USE MODEL TYPE COOPERATIVE LEARNING JIGSAW TO INCREASE ACTIVITY AND RESULTS OF LEARNING PUPILS SUBJECT SOCIAL STUDIES CLASS IV SD STATE 1 SUKANEGARA

USE MODEL TYPE COOPERATIVE LEARNING JIGSAW TO

  

INCREASE ACTIVITY AND RESULTS OF LEARNING PUPILS

SUBJECT SOCIAL STUDIES CLASS IV SD STATE 1 SUKANEGARA

Mulat Sudrajat

Jurnal Program Studi PGSD STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung.

  

Jl. Makan KH. Ghalib No. 112, Telp. (0729) 21359 Fax. (0729) 24002

E-Mail: [email protected]

ABSTRACT

  

This research is motivated by the activity and student learning outcomes are still low in the

fourth grade of SD Negeri 1 Sukanegara particularly in social studies. Therefore, the purpose

of this study to increase the activity and results of social studies using a model of the type

cooperative learning jigsaw. The research methodology using Classroom Action Research

(PTK) with three cycles and each cycle through the four stages, namely planning (planning),

action (acting), observations (observating) and reflection (reflecting). Data collection

techniques in this study is the observation of activity and achievement test, the data collection

instrument uses observation sheets and test questions. The results using this jigsaw type of

cooperative learning, showed an increase in activity and student learning outcomes.

increased in each cycle, namely 63.47 in the first cycle, increasing to 66.21 in the second

cycle. Thus, the use of cooperative learning model of jigsaw type can increase the activity and

learning outcomes in social studies fourth grade students of SD Negeri 1 Sukanegara.

  Keywords: cooperative learning, jigsaw, learning activities, learning outcomes.

  

ABSTRAK

  Penelitian ini dilatarbelakangi oleh aktivitas dan hasil belajar siswa yang masih rendah di kelas IV SD Negeri 1 Sukanegara tahun pelajaran 2017-2018 pada mata pelajaran IPS. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS dengan menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw. Metodologi penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tiga siklus dan masing-masing siklus melalui empat tahapan, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observating), dan refleksi (reflecting). Teknik pengambilan data pada penelitian ini yaitu observasi aktivitas dan tes hasil belajar, dengan instrumen pengambilan data menggunakan lembar observasi dan soal- soal tes. Hasil penelitian dengan menggunakan cooperative Learning tipe jigsaw ini, menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. meningkat pada tiap

  

siklus, yaitu 63,47 pada siklus I, meningkat menjadi 66,21 pada siklus II. Dengan demikian,

penggunaan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas IV SD Negeri 1 Sukanegara.

  Kata Kunci: cooperative learning, jigsaw, aktivitas belajar, hasil belajar

1. PENDAHULUAN

  Pemerintah Republik Indonesia saat ini sedang berupaya keras dalam memajukan kualitas pendidikan di Indonesia. Hal ini tertuang dalam Undang-undang pendidikan yang terus direvisi guna menyesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi. Undang- undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan merupakan dasar dari segala bidang untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan dimulai dari pendidikan dasar untuk melandasi ke jenjang pendidikan berikutnya.

  Pendidikan dasar dalam Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 pasal 17 merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar adalah Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS), atau bentuk lain yang sederajat. Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pertama pendidikan dasar yang menyelenggarakan pendidikan umum bagi anak-anak usia 6-12 tahun, (Wardani dkk., 2012: 2.27). Oleh karena itu, penanaman konsep harus tepat sesuai dengan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa sampai setinggi yang dia bisa (Maslow dan Rogers dalam Asma, 20010: 3). Tujuan pendidikan dapat diwujudkan dengan melaksanakan kegiatan pendidikan. Kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi, (Johnson dan Smith dalam Lie, 2010: 5). Dalam hubungannya dengan sekolah, hal ini sangat terkait dengan kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pembelajaran IPS merupakan upaya menerapkan teori- konsep-prinsip ilmu sosial untuk menelaah pengalaman, peristiwa, gejala, dan masalah sosial yang secara nyata terjadi di masyarakat, (Aziz Wahab, 2009: 1.9). Dalam pembelajaran IPS, siswa harus memiliki motivasi yang tinggi, karena motivasi yang tinggi dapat menunjang siswa menemukan fakta, konsep dan generalisasi yang lebih bermakna.

  Usaha meningkatkan motivasi dari dalam diri siswa diperlukan suasana belajar yang menuntut adanya aktivitas siswa, baik yang dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas. Kelas adalah kelompok kerja yang diorganisasi untuk tujuan tertentu yang dilengkapi oleh tugas-tugas dan diarahkan oleh guru, (Pidarta dalam Djamarah, 2006: 214). Hal ini berarti guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas.

  Kelas seharusnya merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata (Dewey dalam Asma, 2013: 31). Dalam masyarakat, antar anggotanya saling membutuhkan atau saling ketergantungan. Begitu pula dengan siswa akan termotivasi untuk mengkaji materi dan bekerja dalam kelompok. Guru yang bertanggung wujud cermin masyarakat di kelas. Dari sekian banyak model pembelajaran, Cooperative

  

learning merupakan salah satu model pembelajaran dengan sistem belajar dan bekerja dalam

  kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar, (Slavin dalam Isjoni, 2010: 15). Sesuai dengan definisi di atas, maka cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan cermin masyarakat di kelas.

  Model cooperative learning terdiri dari beberapa tipe. Salah satu bentuk pembelajaran yang sesuai dengan masyarakat di dalam kelas adalah model cooperative learning tipe jigsaw. Hal ini dikarenakan aktivitas-aktivitas yang ada dalam pembelajaran jigsaw. Aktivitas- aktivitas jigsaw adalah sebuah contoh saling ketergantungan sumber secara positif, karena dalam masing-masing home team tidak seorang pun dapat memperoleh semua informasi secara lengkap, masing-masing akan memperoleh potongan-potongan informasi dengan persepsi berbeda, (Asma, 2006: 17). Dengan demikian, tiap siswa menjadi merasa penting karena memiliki informasi yang sangat penting bagi kelompoknya, (Slavin, 2010: 123).

  Berdasarkan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan di kelas IV SD Negeri 1 Sukanegara tahun pelajaran 2017-2018 dalam mata pelajaran IPS guru masih belum menggunakan model cooperative learning khususnya pembelajaran tipe jigsaw. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), siswa cenderung ribut, mengganggu teman, bermain, dan mengobrol yang menyebabkan pembelajaran tidak kondusif. Selain itu, siswa juga kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, aktivitas siswa dalam bertanya atau mengungkapkan pendapat cukup sedikit, dan penggunaan waktu yang kurang efisien dalam penyajian materi IPS yang rata-rata berbentuk naratif, memakan waktu yang cukup lama, dan menimbulkan kejenuhan siswa. Oleh karena itu, siswa sulit fokus pada kegiatan pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai seluruhnya.

  Dari uraian di atas, perlu adanya perbaikan model pembelajaran yang menjadikan siswa lebih aktif, kreatif, efektif serta berada dalam suasana belajar yang menyenangkan. Hal ini dilakukan agar siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan aktivitas belajar siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal yaitu model pembelajaran

  

cooperative learning tipe jigsaw. Dengan penggunaan model ini, diharapkan aktivitas dan

hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Sukanegara dapat meningkat.

  Dengan demikian, melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan aktivitas dan hasil belajar dalam pembelajaran IPS di kelas IV SD Negeri 1 Sukanegara

2. TINJAUAN PUSTAKA

  Teori belajar yang menjadi dasar dalam model-model pembelajaran. Salah satu teori

belajar yang mendukung model cooperative learning adalah teori konstruktivisme, (Nur

dalam Asma,2006: 37). Sedangkan menurut Isjoni (2010: 30), konstruktivisme merupakan

salah satu pandangan bahwa siswa membina sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif

berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada. Dalam proses ini, siswa akan

menyesuaikan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan yang ada untuk membina

pengetahuan baru.

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (2007: 23), aktivitas adalah keaktifan, kegiatan. Aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja. Semakin banyak aktivitas siswa dalam belajar, maka proses pembelajaran yang terjadi akan semakin baik. Sriyono dalam Yasa wordpress.com (2008), aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas belajar adalah aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis.

  Jadi, aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan dalam belajar secara jasmani maupun rohani untuk mencapai hasil belajar. Terdapat dua aktivitas siswa dalam kegiatan cooperative

  

learning tipe jigsaw, yaitu aktivitas yang diinginkan (on task), dan aktivitas yang tidak

  dikehendaki (off task). Aktivitas on task antara lain aktivitas siswa bertanya kepada guru, membaca teks dengan seksama, menjawab pertanyaan dari teman, memberikan pendapat saat diskusi, menjelaskan materi kepada teman, dan ketepatan mengumpul tugas. Sedangkan aktivitas off task antara lain aktivitas siswa mengobrol, mengganggu teman, keluar masuk kelas, dan melamun/mengantuk, (Sunyono, 2009: 18).

  Konstruktivisme mengarahkan siswa secara mandiri mempelajari pengetahuan yang

diterima dan menyesuaikannya dengan pengetahuan yang telah diperoleh untuk mendapatkan

pengetahuan baru. Model cooperative learning adalah suatu pendekatan yang mencakup

kelompok kecil dari siswa yang bekerja sama sebagai suatu tim untuk memecahkan masalah,

  

menyelesaikan masalah, menyelesaikan suatu tujuan bersama, (Artzt dan Newman dalam

Asma, 2006: 11). Sedangkan menurut Isjoni (2010: 16), cooperative learning adalah suatu

model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar

mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi

dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Lie (2010: 18)

mendefinisikan cooperative learning sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang

terstruktur. Pada model pembelajaran cooperative learning, para siswa akan duduk bersama

dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan

guru, (Slavin, 2010: 8).

  Model cooperative learning merupakan model pembelajaran dengan kelompok- kelompok siswa yang heterogen bekerja sama, beraktivitas, dan setiap siswa bertanggung jawab terhadap semua anggota kelompoknya sehingga dapat menguasai materi yang disampaikan guru. jigsaw merupakan salah satu tipe cooperative learning yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal, (Isjoni, 2010: 54). Penelitian ini menggunakan bentuk adaptasi jigsaw yang lebih praktis dan mudah, yaitu jigsaw II, (Slavin, 2010: 237). Jenis materi yang paling mudah digunakan dalam pembelajaran jigsaw adalah bentuk naratif, (Isjoni, 2010: 58).

  Persiapan pembelajaran jigsaw terdiri dari: (a) bahan, (b) penempatan siswa dalam kelompok, (c) penempatan siswa dalam kelompok pakar, (d) penentuan skor dasar awal, (Asma, 2006: 72). Untuk membuat bahan atau materi jigsaw mengikuti langkah berikut: (a) memilih satu atau dua bab, cerita atau unit-unit lainnya, yang masing-masing mencakup materi untuk dua atau tiga hari, (b) membuat sebuah lembar ahli untuk tiap unit, (c) membuat kuis, tes berupa esay atau bentuk penilaian lainnya untuk tiap unit, (d) menggunakan skema diskusi, (Slavin, 2010: 238). Jigsaw terdiri atas siklus regular dari kegiatan-kegiatan pengajaran yang meliputi: a) membaca, b) diskusi kelompok ahli, c) laporan tim, d) tes, e) rekognisi tim, (Slavin, 2010: 241).

  Hasil belajar merupakan hasil dari perilaku belajar siswa dan perilaku mengajar guru.

Hasil belajar dari sisi siswa merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar

(Dimyati, 2012: 3). Hasil belajar juga merupakan suatu puncak proses belajar, hasil belajar

tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru, hasil belajar dapat berupa dampak pengiring,

kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa. Menurut Anitah (2009: 2.19), hasil

belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Hasil

  

belajar harus menunjukkan perubahan perilaku yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan

disadari. Jadi hasil belajar adalah perubahan perilaku akibat dari suatu pengalaman siswa

setelah mengikuti proses pembelajaran.

  Hasil belajar dalam cooperative learning tipe jigsaw diperoleh dari tes. Tes digunakan

dipelajari, (Anitah, 2009: 4.36). Dalam hal ini, hasil tes dinyatakan dalam bentuk skor, baik

skor individu maupun skor kelompok (tim) dengan tetap mengacu pada tiga aspek belajar.

Skor individu dapat diperoleh dengan siswa mengerjakan kuis, dan perolehan skor tim

merupakan distribusi dari skor individu dalam kelompok. Hasil belajar merupakan hal penting

dalam proses belajar mengajar, karena dapat menjadi petunjuk untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan seorang peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

Dengan demikian jika pencapaian hasil belajar itu tinggi, dapat dikatakan bahwa proses

belajar mengajar itu berhasil.

  3. METODE PENELITIAN

  Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau dikenal

  

Classroom Action Research (CAR). Daur ulang dalam penelitian tindakan diawali dengan

  perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation), dan melakukan refleksi (reflecting) yang terdiri dari siklus I dan siklus II, pada setiap siklusnya terdapat dua kali pertemuan.

  4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Siklus I

  1. Aktivitas siswa Data aktivitas siswa pada pembelajaran disiklus I dapat dilihat pada tabel berikut.

  Tabel 1) Data Aktivitas On Task Siklus I.

  Skor Jumlah (siswa) Persentase

No Aktivitas On Task Pert. Pert. Pert. Pert. Pert. Pert. 2

  1

  2

  1

  2

  1

  1. Membaca teks dengan seksama

  2

  2

  5 5 26,31 26,31 % %

  2. Membaca teks dengan seksama

  3

  4

  14 15 73,68 78,94 % %

  3. Mengajukan pertanyaan pada

  2

  2

  6 7 31,6 36,84 % teman %

  4. Menjawab pertanyaan teman

  1

  1

  1 3 5,3 % 15,78 %

  5. Memberikan pendapat saat

  2

  2

  8 8 42,10 42,10 % diskusi %

  6. Ketepatan menyelesaikan tugas

  3

  3

  10 10 52,63 52,63 % % Berdasarkan observasi aktivitas siswa pertemuan 1 dan pertemuan 2 pada siklus I, dapat diketahui persentase rata-rata sebesar 56,25% dengan kriteria keberhasilan kurang aktif. Aktivitas terendah yaitu menjawab pertanyaan dengan 1 siswa pada pertemuan 1 dengan persentase 5,3% dan 3 siswa pada pertemuan 2 dengan persentase 15,7%.

  Skor Jumlah (Siswa) Persentase No AktivitasOff Task Pert.1 Pert.2 Pert.1 Pert.2 Pert.1 Pert. 2

  1. Mengobrol

  3

  2

  11 8 57,89 % 42,10 %

  2. Mengangu teman

  2

  2

  7 5 36,84 % 26,31 %

  3. Keluar masuk kelas

  2

  1

  5 3 26,31 % 15,78 %

  4. Melamun/ mengantuk

  2

  1

  5 4 26,31 % 21,05 %

  5. Makan/minum di

  1

  1

  3 2 16,00 % 10,52 % kelas

  Berdasarkan persentase aktivitas off task siswa siklus I, pada pertemuan pertama sebesar 50%. Pada pertemuan 2 persentase aktivitas off task menjadi 35%. Maka, rata-rata persentase aktivitas off task dari pertemuan 1 dan pertemuan 2 pada siklus I adalah 42,50%. Aktivitas tertinggi pada komponen off task adalah mengobrol dengan jumlah sebanyak 11 siswa (57,89%) pada pertemuan 1, dan menurun pada pertemuan 2 yaitu 8 siswa (42,10%).

  2) Hasil belajar siswa Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel.

  Tabel 3. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran pada siklus I

  Pretest Postest Nilai % %

  ∑ siswa ∑ siswa

9 47,37 %

8 42,11 % ≤ 59

  

10 52,63 %

11 57,89 % ≥ 60 Rata-rata nilai 52,63 63,47 Berdasarkan data hasil belajar siswa pada siklus I, rata-rata nilai pretest adalah 52,63.

  Sedangkan rata-rata nilai pada postest adalah 63,47.

  Siklus II

1) Aktivitas siswa Data aktivitas siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.

  Tabel 4. Data Aktivitas On Task Siklus II

  Jumlah Skor Persentase Aktivitas (Siswa) No.

  On Task Pert Pert. Pert. Pert. Pert. 1 Pert. 2 .1

  2

  1

  2

  1. Bertanya kepada guru

  3

  3

  10 12 52,63 % 63,16 %

  2. Membaca teks dengan seksama

  4

  4

  16 17 84,21 % 89,47 %

  3. Mengajukan pertanyaan pada teman

  2

  2

  6 8 31,57 % 42,10 %

  4. Menjawab pertanyaan teman

  2

  3

  9 10 47,36 % 52,63 %

  5. Memberikan pendapat saat diskusi

  3

  3

  13 12 68,42 % 63,15 %

  6. Ketepatan menyelesaikan tugas

  3

  3

  14 14 73,68 % 73,68 % Dari observasi aktivitas siswa pertemuan 1 dan pertemuan 2 pada siklus II, dapat diketahui nilai rata-rata sebesar 72,91 % dengan kriteria keberhasilan aktif.

  Tabel 5. Data Aktivitas Off Task Siklus II

  Jumlah Persentase Skor (Orang) No Aktivitas Off Task Pert. 1 Pert. 2 Pert.1 Pert.2 Pert. 1 Pert. 2

  1. Mengobrol

  2

  

2

  7 5 36,84 % 26,31 %

  2. Mengangu teman

  1

  

1

  3 1 15,78 % 5,26%

  3. Keluar masuk kelas

  1 1 5,26 %

  4. Melamun/ mengantuk

  5. Makan/minum di kelas

  Dari persentase aktivitas off task di atas, pada pertemuan 1 sebesar 20%, turun pada pertemuan 2 menjadi 15%. Rata-rata persentase off task pada siklus II adalah 17,50%. Dibandingkan dengan rata-rata siklus I yaitu 42,50%, jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 15%.

2) Hasil belajar siswa

  Pada akhir pembelajaran siklus II, diadakan tes untuk mengetahui seberapa jauh tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.

  Tabel 7. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran pada Siklus II

  Pretest Postest Nilai % %

  ∑ siswa ∑ siswa 19 100 % 5 25,32 % ≤ 59

  • 0 % 14 73,68 % ≥ 60 Rata-rata nilai 39,79 66,21

  Pada siklus II, berdasarkan observasi data hasil belajar siswa diperoleh rata-rata nilai

  

pretest sebesar 39,79 dan pada postest rata-rata nilai sebesar 66,21. Menurut Anitah (2009:

  5.38), belajar merupakan suatu proses atau aktivitas. Sedangkan Sunyono (2009: 18), menyebutkan bahwa terdapat dua aktivitas siswa dalam kegiatan cooperative learning tipe

  

jigsaw , yaitu aktivitas yang diinginkan (on task), dan aktivitas yang tidak dikehendaki (off

task ). Berdasarkan pengamatan dan analisis data aktivitas siswa selama penelitian

  menggunakan cooperative learning tipe jigsaw yang dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 1 Sukanegara, aktivitas on task mengalami peningkatan pada tiap siklus. Hal ini dapat dilihat pada siklus I, hasil presentase aktivitas on task siswa adalah 57,89% dengan kategori kurang aktif, meningkat pada siklus II menjadi 72,91% dengan kategori aktif. Persentase aktivitas siswa tiap siklus dapat dilihat pada tabel rekapitulasi persentase aktivitas siswa dalam cooperative learning tipe jigsaw berikut.

  Tabel 8. Rekapitulasi persentase aktivitas on task siswa tiap siklus

  30

  4.17

  57.89

  72.91 pertemuan 1 pertemuan 2 peningkatan rata-rata

  5

  10

  15

  20

  25

  35

  75

  40

  45

  50 siklus I siklus II

  50

  20

  35

  15

  15

  4.16

  58.33

  Siklus Nilai aktivitas (%) Peningkatan (%) Rata-rata

  Gambar 2. Diagram rekapitulasi persentase aktivitas off task siswa tiap siklus

  (%) Kategori Pertemuan 1 keberhasilan Pertemuan 2

I 54,17 % 58,33 % 4,16 % 57,89 % Kurang aktif

  II 70,83 % 75 % 4,17 % 72,91 % Aktif Peningkatan tersebut juga dapat dilihat dari diagram berikut.

  Gambar 1. Diagram rekapitulasi persentase aktivitas on task siswa tiap siklus Berdasarkan tabel dan diagram aktivitas on task selalu mengalami peningkatan tiap siklusnya, sedangkan pada aktivitas off task selalu mengalami penurunan. Pada siklus I persentase rata-rata aktivitas off task adalah 42,50%, turun pada siklus II menjadi 17,50%. Berikut adalah tabel dan diagram aktivitas off task tiap siklus.

  Tabel 9. Rekapitulasi persentase aktivitas off task siswa tiap siklus Siklus

  Nilai aktivitas (%) Peningkatan (%)

  Rata-rata (%) Pertemuan 1 Pertemuan 2

  I 50 % 35 % 15 % 42,50 %

  II 20 % 15 % 5 17,50 % Berdasarkan tabel di atas, persentase aktivitas off task siswa selalu menurun tiap siklus. Penurunan persentase aktivitas off task siswa tersebut juga dapat dilihat pada gambar 1. Diagram rekapitulasi persentase aktivitas off task siswa tiap siklus berikut.

  10

  70.83

  20

  30

  40

  50

  60

  70

  80

  90 siklus I siklus II

  54.17

  5 42,5 17,5 pertemuan 1 pertemuan 2 peningkatan rata-rata a. Siklus I Dari tabel dan grafik di atas, aktivitas on task pada siklus I pertemuan 1 diperoleh persentase sebesar 54,17% dan pertemuan 2 sebesar 58,33% dengan peningkatan 4,16%. Rata-rata persentase nilai aktivitas on task adalah57,89% dengan kategori keberhasilan kurang aktif. pertemuan 2, yang berarti turun sebesar 15%. Rata-rata persentase off task pada siklus I adalah 42,50%.

  b. Siklus II Pada siklus II, persentase nilai aktivitas on task pertemuan 1 adalah 70,33% dan pertemuan 2 sebesar 75% dengan peningkatan 4,17%. Persentase nilai rata-rata pada siklus II adalah 72,91% dengan kategori keberhasilan aktif. Aktivitas off task pada siklus II pertemuan 1 diperoleh persentase sebesar 20% menjadi 15% pada pertemuan 2, yang berarti turun sebesar 5%. Rata-rata persentase off task pada siklus I adalah 17,50%.

  Deskripsi pengelolaan pembelajaran

  Berdasarkan pengamatan selama penelitian, pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam cooperative learning tipe jigsaw yang dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 1 Sukanegara, selalu terjadi peningkatan pada tiap siklus. Hal ini karena guru selalu berusaha untuk selalu lebih baik dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Selain itu, guru berperan sebagai bukan satu-satunya nara sumber, tetapi sebagai fasilitator, motivator, mediator, dan evaluator, (Isjoni, 2010: 66). Pencapaian kinerja guru ini dapat dilihat pada tabel 19.

  Tabel 10. Rekapitulasi kinerja guru dalam mengelola pembelajaran

  Nilai pencapaian (%) Peningkatan Siklus Rata-rata Kategori Keberhasilan

  Pertemuan 1 Pertemuan 2 (%) I 58,75 % 62,50 % 3,75 % 61,12% Cukup

  II 73,75 % 81,25 % 7,50 % 77,50% Tinggi

  a. Siklus I Berdasarkan tabel di atas, pada siklus I pertemuan 1 persentase kinerja guru sebesar

  58,75% dan pada pertemuan 2 sebesar 62,50% dengan peningkatan 3,75%. Rata-rata persentase kinerja guru dalam pembelajaran pada siklus I adalah 61,12%.

  b. Siklus II Pada siklus II pertemuan pertama persentase kinerja guru dalam pembelajaran sebesar

  73,75% dan 81,25 % pada pertemuan 2 dengan peningkatan sebesar 7,50%. Rata-rata persentase kinerja guru dalam pembelajaran adalah 77,50%. Peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran tiap siklus untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3 berikut.

   Gambar 3. Diagram pengelolaan pembelajaran tiap siklus

  9

  80 76,87 8 73,75 pertemuan 1

  7 pertemuan 2

  58,75 61,12

  6 peningkatan

  5 rata-rata

  4

  3

  2

  1 6,25 3,75 siklus I siklus II Deskripsi hasil belajar siswa

  Setiap akhir pembelajaran selalu diadakan tes untuk mengetahui seberapa jauh tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari, (Anitah, 2009: 4.36). Demikian halnya dengan cooperative learning tipe jigsaw. Hasil belajar yang diperoleh dari penggunaan cooperative learning tipe jigsaw ini selalu meningkat tiap siklus. Berikut tabel dan diagram rekapitulasi hasil belajar siswa tiap siklus dalam pembelajaran.

  Tabel 11. Rekapitulasi hasil belajar siswa tiap siklus

  Siklus Nilai Siklus I Siklus II ∑ siswa % ∑siswa % ≤ 59

  8 42,11 % 5 26,32 % ≥ 60 11 57,89 % 14 73,68 % Nilai rata-rata 63,47 66,,21

  Peningkatan 2,74

  66,21 63,47

  70 nila i ra ta -

  65

  60 ra ta

  55

  50

  45 peningka ta

  40

  35 n

  30

  25

  20

  15

  10 2,74

  5 siklus I siklus II

  Gambar 4. Diagram peningkatan rekapitulasi hasil belajar siswa tiap siklus Berdasarkan tabel dan diagram rekapitulasi peningkatan hasil belajar siwa, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan pada rata-rata hasil belajar siswa. Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa adalah 63,47, pada siklus II meningkat menjadi 66,21 dan pada siklus III meningkat lagi menjadi 77,89 .

5. KESIMPULAN

  

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di kelas IV SD Negeri 1

Sukanegara, dapat disimpulkan bahwa:

  

1. Penggunaan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar

persentase rata-rata aktivitas siswa pada tiap siklus, yaitu 57,89% pada siklus I, menjadi 72,91% pada siklus II.

  

2. Penggunaan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran IPS di kelas IV SD Negeri 1 Sukanegara. Hal ini sesuai dengan hasil belajar siswa selalu meningkat setiap siklus, yaitu 63,47 pada siklus I, meningkat menjadi 66,21 pada siklus II.

  Dengan demikian, penggunaan model cooperative learning tipe jigsaw dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas IV SD Negeri 1

Sukanegara tahun pelajaran 2017-2018.

  

DAFTAR RUJUKAN

Anitah, Sri. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Universitas Terbuka. Jakarta.

  Asma, Nur. 2006. Model pembelajaran kooperatif. Dirjen Pendidikan Tinggi. Jakarta. Aziz Wahab, Abdul. 2009. Konsep Dasar IPS. Universitas Terbuka. Jakarta.

  Djamarah, S. B., dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Dimyati, Mudjiono. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta Isjoni. 2010. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta. Bandung.

  Lie, Anita. 2010. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Gramedia.

  Jakarta. Slavin, R. E. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media. Bandung. Slavin, R. E. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media. Bandung. Sunyono. 2009. Modul Perancangan PTK dan Penulisan Karya Ilmiah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Lampung. Bandar lampung. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.

  Balai Pustaka. Jakarta. Wardani, IG.A.K. dkk. 2012. Perspektif Pendidikan SD. Universitas Terbuka. Jakarta.

  

Yasa, Doantara. Aktivitas dan Prestasi Belajar. 24 Mei 2010. U. 28 Oktober 2017

http://ipotes.wordpress.com/2008/05/24/prestasi-belajar/.html.