AKUNTANSI ASET BIOLOGIS TANAMAN KELAPA BERBASIS INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARDS (IAS) 41

  

AKUNTANSI ASET BIOLOGIS TANAMAN KELAPA BERBASIS INTERNATIONAL

ACCOUNTING STANDARDS 1) 1) 1) (IAS) 41 1 Anita L.V. Wauran , Jeffry Rengku , Joseph N. Tangon

  Akuntansi, Politeknik Negeri Manado, Jl. Kampus Politeknik Desa Buha, Manado, 95252

  E-mail:

  

Abstract

Biological assets are plants and animals which experience biological transformation.

  Biological transformations include growing process, degeneration, production and procreation which cause qualitative and quantitative ch anging in animal and plant’s life. The purpose of this research is to generate model development of accounting implementation for coconut plant’s biological asset based on International Accounting Standards (IAS) 41. Research method that be expanded is case study, which be supported by journal data resource and literature also actual data through evaluation process that be done according to suitability activity recognition, measurement, and special report to biological asset which is owned. This research ge nerates a technique of accounting implementation coconut plant’s biological asset that has already been adopted with IAS 41. Although, result findings have been identified, this research still needs more development because there was still too minimum of biological asset implementation in entity finance information.

  Keywords: accounting, biological asset, accounting, coconut plant, IAS 41

Abstrak

Aset biologis merupakan tanaman dan hewan yang mengalami transformasi biologi.

  Transformasi biologis terdiri dari proses pertumbuhan, degenerasi, produksi dan prokreasi yang menyebabkan perubahan secara kualitatif dan kuantitatif dalam kehidupan hewan dan tumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan penerapan akuntansi asset biologis anaman kelapa berbasis International Accounting Standards (IAS) 41. Metode literatur serta data lapangan melalui proses evaluasi yang dilakukan berdasarkan kesesuaianaktivitas pengakuan, pengukuran, dan pelaporan khusus pada asset biologis yang dimiliki. Penelitian ini menghasilkan teknik penerapan akuntansi asset biologis tanaman kelapa yang telah disesuaikan dengan IAS 41. Walau temuan hasil telah berhasil diidentifikasi, penelitian ini masih memerlukan pengembangan lebih dalam karena masih minimnya penerapan asset biologis dalam informasi keuangan entitas.

  Kata kunci: model, aset biologis, akuntansi, tanaman kelapa, IAS 41 PENDAHULUAN

  Penyusunan laporan keuangan sesuai IFRS adalah tantangan tersendiri bagi masyarakat, usaha perkebunan ataupun perusahaan pengelola perkebunan. Aset biologi nemiliki perbedaan karakteristik mendasar dengan barang setengah jadi dalam proses manufaktur. Hal ini dikarenakan aset biologi mengalami proses pertumbuhan (accretion) sedangkan barang setengah jadi tidak. Perbedaan diantara keduanya akan semakin jelas jika kita menganalogikan proses pertumbuhan aset biologi sebagai proses produksi. Sekumpulan tanaman kelapa yang memiliki kualitas awal tanam yang sama dan memperoleh perlakuan yang sama belum tentu menghasilkan hal yang sama. Akan tetapi, barang dalam proses dengan input dan proses yang sama akan menghasilkan output yang sama karena barang tersebut merupakan benda mati yang tidak memiliki daya tumbuh (accretion).

  IFRS mengatur penggunaan nilai wajar pada pengukuran aset biologi melalui International

  

Accounting Standard (IAS) 41. Standar tersebut mengharuskan tanaman kelapa yang belum

  dipanen dilaporkan sebesar nilai wajarnya, kecuali ada keadaan tertentu yang menyebabkan metode nilai wajar tidak dapat digunakan. Kondisi wilayah Indonesia yang cocok untuk industry pertanian dan perkebunan menjadi satu alasan tersendiri mengapa di Indonesia banyak tumbuh entitas yang bergerak di dunia agribisnis. Entitas yang bergerak pada sektor industri agribisnis, utamanya bidang perkebunan, merupakan salah satu contoh dari entitas dengan karakteristik khusus terkait dengan penyusunan laporan keuangannya.

  Menurut Tyas dan Facriyah (2013), Entitas bisnis yang bergerak di bidang perkebunan memiliki dan mengelola aset biologis berupa tanaman perkebunan yang cenderung lebih rumit perlakuannya. Proses pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan untuk sisi aset entitas, terutama pada bagian aset biologisnya, membutuhkan pemahaman yang lebih detail. Hal ini dikarenakan, pada perkembangannya saat ini, aset biologis akan mengalami klasifikasi yang berulang di sepanjang umur ekonomisnya akibat transformasi bentuk aset tersebut. Keberadaan aset biologis bagi entitas bisnis yang bergerak di bidang perkebunan menjadi sangat unik dan krusial karena jenis aset ini merupakan komoditas utama entitas. Aktivitas utama entitas dalam pengelolaan aset biologis mulai dari penanaman hingga bisa menghasilkan produk yang bisa dijual harus dikelompokkan dengan benar agar bisa menghasilkan laporan keuangan yang relevan, andal, dan dapat diperbandingkan.

  Aset biologis adalah asset yang unik, karena mengalami transformasi pertumbuhan bahkan setelah asset biologis menghasilkan output. Transformasi biologis terdiri atas proses pertumbuhan, degenerasi, produksi, dan prokreasi yang menyebabkan perubahan secara kualitatif dan kuantitatif dalam kehidupan hewan dan tumbuhan tersebut. Aset biologis dapat menghasilkan asset baru yang terwujud dalam agricultural produce atau berupa tambahan asset biologis dalam kelas yang sama. Dalam akuntansi asset biologis ini akan membahas bagaimana pengakuan dan pengukuran dari aset biologis tanaman kelapaa yang nantinya dapat menunjukan nilai dari suatu aset tersebut dalam hal ini tanaman kelapa secara wajar sesuai denga kontibusinya dalam menghasilkan aliran keuntungan ekonomis bagi perusahaan.sehingga dapat memberikan informasi yang andal dan relevan dalam penyajian laporan keuangan guna pemgambilan keputusan Biologis(biologicalasset) adalah binatang dan tumbuhan hidup. Perusahaan mengakui aktiva biologi dan produk pertanian apabila perusahaan tersebut: 1) mengendalikan aktiva tersebut sebagai hasil peristiwa masa lalu, dan 2) memperoleh manfaat ekonomi yang kemungkinan terjadi Nilai Wajar aktiva tersebut dapat diukur dengan andal.

  Sedangkan penilaian aset biologis dilakukan pada saat pengakuan awal dan pada setiap tanggal neraca dengan menggunakan Nilai Wajar Hasil yang diperoleh dari aktiva biologi dinilai dengan menggunakan Nilai Wajar dikurangi dengan estimasi biaya pada saat penjualan Selisih

  • – yang berasal dari penilaian hasil-hasil saat penjualan. Selisih yang berasal dari penilaian hasil hasil aktivabiologis diakui sebagai bagian dari laba rugi tahun berjalan. Penilaian aktiva biologi dilakukan dengan mengelompokkan terlebih dahulu berdasarkan umur dan kualitas. Selisih yang berasal dari penilaian aktiva biologi harus diakui sebagai bagian dari laba rugi tahun berjalan.

  Pengakuan

  Berdasarkan PSAK ETAP paragraph 2.24 Pengakuan unsure laporan keuangan merupakan proses pembentukan suatu pos dalam neraca atau laporan laba rugi yang memenuhi definisi suatu unsure dan memenuhi kriteria sebagai berikut: (a) ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam entitas; dan (b) pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

  Pengukuran

  Paragraf 2.27 dinyatakan kriteria kedua untuk pengakuan suatu pos adalah adanya biaya atau nilaiyang dapat diukur dengan andal. Dalam banyak kasus, biaya atau nilai suatu pos diketahui. Dalam kasus lainnya biaya atau nilai tersebut harus diestimasi. Penggunaan estimasi yang layak merupakan bagian esensial dalam penyusunan laporan keuangantanpa mengurangi tingkat keandalan. Namun demikian jika estimasi yang layak tidak mungkin dilakukan, maka pos tersebut tidak diakui dalam neraca atau laporan labarugi.

  Selanjutnya, dalam paragraph 2.28 suatu pos yang pada saat tertentu tidak dapat memenuhi kriteria pengakuan dapat memenuhi syarat untuk diakui dimasa depan sebagai akibat dar iperistiwa atau keadaan yang terjadi kemudian dan paragraph 2.30 Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang yang digunakan entitas untuk mengukur aset, kewajiban, penghasilan dan beban dalam laporan keuangan. Proses ini termasuk pemilihan dasar pengukuran tertentu.

  Dalam paragraph 2.31 berlaku dasar pengukuran yang umum adalah biaya historis dan nilai wajar: (a) Biaya historis. Aset adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari pembayaran yang diberikan untuk memperoleh aset pada saat perolehan.Kewajiban dicatat sebesar kas atau setara kas yang diterima atau sebesar nilai wajar dari asset non-kas yang diterima sebagai penukar dari kewajiban pada saat terjadinya kewajiban, (b) Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset, atau untuk menyelesaikan suatu kewajiban, antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar.

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu sumber data yang diperoleh dari dokumen- dokumen yang sudah ada. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan tahunan 2013 dan informasi lainnya yang berhubungan dengan aktivitas aset ini, khususnya penilaian aset biologis. Selain itu, data penelitian selanjutnya diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: artikel, buku, dan penelitian terdahulu terkait dengan perlakuan akuntans iaset biologis.

  Metode Analisis

  akuntansi aset biologis tanaman kelapa yang dimulai dari proses pengukuran, pengakuan, dan pengungkapan asset biologis berdasarkan standar yang berlaku. Untuk menjawab rumusan masalah, maka metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Dengan metode analisis deskriptif kualitatif, data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan mengkaji, memaparkan, menelaah, dan menjelaskan data-data yang diperoleh pada aktivitas pengelolaan tanaman kelapa untuk mendapatkan gambaran akuntansi yang jelas dan menyeluruh tentang akuntansi aset biologis tanaman kelapa melalui proses pengakuan dan pengukuran hingga tersaji ke dalam laporan keuangan.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Pengakuan

  Pengakuan asset biologis yang benar menurut standar IAS 41 ini adalah berdasarkan transformasi biologis. Apabila berdasarkan transformasi biologis, pengakuan terdiri tiga bagian besar yang terdiri atas:

  Pertama, Pembibitan yaitu dimulai dari adanya lahan awal sampai dengan proses pembibitan tanaman kelapa dengan range waktu tahun pertama sampai dengan tanaman kelapan (bibit) berusia 1 tahun, dimana pembibitan ini akan diakui di Neraca sebagai sebagai Aset Tetap dalam pos pesediaan bibit. Kedua, Tanaman Belum Menghasilkan yaitu sejak berakhirnya pembibitan sampai dengan tanaman kelapa tersebut akan mulai menghasilkan 1 s/d 10 Tahun , dimana Tanaman Belum Menghasilkan ini akan diakui di Neraca dalam Pos Aset Tetap. Ketiga Tanaman Menghasilkan yaitu dinama Tanaman Kelapa tersebut sudah mulai menghasilkan, 10 s/d 50 tahun dimana Tanaman Menghasilkan tersebut akan diakui sebagai Persediaan dalam Neraca dan Penjualan akan Hasil Tanaman tesebut akan diakui dalam Laporan Laba Rudi dalam Pos Pendapatan yang akan dikurangi dengan semua biaya biaya yang terjadi saat penjualan Tanaman Tersebut, selanjutnya untuk Tanaman yang sudah menghasilkan Tersebut pada Saat akhir periode akan diakui dalam Neraca Sebagai Persediaan dengan Nilai Wajar yaitu dari Seluruh biaya pemeliharaan dikurangi dengan estimasi biaya penjualan.

  Pengukuran

  Pada dasarnya IAS 41 mengatur transformasi biologis dari mulai pembibitan sampai pada saat panen. Pengukuran tersebut menggunakan nilai wajar maupun alternatif lain. Pengklasifikasian untuk mengukur aset biologis berdasarkan umur atau kualitas yaitu: 1.

  Pengukuran dari tanaman kelapa mulai dari pembibitan – tanaman belum menghasilkan.

  Pengukuran dengan menggunakan nilai wajar dalam pasar aktif atau menggunakan alternative lain. Pada fase tersebut tanaman kelapa akan diukur mulai sejak adanya pembibitan yaitu mulai dengan pegolhan awal yang akan digunakan untuk menanam tanaman kelapa sampai dengan proses pembibitan selesai yaitu proses atau fase dimana tanaman kelapa sudah bisa dikatakan tanaman bukan lagi sebagai bibit tapi belum dapat menghasilkan. Pengukuran fase ini adalah semua biaya biaya yang dikeluarkan sejak mulai persiapan lahan sampai dengan tanaman akan siap untuk menghasilan, termasuk biaya tenaga kerja.

  2. Pengukuran dari tanaman kelapa yang sudah menghasilkan, yaitu tanaman yang sudah dapat menghasilkan buah kelapa, pengkuran dalam tahap ini adalah berdasarkan semua biaya pemeliharaan termasuk dan tenaga kerja yang dikeluarkan dalam proses tersebut.

  3. Pengukuran untuk buah kelapa pada saat siap panen, yaitu menggunakan nilai wajar dikurangi oleh estimasi biaya penjualan. Biaya-biaya yang terkait dengan asset biologis yang menjadi dasar pengukuran tersebut adalah: 1.

  Biaya pembibitan umur x bulan/ha = Rpxxx.

  Biaya ini sudah termasuk biaya tenaga kerja dan biaya bahan dan alat seperti: persiapan lubang, seleksi bibit, dll Biaya pembuatan lahan/ha = Rp xxx,-.

  Biaya ini sudah termasuk biaya tenaga kerja (babat awal/pemarasan rumput, menumbang pohon, dll).

  3. Biaya Pembukaan tanaman baru/ha = xxx,-.

  Biaya ini sudah termasuk biaya tenagakerja (pembuatan lubang tanaman, menanam kelapa, dll) dan biaya bahan dan alat (pupuk urea, herbisida, bibitkelapa, dll).

  4. Biaya pemeliharaan/perawatan tanaman belum menghasilkan/ha = Rp xxx,-. Biaya ini sudah termasuk biaya tenaga kerja (pengendalian hama dan rumput sekitar, dll. Perhitungan untuk tanaman belum menghasilkan (TBM) dengan menggunakan value in use (nilai pakai), dimana PV (present value) x proyeksi arus kas masa depan (expected net cash flows). Kemudian hasil dari nilai pakai dibandingkan dengan biaya mana yang lebih kecil nilainya yang akan diungkapkan di laporan keuangan. Pengukuran biaya yang benar sudah sama dengan pengukuran biaya standar. Perhitungan untuk pengukuran yang benar, peneliti menggunakan

expected net cash flow untuk perhitungan tanaman belum menghasilkan sehingga didapat hasilnya. Selain itu, tanaman menghasilkan diukur setelah dikurangi oleh akumulasi depresiasi dan jumlahnya berbeda dari nilai yang ada. Begitu juga dengan perhitungan buah kelapa yang diukur berdasar kan rata-rata nilai wajar pada saat itu.

  Penyajian 1.

  Bibit kelapa akan diakui sebagai Persediaan Bibit dan disajikan dalam Neraca dalam Aktiva tetap dalam Rekening Persediaan Bibit.

  2. Tanaman belum Menghasilkan akan diakui sebagai aset tetap Kelapa yang Belum Berbuah disajikan Dalam Neraca dalam Aktiva Tetap Tanaman Kelapa

3. Tanaman Menghasilkan akan diakui sebagai Persediaan dan disajikan Dalam Neraca dalam

  Pos Aktiva Lancar sedangkan Hasil dari Tanaman Kelapa yang telah terjual akan di Sajikan Dalam Laporan Laba rugi Dalam Pos Pendapatan atau Penjulan.

  Informasi Data Proses Laporan Keuangan Transaksi Accounting treatment

  Catatan akuntansi Laporan Neraca

  Persediaan Bibit Bibit Kelapa

  (bibit, AT Kelapa) Aset Tetap Kelapa yg

  Laporan Laba Perawatan Berbuah

  Rugi Pendapatan

  Catatan atas Buah Kelapa laporan

  Biaya-Biaya Keuangan

  Gambar 1. Akuntansi Aset Biologis Tanaman Kelapa

  SIMPULAN

  Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Akuntansi Aset Biologis Tanaman Kelapa, yaitu pengakuan Aset Biologis sebagai Aset Tetap dan penyajian Aset pada Neraca di pos Aset Tidak Lancar dan Persediaan pada Neraca dipos Aset Lancar serta seluruh kegiatan operasi dan kebijakan perusahaan diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan. Perlakuan Akuntansi Aset Biologis berdasarkan IAS 41, yaitu pengakuan sebagai Aset tersendiri dan, pengukurannya berdasarkan nilai wajar setelah dikurangi dengan estimasi biaya penjualan.

  DAFTARPUSTAKA

  Accounting Principles Board. 1970. APB Statement No.4 Basic Concepts and Accounting Principles Underlying Financial Statement of Business Enterprises . AICPA. Badan Pusat Statistik. 2014. Sulawesi Utara Dalam Angka 2014. Katalog BPS Budi Agus Rianto, Lister and Ariyanto, Stefanus (2013) Analisis Pengakuan, Pengukuran Dan

  Penyajian Aset Biolojik Menurut Standar Akuntansi Yang Berlaku Di Indonesia Dan Menurut

  IAS 41: Agriculture (Studi Kasus: PT Kelantan Sakti). Undergraduate thesis, BINUS.diakses pada tanggal 23 Januari2014 Fitrizal dan Lusiana. 2010. Perlakuan Akuntansi Aset Biologis Hubungannya Dengan Kualitas

  Informasi Keuangan Pada PT. Perkebunan Nusantara VI Jambi (Persero) diakses pada tanggal

  23 Januari 2014 Ikatan Akuntan Indonesia.2012. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Ike, Farida. 2013. Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis Berdasarkan International Accounting Standard 41 Pada PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero), Jurnal Akuntansi UNESA , Vol.2, No.1, 2013 Surabaya: Salemba Empat.

  International Accounting Standard Committee (IASC). 2008. International Accounting Standard No.41, Agriculture . Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield. 2013. Intermediate Accounting. 14th Ed. New York: John Willey & Sons, Inc. Luwia, S. 2011. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Aset Biologis pada PT. Dinamika

  Cipta Sentosa menurut IAS 41: Agriculture, Skripsi Tidak Dipublikasikan. Jakarta: Universitas Bina Nusantara

  Maruli, S dan A.F. Mita. 2010. Analisis Pendekatan Nilai Wajar dan Nilai Historis dalam Penilaian Aset Biologis pada Perusahaan Agrikultur: Tinjauan Kritis Rencana Adopsi IAS 41.

  Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto iakses Tanggal 23 Januari 2014.

  Ridwan, A. 2011.Perlakuan Akuntansi Aset Biologis PT. Perkebunan Nusantara XIV Makassar (Persero). Jurnal Makasar. Universitas Hasanuddin. Riyadi, D. 2010. Analisis Nilai Wajar Tanaman Kelapa Sawit berdasarkan International

  Accounting Standard 41 Agriculture dibandingkan dengan berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 16 Aset Tetap: Studi pada PT. Agro Indonesia.” Tesis Tidak Dipublikasikan . Jakarta: Universitas Indonesia.

  Tyas, Esti Laras Aruming dan Fachriyah, Nurul. 2010. Evaluasi Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Dalam Pelaporan Aset Biologis (Studi Kasus Pada Koperasi “M”), diakses pada tanggal 23 Januari 2014.