HUBUNGAN STATUS IMUNISASI, STATUS GIZI, DAN ASAP ROKOK DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK DIPUSKESMAS SEGERI PANGKEP
HUBUNGAN STATUS IMUNISASI, STATUS GIZI, DAN ASAP ROKOK DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK DIPUSKESMAS SEGERI PANGKEP Hj. Hariani
PENDAHULUAN
tahun 2011 sebanyak 10,5/1000 bayi dan balita dengan angka CFR 0,001. Adapun insidensi bayi anak penderita batuk bukan pneumonia tahun 2010 sebanyak 30,5/100 anak dan tahun 2011 sebanyak 26,7/100 anak (Marhamah dkk, 2012).
CaseFatality Rate (CFR) pneumonia 0,00059,
Insidensi ISPA di Sulawesi Selatan menunjukkan angka berfluktuasi setiap tahun. Insidensi pneumonia pada bayi dan balita di Sulawesi Selatan pada tahun 2010 sebanyak 8,5/1000 bayi dan balita dengan angka
tahun 2011 sebanyak 10,5/1000 bayi dan balita dengan angka CFR 0,001. Adapun insidensi bayi anak penderita batuk bukan pneumonia tahun 2010 sebanyak 30,5/100 anak dan tahun 2011 sebanyak 26,7/100 anak (Marhamah dkk, 2012).
CaseFatality Rate (CFR) pneumonia 0,00059,
Insidensi ISPA di Sulawesi Selatan menunjukkan angka berfluktuasi setiap tahun. Insidensi pneumonia pada bayi dan balita di Sulawesi Selatan pada tahun 2010 sebanyak 8,5/1000 bayi dan balita dengan angka
Menurut Depkes RI 2010,di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan prevalensi nasional Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) : 25,5% (16 Provinsi diatas angka nasional) angka kesakitan (morbiditas) Pneumonia pada Bayi: 3%, angka kematian (mortalitas) pada Bayi 23,8%, dan Balita 15,5% (Agussalim, 2012). Penyakit Infeksi saluran pernapasan (ISPA) sering terjadi pada anak-anak di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 per tahun (rata-rata 4 kali per tahun) (Widoyono, 2011).
Menurut WHO (2003), Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada anak dinegara sedang berkembang. Sekitar empat dari lima belas juta perkiraan kematian pada anak berusia dibawah 5 tahun, pada setiap tahunnya sebanyak sebanyak 2/3 kematian tersebut adalah bayi (Winarni, Basirun Al Ummah, Agus Nursalim, 2010).
Kata Kunci : Asap Rokok, kejadian ISPA, Status gizi, Status imunisasi.
1 , Nurbaeti
dilakukan dengan menggunakan alat ukur kuesioner dan lembar observasi. Setelah data terkumpul, selanjutnya data diolah, diedit dan ditabulasi, kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan Uji Chi Square dengan tingkat kemaknaan p < (α) = 0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kejadian ISPA pada anak yaitu 55. 6 %. Didapatkan probabilitas (p) untuk status imunisasi dengan kejadian ISPA 0.034, status gizi dengan kejadian ISPA 0.035, dan Asap rokok dengan kejadian ISPA 0.004.
penelitian ini adalah sebanyak 63 orang. Tehnik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling dengan jumlah sampel 54 orang sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan yang bersifat akut dengan berbagai macam gejala (sindrom). Penyakit ini disebabkan oleh berbagai sebab (multifaktorial).Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada anak di Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep. Penelitian ini terdiri dari variabel independen yaitu status imunisasi, status gizi, dan asap rokok, sedangkan variabel dependennya adalah kejadian ISPA pada anak. Metode penelitian ini yaitu Survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Popoulasi dalam
3 STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK
2 STIKES Nani Hasanuddin Makassar
1 Poltekkes Kemenkes Makassar
3
2 , Nurhidayah
Berdasarkan data Profil Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep menunjukkan bahwa Infeksi saluran pernapasan akut menempati urutan pertama dalam daftar sepuluh penyakit terbanyak pada tahun 2012, Insidensi Infeksi saluran pernapasan (ISPA) tahun 2012 sebanyak 2.941 kasus atau kunjungan pada anak. Sedangkan pada tahun 2013 ISPA menempati urutan kedua dalam daftar sepuluh penyakit terbanyak, yaitu sebanyak 2178 kasus atau kunjungan anak, sedangkan jumlah kasus atau kunjungan anak, ditahun 2014 (bulan Januari sampai Mei) yaitu sebanyak 315 orang, dimana pada
b. Analisis Bivariabel bulan Januari (65), Februari (56), Maret (90) Analisis bivariat dilakukan untuk April (78), dan Mei (27) kasus atau kunjungan melihat hubungan dari variabel independen (Data Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep, dan dependendengan menggunakan uji 2014). statistik Chi Square dengan tingkat Melihat fenomena dan kenyataan ini kemaknaan p < α (0,05). maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang “faktor-faktor yang berhubungan HASIL PENELITIAN dengan kejadian Infeksi saluran pernapasan
1. Analisis Univariat akut (ISPA) pada anak di Puskesmas Segeri Tabel 1 Distribusi Responden berdasarkan Kabupaten Pangkep”. jenis kelamin anak diPuskesmas Segeri
Kabupaten Pangkep
BAHAN DAN METODE
Persen Jenis Kelamin Frekuensi
Lokasi, Populasi dan Sampel
(n) (%) Penelitian ini menggunakan metode Laki- laki
28
51.9 Survey analitik dengan pendekatan cross Perempuan
26
48.1
sectional yaitu suatu penelitian yang
Total 54 100.0 mempelajari hubungan antara faktor resiko (independen) dengan faktor efek (dependen),
Tabel 2 Distribusi Responden berdasarkan dimana melakukan observasi atau pengukuran umur Anak variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang
Frekuensi Persen Umur Anak sama. Penelitian ini dilaksanakan di
(n) (%) Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep Pada
<4
26
48.1 tanggal 26 juni sampai 11 Juli 2014. Populasi 4- 8
21
38.9 dalam penelitian ini adalah anak yang berusia 9- 13
7
13.0 ≤ 4 tahun sampai dengan usia 13 tahun yang
Total 54 100.0 datang diPuskesmas Segeri Kabupaten Pangkep. Sampel pada penelitian ini
Tabel 3 Distribusi Responden berdasarkan berjumlah 54 orang menggunakan metode umur Ibu diPuskesmas Segeri Kabupaten
Accidental Sampling yaitu pengambilan
Pangkep sampel dengan mengambil responden yang Persen berada dilokasi penelitian selama penelitian
Umur Ibu Frekuensi (n) (%) berlangsung.
21- 27
15
27.8 28- 35
21
40.7 Pengumpulan Data 36- 45
18
31.5 Pengumpulan data dalam penelitian ini Total 54 100.0 yaitu dengan menggunakan data primer dan sekunder.Alat yang digunakan adalah alat tulis
Tabel 4 Distribusi Responden berdasarkan menulis serta bahan yang digunakan adalah Pendidikan ibu kuesuioner dan lembar observasi.Pengolahan
Frekuensi Persen data dilakukan secara manual (dengan Pendidikan Ibu
(n) (%) mengisi koesioner yang disediakan),dalam SD penelitian ini skala pengukuran yang
15
27.8 SMP digunakan adalah skala Guttman, dimana nilai
10
18.5 SMA tertinggi yaitu 2, dan nilai terendah 1,
23
42.6 Perguruan kemudian dikalikan dengan jumlah pertanyaan
6
11.1 Tinggi kuesioner, hasil dari perkalian kemudian Total 54 100.0 dijumlahkan dan selanjutnya dibagi duadua,kemudian dilanjutkan dengan menggunakan bantuan program SPSS for
Tabel 5 Distribusi Responden berdasarkan Windows dengan urutan sebagai berikut :Selecting, editing, koding dan tabulasi data Pekerjaan ibu
Frekuensi Persen Pekerjaan
Analisis Data
(n) (%) Setelah dilakukan tabulasi data, PNS
6
11.1 kemudian data diolah dengan menggunakan
IRT
45
83.3 metode uji statistik yaitu: Pegawai
3
5.6
a. Analisis Univariat Swasta
Analisis univariat dilakukan untuk Total 54 100.0 mendapatkan gambaran distribusi dan frekuensi dari variable dependen dan
independen
Tabel 6 Distribusi Anak Berdasarkan Status
Kejadian ISPA
Imunisasi
Status Tidak Menderita Total
Status Frekuensi Persen
Gizi Menderita
Imunisasi (n) (%)
n % n % n %
Lengkap
24
44.4 Baik
12
22.2
9
16.7
21
38.9 Tidak Kurang
18
33.3
15
27.8
33
61.1
30
55.6 Lengkap
Total
30
55.6
24
44.4 54 100.0
Total 54 100
ρ = 0.035
Tabel 7 Distribusi anak berdasarkan status Berdasarkan tabel 11 menunjukan
Gizi bahwa adanya hubungan antara status gizi
Frekuensi Persen dengan kejadian ISPA pada anak yang Status Gizi
(n) (%) ditunjukanya dengan nilai p=0,035< Baik
21
38.9 =0,05. Kurang
33
61.1 Tabel 12 Hubungan Antara Asap Rokok Total 54 100 dengan kejadian ISPA pada anak di
Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep Tabel 8 Distribusi Anak berdasarkan
Kejadian ISPA
Riwayat Asap Rokok
Asap Tidak
Frekuensi Persen
Menderita Total
Asap Rokok Rokok
Menderita
(n) (%)
n % n % n %
Terpapar
29
53.7 Terpapar
16
29.6
13
24.1
29
55.6 Tidak Terpapar
25
46.3 Tidak
14
25.9
11
20.4
25
44.4 terpapar
Total 54 100
Total 30 55.6 24 44.8 54 100.0 ρ = 0,004
Tabel 9 Distribusi Kejadian ISPA diPuskesmas Segeri Kabupaten Pangkep Berdasarkan tabel 12 menunjukan
Frekuensi Persen bahwa adanya hubungan antara Asap Kejadian ISPA
(n) (%) rokok dengan kejadian ISPA pada anak di Menderita
30
55.6 Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep Tidak Menderita
24
44.4 Puskesmas yang ditunjukanya dengan Total 54 100 nilaiρ=0,04 < =0,05.
PEMBAHASAN
2. Analisis Bivariabel Tabel 10 Hubungan antara status imunisasi
1. Hubungan Antara Status Imunisasi dengan kejadian ISPA diPuskesmas Segeri Responden Dengan Kejadian ISPApada anak diPuskesmas Segeri Kabupaten
Kabupaten Pangkep
Kejadian ISPA Pangkep Status Tidak
Berdasarkan dari data hasil kejadian
Menderita Total Imunisasi Menderita
ISPA menurut keadaan Status gizi maka di
n % n % n %
peroleh hasil yang mempunyai status
Lengkap
imunisasi lengkap sebanyak 24 anak dan
13
24.1
11
20.4
24
44.4 Tidak
yang mempunyai keadaan status imunisasi
17
31.5
13
24.1
30
55.6 Lengkap
tidak lengkap sebanyak 30 anak. Setelah di
Total 30 25.5 24 74.5 54 100.0
lakukan Uji statistikChi-square diperoleh
ρ = 0,034
nilai kemaknaan ρ=0.034 < = 0.05 yang berarti ada hubungan bermakna antara Berdasarkan tabel 10 menunjukan status imunisasi dengan kejadian ISPA. bahwa adanya hubungan antara status
Penelitian ini didukung dengan teori imunisasi dengan kejadian ISPA pada yang diungkapkan oleh R.Hartono dan Dwi anak yang ditunjukkanya dengan nilai Rahmawati (2012), mengatakan bahwa p=0,034< α=0,05 Kemampuan untuk menahan organisme penyerang dipengaruhi banyak faktor.
Tabel 11 Hubungan Antara status gizi Kekurangan sistem kekebalan pada anak dengan kejadian ISPA pada anak di beresiko terinfeksi.
Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep Berdasarkan penelitian Marhamah tahun 2012 (FaktorYang Berhubungan
Dengan Kejadian ISPA Pada AnakBalitadi Desa Bontongan Kabupaten Engrekang), menurut keterangan dari ibu yang mempunyai anak, terkadang tidak rutin mengikuti posyandu hal itu disebabkan anaknya menolak atau mengamuk untuk dibawa ke posyandu. Walaupun hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan ada hubungan status imunisasi dengan kejadian ISPADalam penurunan angka kejadian ISPA dengan memberikan imunisasi lengkap pada anak. Imunisasi terbagi atas imunisasi dasar yang wajib dan imunisasi yang penting.Sebelum anak berusia di atas dua tahun kelengkapan imunisasi dasar harus dipenuhi).
Anak yang telah menerima imunisasi lengkap tapi menderita ISPA, ini diakibatkan karena Daya tahan tubuh anak yang rendah yang dapat mempengaruhi kejadian ISPA pada anak, serta didukung oleh faktor lain, Imunisasi sendiri tidak dapat mencegah masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh, akan tetapi bila bayi mendapatkan imunisasi lengkap diharapkan perkembangan penyakitnya tidak akan lebih berat.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mei Elyana, dan Aryu Candra 2009, (Hubungan Frekuensi Ispa Dengan Status Gizi Balita), Status gizi menggambarkan baik buruknya konsumsi zat gizi seseorang. Zat gizi sangat dibutuhkan untuk pembentukan zat-zat kekebalan tubuh seperti antibodi. Semakin baik zat gizi yang dikonsumsi berarti semakin baik status gizinya sehingga semakin baik juga kekebalan tubuhnya. Infeksi saluran pernafasan akut merupakan penyakit yang sebagian besar disebabkan oleh virus.
Berdasarkan penelitian Agussalim pada tahun 2012 (Hubungan Pengetahuan, Status Imunisasi dan Keberadaan Perokok Dalam Rumah dengan Penyakit
Sesuai dengan teori Atikah Proverawati dan Eni Rahmawati (2012), Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak orang. Efek - efek yang merugikan akibat merokok pun sudah diketahui dengan jelas. Banyak penelitian membuktikan bahwa kebiasaan merokok meningkatkan resiko timbulnya berbagai penyakit.
0.004 < 0.05 yang berarti ada hubungan bermakna antara asap rokok dengan kejadian ISPA. Dari hasil analisis diperoleh adanya hubungan antara asap rokok dengan kejadian ISPA dimana dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang terpapar asap rokok akan menderita ISPA dari pada orang yang tidak terpapar asap rokok.
square diperoleh nilai kemaknaan ρ =
Setelah di lakukan Uji statistikChi-
ISPA menurut keadaan asap rokok maka di peroleh hasil yang terpapar asap rokok sebanyak 29 anak dan yang tidak terpapar sebanyak 25anak. Pada tabel 5.13 dapat di lihat, bahwaterdapat 16anak (29.6%) yang terpapar asap rokok menderita ISPA, terdapat 13 anak (24.1 %) yang terpapar asap rokok tidak menderita ISPAdan juga terdapat 14 anak (25.9%) yang tidak terpapar asap rokok menderita ISPA, terdapat 11 anak (20.4%) yang tidak terpapar asap rokok tidak menderita ISPA.
Berdasarkan dari data hasil kejadian
3. Hubungan Asap rokok Dengan Kejadian ISPA .
Berdasarkan penelitian (Ernawati dan Achmad Farich2012), (Hubungan Faktor Lingkungan Rumah dan Faktor Anak Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Balita Di Desa Way Huwi Puskesmas Karang Anyar Kecematan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012), Angka kejadian ISPA selalu menempati urutan teratas terutama pada anak balita. Kesehatan pada anak balita sangat rentan sekali karena balita imunnya tidak kuat seperti orang dewasa.
2. Hubungan Status gizi Responden Dengan Kejadian ISPA
< 0.05 yang berarti ada hubungan bermakna antara status gizi dengan kejadian ISPA. Dari hasil analisis diperoleh adanya hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA dimana dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang mempunyai status gizi kurang akan menderita ISPA daripada orang yang mempunyai status gizi baik.
square diperoleh nilai kemaknaan ρ=0.035
ISPA.Setelah di lakukan Uji statistikChi-
ISPA, terdapat 15 anak (27.8%) yang memiliki status gizi kurangtidak menderita
ISPA dan juga terdapat 18anak (33.3%) yang memiliki status gizi kurang menderita
ISPA, terdapat 9 anak (16.7 %) yang memiliki status gizi baik tidak menderita
ISPA menurut keadaan Status gizi maka di peroleh hasil yang mempunyai status gizi baik sebanyak 21 anak dan yang mempunyai keadaan status gizi kurang sebanyak 33 anak. Pada tabel 5.11, dapat di lihat, bahwaterdapat 12anak (22.2%) yang memiliki status gizi baik menderita
Berdasarkan dari data hasil kejadian
ISPA pada balita di Puskesmas Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar 2012), bahwa ada hubungan antara keberadaan perokok di dalam rumah dengan penyakit ISPA, dengan demikian dengan adanya perokok di dalam rumah maka resiko penyakit ISPA SARAN akan semakin besar. Hal ini dikarenakan dari ke tiga faktor tersebut saling berkaitan terhadap terjadinya
KESIMPULAN
ISPA dan masyarakat hendak ikut serta dalam Berdasarkan hasil penelitian mengenai Penanggulangan penyakit ISPA pada anak faktor-faktor yang berhubungan dengan diantaranya , jangan lupa imunisasi, beri kejadian ISPA pada anak di Puskesmas makanan bergizi pada anak serta Menerapkan Segeri Kabupaten Pangkep, maka diambil perilaku hidup bersih dan sehat seperti tidak kesimpulan yaitu adanya hubungan antara merokok bagi anggota keluarga balita. status imunisasi, status gizi dan asap rokok dengan kejadian ISPA pada anak.
DAFTAR PUSTAKA
Agussalim 2012 Hubungan Pengetahuan, Status Imunisasi dan Keberadaan Perokok Dalam Rumah dengan Penyaki ISPA pada balita di Puskesmas Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar 2012, (online) http://www.lppm.stikesubudiyah.ac.id/jurn al/AGUSSALIM-dou-1- agussalim.pdf, diakses tanggal 15 Mei 2014).
Ernawati dan Achmad Farich, 2012. Hubungan Faktor Lingkungan Rumah dan Faktor Anak Dengan Kejadian
ISPA Pada Anak Balita Di Desa Way H uwi Puskesmas Karang Anyar Kecematan Jati Agung Kabupaten Lampuns Selatan Tahun 2012. (Diakses tanggal 24 Juli 2014).
Fida, Maya, 2012, Pengantar Ilmu Kesehatan Anak.D-MEDIKA (Anggota IKAPI) : Yogyakarta. Hartono.R, H Rahmawati Dwi, 2012. Gangguan pernafasan pada anak ISPA. Nuha Medika : Yogyakarta. Hidayat, A.Azimul, (Jilid 2) 2012. Pengantar Ilmu keperawatan Anak. Salemba Medika : Jakarta Hidayat. A.Azis Alimul, (Ed 2) 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba Medika: Jakarta.
Kunoli J. Firdaus, 2012, Asuhan keperawatan penyakit tropis, Trans Info Media: Jakarta Marhamah, 2012. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Balita di Desa Bontongan Kabupaten Engrekang (online), (diakses tanggal 13 Mei 2014).
Masriroh Siti, 2013. Keperawatan Pediatrik. Imperium : Yogyakarta Mitayani, Sartika Wiwi, 2010.Buku Saku Ilmu Gizi.CV.Trans Info Media : Jakarta Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. Nursalam, (Ed2) 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan Jilid1. Salemba Medika :Jakarta. Puskesmas Segeri, Januari-April 2014. Rekapitulasi Penemuan Penderita ISPA. Tidak diterbitkan. Prasetyo Bambang dan Jannah, Lina Miftahul, (Ed.1-7).2012. Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi.
Rajawali Pers : Jakarta. Proverawati Atikah, Asfuah Siti, 2009. Buku ajar Gizi Utuk Kebidanan.Nuha Medika : Yogyakarta. Proverawati Atikah, Rahmawati Eni, 2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Nuha Medika : Yogyakarta Riyanto Agus, 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika: Yogyakarta Sugiyono, 2012. Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta : Bandung. Sulistyoingsih Hariyani,(Ed I).2011.Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Jilid 1.Graha Ilmu : Yogyakarta. Widoyono, (Ed) 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya. Erlangga : Jakarta.
Winarni, Basirun Al Ummah, Safrudin Agus Nur Salim, 2010. Hubungan antara perilaku merokok orang tua dan anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dengan kejadian ISPA pada Balita di wilayah kerja puskesmas sempor II kab kebumen tahun 2009, Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 6, No.1,Februari2010.(Online)http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/fileshal.16-1.pdf ,Diakses 16 Mei 2014.