PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO EMPING KETAN KHAS KENDAL BERBASIS KEBUTUHAN Siti Arbainah

  

PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO EMPING KETAN

KHAS KENDAL BERBASIS KEBUTUHAN

1) 1) 2)

  

Siti Arbainah , Jati Handayani , dan Wiwik Purwati W

1 Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Semarang, Jl. Prof. Soedarto, SH Tembalang,

  Semarang, 50275

2 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Semarang, Jl. Soedarto, SH Tembalang,

  Semarang, 50275 E-mail: arbainah.siti@gmail.com

  

Abstract

Micro, Small and Medium Enterprises (SMEs) have a very large and significant role in the

labor market as well as relevant as a forum for community empowerment. Including micro-

enterprises "Azh- Zahrah 'in the village Jambearum and “ Ahdi Makmur " in rural districts

Kebonharjo Patebon Kendal district. Both micro-enterprises have become the selected

objects in the business development efforts of Emping Ketan Kendal because it has the

prospect to be developed but has limitations. Empowerment is aimed at improving

business competence on both the micro enterprises. Data were collected through surveys

and in-depth interviews. Troubleshooting using the case study method that applies

troubleshooting solutions based on the condition and needs of the selected objects through

a needs analysis. Based on the results of analysis show that for the empowerment of micro

chips such glutinous required (1) acceleration time (efficiency) of production processes; (2)

the addition of alternative sources of funding from financial institutions; (3) management

of inventories of finished products that are not easily damaged and tidy; (4) the strengthening of identity to be better known in the market.

  Keywords: micro, sticky rice crackers, case studies, empowerment, needs

Abstrak

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran sangat besar dan signifikan

terhadap penyerapan tenaga kerja serta relevan sebagai wadah pemberdayaan masyarakat.

Termasuk usaha mikro ”Azh-Zahrah” di desa Jambearum dan ”Ahdi Makmur” di desa

Kebonharjo kecamatan Patebon kabupaten Kendal. Kedua usaha mikro ini menjadi obyek

terpilih dalam upaya pengembangan usaha emping ketan khas Kendal karena memiliki

prospek untuk dikembangkan namun memiliki berbagai keterbatasan. Pemberdayaan

ditujukan untuk meningkatkan kompetensi usaha pada kedua usaha mikro tersebut.

Data dikumpulkan melalui survey dan wawancara mendalam. Pemecahan masalah

menggunakan metode studi kasus yang menerapkan pemilihaan solusi pemecahan masalah

didasarkan pada kondisi dan kebutuhan pada obyek terpilih melalui analisis kebutuhan.

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa untuk pemberdayaan usaha mikro emping

ketan tersebut dibutuhkan (1) percepatan waktu (efisiensi) proses produksi; (2)

penambahan sumber dana alternatif dari lembaga keuangan; (3) pengelolaan persediaan

produk jadi agar tidak mudah rusak dan rapi; (4) penguatan identitas agar lebih dikenal

dipasaran.

  Kata kunci: usaha mikro, emping ketan, studi kasus, pemberdayaan,kebutuhan.

  PENDAHULUAN

  Kabupaten Kendal, merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di jalur utama Pantai Utara Pulau Jawa (Pantura). Kabupaten Kendal memiliki

  PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477

  SEMARANG, 15

  • – 16 Oktober 2016

  karakteristik daerah yang cukup baik dan menjanjikan untuk dikembangkan dalam berbagai sektor pembangunan. Menurut Hadi (2013), Kendal yang berdekatan dengan Semarang ini memiliki posisi yang strategis, merupakan faktor yang menguntungkan dalam pengembangannya sebagai kota jasa dan perdagangan. Letak Kabupaten Kendal yang berbatasan langsung dengan Kota Semarang sebagai Ibukota Propinsi Jawa Tengah sedikit banyak memberikan pengaruh bagi perkembangan wilayah Kabupaten Kendal termasuk perkembangan sektor ekonomi seperti UMKM.

  Jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Kendal dalam enam tahun terakhir (2006-2011) selalu mengalami peningkatan. Tahun 2011 terdapat 11.055 pengusaha dan mampu menyerap 35.030 tenaga kerja (RKPD Kabupaten Kendal 2013). Kondisi ini menunjukan bahwa UMKM memiliki peran sangat besar dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja dan relevan sebagai wadah pemberdayaan masyarakat. (Arbainah, 2013).

  ”ÜKM memiliki peran strategis dalam upaya pemerintah memerangi kemiskinan melalui penciptaan lapangan kerja”(Murtiasri, 2012). Keberadaan UMKM Kabupaten Kendal menyebar di 20 kecamatan dan desa-desa, termasuk di desa Jambearum dan desa Kebonharjo kecamatan Patebon yang merupakan lokasi dari usaha mikro emping ketan ”Azh- Zahrah” dan “Ahdi Makmur”. Kecamatan Patebon memiliki 18 desa/kelurahan, beralamat di Jl. Soekarno- Hatta No 103 Kendal.

  Usaha Mikro dalam artikel ini diartikan sebagai industri dengan usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi karakteristik berupa:1) kekayaanya paling banyak sebesar Rp. 50.000.000,- (untuk kekayaan bersihnya dan tidak di hitung tanah maupun bangunan); 2) penjualan tahunanya paling banyak Rp 300.000.000.- 3) perusahaan industri yang tenaga kerjanya antara 1-4 orang; Permisalan industri ini seperti industri PengolahanTempe Tahu, Industri Peternakan Ayam pedaging , Telur itik, Sapi, Industri Pembuatan Kue Kering dan Kue Basah. (BPS, 2016). Diskripsi lain tentang industri mikro dapat dirujuk menurut UU RI No 20 Tahun 2008 pasal 6, yang menyatakan kriteria usaha/industri mikro adalah memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah).

  

”Azh-Zahrah” dan “Ahdi Makmur” merupakan usaha mikro emping ketan yang

  memiliki potensi untuk dikembangkan namun memiliki berbagai keterbatasan dalam aspek kompetensi sumberdaya manusia maupun sumber daya lain dalam menghadapi perkembangan dunia usaha/bisnis. Berdasarkan survey awal, perkembangan bisnis yang dihadapi adalah permintaan pasar pada musim tertentu (bulan Ramadhan) berfluktuasi sangat tinggi; persaingan pasar semakin ketat; namun di sisi lain pasar potensial yang tersedia belum terlayani secara maksimal. Berpijak pada kondisi tersebut maka rumusan masalah dalam artikel ini adalah bagaimana cara meningkatkan kompetensi usaha mikro emping ketan agar mampu melayani pasar potensial dan memenuhi permintaan saat berfluktuasi sangat tinggi di era persaingan yang semakin ketat. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah (1) merumuskan penyebab tidak terlayaninya pasar potensial dan permintaan saat berfluktuasi tinggi, (2) merumuskan solusi untuk mengatasi masalah dengan berbasis pada pemenuhan kebutuhan.

  PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477

  SEMARANG, 15

  • – 16 Oktober 2016

METODE PENELITIAN

   Metode pemecahan masalah yang digunakan dalam program pemberdayaan usaha

  mikro emping ketan khas Kendal ini adalah studi kasus (Case study) dengan pendekatan kualitatif melalui analisis kebutuhan. Obyek yang dipilih adalah usaha mikro emping ketan Azh-Zahrah dan Ahdi Makmur yang terletak di desa Jambearum dan Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. Data dikumpulkan melalui dua cara yaitu (1) wawancara mendalam kepada pelaku usaha/pemilik sekaligus pengelola usaha untuk menggali informasi tentang rencana pengembangan usaha dan permasalahan yang dihadapi (2) survey pada kedua usaha mikro emping ketan dengan berkunjung ke lokasi usaha, mengamati tempat usaha dan proses produksi. Data yang terkumpul selanjutnya diolah secara kualitatif dengan tahap diklasifikasikan berdasarkan kelompok masalah untuk didiskusikan guna mencari pemecahan dengan berbasis pada kebutuhan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  “Emping ketan makanan khas Kendal, layak dilestarikan untuk mendukung program wisata industri yang mengusung keunggulan budaya dan kuliner” (Jawa Pos,

  26 Agustus 2016). Paparan hasil dalam artikel ini terbagi dua bagian. Bagian pertama diskripsi usaha mikro Azh-Zahro dan Ahdi Makmur tempat studi kasus. Bagian dua berisi tentang penemuan masalah, rumusan solusi/ pemecahan masalah berbasis kebutuhan dan implementasi pemenuhan kebutuhan yang dituangkan dalam satu tabel.

  Azh-Zahrah terletak di desa Jambearum dan Ahdi Makmur di desa Kebonharjo berada dalam satu wilayah kecamatan yaitu Patebon Kabupaten Kendal terpilih sebagai obyek studi kasus dalam artikel ini. Azh-Zahrah adalah sebuah usaha mikro yang memproduksi dan memasarkan emping ketan. Usaha yang dipimpin oleh ibu Anisatul Latifah ini beralamat di Jl. Masjid no 04 RT 01 RW 02 Jambearum kecamatan Patebon kabupaten Kendal. Ibu Anisatul Latifah yang lahir pada 11 Desember 1977 ini memiliki semangat yang tinggi. Terbukti disela-sela kesibukannya mengelola bisnis emping ketan beliau menyempatkan mengajar kejar paket A di lingkungannya. Nama Azh-Zahrah diambil dari nama putri pertama beliau dan mulai beroperaasi tahun 2005. Kemampuan produksi rata-rata per hari 4-5 kg, sementara permintaan mencapai 8-10 kg. Penjualan produk rata-rata 240-300 kg per bulan. Permintaan emping ketan meningkat pesat biasanya di bulan Ramadhan hingga mencapai 10 kwintal dalam sebulan. Kondisi ini memerlukan peningkatan kapasitas produksi dan tambahan dana untuk operasional.

  Usaha mikro Ahdi makmur yang juga memproduksi emping ketan sebagai makanan khas Kendal dipimpin oleh ibu Sutiah yang sekaligus menjadi pemilik dan pekerja di usaha mikro tersebut. Ahdi Makmur berlokasi di desa kebonharjo RT 01 RW 02 kecamatan Patebon kabupaten Kendal. Ibu Sutiah adalah ibu rumah tangga yang lahir pada tanggal 6 April 1968 memulai usahanya sejak tahun 2003. Desa Kebonharjo tidak jauh dari desa Jambearum, namun meskipun berada sama dalam satu kecamatan Patebon, tetapi disekitar Ahdi Makmur tidak banyak yang memproduksi emping ketan ini, sehingga potensi untuk meningkatkan kapasitas usaha masih terbuka. Saat ini penjualan kecuali melayani pembeli yang datang ke rumah, juga telah disetorkan ke para pedagang di pasar-pasar sekitar Patebon. Namun demikian produksi belum banyak, masih berkisar atara 5 sd 6 kg perhari. Penjualan masih bersifat fluktuatif dan

  PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477

  SEMARANG, 15

  • – 16 Oktober 2016

  akan naik tajam pada bulan Ramadhan, karena pada umumnya digunakan sebagai makanan khas Kendal yang disajikan di hari raya atau diberikan kepada family atau kenalan sebagai oleh-oleh.

  Berdasarkan hasil survey diketahui bahwa proses produksi pada kedua usaha mikro emping ketan Kendal memiliki proses produksi yang sama. Proses produksi menggunakan alat-alat produksi yang masih manual. Secara sederhana proses produksi emping ketan ini dapat digambarkan dengan alur sebagai berikut: (Gambar 1).

  KELAPA DIPARUT KETAN KETAN CAMPURKAN:

  DIRENDAM DIKUKUS KETAN SATU SAMPAI MATANG +

  MALAM MATANG KELAPA PARUT + GARAM + AIR (KEMUDIAN

  CAMPURAN DICETAK PRODUK JADI DITUMBUK KEMUDIAN DI SIAP KEMAS

  HALUS HINGGA JEMUR @ 250 gr

  MENYERUPAI BUBUR,

  Gambar 1: Proses Produksi Emping Ketan Berpijak pada hasil inventarisasi penyebab tidak terlayaninya pasar potensial dan permintaan saat berfluktuasi tinggi adalah (1) adanya keterbatasan kapasitas produksi karena masih menggunakan alat produksi yang masih manual seperti penumbuk dan pengaduk manual maupun pawonan untuk mengkukus ketan; (2) adanya keterbatasan sumber dana yang masih mengandalkan modal sendiri sehingga tidak mencukupi untuk biaya produksi saat permintaan tinggi; (3) kurangnya pemahaman pelaku usaha terhadap pencarian alternatif sumber dana selain modal sendiri; (4) Produk jadi tidak tersimpan dengan rapi menyebabkan produk mudah rusak dan tidak dapat digunakan untuk memenuhi permintaan yang tinggi di waktu yang akan datang, (5) Jumlah usaha emping ketan semakin banyak, perlu penguatan identitas agar lebih dikenal dipasaran. Dari rumusan penyebab tersebut selanjutnya dapat dilakukan analisis kebutuhan dan upaya pemenuhan kebutuhan tersebut yang relevan. Secara lengkap pemberdayaan usaha mikro emping ketan khas Kendal khususnya bagi Azh-Zahrah dan Ahdi Makmur disajikan dalam tabel berikut ini (Tabel 1).

  PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477

  • – 16 Oktober 2016

  Memberikan Pelatihan tentang:

  Memberikan kemasan produk dengan identitas yang jelas dan lengkap. dengan mencantumkan sebagai MITRA BINAAN POLINES Sumber: Data primer yang diolah, 2016.

  Membutuhkan identitas yang jelas dan kuat agar dapat dikenali konsumen

  5 Persaingan semakin ketat dengan bertambahnya jumlah pelaku usaha emping ketan

  Memberikan bantuan etalase sebagai tempat penyimpan produk jadi sekaligus display produk agar menarik

  Membutuhkan alat penyimpanan produk jadi yang aman

  4 Produk jadi tidak tersimpan dengan rapi menyebabkan produk mudah rusak dan tidak dapat digunakan untuk persediaan jangka panjang.

  2.Pembukuan/catatan keuangan sederhana.

  1.Prosedur pembiayaan pada lembaga keuangan syariah

  Membutuhkan peningkatan pemahaman tentang alternative sumber- sumber dana

  SEMARANG, 15

  3 kurangnya pemahaman pelaku usaha terhadap pencarian alternatif sumber dana selain modal sendiri

  Memberikan masukkan untuk mencari tambahan dana ke lembaga keuangan syariah.

  Membutuhkan tambahan dana untuk mencukupi biaya produksi di saat permintaan tinggi.

  Pemberian bantuan alat penumbuk dan pengaduk bubur ketan, kompor gas lengkap dengan LPG dan selang regulator 2 adanya keterbatasan sumber dana yang masih mengandalkan modal sendiri sehingga tidak mencukupi untuk biaya produksi saat permintaan tinggi.

  Membutuhkan alat produksi yang mampu meningkatkan kapasitas produksi dan lebih efisien (percepatan waktu proses)

  1 adanya keterbatasan kapasitas produksi karena masih menggunakan alat produksi yang masih manual seperti penumbuk dan pengaduk manual maupun pawonan untuk mengkukus ketan

  No Alasan/Permasalahan Yang ditemukan Rumusan Solusi berbasis Kebutuhan (analisis kebutuhan)

Implementasi/

Pemenuhan kebutuhan

  Upaya Pemberdayaan Usaha Mikro Emping Ketan Azh-Zahrah dan Ahdi Makmur dalam Melayani Pasar.

  PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477 Tabel 1.

  Penyelesaian masalah atau tawaran solusi dalam artikel ini disusun dengan melihat hakekat kebutuhan dari usaha mikro emping ketan. Oleh karena itu dikatakan sebagai upaya pemberdayaan berbasis kebutuhan. Sesuatu yang dibutuhkan tentunya adalah hal yang pokok yang sangat berperan dalam pencapaian suatu kesejahteraan. Kebutuhan bukanlah sekedar suatu yang didasarkan pada keinginan, selera, atau pendukung kesenangan, namun pemenuhan kebutuhan dapat menjadi tolok ukur tercapainya

  SEMARANG, 15

  • – 16 Oktober 2016

  kesejahteraan. Rumusan solusi atau tawaran masalah berbasis kebutuhan lebih mudah ditafsirkan dalam upaya implementasinya yaitu dengan cara pemenuhan kebutuhan tersebut. Adapun konsep kesejahteraan tidak hanya dapat ditinjau dari aspek ekonomi namun menurut Arbainah (2014:171) kesejahteraan dapat ditinjau dalam lima aspek yaitu kesejahteraan ekonomi; social dan pendidikan; seni dan budaya; kesehatan serta penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.

  Berdasarkan konsep kesejahteraan di atas, maka pemberdayaan usaha mikro emping ketan dengan berbasis kebutuhan ini dimaksudkan dapat memberikan kesejahteraan kepada pelaku usaha tersebut. Tidak hanya terbatas pada kesejahteraan ekonomi namun juga pada aspek kesejahteraan lainnya khususnya pada kesejahteraan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Wujud nyata dari upaya peningkatan kesejahteraan ini adalah penerapan iptek pada usaha mikro terpilih melalui implementasi pemenuhan kebutuhan. Berikut ini foto saat penyerahan bantuan kepada “Azh-Zahrah” dan “AM” yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi proses produksi dan menguatkan posisi daya saing di pasaran emping ketan.

  Gambar 2: Penyerahan bantuan kepada Mitra Binaan Industri Mikro Emping Ketan AM & Azh-Zahrah. Produk emping ketan kini tertata rapi di etalase baru.

  Model pengembangan usaha berbasis kebutuhan ini selain diterapkan dalam pemberdayaan usaha mikro emping ketan khas Kendal, juga diterapkan dalam

  PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477

  SEMARANG, 15

  • – 16 Oktober 2016

  pembuatan program pemasaran berbasis ICT. Jurnal Akuntansi dan Perbankan Indonesia menyebutkan bahwa penyusunan media pemasaran berbasis ICT akan didasarkan pada hasil analisis kebutuhan sistem dan perancangan sistem. Analisis ini digunakan untuk pembuatan program pemasaran berbasis ICT yang isinya disesuaikan dengan visi misi UMKM obyek penelitian dan visi misi desa wisata Jambearum.

  (Arbainah, 2014: 181).

  Berdasarkan pengalaman dalam pemberdayaan kedua usaha mikro emping ketan ini, maka dapat disusun model pengembangan/pemberdayaan usaha mikro maupun UMKM secara sederhana dengan berbasis kebutuhan sebagai berikut (Gambar 3).

  2. Menggali informasi

  3. Identifikasi rencana pengembangan usaha permasalahan dan permasalahan yang UMKM dihadapi melalui FGD & survey obyek

  1. UMKM

  4. ANALISIS SASARAN KEBUTUHAN

  (rumuskan Solusi

  6. Monitoring dan berbasis kebutuhan)

  5. Implementasi / Evaluasi program

  Pemenuhan Kebutuhan

  Gambar 3: Model Pengembangan UMKM Berbasis Kebutuhan Sumber: Data Primer yang diolah, 2016

  SIMPULAN

  Usaha mikro emping ketan khas Kendal layak dikembangkan guna mendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat sekaligus mendukung pelestarian wisata budaya dan kuliner. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan diketahui bahwa untuk pemberdayaan usaha mikro emping ketan tersebut dibutuhkan (1) percepatan waktu (efisiensi) proses produksi; (2) ) peningkatan pemahaman tentang sumber-sumber dana (3) penambahan sumber dana alternatif dari lembaga keuangan; (4) pengelolaan persediaan produk jadi agar tidak mudah rusak dan rapi dan (5) penguatan identitas usaha agar lebih dikenal oleh konsumen.

  Implementasi dari upaya pemberdayaan usaha mikro emping ketan khas Kendal Azh-Zahrah dan Ahdi Makmur adalah pemenuhan kebutuhan berupa bantuan alat/mesin untuk percepatan proses produksi, pelatihan dan pendampingan pengajuan dana ke lembaga keuangan syariah, serta bantuan alat penyimpanan persediaan produk jadi (etalase multi fungsi) dan plastik kemasan produk berlogo Polines dan bertuliskan Mitra Binaan Polines sebagai penguatan identitas usaha.

DAFTAR PUSTAKA

  Arbainah, Siti, 2013, Penguatan Human Capital UMKM Desa Wisata Berbasis Kinerja

  dan Harapan, Prosiding Seminar Nasional, hal94-98, ISBN:978-979-3514-66-6, UP2M Polines.

  PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477

  SEMARANG, 15

  • – 16 Oktober 2016

  Arbainah, Siti. et all, 2014, Economy Welfare for the Existence of The Traditional

  Music Group “Campursari” in Semarang City,Indonesia, International Journal of

  Information, Business and Management, Vol 6, No.2., page 169-178. Arbainah, Siti, Mardinawati, Susena, 2013, Model Pengembangan UMKM Desa

  Wisata Melalui Penguatan Human Capital dan Pemasaran Berbasis ICT dalam

  Mencapai Kinerja Prima (Studi Kasus Pada Desa Wisata Jambearum Kabupaten Kendal ), hasil penelitian yang tidak dipublikasikan, UP2M, Polines.

  Arbainah, Siti, 2014, Pemasaran Berbasis ICT Sebagai Media Promosi Alternatif Bagi UMKM Desa Wisata, JABPI (Jurnal Akuntansi dan Perbankan Indonesia), Vol 22, No.2, Juli 2014, hal 180-187.

  Hadi, Dwi Prastito, 2013, Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah di Kota Kendal Dalam Rangka Millenium Development Goals 2015, Prosiding Seminar Nasional, hal162-167, ISBN:978-979-3514-66-6, UP2M Polines.

  Jawa Pos, 26 Agustus 2016, Polines Dampingi UMKM Emping Ketan Khas Kendal, hal 9 kolom 1 Murtiasri, Eka, 2012, Kontribusi Usaha Kecil dan Menengah Dalam Penyerapan

  Tenaga Kerja Berdasar Perhitungan Concentration Index di Kabupaten Semarang , TEKNIS vol 7 No.1 April 2012, hal 50-57.

  Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Kendal Tahun Anggaran 2013. UU RI No. 20 Tahun 2008, Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

  PROSIDING Vol. 01, Tahun 2016 ISSN: 2477