COPE OFR EGULATION IN THE MEDIAG LOBAL
Lingkup Regulasi Media Dalam Lanskap...
Pandan Yudhapramesti
LINGKUP REGULASI MEDIA DALAM LANSKAP GLOBAL
THE SCOPE OF REGULATION IN THE MEDIA GLOBAL LANSCAPE
Pandan Yudhapramesti
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran
Jalan Raya Jatinangor Sumedang KM 21 Jawa Barat, Indonesia. Telp.022 7796954. Hp. 082117983165
Email: pandanpramesti@gmail.com
diterima: 8 Mei 2016 | direvisi: 18 Juni 2016 | disetujui: 20 Juni 2016
ABSRACT
The use of media in a variety of platforms, continues to increase globally. As it is, many problems arise, such
as the increase in cyber crime, the number of lawsuits as well as an increase in people who are subject to the
penalties for actions in the cyber world. This paper is the result of literature research on the study of media
regulation trends. The focus of research aimed at: a) Current issues related to media policy in the global
landscape, b) Trends on research issues of media studies, and c) an alternative method in the study of media
regulation. The focus of research directed its relevance to the context of Indonesia. The study concluded that
study of media regulation should aim to understand the current issues in the media, including efforts to find
ideas solutif due to the development of a multi-dimensional global landscape, as well as issues that arise as a
result of the user interaction media between the state and the nations. Trends issue generally highlighted are:
1) The policy of media, freedom of expression and citizenship, 2) media policy and institutional design, 3)
media policy and the state media, as well as 4) the problems arising from the transformation of technology
and global interactions. Recent developments in the media and global digital landscape has prompted
numerous new problems, thus demanding the emergence of alternative methods, such as method of comparison
or comparative studies and policy analysis method is based on a system perspective.
Keywords: Media Studies, Media Policy, The Digital Era, Global Era
ABSTRAK
Penggunaan media dalam berbagai platform, terus meningkat secara global. Seiring hal tersebut, berbagai
masalah muncul, seperti peningkatan kejahatan siber, jumlah tuntutan hukum serta peningkatan orang yang
dikenai hukuman akibat tindakan di dunia siber. Makalah ini merupakan hasil penelitian kepustakaan
mengenai tren kajian regulasi media. Fokus penelitian diarahkan pada: a) persoalan-persoalan mutakhir terkait
kebijakan media dalam lanskap global, b) Tren tentang isu-isu penelitian kajian media, serta c) Metode
alternatif dalam kajian regulasi media. Fokus penelitian diarahkan relevansinya kepada konteks Indonesia.
Kajian ini menyimpulkan bahwa, kajian regulasi media perlu diarahkan untuk memahami persoalan mutakhir
pada media, termasuk upaya menemukan gagasan solutif akibat perkembangan multi dimensi dalam lanskap
global, serta persoalan yang muncul akibat interaksi pengguna media antar negara dan bangsa. Tren isu yang
umumnya disoroti adalah: 1) Kebijakan media, kebebasan berekspresi (freedom of expression) dan citizenship,
2) kebijakan media dan desain institusional, 3) Kebijakan media dan media pemerintah, serta 4) masalahmasalah yang muncul akibat transformasi teknologi dan interaksi global. Perkembangan mutakhir media dalam
lanskap digital dan global telah memunculkan berbagai persoalan baru, sehingga menuntut lahirnya metodemetode alternatif, seperti metode perbandingan atau studi komparasi serta metode analisis kebijakan
berdasarkan perspektif sistem.
Kata kunci: Kajian Media, Kebijakan Media, Era Digital, Era Global
33
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 20 No.1 Juni 2016: 33-48
PENDAHULUAN
kota di Jawa bila dibandingkan dengan kota-kota di
Penggunaan media dalam berbagai platform,
luar Jawa. Konsumsi media Televisi lebih tinggi di
baik media konvensional, maupun media baru yang
luar Jawa (97%), disusul oleh Radio (37%), Internet
berbasis internet, terus meningkat secara global.
(32%), Koran (26%), Bioskop (11%), Tabloid (9%)
Sebagai contoh di Amerika Serikat, pada tahun 2015,
dan Majalah (5%). Sementara itu, di Jawa hanya
diperkirakan
konsumsi Internet yang sedikit lebih tinggi yaitu
I.
bahwa
setiap
orang
Amerika
mengonsumsi media tradisional dan digital rata-rata
sebanyak
lebih dari 15,5 jam per hari. Berdasarkan penelusuran
penggunaan media ini mengalami pertumbuhan
yang dilakukan terhadap lebih dari 30 sumber data
tertinggi dalam 4 tahun terakhir, hingga mencapai
yang berbeda (Short, 2015), jumlah data yang
dua kali lipat baik di Jawa maupun luar Jawa.
diantarkan oleh berbagai media tersebut rata-rata
Pertumbuhan konsumsi internet melalui akses
lebih dari 8,75 zettabytes per hari atau jika dihitung
bergerak (mobile ) seperti telepon genggam dan wi-fi
per orang maka jumlah data yang diantarkan 74 giga
lebih tinggi di Jawa yaitu lima kali lipat,
bites per orang per hari, setara dengan jumlah data
dibandingkan di luar Jawa yang hanya mencapai tiga
yang muat dalam 9 DVD. Zettabites setara dengan
kali lipat (Anon., 2014). Nielsen hanya melakukan
sejuta juta gigabites. Jumlah
merupakan
survei di sepuluh kota besar di Jakarta, sehingga
tahun-tahun
belum dapat dikatakan bahwa hasil surveynya
peningkatan
dibandingkan
ini
dengan
34%.
Khusus
mengenai
Internet,
mewakili kondisi nasional. Namun demikian, data
sebelumnya.
Riset konsumsi media di Indonesia memang
Nielsen memberikan gambaran tingkat interaksi
masih bersifat parsial. Namun berbagai hasil riset
media dan masyarakat Indonesia di sepuluh kota
tersebut menunjukkan bahwa tren peningkatan
besar yang disurvey.
penggunaan media juga terjadi di Indonesia. Menurut
Tren peningkatan penggunaan media tidak
data Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2012, rata-
hanya terjadi di Amerika Serikat atau negara
rata waktu yang dihabiskan anak-anak Indonesia saat
maju lainnya, namun terjadi di berbagai negara,
menonton siaran televisi setiap harinya mencapai 5
terutama untuk media berbasis internet. Itu
jam bahkan lebih, sedangkan negara ASEAN lain
sebabnya era ini disebut era informasi. Pada era
hanya 2 sampai 3 jam dalam sehari (RG, 2012).
ini, masyarakat pengguna media tidak hanya
Sementar menurut Nielsen Media Research
menjadi konsumen media, namun juga secara
(NMR), secara keseluruhan, konsumsi media di kota-
aktif dapat menjadi produsen media, atau
kota baik di Jawa maupun Luar Jawa menunjukkan
biasanya diberi istilah prosumer.
bahwa televisi masih menjadi medium utama yang
Seiring dengan tren peningkatan tersebut,
dikonsumsi masyarakat Indonesia (95%), disusul
oleh Internet (33%), Radio (20%), Suratkabar (12%),
berbagai masalah juga muncul. Secara klasik
Tabloid (6%) dan Majalah (5%). Namun ketika
masalah yang biasanya muncul adalah 1)
dilihat lebih lanjut, ternyata terdapat perbedaan yang
pemenuhan hak atas akses kepada informasi, 2)
sangat menarik antara pola konsumsi media di kota-
batas-batas
34
kewajaran
penggunaan
hak
Lingkup Regulasi Media Dalam Lanskap...
Pandan Yudhapramesti
kebebasan
berekspresi,
berserikat,
dan
II. METODE PENELITIAN
berkumpul dalam menggunakan media, serta 3)
Makalah
ini
merupakan
hasil
penelitian
masalah-masalah yang muncul akibat interaksi
kepustakaan dengan pendekatan kualitatif, terkait
global yang melintasi batas negara. Kasus-kasus
tren tentang kajian regulasi media. Sumber data yang
pembatasan atau pengingkaran terhadap poin
digunakan mencakup berbagai hasil penelitian
satu dan dua terus bermunculan. Kasus
tentang kajian regulasi media yang dapat ditelusuri
secara on line, baik berupa kajian praktis dalam
kejahatan siber serta tuntutan hukum akibat
bentuk jurnal, laporan penelitian, maupun buku, serta
tindakan dalam dunia siber juga meningkat.
kajian akademik dalam bentuk jurnal maupun buku;
Sementara untuk poin ke tiga, perbedaan
buku bahan ajar dan buku lainnya; serta sumber data
peraturan atau regulasi media di setiap negara
menyebabkan
kesulitan
penanganan
dalam jaringan (on line) yang relevan dengan topik
untuk
kajian media. Penelitian dilakukan pada awal hingga
persoalan-persoalan yang timbul akibat interaksi
pertengahan tahun 2016.
antar negara. Setiap negara bisa jadi memiliki
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
kebijakan media berbeda. Misalnya batasan
Kebijakan (Policy) adalah ketetapan atau
tentang konten pornografi atau kebebasan
langkah atau tindakan yang telah disetujui atau
menyampaikan kritik, berbeda antara satu
digariskan tapi tidak harus dijadikan sebagai suatu
negara dengan negara lain. Padahal interaksi
peraturan. Kebijakan itu making a climate : langkah-
pengguna media sudah melintasi batas-batas
langkah untuk membuat sebuah iklim/kondisi shg
negara. Akibatnya, banyak hal belum diatur
strategi
manakala terjadi masalah yang muncul akibat
Instrumennya adalah peraturan. Langkah-langkah
interaksi antar negara. Itu sebabnya isu tentang
tersebut adalah: Membuat pernyataan (statement);
regulasi serta kebijakan media tetap menjadi hal
Membuat aturan. Policy instrument atau instrumen
penelitian
diarahkan
pada:
berjalan
menuju
tujuannya.
kebijakan adalah peraturan, Undang-Undang dan
yang penting dan relevan untuk selalu dikaji.
Fokus
bisa
turunannya, peraturan (Regulation) adalah kebijakan
a)
yang disetujui dan ditetapkan dalam bentuk
persoalan-persoalan mutakhir terkait kebijakan
peraturan.
media dalam lanskap digital, b) Tren tentang isu-
A. Sistem Media di Berbagai Negara,
isu penelitian kajian media, serta c) Metode
Berbagai Perbedaan, dan Dampaknya :
alternatif dalam kajian media. Seluruh elemen
Aneka Persoalan terkait Kebijakan
dalam fokus penelitian diarahkan relevansinya
Media dalam Lanskap Global
kepada persoalan-persoalan yang dihadapi dan
Sistem
harus diatasi di Indonesia.
media
massa
berbagai
negara
mencerminkan keberagaman tingkat perkembangan
dan kesejahteraan, nilai dan sistem politik mereka
(Baran, 2014). Sering kali geografi sebuah negara
35
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 20 No.1 Juni 2016: 33-48
juga
memengaruhi jenis sistem media
yang
kebebasan yang dilakukan dengan penuh tanggung
dianutnya serta akses masyarakat terhadap media.
jawab.
Sebagai contoh, penduduk Amerika yang sejahtera
Gagasan Siebert tentang pengategorian teori
cenderung tinggal di rumah yang berukuran lebih
pers ke dalam empat kelompok mendapat dukungan
luas dibandingkan masyarakat di berbagai negara
sekaligus kritik. Ada pula pihak-pihak yang
lain. Hingga tahun 90 an, tiap penduduk Amerika
mengembangkan empat kategori tersebut
memiliki dua radio dan satu televisi untuk satu orang.
menemukan bentuk-bentuk baru. Karena pada
Australia adalah negara makmur yang sangat luas.
prakteknya hampir setiap negara mengembangkan
Banyak penduduknya tinggal di daeah terpencil di
sistem medianya sendiri. Sebagai contoh, China yang
negara benua ini. Di sana, setiap penduduk juga
dikategorikan sama dengan Uni Soviet sebagai
memiliki lebih dari satu radio, tetapi hanya satu
sesama
televisi untuk setiap orang. Lain lagi di Uganda. Di
mengembangkan sistem medianya sendiri. Apalagi
negara Afrika yang sedang berkembang ini, banyak
Soviet telah bubar sebelum era internet ada,
warganya yang hampir tidak memiliki televisi,
sedangkan China hingga kini masih tetap eksis
bahkan radio. Sementara negara lainnya, negara
sebagai salah satu negara besar termasuk dalam
padang pasir Oman yang kaya akan minyak, pada
sistem politik, ekonomi, dan tentu saja sistem
tahun 90 an tercatat hanya 1 dari 11 orang yang
medianya sendiri.
komunis
misalnya,
serta
sesungguhnya
memiliki saluran telepon, namun ada satu televisi
Banyak negara berkembang dikategorikan
untuk setiap dua orang. Kondisi ini terjadi karena
sebagai negara yang termasuk kelompok otoritarian.
secara geografis daerah-daerah di Oman cukup
Indonesia yang pada masa orde baru sering mengakui
berbahaya sehingga menyulitkan pembangunan dan
memiliki sistem pers tanggung jawab sosial, pada sisi
pemeliharaan jaringan telepon.
lain sering dikategorikan ke dalam sistem otoritarian
Momen penting dalam perkembangan teori
karena berbagai pembatasan terkait pengelolaan
mengenai media (waktu itu masih “era” surat kabar)
media dan kebebasan berekspresi. Setelah terlepas
terjadi melalui publikasi buku teks kecil karya
dari masa orde baru yang penuh pengekangan,
Siebert
1956
Indonesia justru menghadapi persoalan bumerang
(McQuail, 2005). Dalam buku tersebut, Siebert
kekebasan, sesuatu yang dulu sangat dirindukan pada
mengategorikan sistem pers ke dalam empat bentuk,
masa-masa terkekang.
dan
kawan-kawan
pada
tahun
yaitu otoritarian, libertarian, komunis, dan tanggung
Pada tahap ini, muncul dua kutub kritik tentang
jawab sosial. Secara sederhana keempat teori pers
kebebasan dalam bermedia. Pertama, pada negara
tersebut dijabarkan menjadi : otoriarian adalah sistem
yang menganut sistem yang membatasi kebebasan,
pers yang sangat ketat dengan kontrol, libertarian
isu utamanya adalah kritik terhadap keterbatasan
identik dengan kebebasan, komunis identik dengan
bermedia. Kedua, pada negara yang menganut sistem
Soviet (yang telah bubas), serta tanggung jawab
memberi jaminan pemenuhan kebutuhan hak atas
sosial sebagai konsep yang dianggap “ideal namun
kebebasan.
sulit dilakukan” karena merupakan kombinasi dari
36
Lingkup Regulasi Media Dalam Lanskap...
Pandan Yudhapramesti
Bermedia adalah hak mendasar setiap orang,
dan berserikat. Pada perkembangannya kemudian,
bagian dari freedom of expression dan freedom of
secara historis, reformasi 1998 merupakan titik balik
experience.
pengekangan
dan dianggap sebagai landasan utama dalam upaya
terhadap hak dasar tersebut. Memang perlu dikaji
memastikan hak-hak warga negara atas media.
kembali apakah kritik ini datang dari dalam, untuk
Setelah itu, muncul amandemen UUD 1945 dan UU
mengukur apakah masyarakat sudah menyadari
Hak Asasi Manusia No. 39/1999 yang menjamin hak
bahwa mereka mengalami pengekangan, atau justru
atas informasi dan media bagi warga.
Pembatasan
berarti
datang dari luar, dari para peneliti atau kritikus yang
Pada negara yang sudah menganut sistem yang
memandang kebebasan dari versi mereka sendiri.
menjamin kebebasan, kritik utamanya
adalah
Gagasan pemenuhan hak atas kebebasan ini
bumerang dari kebebasan. Sebagai contoh, sebagai
telah diakui dalam dokumen Pernyataan Umum
pemenuhan dari jaminan kebebasan, maka negara
tentang Hak-Hak Asasi Manusia atau dalam Bahasa
meniadakan sistem kontrol terhadap isi media dan
Inggris
Universal
menyerahkan kontrol kepada pengelola media atau
Declaration of Human Rights, yang dideklarasikan
biasa dinamakan self regulation. Sayangnya, self
oleh
1948.
regulation tidak jarang diselewengkan menjadi
yang
pemenuhan kepentingan ekonomi politik pemilik
menggarisbesarkan pandangan Majelis Umum PBB
media. Untuk mencegah penyalahgunaan kebebasan
tentang jaminan hak-hak asasi manusia (HAM)
maka negara memberi sejumlah aturan. Hal-hal yang
kepada
diatur adalah:
diterjemahkan
Persatuan
Pernyataan
ini
semua
menjadi
Bangsa-Bangsa
terdiri
orang.
atas
tahun
30
Sebanyak
pasal
48
negara
menyetujui dokumen tersebut dan delapan negara
a. Memberikan jaminan kebebasan untuk setiap
yaitu blok Soviet, negara-negara Arab, serta Afrika
warga negara mendirikan dan mengelola media.
Selatan menyatakan diri abstain.
Perizinan khusus dilakukan kepada media
Negara-negara yang menyepakati, memiliki
perangkat
hukum
tersendiri
yang
penyiaran televisi dan radio siaran karena
menjamin
keduanya menggunakan frekuensi yang sifatnya
pemenuhan kebutuhan hak dasar kemanusiaan
terbatas.
tersebut. Amerika Serikat mempunyai dokumen Bill
b. Memberikan peran dan fungsi kontrol kepada
of Right nama untuk sepuluh amandemen pertama
pengelola media atau self regulation.
terhadap Konstitusi Amerika Serikat yang dibuat
c. Jaminan
perlindungan
kepentingan
publik.
pada tahun 1789 dan berlaku sebagai Amandemen
Publik yang dilindungi terutama anak-anak,
Konstitusional
kaum berkebutuhan khusus dan kaum minoritas
pada
15
Desember
1791.
Amandemen ini dibuat untuk melindungi hak-hak
yang
asli dari kebebasan dan harta benda. Perancis
Perlindungan ini diwujudkan dalam pengaturan
memiliki Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga
konten yang memenuhi kriteria tertentu agar
Negara. Indonesia
menjamin pemenuhan hak
aman diakses oleh kelompok-kelompok yang
tersebut melalui pasal 28 Undang-Undang Dasar
harus dilindungi. Pada umumnya pengaturan
1945 tentang kebebasan berpendapat, berkumpul,
konten
37
memiliki
tersebut
berbagai
mencakup
keterbatasan.
pencegahan
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 20 No.1 Juni 2016: 33-48
terjadinya muatan pornografi, kekerasan, fitnah
adalah aturan perilaku atau prinsip moral yang
(defamation), fitnah lisan (slander), fitnah
memandu tindakan kita dalam situasi tertentu.
tertulis (libel); ujaran kebencian (hate speech),
Penerapan etika hampir selalu melibatkan pencarian
penguntitan siber (cyberstalking), hak cipta
jawaban yang paling bisa dipertahankan secara moral
dalam internet (Mirabito & Morgenstern, 2004).
terhadap masalah yang tidak memiliki jawaban yang
Terkait ujaran kebencian, sampai saat ini, belum
benar atau terbaik. Seperti dikatakan Baran (2014),
ada pengertian atau definisi secara hukum mengenai
persoalan-persoalan yang biasanya muncul terutama
apa yang disebut ujaran kebencian atau hate speech
adalah konflik kepentingan menyangkut :
dan pencemaran nama baik dalam bahasa Indonesia.
a. Apakah
media
mampu
menyampaikan
Hampir semua negara di seluruh Dunia mempunyai
kebenaran dan kejujuran secara utuh mengingat
undang-undang yang mengatur tentang hate speech.
media melakukan framing terhadap isu tertentu.
Contohnya adalah Inggris, pada saat munculnya
b. Penghormatan terhadap privasi baik bagi figur
Public Order Act 1986 menyatakan bahwa suatu
publik maupun orang-orang biasa yang menjadi
perbuatan dikategorikan sebagai tindakan kriminal
tokoh berita
adalah ketika seseorang melakukan perbuatan
c. Kerahasiaan
“mengancam, menghina, dan melecehkan baik dalam
nara
sumber
karena
alasan
keamanan
perkataan maupun perbuatan” terhadap “warna kulit,
d. Konflik kepentingan antara pribadi media dan
ras, kewarganegaraan, atau etnis”. Di Brazil, negara
kepentingan publik
mempunyai konstitusi yang melarang munculnya
e. Konflik antara keharusan mencari keuntungan
atau berkembangnya propaganda negatif terhadap
sebagai sebuah perusahaan dan tanggung jawab
agama, ras, kecurigaan antarkelas, dll. Di Turki,
sosial
seseorang akan divonis penjara selama satu sampai
f.
Etika tentang konten yang ofensif
tiga tahun apabila melakukan penghasutan terhadap
Untuk membantu para praktisi dalam penalaran
seseorang yang membuat kebencian dan permusuhan
moralnya, kelompok profesional media, di Indonesia
dalam basis kelas, agama, ras, sekte, atau daerah. Di
seperti Persatuan Wartawan Indonesia (PWI),
Jerman, ada hukum tertentu yang memperbolehkan
ALiansi Jurnalis Indonesia (AJI), Ikatan Jurnalis
korban dari pembinasaan untuk melakukan tindak
Televisi Indonesia (IJTI), dll, yang diwadahi oleh
hukum terhadap siapapun yang manyangkal bahwa
Dewan Pers telah menerbitkan kode formal dan
pembinasaan itu terjadi. Di Kanada, Piagam Kanada
standar-standar etika tingkah laku berupa Kode Etik
untuk hak dan kebebasan (Canadian Charter of
Wartawan Indonesia. Bagi sebagian orang, kode etik
Rights and Freedoms) menjamin dalam kebebasan
merupakan bagian penting dari sebuah profesi,
berekspresi namun dengan ketentuan-ketentuan
namun bagi sebagian yang lain, hal tersebut tidak
tertentu agar tidak terjadi penghasutan.
lebih dari sekumpulan gagasan klise yang tidak dapat
Selain hal-hal yang dimuat dalam regulasi atau
diterapkan.
kebijakan, masih ada beberapa hal yang biasanya
Tentu saja secara spesifik setiap negara
mengundang perdebatan menyangkut etika. Etika
memiliki peraturan yang khas dan berbeda satu sama
38
Lingkup Regulasi Media Dalam Lanskap...
Pandan Yudhapramesti
lain, terkait kepentingan sosial, politik, ekonomi,
izin serta denda terhadap media, namun FCC tidak
kultural, serta idologi. Pada prakteknya, pada
mengatur konten media serta akses media.
umumnya negara juga memiliki sejumlah persoalan
Ada
tiga
bidang
regulasi
konten
yang
terkait sulitnya menemukan titik keseimbangan
pengawasannya menjadi tanggungjawab FCC. Yang
antara kebebasan dan tanggung jawab, yang sesuai
pertama adalah indecency (ketidakpatutan), yang di
dengan
setempat.
Amerika memiliki definisi yang berbeda dengan
Sejumlah peraturan dan kebijakan yang telah dibuat
obscenity (kecabulan). Namun demikian, pendekatan
serta implementasinya sering belum mampu untuk
yang dilakukan untuk memengaruhi konten media
menjaga
agar tidak menyiarkan kekerasan, alkohol, iklan dan
kepentingan
dan
nilai-nilai
titik keseimbangan
tersebut.
Seiring
berjalannya waktu, dinamika penggunaan media juga
ketidakpatutan,
telah melintasi batas-batas negara sehingga dalam
menentukan sendiri apa yang bisa dan tidak bisa
beberapa hal, regulasi yang ada di tingkat negara
diterima. Oleh karena itu, FCC akan berfungsi
tidak memadai lagi. Beberapa contoh kasus berikut
sebagai sebuah regulator isi media jika diminta oleh
menjelaskan
masyarakat luas.
masalah-masalah
yang
umumnya
dihadapi oleh berbagai negara dalam membangun
adalah
dengan
masyarakat
FCC pernah mewajibkan seluruh stasiun televisi
serta menjaga sistem dan regulasi media mereka.
untuk menyiarkan program anak-anak. Namun
1. Pertarungan Regulasi dan Deregulasi Media
kebijakan ini ditentang oleh National Association of
Broadcasters
di Amerika
memiliki
sejarah
panjang
tersebut melanggar hak ‘free-speech’ mereka. Kedua
lembaga ini terus berseteru dan berbeda pendapat
tanggung jawab itu tidak mudah dicarikan titik temu
atas konten siaran. Perselisihan atau tumpangtindih
dan diimplementasikan. Regulasi media di Amerika
regulasi antar lembaga sering kali berakhir di
Serikat mengikuti model libertarian. Keterlibatan
pusat
dalam
operasi
Penyiaran
Asosiasi ini berpendapat bahwa peraturan FCC
yang
memperlihatkan bahwa definisi kebebasan dan
pemerintah
Lembaga
Nasional), sebuah lembaga regulator industri.
Amerika Serikat sebagai penganut utama
kebebasan,
(Asosiasi
pengadilan dengan adanya keputusan pengadilan
sehari-hari
yang bersifat mengikat.
organisasi media sangat kecil. Berdasarkan filosofi
Dalam sejarahnya, FCC telah mengalami
libertarian, pendekatan yang dilakukan oleh badan
berbagai
pengelolaan penyiaran FCC (Federal Comucation
periode
dimana
kewenangannya
ditambahkan dan dikurangi. Kasus ini telah membuat
Commission) dalam mengatur regulasi media adalah
pemerintahan Reagan menyusun deregulasi di
dengan membiarkan terjadinya kompetisi di dalam
bidang media yang mengurangi peraturan pada
pasar komersial sehingga pasar inilah yang kemudian
program
akan mengatur diri mereka sendiri - khususnya dalam
anak-anak
berlebihan.
menyediakan konten media. Dengan kata lain, FCC
dan
Akibatnya,
komersialisasi
proses
perizinan
yang
dan
perpanjangannya menjadi jauh lebih sederhana dan
berharap bahwa sebagian besar regulasi haruslah
singkat.
berasal dari para pelaku media itu sendiri. FCC
Pertarungan
tentang
deregulasi
ini
berlangsung dalam kurun waktu cukup panjang,
memiliki kewenangan atas pemberian, pencabutan
39
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 20 No.1 Juni 2016: 33-48
melewati pemerintahan George Bush. Seperti
Pada tahun 2011 lalu negara-negara Arab
disebutkan Hickey (Baran, 2014), para pemimpin
mengalami gejolak. Kasus yang dikenal dengan
kongres dari Partai Republik dan Demokrat,
istilah Arab Spring ini diawali dengan kisah
kolumnis liberal dan konservatif, dan sejumlah
Mohamed Bouazizi, seorang penjual buah berusia 26
kelompok
beragam
tahun. Bouazizi yang tinggal di kota Sidi Bouzid
spektrum politik terus berkampanye menentang hasil
Tunisia, ingin meningkatkan usahanya dari berjualan
deregulasi, dengan mengatakan bahwa deregulasi
di gerobak menjadi menjadi kendaraan roda empat
adalah kosentrasi, konglomerasi, komersialisasi
sejenis
berlebihan, mengabaikan hak anak, dan menurunkan
membayar uang sogok ke tiga orang petugas pemda.
standard
Barang dagangan Bouazizi digaruk dan si penjual
kepentingan
kesopanan.
umum
dari
Kesulitan
dalam
pick
up.
Keluarganya
dipentung
penyiaran merupakan inti perdebatan mengenai
membakar dirinya dengan bensin dan korek api pada
deregulasi dan pelonggaran kepemilikan, serta
17 Desember 2010. Bouazizi mengalami luka bakar
peraturan lain untuk radio dan televisi (Baran, 2014).
90 persen dan meninggal pada 5 Januari 2011.
frustasi,
masyarakat Tunisia, yang telah lama memendam
Tidak banyak informasi atau literatur yg
amarah terhadap ketidakadilan dan kesewenang-
tersedia, terutama yg dibuat atau ditulis oleh ilmuwan
wenangan yang sering terjadi. Media massa swasta
dari negeri-negeri Arab sendiri, yang membahas
maupun pemerintah di Tunisia tidak memberitakan
bagaimana kondisi system pers dan sistem media di
kasus Bouazizi. Namun media sosial seperti
Arab memengaruhi aktivitas jurnalis-jurnalisnya.
Facebook, Twitter, dan Youtube menyediakan
Faktor penyebabnya adalah karena belum cukup
fasilitas
kuatnya tradisi riset akademik di bidang regulasi
ilmuwan
dari
untuk
para
aktivis
menyebarluaskan
informasi atas gerakan mereka. (Duffy, 2014). Di
media yang tumbuh pada ilmuwan dari negeri-negeri
sementara
yang
Kasus ini menimbulkan gejolak protes besar di
2. Kasus Arab Spring
sendiri,
Bouazizi
mampu
menyeimbangkan kepentingan publik dan kebebasan
Arab
petugas.
tidak
luar dugaan rezim yang tengah berkuasa, media
luar,
sosial
katakanlah dari barat mengalami kendala bahasa
digunakan
sebagai
sarana
baru untuk
menyebarluaskan gerakan sosial politik. Pembatasan
karena hukum media di negeri-negeri Arab disusun
kebebasan bermedia ternyata tidak lagi ampuh
dalam bahasa mereka sendiri tanpa terjemahan ke
menghadapi jaringan media yang kini terhubung
dalam Bahasa Inggris (Duffy, 2014). Jika dikaitkan
secara global.
dengan gagasan Siebert tentang teori pers, maka
3. Pembatasan Akses Media di China
negara-negara Arab pada umumnya menganut sistem
pers authoritarian, meski pada prakteknya terdapat
China adalah negara dengan sistem pers yang
variasi antara negara yang satu dengan negara yang
sering didefinisikan sebagai kombinasi antara
lain. Pemerintah melakukan kontrol yang ketat
komunis
terhadap isi dan pengelolaan media pemerintah
penundukan
maupun swasta.
pemerintah (Baran, 2014). Pembatasan media di
dan
otoritarian.
media
untuk
Keduanya
tujuan
meminta
melayani
China, termasuk pembatasan internet telah memaksa
40
Lingkup Regulasi Media Dalam Lanskap...
Pandan Yudhapramesti
perusahaan raksasa Amerika seperti Microsoft,
masing dan pengaruhnya dalam kebijakan media
Yahoo, Google, serta Cisco untuk mengubah jargon
(d’Haenens dan Brink, 2001, dalam Bulck). Kedua,
ideologi mereka tentang penghormatan terhadap
pertumbuhan bisnis media dan TIK telah mendorong
privasi dan kebebasan, demi untuk memperoleh izin
kemunculan pemain baru dalam bidang kebijakan
membuka usaha di China. Google telah memfilter
media. Para pemain baru ini memiliki kekuatan untuk
internet search engine mereka, sehingga pencarian
mengarahkan kebijakan media. Para pemain baru ini
kata kunci Tianamen hanya akan memunculkan foto
mengarahkan,
pariwisata yang indah tentang Tianamen. Yahoo
hegemoni (Freedman, 2005, dalam Bulck) terhadap
pernah membocorkan identitas pengirim email
konten atau jenis pelayanan yang ditawarkan.
menentukan,
bahkan
melakukan
anonim yang menyebarkan pesan kritik terhadap
Ketiga, lanskap politik media telah berevolusi.
penguasa. Akibatnya, para pengirim email tersebut
Kebijakan media tidak lagi terbatas pada satu lokus
memperoleh hukuman antara empat hingga sepuluh
politik pengambilan keputusan. Selain melibatkan
tahun penjara.
pertimbangan bisnis, sosial, politik, kultural, dan
Namun,
keterampilan
nilai-nilai setempat, kebijakan media kini telah
masyarakat China pun berkembang terus sehingga
berada pada level kebijakan antar negara. Di Eropa,
kini mereka mulai terampil menggunakan server-
level kebijakan antar negara di bidang media selama
server di luar China dengan menggunakan akun
ini telah dikoordinir oleh Uni Eropa. Hasilnya adalah
anonim. Hingga menjadi perdebatan bahwa pada
homogenisasi hukum dan kebijakan media pada
akhirnya
dilakukan
negara-negara yang berada dalam arahan Uni Eropa
perusahaan raksasa Amerika tersebut mendatangkan
(Bulck, 2013). Kondisi ini menyebabkan penetapan
manfaat bagi masyarakat China. Syarat yang
hukum dan kebijakan media sangat rentan dengan
diberikan
seluruh
lobby dari para pemangku kepentingan media yang
investor/pebisnis dari luar China yang ingin
menekan pemerintahan negara-negara partisipan
berinvestasi dibidang TIK, tidak lagi ampuh
agar memperluas ruang lingkup kebijakan sesuai
manakala rakyat China sudah lebih melek internet
kebijakan antar negara. Pada level global, kebijakan
dan terampil menggunakan TIK.
media juga terkait dengan kepentingan WTO yang
hal
pengetahuan
dan
kontroversial
pemerintah
China
yang
kepada
Dalam dekade terakhir, ruang lingkup kebijakan
menetapkan status dan posisi media dalam Perjanjian
media telah bertambah kompleks sebagai akibat dari
Umum Tentang Layanan Perdagangan Bebas (GATS
sejumlah fenomena aktual (Bulck, 2013), yaitu:
– General Agreement on Trade in Services) dan
pertama, digitalisasi dan konvergensi telah membuka
kesepakatan tentang hal-hal menyangkut hak cipta
market media tradisional kepada para pemain baru
intelektual (puppis 2008, Freedman 2008, dalam
dari sektor telekomunikasi dan hal-hal terkait.
Bulck, 2013).
Konvergensi juga membuat konfigurasi baru antara
Hukum dan kebijakan sebuah pemerintahan
pemain baru dan pemain lama. Secara bersama-sama,
terkait media sangat erat hubungannya dengan faktor
hal ini menghasilkan stakeholder baru yang dapat
teknis, sosial, kultural, nilai-nilai yang dianut,
diidentifikasi dan dianalisis kedudukannya masing-
kebebasan berekspresi, akses kepada informasi
41
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 20 No.1 Juni 2016: 33-48
(Sreberny, 2005), pengaturan tentang kewenangan
antar pemerintahan, kultur perjanjian dan
antar institusi serta kehidupan sosial. Hukum dan
konsensus
kebijakan media merupakan jembatan penghubung
pendekatan yang dilakukan dalam kebijakan
dengan
ini
antar pemerintah, lembaga independen, serta
membutuhkan kerangka analitik yang lebih dari
bagaimana dampaknya terhadap kedaulatan
sekedar “letter of the law”, menerapkan aspek sosio-
negara.
legal, namun juga menggunakan interdiciplinary
b. Kebijakan
globalisasi.
Kajian
tentang
hal
antar
pemerintah,
Media,
kebebasan
bagaimana
berekspresi
methodology, atau menggunakan perspektif kajian
(freedom of expression), dan citizenship. Topik
perbandingan hukum dan kebijakan media antar
ini membahas konsep-konsep mendasar terkait
negara yang komprehensif (Verhulst & Price, 2013).
hukum
Perbandingan kajian hukum dan kebijakan media
implementasinya dalam negara demokratis.
dapat memberi kita pengertian yang lebih baik
Konsep-konsep mendasar tersebut menyangkut
tentang pengalaman kegagalan dan kesuksesan (best
kebebasan
practice) dari berbagai negara.
citizenship, serta minat publik serta tantangan
B. Tren Isu-Isu Penelitian Kajian Media
yang dihadapi oleh konsep-konsep dasar tersebut
terhadap
Dalam buku Handbook of Media Law, Verhulst
gagasan
perubahan
politik.
media
serta
tentang
teknologi
Era
internet
dan
telah
membuka perdebatan seputar makna tentang
berkembang dalam kajian hukum dan kebijakan
akses, kebebasan, dan hak dalam lingkungan
media, yaitu :
digital dan bagaimana mentransfer hal-hal
a. Kebijakan media dan desain institusional. Topik
tersebut dalam cara pandang advokasi.
ini membahas tentang desain institusional,
c. Kebijakan media dan perspektif komparasi
identifikasi para pemain yang berwenang
(perbandingan). Topik ini menelusuri cara-cara
menentukan aturan, norma dan standar, serta
perubahan-perubahan
yang
dianggap
untuk
perlu
d. Kebijakan
pemain dan institusi, 2) bagaimana menganalisis
dan
media
pemerintah.
diyakini memberi pengaruh terhadap kebijakan
media dan media pemerintah dalam sebuah
kepentingan, 3) menganalisis dampak rasional
negara. Kajian tentang hal ini mengidentifikasi
dari kewenangan yang melekat pada institusi
terhadap
media
Perubahan mediasi dan ekologi kebijakan
dengan
melibatkan analisis terhadap para pemangku
kebijakan
dan
atau narasi hukum dan kebijakan tersebut.
peran dan kewenangan serta hubungan antar
kebijakan
hukum
membandingkan dasar pemikiran di balik konsep
Pembahasan juga diarahkan pada : 1) pembagian
pembentukan
mengkonseptualisasikan
kebijakan media di berbagai negara termasuk
terkait aturan, norma, dan standar tersebut.
pemegang
kebijakan
berekspresi,
perkembangan
dan Price (2013) menjelaskan beberapa isu yang
proses
dan
pengaruh ekologi media dalam tataran global
operasional
terhadap sistem media pada negara yang
pemberitaan dan kerja jurnalistik, 4) bagaimana
memiliki media pemerintah.
memahami konsep kebebasan : antara hukum
dan implementasi, 5) menganalisis hubungan
42
Lingkup Regulasi Media Dalam Lanskap...
Pandan Yudhapramesti
e. Kebijakan media dan transformasi teknologi.
Perubahan
teknologi
transformasi
dan
teknologi
hal-hal
telah
teori dan model tentang keuniversalan bagi Barat
terkait
(Curran & Park, 2000). Di tengah pertumbuhan
mengubah
homogenity
dan
uniformiti,
hal
yang
perlu
konstelasi media, termasuk dampaknya terhadap
digarisbawahi dalam kajian akademik telah bergeser
bagaimana informasi dimediasi dan dikontrol,
dari mencari kesatuan (uniformity), menjadi kajian
serta
terhadap
tentang pemeliharaan kantong-kantong atau bidang-
komparasi
bidang yang unik. Studi komparasi menelaah
membandingkan sebuah kondisi dengan kondisi
kesuksesan yang diperoleh dalam pengalaman lintas
lainnya dengan asumsi sebuah model teknologi
negara, institusi, dan budaya.
bagaimana
perubahan
interest
teknologi.
dapat
diterima
publik
Studi
oleh
sebuah
Lebih dari itu, transformasi yang masif terjadi
kelompok/situasi/kondisi tertentu namun belum
pada sektor media akibat konvergensi teknologi,
tentu
oleh
liberalisasi ekonomi, dan globalisasi dalam proses
kelompok/situasi/kondisi lainnya. Kajian tentang
manufaktur, telah menghasilkan perubahan besar
hal ini mengarahkan pada refleksi tentang
dalam pola-pola kepemilikan media di seluruh dunia.
pembagian
dapat
diterima
kewenangan
dan
Kepemilikan media yang sebelumnya dibatasi oleh
antara
media,
batas-batas geografis dari sebuah negara, kini
telekomunikasi, dan internet akan berakibat pada
melintasi batas-batas geografis sebuah negara.
target-target demokrasi, pertumbuhan ekonomi,
Karenanya, transparansi struktur kepemilikan media
dan keadilan sosial.
dan jaminan pemenuhan hak atas keberagaman
pertanggungjawaban
Dalam beberapa dekade terakhir, berbagai
perkembangan
yang
terjadi
merupakan tantangan untuk setiap pemerintahan dan
menunjukkan
institusi. Pada konteks ini, kebutuhan untuk
peningkatan kesadaran tentang manfaat atau nilai-
memetakan kepemilikan media secara global dan
nilai yang diperoleh dari analisis perbandingan
pola-pola kontrol terhadap media menjadi hal
sistem media antar negara. Berbagai peristiwa besar
penting dalam kajian komparasi tentang media.
terjadi dalam beberapa dekade terakhir, seperti
perkembangan
globalisasi,
aspek
yang
bertransformasi
ini
perang
merupakan tantangan bagi ekologi regulasi secara
dingin, pertumbuhan ekonomi Asia, perkembangan
global untuk sektor komunikasi. Sebagai contoh, self
geopolitik Arab Spring. Di tengah berbagai
regulation, dianggap sebagai cara terbaik untuk
perkembangan
kemunculan
mengatasi berbagai persoalan yang muncul di
jaringan internet yang menghubungkan individu
internet. Isu kajian yang juga mengemuka adalah
hingga pemerintahan ke tingkat global telah
membandingkan hal-hal yang dilakukan oleh para
mengubah bentuk komunikasi ke dalam platform
pemain raksasa seperti Google, Facebook, Twitter,
baru, yang
dll
peristiwa
mampu
berakhirnya
Semua
tersebut,
memobilisasi
orang
dan
menggerakan berbagai bentuk protes.
dalam
melakukan
kontrol
terhadap
para
penggunanya. Dalam konteks ini, tren kajian yang
Peningkatan interkoneksi antar negara, orang,
mengemuka adalah mengkaji keseimbangan antara
dan informasi menjadi tantangan terhadap konsep
43
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 20 No.1 Juni 2016: 33-48
kewenangan prerogatif negara dan kebebasan media
Penelitian David T. Hill dan Krishna Sen
outlet.
tentang media di Indonesia (Sen & Hill, 2001)
C. Tren Isu-Isu Penelitian Kajian Media Di
merupakan penelitian yang sangat banyak
Indonesia
dikutip, karena meliputi dinamika yang sangat
Kajian tentang Kebijakan dan Media di
luas tentang pers, media arus utama, dan
Indonesia telah banyak dilakukan baik oleh peneliti
kebudayaan populer di Indonesia selama Orde
akademisi, praktisi secara independen maupun
Baru. Pada masa itu sangat sulit untuk
peneliti yang bekerja di bawah sponsor lembaga
melakukan penelitian tentang hukum dan
swadaya
kebijakan media secara komprehensif. David T
masyarakat.
Kajian-kajian
tersebut
menggunakan berbagai perspektif, seperti dari
Hill merupakan seorang akademisi ahli tentang
perspektif ekonomi, politik, perspektif hukum,
kajian Indonesia dan Asis Tenggara asal
perspektif budaya, maupun campuran dari berbagai
Australia.
perspektif. Gabungan perspektif ekonomi politik
Memetakan Kebijakan Media di Indonesia.
bahkan telah menjadi tradisi tersendiri sebagai kajian
Riset ini menelaah kebijakan media di Indonesia
ekonomi politik media.
Sebagian dari kajian tersebut menyoroti satu
dan mengkaji dampaknya terhadap berbagai
bidang saja, seperti Nawiroh Vera yang melakukan
bentuk media dan warga negara serta hak-
tinjauan Ekonomi Politik Regulasi Media terhadap
haknya, terutama yang berkaitan dengan hak
Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan
mereka atas media. Dalam penelitian ini, hak
Pornoaksi (saat ini telah menjadi Undang-Undang).
semacam
Sebagian yang lain menyoroti sistem regulasi pada
mengakses media, mengakses informasi yang
satu periode, seperti pada masa orde baru, atau pada
itu
mengacu
pada
hak
untuk
terpercaya dan konten yang berkualitas, dan
masa setelah orde baru. Ada pula lembaga kajian
berpartisipasi
yang memang mengkhususkan diri pada pemantauan
dalam
proses
pembuatan
kebijakan media. Riset ini menelusuri secara
media dan kebijakan tentang media seperti Remotivi.
historis arah hukum dan kebijakan media di
Kajian-kajian yang menggunakan perspektif
ekonomi politik pada umumnya memberikan kritik
Indonesia sepanjang sejarah Indonesia Merdeka
terhadap bagian-bagian tertentu dari sistem hukum
serta menelusuri berbagai faktor penghambat
dan kebijakan media di Indonesia, sesuai objek dan
pemenuhan
tujuan kajian masing-masing.
memperoleh akses bermedia (Nugroho, et al.,
Diantara cukup banyak kajian tersebut,
hak
warga
negara
dalam
2012)
beberapa penelitian dilakukan dengan penelusuran
Freedom Institute dan FNS meluncurkan
sejarah yang lengkap, melingkupi berbagai faktor
studi berjudul Ensuring the Law and Civil
yang memengaruhi sistem kebijakan hukum dan
Rights: Press, Film and Publishing (2010).
media seperti faktor sosial, ekonomi, politik, kultur,
Penelitian gabungan ini merupakan contoh
bisnis, teknologi, dll.
44
Lingkup Regulasi Media Dalam Lanskap...
Pandan Yudhapramesti
penelitian yang menggunakan perspektif hak
a. Kasus perselisihan antara perusahaan dan
warga negara dalam mengamati perkembangan
pengemudi taksi reguler dengan perusahaan
terbaru media dan pers di Indonesia. Secara
dan pengemudi taksi atau ojek berbasis
khusus, penelitian ini mendiskusikan hak warga
aplikasi on line seperti Gojek.
b. Pemblokiran netflix serta kewajiban sensor
negara dalam ruang lingkup pers, film, dan
film oleh Lembaga Sensor Film terhadap
literatur (Nugroho, et al., 2012).
film-film keluaran Netflix padahal servernya
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) juga
berada di Amerika Serikat.
menerbitkan laporan tahunan mengenai kondisi
pers dan institusi media di Indonesia, serta
c. Pemblokiran Vimeo dan Tumblr karena
pemenuhan hak masyarakat atas kebebasan
dianggap menyebarkan konten pornografi.
berekspresi.
Pemblokiran ini cukup kontrovesial karena
Dalam
laporan
tahun
2015
seperti halnya media sosial lain, misalnya
misalnya, disebutkan bahwa :
Facebook atau Instagram, kehadiran konten
“Kabar baiknya adalah media di
Indonesia terus tumbuh mengikuti
perkembangan teknologi yang
mendorong
perubahan
besarbesaran dalam cara mengakses
informasi….Informasi semakin mudah dan murah didapat….Kabar
kurang
menggembirakannya,
teknologi ini menimbulkan kerentanan baru. Batas-batas kebebasan
masyarakat menyampaikan pendapat dipertanyakan. Ruang publik
yang muncul dari teknologi internet
hendak dibatasi melalui regulasi.
Undang-Undang Informatika dan
Transaksi Elektronik yang berlaku
sejak tahun 2008 sudah membuat
lebih dari 100 orang masuk tahanan
karena pendapat atau ekspresinya di
internet.
Pemerintah
melalui
Kementrian Komunikasi dan Informatika juga melakukan pemblokiran situs-situs meski UndangUndang tak eksplisit memerintahkan
pemblokiran” (Manan, 2015)
pornografi juga menyangkut manajemen
konten yang dilakukan oleh pemilik akun.
d. Ratusan pesawat televisi lokal rakitan
Kusrim warga Karanganyar Jawa Tengah
dimusnahkan karena dianggap melanggar
Undang-Undang dengan tidak menempuh
perizinan yang memberatkan bagi pengusaha
kecil dan menengah.
e. Belum ada regulasi yang memadai terkait
layanan Over-The-Top (OTT). Baru-baru ini
Menteri
Kominfo
mengeluarkan
Komunikasi
Surat
dan
memang
telah
Edaran
Menteri
Informatika
Republik
Indonesia Nomor 3 tahun 2016 tentang
Penyediaan Layanan Aplikasi dan/Atau
Konten Melalui Internet (Over The Top), 2016.
Dalam kasus Indonesia, kebijakan terkait
Edaran tersebut berisi antara lain ketentuan
pengelolaan informasi, komunikasi, dan media
tentang (1) Penyedia Layanan Over the Top
dalam lanskap digital dan global masih kurang
berbentuk perorangan Warga Negara Indonesia,
adaptif. Akibatnya, berbagai persoalan dan
atau badan usaha Indonesia yang berbadan
konflik muncul, seperti :
hukum maupun tidak berbadan hukum; (2)
45
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 20 No.1 Juni 2016: 33-48
Selain penyedia Layanan Over the Top, layanan
pendekatan system thinking dari Peter Senge. Dalam
Over the Top dapat disediakan oleh perorangan
perspektif ini system dinyatakan sebagai grup dari
atau badan usaha asing dengan ketentuan
interaksi, keterkaitan, atau antar ketergantungan
wajib mendirikan. (3) Bentuk Usaha Tetap
komponen yang diformulasikan secara kompleks dan
(BUT) di Indonesia. Bentuk Usaha Tetap
menyatu (Anderson & Johnson, 1997). Terdapat
didirikan
berdasarkan
pada
beberapa kemiripan antara sibernetika dan system
ketentuan
thinking, yaitu dengan menggambarkan dinamika
peraturan perundang-undangan di bidang
persoalan melalui pemodelan causal loop diagram.
perpajakan.
Pemodelan dengan cara ini mengidentifikasi unsur-
Namun demikian, banyak pihak merasa
unsur manusia maupun non manusia dan memetakan
kebijakan dalam bentuk surat edaran menteri
hubungan atau keterkaitan diantara unsur-unsur
belum memadai untuk menyelesaikan berbagai
tersebut. Melalui cara pemodelan ini akan dapat
persoalan terkait informasi, komunikasi, dan
diketahui aspek mengapa dan bagaimana sebuah
media dalam lanskap digital dan global. Kondisi
fenomena terjadi. Dengan mengetahui struktur atau
ini juga menunjukkan pentingnya kajian regulasi
cara kerja sistem, termasuk sistem sosial, pemodelan
media diarahkan pada aspek menemukan
juga dapat mengkaji intervensi tindakan atau
berbagai persoalan yang telah dan mungkin akan
kebijakan yang dapat dilakukan agar sistem berjalan
timbul
sebagaimana yang diharapkan. Kebijakan yang
akibat
kekosongan
regulasi
atau
dihasilkan juga dapat lebih membumi atau sesuai
ketidaktepatan regulasi, serta upaya untuk
dengan karakter sistem, atau katakanlah dalam
menemukan gagasan solutif untuk mengatasi
sebuah sistem sosial akan sesuai karakter perilaku
berbagai persoalan tersebut.
masyarakat.
D. Metode Alternatif dalam Kajian Media
2. Menggunakan Analisis Pemetaan
Selain melanjutkan tradisi riset yang telah
Personal dan Komparasi
banyak dilakukan, terbuka peluang untuk melakukan
Analisis komparasi memiliki beberapa manfaat,
pengembangan kajian hukum dan kebijakan media.
yaitu : 1. memahami makna historis dan budaya, 2.
Berikut beberapa gagasan mengenai pengembangan
kegunaan praktis komersial, 3. bantuan legislasi
kajian hukum dan kebijakan media :
untuk
1. Kajian Kebijakan Media dari Perspektif
para
penentu
kebijakan,
serta
4.
penggunaannya untuk hukum internasional.
Sistem
Terdapat empat cara memodelkan dalam kajian
komparasi hukum dan kebijakan media (Verhulst &
Dalam tradisi penelitian ilmu komunikasi, Litte
Price, 2013), yaitu :
John menyatakan terdapat tujuh tradisi (John & Foss,
1.
2009), satu diantaranya adalah perspektif sistem.
Paradigma Kesatuan dan Keanekaragaman
Perspektif ini dikenal juga dengan pendekatan
(uniformity and diversity). Globalisasi
sibernetika. Selain sibernetika, kajian media dari
telah menciptakan pasar bebas. Kondisi ini
perspektif sistem juga dapat dilakukan dengan
menyebabkan arah hukum dan kebijakan
46
Lingkup Regulasi Media Dalam Lanskap...
Pandan Yudhapramesti
mediapun
menjadi
karena
adaptasi. Kajian komparasi tentang hal ini
diarahkan oleh kepentingan pasar bebas.
melihat bagaimana sebuah sistem hukum
Meski
dikaji
dan kebijakan yang pernah sukses di
ketahanan tradisi sosial dan kultural yang
sebuah negara dapat dijadikan contoh oleh
dimiliki oleh kelompok-kelompok tertentu.
negara lainnya.
demikian,
Kemampuan
seragam
tetap
mereka
perlu
bertahan
dan
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
kompromi terhadap kondisi keseragaman
menjadi
hal
yang
penting
Persoalan menyangkut hukum dan kebijakan
untuk
media terus berkembang, mengingat berbagai
dibandingkan dan dikaji. Kajian komparasi
perubahan dan perkembangan mendasar terjadi
tentang hal ini fokus pada manfaat dan
keterbatasan
keseragaman
dalam peta persoalan di bidang informasi dan media.
dan
Para pemain baru yang sebelumnya tidak ada atau
keberagaman, dari justifikasi terhadap
kesatuan
(uniformity)
menjadi
tidak diperhitungkan dalam bisnis media, seperti
kajian
operator telekomunikasi, perusahaan penyedia jasa
tentang keunikan dan variasi diantara
aplikasi, dll,
keseragaman (homogenity).
2.
pemegang
Retorika dan Realitas (Antara retorika dan
kenyataan).
Kajian
jenis
penting
dalam
aktivitas
aktivitas pertukaran informasi ini terjadi lintas negara
atau dalam tingkat global sehingga perlu dilakukan
citakan dengan kondisi yang ada, untuk
kajian dalam level antar pemerintahan atau antar
menciptakan pemahaman yang lebih baik
negara. Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa kajian
agar dapat menuju kondisi yang dicita-
hukum dan kebijakan media semakin penting untuk
citakan.
Metaphor
peranan
pertukaran informasi dan akses bermedia. Selain itu,
ini
membandingkan hal-hal ideal yang dicita-
3.
kini muncul dan bahkan menjadi
terus dilakukan dengan mengembangkan berbagai
dan
menjelaskan
Model.
tataran
Teknik
konsep
ini
pendekatan baru.
dengan
menggunakan metafora untuk menjelaskan
DAFTAR PUSTAKA
sebuah fenomena secara sederhana, seperti
menggunakan
superhighway”,
metafora
“
“information
cyberspace”,
Anderson, V. & Johnson, L., 1997. System Thinking
Basics : From Concepts to Causal Loop.
s.l.:Pegasus Communication Inc.
atau
“killer applications”. Metafora membantu
Anon., 2014. Press Room. [Online] Available at:
http://www.nielsen.com/id/en/pressroom/2014/nielsen-konsumsi-media-lebihtinggi-di-luar-jawa.html
[Accessed 02 03 2016].
periset membuat peta jalan atau hubungan.
4.
Transfer dan ekskusi. Hal mendasar dari
bentuk kajian ini adalah bahwa proses
penyebaran atau difusi dari gagasan atau
ide tentang hukum dan kebijakan adalah
Anon., 2016. Surat Edaran Menteri Komunikasi dan
Informatika Republik Indonesia Nomor 3 tahun
2016 tentang Penyediaan Layanan Aplikasi
dan/Atau Konten Melalui Internet (Over The
melalui proses penjelasan dengan meniru
(immitation), menjiplak (copying) dan
47
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 20 No.1 Juni 2016: 33-48
Sen, K. & Hill, D. T., 2001. Media, Budaya, dan
Politik di Indonesia. s.l.:Institut Studi Arus
Informasi dan PT Media Lintas Inti Nusantara.
Top). s.l.:s.n.
Baran, S. J., 2014. Introduction to Mass
Communication, Media Literacy and Culture.
s.l.:McGraw Hill Companies.
Short, J. E., 2015. [Online] Available at:
http://www.marshall.usc.edu/faculty/centers/ct
m/research/how-much-media
[Accessed 02 03 2016].
Bulck, H. v. d., 2013. Tracing media policy
decisions : of stakeholders, networks and
advocacy coalitions. In: M. E. Price, S. G.
Verhulst & L. Morgan, eds. Routledge
Handbook of Media Law. s.l.:Routledge, pp.
17-34.
Sreberny, A., 2005. Society, Culture, and Media :
Thinking Comparatively. In: J. D. Downing,
ed. The Sage Handbook of Media Studies.
s.l.:Sage.
Duff
Pandan Yudhapramesti
LINGKUP REGULASI MEDIA DALAM LANSKAP GLOBAL
THE SCOPE OF REGULATION IN THE MEDIA GLOBAL LANSCAPE
Pandan Yudhapramesti
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran
Jalan Raya Jatinangor Sumedang KM 21 Jawa Barat, Indonesia. Telp.022 7796954. Hp. 082117983165
Email: pandanpramesti@gmail.com
diterima: 8 Mei 2016 | direvisi: 18 Juni 2016 | disetujui: 20 Juni 2016
ABSRACT
The use of media in a variety of platforms, continues to increase globally. As it is, many problems arise, such
as the increase in cyber crime, the number of lawsuits as well as an increase in people who are subject to the
penalties for actions in the cyber world. This paper is the result of literature research on the study of media
regulation trends. The focus of research aimed at: a) Current issues related to media policy in the global
landscape, b) Trends on research issues of media studies, and c) an alternative method in the study of media
regulation. The focus of research directed its relevance to the context of Indonesia. The study concluded that
study of media regulation should aim to understand the current issues in the media, including efforts to find
ideas solutif due to the development of a multi-dimensional global landscape, as well as issues that arise as a
result of the user interaction media between the state and the nations. Trends issue generally highlighted are:
1) The policy of media, freedom of expression and citizenship, 2) media policy and institutional design, 3)
media policy and the state media, as well as 4) the problems arising from the transformation of technology
and global interactions. Recent developments in the media and global digital landscape has prompted
numerous new problems, thus demanding the emergence of alternative methods, such as method of comparison
or comparative studies and policy analysis method is based on a system perspective.
Keywords: Media Studies, Media Policy, The Digital Era, Global Era
ABSTRAK
Penggunaan media dalam berbagai platform, terus meningkat secara global. Seiring hal tersebut, berbagai
masalah muncul, seperti peningkatan kejahatan siber, jumlah tuntutan hukum serta peningkatan orang yang
dikenai hukuman akibat tindakan di dunia siber. Makalah ini merupakan hasil penelitian kepustakaan
mengenai tren kajian regulasi media. Fokus penelitian diarahkan pada: a) persoalan-persoalan mutakhir terkait
kebijakan media dalam lanskap global, b) Tren tentang isu-isu penelitian kajian media, serta c) Metode
alternatif dalam kajian regulasi media. Fokus penelitian diarahkan relevansinya kepada konteks Indonesia.
Kajian ini menyimpulkan bahwa, kajian regulasi media perlu diarahkan untuk memahami persoalan mutakhir
pada media, termasuk upaya menemukan gagasan solutif akibat perkembangan multi dimensi dalam lanskap
global, serta persoalan yang muncul akibat interaksi pengguna media antar negara dan bangsa. Tren isu yang
umumnya disoroti adalah: 1) Kebijakan media, kebebasan berekspresi (freedom of expression) dan citizenship,
2) kebijakan media dan desain institusional, 3) Kebijakan media dan media pemerintah, serta 4) masalahmasalah yang muncul akibat transformasi teknologi dan interaksi global. Perkembangan mutakhir media dalam
lanskap digital dan global telah memunculkan berbagai persoalan baru, sehingga menuntut lahirnya metodemetode alternatif, seperti metode perbandingan atau studi komparasi serta metode analisis kebijakan
berdasarkan perspektif sistem.
Kata kunci: Kajian Media, Kebijakan Media, Era Digital, Era Global
33
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 20 No.1 Juni 2016: 33-48
PENDAHULUAN
kota di Jawa bila dibandingkan dengan kota-kota di
Penggunaan media dalam berbagai platform,
luar Jawa. Konsumsi media Televisi lebih tinggi di
baik media konvensional, maupun media baru yang
luar Jawa (97%), disusul oleh Radio (37%), Internet
berbasis internet, terus meningkat secara global.
(32%), Koran (26%), Bioskop (11%), Tabloid (9%)
Sebagai contoh di Amerika Serikat, pada tahun 2015,
dan Majalah (5%). Sementara itu, di Jawa hanya
diperkirakan
konsumsi Internet yang sedikit lebih tinggi yaitu
I.
bahwa
setiap
orang
Amerika
mengonsumsi media tradisional dan digital rata-rata
sebanyak
lebih dari 15,5 jam per hari. Berdasarkan penelusuran
penggunaan media ini mengalami pertumbuhan
yang dilakukan terhadap lebih dari 30 sumber data
tertinggi dalam 4 tahun terakhir, hingga mencapai
yang berbeda (Short, 2015), jumlah data yang
dua kali lipat baik di Jawa maupun luar Jawa.
diantarkan oleh berbagai media tersebut rata-rata
Pertumbuhan konsumsi internet melalui akses
lebih dari 8,75 zettabytes per hari atau jika dihitung
bergerak (mobile ) seperti telepon genggam dan wi-fi
per orang maka jumlah data yang diantarkan 74 giga
lebih tinggi di Jawa yaitu lima kali lipat,
bites per orang per hari, setara dengan jumlah data
dibandingkan di luar Jawa yang hanya mencapai tiga
yang muat dalam 9 DVD. Zettabites setara dengan
kali lipat (Anon., 2014). Nielsen hanya melakukan
sejuta juta gigabites. Jumlah
merupakan
survei di sepuluh kota besar di Jakarta, sehingga
tahun-tahun
belum dapat dikatakan bahwa hasil surveynya
peningkatan
dibandingkan
ini
dengan
34%.
Khusus
mengenai
Internet,
mewakili kondisi nasional. Namun demikian, data
sebelumnya.
Riset konsumsi media di Indonesia memang
Nielsen memberikan gambaran tingkat interaksi
masih bersifat parsial. Namun berbagai hasil riset
media dan masyarakat Indonesia di sepuluh kota
tersebut menunjukkan bahwa tren peningkatan
besar yang disurvey.
penggunaan media juga terjadi di Indonesia. Menurut
Tren peningkatan penggunaan media tidak
data Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2012, rata-
hanya terjadi di Amerika Serikat atau negara
rata waktu yang dihabiskan anak-anak Indonesia saat
maju lainnya, namun terjadi di berbagai negara,
menonton siaran televisi setiap harinya mencapai 5
terutama untuk media berbasis internet. Itu
jam bahkan lebih, sedangkan negara ASEAN lain
sebabnya era ini disebut era informasi. Pada era
hanya 2 sampai 3 jam dalam sehari (RG, 2012).
ini, masyarakat pengguna media tidak hanya
Sementar menurut Nielsen Media Research
menjadi konsumen media, namun juga secara
(NMR), secara keseluruhan, konsumsi media di kota-
aktif dapat menjadi produsen media, atau
kota baik di Jawa maupun Luar Jawa menunjukkan
biasanya diberi istilah prosumer.
bahwa televisi masih menjadi medium utama yang
Seiring dengan tren peningkatan tersebut,
dikonsumsi masyarakat Indonesia (95%), disusul
oleh Internet (33%), Radio (20%), Suratkabar (12%),
berbagai masalah juga muncul. Secara klasik
Tabloid (6%) dan Majalah (5%). Namun ketika
masalah yang biasanya muncul adalah 1)
dilihat lebih lanjut, ternyata terdapat perbedaan yang
pemenuhan hak atas akses kepada informasi, 2)
sangat menarik antara pola konsumsi media di kota-
batas-batas
34
kewajaran
penggunaan
hak
Lingkup Regulasi Media Dalam Lanskap...
Pandan Yudhapramesti
kebebasan
berekspresi,
berserikat,
dan
II. METODE PENELITIAN
berkumpul dalam menggunakan media, serta 3)
Makalah
ini
merupakan
hasil
penelitian
masalah-masalah yang muncul akibat interaksi
kepustakaan dengan pendekatan kualitatif, terkait
global yang melintasi batas negara. Kasus-kasus
tren tentang kajian regulasi media. Sumber data yang
pembatasan atau pengingkaran terhadap poin
digunakan mencakup berbagai hasil penelitian
satu dan dua terus bermunculan. Kasus
tentang kajian regulasi media yang dapat ditelusuri
secara on line, baik berupa kajian praktis dalam
kejahatan siber serta tuntutan hukum akibat
bentuk jurnal, laporan penelitian, maupun buku, serta
tindakan dalam dunia siber juga meningkat.
kajian akademik dalam bentuk jurnal maupun buku;
Sementara untuk poin ke tiga, perbedaan
buku bahan ajar dan buku lainnya; serta sumber data
peraturan atau regulasi media di setiap negara
menyebabkan
kesulitan
penanganan
dalam jaringan (on line) yang relevan dengan topik
untuk
kajian media. Penelitian dilakukan pada awal hingga
persoalan-persoalan yang timbul akibat interaksi
pertengahan tahun 2016.
antar negara. Setiap negara bisa jadi memiliki
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
kebijakan media berbeda. Misalnya batasan
Kebijakan (Policy) adalah ketetapan atau
tentang konten pornografi atau kebebasan
langkah atau tindakan yang telah disetujui atau
menyampaikan kritik, berbeda antara satu
digariskan tapi tidak harus dijadikan sebagai suatu
negara dengan negara lain. Padahal interaksi
peraturan. Kebijakan itu making a climate : langkah-
pengguna media sudah melintasi batas-batas
langkah untuk membuat sebuah iklim/kondisi shg
negara. Akibatnya, banyak hal belum diatur
strategi
manakala terjadi masalah yang muncul akibat
Instrumennya adalah peraturan. Langkah-langkah
interaksi antar negara. Itu sebabnya isu tentang
tersebut adalah: Membuat pernyataan (statement);
regulasi serta kebijakan media tetap menjadi hal
Membuat aturan. Policy instrument atau instrumen
penelitian
diarahkan
pada:
berjalan
menuju
tujuannya.
kebijakan adalah peraturan, Undang-Undang dan
yang penting dan relevan untuk selalu dikaji.
Fokus
bisa
turunannya, peraturan (Regulation) adalah kebijakan
a)
yang disetujui dan ditetapkan dalam bentuk
persoalan-persoalan mutakhir terkait kebijakan
peraturan.
media dalam lanskap digital, b) Tren tentang isu-
A. Sistem Media di Berbagai Negara,
isu penelitian kajian media, serta c) Metode
Berbagai Perbedaan, dan Dampaknya :
alternatif dalam kajian media. Seluruh elemen
Aneka Persoalan terkait Kebijakan
dalam fokus penelitian diarahkan relevansinya
Media dalam Lanskap Global
kepada persoalan-persoalan yang dihadapi dan
Sistem
harus diatasi di Indonesia.
media
massa
berbagai
negara
mencerminkan keberagaman tingkat perkembangan
dan kesejahteraan, nilai dan sistem politik mereka
(Baran, 2014). Sering kali geografi sebuah negara
35
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 20 No.1 Juni 2016: 33-48
juga
memengaruhi jenis sistem media
yang
kebebasan yang dilakukan dengan penuh tanggung
dianutnya serta akses masyarakat terhadap media.
jawab.
Sebagai contoh, penduduk Amerika yang sejahtera
Gagasan Siebert tentang pengategorian teori
cenderung tinggal di rumah yang berukuran lebih
pers ke dalam empat kelompok mendapat dukungan
luas dibandingkan masyarakat di berbagai negara
sekaligus kritik. Ada pula pihak-pihak yang
lain. Hingga tahun 90 an, tiap penduduk Amerika
mengembangkan empat kategori tersebut
memiliki dua radio dan satu televisi untuk satu orang.
menemukan bentuk-bentuk baru. Karena pada
Australia adalah negara makmur yang sangat luas.
prakteknya hampir setiap negara mengembangkan
Banyak penduduknya tinggal di daeah terpencil di
sistem medianya sendiri. Sebagai contoh, China yang
negara benua ini. Di sana, setiap penduduk juga
dikategorikan sama dengan Uni Soviet sebagai
memiliki lebih dari satu radio, tetapi hanya satu
sesama
televisi untuk setiap orang. Lain lagi di Uganda. Di
mengembangkan sistem medianya sendiri. Apalagi
negara Afrika yang sedang berkembang ini, banyak
Soviet telah bubar sebelum era internet ada,
warganya yang hampir tidak memiliki televisi,
sedangkan China hingga kini masih tetap eksis
bahkan radio. Sementara negara lainnya, negara
sebagai salah satu negara besar termasuk dalam
padang pasir Oman yang kaya akan minyak, pada
sistem politik, ekonomi, dan tentu saja sistem
tahun 90 an tercatat hanya 1 dari 11 orang yang
medianya sendiri.
komunis
misalnya,
serta
sesungguhnya
memiliki saluran telepon, namun ada satu televisi
Banyak negara berkembang dikategorikan
untuk setiap dua orang. Kondisi ini terjadi karena
sebagai negara yang termasuk kelompok otoritarian.
secara geografis daerah-daerah di Oman cukup
Indonesia yang pada masa orde baru sering mengakui
berbahaya sehingga menyulitkan pembangunan dan
memiliki sistem pers tanggung jawab sosial, pada sisi
pemeliharaan jaringan telepon.
lain sering dikategorikan ke dalam sistem otoritarian
Momen penting dalam perkembangan teori
karena berbagai pembatasan terkait pengelolaan
mengenai media (waktu itu masih “era” surat kabar)
media dan kebebasan berekspresi. Setelah terlepas
terjadi melalui publikasi buku teks kecil karya
dari masa orde baru yang penuh pengekangan,
Siebert
1956
Indonesia justru menghadapi persoalan bumerang
(McQuail, 2005). Dalam buku tersebut, Siebert
kekebasan, sesuatu yang dulu sangat dirindukan pada
mengategorikan sistem pers ke dalam empat bentuk,
masa-masa terkekang.
dan
kawan-kawan
pada
tahun
yaitu otoritarian, libertarian, komunis, dan tanggung
Pada tahap ini, muncul dua kutub kritik tentang
jawab sosial. Secara sederhana keempat teori pers
kebebasan dalam bermedia. Pertama, pada negara
tersebut dijabarkan menjadi : otoriarian adalah sistem
yang menganut sistem yang membatasi kebebasan,
pers yang sangat ketat dengan kontrol, libertarian
isu utamanya adalah kritik terhadap keterbatasan
identik dengan kebebasan, komunis identik dengan
bermedia. Kedua, pada negara yang menganut sistem
Soviet (yang telah bubas), serta tanggung jawab
memberi jaminan pemenuhan kebutuhan hak atas
sosial sebagai konsep yang dianggap “ideal namun
kebebasan.
sulit dilakukan” karena merupakan kombinasi dari
36
Lingkup Regulasi Media Dalam Lanskap...
Pandan Yudhapramesti
Bermedia adalah hak mendasar setiap orang,
dan berserikat. Pada perkembangannya kemudian,
bagian dari freedom of expression dan freedom of
secara historis, reformasi 1998 merupakan titik balik
experience.
pengekangan
dan dianggap sebagai landasan utama dalam upaya
terhadap hak dasar tersebut. Memang perlu dikaji
memastikan hak-hak warga negara atas media.
kembali apakah kritik ini datang dari dalam, untuk
Setelah itu, muncul amandemen UUD 1945 dan UU
mengukur apakah masyarakat sudah menyadari
Hak Asasi Manusia No. 39/1999 yang menjamin hak
bahwa mereka mengalami pengekangan, atau justru
atas informasi dan media bagi warga.
Pembatasan
berarti
datang dari luar, dari para peneliti atau kritikus yang
Pada negara yang sudah menganut sistem yang
memandang kebebasan dari versi mereka sendiri.
menjamin kebebasan, kritik utamanya
adalah
Gagasan pemenuhan hak atas kebebasan ini
bumerang dari kebebasan. Sebagai contoh, sebagai
telah diakui dalam dokumen Pernyataan Umum
pemenuhan dari jaminan kebebasan, maka negara
tentang Hak-Hak Asasi Manusia atau dalam Bahasa
meniadakan sistem kontrol terhadap isi media dan
Inggris
Universal
menyerahkan kontrol kepada pengelola media atau
Declaration of Human Rights, yang dideklarasikan
biasa dinamakan self regulation. Sayangnya, self
oleh
1948.
regulation tidak jarang diselewengkan menjadi
yang
pemenuhan kepentingan ekonomi politik pemilik
menggarisbesarkan pandangan Majelis Umum PBB
media. Untuk mencegah penyalahgunaan kebebasan
tentang jaminan hak-hak asasi manusia (HAM)
maka negara memberi sejumlah aturan. Hal-hal yang
kepada
diatur adalah:
diterjemahkan
Persatuan
Pernyataan
ini
semua
menjadi
Bangsa-Bangsa
terdiri
orang.
atas
tahun
30
Sebanyak
pasal
48
negara
menyetujui dokumen tersebut dan delapan negara
a. Memberikan jaminan kebebasan untuk setiap
yaitu blok Soviet, negara-negara Arab, serta Afrika
warga negara mendirikan dan mengelola media.
Selatan menyatakan diri abstain.
Perizinan khusus dilakukan kepada media
Negara-negara yang menyepakati, memiliki
perangkat
hukum
tersendiri
yang
penyiaran televisi dan radio siaran karena
menjamin
keduanya menggunakan frekuensi yang sifatnya
pemenuhan kebutuhan hak dasar kemanusiaan
terbatas.
tersebut. Amerika Serikat mempunyai dokumen Bill
b. Memberikan peran dan fungsi kontrol kepada
of Right nama untuk sepuluh amandemen pertama
pengelola media atau self regulation.
terhadap Konstitusi Amerika Serikat yang dibuat
c. Jaminan
perlindungan
kepentingan
publik.
pada tahun 1789 dan berlaku sebagai Amandemen
Publik yang dilindungi terutama anak-anak,
Konstitusional
kaum berkebutuhan khusus dan kaum minoritas
pada
15
Desember
1791.
Amandemen ini dibuat untuk melindungi hak-hak
yang
asli dari kebebasan dan harta benda. Perancis
Perlindungan ini diwujudkan dalam pengaturan
memiliki Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga
konten yang memenuhi kriteria tertentu agar
Negara. Indonesia
menjamin pemenuhan hak
aman diakses oleh kelompok-kelompok yang
tersebut melalui pasal 28 Undang-Undang Dasar
harus dilindungi. Pada umumnya pengaturan
1945 tentang kebebasan berpendapat, berkumpul,
konten
37
memiliki
tersebut
berbagai
mencakup
keterbatasan.
pencegahan
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 20 No.1 Juni 2016: 33-48
terjadinya muatan pornografi, kekerasan, fitnah
adalah aturan perilaku atau prinsip moral yang
(defamation), fitnah lisan (slander), fitnah
memandu tindakan kita dalam situasi tertentu.
tertulis (libel); ujaran kebencian (hate speech),
Penerapan etika hampir selalu melibatkan pencarian
penguntitan siber (cyberstalking), hak cipta
jawaban yang paling bisa dipertahankan secara moral
dalam internet (Mirabito & Morgenstern, 2004).
terhadap masalah yang tidak memiliki jawaban yang
Terkait ujaran kebencian, sampai saat ini, belum
benar atau terbaik. Seperti dikatakan Baran (2014),
ada pengertian atau definisi secara hukum mengenai
persoalan-persoalan yang biasanya muncul terutama
apa yang disebut ujaran kebencian atau hate speech
adalah konflik kepentingan menyangkut :
dan pencemaran nama baik dalam bahasa Indonesia.
a. Apakah
media
mampu
menyampaikan
Hampir semua negara di seluruh Dunia mempunyai
kebenaran dan kejujuran secara utuh mengingat
undang-undang yang mengatur tentang hate speech.
media melakukan framing terhadap isu tertentu.
Contohnya adalah Inggris, pada saat munculnya
b. Penghormatan terhadap privasi baik bagi figur
Public Order Act 1986 menyatakan bahwa suatu
publik maupun orang-orang biasa yang menjadi
perbuatan dikategorikan sebagai tindakan kriminal
tokoh berita
adalah ketika seseorang melakukan perbuatan
c. Kerahasiaan
“mengancam, menghina, dan melecehkan baik dalam
nara
sumber
karena
alasan
keamanan
perkataan maupun perbuatan” terhadap “warna kulit,
d. Konflik kepentingan antara pribadi media dan
ras, kewarganegaraan, atau etnis”. Di Brazil, negara
kepentingan publik
mempunyai konstitusi yang melarang munculnya
e. Konflik antara keharusan mencari keuntungan
atau berkembangnya propaganda negatif terhadap
sebagai sebuah perusahaan dan tanggung jawab
agama, ras, kecurigaan antarkelas, dll. Di Turki,
sosial
seseorang akan divonis penjara selama satu sampai
f.
Etika tentang konten yang ofensif
tiga tahun apabila melakukan penghasutan terhadap
Untuk membantu para praktisi dalam penalaran
seseorang yang membuat kebencian dan permusuhan
moralnya, kelompok profesional media, di Indonesia
dalam basis kelas, agama, ras, sekte, atau daerah. Di
seperti Persatuan Wartawan Indonesia (PWI),
Jerman, ada hukum tertentu yang memperbolehkan
ALiansi Jurnalis Indonesia (AJI), Ikatan Jurnalis
korban dari pembinasaan untuk melakukan tindak
Televisi Indonesia (IJTI), dll, yang diwadahi oleh
hukum terhadap siapapun yang manyangkal bahwa
Dewan Pers telah menerbitkan kode formal dan
pembinasaan itu terjadi. Di Kanada, Piagam Kanada
standar-standar etika tingkah laku berupa Kode Etik
untuk hak dan kebebasan (Canadian Charter of
Wartawan Indonesia. Bagi sebagian orang, kode etik
Rights and Freedoms) menjamin dalam kebebasan
merupakan bagian penting dari sebuah profesi,
berekspresi namun dengan ketentuan-ketentuan
namun bagi sebagian yang lain, hal tersebut tidak
tertentu agar tidak terjadi penghasutan.
lebih dari sekumpulan gagasan klise yang tidak dapat
Selain hal-hal yang dimuat dalam regulasi atau
diterapkan.
kebijakan, masih ada beberapa hal yang biasanya
Tentu saja secara spesifik setiap negara
mengundang perdebatan menyangkut etika. Etika
memiliki peraturan yang khas dan berbeda satu sama
38
Lingkup Regulasi Media Dalam Lanskap...
Pandan Yudhapramesti
lain, terkait kepentingan sosial, politik, ekonomi,
izin serta denda terhadap media, namun FCC tidak
kultural, serta idologi. Pada prakteknya, pada
mengatur konten media serta akses media.
umumnya negara juga memiliki sejumlah persoalan
Ada
tiga
bidang
regulasi
konten
yang
terkait sulitnya menemukan titik keseimbangan
pengawasannya menjadi tanggungjawab FCC. Yang
antara kebebasan dan tanggung jawab, yang sesuai
pertama adalah indecency (ketidakpatutan), yang di
dengan
setempat.
Amerika memiliki definisi yang berbeda dengan
Sejumlah peraturan dan kebijakan yang telah dibuat
obscenity (kecabulan). Namun demikian, pendekatan
serta implementasinya sering belum mampu untuk
yang dilakukan untuk memengaruhi konten media
menjaga
agar tidak menyiarkan kekerasan, alkohol, iklan dan
kepentingan
dan
nilai-nilai
titik keseimbangan
tersebut.
Seiring
berjalannya waktu, dinamika penggunaan media juga
ketidakpatutan,
telah melintasi batas-batas negara sehingga dalam
menentukan sendiri apa yang bisa dan tidak bisa
beberapa hal, regulasi yang ada di tingkat negara
diterima. Oleh karena itu, FCC akan berfungsi
tidak memadai lagi. Beberapa contoh kasus berikut
sebagai sebuah regulator isi media jika diminta oleh
menjelaskan
masyarakat luas.
masalah-masalah
yang
umumnya
dihadapi oleh berbagai negara dalam membangun
adalah
dengan
masyarakat
FCC pernah mewajibkan seluruh stasiun televisi
serta menjaga sistem dan regulasi media mereka.
untuk menyiarkan program anak-anak. Namun
1. Pertarungan Regulasi dan Deregulasi Media
kebijakan ini ditentang oleh National Association of
Broadcasters
di Amerika
memiliki
sejarah
panjang
tersebut melanggar hak ‘free-speech’ mereka. Kedua
lembaga ini terus berseteru dan berbeda pendapat
tanggung jawab itu tidak mudah dicarikan titik temu
atas konten siaran. Perselisihan atau tumpangtindih
dan diimplementasikan. Regulasi media di Amerika
regulasi antar lembaga sering kali berakhir di
Serikat mengikuti model libertarian. Keterlibatan
pusat
dalam
operasi
Penyiaran
Asosiasi ini berpendapat bahwa peraturan FCC
yang
memperlihatkan bahwa definisi kebebasan dan
pemerintah
Lembaga
Nasional), sebuah lembaga regulator industri.
Amerika Serikat sebagai penganut utama
kebebasan,
(Asosiasi
pengadilan dengan adanya keputusan pengadilan
sehari-hari
yang bersifat mengikat.
organisasi media sangat kecil. Berdasarkan filosofi
Dalam sejarahnya, FCC telah mengalami
libertarian, pendekatan yang dilakukan oleh badan
berbagai
pengelolaan penyiaran FCC (Federal Comucation
periode
dimana
kewenangannya
ditambahkan dan dikurangi. Kasus ini telah membuat
Commission) dalam mengatur regulasi media adalah
pemerintahan Reagan menyusun deregulasi di
dengan membiarkan terjadinya kompetisi di dalam
bidang media yang mengurangi peraturan pada
pasar komersial sehingga pasar inilah yang kemudian
program
akan mengatur diri mereka sendiri - khususnya dalam
anak-anak
berlebihan.
menyediakan konten media. Dengan kata lain, FCC
dan
Akibatnya,
komersialisasi
proses
perizinan
yang
dan
perpanjangannya menjadi jauh lebih sederhana dan
berharap bahwa sebagian besar regulasi haruslah
singkat.
berasal dari para pelaku media itu sendiri. FCC
Pertarungan
tentang
deregulasi
ini
berlangsung dalam kurun waktu cukup panjang,
memiliki kewenangan atas pemberian, pencabutan
39
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 20 No.1 Juni 2016: 33-48
melewati pemerintahan George Bush. Seperti
Pada tahun 2011 lalu negara-negara Arab
disebutkan Hickey (Baran, 2014), para pemimpin
mengalami gejolak. Kasus yang dikenal dengan
kongres dari Partai Republik dan Demokrat,
istilah Arab Spring ini diawali dengan kisah
kolumnis liberal dan konservatif, dan sejumlah
Mohamed Bouazizi, seorang penjual buah berusia 26
kelompok
beragam
tahun. Bouazizi yang tinggal di kota Sidi Bouzid
spektrum politik terus berkampanye menentang hasil
Tunisia, ingin meningkatkan usahanya dari berjualan
deregulasi, dengan mengatakan bahwa deregulasi
di gerobak menjadi menjadi kendaraan roda empat
adalah kosentrasi, konglomerasi, komersialisasi
sejenis
berlebihan, mengabaikan hak anak, dan menurunkan
membayar uang sogok ke tiga orang petugas pemda.
standard
Barang dagangan Bouazizi digaruk dan si penjual
kepentingan
kesopanan.
umum
dari
Kesulitan
dalam
pick
up.
Keluarganya
dipentung
penyiaran merupakan inti perdebatan mengenai
membakar dirinya dengan bensin dan korek api pada
deregulasi dan pelonggaran kepemilikan, serta
17 Desember 2010. Bouazizi mengalami luka bakar
peraturan lain untuk radio dan televisi (Baran, 2014).
90 persen dan meninggal pada 5 Januari 2011.
frustasi,
masyarakat Tunisia, yang telah lama memendam
Tidak banyak informasi atau literatur yg
amarah terhadap ketidakadilan dan kesewenang-
tersedia, terutama yg dibuat atau ditulis oleh ilmuwan
wenangan yang sering terjadi. Media massa swasta
dari negeri-negeri Arab sendiri, yang membahas
maupun pemerintah di Tunisia tidak memberitakan
bagaimana kondisi system pers dan sistem media di
kasus Bouazizi. Namun media sosial seperti
Arab memengaruhi aktivitas jurnalis-jurnalisnya.
Facebook, Twitter, dan Youtube menyediakan
Faktor penyebabnya adalah karena belum cukup
fasilitas
kuatnya tradisi riset akademik di bidang regulasi
ilmuwan
dari
untuk
para
aktivis
menyebarluaskan
informasi atas gerakan mereka. (Duffy, 2014). Di
media yang tumbuh pada ilmuwan dari negeri-negeri
sementara
yang
Kasus ini menimbulkan gejolak protes besar di
2. Kasus Arab Spring
sendiri,
Bouazizi
mampu
menyeimbangkan kepentingan publik dan kebebasan
Arab
petugas.
tidak
luar dugaan rezim yang tengah berkuasa, media
luar,
sosial
katakanlah dari barat mengalami kendala bahasa
digunakan
sebagai
sarana
baru untuk
menyebarluaskan gerakan sosial politik. Pembatasan
karena hukum media di negeri-negeri Arab disusun
kebebasan bermedia ternyata tidak lagi ampuh
dalam bahasa mereka sendiri tanpa terjemahan ke
menghadapi jaringan media yang kini terhubung
dalam Bahasa Inggris (Duffy, 2014). Jika dikaitkan
secara global.
dengan gagasan Siebert tentang teori pers, maka
3. Pembatasan Akses Media di China
negara-negara Arab pada umumnya menganut sistem
pers authoritarian, meski pada prakteknya terdapat
China adalah negara dengan sistem pers yang
variasi antara negara yang satu dengan negara yang
sering didefinisikan sebagai kombinasi antara
lain. Pemerintah melakukan kontrol yang ketat
komunis
terhadap isi dan pengelolaan media pemerintah
penundukan
maupun swasta.
pemerintah (Baran, 2014). Pembatasan media di
dan
otoritarian.
media
untuk
Keduanya
tujuan
meminta
melayani
China, termasuk pembatasan internet telah memaksa
40
Lingkup Regulasi Media Dalam Lanskap...
Pandan Yudhapramesti
perusahaan raksasa Amerika seperti Microsoft,
masing dan pengaruhnya dalam kebijakan media
Yahoo, Google, serta Cisco untuk mengubah jargon
(d’Haenens dan Brink, 2001, dalam Bulck). Kedua,
ideologi mereka tentang penghormatan terhadap
pertumbuhan bisnis media dan TIK telah mendorong
privasi dan kebebasan, demi untuk memperoleh izin
kemunculan pemain baru dalam bidang kebijakan
membuka usaha di China. Google telah memfilter
media. Para pemain baru ini memiliki kekuatan untuk
internet search engine mereka, sehingga pencarian
mengarahkan kebijakan media. Para pemain baru ini
kata kunci Tianamen hanya akan memunculkan foto
mengarahkan,
pariwisata yang indah tentang Tianamen. Yahoo
hegemoni (Freedman, 2005, dalam Bulck) terhadap
pernah membocorkan identitas pengirim email
konten atau jenis pelayanan yang ditawarkan.
menentukan,
bahkan
melakukan
anonim yang menyebarkan pesan kritik terhadap
Ketiga, lanskap politik media telah berevolusi.
penguasa. Akibatnya, para pengirim email tersebut
Kebijakan media tidak lagi terbatas pada satu lokus
memperoleh hukuman antara empat hingga sepuluh
politik pengambilan keputusan. Selain melibatkan
tahun penjara.
pertimbangan bisnis, sosial, politik, kultural, dan
Namun,
keterampilan
nilai-nilai setempat, kebijakan media kini telah
masyarakat China pun berkembang terus sehingga
berada pada level kebijakan antar negara. Di Eropa,
kini mereka mulai terampil menggunakan server-
level kebijakan antar negara di bidang media selama
server di luar China dengan menggunakan akun
ini telah dikoordinir oleh Uni Eropa. Hasilnya adalah
anonim. Hingga menjadi perdebatan bahwa pada
homogenisasi hukum dan kebijakan media pada
akhirnya
dilakukan
negara-negara yang berada dalam arahan Uni Eropa
perusahaan raksasa Amerika tersebut mendatangkan
(Bulck, 2013). Kondisi ini menyebabkan penetapan
manfaat bagi masyarakat China. Syarat yang
hukum dan kebijakan media sangat rentan dengan
diberikan
seluruh
lobby dari para pemangku kepentingan media yang
investor/pebisnis dari luar China yang ingin
menekan pemerintahan negara-negara partisipan
berinvestasi dibidang TIK, tidak lagi ampuh
agar memperluas ruang lingkup kebijakan sesuai
manakala rakyat China sudah lebih melek internet
kebijakan antar negara. Pada level global, kebijakan
dan terampil menggunakan TIK.
media juga terkait dengan kepentingan WTO yang
hal
pengetahuan
dan
kontroversial
pemerintah
China
yang
kepada
Dalam dekade terakhir, ruang lingkup kebijakan
menetapkan status dan posisi media dalam Perjanjian
media telah bertambah kompleks sebagai akibat dari
Umum Tentang Layanan Perdagangan Bebas (GATS
sejumlah fenomena aktual (Bulck, 2013), yaitu:
– General Agreement on Trade in Services) dan
pertama, digitalisasi dan konvergensi telah membuka
kesepakatan tentang hal-hal menyangkut hak cipta
market media tradisional kepada para pemain baru
intelektual (puppis 2008, Freedman 2008, dalam
dari sektor telekomunikasi dan hal-hal terkait.
Bulck, 2013).
Konvergensi juga membuat konfigurasi baru antara
Hukum dan kebijakan sebuah pemerintahan
pemain baru dan pemain lama. Secara bersama-sama,
terkait media sangat erat hubungannya dengan faktor
hal ini menghasilkan stakeholder baru yang dapat
teknis, sosial, kultural, nilai-nilai yang dianut,
diidentifikasi dan dianalisis kedudukannya masing-
kebebasan berekspresi, akses kepada informasi
41
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 20 No.1 Juni 2016: 33-48
(Sreberny, 2005), pengaturan tentang kewenangan
antar pemerintahan, kultur perjanjian dan
antar institusi serta kehidupan sosial. Hukum dan
konsensus
kebijakan media merupakan jembatan penghubung
pendekatan yang dilakukan dalam kebijakan
dengan
ini
antar pemerintah, lembaga independen, serta
membutuhkan kerangka analitik yang lebih dari
bagaimana dampaknya terhadap kedaulatan
sekedar “letter of the law”, menerapkan aspek sosio-
negara.
legal, namun juga menggunakan interdiciplinary
b. Kebijakan
globalisasi.
Kajian
tentang
hal
antar
pemerintah,
Media,
kebebasan
bagaimana
berekspresi
methodology, atau menggunakan perspektif kajian
(freedom of expression), dan citizenship. Topik
perbandingan hukum dan kebijakan media antar
ini membahas konsep-konsep mendasar terkait
negara yang komprehensif (Verhulst & Price, 2013).
hukum
Perbandingan kajian hukum dan kebijakan media
implementasinya dalam negara demokratis.
dapat memberi kita pengertian yang lebih baik
Konsep-konsep mendasar tersebut menyangkut
tentang pengalaman kegagalan dan kesuksesan (best
kebebasan
practice) dari berbagai negara.
citizenship, serta minat publik serta tantangan
B. Tren Isu-Isu Penelitian Kajian Media
yang dihadapi oleh konsep-konsep dasar tersebut
terhadap
Dalam buku Handbook of Media Law, Verhulst
gagasan
perubahan
politik.
media
serta
tentang
teknologi
Era
internet
dan
telah
membuka perdebatan seputar makna tentang
berkembang dalam kajian hukum dan kebijakan
akses, kebebasan, dan hak dalam lingkungan
media, yaitu :
digital dan bagaimana mentransfer hal-hal
a. Kebijakan media dan desain institusional. Topik
tersebut dalam cara pandang advokasi.
ini membahas tentang desain institusional,
c. Kebijakan media dan perspektif komparasi
identifikasi para pemain yang berwenang
(perbandingan). Topik ini menelusuri cara-cara
menentukan aturan, norma dan standar, serta
perubahan-perubahan
yang
dianggap
untuk
perlu
d. Kebijakan
pemain dan institusi, 2) bagaimana menganalisis
dan
media
pemerintah.
diyakini memberi pengaruh terhadap kebijakan
media dan media pemerintah dalam sebuah
kepentingan, 3) menganalisis dampak rasional
negara. Kajian tentang hal ini mengidentifikasi
dari kewenangan yang melekat pada institusi
terhadap
media
Perubahan mediasi dan ekologi kebijakan
dengan
melibatkan analisis terhadap para pemangku
kebijakan
dan
atau narasi hukum dan kebijakan tersebut.
peran dan kewenangan serta hubungan antar
kebijakan
hukum
membandingkan dasar pemikiran di balik konsep
Pembahasan juga diarahkan pada : 1) pembagian
pembentukan
mengkonseptualisasikan
kebijakan media di berbagai negara termasuk
terkait aturan, norma, dan standar tersebut.
pemegang
kebijakan
berekspresi,
perkembangan
dan Price (2013) menjelaskan beberapa isu yang
proses
dan
pengaruh ekologi media dalam tataran global
operasional
terhadap sistem media pada negara yang
pemberitaan dan kerja jurnalistik, 4) bagaimana
memiliki media pemerintah.
memahami konsep kebebasan : antara hukum
dan implementasi, 5) menganalisis hubungan
42
Lingkup Regulasi Media Dalam Lanskap...
Pandan Yudhapramesti
e. Kebijakan media dan transformasi teknologi.
Perubahan
teknologi
transformasi
dan
teknologi
hal-hal
telah
teori dan model tentang keuniversalan bagi Barat
terkait
(Curran & Park, 2000). Di tengah pertumbuhan
mengubah
homogenity
dan
uniformiti,
hal
yang
perlu
konstelasi media, termasuk dampaknya terhadap
digarisbawahi dalam kajian akademik telah bergeser
bagaimana informasi dimediasi dan dikontrol,
dari mencari kesatuan (uniformity), menjadi kajian
serta
terhadap
tentang pemeliharaan kantong-kantong atau bidang-
komparasi
bidang yang unik. Studi komparasi menelaah
membandingkan sebuah kondisi dengan kondisi
kesuksesan yang diperoleh dalam pengalaman lintas
lainnya dengan asumsi sebuah model teknologi
negara, institusi, dan budaya.
bagaimana
perubahan
interest
teknologi.
dapat
diterima
publik
Studi
oleh
sebuah
Lebih dari itu, transformasi yang masif terjadi
kelompok/situasi/kondisi tertentu namun belum
pada sektor media akibat konvergensi teknologi,
tentu
oleh
liberalisasi ekonomi, dan globalisasi dalam proses
kelompok/situasi/kondisi lainnya. Kajian tentang
manufaktur, telah menghasilkan perubahan besar
hal ini mengarahkan pada refleksi tentang
dalam pola-pola kepemilikan media di seluruh dunia.
pembagian
dapat
diterima
kewenangan
dan
Kepemilikan media yang sebelumnya dibatasi oleh
antara
media,
batas-batas geografis dari sebuah negara, kini
telekomunikasi, dan internet akan berakibat pada
melintasi batas-batas geografis sebuah negara.
target-target demokrasi, pertumbuhan ekonomi,
Karenanya, transparansi struktur kepemilikan media
dan keadilan sosial.
dan jaminan pemenuhan hak atas keberagaman
pertanggungjawaban
Dalam beberapa dekade terakhir, berbagai
perkembangan
yang
terjadi
merupakan tantangan untuk setiap pemerintahan dan
menunjukkan
institusi. Pada konteks ini, kebutuhan untuk
peningkatan kesadaran tentang manfaat atau nilai-
memetakan kepemilikan media secara global dan
nilai yang diperoleh dari analisis perbandingan
pola-pola kontrol terhadap media menjadi hal
sistem media antar negara. Berbagai peristiwa besar
penting dalam kajian komparasi tentang media.
terjadi dalam beberapa dekade terakhir, seperti
perkembangan
globalisasi,
aspek
yang
bertransformasi
ini
perang
merupakan tantangan bagi ekologi regulasi secara
dingin, pertumbuhan ekonomi Asia, perkembangan
global untuk sektor komunikasi. Sebagai contoh, self
geopolitik Arab Spring. Di tengah berbagai
regulation, dianggap sebagai cara terbaik untuk
perkembangan
kemunculan
mengatasi berbagai persoalan yang muncul di
jaringan internet yang menghubungkan individu
internet. Isu kajian yang juga mengemuka adalah
hingga pemerintahan ke tingkat global telah
membandingkan hal-hal yang dilakukan oleh para
mengubah bentuk komunikasi ke dalam platform
pemain raksasa seperti Google, Facebook, Twitter,
baru, yang
dll
peristiwa
mampu
berakhirnya
Semua
tersebut,
memobilisasi
orang
dan
menggerakan berbagai bentuk protes.
dalam
melakukan
kontrol
terhadap
para
penggunanya. Dalam konteks ini, tren kajian yang
Peningkatan interkoneksi antar negara, orang,
mengemuka adalah mengkaji keseimbangan antara
dan informasi menjadi tantangan terhadap konsep
43
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 20 No.1 Juni 2016: 33-48
kewenangan prerogatif negara dan kebebasan media
Penelitian David T. Hill dan Krishna Sen
outlet.
tentang media di Indonesia (Sen & Hill, 2001)
C. Tren Isu-Isu Penelitian Kajian Media Di
merupakan penelitian yang sangat banyak
Indonesia
dikutip, karena meliputi dinamika yang sangat
Kajian tentang Kebijakan dan Media di
luas tentang pers, media arus utama, dan
Indonesia telah banyak dilakukan baik oleh peneliti
kebudayaan populer di Indonesia selama Orde
akademisi, praktisi secara independen maupun
Baru. Pada masa itu sangat sulit untuk
peneliti yang bekerja di bawah sponsor lembaga
melakukan penelitian tentang hukum dan
swadaya
kebijakan media secara komprehensif. David T
masyarakat.
Kajian-kajian
tersebut
menggunakan berbagai perspektif, seperti dari
Hill merupakan seorang akademisi ahli tentang
perspektif ekonomi, politik, perspektif hukum,
kajian Indonesia dan Asis Tenggara asal
perspektif budaya, maupun campuran dari berbagai
Australia.
perspektif. Gabungan perspektif ekonomi politik
Memetakan Kebijakan Media di Indonesia.
bahkan telah menjadi tradisi tersendiri sebagai kajian
Riset ini menelaah kebijakan media di Indonesia
ekonomi politik media.
Sebagian dari kajian tersebut menyoroti satu
dan mengkaji dampaknya terhadap berbagai
bidang saja, seperti Nawiroh Vera yang melakukan
bentuk media dan warga negara serta hak-
tinjauan Ekonomi Politik Regulasi Media terhadap
haknya, terutama yang berkaitan dengan hak
Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan
mereka atas media. Dalam penelitian ini, hak
Pornoaksi (saat ini telah menjadi Undang-Undang).
semacam
Sebagian yang lain menyoroti sistem regulasi pada
mengakses media, mengakses informasi yang
satu periode, seperti pada masa orde baru, atau pada
itu
mengacu
pada
hak
untuk
terpercaya dan konten yang berkualitas, dan
masa setelah orde baru. Ada pula lembaga kajian
berpartisipasi
yang memang mengkhususkan diri pada pemantauan
dalam
proses
pembuatan
kebijakan media. Riset ini menelusuri secara
media dan kebijakan tentang media seperti Remotivi.
historis arah hukum dan kebijakan media di
Kajian-kajian yang menggunakan perspektif
ekonomi politik pada umumnya memberikan kritik
Indonesia sepanjang sejarah Indonesia Merdeka
terhadap bagian-bagian tertentu dari sistem hukum
serta menelusuri berbagai faktor penghambat
dan kebijakan media di Indonesia, sesuai objek dan
pemenuhan
tujuan kajian masing-masing.
memperoleh akses bermedia (Nugroho, et al.,
Diantara cukup banyak kajian tersebut,
hak
warga
negara
dalam
2012)
beberapa penelitian dilakukan dengan penelusuran
Freedom Institute dan FNS meluncurkan
sejarah yang lengkap, melingkupi berbagai faktor
studi berjudul Ensuring the Law and Civil
yang memengaruhi sistem kebijakan hukum dan
Rights: Press, Film and Publishing (2010).
media seperti faktor sosial, ekonomi, politik, kultur,
Penelitian gabungan ini merupakan contoh
bisnis, teknologi, dll.
44
Lingkup Regulasi Media Dalam Lanskap...
Pandan Yudhapramesti
penelitian yang menggunakan perspektif hak
a. Kasus perselisihan antara perusahaan dan
warga negara dalam mengamati perkembangan
pengemudi taksi reguler dengan perusahaan
terbaru media dan pers di Indonesia. Secara
dan pengemudi taksi atau ojek berbasis
khusus, penelitian ini mendiskusikan hak warga
aplikasi on line seperti Gojek.
b. Pemblokiran netflix serta kewajiban sensor
negara dalam ruang lingkup pers, film, dan
film oleh Lembaga Sensor Film terhadap
literatur (Nugroho, et al., 2012).
film-film keluaran Netflix padahal servernya
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) juga
berada di Amerika Serikat.
menerbitkan laporan tahunan mengenai kondisi
pers dan institusi media di Indonesia, serta
c. Pemblokiran Vimeo dan Tumblr karena
pemenuhan hak masyarakat atas kebebasan
dianggap menyebarkan konten pornografi.
berekspresi.
Pemblokiran ini cukup kontrovesial karena
Dalam
laporan
tahun
2015
seperti halnya media sosial lain, misalnya
misalnya, disebutkan bahwa :
Facebook atau Instagram, kehadiran konten
“Kabar baiknya adalah media di
Indonesia terus tumbuh mengikuti
perkembangan teknologi yang
mendorong
perubahan
besarbesaran dalam cara mengakses
informasi….Informasi semakin mudah dan murah didapat….Kabar
kurang
menggembirakannya,
teknologi ini menimbulkan kerentanan baru. Batas-batas kebebasan
masyarakat menyampaikan pendapat dipertanyakan. Ruang publik
yang muncul dari teknologi internet
hendak dibatasi melalui regulasi.
Undang-Undang Informatika dan
Transaksi Elektronik yang berlaku
sejak tahun 2008 sudah membuat
lebih dari 100 orang masuk tahanan
karena pendapat atau ekspresinya di
internet.
Pemerintah
melalui
Kementrian Komunikasi dan Informatika juga melakukan pemblokiran situs-situs meski UndangUndang tak eksplisit memerintahkan
pemblokiran” (Manan, 2015)
pornografi juga menyangkut manajemen
konten yang dilakukan oleh pemilik akun.
d. Ratusan pesawat televisi lokal rakitan
Kusrim warga Karanganyar Jawa Tengah
dimusnahkan karena dianggap melanggar
Undang-Undang dengan tidak menempuh
perizinan yang memberatkan bagi pengusaha
kecil dan menengah.
e. Belum ada regulasi yang memadai terkait
layanan Over-The-Top (OTT). Baru-baru ini
Menteri
Kominfo
mengeluarkan
Komunikasi
Surat
dan
memang
telah
Edaran
Menteri
Informatika
Republik
Indonesia Nomor 3 tahun 2016 tentang
Penyediaan Layanan Aplikasi dan/Atau
Konten Melalui Internet (Over The Top), 2016.
Dalam kasus Indonesia, kebijakan terkait
Edaran tersebut berisi antara lain ketentuan
pengelolaan informasi, komunikasi, dan media
tentang (1) Penyedia Layanan Over the Top
dalam lanskap digital dan global masih kurang
berbentuk perorangan Warga Negara Indonesia,
adaptif. Akibatnya, berbagai persoalan dan
atau badan usaha Indonesia yang berbadan
konflik muncul, seperti :
hukum maupun tidak berbadan hukum; (2)
45
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 20 No.1 Juni 2016: 33-48
Selain penyedia Layanan Over the Top, layanan
pendekatan system thinking dari Peter Senge. Dalam
Over the Top dapat disediakan oleh perorangan
perspektif ini system dinyatakan sebagai grup dari
atau badan usaha asing dengan ketentuan
interaksi, keterkaitan, atau antar ketergantungan
wajib mendirikan. (3) Bentuk Usaha Tetap
komponen yang diformulasikan secara kompleks dan
(BUT) di Indonesia. Bentuk Usaha Tetap
menyatu (Anderson & Johnson, 1997). Terdapat
didirikan
berdasarkan
pada
beberapa kemiripan antara sibernetika dan system
ketentuan
thinking, yaitu dengan menggambarkan dinamika
peraturan perundang-undangan di bidang
persoalan melalui pemodelan causal loop diagram.
perpajakan.
Pemodelan dengan cara ini mengidentifikasi unsur-
Namun demikian, banyak pihak merasa
unsur manusia maupun non manusia dan memetakan
kebijakan dalam bentuk surat edaran menteri
hubungan atau keterkaitan diantara unsur-unsur
belum memadai untuk menyelesaikan berbagai
tersebut. Melalui cara pemodelan ini akan dapat
persoalan terkait informasi, komunikasi, dan
diketahui aspek mengapa dan bagaimana sebuah
media dalam lanskap digital dan global. Kondisi
fenomena terjadi. Dengan mengetahui struktur atau
ini juga menunjukkan pentingnya kajian regulasi
cara kerja sistem, termasuk sistem sosial, pemodelan
media diarahkan pada aspek menemukan
juga dapat mengkaji intervensi tindakan atau
berbagai persoalan yang telah dan mungkin akan
kebijakan yang dapat dilakukan agar sistem berjalan
timbul
sebagaimana yang diharapkan. Kebijakan yang
akibat
kekosongan
regulasi
atau
dihasilkan juga dapat lebih membumi atau sesuai
ketidaktepatan regulasi, serta upaya untuk
dengan karakter sistem, atau katakanlah dalam
menemukan gagasan solutif untuk mengatasi
sebuah sistem sosial akan sesuai karakter perilaku
berbagai persoalan tersebut.
masyarakat.
D. Metode Alternatif dalam Kajian Media
2. Menggunakan Analisis Pemetaan
Selain melanjutkan tradisi riset yang telah
Personal dan Komparasi
banyak dilakukan, terbuka peluang untuk melakukan
Analisis komparasi memiliki beberapa manfaat,
pengembangan kajian hukum dan kebijakan media.
yaitu : 1. memahami makna historis dan budaya, 2.
Berikut beberapa gagasan mengenai pengembangan
kegunaan praktis komersial, 3. bantuan legislasi
kajian hukum dan kebijakan media :
untuk
1. Kajian Kebijakan Media dari Perspektif
para
penentu
kebijakan,
serta
4.
penggunaannya untuk hukum internasional.
Sistem
Terdapat empat cara memodelkan dalam kajian
komparasi hukum dan kebijakan media (Verhulst &
Dalam tradisi penelitian ilmu komunikasi, Litte
Price, 2013), yaitu :
John menyatakan terdapat tujuh tradisi (John & Foss,
1.
2009), satu diantaranya adalah perspektif sistem.
Paradigma Kesatuan dan Keanekaragaman
Perspektif ini dikenal juga dengan pendekatan
(uniformity and diversity). Globalisasi
sibernetika. Selain sibernetika, kajian media dari
telah menciptakan pasar bebas. Kondisi ini
perspektif sistem juga dapat dilakukan dengan
menyebabkan arah hukum dan kebijakan
46
Lingkup Regulasi Media Dalam Lanskap...
Pandan Yudhapramesti
mediapun
menjadi
karena
adaptasi. Kajian komparasi tentang hal ini
diarahkan oleh kepentingan pasar bebas.
melihat bagaimana sebuah sistem hukum
Meski
dikaji
dan kebijakan yang pernah sukses di
ketahanan tradisi sosial dan kultural yang
sebuah negara dapat dijadikan contoh oleh
dimiliki oleh kelompok-kelompok tertentu.
negara lainnya.
demikian,
Kemampuan
seragam
tetap
mereka
perlu
bertahan
dan
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
kompromi terhadap kondisi keseragaman
menjadi
hal
yang
penting
Persoalan menyangkut hukum dan kebijakan
untuk
media terus berkembang, mengingat berbagai
dibandingkan dan dikaji. Kajian komparasi
perubahan dan perkembangan mendasar terjadi
tentang hal ini fokus pada manfaat dan
keterbatasan
keseragaman
dalam peta persoalan di bidang informasi dan media.
dan
Para pemain baru yang sebelumnya tidak ada atau
keberagaman, dari justifikasi terhadap
kesatuan
(uniformity)
menjadi
tidak diperhitungkan dalam bisnis media, seperti
kajian
operator telekomunikasi, perusahaan penyedia jasa
tentang keunikan dan variasi diantara
aplikasi, dll,
keseragaman (homogenity).
2.
pemegang
Retorika dan Realitas (Antara retorika dan
kenyataan).
Kajian
jenis
penting
dalam
aktivitas
aktivitas pertukaran informasi ini terjadi lintas negara
atau dalam tingkat global sehingga perlu dilakukan
citakan dengan kondisi yang ada, untuk
kajian dalam level antar pemerintahan atau antar
menciptakan pemahaman yang lebih baik
negara. Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa kajian
agar dapat menuju kondisi yang dicita-
hukum dan kebijakan media semakin penting untuk
citakan.
Metaphor
peranan
pertukaran informasi dan akses bermedia. Selain itu,
ini
membandingkan hal-hal ideal yang dicita-
3.
kini muncul dan bahkan menjadi
terus dilakukan dengan mengembangkan berbagai
dan
menjelaskan
Model.
tataran
Teknik
konsep
ini
pendekatan baru.
dengan
menggunakan metafora untuk menjelaskan
DAFTAR PUSTAKA
sebuah fenomena secara sederhana, seperti
menggunakan
superhighway”,
metafora
“
“information
cyberspace”,
Anderson, V. & Johnson, L., 1997. System Thinking
Basics : From Concepts to Causal Loop.
s.l.:Pegasus Communication Inc.
atau
“killer applications”. Metafora membantu
Anon., 2014. Press Room. [Online] Available at:
http://www.nielsen.com/id/en/pressroom/2014/nielsen-konsumsi-media-lebihtinggi-di-luar-jawa.html
[Accessed 02 03 2016].
periset membuat peta jalan atau hubungan.
4.
Transfer dan ekskusi. Hal mendasar dari
bentuk kajian ini adalah bahwa proses
penyebaran atau difusi dari gagasan atau
ide tentang hukum dan kebijakan adalah
Anon., 2016. Surat Edaran Menteri Komunikasi dan
Informatika Republik Indonesia Nomor 3 tahun
2016 tentang Penyediaan Layanan Aplikasi
dan/Atau Konten Melalui Internet (Over The
melalui proses penjelasan dengan meniru
(immitation), menjiplak (copying) dan
47
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 20 No.1 Juni 2016: 33-48
Sen, K. & Hill, D. T., 2001. Media, Budaya, dan
Politik di Indonesia. s.l.:Institut Studi Arus
Informasi dan PT Media Lintas Inti Nusantara.
Top). s.l.:s.n.
Baran, S. J., 2014. Introduction to Mass
Communication, Media Literacy and Culture.
s.l.:McGraw Hill Companies.
Short, J. E., 2015. [Online] Available at:
http://www.marshall.usc.edu/faculty/centers/ct
m/research/how-much-media
[Accessed 02 03 2016].
Bulck, H. v. d., 2013. Tracing media policy
decisions : of stakeholders, networks and
advocacy coalitions. In: M. E. Price, S. G.
Verhulst & L. Morgan, eds. Routledge
Handbook of Media Law. s.l.:Routledge, pp.
17-34.
Sreberny, A., 2005. Society, Culture, and Media :
Thinking Comparatively. In: J. D. Downing,
ed. The Sage Handbook of Media Studies.
s.l.:Sage.
Duff