PENCEGAHAN KEKERASAN TERHADAP ANAK DALAM PERSPEKTIF HAK ATAS RASA AMAN DI NUSA TENGGARA BARAT
HAM
PENCEGAHAN KEKERASAN TERHADAP ANAK DALAM PERSPEKTIF HAK ATAS RASA AMAN DI NUSA TENGGARA BARAT
(Prevention of Violence to Children from the Perspective of the Rights to Security in West Nusa Tenggara)
Penny Naluria Utami
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I.
Jalan H.R. Rasuna Said Kavling 4-5 Kuningan – Jakarta Selatan 12940
Email: penny_utami@yahoo.com Tulisan Diterima: 27-03-2018; Direvisi: 09-07-2018: Disetujui Diterbitkan: 18-07-2018
DOI: http://dx.doi.org/10.30641/ham.2018.9.1-17
ABSTRACT
Integrity and harmony in a happy and secure family are dreams of every wedded man and woman. Any violence will bring the feeling of insecurity to the members of the family. In preventing violence to children the state and the people must prevent, protect, and take actions in accordance with the laws. But the challenges has been the legal framework that is far from effeective in preventing all forms of violences to children causing the rise of allegation that the law enforcement has failed. The problems are the factors causing the domestic violences to children and the solution to prevent such violence. This is aimed to explain the factors giving raise to violence to children and to seek the right solution to prevent the violence to children in order to create a safe nursing pattern. Using descriptive qualitative research method one could conclude that the parents’ roles are important for the children development. Sometimes the cases that have occured are known to all, but it is regarded as common practices and all tends to let it happen and happen again. Prevention may be made by identifying the parents that have high risk factor to cause violence to children. It is now the time to show the unseen and it is the time to stop violence to Children. I am a child protector and i would like to ask everybody to become a Child Protector. The more people who protect the farer the violence from children. It is recommended for the Ministry of Women Empowerment and Child Protection to immediately issue implementation guidelines and technical guidelines related to the public involvement as protector and watcher for children around their houses and Regional Government in the Province of West Nusa Tenggara to provide and create safe and comfortable surrounding for children to do their activities.
Keywords: Prevention, Violence, Child, Human Rights
ABSTRAK
Keutuhan dan kerukunan rumah tangga bahagia dan aman merupakan dambaan setiap orang berumah tangga. Apabila terjadi kekerasan maka akan menimbulkan ketidakamanan bagi penghuninya. Dalam mencegah ter- jadinya kekerasan terhadap anak maka negara dan masyarakat harus melakukan pencegahan, perlindungan, dan penindakan sesuai aturan. Tantangan yang dihadapi adalah kerangka hukum masih kurang optimal dalam mencegah segala bentuk kekerasan terhadap anak karena menganggap hukum diam di tempat. Tulisan ini ber- tujuan untuk menjelaskan faktor-faktor penyebab kekerasan terhadap anak dan mencari solusi untuk mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak agar tercipta pola pengasuhan yang aman. Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif maka dapat disimpulkan bahwa peran orangtua sangatlah penting bagi perkem- bangan anak. Seringkali kasus yang terjadi sudah diketahui, namun dianggap biasa dan cenderung ada pembi- aran. Pencegahan dapat dilakukan dengan mengidentifikasikan orangtua yang mempunyai faktor resiko yang tinggi untuk melakukan kekerasan terhadap anak. Kini saatnya memperlihatkan yang tidak terlihat dan sudah
Jurnal HAM Vol. 9 No. 1, Juli 2018: 1-17 1
Jurnal Volume 9, Nomor 1, Juli 2018
HAM
waktunya untuk menghentikan kekerasan terhadap anak. Berdasarkan hasil penelitian maka direkomendasikan agar Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak segera membuat juklak dan juknis terkait pelibatan masyarakat sebagai pelindung dan pengawas anak di lingkungan sekitar rumah dan Pemerintah Dae- rah di Provinsi Nusa Tenggara Barat perlu menyediakan dan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk anak-anak beraktivitas.
Kata Kunci: Pencegahan, Kekerasan, Anak, HAM
PENDAHULUAN anak untuk mendapat perlindungan dari tindak Kekerasan terhadap anak di Indonesia tidak
kekerasan dan eksploitasi. 3 Kekerasan terhadap pernah berhenti justru semakin kerap terjadi seir-
anak adalah perbuatan yang tidak seharusnya di- ing dengan jalannya waktu. Padahal seharusnya
lakukan pada seorang anak, dimana dapat berupa anak –anak mendapatkan kasih sayang dengan
makian, ejekan, jeweran dan pukulan. Kekerasan penuh kelembutan dan pendidikan sepantasnya.
pada anak akan memberikan dampak negatif pada Menurut data pelanggaran hak anak oleh Komisi
perkembangan anak. 4
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) ada 3.700 Negara berpandangan bahwa segala ben- kasus kekerasan pada anak dalam kurun waktu
tuk kekerasan, terutama kekerasan dalam rumah tahun 2016 dan rata-rata terjadi 15 kasus setiap
tangga, adalah pelanggaran hak asasi manusia harinya, sedangkan untuk pelaku hampir sebagian
dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan. besar pelaku adalah orang terdekat korban, misal-
Pengertian kekerasan dalam Pasal 3 Undang – nya saudara, kakek bahkan ayah kandung korban
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlind- dan rata-rata dari golongan masyarakat ekonomi
ungan Anak dan diperjelas dalam Bab III Pasal 5 bawah 1 . Artinya, anak rentan menjadi korban ke-
Undang –Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang kerasan justru di lingkungan rumah. yang pelaku
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga kekerasan mengenal anak-anak tersebut dengan
adalah meliputi kekerasan fisik, psikis, seksual, sangat dekat. dan penelantaran. Kekerasan pada anak memiliki
Sekitar 70 persen pelaku kekerasan terha- banyak macam baik dari segi kekerasan fisik dan dap anak adalah orangtua mereka sendiri. Den-
kekerasan seksual.
gan data fakta ini, KPAI berupaya melakukan Biasanya kekerasan itu sering dilakukan program-program edukasi kepada para orangtua
oleh anggota keluarga terdekatnya atau lingkun- agar dapat mencegah tindak kekerasan terhadap
gannya, misal; orangtua, saudara, guru ataupun anak dengan melakukan hearing dan konsultasi
teman sekolah. 5 Kekerasan pada anak tidak dapat
ditolerir, sebab secara konstitusional, dalam Pas- tersebut semakin memperjelas gambaran muram
pada anak dan orangtua. 2 Dengan demikian, data
al 28 Undang –Undang Dasar Negara Republik tentang pemenuhan hak-hak anak Indonesia. Indonesia 1945 telah menetapkan bahwa anak
Secara umum kekerasan didefinisikan se- adalah subyek dan warga negara yang berhak atas bagai suatu tindakan yang dilakukan satu indi-
perlindungan dari serangan orang lain. Selanjut- vidu terhadap individu lain yang mengakibatkan
nya dalam Pasal 28B Ayat (2) Undang –Undang gangguan fisik dan atau mental. Dengan begitu,
Dasar Negara Republik Indonesia 1945, dijelas- yang dimaksud anak ialah individu yang belum
kan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan mencapai usia 18 tahun, maka dari itu kekerasan
hidup (rights to life and survival), tumbuh, dan terhadap anak adalah tindakan yang dilakukan
berkembang (rights to development), serta berhak seseorang atau individu pada mereka yang belum
atas perlindungan dari kekerasan dan dikriminasi. genap berusia 18 tahun yang menyebabkan kondi-
Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam si fisik dan atau mentalnya terganggu. Seringkali masyarakat yang berperan dan berpengaruh san- istilah kekerasan terhadap anak ini dikaitkan
dalam arti sempit dengan tidak terpenuhinya hak 3 Indra Sugiarto, Aspek Klinis Kekerasan pada Anak dan Upaya Pencegahannya (Makalah), Jakarta, 2014, hlm. 1.
1 Laporan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) 4 Putrika P.R. Gharini, Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Tahun 2016. Fisik, dan Tinjauan Agama (Makalah), Jakarta, 2014, hlm. 1. 2 Ibid. 5 Ibid., hlm. 1.
2 Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak... (Penny Naluria Utami)
Jurnal Volume 9, Nomor 1, Juli 2018
HAM
gat besar terhadap perkembangan sosial dan pada orangtuanya dan trauma pada anak. Akibat perkembangan kepribadian setiap anggota ke-
lain dari kekerasan, anak akan merasa rendah har- luarga. Anggota keluarga terdiri dari Ayah, ibu,
ga dirinya karena merasa pantas mendapat huku- dan anak merupakan sebuah satu kesatuan yang
man sehingga menurunkan prestasi anak diseko- memiliki hubungan yang sangat baik. Hubungan
lah atau hubungan sosial dan pergaulan dengan baik ini ditandai dengan adanya keserasian dalam
teman –temannya menjadi terganggu. Hal terse- hubungan timbal balik antar semua individu
but, tentu saja mempengaruhi rasa percaya diri dalam keluarga. anak yang seharusnya terbangun sejak kecil. Apa
Keutuhan dan kerukunan rumah tangga ba- yang dialaminya akan membuat anak meniru ke- hagia dan aman merupakan dambaan setiap orang
kerasan dan bertingkah laku agresif dengan cara berumah tangga. Oleh karena itu, untuk mewujud-
memukul atau membentak bila timbul rasa kesal kannya sangat tergantung pada setiap orang dalam
didalam dirinya.
lingkup rumah tangga, terutama kadar kualitas Meyakini bahwa keluarga sebagai kelom- perilaku dan pengendalian diri setiap orang dalam
pok dasar masyarakat dan lingkungan alamiah lingkup rumah tangga tersebut. Apabila kuali-
bagi pertumbuhan dan kesejahteraan semua ang- tas dan pengendalian diri tidak dapat dikontrol,
gotanya dan terutama anak-anak harus diberikan yang pada akhirnya dapat terjadi kekerasan dalam
perlindungan dan bantuan dalam memikul tang- rumah tangga sehingga timbul ketidakamanan
gung jawab di masyarakat. Anak harus dipersiap- atau ketidakadilan terhadap orang yang berada
kan seutuhnya untuk hidup dalam suatu kehidupan dalam lingkup rumah tangga tersebut. individu di tengah masyarakat dengan semangat
Ketegangan maupun konflik antara suami perdamaian, kehormatan, tenggang rasa, kebe- dan istri maupun orangtua dengan anak meru-
basan, persamaan dan solidaritas, mengingat anak pakan hal yang wajar dalam sebuah keluarga atau
karena alasan ketidakdewasaan fisik dan jiwanya rumah tangga. Tidak ada rumah tangga yang ber-
membutuhkan perlindungan dan pengasuhan khu- jalan tanpa konflik, namun konflik dalam rumah
sus, termasuk perlindungan hukum yang tepat, tangga bukanlah sesuatu yang menakutkan. Ham-
baik sebelum dan sesudah kelahiran. pir semua keluarga pernah mengalaminya dan
Tantangan dalam pencegahan kekerasan di yang menjadi berbeda adalah bagaimana cara
masyarakat adalah kerangka hukum masih kurang mengatasi dan menyelesaikan hal tersebut. berperan dalam melarang segala bentuk kekerasan
Setiap keluarga memiliki cara untuk me- terhadap anak, karena dianggap hukum diam di nyelesaikan masalahnya masing-masing. Apabila
tempat dan penegakannya sering tidak mema- masalah diselesaikan secara baik dan sehat maka
dai akibat sumber daya yang dialokasikan tidak setiap anggota keluarga mendapatkan pelajaran
memadai. Begitu juga dengan sikap sosial dan yang berharga yaitu menyadari dan mengerti per-
praktik budaya memaafkan kekerasan, kurangnya asaan, kepribadian dan pengendalian emosi tiap
pengetahuan dan pemahaman serta akar penyebab anggota keluarga sehingga kebahagiaan dalam
kekerasan terhadap anak.
keluarga terwujud. Penyelesaian konflik secara Dalam Pedoman Perlindungan Anak Ter- sehat terjadi bila masing-masing anggota kelu-
padu Berbasis Masyarakat (PATBM) 2016 oleh arga tidak mengedepankan kepentingan pribadi,
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan mencari akar permasalahan dan membuat solusi
Perlindungan Anak Republik Indonesia bahwa yang sama-sama menguntungkan anggota kelu-
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebi- arga melalui komunikasi yang baik dan lancar. Di
jakan dan melaksanakan berbagai program yang sisi lain, apabila konflik diselesaikan secara tidak
mendukung pemenuhan hak dan perlindungan ke- sehat maka konflik semakin sering terjadi dalam
pada anak seperti pengembangan kabupaten/kota keluarga. layak anak (KLA), Sekolah Ramah Anak, pem-
Kenakalan anak seringkali menjadi penye- bentukan Forum Anak di tingkat provinsi dan ka- bab kemarahan orangtua, sehingga anak menerima
bupaten/kota, penyediaan ruang pengadilan ramah hukuman yang disertai emosi dari orangtua untuk
anak, kampanye-kampanye gerakan perlindungan tidak segan memukul atau melakukan kekerasan
anak, Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan fisik. Bila hal ini sering dialami oleh anak, maka
Perempuan dan Anak (P2TP2A), Gerakan Nasi- menimbulkan luka yang mendalam pada fisik dan
onal Anti Kekerasan terhadap Anak (GN-AKSA). batinnya, sehingga akan menimbulkan kebencian Selain program tersebut, di berbagai daerah juga
Jurnal HAM Vol. 9 No. 1, Juli 2018: 1-17 3
Jurnal Volume 9, Nomor 1, Juli 2018
HAM
telah banyak upaya perlindungan terhadap anak (PATBM), yaitu gerakan perlindungan anak yang yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerhati
dikelola oleh sekelompok orang yang tinggal di anak maupun lembaga masyarakat di wilayah ma-
suatu wilayah (desa/kelurahan). Melalui PATBM, sing-masing. Namun, berbagai program tersebut
masyarakat diharapkan mampu mengenali, mene- belum mampu meminimalisir kejadian-kejadian
laah, dan mengambil inisiatif untuk mencegah baru kekerasan terhadap anak. Hal ini terjadi
serta memecahkan permasalahan kekerasan terha- karena upaya perlindungan anak belum banyak
dap anak yang ada di lingkungannya sendiri. 6 menekankan pada pencegahan dan belum dilaku-
Kementerian Pemberdayaan Perempuan kan secara terpadu dengan melibatkan keluarga,
dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) juga telah anak, dan masyarakat secara bersama-sama. menerbitkan Strategi Nasional Pencegahan Ke-
Beberapa kendala juga ditemui ditingkat kerasan terhadap Anak 2016-2020, yang meliputi provinsi maupun kabupaten/kota pada pelaksa-
legislasi dan penerapan kebijakan, menghilan- naanya, seperti sosialiasi program kurang efektif,
gkan norma sosial yang membiarkan kekerasan prosedur penanganan anak dalam kekerasan yang
pada anak, pengasuhan dengan relasi kasih say- belum berjalan dan minimnya data statistik nasi-
ang, peningkatan keterampilan anak, peningka- onal tentang kekerasan terhadap anak. Data yang
tan kualitas layanan serta sistem data dan bukti. tersedia selama ini baru berdasarkan pada laporan
Meskipun demikian, upaya pencegahan kekerasan kasus dan kajian dalam skala kecil dengan ruang
terhadap anak, tidak cukup dengan menerbitkan lingkup yang terbatas per wilayah. berbagai Undang-Undang yang melindungi anak.
Untuk mengembangkan perlindungan anak Namun, yang terpenting adalah bagaimana ma- yang terpadu dan berbasis masyarakat, Kemente-
syarakat memperkuat peran mereka dalam per- rian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
lindungan anak. Perlindungan Anak Terpadu Ber- Anak pada Tahun 2015 telah melakukan penelitian
basis Masyarakat (PATBM) dibuat dalam sebuah di empat provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah,
gerakan yang masif dan harus dilakukan secara Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Bengkulu, Dari
terus menerus, yang dimulai dari RT, RW, desa/ hasil kajian tersebut diperoleh informasi bahwa
kelurahan, kecamatan, dan kabupaten/kota dan upaya perlindungan anak telah banyak dilakukan
PATBM telah dirintis di 34 Provinsi, 68 kabupat- masyarakat, mulai dari mensosialisasikan hak-hak
en/kota, dan 136 desa dan kelurahan. Hal terse- anak baik dalam bentuk kesenian, dialog, penerbi-
but, untuk mengatasi permasalahan anak, seperti, tan media infomasi sampai mendampingi ketika
kekerasan, diskriminasi dan eksploitasi oleh ma- anak yang menjadi korban. Meskipun demikian,
syarakat sendiri dimulai dari tingkat grass-root. sebagian terbesar praktik tersebut belum terpadu
Sebagaimana diamanatkan, dalam Konven- melibatkan keluarga, anak, dan masyarakat serta
si Hak Anak (KHA), melalui Keputusan Presiden kurang dikoordinasikan dengan pemerintah se-
Nomor 36 Tahun 1990 serta komitmen Indonesia, tempat. dalam mendukung gerakan World Fit for Children
Beberapa daerah di Indonesia sudah mem- (Dunia yang Layak bagi Anak). Pemerintah Pusat, praktikan pelibatan keluarga, anak, dan ma-
Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten syarakat secara lebih terpadu tetapi dibatasi pada
dan Kota harus dapat memastikan bahwa semua kelompok anak tertentu secara berbeda-beda ses-
anak yang memerlukan perlindungan khusus uai dengan isu utama perhatian lembaga yang
mendapatkan layanan mulai dari layanan pengad- menggagas dan mendampingi pengembangan-
uan, kesehatan, rehabilitasi sosial, bantuan hukum nya. Meskipun demikian, dalam beberapa kasus
sampai pada layanan reintegrasi. ditemukan ada dukungan pemerintah yang cukup
Perkembangan yang terjadi saat ini, terkait kuat dalam pengembangan praktik perlindungan
dengan kekerasan secara fisik, psikis, seksual, dan anak berbasis masyarakat. Sinergi pemerintah
penelantaran rumah tangga sangat membutuhkan setempat dan daerah dengan masyarakat dalam
perangkat hukum yang memadai untuk mengha- pengembangan praktik tersebut dipayungi dengan
pus kekerasan dalam rumah tangga itu sendiri, Peraturan Daerah, bahkan Peraturan Desa. sehingga terjadi pembaruan hukum yang berpihak Menindaklanjuti hasil praktik tersebut, Ke- pada kelompok rentan (khususnya perempuan
menterian Pemberdayaan Perempuan dan Perlind- ungan Anak menggagas sebuah strategi gerakan
6 Pedoman Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) Edisi I/2016 oleh Kementerian Pemberdayaan
Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
4 Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak... (Penny Naluria Utami)
Jurnal Volume 9, Nomor 1, Juli 2018
HAM
dan anak). Pembaruan hukum tersebut diperlukan tangga merupakan kejahatan terhadap martabat karena undang-undang yang ada belum memadai
kemanusiaan.
dan tidak sesuai lagi dengan perkembangan hu- Pemerintah sudah selayaknya memberi- kum masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan pen-
kan perhatian terhadap perlindungan anak karena gaturan tentang tindak pidana kekerasan dalam
amanat Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28b rumah tangga secara tersendiri karena mempun-
Ayat 2 menyatakan bahwa: “Setiap anak berhak yai kekhasan. atas kelangsungan hidup, tumbuh kembang, serta
Pandangan negara tersebut didasarkan pada berhak atas perlindungan dari kekerasan dan dis- Pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun
kriminasi’. Keberadaan Undang-Undang Nomor 1945, beserta perubahannya. Pasal 28G Ayat (1)
35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Undang Dasar Negara RI Tahun 1945
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlind- menyatakan bahwa: “Setiap orang berhak atas
ungan Anak, mempertegas perlunya pemberatan perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
sanksi pidana dan denda bagi pelaku kejahatan martabat, dan harta benda yang di bawah kekua-
terhadap anak terutama kepada kejahatan seksual saannya, serta berhak atas rasa aman dan perlind-
yang bertujuan untuk memberikan efek jera, serta ungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau
mendorong adanya langkah konkrit untuk memu- tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi”.
lihkan kembali fisik, psikis dan sosial anak. Hal Pasal 28H Ayat (2) Undang Undang Dasar Negara
tersebut perlu dilakukan untuk mengantisipasi RI Tahun 1945 menyatakan bahwa: “Setiap orang
anak (korban kejahatan) dikemudian hari tidak berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khu-
menjadi pelaku kejahatan yang sama. Oleh kare- sus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat
nanya, keberadaan undang-undang ini dapat men- yang sama guna mencapai persamaan dan keadi-
jadi harapan baru dalam melakukan pencegahan lan”. dan perlindungan kekerasan terhadap anak.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 Peneliti Mahasiswa Program Magister tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Kriminologi Peminatan Perlindungan Anak, Reni Tangga (KDRT), mengatur ihwal pencegahan dan
Kartikawati, menjelaskan bahwa data pada tahun perlindungan serta pemulihan terhadap korban
2016 menunjukan sebanyak 22.000 perempuan kekerasan dalam rumah tangga, juga mengatur se-
muda di Indonesia berusia 10-14 tahun sudah me- cara spesifik kekerasan yang terjadi dalam rumah
nikah terutama terjadi di pedesaan sebesar 0,03 tangga dengan unsur-unsur tindak pidana yang
persen. Selain itu, usia kehamilan umur remaja berbeda dengan tindak pidana penganiayaan yang
yakni dari usia 15-19 tahun sebesar 1, 97 persen. diatur dalam KUHP. Selain itu, dalam Undang-
Data tersebut juga menunjukkan bahwa angka undang ini juga mengatur tentang pelibatan ma-
pernikahan anak di Indonesia tertinggi ke dua di syarakat terkait kekerasan dalam rumah tangga,
ASEAN. 7 Untuk itu, Direktur Program Keadi- sebagaimana diatur pada Pasal 15 Undang-undang
lan Gender Oxfam di Indonesia, Antarini Arna, tentang Pengahapusan KDRT bahwa: “Setiap
menjelaskan mengenai dampak negatif dari per- orang yang mendengar, melihat, atau mengetahui
nikahan anak di bawah umur. Sebab jika anak terjadinya kekerasan dalam rumah tangga wajib
dikawinkan di usia dini akan membuat hidupnya melakukan upaya-upaya sesuai dengan batas ke-
tidak baik karena dia putus sekolah, kesepian, dan mampuannya untuk: a. mencegah berlangsungnya
rentan kekerasan. 8
tindak pidana; b. memberikan perlindungan ke- Pernikahan anak pada dasarnya terjadi pada korban; c. memberikan pertolongan darurat;
karena berbagai macam alasan, diantaranya ke- dan d. membantu proses pengajuan permohonan percayaan dan budaya yang menyatakan bahwa
penetapan perlindungan”. Berdasarkan pemikiran tersebut, sudah saatnya dibentuk Undang-Undang
7 Dikutip dari netralnews.com, “Angka Pernikahan Dini di Indonesia Tertinggi Kedua di ASEAN ”, 30 September 2016,
tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
diakses melalui http://www.netralnews.com/news/kesra/
Tangga yang diatur secara komprehensif, jelas,
read/27165/angka.pernikahan.dini.di.indonesia.tertinggi.
dan tegas untuk melindungi dan berpihak kepada
kedua.di.asean pada tanggal 25 Agustus 2017. 8 Dikutip dari kompas.com, “Dampak Pernikahan Anak
korban, serta sekaligus memberikan pendidikan
Lebih Besar dari yang Anda Bayangkan ”, 10 Desember
dan penyadaran kepada masyarakat dan aparat
http://lifestyle.kompas.com/
bahwa segala tindak kekerasan dalam rumah read/2016/12/10/113600020/dampak.pernikahan.anak. lebih.besar.dari.yang.anda.bayangkan pada tanggal 25 Agustus 2017.
Jurnal HAM Vol. 9 No. 1, Juli 2018: 1-17 5
Jurnal Volume 9, Nomor 1, Juli 2018
HAM
wanita sudah layak menikah ketika telah men- Pengertian penelitian deskriptif menurut galami menstruasi. Kemudian, disebabkan karena
Nazir merupakan suatu metode dalam meneliti alasan ekonomi yang menempatkan wanita seb-
status sekelompok manusia, suatu objek, suatu agai beban tambahan bagi keluarga sehingga den-
set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu gan dinikahkan, maka akan mengurangi beban
kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari keluarga. Selain itu, juga karena kerangka hukum
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat yang menyebabkan wanita dapat menikah secara
deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, legal di bawah usia 16 tahun. Orangtua dan orang-
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat orang dewasa di sekeliling anak wajib mengeta-
serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. 11 hui, anak perempuan juga membutuhkan keadilan
Sementara Sugiyono menyatakan bahwa metode dimana mereka juga dapat mengejar mimpi dan
deskriptif adalah suatu metode yang digunakan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Selain
untuk menggambarkan atau menganalisis suatu itu, menikahkan bukan berarti memberi anak ke-
hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk hidupan yang lebih baik. Dian Kartika Sari, Di-
membuat kesimpulan yang lebih luas. 12 rektur Koalisi Perempuan Indonesia, justru men-
metodologi ini ialah gungkapkan bahwa perkawinan anak bukan saja
Tujuan
dari
pemahaman secara lebih mendalam terhadap berada dalam lingkaran kekerasan, tetapi juga
suatu permasalahan yang dikaji dan data yang dalam lingkaran kemiskinan. Oleh karena itu,
dikumpulkan lebih banyak kata ataupun gambar- memutus perkawinan anak berarti mengurangi
gambar daripada angka. Data yang diperoleh kemiskinan. 9 dari hasil pengamatan, wawancara, dokumentasi,
Dengan rumusan masalah adalah apakah analisis, catatan lapangan, disusun di lokasi faktor –faktor penyebab kekerasan terhadap anak
penelitian, bukan dalam bentuk angka-angka. di Nusa Tenggara Barat? dan bagaimana solu-
Wawancara yang digunakan untuk mengumpulkan si pencegahan kekerasan terhadap anak dalam
data primer dengan informan sehingga informasi perspektif hak atas rasa aman? yang diperoleh sesuai dengan kondisi sekarang
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk dan dapat dipertanggungjawabkan. meneliti mengenai pencegahan kekerasan ter-
Berdasarkan sifat data yang dikumpulkan, hadap anak dalam perspektif hak atas rasa aman
maka analisis data hasil penelitian digunakan di Nusa Tenggara Barat, dimana bertujuan untuk
analisis kualitatif dimana data bersifat uraian menjelaskan faktor-faktor penyebab kekerasan
kalimat (data naratif) yang tidak dapat diubah dalam terhadap anak dan mencari solusi untuk mence- bentuk angka-angka. 13 Artinya, mendeskripsikan gah terjadinya kekerasan terhadap anak agar ter- hasil data lapangan yang diperoleh melalui data cipta pola pengasuhan yang aman. primer, kemudian mereduksi segala informasi yang diperoleh untuk memfokuskan pada masalah
METODE PENELITIAN utama.
Metode penelitian menggunakan penelitian Pemilihan informan menggunakan teknik deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan purposive sampling dimana informan dipilih dengan tujuan utama untuk memberikan secara sengaja dan dianggap benar-benar gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan mengetahui atau berkaitan langsung. Informan secara objektif. Penelitian deskriptif ditujukan meliputi pejabat yang berwenang di Badan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan Pemberdayaan Perempuan, P2TP2A, Dinas fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena Sosial, UPPA Kepolisian, Lembaga Pemerhati yang bersifat alamiah atau rekayasa manusia. 10 Anak, Tokoh Agama atau Adat dan Akademisi. Dengan
merupakan cara untuk menemukan makna Dengan ruang lingkup penelitian adalah baru, menjelaskan sebuah kondisi keberadaan,
menentukan frekuensi kemunculan sesuatu dan
11 Moh. Nazir, Metode Penelitian Cetakan 9, Bogor: Ghalia
Indonesia , 2014, hlm. 125.
mengkategorikan informasi. 12 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D Cetakan ke 11, Bandung: CV. Alfabeta, 2010, hlm. 21.
9 Ibid. 13 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu 10 Sukmadinata, N. S, Metode Penelitian Pendidikan Cetakan
Pendekatan Praktek) Cetakan ke 5, Jakarta: Rineka Cipta, ke 8, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014, hlm. 11. 2014, hlm. 17.
6 Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak... (Penny Naluria Utami)
Jurnal Volume 9, Nomor 1, Juli 2018
HAM
untuk menafsirkan dan menguraikan data yang
dalam memahami bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi,
Untuk
mempermudah
penjelasan sebelumnya maka kerangka pemikiran sikap serta pandangan yang terjadi di dalam
terhadap penelitian ini sebagai berikut: suatu masyarakat terkait kekerasan terhadap anak dan pengaruhnya terhadap suatu kondisi, dan
sebagainya.
Gambar 1
Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan
Kerangka Pemikiran
pertimbangan bahwa Nusa Tenggara Barat
sebagai daerah pariwisata, mempunyai tingkat
kasus kekerasan dan kejahatan terhadap anak
tertinggi di Indonesia menurut Komisi Nasional MASYARAKAT (RT/RW) Perlindungan Anak (Komnas PA) dengan uraian kejadian terhadap kasus tersebut sekitar 58 persen kasus kekerasan seksual, yang mulai
KELUARGA dari pemerkosaan, pencabulan, pedofilia hingga
kekerasan seksual sedarah (incest). 14 Anak Anak –anak perlu dilindungi karena pada
dasarnya setiap anak terlahir dengan segenap
potensi yang baik. Oleh karena itu, orangtua yang paling utama memenuhi hak –hak dasar anak dalam masa perkembangannya. Namun, pola asuh dan lingkungan yang salah selama masa perkembanganlah yang dapat menghambatnya
dalam tumbuh dan berkembang. Selain itu, setiap orang dewasa serta negara bertanggungjawab
Adapun batasan konsep dalam penelitian ini terhadap pemenuhan hak-hak dasar tersebut. adalah anak atau seseorang yang belum berusia
18 (delapan belas) tahun, yang menjadi korban kekerasan terhadap anal di dalam rumah tangga
Dengan kerangka
pemikiran bahwa
kekerasan baik kekerasan fisik, psikis, seksual biasa disebut sebagai hidden crime yang telah
dan penelantaran. Pada umumnya dilakukan oleh memakan cukup banyak korban dari berbagai
orang-orang yang mempunyai tanggung jawab kalangan masyarakat. Hal ini dapat terjadi dalam
terhadap kesejahteraan anak, yang diindikasikan berbagai bentuk dan disebabkan oleh berbagai
dengan kerugian dan ancaman terhadap kesehatan faktor. Sebagai akibatnya, tidak hanya dialami
dan kesejateraan anak serta keluarga adalah unit oleh istri saja tetapi anak-anak jaga ikut mengalami
terkecil dalam masyarakat yang disebut juga penderitaan. Untuk mencegah, melindungi
rumah tangga terdiri dari suami (ayah), isteri (ibu) korban, dan menindak pelaku kekerasan dalam
dan anak-anak.
rumah tangga, negara dan masyarakat wajib
PEMBAHASAN
melaksanakan pencegahan, perlindungan, dan penindakan pelaku sesuai dengan peraturan yang
A. Deskripsi Hasil Lapangan di Nusa Teng-
ada. gara Barat Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan
Adapun dampak-dampak itu dapat berupa Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana efek yang secara langsung dirasakan oleh anak,
(BP3AKB) Nusa Tenggara Barat, Eva Nurcahy- sehubungan dengan kekerasan yang ia lihat terjadi
aningsih menjelaskan bahwa angka kekerasan ter- pada ibunya, maupun secara tidak langsung.
hadap perempuan dan anak menunjukkan grafik Bahkan, sebagian dari anak yang hidup di tengah
peningkatan, yang mana pada tahun 2014 ber- keluarga seperti ini juga diperlakukan secara keras
jumlah 1.129 kasus, tahun 2015 berjunlah 1279 dan kasar karena kehadiran anak terkadang bukan
kasus dan tahun 2016 berjumlah 1304 kasus serta meredam sikap suami tetapi malah sebaliknya. ada tiga kabupaten yang menempati posisi tera-
14 Laporan Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Tahun 2016.
Jurnal HAM Vol. 9 No. 1, Juli 2018: 1-17 7
Jurnal
HAM
Volume 9, Nomor 1, Juli 2018
8 Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak... (Penny Naluria Utami)
tas dalam kasus kekerasan ini. Pertama ditempati oleh Kabupaten Dompu dengan 254 kasus, Lom- bok Barat 81 kasus dan Lombok Timur 74 kasus. 15 Kemudian BP3AKB Nusa Tenggara Barat lebih memfokuskan perhatian kepada ketiga kabupaten tersebut dengan sejumlah program dengan tetap memperhatikan tujuh kabupaten/kota lain yang juga dalam pembinaan mereka.
Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu provinsi dengan angka pernikahan anak tertinggi di Indonesia. Berdasarkan data tahun 2015 dari Badan Pemberdayaan Perem- puan Perlindungan Anak dan Keluarga Beren- cana (BP3AKB) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menunjukan perempuan usia 10-19 tahun di Kabupaten Lombok Timur menempati urutan tertinggi sebesar 41,56 persen. Tingginya angka perkawinan usia anak di NTB tidak terlepas dari praktik “kawin lari” yang dikenal dengan istilah Merariq dalam terminologi Suku Sasak, Desa Surabaya Utara, Kecamatan Sakra Timur, Kabu-
paten Lombok Timur, NTB. 16 Ini berarti dengan
banyaknya jumlah pernikahan anak tersebut ber- korelasi dengan tingginya tingkat perceraian.
Banyak ditemukan perempuan di pedesaan yang begitu mudah diceraikan, sehingga pernah ada seorang perempuan yang pada usia 18 tahun telah menjalani kawin-cerai sampai tiga kali den- gan pasangan yang berbeda-beda. Tidak hanya itu, pernikahan anak atau usia dini juga seringkali berujung pada terjadinyan KDRT dan korban dari KDRT tersebut tidak lain adalah anak-anak itu
sendiri. 17 Menurut keterangan dari Kasubdit IV Re- nata Direktorat Reserse Kriminal Umum (Di- treskrimum) Polda NTB bahwa sampai Juni 2017 telah menangani sebanyak 72 kasus dan kasus pencabulan memang mendominasi tindakan ke- kerasan terhadap anak. Dengan rincian ada 43 kasus anak jadi korban pencabulan dan 18 kasus
15 Dikutip dari beritalima.com, “Kasus Kekerasan Anak Dompu Tertinggi
NTB”, 22 Agustus 2016, diakses dari
https://www.beritalima.com/2016/08/22/kasus- kekerasan-anak-dompu-tertinggi-ntb/ pada tanggal 25 Agustus 2017.
16 Dikutip dari netralnews.com, “Angka Pernikahan Dini di Indonesia Tertinggi Kedua di ASEAN ”, 30 September 2016, diakses
dari http://www.netralnews.com/news/kesra/ read/27165/angka.pernikahan.dini.di.indonesia.tertinggi. kedua.di.asean pada tanggal 25 Agustus 2017.
17 Dikutip dari Marilda Azka Azzahra, “NTB Peringkat Atas Angka Pernikahan Anak! Mengapa?”, 25 Juli 2017, diakses dari
https://baleku.club/2017/07/25/ntb-peringkat- atas-angka-pernikahan-anak-mengapa/ pada tanggal 25 Agustus 2017.
anak kekerasan fisik. Secara kuantitas, terjadi penurunan kasus di semester pertama tahun ini dibandingkan 2016 lalu. Sepanjang tahun lalu, ada 214 kejahatan terhadap anak. Rinciannya, terjadi 96 kasus anak korban pencabulan dan 90 kasus anak yang menjadi korban kekerasan fisik, sedangkan sisanya terkait penelantaran dan lain- lain. Jika di 2016 pelakunya didominasi orang de- wasa, pada tahun ini kejahatan seksual terhadap anak, kebanyakan dilakukan oleh anak. Menyika- pi situasi adanya pelaku kejahatan yang berasal dari anak-anak, maka dibutuhkan penanganan berbeda sehingga Polda akan melibatkan pekerja sosial dan lembaga perlindungan anak. Lebih lan- jut, pelaku kejahatan terhadap anak relatif berasal dari orang-orang yang mengenal korban. Dengan modus menggunakan iming-iming melalui uang, makanan, mainan, hingga menonton. Kasus ke- kerasan terhadap anak cukup membuat kewalahan karena tak banyak personil (hanya 12 orang) yang
aktif untuk diterjunkan menangani perkara ini. 18
Menurut keterangan dari Kasat Reskrim Polres Mataram, AKP Kiki Firmansyah SIK, bah- wa kasus kekerasan terhadap anak sampai Maret 2017 sangat menghawatirkan, dimana di Januari tercatat sebanyak tujuh kasus kekerasan terha- dap perempuan dan anak. Dengan rincian, empat kasus adalah kasus KDRT, satu kasus persetubu- han dan pencabulan dengan anak dan dua kasus adalah penganiayaan anak. Kemudian di Februari, kasus kekerasan tersebut naik menjadi 16 kasus, yang mana enam kasus adalah KDRT, tiga kasus pencurian yang dilakukan anak, dua kasus penel- antaran anak, dua kasus pencabulan dengan jenis kelamin sejenis, satu kasus pencabulan dan dua kasus penganiayaan anak. Sementara di Maret 2017, kasus kekerasan pada perempuan dan anak terjadi sebanyak 13 kasus, rinciannya enam ka- sus KDRT, tiga kasus pencabulan anak, satu ka- sus pencabulan anak dengan jenis kelamin yang sama, tiga kasus penganiayaan terhadap anak. 19 Dari deretan kasus tersebut, mengindikasikan ke- kerasan terhadap anak di Mataram berada pada titik mengkhawatirkan.
18 Dikutip dari lombokpost.net, “Banyak Anak NTB Jadi Pelaku Kekerasan ”, 24 Juli 2017, diakses dari http://www. lombokpost.net/2017/07/25/banyak-anak-ntb-jadi-pelaku- kekerasan/ pada tanggal 22 Agustus 2017.
19 Dikutip dari kicknews. today, “Baru Tiga Bulan Polres Mataram Tangani 36 Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak, 10 April 2017. diakses dari https://kicknews. today/2017/04/10/baru-tiga-bulan-polres-mataram- tangani-36-kasus-kekerasan-perempuan-dan-anak/ pada tanggal 22 Agustus 2017.
Jurnal Volume 9, Nomor 1, Juli 2018
HAM
Ketua Divisi Advokasi Lembaga Perlindun- perilaku ini sebagai model ketika mereka menjadi gan Anak (LPA) NTB, Joko Jumadi menjelaskan
orangtua kelak. Stres yang ditimbulkan oleh ber- bahwa terjadi peningkatan kesadaran masyarakat
bagai kondisi sosial meningkatkan risiko tindak untuk melapor. Secara tidak langsung, mengaki-
kekerasan pada anak dalam sebuah keluarga. batkan tingginya kasus kejahatan terhadap anak
Para orangtua atau pengasuh yang melaku- yang ditangani LPA NTB. Di Kota Mataram ada
kan tindak kekerasan pada anak cenderung
18 kasus yang ditangani dan secara keseluruhan kurang bersosialisasi. Beberapa orangtua pelaku di NTB sudah hampir 200 kasus. Mengenai kla-
kekerasan bahkan bergabung dengan berbagai or- sifikasi kasus masih didominasi oleh kekerasan
ganisasi kemasyarakatan, dan kebanyakan kurang seksual, fisik, dan penelantaran anak. Oleh karena
berkomunikasi dengan teman-teman atau kera- itu, LPA NTB terus berupaya melakukan langkah
batnya. Kurangnya sosialisasi ini menyebabkan pencegahan hingga masuk ke tingkat desa guna
kurangnya dukungan masyarakat pada orangtua meminimalisasi kasus kekerasan terhadap anak. 20 pelaku tindak kekerasan untuk menolong mereka
Lembaga Perlindungan Anak (LPA) meru- menghadapi ketegangan sosial atau ketegangan pakan organisasi sosial atau perkumpulan sos-
dalam keluarga.
ial non pemerintah yang bersifat nirlaba dengan Faktor budaya sering menentukan ban- fungsi utama memberikan perlindungan pada anak
yaknya dukungan komunitas yang diterima se- yang berada di wilayah NTB dengan visi menjadi
buah keluarga. Komunitas itu berupa para tet- lembaga pengawal pemenuhan dan perlindungan
angga, kerabat dan teman-teman yang membantu hak –hak anak. Misi LPA yaitu melindungi anak
pemeliharaan anak ketika orangtuanya tidak mau dari setiap pelanggaran dan pengabaian hak –hak
atau tidak mampu. Orangtua tunggal lebih sering anak, mendorong terwujudnya tatanan masyara-
melakukan tindak kekerasan pada anak-anak dari- kat yang mampu mempromosikan, memajukan,
pada bukan orangtua tunggal. Hal ini disebabkan memenuhi dan melindungi hak –hak anak, me-
keluarga dengan orangtua tunggal biasanya lebih ningkatkan upaya perlindungan hak anak melalui
sedikit mendapatkan uang daripada keluarga lain- peningkatan kesadaran, pengetahuan dan kemam-
nya, sehingga hal ini dapat meningkatnya resiko puan masyarakat dalam meningkatkan kualitas
tindak kekerasan. Keluarga dengan keretakan lingkungan yang memberi peluang, dukungan
perkawinan yang kronis atau tindak kekerasan dan kebebasan terhadap mekanisme perlindungan
pada pasangannya mempunyai tingkat tindak ke- anak. Selain itu mengupayakan pemberdayaan
kerasan pada anak lebih tinggi daripada keluarga keluarga dan masyarakat agar mampu mencegah
tanpa masalah seperti ini.
terjadinya pelanggaran dan pengabaian hak anak, Nusa Tenggara Barat juga dihadapkan den- melanggar pemenuhan hak –hak dasar anak. Ada 3
gan tantangan dari budaya sekitar yang menem- Kabupaten yang sudah bekerjasama dengan LPA,
patkan kaum pria di atas perempuan. Secara tidak yaitu Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lom- langsung ini dinilai ikut mempengaruhi terjadinya bok Timur, dan Kabupaten Sumbawa. kekerasan terhadap perempuan dan anak. Untuk mengatasi problematika itu, selain butuh kerjasa-
B. Faktor Penyebab kekerasan terhadap
ma banyak pihak juga diperlukan pendekatan re- anak di Nusa Tenggara Barat
ligius, kultural yang diikuti pendekatan struktural. Banyak orang sulit memahami mengapa
Namun harapan tersebut belum bisa terwujud seseorang melukai anak –anak. Masyarakat sering
karena kekerasan masih sering ditemui dan ter- beranggapan bahwa orang yang menganiaya
jadi di lingkungan keluarga dan mirisnya pelaku anak –anak mengalami kelainan jiwa. Banyak
bukan hanya orang dewasa tapi kini sampai ke pelaku penganiayaan sebenarnya menyayangi
sesama anak.
anak –anak namun cenderung bersikap kurang de- Bentuk kekerasan yang mengancam anak
wasa secara pribadi. juga sangat bervariasi seperti kekerasan fisik, Banyak anak belajar perilaku jahat dari
psikis, sosial, seksual dan penelantaran. Baik ke- orangtua mereka dan kemudian berkembang men-
kerasan secara fisik, verbal, hingga penelantaran, jadi tindak kekerasan. Jadi, perilaku kekerasan
dapat memberikan dampak pada kesehatan fisik
diteruskan antar generasi. Anak –anak meniru 21
dan mental anak. Secara mental, seorang anak
20 Wawancara dengan Ketua Divisi Advokasi LPA NTB,
Mataram, Juli 2017. 21 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak (Edisi Revisi),
Jurnal HAM Vol. 9 No. 1, Juli 2018: 1-17 9
Jurnal Volume 9, Nomor 1, Juli 2018
HAM
akan mengingat semua tindak kekerasan yang sumbernya adalah kemiskinan. 23 berlangsung dalam satu periode secara konsisten.
Menurut Reni Kartikawati (Peneliti Maha- Anak yang memiliki pengalaman buruk dengan
siswa Program Magister Kriminologi Peminatan perlakuan kasar dari orangtuanya, kemungkinan
Perlindungan Anak), bahwa tingginya angka per- perkembangan kepribadian anak akan terganggu.
kawinan usia anak di NTB sendiri tidak terlepas United Nations Children ’s Fund (UNICEF)
dari praktik ‘kawin lari’ yang dikenal dengan is- dalam survei besarnya menggunakan sistem pen-
tilah Merariq dalam terminologi Suku Sasak. Pe- gumpulan suara U-Report Indonesia memiliki
nyebabnya juga diantaranya adalah masyarakat data terkait kekerasan terhadap anak. Anak muda
yang tidak benar-benar memahami tradisi budaya dari seluruh penjuru Indonesia menyampaikan
perkawinan, adanya stigma sosial tentang perem- pandangan mereka terhadap topik yang masih di-
puan yang tidak menikah muda, adanya kesenjan- anggap tabu, yaitu kekerasan terhadap anak. Se-
gan konsep ‘kedewasaan’ antara hukum nasional cara kuantitatif, survei menyimpulkan bahwa se-
dengan konsep di hukum adat Suku Sasak. Selain lama tiga tahun terakhir (2014-2016) menunjukan
itu, adanya perubahan sosial yang tidak diikuti
76 persen anak muda berumur 13-24 tahun tidak dengan restrukturisasi struktur sosial termasuk ni- pernah mengikuti penyuluhan atau edukasi publik
lai dan norma, adanya agen pengendalian sosial di terkait kekerasan terhadap anak dan banyak dari
tingkat lokal yang tidak dipersiapkan mengantisi- mereka tidak mengetahui kemana harus melapor
pasi perubahan sosial, serta terjadinya pemalsu- jika mengalami atau menyaksikan kekerasan. Se-
an dokumen. Kemudian, pergeseran pada tradisi cara nasional, tingginya angka kekerasan perem-
Merariq juga diduga menjadi salah satu penye- puan dan anak, membuat NTB berada di posisi
bab angka pernikahan anak yang tinggi. Tradisi lima untuk provinsi dengan kasus terbanyak. Hal
Merariq sebelum tahun 1990-an dianggap seba- tersebut bertolak belakang dengan julukan agamis
gai tradisi perkawinan sakral, sedangkan saat ini yang disematkan untuk Lombok dan Sumbawa. 22 Merariq dilihat sebagai suatu praktik. Tradisi adat
Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan Midang atau berpacaran (yang dahulu memiliki Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana
jenjang waktu sekitar empat tahun) dengan cara (BP3AKB) NTB, Hj. Eva Nurcahyaningsih men-
sang lelaki datang ke rumah perempuan ditemani jelaskan bahwa penyebab utama kekerasan terha-
oleh orangtua, kini beralih seiring dengan kema- dap anak dalam rumah tangga adalah kemiskin-
juan teknologi. Sekarang kedua kekasih melaku- an. Menurutnya, faktor kemiskinan merembet ke
kan janji pertemuan melalui media sosial dalam segala lini kehidupan yang saling kait mengkait
jangka waktu singkat bahkan tidak ada proses hingga terjadi kekerasan. Misalnya, karena mis-
Midang. Hal ini berdampak pada kekerasan terha- kin seorang perempuan tidak disekolahkan, kare-
dap perempuan, dimana rata-rata usia perempu- na tidak mendapat pendidikan yang layak mereka
an yang melakukan Merariq usianya lebih muda akhirnya menikah dini. Pernikahan dini sangat
dibanding sang lelaki. Contoh kasus terjadi pada rentan dengan perceraian, perempuan menjadi
seorang anak perempuan berinisial EW yang me- korban kekerasan yang kemudian anaknya juga
nikah pada usia 13 tahun yang menikah dengan tidak mendapat pendidikan layak sehingga rentan
seorang pria 15 tahun lebih tua dari pada usianya. terhadap tindak kekerasan. Selain kemiskinan,
EW yang hanya lulusan SD diceraikan saat usia penyebab lainnya dari tindak kekerasan adalah
pernikahannya menginjak setahun dan mengala- rapuhnya ketahanan keluarga, penggunaan tek-
mi KDRT. Populasi penduduk di Pulau Lombok nologi dan informasi yang tidak terkendali seperti
yang dapat mewakili sebagian besar populasi di penggunaan media sosial. Dimana saat ini tidak
NTB, dengan praktik pernikahan anak dan remaja kejahatan semakin gencar menggunakan media
yang marak inilah yang menempatkan NTB pada sosial dan juga faktor pendidikan dan sumber peringkat atas pernikahan anak di Indonesia. 24 daya manusia yang rendah. Namun semua itu
23 Dikutip dari beritalima.com, “Kasus Kekerasan Anak Dompu Tertinggi NTB”, 22 Agustus 2016 diakses dari https:// Jakarta: Kencana, 2013, hlm. 99. www.beritalima.com/2016/08/22/kasus-kekerasan-anak-
22 Dikutip dari Derry Fahrizal Ulum (Konsultan Perlindungan dompu-tertinggi-ntb/ pada tanggal 25 Agustus 2017. Anak di UNICEF), 16 Februari 2017, diakses dari https://
24 Dikutip dari Marilda Azka Azzahra, “NTB Peringkat Atas halorinjani.wordpress.com/2017/02/16/anak-muda-ntb-
Angka Pernikahan Anak! Mengapa?”, 25 Juli 2017, diakses perlu-angkat-suara-untuk-isu-kekerasan-terhadap-anak/
dari
https://baleku.club/2017/07/25/ntb-peringkat- pada tanggal 22 Agustus 2017. atas-angka-pernikahan-anak-mengapa/ pada tanggal 25
10 Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak... (Penny Naluria Utami)
Jurnal
HAM
Volume 9, Nomor 1, Juli 2018
Jurnal HAM Vol. 9 No. 1, Juli 2018: 1-17 11
Maraknya pelecehan seksual terhadap anak kerap terjadi di lingkungan masyarakat dan pela- ku kekerasan dan pelecehan seksual itu sendiri, dimulai dari kalangan keluarga terdekat hingga orang asing yang mengimingi korban dengan uang. Adapun beberapa faktor yang dinilai me- micu terjadinya kekerasan seksual terhadap anak- anak salah satunya kemajuan teknologi. Seperti beberapa waktu lalu, tiga pria melakukan pelece- han seksual terhadap anak di bawah umur di wi- layah NTB dengan tiga lokasi yang berbeda, ya- kni di Sumbawa, Kabupaten Lombok Utara, dan Lombok Barat. Belum lagi, kasus terbaru, seorang warga negara asing asal Italia ditetapkan menja- di tersangka dugaan pedofilia yang dilakukan di kediamannya. Ketua Divisi Advokasi Lembaga Perlindungan Anak (LPA) NTB, Joko Jumadi, menjelaskan bahwa maraknya kekerasan seksual terhadap anak jika dilihat dari sisi pelakunya ber- kaitan dengan mudahnya mendapatkan informasi terutama kaitannya dengan pornografi dan porno- aksi. Ini sudah sangat luar biasa masif di tengah- tengah masyarakat. Dengan kehadiran telepon genggam yang semakin canggih dan menjamur di kalangan masyarakat juga berpengaruh terhadap akses pornografi yang mudah dijangkau. Rata- rata HP yang digunakan sudah bisa menampilkan multimedia, yang kemudian akses terhadap por- nografi itu semakin merajalela dan ini tidak bisa dikendalikan. Terkait masalah itu, LPA mengajak masyarakat untuk memerangi kekerasan seksual terhadap anak dan juga menghimbau bahwa ke- kerasan dan pelecehan seksual bisa terjadi kapan, dimanapun dan kepada siapapun. Baik anak kan- dung, maupun anak-anak di sekitar kita. Ancaman terhadap kekerasan seksual anak itu ada di mana saja, di level manapun, strata sosial manapun se-