Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

  JMP Online Vol 2, No. 9, 877-894. © 2018 Kresna BIP.

  Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) e-ISSN 2550-0481

   p-ISSN 2614-7254

  PERAN SELF REGULATED LEARNING DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG SERING MENGIKUTI LOMBA EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA SEKOLAH Dionysius Eri Wibowo Universitas Persada Indonesia Y.A.I

  INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

  Dikirim : 30 Agustus 2018 Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran self Revisi pertama : 11 September 2018 regulated learning dan motivasi belajar siswa terhadap Diterima : 12 September 2018 prestasi belajar matematika siswa yang sering mengikuti Tersedia online : 27 September 2018 lomba ekstrakurikuler. Penelitian ini dilakukan di SMA ST. Bellarminus, Jakarta dan SMA Bunda Hati Kudus, Kota wisata. Metode pengumpulan data menggunakan skala self

  Kata Kunci : Self Regulated Learning, Motivasi Belajar, Prestasi regulated learning dan skala motivasi belajar yang di Belajar Matematika adaptasi dari skala motivasi ACRS John Keller. Prestasi belajar matematika diperoleh dari dokumentasi rapor siswa. Teknik analisis data yang digunakan regresi

  Email : e12iwibowo@gmail.com sederhana dan regresi ganda. Analisis regresi sederhana self regulated learning terhadap prestasi belajar matematika memperoleh (r) sebesar 0.205 dan p = 0.010 <

  0.05. Motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa yang sering mengikuti lomba ekstrakurikuler memperoleh (r) sebesar 0.184 dan nilai p = 0.022 < 0.05. Analisis regresi ganda self regulated learning dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa yang sering mengikuti lomba ekstrakurikuler memperoleh (R) 0.225. Skor R square adalah 0.050 yang berarti ada sebesar 5.0% variasi prestasi belajar mampu dijelaskan oleh dua variabel independen. Hasil dari analisis data ini menunjukkan ada peran yang kuat dari self regulated learning dan motivasi belajar secara bersama-sama berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa yang sering mengikuti lomba esktrakurikuler olahraga.

  PENDAHULUAN Latar Belakang

  Ekstrakurikuler bertujuan untuk mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki siswa selain dari kemampuan akademik yang terbiasa di asah di sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler telah berkembang dan bertambah jenisnya mengikuti perkembangan minat dan bakat anak seperti Unit Kesehatan Sekolah, Pramuka, kegiatan olah raga (basket, futsal sampai bela diri), kegiatan kesenian (modern dance, karawitan hingga fotografi) dan masih banyak yang lainnya

  Kegiatan ekstrakurikuler sering kali dilombakan sebagai ajang unjuk kemampuan yang dimiliki setelah mereka menempuh berbagai macam latihan selama kegiatan ekstrakurikuler ini berlangsung di sekolah. Biasanya dilombakan dari tingkat regional, nasional hingga internasional. Setiap siswa yang terlibat terlihat sangat antusias dan berupaya dengan sungguh-sungguh untuk berlatih. Hal ini disebabkan beban nama sekolah dianggap sebagai beban untuk diangkat menjadi pencitraan sekolah.

  Dari sekian banyak ekstrakurikuler yang ada, dalam penelitian ini peneliti berupaya memfokuskan jenis ekstrakurikuler yang selalu rutin dilombakan. Ekstrakurikuler ini adalah olahraga. Ekstrakurikuler ini tidak pernah sepi peminat dari kalangan siswa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kususmawati & Mia (2012) dikemukan bahwa kegiatan ekstrakurikuler olahraga dipilih siswa karena memberikan dampak lebih besar terhadap perilaku sosial terhadap siswa dibandingkan kegiatan ekstrakurikuler non olahraga, karena dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga secara tidak sadar siswa akan dapat merubah perilaku sosial kearah yang lebih positif dengan sendirinya yaitu melalui permainan atau pertandingan.

  Ada suatu fenomena yang menarik perhatian peneliti, yaitu siswa yang mengikuti perlombaan selalu sama walau banyak siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Hal ini mengindentifikasikan bahwa kemampuan dan motivasi siswa yang sering mengikuti perlombaan ekstrakurikuler di atas rata-rata teman-teman sebayanya.

  Kemampuan dan motivasi belajar seharusnya juga tercermin dalam prestasi belajar mereka di dalam kelas. Namun pada kenyataannya hal ini jarang terjadi. Siswa yang sering mengikuti lomba ekstrakurikuler olah raga sering mengabaikan tugas- tugas sekolah. Tugas sekolah yang cenderung diabaikan dari seluruh mata pelajaran yang wajib diikuti siswa Sekolah Menengah Atas adalah pelajaran matematika. Padahal pelajaran matematika adalah pelajaran yang wajib diikuti oleh seluruh siswa. Peraturan Badan Standar Nasional Pendidikan Nomor: 0043/P/BSNP/I/2017 tentang prosedur operasional standar penyelenggaraan Ujian Nasional tahun pelajaran 2016/2017 menyatakan bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang harus diujikan di semua program peminatan. Program peminatan ini adalah IPA,

  IPS dan Bahasa.

  Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah motivasi belajar. Dengan adanya motivasi belajar, siswa akan belajar lebih keras, ulet, tekun dan memiliki konsentrasi penuh dalam proses pembelajaran. Dorongan motivasi dalam belajar merupakan salah satu hal yang perlu dibangkitkan dalam upaya pembelajaran seseorang terhadap prestasi belajarnya adalah penting, karena dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah dicapai maka siswa akan lebih berusaha meningkatkan prestasi belajarnya. Dengan demikian peningkatan prestasi belajar dapat lebih optimal karena siswa tersebut merasa termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajar yang telah diraih sebelumnya. Biggs dan Tefler (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006) mengungkapkan motivasi belajar siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan, sehingga mutu prestasi belajar akan rendah. Oleh karena itu, mutu prestasi belajar pada siswa perlu diperkuat terus- menerus. Dengan tujuan agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, sehingga prestasi belajar yang diraihnya dapat optimal.

  Tinggi rendahnya motivasi dalam belajar terkait dengan motivasi belajar yang dimilikinya. Motivasi belajar menurut McClelland (dalam Judge Timothy A, Stephen P Robinns, 2013) adalah dorongan yang ada pada individu untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar dan berusaha untuk mendapatkan keberhasilan. Ciri-ciri individu yang memiliki motivasi belajar adalah individu yang berorientasi pada tugas dan menyukai tugas-tugas yang menantang dimana penampilan individu pada tugas tersebut dapat dievaluasi (McClelland dalam Morgan, King, Weisz dan Schopler, 1998). Masalah yang timbul di sini adalah banyak siswa yang sering mengikuti lomba tidak menyukai tugas-tugas yang menantang dan menganggap bahwa evaluasi sebagai sesuatu yang tidak perlu. Senada dengan pendapat peneliti di atas dalam penelitian yang dilakukan oleh Ardyansah Jani Putra (2012) dipaparkan bahwa minat dan motivasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Setyowati (2007) menunjukkan ada pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadap prestasi belajar pada siswa kelas VII SMPN 13 Semarang. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi prestasi belajarnya pun akan baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi belajar yang cukup bahkan kurang. Mereka yang memiliki motivasi belajar yang cukup dan kurang akan mendapatkan prestasi belajar yang tidak maksimal bahkan rendah.

  Regulasi diri (self-regulation) merupakan proses untuk mengaktifkan dan mengatur pikiran, perilaku dan emosi dalam mencapai suatu tujuan. Ketika tujuan tersebut berhubungan dengan pembelajaran, maka regulasi diri yang dimaksud adalah

  

self regulated learning (regulasi diri dalam belajar) (Woolfolk, 2008 dalam Kusaeri &

  Nida Mulhamah 2016). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tri Sunarsih (2009) dipaparkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara motivasi belajar, kemandirian belajar dan bimbingan akademik dengan variabel prestasi belajar. Senada dengan hasil penelitian di atas dalam penelitian yang dilakukan oleh Fasikhah Siti Suminarti & Siti Fatimah (2013) dikemukakan bahwa siswa yang mendapat pelatihan self regulated

  

learning memiliki prestasi akademik yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang

  tidak mengalami pelatihan self regulated learning. Berdasarkan serangkaian pendapat dan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa self regulated learning mempengaruhi prestasi belajar siswa.

  Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang ada serta beberapa teori-teori yang telah diuraikan maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengikuti lomba dengan melihat nilai prestasi belajar matematika di semester 2 di sekolah

  Rumusan Masalah

  Dalam penelitian ini masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut : 1. Apakah ada peran self regulated learning terhadap prestasi belajar matematika siswa yang sering mengikuti lomba ekstrakurikuler olahraga sekolah?

  2. Apakah ada peran motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa yang sering mengikuti lomba ekstrakurikuler olahraga sekolah?

  3. Apakah ada peran self regulated learning dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa yang sering mengikuti lomba ekstrakurikuler olahraga sekolah?

  Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Peran self regulated learning terhadap prestasi belajar matematika siswa yang sering mengikuti lomba ekstrakurikuler di sekolah.

  2. Peran motivasi belajar siswa yang sering mengikuti lomba dengan hasil prestasi belajar matematika di sekolah.

  3. Peran self regulated learning dan motivasi belajar siswa yang sering mengikuti lomba ekstrakurikuler terhadap prestasi belajar matematika di sekolah?.

  KAJIAN PUSTAKA Prestasi Belajar Definisi Prestasi Belajar

  Winkel (2004) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Hal ini senada dengan pendapat Asmara (2009) mengatakan bahwa prestasi belajar merupakan suatu bentuk pencapaian atas usaha seseorang dalam penguasaan materi, keterampilan, maupun pengetahuan yang ditunjukkan ataupun diwakilkan dalam bentuk nilai

  Berdasarkan pengertian prestasi belajar di atas, disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Prestasi belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

  Penelitian Prestasi Belajar Siswa yang Aktif Berkegiatan Ekstrakurikuler

  Siswa yang sering mengikuti kegiatan ekstrakurikuler memiliki keistimewaan tersendiri daripada teman-teman yang lain. Mereka pun terkadang diistimewakan oleh regulasi sekolah, seperti : diperbolehkan tidak mengikuti kegiatan belajar di dalam kelas dengan alasan persiapan lomba, diperbolehkan mengikuti ulangan harian susulan Halim (2013) dengan judul minat siswi SMA dr. Soetomo Surabaya pada kegiatan ekstrakurikuler futsal ditemukan bahwa 37,39% siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler memiliki persepsi yang sangat baik terhadap kegiatan ekstrakurikuler futsal karena mereka merasa diistimewakan oleh sekolah.

  Bagaimana dengan prestasi belajar siswa yang aktif dalam ekstrakurikuler ini? Dalam penelitian yang dilakukan oleh Handoko Cahyandaru (2013) dengan judul pengaruh keaktifan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler terhadap prestasi belajar siswa kelas XII Man Yogyakarta II tahun ajaran 2012/2013 ditemukan bahwa pengaruh keaktifan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler terhadap prestasi belajar siswa adalah sebesar 57,9%. Hal senada juga disampaikan oleh Novianty Djafri (2008) dalam penelitian pengaruh kegiatan ekstrakurikuler terhadap prestasi belajar siswa pada pesantren Al-Khaerat kota Gorontalo. Dalam penelitian ini 88,3% responden mengakui adanya korelasi antara kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di pesantren telah menambah tingkat intelektual santri dengan demikian prestasi di sekolah pun meningkat.

  Berdasarkan berbagai hasil penelitian yang disampaikan diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler memberikan berbagai manfaat yang baik bagi siswa yang mengikutinya. Dari hak istimewa mendapat perlakuan khusus dari sekolah hingga menambah tingkat prestasi belajar di sekolah.

  Prestasi Belajar Matematika

  Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran dasar, di sekolah dasar ataupun sekolah menengah. Mempelajari matematika adalah penting karena dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak boleh mengelak dari aplikasi matematika bukan itu saja matematika juga mampu mengembangkan kesadaran tentang nilai-nilai yang secara esensial.

  Matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya. Dengan demikian matematika dapat dikatakan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya.

  Sejalan dengan penjelasan di atas Jonson dan Rissing (dalam Yuhasriati, 2012) menjelaskan matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasian pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang mendefinisikan dengan cermat, jelas, akurat dengan simbul yang padat, lebih berupa bahasa simbul mengenai arti dari pada bunyi; matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsur yang tidak terdefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya; matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan pola atau ide; matematika adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keteturutan dan keharmonisan.

  Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas, maka prestasi belajar matematika dalam tulisan ini adalah kemampuan matematika yang dimiliki siswa setelah menerima pelajaran matematika yang dibatasi pada ranah kognitif yang dibuktikan dalam hasil rapor semester.

  Pengertian Self Regulated Learning

  Pintrich (dalam Yukselturk, Erman, & Safure Bulut, 2009) mendefinisikan self

  

regulated learning (SRL) sebagai (a) berusaha keras untuk mengontrol perilaku,

  motivasi dan affect, dan kognisi mereka, (b) berusaha keras untuk mencapai tujuan tertentu, (c) individu harus mengendalikan tindakannya.

  Santrock (2009) mengatakan bahwa self-regulated learning terdiri atas pembangkitan diri dan pemantauan diri atas pikiran, perasaan, dan perilaku dengan tujuan untuk mencapai suatu sasaran. Sasaran-sasaran ini dapat berupa sasaran akademik (meningkatkan pemahaman saat membaca, menjadi penulis yang lebih terorganisasi, belajar bagaimana untuk melakukan pengalian, mengajukan pertanyaan yang relevan) atau sasaran sosio-emosional (mengendalikan kemarahan, bergaul dengan lebih baik dengan teman sebaya).

  Dari apa yang sudah diungkapkan di atas, dapat disimpulkan bahwa self

  

regulated learning merupakan kemampuan belajar yang menggunakan aspek

  metakognisi, motivasi, dan perilaku dengan segigih mungkin melalui keyakinan dan caranya sendiri mengarahkan dirinya untuk mencapai goal yang telah ditetapkan.

  Faktor-Faktor Self Regulation Learning

  Zimmerman & Schunk (2001) dan Pintrich & Schunk (dalam Santrock, 2009) menyebutkan bahwa perkembangan self-regulated learning dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya modeling dan self-efficacy. Modeling merupakan sumber penting untuk menyampaikan keterampilan-keterampilan pengaturan diri. Di antara keterampilan pengaturan diri di mana model dapat terlibat adalah perencanaan dan pengelolaan waktu secara efektif, perhatian dan konsentrasi, pengorganisasian dan pengodean informasi secara strategis, pembentukan lingkungan kerja yang produktif, dan penggunaan sumber sumber sosial. Sedangkan self-efficacy berhubungan dengan 2 aspek kunci pengulangan timbal balik (reciprocal loop) pada umpan balik yang diajukan, yaitu penggunaan strategi belajar dan evaluasi diri. Peserta didik dengan self-

  

efficacy tinggi memiliki kualitas strategi belajar yang lebih baik dan memiliki

  monitoring diri yang lebih terhadap hasil belajar mereka daripada peserta didik yang memiliki self-efficacy rendah.

  Menurut A.Purnamasari, Adicondro N (2011) efikasi diri adalah keyakinan seorang individu mengenai kemampuannya dalam mengorganisasi dan menyelesaikan suatu tugas yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu. A.Purnamasari, Adicondro N (2011) mengemukakan beberapa dimensi dari efikasi diri, yaitu: 1.

  Magnitude, berkaitan dengan tingkat kesulitan suatu tugas yang dilakukan.

  2. Generality, berkaitan dengan bidang tugas, seberapa luas individu mempunyai keyakinan dalam melaksanakan tugas-tugas.

  3. Strength, berkaitan dengan kuat lemahnya keyakinan seorang individu Zimmerman dan Martinez Pons (1990) mengungkapkan penjabaran indikator dalam aspek self regulated learning seperti :

  1. Personal function, meliputi : rehearsing & memorizing (individu berusaha untuk berlatih dan menghapalkan) dan goal setting & planning (penetapan tujuan belajar dengan tujuan).

  2. Behavioral function meliputi self-evaluating (individu melakukan evaluasi terhadap kualitas atau kemajuan dari pekerjaanya), self-consequenting (individu membayangkan penghargaan dan hukuman yang didapat jika memperoleh kesuksesan atau kegagalan), seeking information (individu berusaha untuk mencari informasi lebih lengkap dari sumber-sumber non sosial) dan 3. Environmental function yang diturunkan menjadi beberapa indikator, , keeping

  records & self monitoring (individu berusaha untuk mencatat berbagai kejadian atau

  hasil yang diperoleh dalam proses belajar), environmental structuring (individu berusaha untuk memilih atau mengatur lingkungan fisik sehingga proses belajar menjadi lebih mudah), dan seeking social assistance (individu berusaha mencari bantuan dari teman sebaya, guru, orang dewasa lainnya yang dianggap bisa membantu).

  Pemaparan di atas, menunjukkan bahwa selama proses self-regulated learning berlangsung, ada tiga faktor yang menjadi aspek dalam proses self regulated learning. Faktor-faktor tersebut adalah faktor individu, perilaku, dan lingkungan.

  Motivasi Pengertian Motivasi

  Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin yang menunjukkan kata kerja yaitu “Movere” (bergerak ke) (Pintrich dan Schunk, Dale H, 2002) Menurut Pintrich dan Schunk mengemukakan bahwa pengertian motivasi adalah : a.

  Motivasi adalah sebuah proses dan bukan sekedar produk.

  b.

  Kekuatan yang memberikan dorongan bagi individu dalam melakukan sebuah kegiatan tertentu.

  c.

  Aktifitas fisik termasuk dan tampak dalam bentuk usaha yang dilakukan, ketekunan dalam melaksanakan tugas dan aktivitas fisik lainnya. Aktivitas mental termasuk aktivitas kognitif seperti upaya membuat perencanaan, melakukan pelatihan dan melakukan penilaian atas kemajuan yang dicapai.

  d.

Mengarahkan pada suatu kegiatan ke dalam suatu tujuan yang telah ditetapkan adalah sesuatu yang sangat penting dan terkadang mengalami kesulitan karena hal

  tersebut membutuhkan komitmen untuk mengambil langkah awal yang tepat.

  Weiten (2007) mengutarakan bahwa motif adalah termasuk kebutuhan, hasrat keinginan, minat yang menggerakkan, mengarahkan seseorang dalam upaya mencapai tujuan tertentu. Senada dengan pendapat diatas King (2008) mengutarakan bahwa terdapat semacam kekuatan yang menggerakkan seseorang untuk berperilaku, berpikir dan merasakan tentang cara seseorang untuk mengerjakan sesuatu. Perilaku yang telah termotivasi digerakkan, diarahkan dan perilaku tersebut berlangsung secara konsisten.

  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan daya penggerak dan arahan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan guna mencapai tujuan tertentu dan dapat berlangsung secara konsisten. Motivasi juga menunjukkan suatu proses yang sedang dilakukan seseorang saat mencapai tujuannya.

  Motivasi Belajar

  Motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong, menggerakan dan mengarahkan siswa dalam belajar (Endang Sri Astuti, 2010). McDonald (dalam Sardiman, 2011) mengatakan bahwa Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi belajar adalah daya dorong dari siswa untuk belajar setelah menanggapi adanya rasa ingin tahu dari tujuan belajar.

  Faktor-Faktor Motivasi Belajar John Keller (2010) mengembangkan model motivasi belajar yaitu ARCS.

  Model ARCS adalah pendekatan pemecahan masalah untuk merancang aspek motivasi lingkungan belajar untuk merangsang dan mempertahankan motivasi belajar siswa. Ada dua bagian utama model ACRS; yang pertama adalah seperangkat kategori yang mewakili komponen motivasi. Kategori ini merupakan hasil sintesis penelitian tentang motivasi manusia. Bagian kedua dari model ini adalah proses perancangan yang sistematis yang membantu menciptakan perangkat tambahan motivasi yang sesuai untuk sekelompok peserta didik tertentu.

  Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu.

  Dari dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan satisfaction dengan akronim ARCS (John Keller. 2010).

  Motivasi belajar pada di sekolah dapat diartikan sebagai kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat di dalam diri siswa yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas belajar guna mencapai prestasi setinggi mungkin berdasar kepada kemampuan dalam ilmu pengetahuan yang telah dipelajari. Motivasi belajar merupakan daya pendorong untuk perbuatan yang dilakukan siswa untuk meraih tujuan atau cita-citanya.

  Kerangka Berfikir

  Zimmerman dan Martinez Pons (1990) menjelaskan bahwa self-regulated

  

learning , bisa didefinisikan sebagai proses spesifik tertentu di mana siswa

  mengonseptualisasikan metakognitif, motivasi dan perilaku partisipatifnya dalam preses belajar. Secara teoretis penerapan strategi self-regulated learning oleh siswa dalam proses belajarnya dapat memicu peningkatan prestasi belajar yang akan didapatkannya, karena melalui strategi ini siswa dipacu untuk mengerahkan segala potensi dan usahanya, sehingga ia mampu menemukan sendiri makna dalam setiap detil dari kegiatan belajarnya

  Motivasi belajar dirumuskan sebagai suatu kesungguhan atau daya dorong seseorang untuk berbuat lebih baik dari apa yang pernah dibuat atau diraih sebelumnya maupun yang dibuat atau diraih orang lain. Motivasi belajar termasuk jenis motivasi intrinsik. Menurut Clayton Alderfer (dalam Nurlaila, 2010) Motivasi belajar adalah untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin.

  Siswa yang sering mengikuti lomba olah-raga sekolah memiliki self regulated

  

learning dan motivasi belajar yang baik. Ini terlihat ketika mereka sedang berlatih di

  lapangan dengan mengikuti saran dan arahan dari pelatih ekstrakurikuler. Self

  

regulated learning dan motivasi belajar di lapangan sudah seharusnya dapat mereka

terapkan juga di kelas.

  Dari semua mata pelajaran yang di USBN-kan di jenjang Sekolah Menengah Atas, matematika adalah mata pelajaran yang diujikan di dua sub peminatan (IPA dan

  IPS). Pelajaran ini menuntut kemampuan berpikir logis, analitis dan sistematis. Siswa yang sering mengikuti perlombaan ekstrakurikuler bidang olahraga memiliki kemampuan self regulated learning dan motivasi belajar yang baik yang dapat mereka gunakan untuk belajar matematika di dalam kelas. Sehingga prestasi akademik matematika mereka mendapatkan hasil yang baik.

  METODE PENELITIAN Waktu, Tempat dan Subyek Penelitian

  Penelitian dilakukan di dua tempat yaitu di SMAS. ST. Bellarminus Jakarta pada tanggal pada tanggal 06 Februari 2018, dan SMAS Bunda Hati Kudus Kotawisata, Bogor pada tanggal tanggal 15 Februari 2018. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa yang sering mengikuti kegiatan lomba ekstrakurikuler olahraga. Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah kuantitatif.

  Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan skala self

  

regulated learning yang dibuat oleh peneliti berdasarkan definisi dan indikator yang

  disampaikan oleh Zimmerman dan Martinez Pons dan skala motivasi belajar yang diadaptasi dari model ACRS John Keller. Untuk melihat prestasi akademik matematika dengan menggunakan dokumentasi rapor.

  Teknik Analasis Data

  Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua cara yaitu metode regresi sederhana dan regresi berganda. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampling purposive (Purposive or Judgemental Sampling). Pengambilan sampel berdasarkan seleksi khusus. Peneliti membuat kriteria tertentu siapa yang dijadikan sebagai informan.

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

  Analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu : 1. Regresi sederhana, untuk dua hipotesis : a.

  Ada peran self regulated learning terhadap prestasi belajar matematika siswa yang sering mengikuti lomba ekstrakurikuler.

  b.

  Ada peran motivasi belajar terhadap peran belajar matematika siswa yang sering mengikuti lomba ekstrakurikuler.

Regresi berganda, untuk hipotesis:

  Peran self regulated learning dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa yang sering mengikuti lomba ekstrakurikuler.

  Hasil penelitian data dengan menggunakan regresi sederhana pada variabel self regulated learning terhadap prestasi belajar matematika siswa yang sering mengikuti lomba ekstrakurikuler di peroleh (r) sebesar 0.205 dan p = 0.010 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa Ha yang menyatakan adanya peran self regulated learning terhadap prestasi belajar matematika siswa yang sering mengikuti lomba ekstrakurikuler diterima. Sedangkan Ho yang menyatakan tidak adanya peran self regulated learning terhadap prestasi belajar matematika siswa yang sering mengikuti lomba ekstrakurikuler ditolak (dapat dilihat pada tabel 1).

  

Tabel 1. Corralations

  Nilai SRL Pearson Correlation Nilai 1.000 .205

  SRL .205 1.000 Sig. (1-tailed) Nilai . .010 SRL .010 .

  N Nilai 129 129 SRL 129 129

  Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018) Hal ini diperkuat dengan nilai R square yang diperoleh adalah 0.042, yang merupakan hasil dari pengkuadratan koefesiensi korelasi 0.205. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa 4.2% dari prestasi belajar matematika siswa yang sering mengikuti lomba ekstrakurikuler dipengaruhi oleh self regulated learning. Dari uji F test atau Anova diperoleh nilai sebesar 5.562 dengan nilai signifikasi 0.020 < 0.05 juga menunjukkan bahwa self regulated learning berpengaruh pada prestasi belajar matematika siswa. Uji t self regulated learning memiliki besaran 2.358 dengan nilai signifikasi 0.02 juga menunjukkan koefesien regresi signifikan, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa self regulated learning berperan terhadap prestasi belajar matematika siswa yang sering mengikuti lomba ekstrakurikuler (dapat dilihat pada tabel 2 dan tabel 3).

  

Tabel 2. Model Summary

  Adjusted R Std. Error of the Model R R Square Square Estimate

  a

  1 .205 .042 .034 8.71899

  a. Predictors: (Constant), SRL Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)

  a

Tabel 3. ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. b

  1 Regression 422.841 1 422.841 5.562 .020 Residual 9654.648 127 76.021 Total 10077.488 128

  a. Dependent Variable: Nilai

  b. Predictors: (Constant), SRL Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)

  Kesimpulan yang dapat diambil dari uji hipotesis pertama ini adalah ada peran self regulated learning terhadap prestasi belajar matematika siswa yang sering mengikuti lomba walau pengaruhnya tidak besar.

  Hasil penelitian data pada variabel motivasi balajar belajar terhadap peran belajar matematika siswa yang sering mengikuti lomba ekstrakurikuler di peroleh (r) sebesar 0.178 dan nilai p = 0.022< 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa Ha yang menyatakan ada peran motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa yang sering mengikuti lomba ekstrakurikuler diterima. Sedangkan Ho yang menyatakan tidak ada peran motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa yang sering mengikuti lomba ekstrakurikuler ditolak (dapat dilihat pada tabel 4)

  

Tabel 4. Correlations

  Nilai TT Pearson Nilai 1.000 .178 Correlation ACRS .178 1.000 Sig. (1-tailed) Nilai . .022 ACRS .022 .

  N Nilai 129 129 ACRS 129 129

  Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018) Diperkuat dengan nilai R square 0.032 yang merupakan hasil pengkuadratan koefesien korelasi 0.178. dalam penelitian ini menunjukkan 3.2% prestasi belajar matematika siswa yang sering mengikuti lomba ekstrakurikuler dipengaruhi oleh motivasi belajar. Dari uji F test atau Anova di dapat nilai sebesar 4.174 dengan nilai signifikasi 0.043 < 0.05 juga menunjukkan peran motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa yang sering mengikuti lomba ekstrakurikuler. Uji t motivasi belajar sebesar 2.043 dengan nilai signifikasi 0.043 < 0.05 juga menunjukkan koefesien regresi signifikan.

  

Tabel 5. Model Summary

  Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

  a

  1 .178 .032 .024 8.76501

  a. Predictors: (Constant), ACRS Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)

  a

Tabel 6. ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. b

  1 Regression 320.669 1 320.669 4.174 .043 Residual 9756.819 127 76.825 Total 10077.488 128

  a. Dependent Variable: Nilai

  b. Predictors: (Constant), ACRS Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)

  Kesimpulan yang dapat di ambil dari uji hipotesis kedua ini adalah ada peran motivasi belajar terhadap siswa yang sering mengikuti lomba ekstrakurikuler meskipun memiliki pengaruh yang kecil.

  Uji asumsi analisis data dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan kepastian bahwa persamaan regresi yang didapatkan memiliki ketepatan dalam estimasi, tidak bias dan konsisten. Dalam penelitian ini uji asumsi analisis data menggunakan tiga uji asumsi.

  1. Uji asumsi multikolinieritas Nilai VIF dalam uji asumsi multikolinieritas penelitian ini sebesar 1.300 dan nilai toleransi sebesar 0.769. Besaran nilai antar variabel bebas antar variabel self regulated learning dengan motivasi belajar yang diadaptasi dari model ACRS adalah sebesar

  • – 0.480 Berdasarkan hasil penelitian dan syarat untuk asumsi multikolinieritas maka tidak ada masalah multikolinieritas antar variabel self regulated learning dan motivasi belajar.

  2. Uji Asumsi Heteroskidastisitas Grafik uji asumsi heteroskidastisitas dalam penelitian ini menunjukkan tidak adanya heteroskidastisitas antar variabel self regulated learning dan motivasi belajar.

  Hal ini terlihat dari penyebaran titik secara acak, tidak membentuk pola tertentu serta menyebar di atas dan di bawah angka 0 sumbu Y.

  

Grafik 1. Uji Asumsi Heteroskidastisitas

  Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018) 3. Uji Asumsi Normalitas

  Uji asumsi normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel tergantung atau variabel bebas memiliki distribusi normal atau tidak. diagonal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa telah memenuhi asumsi normalitas data dan layak dipakai untuk memprediksi variabel prestasi belajar matematika siswa.

  

Grafik 2. Uji Asumsi Normalitas

  Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018) Hasil penelitian dengan hipotesis Peran self regulated learning dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa yang sering mengikuti lomba ekstrakurikuler di peroleh (R) 0.225 menunjukkan bahwa korelasi self regulated learning dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika positif. Skor R square adalah 0.050 yang berarti ada sebesar 5.0% variasi prestasi belajar mampu dijelaskan oleh dua variabel independen, sementara sisanya 95% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dilibatkan dalam penelitian ini.

  Dari uji F test atau Anova diperoleh skor sebesar 3.347 dengan nilai signifikasi 0.038 < 0.05 menunjukkan bahwa ada peran self regulated learning dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika para siswa. Dari uji t self regulated learning memiliki taraf signifikasi 0.118 > 0.05, motivasi belajar 0.291 > 0.05 maka dapat dikatakan bahwa tidak ada peran self regulated learning dan motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika secara sendiri-sendiri namun karena konstanta regresi memperoleh signifikasi 0.00 < 0.05, maka Ha diterima yaitu ada peran yang kuat dari self regulated learning dan motivasi belajar secara bersama-sama berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa yang sering mengikuti lomba esktrakurikuler olahraga.

  Pembahasan

  Penelitian ini menguji beberapa hipotesa yang diajukan oleh peneliti : Peran self regulated learning dengan prestasi belajar matematika. Berdasarkan pengujian didapatkan korelasi yang positif antara self regulated learning dengan prestasi belajar matematika sebesar 4,2 %.

  Nilai 4.2% mendapat sumbangan efektif dari indikator rehearsing & memorizing (berlatih dan mengingat) sebesar 3.02%, goal setting & planning (membuat rencana dan tujuan belajar) sebesar 0.08%, self consequenting (individu membayangkan konsekuensi dari yang dilakukannya) sebesar 0.79%, keep record & monitoring (usaha mencatat berbagai hasil yang diperoleh selama proses belajar) sebesar 0.30%, environmental structuring (usaha untuk memilih atau mengatur lingkungan fisik untuk proses belajar yang lebih baik) sebesar 0.34% dan seeking social assistance (mencari bantuan sosial) sebesar 0.02 %. Sedangkan untuk indikator self evaluating (individu melakukan evaluasi terhadap kualitas atau kemajuan dari pekerjaannya) sebesar -.017 % dan indikator seeking information (individu mencari self regulated learning terhadap nilai matematika.

  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jika siswa lebih giat dalam berlatih serta berupaya mengingat, membuat rencana tujuan belajar, memberikan penghargaan terhadap diri sendiri, mencatat hasil yang diperoleh dalam belajar, memilih lingkungan fisik dalam belajar serta mencari bantuan dari luar dirinya untuk belajar maka prestasi belajar matematikanya pun akan baik.

  Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Zuffiano (2013) yang membahas self regulated learning dan pencapaian akademik, keduanya menunjukkan adanya kontribusi yang positif antara self regulated learning dan pencapaian akademik siswa.

  Peran motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa yang sering mengikuti lomba ekstrakurikuler olah raga didapatkan korelasi yang positif sebesar 3,2%. Indikator perceptual arousal memberikan kontribusi sebesar 0.14%, indikator goal orientation sebesar 0.06 %, indikator motive matching sebesar 0.32%, indikator learning requirements sebesar 0.06%, indikator success opportunities sebesar 0.04%, indikator personal control sebesar 0.53%, indikator intrinsic reinforcement sebesar 1.64% dan indikator equity sebesar 0.63%.

  Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Bryan (2011) yang membahas tentang motivasi belajar dengan prestasi belajar, menunjukkan bahwa ketika siswa memiliki kepercayaan bahwa pengetahuan itu untuk berkembang maka siswa tersebut akan memiliki orientasi belajar yang tinggi.

  Sedangkan untuk indikator inquiry arousal dengan sumbangan nilai sebesar - .001, indikator variability dengan sumbangan nilai sebesar -0.09, indikator familiarty sebesar -0.08 dan indikator extrinsic rewards dengan nilai -0.05 menurunkan motivasi belajar terhadap nilai matematika.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Deci, E. L., & Ryan, R. M. (2000) dengan judul The “what” and “why” of goal pursuits dijelaskan bahwa kebutuhan

  untuk motivasi mempengaruhi seseorang untuk bertindak. Dengan demikian menjadi jelas bahwa jika siswa menganggap tidak butuh maka motivasi belajar mereka menjadi berkurang.

  Meece J.L (2006) memberikan perumusan bahwa siswa yang menunjukkan motivasi dan pola belajar positif adalah ketika pola belajar mengajar di sekolah menekankan penguasaan, pemahaman, keterampilan dan pengetahuan, jika lingkungan sekolah difokuskan untuk menunjukkan prestasi yang tinggi dan bersaing untuk mendapatkan nilai maka motivasi belajar siswa akan menurun.

  Pengujian hipotesis yang ketiga adalah peran self regulated learning dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa yang sering mengikuti lomba ekstrakurikuler olah raga memiliki koefesien korelasi ke arah positif. menandakan bahwa semakin siswa memiliki self regulated learning dan motivasi belajar yang baik maka semakin baik pula prestasi belajar matematika.

  Hasil penelitian ini di perkuat oleh penelitian Tri Sunarsih (2009) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi belajar, kemandirian belajar dan bimbingan akademik dengan variabel prestasi belajar. Ketika kemandirian belajar dan motivasi belajar disandingkan akan memiliki arti lebih dengan adanya self regulated learning dan motivasi belajar berpengaruh kepada pola pikir siswa baik secara positif dan pola pikir lateral terhasarinova19dap prestasi belajar.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Mencoba menaksir konsekuensi dari hal yang dilakukan. Dengan demikian tumbuh kedewasaan dalam menentukan hal yang terbaik bagi diri pribadi.

  Agar lebih meningkatkan prestasi belajar matematika siswa diharapkan untuk belajar : a.

  Bersikap adil terhadap kesenangan dan belajar.

  Memberikan penghargaan bagi diri sendiri saat berhasil mencapai target dari rencana yang telah dibuat. i.

  h.

  Mencari bantuan sosial. Jika siswa mengalami kesulitan dalam belajar siswa harus berperan aktif untuk mencari bantuan orang lain dalam memahami konten materi belajar.

  g.

  Mengelola lingkungan fisik yang kondusif untuk belajar. Lingkungan yang kotor, tidak tertata rapih dan kumuh dapat menimbulkan mood yang tidak baik dalam belajar.

  f.

  Berlatih mencatat berbagai hasil yang diperoleh selama belajar. Hal ini diperlukan untuk bahan evaluasi diri terhadap rencana dan tujuan belajar yang telah dibuat.

  e.

  d.

  Mengacu pada hasil data yang telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :

  Menyesuaikan motif belajar pribadi dengan tujuan belajar di sekolah.

  c.

  Membuat rencana dan tujuan belajar, dengan membuat rencana dan tujuan belajar siswa dapat terorganisir dalam belajar.

  b.

  Memiliki keinginan yang kuat untuk paham terhadap materi pelajaran. Dengan memiliki keinginan yang kuat untuk paham materi pelajaran siswa akan berlatih dan mengingat materi ajar yang diberikan oleh guru.

  1. Saran Teoritis Berdasarkan temuan yang di dapat dalam penelitian ini maka disarankan bagi siswa untuk : a.

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut :

  Saran

  3. Ada peran self regulated learning dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa yang sering mengikuti lomba ekstrakurikuler olahraga.

  2. Ada peran motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa yang sering mengikuti lomba ekstrakurikuler olahraga.

  1. Ada peran self regulated learning terhadap prestasi belajar matematika siswa yang sering mengikuti lomba ekstrakurikuler olahraga

  Mengevaluasi terhadap kualitas kemajuan dari proses belajarnya.

  Mencari sumber informasi lain selain dari buku pegangan di sekolah.

  c.

  Membangun pertanyaan-pertanyaan yang memotivasi diri untuk belajar.

  d.

  Mengkotak-katik soal agar selalu siap sedia bila ada soal baru yang diberikan.

  Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi untuk penelitian lain. Penelitian selanjutnya diharapkan memperluas pengetahuan mengenai self regulated learning dan motivasi belajar untuk prestasi belajar siswa.

  Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti menyarankan agar sekolah menekankan pola belajar-mengajar eksplorasi. Dengan metode eksplorasi siswa belajar berlatih mandiri dan mau bertanya terhadap lingkungannya agar lebih mudah memahami materi, keterampilan dan pengetahuan.

  Guru juga perlu peduli terhadap kesulitan belajar yang dialami siswa untuk dapat membantu siswa memahami materi pelajaran yang sulit serta mampu menyederhanakan materi pelajaran yang sulit dengan membuat jembatan keledai agar siswa mudah mengingat langkah dalam pelajaran matematika.

  Siswa diharapkan untuk mampu mengontrol diri sendiri, menganggap dirinya berarti, sering berlatih dan mau bertanya kepada lingkungan sekitarnya ketika menghadapi kesulitan dalam menjawab pertanyaan pelajaraan matematika.

  Untuk orang tua, diharapkan mendorong siswa untuk dapat mengontrol diri sendiri dengan memberikan pemahaman yang dapat dipahami oleh siswa. Memberikan penghargaan terhadap setiap proses dan hasil yang diperoleh dan dilakukan oleh siswa. Mengkomunikasikan kesulitan belajar siswa kepada guru atau orang luar sekolah agar dapat dengan segera tertangani dengan baik.

  A.M. Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Rajagrafindo:Jakarta

  Adicondro, N., Purnamasari, A. 2011. Efikasi Diri, Dukungan Sosial Keluarga, dan

  Selfregulated Learning pada Siswa Kelas VIII . Jurnal Humanitas, Vol. VIII No.1 Januari 2011. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.

  Ardyansah Jani Putra. 2012. Pengaruh Minat dan Motivasi Siswa dalam Kegiatan

  Ektrakurikuler Seni Musik Terhadap Prestasi Belajar Seni Budaya di SMPN I Wates . Di unduh dari http://eprints.uny.ac.id/27463/1/Ardyansah Jani Putra%2C

  06208244053.pdf. Jumat, 28.08.2017 Asmara. 2009. Prestasi Belajar . http://prestasi- belajarsiswa.blogspot.com/2013/07/pengertian-prestasi-belajar-definisi.html diakses sabtu 31 januari 2015. Bryan, R. R., Glynn, S. M., & Kittleson, J. M. 2011. Motivation, Achievement, and