ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO KRED
ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO KREDIT DAN INSTRUMEN
DERIVATIF PADA PT. BANK CENTRAL ASIA TBK
Fikri Aliansyah
Universitas Trilogi 2017
1. Latar Belakangan Masalah
BCA menyadari bahwa dalam melaksanakan kegiatan usahanya, Bank selalu berhadapan
dengan risiko yang melekat (inheren) pada kegiatan bisnis maupun operasional perbankan.
Dalam rangka mengendalikan risiko tersebut, BCA menerapkan sistem manajemen risiko
terintegrasi yang mencakup seluruh aspek risiko yang dihadapi oleh Bank dan anak-anak
usahanya. BCA telah mengimplementasikan suatu Kerangka Manajemen Risiko (Risk
Management Framework) yang selaras dengan strategi bisnis BCA, struktur organisasi,
kebijakan dan pedoman, serta penyempurnaan infrastruktur Bank. Kebijakan Dasar
Manajemen Risiko bertujuan untuk memastikan risiko-risiko yang dihadapi Bank maupun
anak-anak usaha dapat dikenali, diukur, dikendalikan, dan dilaporkan dengan baik. Untuk
mendukung pelaksanaan manajemen risiko yang efektif, BCA terus melakukan
pengembangan infrastruktur manajemen risiko dengan mengacu pada peraturan yang berlaku
maupun international best practices. Guna mengantisipasi berbagai perkembangan eksternal,
pada tahun 2016 manajemen risiko BCA diarahkan untuk memastikan bahwa Bank memiliki
kualitas kredit, posisi likuiditas dan permodalan yang memadai.
2. Tujuan Penulisan
Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah menentukan dan menganalisis instrument
derivative untuk mengatasi resiko kredit pada Bank Central Asia Tbk.
3. Literatur (Isi/Pembahasan)
Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, sektor perbankan Indonesia dihadapkan pada
peningkatan jumlah kredit bermasalah (Non-Performing Loans – NPL) di tengah masih
berlangsungnya proses pemulihan perekonomian nasional. Rasio NPL industri perbankan
meningkat dari 1,8% pada akhir tahun 2013 menjadi 2,5% pada akhir tahun 2015 dan 2,9%
pada akhir tahun 2016. Meskipun masih perlu mewaspadai risiko peningkatan kredit
bermasalah, namun terlihat bahwa tekanan tersebut mulai mereda di triwulan IV 2016 dan
rasio NPL masih berada pada level yang terkendali.
Menutup tahun 2016, BCA berhasil membukukan portofolio kredit sebesar Rp 415,9
triliun, meningkat 7,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Rasio NPL tercatat sebesar 1,3%
pada akhir tahun 2016, meningkat dari 0,7% pada akhir tahun 2015 terutama disebabkan oleh
pemburukan kualitas di sektor jasa angkutan laut, di bidang distribusi peralatan
telekomunikasi serta tersebar di berbagai sektor ekonomi lainnya. Meskipun mengalami
peningkatan namun rasio NPL pada akhir tahun 2016 tersebut telah membaik dari 1,5% pada
akhir triwulan III 2016. Kami melihat peningkatan NPL tersebut masih sesuai dengan risk
appetite BCA. Pada tahun 2016, BCA membentuk tambahan biaya cadangan atas kredit
bermasalah sebesar Rp 4,5 triliun dibandingkan Rp 3,1 triliun di tahun 2015. Rasio cadangan
terhadap total kredit bermasalah tetap berada pada tingkat yang memadai, mencapai 229,4%
pada akhir tahun 2016.
BCA senantiasa mewaspadai risiko penurunan kualitas aset dan menjaga kualitas
portofolio kredit melalui penerapan manajemen risiko kredit yang prudent dan menerapkan
early warning system untuk memantau perubahan kemampuan bayar debitur dan mengambil
langkah-langkah preventif untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah. Secara periodik
BCA memantau kinerja usaha maupun kinerja keuangan para debitur dan segera mengambil
tindakan yang dipandang perlu apabila debitur mengalami kesulitan usaha maupun kesulitan
keuangan. Apabila diperlukan BCA akan melakukan restrukturisasi atas kredit yang dimiliki
oleh debitur yang mengalami kesulitan keuangan tetapi masih memiliki usaha yang solid
dalam jangka panjang. Sebagian besar restrukturisasi yang dilakukan adalah dalam bentuk
perpanjangan jangka waktu pengembalian pinjaman sehingga beban angsuran nasabah dapat
berkurang. BCA tetap memperhatikan aspek komersial atas restrukturisasi kredit yang
dilaksanakan. Nilai kredit yang direstrukturisasi adalah sebesar Rp 6,5 triliun. Outstanding
kredit yang direstrukturisasi tersebut relatif minimal dan merupakan 1,6% dari total
portofolio kredit.
4. Rekomendasi
Penerapan manajemen risiko dan sistem pengendalian internal menjadi tanggung jawab
bersama seluruh manajemen dan karyawan BCA. Kesadaran akan risiko (risk awareness) terus
ditanamkan di setiap jenjang organisasi dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
budaya Bank.
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penilaian (self-asessment), pada tahun 2016 peringkat profil risiko
BCA sebagai Entitas Utama secara individu maupun secara terintegrasi dengan anakanak usaha
adalah “low to moderate”. Peringkat profil risiko tersebut merupakan hasil penilaian dari
peringkat risiko inheren “low to moderate” dan peringkat kualitas penerapan manajemen risiko
“satisfactory”.
6. References
https://www.bca.co.id/id/Tentang-BCA/Hubungan-Investor/Laporan-Keuangan
Kisman, Z., & Shintabelle Restiyanita, M. The Validity of Capital Asset Pricing Model (CAMP)
and Arbitrage Pricing Theory (APT) in Predicting the Return of Stocks in Indonesia Stock
Exchange. American Journal of Economics, Finance and Management Vol. 1, No. 3, 2015, pp.
184-189
file:///C:/Users/User/Downloads/AR%20BCA%20INDONESIA_36_Manajemen%20Risiko.pdf
DERIVATIF PADA PT. BANK CENTRAL ASIA TBK
Fikri Aliansyah
Universitas Trilogi 2017
1. Latar Belakangan Masalah
BCA menyadari bahwa dalam melaksanakan kegiatan usahanya, Bank selalu berhadapan
dengan risiko yang melekat (inheren) pada kegiatan bisnis maupun operasional perbankan.
Dalam rangka mengendalikan risiko tersebut, BCA menerapkan sistem manajemen risiko
terintegrasi yang mencakup seluruh aspek risiko yang dihadapi oleh Bank dan anak-anak
usahanya. BCA telah mengimplementasikan suatu Kerangka Manajemen Risiko (Risk
Management Framework) yang selaras dengan strategi bisnis BCA, struktur organisasi,
kebijakan dan pedoman, serta penyempurnaan infrastruktur Bank. Kebijakan Dasar
Manajemen Risiko bertujuan untuk memastikan risiko-risiko yang dihadapi Bank maupun
anak-anak usaha dapat dikenali, diukur, dikendalikan, dan dilaporkan dengan baik. Untuk
mendukung pelaksanaan manajemen risiko yang efektif, BCA terus melakukan
pengembangan infrastruktur manajemen risiko dengan mengacu pada peraturan yang berlaku
maupun international best practices. Guna mengantisipasi berbagai perkembangan eksternal,
pada tahun 2016 manajemen risiko BCA diarahkan untuk memastikan bahwa Bank memiliki
kualitas kredit, posisi likuiditas dan permodalan yang memadai.
2. Tujuan Penulisan
Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah menentukan dan menganalisis instrument
derivative untuk mengatasi resiko kredit pada Bank Central Asia Tbk.
3. Literatur (Isi/Pembahasan)
Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, sektor perbankan Indonesia dihadapkan pada
peningkatan jumlah kredit bermasalah (Non-Performing Loans – NPL) di tengah masih
berlangsungnya proses pemulihan perekonomian nasional. Rasio NPL industri perbankan
meningkat dari 1,8% pada akhir tahun 2013 menjadi 2,5% pada akhir tahun 2015 dan 2,9%
pada akhir tahun 2016. Meskipun masih perlu mewaspadai risiko peningkatan kredit
bermasalah, namun terlihat bahwa tekanan tersebut mulai mereda di triwulan IV 2016 dan
rasio NPL masih berada pada level yang terkendali.
Menutup tahun 2016, BCA berhasil membukukan portofolio kredit sebesar Rp 415,9
triliun, meningkat 7,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Rasio NPL tercatat sebesar 1,3%
pada akhir tahun 2016, meningkat dari 0,7% pada akhir tahun 2015 terutama disebabkan oleh
pemburukan kualitas di sektor jasa angkutan laut, di bidang distribusi peralatan
telekomunikasi serta tersebar di berbagai sektor ekonomi lainnya. Meskipun mengalami
peningkatan namun rasio NPL pada akhir tahun 2016 tersebut telah membaik dari 1,5% pada
akhir triwulan III 2016. Kami melihat peningkatan NPL tersebut masih sesuai dengan risk
appetite BCA. Pada tahun 2016, BCA membentuk tambahan biaya cadangan atas kredit
bermasalah sebesar Rp 4,5 triliun dibandingkan Rp 3,1 triliun di tahun 2015. Rasio cadangan
terhadap total kredit bermasalah tetap berada pada tingkat yang memadai, mencapai 229,4%
pada akhir tahun 2016.
BCA senantiasa mewaspadai risiko penurunan kualitas aset dan menjaga kualitas
portofolio kredit melalui penerapan manajemen risiko kredit yang prudent dan menerapkan
early warning system untuk memantau perubahan kemampuan bayar debitur dan mengambil
langkah-langkah preventif untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah. Secara periodik
BCA memantau kinerja usaha maupun kinerja keuangan para debitur dan segera mengambil
tindakan yang dipandang perlu apabila debitur mengalami kesulitan usaha maupun kesulitan
keuangan. Apabila diperlukan BCA akan melakukan restrukturisasi atas kredit yang dimiliki
oleh debitur yang mengalami kesulitan keuangan tetapi masih memiliki usaha yang solid
dalam jangka panjang. Sebagian besar restrukturisasi yang dilakukan adalah dalam bentuk
perpanjangan jangka waktu pengembalian pinjaman sehingga beban angsuran nasabah dapat
berkurang. BCA tetap memperhatikan aspek komersial atas restrukturisasi kredit yang
dilaksanakan. Nilai kredit yang direstrukturisasi adalah sebesar Rp 6,5 triliun. Outstanding
kredit yang direstrukturisasi tersebut relatif minimal dan merupakan 1,6% dari total
portofolio kredit.
4. Rekomendasi
Penerapan manajemen risiko dan sistem pengendalian internal menjadi tanggung jawab
bersama seluruh manajemen dan karyawan BCA. Kesadaran akan risiko (risk awareness) terus
ditanamkan di setiap jenjang organisasi dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
budaya Bank.
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penilaian (self-asessment), pada tahun 2016 peringkat profil risiko
BCA sebagai Entitas Utama secara individu maupun secara terintegrasi dengan anakanak usaha
adalah “low to moderate”. Peringkat profil risiko tersebut merupakan hasil penilaian dari
peringkat risiko inheren “low to moderate” dan peringkat kualitas penerapan manajemen risiko
“satisfactory”.
6. References
https://www.bca.co.id/id/Tentang-BCA/Hubungan-Investor/Laporan-Keuangan
Kisman, Z., & Shintabelle Restiyanita, M. The Validity of Capital Asset Pricing Model (CAMP)
and Arbitrage Pricing Theory (APT) in Predicting the Return of Stocks in Indonesia Stock
Exchange. American Journal of Economics, Finance and Management Vol. 1, No. 3, 2015, pp.
184-189
file:///C:/Users/User/Downloads/AR%20BCA%20INDONESIA_36_Manajemen%20Risiko.pdf