Kisah 4 nabi yang menerima kitab suci (1)

I.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam segala peristiwa dan sejarah para nabi yang diutus
oleh ALLAH SWT hanya untuk melaksanakan perintahnya
menyembah ALLAH SWT. Dan tiada tuhan yang maha esa dan
patut dipuji selain NYA. Didalam Al-Quran, banyak terdapat
peristiwa penting serta sejarah-sejarah para nabi terdahulu. Sebagai
penambahan ilmu pengetahuan agama, makalah ini dibuat
berdasarkan dengan materi yang telah ditentukan dan juga, dalam
aspek kehidupan manusia terdapat pedoman-pedoman hidup
mereka agar tercapai keselaran antara didunia dan diakherat.
Dalam keselarasan dari terciptanya nabi Adam AS sampai nabi
yang terakhir yaitu ummulul mu’minin Muhammad SAW, ter dapat
25 nabi yang patut kita ketahui, tapi hanya empat nabi yang
mendapat wahyu dari ALLAH SWT, seperti nabi Musa AS
mendapatkan kitab TAURAT, nabi Daud AS mendapatkan kiaab
ZABUR, dan nabi ISA AS mendapatkan kitab INJIL, dan nabi
akhirul zaman yaitu nabi Muhammad SAW dengan kitab sucinya

AL-QURAN dan ditambah lagi dengan perilaku yang terpujinya
disebutkan dari berbagai hadist shoheh.
B. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah
wawasan bagi penulis makalah dan juga mudah-mudahan bias
bermanfaat untuk semua kalangan yang membutuhkan dari resensi
makalah ini, dan tak lebih pula penulisan makalah ini berfungsi
dalam pengetahuan setiap makhluk di muka bumi ini untuk lebih
4

menghargai dan bias berbuat dengan segala yang baik yang tertulis
dari setiap lembaran-lembaran AL-QURAN dan AL-HADIST.
C. Metode Penulisan
a. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah para kisah nabi-nabi
yang menerima wahyu dari ALLAH SWT, termuat
dalam makalah ini beberapa peristiwa penting
sepanjang sejarah dalam perjalan nabi Musa AS
dengan kitabnya TAURAT sampai nabi Muhammad
SAW dengan kitabnya Al-Quran.

b. Rancangan makalah
i. Jenis makalah
Makalah ini adalah makalah eksposisi, yaitu
terdapat pemaparan-pemaparan cerita kisah para
nabi

terdahulu

dalam

menyebarkan

perintah-

perintah ALLAH SWT untuk menyembahNYA.
ii. Data makalah
Data yang terdapat dalam makalah ini berisi
berbagai

sumber-sumber


pengetahuan

perintah

ALLAH SWT kepada utusannya, dan data tersebut
diambil

dalam

berbagai

sumber

di

dunia

maya”internet”.


5

II.

KISAH NABI MUSA AS

Nabi Musa AS diutus untuk berdakwah di negeri Mesir, dan mengajak
Bani Israil menyembah Allah SWT. Musa dan Harun adalah keturunan ke-4 dari
Nabi Ya'qub AS yang tinggal di Mesir sejak Nabi Yusuf berkuasa disana. Mesir
saat itu dikuasai oleh Fir'aun. Penduduknya terdiri dari 2 bangsa, yaitu penduduk
asli Mesir yang disebut sebagai orang Qubti, dan orang Israil, yaitu keturunan
Nabi Ya'qub AS. Kebanyakan orang Qubti menduduki jabatan-jabatan tinggi,
sedang orang Israil hanya berkedudukan rendah, seperti buruh, pelayan dan
pesuruh. Firaun memerintah dengan tangan besi. Ia diktator bengis yang tidak
berperi kemanusiaan. Mabuk dan rakus kekuasaan, sampai-sampai ia berani
menyebut dirinya sebagai Tuhan.
A. Kekejaman Fir'aun membunuh bayi laki-laki
Suatu ketika, Fir'aun bermimpi, yang oleh dukun peramalnya mimpi itu diartikan
dengan akan lahirnya seorang bayi laki-laki dari Bani Israil yang akan merampas
kekuasaan raja. Seketika itu Fir'aun menginstruksikan seluruh pasukannya untuk

membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir.
Ibu Musa, Yukabad, istri Imron bin Qahat bin Lewi bin Ya'qub AS, merasa sangat
gelisah karena begitu ketatnya penyelidikan para petugas. Suatu ketika ibu Musa
mendapat petunjuk melalui mimpinya agar anaknya yang berusia 3 bulan
dimasukkan ke dalam kotak lalu dihanyutkan ke sungai Nil. Allah SWT menjamin
bahwa bayinya pasti akan selamat, bahkan Yukabad kelak tetap akan dapat
merawatnya.
Isyarat itu dilaksanakan dengan penuh ketabahan dan tawakal. Kakak Musa
diperintahkan untuk mengikuti kemana peti itu hanyut dan di tangan siapakah
Musa nanti ditemukan. Kotak yang berisi bayi itu tiba-tiba tersangkut di pohon
dan berhenti di belakang rumah Fir'aun. Puteri Fir'aun menemukan peti tsb, dan ia
adalah seorang yang berpenyakit belang. Ketika menyentuh Musa, mendadak
penyakitnya sembuh. Dengan perasaan gembira ia membawa peti itu kepada
Asiah, istri Fir'aun, dan memberitahu apa yang telah terjadi. Asiah mengambil
bayi itu dan berniat untuk memeliharanya.
6

Asiah adalah seorang yang beriman kepada Allah SWT. Namun lantaran takut
oleh kekejaman Fir'aun, ia menyembunyikan keimanannya. Ketika itu Fir'aun
mendengar adanya wanita cantik bernama Asiah, dan ia pun menikahinya. Namun

tatkala ia hendak menggauli istrinya itu, seluruh badannya tiba-tiba menjadi kaku
sehingga ia pun tidak bisa mendekatinya, hanya bisa memandangnya.
Fir'aun merasa curiga terhadap bayi yang ditemukan istrinya, tetapi Asiah tetap
bersikeras untuk memeliharanya karena ia sudah lama mendambakan anak. Bayi
itu oleh Asiah diberi nama Musa, yang artinya air dan pohon (mu = air, sa =
pohon).
di antara sejumlah inang pengasuh pilihan Asiah, bayi Musa hanya mau menyusu
pada Yukabad, sehingga Asiah akhirnya menerima Yukabad sebagai inang
pengasuh Musa. Dengan demikian janji Allah SWT bahwa Yukabad tetap akan
mendapatkan

kembali

bayinya

terpenuhi.

Kisah ini dapat ditemui dalam surat Al-Qasas: 4-13.
Musa meninggalkan Mesir
Setelah selesai masa penyusuan bersama ibunya, Musa dikembalikan lagi ke

istana Fir'aun. Ia dipelihara sebagaimana anak-anak raja yang lain. Berpakaian
seperti Fir'aun, mengendarai kendaraan Fir'aun, sehingga ia dikenal sebagai
Pangeran Musa bin Fir'aun.
Walaupun dididik dalam tradisi istana, sejak kecil Musa memahami bahwa ia
bukan anak Fir'aun melainkan keturunan Bani Israil yang tertindas. Karena
prihatin terhadap nasib rakyat yang dianiaya oleh keluarga raja dan para pembesar
kerajaan, Musa bertekad untuk membela kaumnya yang lemah.
Suatu saat tindakan Musa membela seorang anggota kaumnya yang berkelahi
melawan seorang dari golongan Fir'aun menyebabkan yang terakhir ini tewas.
Seorang saksi yang melihat kejadian itu lalu melaporkan pada Fir'aun.
Mengetahui bahwa Musa membela orang Israil, Fir'aun segera memerintahkan
orang untuk menangkap Musa. Akhirnya Musa melarikan diri dan memutuskan
untuk meninggalkan Mesir. Ia bertaubat dan memohon ampun kepada Allah. Saat
itu ia berusia 18tahun. Kisah ini terdapat dalam surat Al-Qasas: 14-21.
Musa pergi ke Madyan, kota tempat tinggal Nabi Syu'aib AS. Dari Mesir ke
Madyan harus ditempuh berjalan kaki selama 8 hari. Karena kelelahan dan merasa
7

lapar, Musa beristirahat di bawah pepohonan. Tak jauh dari tempatnya
beristirahat, ia melihat dua orang gadis berusaha berebut untuk mendapatkan air di

sumur guna memberi minum ternak yang mereka gembalakan. Kedua gadis itu
berebutan dengan sekelompok pria-pria kasar yang tampak tidak mau mengalah.
Melihat itu, Musa segera bergerak menolong kedua gadis tsb. Laki-laki kasar tadi
mencoba melawan Musa, tapi Musa dapat mengalahkan mereka.
B. Musa menikah
Kedua gadis ini tak lain adalah putri-putri Nabi Syu'aib AS. Mereka lalu
melaporkan kejadian yang telah dialami bersama Musa kepada ayah mereka.
Syu'aib lalu menyuruh kedua putrinya untuk mengundang Musa datang ke rumah
mereka.
Musa memenuhi undangan itu. Keluarga Syu'aib sangat senang melihat Musa.
Sikapnya sopan dan tampak sekali ia seorang pemuda bermartabat dari kalangan
bangsawan. Kepada Syu'aib, Musa menceritakan peristiwa pembunuhan yang
telah dilakukannya, yang menyebabkan ia terusir dari Mesir. Syu'aib menyarankan
agar ia tetap tinggal di rumahnya agar terhindar dari kejaran orang-orang Fir'aun.
Syu'aib bermaksud menikahkan Musa dengan salah seorang putrinya. Sebagai
syarat mas kawin, Musa diminta bekerja menggembalakan ternak-ternak milik
Nabi Syu'aib selama 8 tahun. Musa menyanggupi syarat tsb, bahkan ia
menggenapkan masa kerjanya menjadi 10 tahun. Ia menjalani pekerjaannya
dengan sabar. Selama itu, nampaklah oleh keluarga Syu'aib bahwa Musa adalah
pemuda yang kuat, perkasa, jujur dan dapat diandalkan. Tak salah jika Nabi

Syu'aib mengambilnya sebagai menantu. Musa sangat bahagia hidup bersama
istrinya. Nabi Syu'aib juga lega karena anaknya mendapat pelindung yang dapat
dipercaya. Kisah tentang hal ini terdapat dalam surat Al-Qasas: 22-28.

Musa kembali ke Mesir
Sepuluh tahun setelah meninggalkan Mesir, Musa berniat kembali ke sana
bersama istrinya. Musa sadar, tidak mustahil bahwa orang-orang Mesir masih
akan mencarinya, oleh sebab itu ia dan istrinya tidak berani melalui jalan biasa
melainkan memilih jalan memutar.
8

Sampai suatu malam, mereka tersesat tak tahu arah mana yang harus ditempuh
untuk meneruskan perjalanan ke Mesir. Saat itulah Musa melihat ada cahaya api
terang benderang di atas sebuah bukit. Musa berkata kepada istrinya, "Tunggu
disini, aku akan mengambil api itu untuk menerangi jalan kita."Tatkala Musa
menghampiri api tsb, tiba-tiba terdengar suara menyeru, "Hai Musa! Aku ini
adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu. Sesungguhnya kamu
berada di lembah suci Thuwa. Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah
apa yang akan diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya Aku ini adalah Allah. Tiada
Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku, dan dirikanlah sholat untuk mengingat

Aku."
Inilah wahyu pertama yang diterima langsung oleh Nabi Musa AS. Dengan
diterimanya wahyu ini, maka Musa telah diangkat sebagai Nabi dan Rasul.
Sebagai rasul, Allah SWT memberinya mukjizat berupa tongkat yang bisa
berubah menjadi ular dan tangannya yang dapat bersinar putih cemerlang setelah
dikepitkan di ketiaknya. Kisah ini dapat dilihat pada surat Tâhâ: 9-23.
Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS untuk berdakwah kepada Fir'aun.
Musa masih merasa takut karena dulu ia pernah membunuh orang Mesir, namun
Allah menjanjikan perlindungan untuknya, maka tentramlah hatinya. Untuk lebih
memantapkan dakwahnya, Musa memohon kepada Allah agar ia ditemani oleh
Harun, saudaranya, karena Harun amat cakap dalam berbicara dan berdebat.
Permintaan Musa dikabulkan. Harun yang masih berada di Mesir digerakkan
hatinya oleh Allah sehingga ia berjalan menemui Musa. Hal tsb dinyatakan dalam
surat Al-Qasas: 32-35 dan surat Tâhâ: 42-47.
Akhirnya bersama-sama Harun, Musa menghadap Fir'aun. Ia mengadakan dialog
dengan Fir'aun tentang Tuhan. Namun Fir'aun menanggapinya dengan sinis dan
mengejek Musa tak tahu diri. Dulu ia diasuh dan dibesarkan di istana Mesir, tapi
kini ia malah berbalik menentang Fir'aun. Musa menjawab bahwa semua itu
terjadi disebabkan karena ulah Fir'aun sendiri. Seandainya Fir'aun tidak
memerintahkan membunuh bayi laki-laki, tidak mungkin ia dihanyutkan di sungai

Nil sampai akhirnya ditemukan dan diangkat anak oleh istri Fir'aun. Musa tidak
merasa berhutang budi pada Fir'aun.
9

Musa mengatakan bahwa sesungguhnya Fir'aun bukanlah Tuhan. Ada Tuhan lain
yang berhak disembah, Tuhan nenek moyang mereka, Tuhan seluruh alam
semesta. Fir'aun sangat murka dan meminta Musa untuk menunjukkan tandatanda kebesaran Tuhan.
C. Keberhasilan Musa melawan ahli-ahli sihir Fir'aun
Di depan masyarakat luas, Nabi Musa AS dapat menunjukkan mukjizatnya
menghadapi ahli-ahli sihir Fir'aun. Musa mempersilakan ahli-ahli sihir Fir'aun
untuk mempertunjukkan kebolehan mereka lebih dulu. Mereka lalu melemparkan
tali dan tongkat-tongkatnya. Tak lama kemudian tali-tali dan tongkat-tongkat itu
berubah menjadi ular yang ribuan ekor banyaknya. Fir'aun tertawa bangga
menyaksikan kebolehan para ahli sihirnya. Masyarakat yang hadir disana juga
terkagum-kagum.
Dengan tenang Musa melemparkan tongkatnya, tongkat itu segera berubah
menjadi ular yang sangat besar dan langsung melahap ular-ular para ahli sihir
Fir'aun. Dalam waktu singkat, ular-ular itu habis ditelan oleh ular Nabi Musa.
Para ahli sihir itu terbelalak heran. Apa yang diperlihatkan Musa bukanlah seperti
sihir yang mereka pelajari dari syaitan. Sadar akan hal itu, para ahli sihir tsb
berlutut kepada Musa, dan menyatakan diri sebagai pengikut ajaran yang
dibawanya. Mereka bertaubat dan hanya akan menyembah Allah saja. Kisah ini
dijelaskan dalam surat Asy-Syu'arâ': 18-51
Fir'aun sangat murka melihat pembelotan para ahli sihir yang telah bertaubat itu.
Ia mengancam akan menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat kejam, namun
para ahli sihir itu tetap memilih menjadi pengikut Musa. Akhirnya Fir'aun
memerintahkan untuk memotong tangan dan kaki mereka, serta menyalib mereka
di batang pohon kurma. Mereka pun menerimanya dengan sabar dan tetap
beriman kepada Allah. Jumlah mereka saat itu 70 orang.
Azab bagi Fir'aun dan pengikutnya
Kejengkelan Fir'aun memuncak setelah Nabi Musa AS memperoleh pengikut
yang lebih banyak. Fir'aun menjadi semakin kejam terhadap Bani Israil. Nabi
Musa AS senantiasa menyuruh kaumnya untuk bersabar menghadapi kesewenangwenangan Fir'aun. Fir'aun pun tak henti-hentinya mengejek dan menghina Musa.
10

Karena semakin lama tindakan Fir'aun makin merajalela, Nabi Musa AS berdoa
kepada Allah SWT agar Fir'aun dan pengikutnya diberi azab. Allah SWT
mengabulkan doa Musa. Kerajaan Fir'aun dilanda krisis keuangan. Selain itu
wilayah Mesir dilanda kemarau panjang. Banyak panen yang gagal, tanaman dan
pepohonan banyak yang mati, disusul badai topan yang merobohkan rumahrumah mereka. Jutaan belalang berdatangan menyerbu hewan dan perkebunan,
juga kutu dan katak. Setelah kemarau, muncul banjir besar. Akibat banjir itu
kemudian juga muncul wabah penyakit. Anak laki-laki bangsa Mesir mendadak
mati, tak terkecuali anak-anak Fir'aun sendiri, termasuk putra mahkota.
Pengikut Fir'aun mendatangi Nabi Musa AS untuk memohon agar azab itu dicabut
dari mereka dengan janji mereka akan beriman. Namun ketika Allah SWT
mengabulkan permintaan itu, mereka ingkar terhadap janjinya.

Riwayat ini

terdapat dalam surat Al-Mu'minûn: 26, Az-Zukhruf: 51-54, Yûnus: 88-89, dan AlA'râf: 130-135.
Peristiwa Laut Merah terbelah
Bani Israil yang makin menderita karena ulah Fir'aun dan pengikutnya meminta
Nabi Musa AS untuk membawa mereka keluar dari Mesir. Setelah mendapat
wahyu dari Allah agar mengajak kaumnya pergi meninggalkan Mesir, Musa lalu
membawa kaumnya ke Baitulmakdis. Mereka pergi secara diam-diam di malam
hari. Ketika sampai di tepi Laut Merah, mereka baru menyadari bahwa tentara
Fir'aun mengejar mereka. Para pengikut Musa sangat panik karena tidak bisa lari
kemana pun. Saat itulah turun wahyu agar Musa memukulkan tongkatnya ke laut.
Laut pun membelah hingga terbentang jalan bagi Musa dan pengikutnya untuk
menyeberang. Fir'aun dan tentaranya mengejar rombongan itu, namun ketika
Musa dan pengikutnya telah sampai di tepi sementara Fir'aun dan tentaranya
masih di tengah laut, atas perintah Allah laut pun kembali menutup hingga Fir'aun
dan pasukannya tenggelam.
Di saat-saat terakhir menjelang kematiannya, Fir'aun sempat bertaubat dan
menyatakan diri beriman kepada Allah. Namun taubat menjelang ajal yang
dilakukan oleh Fir'aun itu sudah terlambat dan tidak lagi diterima oleh Allah,
sehingga matilah ia dalam keadaan tetap kafir.Kisah tentang ini terdapat dalam
surat Tâhâ: 77-79, Asy-Syu'arâ: 60-68, dan Yûnus: 90-92.
11

Ternyata, mayat Fir'aun tetap utuh sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an surat
Yûnus: 92, sebagai tanda bagi umat yang kemudian. Ini telah terbukti dengan
diketemukannya mummi Fir'aun (Pharaoh) di Mesir pada abad ke-20 M.
Karunia bagi Bani Israil
Dalam perjalanan ke Mesir, Bani Israil sangat manja. Saat mereka haus, Musa
memukulkan tongkatnya ke batu. Dari batu tsb, memancarlah 12 mata air, sesuai
dengan jumlah suku (sibith) Bani Israil, sehingga masing-masing suku memiliki
mata air sendiri. Di Gurun Sinai yang panas terik, tak ada rumah untuk dihuni,
tak ada pohon untuk berteduh, maka Allah menaungi mereka dengan awan.
Ketika bekal makanan dan minuman mereka habis, mereka pun meminta Musa
memohon pada Allah SWT agar diberikan makanan dan minuman, maka Allah
menurunkan kepada mereka Manna dan Salwa. Manna adalah makanan yang
turun dari udara seperti turunnya embun, turun di atas batu dan daun pohon.
Rasanya manis seperti madu. Sedang Salwa adalah sejenis burung puyuh yang
datang berbondong-bondong silih berganti sampai-sampai hampir menutupi bumi
lantaran banyaknya.
Mendapat karunia dan rezki yang demikian melimpahnya dari Allah, Bani Israil
bukannya bersyukur, malah mereka meminta makanan dari jenis yang lain lagi.
Disinilah mulai terlihat betapa Bani Israil itu sangat kufur terhadap nikmat Allah.
Berbagai tuntutan dan permintaan dari Bani Israil ini diceritakan dalam surat AlA'râf: 160 dan Al-Baqarah: 61.
D. Turunnya kitab Taurat
Setelah persoalan dengan Fir'aun selesai, Nabi Musa AS memohon untuk
diberikan kitab suci sebagai pedoman. Allah SWT lalu memerintahkan Nabi Musa
AS untuk berpuasa selama 30 hari dan pergi berkhalwat ke Bukit Thur Al-Aiman
atau Thursina. Sebelum pergi, Musa meminta Harun menjadi wakilnya untuk
mengurus kaumnya.
Setelah berpuasa selama 30 hari, Allah memerintahkannya berpuasa 10 hari lagi
untuk menggenapkan ibadahnya menjadi 40 hari. Setelah itu Allah berbicara
kepadanya dengan Kalam-Nya yang Azali, sehingga Musa pun memiliki
keistimewaan yang tidak dimiliki oleh manusia lain.

12

Dalam kesempatan bermunajat di Bukit Thursina ini, timbul kerinduan Musa
untuk bertemu Allah SWT. Ia pun meminta agar Allah SWT mengizinkan dirinya
untuk melihat Zat-Nya. Allah SWT mengatakan bahwa ia telah meminta sesuatu
yang diluar kesanggupannya. Allah SWT kemudian menyuruh Musa untuk
melihat ke sebuah bukit. Allah akan menampakkan wujudnya kepada bukit itu.
Jika bukit itu tetap tegak berdiri, maka Musa dapat melihat-Nya, namun jika bukit
yang lebih besar darinya itu tak mampu bertahan, maka lebih-lebih lagi dirinya.
Ketika Musa mengarahkan pandangan ke bukit tsb, seketika itu juga bukit itu
hancur luluh. Melihat itu Musa merasa terkejut dan ngeri, ia pun jatuh pingsan.
Setelah sadar, ia bertasbih dan bertahmid seraya memohon ampun kepada Allah
SWT atas kelancangannya. Selanjutnya, Allah SWT memberikan kitab Taurat
sebagai kitab suci yang berupa kepingan-kepingan batu. Di dalamnya tertulis
pedoman hidup dan penuntun beribadah kepada Allah SWT. Kisah munajat Nabi
Musa AS di Bukit Thursina ini diceritakan dalam surat Al-A'râf: 142-145.
Patung anak sapi
Sepeninggal Nabi Musa AS, Bani Israil dihasut oleh seorang munafik bernama
Samiri. Karena keyakinan tauhid mereka yang memang belum terlalu tebal,
dengan mudah mereka termakan hasutan Samiri. Bani Israil membuat patung anak
sapi yang disembah sebagai tuhan mereka.
Sebelum pergi ke bukit Thursina, Musa berkata kepada kaumnya bahwa ia akan
meninggalkan mereka tidak lebih dari 30 hari. Ketika Allah memerintahkannya
untuk menambah ibadahnya 10 hari lagi sehingga bertambah lama kepergiannya,
maka mereka menganggapnya telah melupakannya. Samiri mengatakan kepada
Bani Israil bahwa keterlambatan Musa ini disebabkan karena mereka telah
membuat marah Tuhan dengan mengambil perhiasan-perhiasan dari kuburan
orang-orang Mesir. Maka untuk meminta ampun kepada Tuhan dan agar Musa
mau kembali pada mereka, mereka harus melemparkan perhiasan-perhiasan tsb ke
dalam api.
Mereka pun percaya dengan hasutan Samiri. Para wanita-wanita Bani Israil lalu
melemparkan perhiasan-perhiasan emas mereka ke dalam api. Dari emas yang
terkumpul itu Samiri lalu membuat patung anak sapi. Dengan teknik khusus, ia
membuat angin bisa masuk dan menimbulkan suara dari mulut patung itu
13

sehingga seolah-olah patung itu dapat berbicara. Kemudian Samiri menyuruh
Bani Israil untuk menyembahnya.
Nabi Harun AS tidak berdaya menghadapi kaumnya yang kembali murtad itu.
Ketika Nabi Musa AS kembali, ia sangat marah dan bersedih hati melihat perilaku
kaumnya. Mula-mula ia pun marah kepada Harun yang dianggapnya tidak bisa
menjaga kaumnya dengan baik, namun setelah mendengar penjelasan dari Harun,
ia pun tenang kembali. Ia mengusir Samiri dan menjelaskan pada kaumnya
tentang perbuatan mereka yang salah. Sebagai hukuman, Samiri diberi kutukan
oleh Allah, jika ia disentuh atau menyentuh manusia, maka badannya akan
menjadi panas demam. Itulah azab Samiri di dunia, seumur hidupnya ia tidak bisa
berhubungan dengan siapa pun.
Setelah Samiri pergi, Musa membakar patung anak sapi sembahan Bani Israil dan
membuang abunya ke laut. Allah SWT kemudian memerintahkan Musa AS agar
membawa sekelompok kaumnya untuk memohon ampun atas dosa mereka
menyembah patung anak sapi. Musa mengajak 70 orang terpilih dari Bani Israil
ke Bukit Thursina. Setelah mereka berpuasa menyucikan diri, muncullah awan
tebal di bukit itu. Nabi Musa AS dan rombongannya memasuki awan gelap itu dan
bersujud. Ketika bersujud, 70 orang itu mendengar percakapan antara Nabi Musa
AS dengan Allah SWT. Timbul keinginan mereka untuk melihat Zat Allah.
Bahkan mereka menyatakan tidak akan beriman sebelum melihat-Nya. Seketika
itu pula tubuh mereka tersambar halilintar hingga mereka pun tewas.
Nabi Musa AS memohon agar kaumnya diampuni dan dihidupkan kembali. Maka
Allah SWT pun membangkitkan kembali 70 orang pengikut Musa itu. Musa lalu
menyuruh mereka bersumpah untuk berpegang teguh pada kitab Taurat sebagai
pedoman hidup, dan beriman kepada Allah SWT. Cerita ini terdapat dalam Al
Qur'an surat Al-A'râf: 149-155 dan Al-Baqarah: 55, 56, 63, 64.
E. Sapi Betina (Al Baqarah)
Suatu hari terjadi peristiwa pembunuhan di antara kaum Nabi Musa.
Untuk mengetahui siapa pembunuh orang tsb, atas petunjuk Allah SWT, Musa
memerintahkan kaumnya untuk mencari seekor sapi betina. Dengan lidah sapi itu
nantinya mayat yang terbunuh akan dipukul dan akan hidup lagi atas kehendak
dan izin dari Allah SWT.
14

Kaum Bani Israil sebenarnya enggan melaksanakan perintah ini, karenanya
mereka sangat cerewet dan banyak bertanya dengan harapan supaya Allah SWT
akhirnya membatalkannya, sebagaimana dikisahkan dalam Al Qur'an surat AlBaqarah: 67-71.
Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina. Mereka berkata: Apakah kamu
hendak menjadikan kami buah ejekan? Musa menjawab: Aku berlindung kepada
Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil. (QS. 2:67)
Mereka menjawab: Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami, agar dia
menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu? Musa menjawab:
Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi yang tidak tua
dan tidak muda, pertengahan antara itu. Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu. (QS. 2:68)
Mereka berkata: Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami agar Dia
menerangkan kepada kami apa warnanya. Musa menjawab: Sesungguhnya Allah
berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua
warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya. (QS. 2:69)
Mereka berkata: Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami agar Dia
menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena
sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya
Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu). (QS. 2:70)
Musa berkata: Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi
betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk
mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya. Mereka berkata: Sekarang
barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya. Kemudian
mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah
itu. (QS. 2:71)
Nama surat Al-Baqarah yang berarti sapi betina diambil karena dalam surat ini
terdapat kisah penyembelihan sapi betina.
Dapat dilihat pada ayat-ayat tsb bahwa sikap Bani Israil yang cerewet justru telah
menyulitkan mereka sendiri. Seandainya ketika diperintahkan pertama kali
mereka langsung melaksanakannya, tentulah mereka tidak akan repot, tetapi
15

mereka malah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang rumit sehingga hampir
saja mereka tidak dapat menemukan sapi sesuai ciri-ciri yang diterangkan oleh
Musa.
Begitu sapi sudah diperoleh, mereka lalu menyembelihnya dan lidah sapi itu
dipukulkan ke tubuh mayat orang yang terbunuh. Seketika itu ia menjadi hidup
kembali dan menceritakan bahwa ia telah dibunuh oleh sepupunya sendiri.
Allah mengharamkan tanah Palestina bagi Bani Israil
Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS membawa kaumnya ke Palestina,
tempat suci yang telah dijanjikan bagi Nabi Ibrahim AS sebagai tempat tinggal
anak cucunya. Bani Israil yang telah mendapat berbagai karunia dari Allah SWT
adalah kaum yang keras kepala dan tidak bersyukur.
Sebelum mengajak kaumnya berhijrah, Musa mengutus perintis jalan untuk
menyelidiki tentang penduduk penghuni Palestina. Ketika kembali, para perintis
jalan itu mengabarkan bahwa tanah suci tsb dihuni oleh suku Kana'an yang kuatkuat, dan kota-kotanya memiliki benteng yang kokoh. Mengetahui hal itu, merasa
gentarlah Bani Israil dan tidak mau mematuhi perintah Musa untuk menyerang.
Mereka hanya mau kesana jika suku itu telah disingkirkan terlebih dahulu.
Nabi Musa AS sangat marah terhadap sikap kaumnya itu, karena sikap tsb
mencerminkan bahwa mereka belum benar-benar beriman kepada Allah SWT,
padahal Allah SWT telah berjanji bahwa dengan pertolongan-Nya mereka akan
mampu mengalahkan suku Kana'an. Di antara Bani Israil itu, ada 2 orang
bertakwa yang menasihati mereka agar masuk dari pintu kota supaya mereka bisa
menang. Akan tetapi Bani Israil menolak nasihat itu dan melontarkan kepada
Musa kalimat yang menunjukkan pembangkangan dan sifat pengecut, "Pergilah
engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah, sementara kami menunggu di sini."
Habislah kesabaran Musa. Ia lalu memanjatkan doa agar Allah SWT memberikan
putusan-Nya atas sikap kaumnya. Sebagai hukuman bagi Bani Israil yang
menolak perintah Allah SWT, Allah SWT mengharamkan wilayah Palestina
selama 40 tahun bagi mereka. Mereka akan tersesat, padahal tanah yang
dijanjikan sudah ada di depan mata. Selama itu mereka akan berkeliaran di muka
bumi tanpa memiliki tempat bermukim yang tetap.
Hal ini dikisahkan dalam surat Al-Maidah: 20-26.
16

Pertemuan Musa dengan orang saleh
Pada suatu kesempatan berkhutbah di hadapan kaumnya, Nabi Musa AS
mengatakan bahwa dirinyalah yang paling pandai dan berpengetahuan. Allah
SWT menegur sikapnya ini dan berfirman, "Sesungguhnya Aku mempunyai
seorang

hamba

di

tepi

laut

yang

lebih

pandai

darimu."

Berkatalah Musa, "Wahai Tuhanku, apa yang harus kuperbuat untuk bertemu
dengannya?"
Allah berfirman, "Ambillah seekor ikan kecil dan letakkan di dalam keranjang.
Dimanapun engkau kehilangan ikan itu, maka disitulah ia berada."
Musa melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah kepadanya. Ia mengambil
seekor ikan kecil, kemudian ia pergi dengan ditemani seorang sahayanya. Saat
mereka tiba di pertemuan antara dua buah laut, mereka duduk sejenak untuk
beristirahat. Tertidurlah mereka, sementara saat itu turun hujan sehingga ikan
yang mereka bawa dapat melompat dan meluncur ke laut.
Sahaya Musa mengetahui hal ini, namun ia lupa memberitahukannya kepada
Musa. Mereka terus melanjutkan perjalanan. Ketika mereka merasa lapar dan
hendak makan, saat itulah sahaya Musa teringat akan ikan yang hilang itu, maka
ia pun memberitahu Musa. Mendengar itu Musa sangat gembira. "Inilah yang kita
cari. Mari kita kembali untuk mengikuti jejak dimana ikan itu hilang."
Belum sampai di tempat yang dituju, Musa telah bertemu dengan orang yang
dimaksud. Hamba Allah SWT yang saleh itu dikenal dengan nama Nabi Khidir
AS. Nabi Musa AS yang ingin belajar dari hamba-Nya yang saleh itu meminta
agar diizinkan mengikuti Nabi Khidir. Nabi Khidir menjawab bahwa ia tidak akan
dapat sabar atas keikutsertaannya, karena ia akan melihat tindakan-tindakan yang
bertentangan dengan syariatnya. Namun Musa berkata bahwa ia akan bersabar
dan tidak akan menentang urusan Nabi Khidir. Akhirnya Nabi Khidir
mengizinkan Musa untuk mengikutinya, namun dengan syarat bahwa Musa tidak
boleh mempertanyakan tindakan-tindakan yang akan dilakukannya, karena pada
akhirnya ia akan menceritakan rahasia di balik tindakan-tindakannya itu.
Pergilah Musa bersama Nabi Khidir menyusuri tepi laut. Tiba-tiba lewat di depan
mereka

sebuah

kapal,

maka

keduanya

meminta

kepada

penumpang-

penumpangnya untuk mengangkut mereka. Mereka diizinkan menumpang, lalu
17

keduanya pun naik ke kapal itu. Saat para penumpang lengah, Nabi Khidir
melubangi dinding kapal yang terbuat dari kayu itu sedemikian rupa sehingga
kerusakannya akan mudah untuk diperbaiki. Musa yang melihat kejadian ini
merasa ngeri dan tanpa sadar ia lupa dengan perjanjiannya untuk tidak
mengajukan pertanyaan apa pun, maka ia pun berkata, "Apakah engkau merusak
kapal orang-orang yang telah menghormati kita? Engkau telah melakukan sesuatu
yang tercela."
Nabi Khidir mengingatkan kepada Musa akan perjanjian mereka, maka sadarlah
Musa, ia meminta supaya jangan dihukum atas kelupaannya ini. Keduanya lalu
meneruskan perjalanan dan bertemu dengan seorang anak yang sedang bermain
bersama kawan-kawannya. Nabi Khidir lalu membujuk anak itu ikut dengannya
dan membawanya ke tempat yang agak jauh dari teman-temannya, lalu ia
membunuhnya. Panas hati Musa melihat perbuatan yang keji ini sehingga dengan
marah ia berkata, "Apakah engkau membunuh jiwa yang suci bersih tanpa dosa?
Engkau telah berbuat sesuatu yang mungkar. "Nabi Khidir kembali mengingatkan
Musa akan syarat yang berlaku antara keduanya. Musa menyesal atas
ketidaksabarannya. Ia pun berkata, "Jika setelah ini aku bertanya lagi kepadamu,
maka janganlah menemani aku, karena sudah cukup alasan bagiku untuk berpisah
denganmu."
Kemudian keduanya pun meneruskan perjalanan kembali. Saat merasa haus dan
lapar, masuklah mereka ke sebuah desa. Mereka meminta kepada penghuninya
supaya bersedia memberi mereka makan dan menjadikan mereka sebagai tamu,
namun permintaan mereka ini ditolak dengan kasar oleh penghuni desa tsb.
Dalam perjalanan pulang, mereka mendapati sebuah dinding yang hampir roboh.
Nabi Khidir lalu memperbaiki dinding yang roboh itu dan mendirikan
bangunannya. Melihat ini, Musa tidak tahan lalu bertanya, "Apakah engkau mau
membalas orang-orang yang telah mengusir kita dengan memperbaiki dinding
rumah mereka? Andaikata engkau kehendaki, engkau bisa meminta upah atas
pekerjaanmu untuk membeli makanan."
Dengan timbulnya pertanyaan Musa ini, maka berpisahlah ia dengan Nabi Khidir.
Namun sebelum berpisah, Nabi Khidir menjelaskan rahasia-rahasia perbuatannya.
Ia berkata, "Mengenai kapal yang aku lubangi dindingnya, itu adalah kepunyaan
18

beberapa orang miskin yang tidak punya harta selain itu, dan aku mengetahui
bahwa ada seorang raja yang suka merampas setiap kapal yang baik dari
pemiliknya. Sebab itu aku merusaknya sedikit supaya nantinya mudah diperbaiki
lagi, dan bila raja melihatnya ia pun menduga kapal itu adalah kapal yang buruk
sehingga ia akan membiarkannya pada pemiliknya dan selamatlah kapal itu pada
mereka.
Mengenai anak kecil yang aku bunuh, ia adalah seorang anak yang menampakkan
tanda-tanda kerusakan sejak kecil, sedang kedua orangtuanya adalah orang-orang
yang beriman dan saleh. Aku khawatir rasa kasih sayang orangtua terhadap
anaknya akan membuat mereka menyeleweng dari kesalehan mereka dan
menjerumuskannya ke dalam kekafiran dan kesombongan, maka aku pun
membunuhnya untuk menenangkan kedua orangtua yang beriman ini, dan anak
yang jahat itu semoga akan diberi gantinya oleh Allah SWT dengan anak yang
lebih baik dan lebih berbakti serta lebih sayang kepada kedua orangtuanya.
Adapun dinding rumah yang kudirikan, itu adalah milik dua anak yatim di kota itu
yang di bawahnya terdapat harta terpendam kepunyaan mereka, dan ayah mereka
adalah seorang yang saleh. Maka Tuhanmu yang Maha Pemurah ingin menjaga
harta itu bagi mereka sampai mereka dewasa dan mengeluarkannya. Semua yang
kuperbuat itu bukanlah atas usahaku, melainkan itu adalah wahyu dari Allah
SWT. Dan inilah penjelasan dari kejadian-kejadian yang mana engkau tidak bisa
bersabar."
Kisah pertemuan Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS ini terdapat dalam surat AlKahfi: 60-82.

F. Kisah Qarun dan hartanya
Tersebutlah seorang pengikut Nabi Musa AS yang sangat kaya, yang bernama
Qarun. Meskipun sangat kaya, namun ia tidak mau menyedekahkan hartanya bagi
fakir miskin. Nasihat-nasihat Nabi Musa AS tidak dipedulikannya, bahkan ia
mengejek dan memfitnah Nabi Musa AS.
Guna memberi pelajaran pada Qarun dan memberi contoh pada kaumnya, Musa
memanjatkan doa agar Allah SWT menurunkan azabnya pada diri hartawan itu.
19

Allah SWT lalu memberi azab dengan menguburkan semua harta kekayaan
beserta diri Qarun melalui bencana tanah longsor yang dahsyat. Kisah Qarun dan
hartanya ini terdapat dalam surat Al-Qasas: 76-82.
Larangan hari sabath
Sesuai dengan syariat dalam Taurat, Nabi Musa menentukan hari Sabtu sebagai
hari untuk berkumpul dan beribadah. Pada hari itu kaum Bani Israil dilarang
untuk melakukan usaha apa pun, termasuk berniaga dan mencari ikan. Namun
pada hari Sabtu tsb justru ikan-ikan sangat banyak terlihat di laut. Sesungguhnya
ini merupakan kehendak Allah SWT untuk menguji keimanan dan ketaatan Bani
Israil. Ternyata mereka tidak tahan dengan ujian ini dan melanggar larangan hari
Sabath, oleh sebab itu Allah kemudian mengutuk sebagian mereka menjadi kera.
Hal ini disebutkan dalam surat Al-Baqarah: 65 dan Al-A'râf: 166.

III.

Daud AS

Nabi Daud AS adalah salah seorang nabi dari Bani Israil, yaitu dari sibith
Yahuda. Ia merupakan keturunan ke-13 dari Nabi Ibrahim AS.
A. Thalut Sang Raja
Sesudah Nabi Harun dan Nabi Musa wafat, kaum Bani Israil dipimpin oleh
Nabi Yusya' bin Nun, yang memang telah ditunjuk oleh Nabi Musa untuk
20

menggantikan beliau sesaat sebelum kewafatannya. Berkat kepemimpinan Yusya'
bin Nun mereka dapat menguasai tanah Palestina dan bertempat tinggal di istana.
Namun setelah Yusya bin Nun wafat, mereka terpecah belah. Isi kitab Taurat
berani mereka rubah dan ditambah-tambah. Mereka sering bersilang pendapat
sesama mereka sendiri, hingga akhirnya hilanglah kekuatan persatuan mereka.
Tanah Palestina diserbu dan dikuasai bangsa lain.
Bani Israil menjadi bangsa jajahan yang tertindas. Mereka merindukan datangnya
seorang pemimpin yang tegas dan gagah berani untuk melawan penjajah. Pada
suatu hari, mereka pergi menemui Nabi Samuel untuk meminta petunjuk. "Wahai
Samuel, angkatlah salah seorang di antara kami sebagai Raja yang akan
memimpin kita berperang melawan penjajah. "Tetapi Nabi Samuel menjawab,
"Aku khawatir bila sudah mendapat pemimpin yang dipilih Allah, kalian justru
tidak mau berangkat perang”. "Kita sudah lama menjadi bangsa tertindas," kata
mereka. "Kita tidak mau menderita lebih lama lagi."
Karena didesak oleh kaumnya, Nabi Samuel kemudian berdoa kepada Allah SWT
agar menetapkan satu di antara mereka menjadi pemimpin. Doa Nabi Samuel
dikabulkan, Allah memilih Thalut sebagai Raja yang memimpin mereka. Tapi
ternyata begitu mendengar nama Thalut diucapkan oleh Nabi Samuel, mereka
justru menolak dengan alasan bahwa Thalut tidak begitu dikenal, ia hanya seorang
petani biasa yang sangat miskin. Nabi Samuel kemudian menjelaskan bahwa
walaupun Thalut itu petani biasa, namun ia pandai strategi perang, tubuhnya kekar
dan kuat, dan pandai tentang ilmu tata negara. Baru akhirnya mereka mau
menerima Thalut sebagai Raja mereka.
B. Kisah Jalut dan Daud
Thalut mengajak orang-orang yang tak punya ikatan rumah tangga dan
perdagangan ke medan perang. Dengan memilih orang-orang terbaik itu, ia
berharap mereka dapat memusatkan diri pada pertempuran dan tak terganggu
dengan urusan rumah tangga dan perdagangan.
Salah seorang anak muda yang ikut dalam barisan Thalut adalah seorang remaja
bernama Daud. Ia diperintah oleh ayahnya untuk menyertai kedua kakaknya yang
21

maju ke medan perang. Daud tidak diperkenankan maju ke garis depan, ia hanya
ditugaskan untuk melayani kedua kakaknya. Tempatnya di garis belakang. Jika
kakaknya lapar atau haus, dialah yang melayani dan menyiapkan makanan dan
minuman bagi mereka.
Tentara Thalut sebenarnya tidak seberapa banyak. Jauh lebih banyak dan lebih
besar tentara Jalut Sang Penindas (Goliath). Jalut sendiri adalah seorang panglima
perang yang bertubuh besar seperti raksasa. Setiap orang yang berhadapan
dengannya selalu binasa. Tentara Thalut gemetar saat melihat keperkasaan musuhmusuhnya itu. Demi melihat tentaranya ketakutan, Thalut berdoa kepada Allah,
"Ya Tuhan kami, curahkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah
pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang yang kafir."
Maka dengan kekuatan doa itu mereka menyerbu tentara Jalut. Tak mengira lawan
yang berjumlah sedikit itu mempunyai keberanian bagaikan singa terluka,
akhirnya pasukan Jalut dapat diporak-porandakan dan lari tercerai berai.
Tinggallah Jalut Sang Panglima dan beberapa pengawalnya yang masih tersisa.
Thalut dan pengikutnya tak berani berhadapan dengan raksasa itu. Lalu Thalut
mengumumkan, siapa yang dapat membunuh Jalut maka ia akan diangkatnya
sebagai menantu. Tak disangka dan diduga, Daud yang masih berusia remaja
tampil ke depan, minta izin kepada Thalut untuk menghadapi Jalut. Mula-mula
Thalut ragu, mampukah Daud yang masih sangat belia itu mengalahkan Jalut?
Namun setelah didesak oleh Daud, akhirnya ia mengizinkan anak muda itu maju
ke medan perang.
Dari kejauhan Thalut mengawasi sepak terjang Daud yang menantang Jalut. Jalut
memang sombong. Ia telah berteriak berkali-kali, menantang orang-orang Israil
untuk berperang tanding. Ia juga mengejek bangsa Israil sebagai bangsa pengecut
dan hinaan-hinaan lainnya yang menyakitkan hati. Tiba-tiba Daud muncul di
hadapan Jalut. Jalut tertawa terbahak-bahak melihat anak muda itu menantangnya
duel. Daud tidak membawa senjata tajam. Senjatanya hanya ketapel. Berkali-kali
Jalut melayangkan pedangnya untuk membunuh Daud, namun Daud dapat
menghindar dengan gesitnya. Pada suatu kesempatan, Daud berhasil melayangkan
peluru ketapelnya tepat di antara kedua mata Jalut. Jalut berteriak keras, roboh
dengan dahi pecah, dan tewaslah ia. Dengan demikian menanglah pasukan Thalut
22

melawan Jalut. Sesuai janji, Daud lalu diangkat sebagai menantu Raja Thalut. Ia
dinikahkan dengan putri Thalut yang bernama Mikyai.
Daud menjadi Raja
Disamping menjadi menantu Raja, Daud juga diangkat sebagai penasihatnya. Ia
dihormati semua orang, bahkan rakyatnya seolah lebih menghormati Daud
daripada Thalut. Hal ini membuat Thalut iri hati. Karenanya ia berusaha
mencelakakan Daud ke medan perang yang sulit. Daud ditugaskan membasmi
musuh yang jauh lebih kuat dan lebih besar jumlahnya. Namun Daud justru
memenangkan pertempuran itu dan kembali ke istana dengan disambut luapan
kegembiraan rakyatnya. Thalut makin merasa iri dan tersaingi atas kepopuleran
Daud di mata rakyatnya. Ia terus mencoba membunuh dan menyingkirkan Daud
dengan berbagai cara, namun selalu menemui kegagalan. Daud seolah selalu
dilindungi Allah.
Akhirnya terjadilah perang Jalbu' antara Thalut dan Daud serta pendukung
mereka. Dalam peperangan itu Thalut tewas. Setelah kematian Thalut dan putra
mahkotanya yang juga mati dalam pertempuran tsb, maka rakyat langsung
mengangkat Daud sebagai Raja Israil.
C. Mukjizat Nabi Daud AS
Allah SWT menurunkan kitab Zabur bagi Nabi Daud AS. Selain Zabur,
keistimewaan Nabi Daud AS lainnya adalah setiap pagi dan senja gunung-gunung
bertasbih atas perintah Allah SWT mengikuti tasbihnya. Nabi Daud AS juga
memahami bahasa burung-burung. Binatang juga mengikuti tasbih Nabi Daud AS.
Keistimewaannya dalam beribadah ini diterangkan dalam surat Shâd: 17-19 dan
Saba': 10.
Selain itu kerajaannya yang kuat belum pernah sekalipun dapat terkalahkan.
Sebaliknya, Nabi Daud AS selalu mendapat kemenangan dari semua lawannya. Ia
menduduki takhta kerajaan selama 40 tahun.
Diantaranya mukjizatnya adalah Nabi Daud dapat melunakkan besi seperti lilin,
kemudian ia dapat merubah-rubah bentuk besi itu tanpa memerlukan api atau
peralatan apapun. Dari besi itu, ia dapat membuat baju besi yang dikokohkan
23

dengan tenunan dari bulatan-bulatan rantai yang saling menjalin secara
berkesinambungan. Jenis baju ini membuat pemakainya lebih bebas bergerak,
karena tidak kaku seperti baju besi biasa yang dibuat dari besi lembaran.
Tentang mukjizatnya ini disebutkan dalam surat Saba': 10 dan Al-Anbiyâ': 80.
Nabi Daud juga dikaruniai suara yang sangat merdu sekali. Kitab Zabur yang
diturunkan kepadanya selain berisi pelajaran dan peringatan, juga berisi nyanyian
puji-pujian kepada Tuhan. Nyanyian ini sering juga disebut dengan Mazmur.
Nabi Daud membagi hari-harinya menjadi 4 bagian. Sehari untuk beribadah,
sehari ia menjadi hakim, sehari untuk memberikan pengajaran, dan sehari lagi
untuk kepentingan pribadi. Ia juga suka berpuasa. Ia melakukan puasa dua hari
sekali, sehari berpuasa, sehari lagi tidak.
Peringatan Allah pada Nabi Daud AS
Para nabi adalah manusia yang menjadi contoh teladan umat. Jika ia melakukan
kesalahan, maka Allah segera memperingatkannya untuk meluruskan
kesalahannya itu. Demikian pula halnya dengan Nabi Daud. Ia memiliki istri 99
orang. Ketika itu memang tidak ada pembatasan jumlah istri yang boleh dimiliki
oleh seorang lelaki. Seorang lelaki biasa untuk memiliki banyak istri, terlebih lagi
bagi seorang raja. Nabi Daud ingin menggenapkan istrinya menjadi 100 orang.
Pada suatu hari, datanglah dua orang lelaki mengadu kepada Nabi Daud. Seorang
di antara mereka berkata, "Saudaraku ini memiliki kambing 99 ekor, sedang aku
hanya memiliki seekor, tetapi ia menuntut dan mendesakku agar menyerahkan
kambingku yang seekor itu kepadanya, supaya jumlah kambingnya menjadi genap
100 ekor. Ia membawa berbagai alasan yang tak bisa kubantah karena aku tak
pandai berdebat."
Daud lalu bertanya pada lelaki yang satu lagi, "Benarkah ucapan saudaramu itu?"
"Benar," jawab lelaki itu. Berkatalah Daud dengan marah, "Jika demikian halnya,
maka saudaramu telah berbuat zalim. Aku tidak akan membiarkanmu meneruskan
perbuatanmu yang semena-mena itu atau engkau akan mendapat hukuman
pukulan pada wajah dan hidungmu!"."Hai Daud!" kata lelaki itu, "Sebenarnya
engkaulah yang pantas mendapat hukuman yang kau ancamkan kepadaku itu.
Bukankah engkau telah mempunyai 99 istri? Tetapi mengapa kau masih
menyunting lagi seorang gadis yang sudah bertunangan dengan pemuda yang
24

menjadi tentaramu sendiri? Padahal pemuda itu sangat setia dan berbakti
kepadamu." Nabi Daud tercengang mendengar ucapan yang tegas dan berani dari
lelaki itu. Ia berpikir keras, siapakah sesungguhnya kedua orang ini? Tetapi tibatiba kedua pria itu sudah hilang lenyap dari pandangannya. Tahulah Nabi Daud
bahwa ia telah diperingatkan Allah melalui malaikat-Nya. Ia segera bertaubat
memohon ampun kepada Allah, dan Allah menerima taubatnya.
Pelanggaran terhadap Hari Sabath
Suatu ketika rakyat Nabi Daud AS bersepakat untuk melanggar ketentuan yang
menyatakan hari Sabtu (Sabath) sebagai hari besar untuk Bani Israil, sebagaimana
yang telah diajarkan oleh Nabi Musa AS. Hari Sabat dikhususkan untuk
melakukan ibadah kepada Allah SWT, menyucikan hati dan pikiran dengan
berzikir dan bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya, serta
memperbanyak amal dan diharamkan melakukan kesibukan-kesibukan yang
bersifat duniawi. Penduduk desa Ailat di tepi Laut Merah juga mematuhi perintah
itu. Pada hari Sabtu mereka tidak menangkap ikan, tetapi pada hari Sabtu itu
justru ikan-ikan di laut banyak menampakkan diri. Akhirnya penduduk Ailat tidak
dapat menahan diri untuk melanggar larangan hari Sabtu itu. Hari Sabtu mereka
gunakan untuk mengumpulkan ikan. Azab Allah SWT pun turun kepada mereka.
Wajah mereka diubah menjadi wajah yang amat buruk, kemudian terjadi gempa
bumi yang dahsyat. Kisah ini diriwayatkan dalam surat Al-A'râf: 163-166.
Asal-usul Baitul Maqdis
Pada suatu hari, berjangkitlah penyakit kolera di wilayah kerajaan yang dikuasai
Nabi Daud AS. Banyak rakyat yang mati karena penyakit ini. Nabi Daud
kemudian berdoa kepada Allah agar menghilangkan wabah ini, maka hilanglah
penyakit itu. Untuk menunjukkan rasa syukurnya kepada Allah, maka Nabi Daud
mengajak putranya, Sulaiman, untuk membangun tempat suci, yaitu Baitul
Maqdis, yang sekarang kita kenal sebagai Masjidil Aqsha di Yerusalem, Palestina.
Tempat inilah yang menjadi kiblat pertama umat Islam sebelum beralih ke Ka'bah.

25

IV.

ISA AS

Kelahiran Isa yang aneh
Di antara kekuasaan Allah adalah menciptakan Adam tanpa ayah dan ibu,
menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam, serta menciptakan Isa tanpa ayah.
Ya, Nabi Isa AS adalah putra Maryam binti Imran yang dilahirkan tanpa ayah,
karena Maryam hamil tanpa berhubungan dengan laki-laki. Maryam adalah
wanita salehah yang sehari-hari beribadah kepada Allah SWT di mihrabnya di
26

Baitulmakdis. Suatu ketika ia didatangi malaikat yang memberitahukan bahwa ia
mengandung atas seizin Allah SWT. Maryam merasa sangat sedih dan cemas
karena khawatir namanya akan tercemar. Menjelang kelahiran bayinya, ia segera
meninggalkan daerah tempat tinggalnya. Di bawah sebatang pohon kurma, jauh
dari tempat asalnya, Maryam melahirkan. Peristiwa aneh ini akhirnya diketahui
juga oleh penduduk. Mereka menuduh Maryam berbuat zina, namun keajaiban
terjadi, bayi yang baru dilahirkan itu menyelamatkan ibunya dengan ucapan yang
fasih bahwa ibunya tidak melakukan kesalahan dan semua ini terjadi semata-mata
kehendak Allah SWT. Bayi Maryam inilah yang kelak menjadi Nabi Isa AS.
Kisah kelahiran Nabi Isa AS terdapat dalam surat Ãli-'Imrân: 45-48, dan 59, surat
Maryam: 16-35, Al-Anbiyâ: 91, dan At-Tahrîm: 12.
A. Mukjizat Nabi Isa AS
Sejak kecil, Isa telah menunjukkan perilaku yang berbeda dibanding anakanak sebayanya. Ia sangat haus ilmu pengetahuan. Sejak usia 12 tahun ia telah
menghabiskan seluruh waktunya untuk menuntut ilmu dan menghadiri pertemuan
serta diskusi para ulama di Baitulmakdis.
Nabi Isa AS, yang dalam agama Nasrani dikenal dengan nama Yesus Kristus,
menerima tugas kenabian pada usia 30 tahun di Bukit Zaitun. Ia segera
memproklamasikan kerasulannya pada Bani Israil. Saat itu kehidupan keagamaan
Bani Israil sudah jauh menyimpang dari ajaran Nabi Musa AS. Bahkan sebagian
dari mereka telah murtad.
Para pemuka Bani Israil menuntut Isa membuktikan kenabiannya. Allah SWT
memberikan banyak mukjizat bagi Isa, diantaranya ia dapat menghidupkan orang
mati, menyembuhkan sejumlah penyakit, menyembuhkan mata orang yang buta
sejak lahir, membuat burung hidup dari tanah liat, dan memberitahukan kepada
orang-orang tentang apa yang mereka makan dan mereka simpan di rumah-rumah
mereka.
Mukjizatnya ini ditunjukkan pada Bani Israil, dan dalam waktu relatif singkat,
Nabi Isa AS berhasil memperoleh banyak pengikut.
Selain mukjizat-mukjizat tsb, Allah SWT juga menganugerahi kitab Injil.
Sejumlah keistimewaan Nabi Isa AS dikisahkan dalam Al Qur'an surat Ãli-'Imrân:
49-50 dan Al-Mâ'idah: 110.
27

B. Kabar tentang akan datangnya Nabi Akhir Zaman
Di antara tugas Nabi Isa AS adalah memberitahukan tentang akan datangnya
utusan Allah di akhir zaman yang bernama Ahmad, sebagaimana diterangkan
dalam Al-Qur'an surat Ash-Shâf: 6.
Dan (ingatlah) ketika 'Isa putera Maryam berkata: Hai Bani Israil, sesungguhnya
aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku,
yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang
akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad). Maka tatkala Rasul
itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka
berkata: Ini adalah sihir yang nyata. (QS. 61:6)
Isa menyebut nama Muhammad dengan perkataan Paraclet yang berasal dari kata
Piracletus dalam bahasa Yunani. Kata ini memang terdapat dalam Injil bahasa
Yunani. Dalam bahasa Yunani, Piracletus artinya yang terpuji. Arti ini sama
dengan kata bahasa Arab Ahmad (=terpuji) atau Muhammad (=orang yang
terpuji).
Pengangkatan Isa ke sisi Allah SWT
Nabi Isa AS diutus oleh Allah kepada Bani Israil untuk meluruskan akhlak kaum
Bani Israil yang telah menyimpang dari ajaran Taurat dan Zabur yang dibawa oleh
Nabi Musa AS dan Nabi Daud AS. Dalam berdakwah, Nabi Isa AS didampingi
para sahabatnya yang disebut al-Hawâriyyûn, yang jumlahnya 12 orang, sesuai
dengan jumlah suku (sibith) Bani Israil, sehingga masing-masing hawari ini
ditugaskan untuk menyampaikan risalah Injil bagi masing-masing suku Bani
Israil.
C. Nama-nama ke-12 hawari itu menurut Injil adalah sebagai berikut:
1. Simon bin Yunus (alias Petrus)
2. Andreas bin Yunus
3. Yakub bin Zabdi
4. Yahya bin Zabdi (alias Yohannes)
5. Pilipus
6. Natanael (alias Bartolomius)
7. Thomas
28

8. Matius bin Alpius (alias Lewi, pemungut cukai dari Kapernaum)
9. Yakub bin Alpius
10. Lebeus (alias Tadius)
11. Simon Zelotes (dari Kanani)
12. Yudas Iskariot
Kisah para sahabat Nabi Isa AS ini terdapat dalam surat Al-Mâ'idah: 111-115 dan
surat Ãli-'Imrân: 52. Dalam surat tsb diceritakan bahwa al-Hawâriyyûn meminta
Nabi Isa AS menurunkan makanan dari langit. Nama surat Al-Maidah yang berarti
makanan diambil karena mengandung kisah ini. Kejadian turunnya makanan dari
langit ini makin menambah ketebalan iman para pengikut Isa AS.
Karena makin lama pengikut Isa AS semakin banyak, para pemuka Yahudi makin
kehilangan pengaruh. Mereka lalu membuat sejumlah tuduhan palsu terhadap Isa
yang mengakibatkan pihak penguasa Romawi memutuskan untuk menangkap Isa.
Allah SWT yang melindungi rasul-Nya menyelamatkan Isa dengan
mengangkatnya ke sisi-Nya. Sementara itu, Yudas, murid Isa AS yang munafik
dan berkhianat dengan menunjukkan tempat persembunyian Nabi Isa AS kepada
musuh yang mengejarnya, wajahnya dibuat oleh Allah SWT menjadi serupa
dengan Isa AS, sehingga dialah yang kemudian diambil pasukan raja dan disalib
di tiang kayu. Kisah ini terdapat dalam surat Ãli-'Imrân: 55 dan An-Nisâ: 157-158.
Menurut riwayat, 6 tahun setelah pengangkatan Nabi Isa AS, Maryam wafat dan
dimakamkan di sebuah gereja di Baitulmakdis. Sementara itu para al-Hawâriyyûn
yang selamat dari pengejaran berdakwah menyebarkan ajaran Nabi Isa AS secara
sembunyi-sembunyi.

V.

Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW adalah nabi pembawa risalah Islam, rasul terakhir
penutup rangkaian nabi-nabi dan rasul-rasul Allah SWT di muka bumi. Ia adalah
salah seorang dari yang tertinggi di antara 5 rasul yang termasuk dalam golongan
Ulul Azmi atau mereka yang mempunyai keteguhan hati (QS. 46: 35). Keempat
rasul lainnya dalam Ulul Azmi tsb ialah I