yang tidak ingin memiliki anak lagi dan menjarangkan kehamilan lebih dari 2 tahun. Data tersebut sejalan dengan pola kecenderungan penggunaan Non MKJP di Indonesia. Pada kelompok tersebut sebaiknya mengguggunakan Metode

  637

  Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) karena menurut Nasution (2011) MKJP dapat dipakai dalam jangka waktu lama, lebih dari dua tahun, efektif dan efisien untuk tujuan pemakaian menjarangkan kelahiran lebih dari tiga tahun atau mengakhiri kehamilan pada pasangan yang sudah tidak ingin menambah anak lagi. Sebenarnya untuk mengatasi masalah ini pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk meningkatkan pemakaian kontrasepsi jangka panjang (MKJP) agar dapat menurunkan angka kelahiran di Indonesia adalah: memotivasi wanita PUS yang telah memiliki 2 (dua) anak masih hidup berusia relatif muda (kurang dari 30 tahun) dan wanita PUS tua (lebih dari 30 tahun) yang telah memiliki 2 (dua) anak masih hidup atau lebih untuk segera menggunakan MKJP. Dengan demikian perlu dikaji lebih dalam kenapa masih terjadi pola kecenderungan penggunaan Non MKJP.

  2. Pengaruh Faktor Eksternal Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi Berdasarkan uji statistik diketahui bahwa terdapat pengaruh dukungan suami dalam menggunakan MKJP terhadap pemilihan alat kontrasepsi (MKJP dan Non MKJP) dengan nilai p=<0.0001. Dari data menggunakan MKJP dan 68.3% tidak mendapat dukungan dari suami untuk menggunakan MKJP. Hal tersebut menunjukkan bahwa dukungan suami atau persetujuan suami sangat berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi yang digunakan istrinya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumini (2009) bahwa 78 % alat kontrasepsi yang dipakai oleh seorang wanita didasarkan persetujuan suami atau pasangannya. Demikian juga dari hasil analisis lanjut SDKI 2007 tentang faktor yang memengaruhi pemakaian kontrasepsi jangka panjang (MKJP) oleh Asih (2009), bahwa peranan pasangan memengaruhi seseorang dalam memilih alat kontrasepsi.

  Hal tersebut berkaitan dengan budaya masyarakat Indonesia yang masih beranggapan bahwa suami adalah pengambil keputusan utama dalam keluarga, sehingga anggota keluarga cenderung untuk mengikuti keputusan yang telah ditetapkan oleh suami. Dengan demikian dalam memberikan pelayanan KB perlu melibatkan partisipasi pria agar pria dapat mendorong pasangannya untuk memakai alat kontrasepsi yang rasional, effektif, efisien dan sesuai dengan perencanaan keluarga.

  KESIMPULAN

  1. Tidak terdapat pengaruh antar faktor internal (umur, pendidikan, status bekerja, jumlah anak, tujuan menggunakan alat kontrasepsi) terhadap pemilihan alat kontrasepsi baik MKJP dan Non MKJP.

  2. Terdapat pengaruh antara faktor eksternal (dukungan suami) terhadap pemilihan alat kontrasepsi baik MKJP dan Non MKJP

  SARAN

  mengetahui lebih lanjut faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi

  2. Sebagai Bidan atau petugas kesehatan perlu melibatkan suami dalam memberikan konseling KB terhadap calon akseptor KB baru agar metode yang dipilih rasional, effektif, efisien dan sesuai dengan perencanaan keluarga dan tujuan penggunaan alat kontrasepsi

  3. Kepada instansi yang terkait agar lebih mensosialisasikan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

DAFTAR PUSTAKA

  Ahmed S, Li Q. Liu L, Tsui. A. 2012. Maternal deaths averted by contraceptive use: An analysis of 172 countries: Lancet American College of Obstetricians and Gynecologists Committee on Gynecologic Practice; Long-Acting Reversible Contraception Working Group. 2009. Increasing use of contraceptive implants and intrauterine devices to reduce unintended pregnancy. Obstet Gynecol Asih L, Oesman H. 2009. Analisis Lanjut SDKI 2007: Faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Jakarta: BKKBN Arbab AA, Bener A, Abdulmalik M. 2011. Prevalence, awareness and determinants of contraceptive use in Qatari women. EMHJ Badan Pusat Statistik.2010. Data kependudukan Indonesia tahun 2010. Jakarta

  638 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasonal. 2011 Pemantauan pasangan usia subur melalui mini survey. Jakarta: BKKBN Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasonal. 2012. Pedomanan pelaksanaan pembunaan peserta KB aktif. Jakarta: BKKBN Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasonal. 2012. Survei demografi dan kependudukan Indonesia.

  Jakarta: BKKBN Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasonal. 2013. Rencana aksi nasional pelayanan keluarga berencana tahun 2014-2015. Jakarta: BKKBN; Bertand, June. 1980. Audience ReasearcheFor Improving Family Planing Communication Program. Chicago: The Commuity and Family Study Center Dasar S. 2011. KB mati dikubur berdiri; Bunga rampai tulisan program kependudukan dan keluarga berencana. Bandung: Ikatan Penulis Keluarga Berencana Provinsi Jawa Barat, BKKBN Direktorat Pelaporan dan Statistik BKKBN. 2012. Laporan umpan balik, hasil pelaksanaan sub sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi. Jakarta: BKKBN Eke AC, Alabi IL. 2011. Long-acting reversible contraception (LARC) use among adolescent females in secondary institutions in Nnewi, Nigeria. J Obstet Gynaecol Everett S. 2007. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif. Jakarta: EGC

  Hadinoto S. 2012. Kebijakan & Strategi Analisis Dampak Kependudukan. Jakarta: Direktorat Analisis Dampak Kependudukan, BKKBN Hong R, Montana L, Mishra V. 2006. Family planning services quality as a determinant of use of IUD in Egypt.

  BMC Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Profil perempuan Indonesia 2012. 2013. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Jakarta Nasution SL. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan MKJP di Enam Wilayah Di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan KB: BKKBN Neukom JCJ, Mkandawire J, Mbewe RK, Hubacher D.2011. Dedicated providers of long-acting reversible contraception: new approach in Zambia. Contraception Saifudin AB. 2003. Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Sumini.2009. Konstribusi Pemakaian Alat Kontrasepsi Terhadap Fertilitas. Jakarta: BKKBN

  Wesson J, Olawo A, Bukusi V. 2008. Reaching providers is not enough to increase IUD use: a factorial experiment of “academic detailing” in Kenya. J. Biosoc. Sci Worid Health Organization. 2008. Medical eligibility criteria for contraseptive user. Geneva