Penerapan Asas Keseimbangan Dalam Akta Perjanjian Kredit Bentuk Notariil Pasca Dikeluarkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1Pojk.072013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan
Penerapan Asas Keseimbangan Dalam Akta Perjanjian Kredit Bentuk Notariil Pasca Dikeluarkannya Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 1/Pojk.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen
Sektor Jasa Keuangan
“Reza Khaulan Kharima 1 ”
A RTICLE H ISTORY ABSTRACT
Received : 17 April 2018; The Credit Contract with using standard contract model is an unavoidable Reviewed
: 28 April 2018; model of contract. With the increasing of activities in various fields requiring Accepted
: 30 April 2018; quick and precise service without disregarding the propriety and justice of all Published
: 30 April 2018 parties that will be bound by the contract. One of the ways to provide quickly service is by preparing a draft of contract that will be used for that
K EYWORDS transactional activity. The Credit Contract with standard contract in the field of banking transactions is a way to achieve economic goals with efficiency,
Credit Contract; Equity Principle; Otoritas practical, and quickly. But for consumers it is an unfavorable option, because Jasa keuangan.
consumers only had the choice of acceptance or rejection that contract. Under these conditions, it cause the existence of phenomenon of imbalance in C ORRESPONDENSE contracts. And to solve those problems, Ministry of Finance formed an
1 institution that called Otoritas Jasa Keuangan (OJK). With the establishment Mahasiswa Magister Kenotariatan of the Otoritas Jasa Keuangan (OJK) as the inspection and supervisory
Fakultas Hukum Universitas Andalas. E- institution against the Banking, and the issuance of POJK No. Mail : reza.khaulankharima@gmail.com 1/POJK.07/2013 about consumer protection in the financial sector is expected
to reduce the violation of consumer protection in the financial services sector. Problems and objectives of this research are to find out the implementation of the equlibrium principle in the credit contract based on the existing regulations and after the issuing of POJK No. 1/POJK.07/2013 and how the legal effect on credit contracts that do not apply the equity principle. The research method which used in this research is the juridical empirical research. Sources of legal materials which used are primary, secondary, and tertiary legal materials. Based on the results of the research, the authors found that, First, that the credit contract, especially at Bank Nagari Branch Padang and Bank Negara Indonesia Branch Dobi, Padang is a standard contract that does not contradicted with legislation and equity principle, and basically there is no significant change in the contract before and after the issuance of POJK No. 1 Year 2013. Second, the legal effect of credit contract that does not fulfilled the equilibrium principle will get sanction as mentioned in article 53 of POJK No. 1 Year 2013. But I released this research, if there is violation in financial sector, the sanction that will be given by OJK is kind of reprimands.
Nagari Law Review • Volume 1 Number 2, April 2018 Nagari Law Review • Volume 1 Number 2, April 2018
1. Pendahuluan
perbedaan
diakomodasi dan selanjutnya dibingkai dengan perangkat
tersebut
perantara pihak dalam keterkaitan pihak yang hukum sehingga mengigakat para pihak. Di
mempunyai kelebihan dana surplus of funds dengan pihak-pihak yang kekurangan dana lack
dalam perjanjian sisi kepastian dan keadilan akan tercapai apabila perbedaan yang ada
of funds . Pihak surplus of funds mengharapkan diantara pihak terakomodasi melalui hubungan
dengan dana yang dipinjamkan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhannya.
perjanjian yang bekerja secara seimbang. Jadi, baik pihak surplus of funds masing-masing
Kebebasan berkontrak yang merupakan jiwa memiliki kepentingan dalam perjanjian kredit,
sebuah kontrak atau perjanjian, secara implisit pihak lack of funds saja yang diperhatikan
memberikan panduan bahwa dalam berkontrak kepentingannya. 1 pihak-pihak
diasumsikan mempunyai kedudukan yang seimbang. Dengan demikian,
Ketika pihak bank dan pihak calon nasabah debitur menandatangani perjanjian kredit maka
diharapkan akan muncul kontrak/perjanjian perjanjian kredit tersebut mengikat kedua belah
yang adil dan seimbang bagi para pihak. Akan tetapi dalam praktek masih banyak ditemukan
pihak dan merupakan undang-undang kedua model kontrak standar yang cenderung
belah pihak. 2 Pemberlakuan perjanjian sebagai undang-undang bagi mereka yang mengikatkan
dianggap berat sebelah, tidak seimbang dan
tidak adil. 4
diri dalam suatu perjanjian telah menempatkan perjanjian itu sebagai hukum. dalam hal ini
Fenomena adanya ketidakseimbangan dalam Roscue Pound mengemukakan bahwa hukum
kontrak/perjanjian dapat dicermati dari adalah keseimbangan kepentingan. 3 beberapa model kontrak, terutama kontrak-
Lahirnya perjanjian kredit mewajibkan pihak- kontrak konsumen dalam bentuk standar/baku, pihak yang mengikatkan diri dalam perjanjian
dimana perjanjian standar/baku merupakan perjanjian yang
telah ditentukan dan kredit tersebut untuk tunduk syarat-syarat yang
dituangkan ke dalam bentuk atau format diperjanjikan baik berupa hak maupun
kewajiban kedua belah pihak oleh hukum tertentu, yang mana didalamnya memuat klausul- klausul yang cenderung isinya berat
apabila perjanjian kredit tersebut dilahirkan sebelah. Dalam praktek pemberian kredit di
dalam keadaan yang sah yaitu sah proses pembuatan dan penempatannya dan sah isi atau
lingkungan perbankan, misalnya terdapat klausul yang mewajibkan nasabah untuk
syarat-syarat yang termuat dalam perjanjian kredit itu.
tunduk terhadap segala petunjuk dan peraturan bank, baik yang sudah ada atau yang akan
Pada dasarnya perjanjian berawal dari diatur dikemudian hari. Dalam kontrak jual beli, perbedaan atau ketidaksamaan kepentingan
misalnya terdapat klausul barang sudah dibeli diantara para pihak, perumusan hubungan
tidak dapat dikembalikan. Klausul tersebut perjanjian pada awalnya diawali dengan proses
pada umumnya merupakan klausul ekstensi negoisasi diantara para pihak. Melalui negoisasi
yang isisnya terkesan lebih memberatkan salah para pihak berupaya menciptakan bentuk-
satu pihak. 5
bentuk kesepakatan
untuk
saling
Menurut Sjahdeini, kebebasan berkontrak yang mempertemukan suatu kepentingan yang
menjadi prinsip umum perjanjian hanya dapat diinginkan melalui proses tawar menawar.
Dengan kata lain, pada umumnya perjanjian tercapai apabila para pihak yang terlibat memiliki bargaining power yang seimbang
berawal dari perbedaan kepentingan yang
1 Ignatius Ridwan Widyadharma. (1997). “Hukum 3 M. Bahsan. (2010). “Hukum Jaminan dan Jaminan Sekitar Perjanjian Kredit. Universitas Diponegoro.
Kredit Perbankan Indonesia”. Jakarta: Raja Grafindo hlm. 1.
Persada. hlm. 2.
2 Ibid. . hlm. 5. 4 R.M.Panggabean. (2010). ”Keabsahan Perjanjian dengan Klausul Baku ” Jurnal Hukum 4(17):57.
5 Ibid. . hlm. 59.
200 Nagari Law Review • Volume 1 Number 2, April 2018
(gelijkwaardigheid van partijen) . Hal ini penting OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan agar pelaksanaan perjanjian tersebut dapat
kegiatan di dalam sektor jasa keuangan memberikan hasil yang sesuai, patut dan adil.
terselenggara secara teratur, adil, transparan, Ketidakseimbangan kedudukan antara para
dan akuntabel, serta mampu mewujudkan pihak terjadi apabila pihak yang lebih kuat
sistem keuangan yang tumbuh secara dapat memaksakan kehendaknya kepada pihak
stabil dan mampu yang lemah sehingga pihak yang lemah
berkelanjutan dan
melindungi kepentingan konsumen dan mengikuti saja syarat-syarat kontrak yang
masyarakat.
diajukan kepadanya. Dalam perjanjian kredit,
Undang-Undang Perlindungan ketidakseimbangan kedudukan ini dapat Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 yang dimaksud terlihat dari bentuk perjanjian kredit itu sendiri dengan Perlindungan Konsumen adalah segala yang telah dipersiapkan sedemikian rupa upaya yang menjamin adanya kepastian hukum sehingga nasabah debitur hanya perlu membaca untuk memberi perlindungan bagi konsumen, dan menandatangani perjanjian tersebut. untuk menyediakan payung hukum yang kuat Lantaran perjanjian kredit bank umumnya dalam memberi perlindungan konsumen dalam berupa perjanjian baku, pihak bank cenderung sektor jasa keuangan, pada tahun 2013 OJK hanya
Peraturan Nomor : kepentingan bank saja. Otoritas Jasa Keuangan
mengeluarkan
Tentang Perlindungan (OJK) adalah lembaga Negara yang dibentuk Konsumen di Sektor Jasa Keuangan. berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun
1/POJK.07/2013
2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, dimana Perlindungan konsumen dalam Undang- pada Pasal 1 ayat (4) OJK berfungsi
Undang OJK mencakup perlindungn konsumen menyelenggarakan sistem pengaturan dan
yang lebih kompleks dan lengkap, disamping pengawasan yang
OJK memberikan keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa
pengertian yang luas dan umum terhadap keuangan baik di sektor perbankan, pasar
konsumen. Pengertian konsumen dalam OJK modal, dan sektor jasa keuangan non-bank
tidak membatasi pengertian konsumen dalam seperti Asuransi, Dana Pensiun, Lembaga
individu saja dan pemodal di Pasar Modal Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan
diakui sebagai konsumen. 6
lainnya, secara lebih lengkap yang terdapat Sehubungan dengan berlakunya Peraturan pada Pasal 1 ayat (1) OJK adalah lembaga
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 independen dan bebas dari campur tangan
Tentang Perlindungan Konsumen di Sektor Jasa pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas, dan
Keuangan, secara jelas diatur tentang asas wewenang
keseimbangan dalam perjanjian kredit, yang pemeriksaan dan penyidikan sebagaimana
pengaturan,
pengawasan,
terdapat pada Pasal 21, yaitu Pelaku Usaha Jasa dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21
Keuangan wajib memenuhi keseimbangan, Tahun 2011 tersebut.
keadilan, dan kewajaran dalam pembuatan perjanjian dengan konsumen.
Salah satu tujuan dibentuknya Otoritas Jasa Oleh karena itu penulis tertarik untuk Keuangan (OJK) adalah untuk melindungi
mengangkat permasalahan hukum ini ke dalam kepentingan konsumen dan masyarakat dalam
sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul melakukan kegiatan dalam sektor jasa
“Penerapan Asas Keseimbangan dalam Akta
keuangan. Perlindungan konsumen yang
Perjanjian Kredit Bentuk Notariil Pasca
diamanatkan kepada OJK disebutkan secara
dikeluarkannya Peraturan Otoritas Jasa
eksplisit dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor
Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang
21 tahun 2011 yang dinyatakan sebagai berikut,
6 David L. Tobing. “OJK Selaku Pelindung Undang-undang Otoritas Jasa Keuangan dan Konsumen dan Pelaku Usaha”. Paper seminar
Peraturan OJK Nomor 1 Tahun 2013 , Jakarta, 21 Penegakan Hukum Perlindungan Konsumen Pasca
November 2013, hlm. 1.
Nagari Law Review • Volume 1 Number 2, April 2018 201
Perlindungan Konsumen
Sektor
Jasa
mereka ketertiban atau keteraturan,
Keuangan.”
tidakmungkin terwujud tanpa adanya garis-garis perilaku kehidupan yang
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut di atas dan untuk tidak mengaburkan penelitian
pasti. Keteraturan hanya akan ada jika yang dilakukan, maka penulis berusaha
ada kepastian dan untuk adanya kepastian hukum haruslah dibuat dalam
membatasi apa yang menjadi masalah pokok bentuk yang pasti pula (tertulis). dalam penelitian ini yaitu: 8
Bagaimana penerapan Asas Keseimbangan Menurut Utrecht, Kepastian hukum dalam
mengandung dua pengertian, yaitu berdasarkan
pertama, adanya aturan yang bersifat perundang-undangan yang berlaku pasca
ketentuan
peraturan
umum membuat individu mengetahui dikeluarkannya Peraturan Otoritas Jasa
perbuatan apa yang boleh atau yang Keuangan Nomor 1/Pojk.07/2013 Tentang
tidak boleh dilakukan, dan kedua, Perlindungan Konsumen Sektor Jasa
berupa keamanan hukum bagi individu Keuangan?
dari kesewenagan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat
2. Bagaimana Akibat Hukum terhadap umum itu individu dapat mengetahui Perjanjian Kredit yang tidak menerapkan
apa saja yang dapat dibebankan atau Asas Keseimbangan pasca dikeluarkannya
negara terhadap Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
dilakukan oleh
individu. 9
1/Pojk.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan?
Selanjutnya menurut Sudikno Mertokusumo: Tanpa kepastian hukum orang tidak
tahu apa yang harus diperbuatnya dan
2. Kerangka Teoritis dan Konseptual
akhirnya timbul keresahan. Tetapi
2.1. Kerangka Teori
terlalu
menitikberatkan kepada
2.1.1. Teori Kepastian Hukum
kepastian hukum, terlalu ketat mentaati Menurut Sudikno Mertoskusumo:
peraturan hukum akibatnya kaku dan Kepastian
akan menimbulkan rasa tidak adil. perlindungan
hukum
merupakan
Apapun yang terjadi peraturannya tindakan
yustiabel
terhadap
adalah demikian dan harus ditaati atau berarti
sewenang-wenang,
yang
Undang-undang itu memperoleh sesuatu yang diharapkan
sering terasa kejam apabila dilaksanakan dalam keadaan tertentu. Masyarakat
secara ketat "lex dura, set tamen scripta" mengharapkan
(undang-undang itu kejam, tetapi hukum, 10 karena dengan adanya demikianlah bunyinya).
adanya
kepastian
kepastian hukum masyarakat akan lebih Kepastian hukum bagi subjek hukum tertib. Hukum bertugas menciptakan
dapat diwujudkan dalam bentuk yang kepastian hukum karena bertujuan
telah ditetapkan
terhadap suatu ketertiban masyarakat. 7 perbuatan dan peristiwa hukum.
Menurut Lili Rasjidi, I.B. Wyasa Putra: Hukum yang berlaku pada prinsipnya harus
dan tidak boleh Para penganut teori hukum positif
ditaati
menyimpang atau disimpangkan oleh menyatakan "kepastian hukum" sebagai
subjek hukum.
tujuan hukum. Menurut anggapan
7 Sudikno Merttokusumo. (1999). Mengenal Hukum 9 Riduan Syarani. (1999). Rangkuman Intisari Ilmu (Suatu Pengantar ). Yogyakarta: Liberty. hlm. 58.
Hukum. Bandung: Citra Adityia Bakti. hlm. 23. 8 Lili Rasjidi, I.B. Wyasa Putra. (2003). Hukum
10 Sudikno Mertokusumo, Op. Cit. hlm. 146. Sebagai Suatu Sistem. Jakarta: . Mandar Maju. hlm.
202 Nagari Law Review • Volume 1 Number 2, April 2018 202 Nagari Law Review • Volume 1 Number 2, April 2018
2.1.2. Teori Perlindungan Hukum bersifat represif, baik yang secara tertulis,
maupun tidak tertulis dalam rangka menegakan Awal mula dari munculnya teori perlindungan
perturan hukum. hakekatnya setiap orang hukum ini bersumber dari teori hukum alam
berhak mendapatkan perlindungan dari hukum atau aliran hukum alam. Aliran ini di pelopori
oleh karena itu mendapat banyak macam oleh Plato, Aristoteles, dan Zeno. Menurut
perlindungan hukum. 13
aliran hukum alam menyebutkan bahwa hukum itu bersumber dari Tuhan yang bersifat
2.2. Kerangka Konseptual
2.2.1. Asas Keseimbangan
universal dan abadi, serta antara hukum dan Asas keseimbangan adalah asas yang moral tidak boleh dipisahkan. Para penganut menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan aliran ini memandang bahwa hukum dan moral melaksanakan perjanjian yang telah disepakati. adalah cerminan dan dan aturan secara internal
Purbopranoto asas dan eksternal dari kehidupan manusia yang
Menurut
Kuntjoro
keseimbangan adalah asas yang dikehendaki
diwujudkan melalui hukum dan moral. 11
adanya keseimbangan antara hukuman dan Perlindungan hukum bisa berarti perlindungan
kelalaian seseorang.
yang diberikan terhadap hukum agar tidak Menurut Herlien Budiono, asas keseimbangan
ditafsirkan berbeda dan tidak diciderai oleh adalah suatu asas yang dimaksudkan untuk
aparat penegak hukum dan juga bisa berarti menyelaraskan pranata-pranata hukum dan perlindungan yang diberikan oleh hukum asas-asas pokok perjanjian yang dikenal dalam terhadap sesuatu. Menurut Satijipto Raharjo, KUHPerdata yang berdasarkan pemikiran dan perlindungan hukum adalah memberikan latar belakang individualisme pada sautu pihak pengayoman terhadap Hak Asasi Manusia dan cara pikir bangsa indonesia pada lain (HAM), yang dirugikan orang lain dan
pihak. 14
perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang
Menurut Pasal 1 ayat (11) Undang- diberikan oleh hukum. Secara hukum,
Undang Nomor 10 Tahun 1998 perlindungan hanya berarti bahwa organ-organ
tentang Perubahan Atas Undang- dan subyek-subyek negara harus memenuhi
Undang Nomor 7 Tahun 1992 kewajiban-kewajiban hukum yang dibebankan
tentang Perbankan (UU Perbankan) oleh tatanan hukum. Tatanan hukum memang
sebagai berikut Perjanjian Kredit berfungsi untuk melindungi kepentingan-
adalah penyediaan uang atau kepentingan tertentu dari para individu dengan
tagihan yang dapat dipersamakan cara tertentu, namun lingkup kepentingan dan
dengan itu, berdasarkan persetujuan lingkup individu yang menikmati perlindungan
atau kesepakatan pinjam meminjam semacam itu sangat berlainan dari suatu tatanan
antara bank dengan pihak lain yang hukum dengan tatanan hukum lain. 12 mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka
Perlindungan hukum merupakan gambaran waktu tertentu dengan pemberian dari berkerjanya fungsi hukum untuk
bunga.
mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.
2.2.2. Perjanjian Kredit
perlindungan hukum
adalah
suatu
Perjanjian Kredit adalah perjanjian pemberian perlindungan yang diberikan kepada subyek
kredit antara pemberi kredit dan penerima hukum sesuai dengan aturan hukum, baik yang
11 J.B. Daliyo. (2001). Pengantar Ilmu Hukum. Buku 13 Sudikno Mertokusumo. (1999). Mengenal Hukum Panduan Mahasiswa, Jakarta: Prennahlindo. hlm.
(Suatu Pengantar ). Yogyakarta: Liberty. hlm. 58 120.
14 Herlien Budiono. (2010). Ajaran Umum Hukum 12 E. Utrecht. (1989). Pengantar Dalam Hukum
Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan , Indonesia. (Terjemahan Moh. Saleh Djindang).
Bandung: Citra Aditya. hlm. 29 Jakarta: Sinar Harapan. hlm. 13.
Nagari Law Review • Volume 1 Number 2, April 2018 203
Nagari Law Review • Volume 1 Number 2, April 2018
kredit. Setiap kredit yang telah disetujui dan disepakati antara pemberi kredit dan penerima kredit wajib dituangkan dalam bentuk perjanjian kredit. Pasal 1313 Kitab Undang- undang
menyebutkan perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
Sedangkan menurut Hasibuan kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
2.2.3. Akta Notariil
Akta Notaris adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh notaris menurut KUH Perdata pasal 1870 dan HIR pasal 165 (Rbg 285) yang mempunyai kekuatan pembuktian mutlak dan mengikat. Akta Notaris merupakan bukti yang sempurna sehingga tidak perlu lagi dibuktikan dengan
ketidakbenarannya tidak dapat dibuktikan. Berdasarkan KUH Perdata pasal 1866 dan HIR 165, akta notaris merupakan alat bukti tulisan atau surat pembuktian yang utama sehingga dokumen ini merupakan alat bukti persidangan yang memiliki kedudukan yang sangat penting.
Menurut Wiryono Prodjodikoro pengertian akta otentik yaitu Surat yang dibuat dengan maksud dijadikan bukti oleh atau dimuka seorang pejabat umum yang berkuasa untuk itu.
Menurut Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014, Akta Notaris adalah akta autentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan oleh Undang-Undang.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga Negara yang dibentuk berdasarkan Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi
terhadap
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan baik di sektor perbankan, pasar modal, dan sektor jasa keuangan non-bank seperti Asuransi, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lain
15 Soerjono Soekanto. (2006). Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.hlm. 10.
nya. Secara lebih lengkap, OJK adalah lembaga independen dan bebas dari campur tangan pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 21 tersebut. Tugas pengawasan industri keuangan non-bank dan pasar modal secara resmi beralih dari Kementerian Keuangan dan Bapepam-LK ke OJK pada 31 Desember 2012. Sedangkan pengawasan di sektor perbankan beralih ke OJK pada 31 Desember 2013 dan Lembaga Keuangan Mikro pada 2015.
3. Metode Penelitian
3.1. Pendekatan dan Sifat Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini merupakan tipe penelitian hukum empiris yang mengkaji materi-materi hukum seperti, kajian terhadap peraturan perundang-undangan dan literatur-literatur hukum yang berkaitan dengan kajian yang akan dibahas oleh penulis serta permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat yang terlibat langsung dengan masalah yang dikaji di dalam penelitian ini.
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penelitian yang memberikan data tentang suatu keadaan atau gejala-gejala sosial yang berkembang ditengah-tengah masyarakat sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperoleh gambaran yang menyeluruh, lengkap dan sistematis tentang objek yang akan
diteliti. 15 Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan
peraturan
perundang-undangan
dan pendekatan
perbandingan.
Pendekatan peraturan
perundang-undangan
(statutory approach) yang dimaksud adalah penulis akan mengkaji topik permasalahan ini dengan melihat dan menginterpretasi makna mengenai masalah ini di dalam peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan topik masalah.
Dan penelitian ini juga dilakukan dengan pendekatan perbandingan (comparative approach) Dan penelitian ini juga dilakukan dengan pendekatan perbandingan (comparative approach)
penelitian ini meliputi Kamus Hukum dan perbandingan hukum merupakan kegiatan
Kamus Besar Bahasa Indonesia. untuk membandingkan hukum suatu negara
3.3. Alat Pengumpul Data
dengan hukum negara lain atau hukum dari suatu waktu tertentu dengan hukum dari waktu
Berdasarkan jenis dan bentuknya, data yang yang lain. 16 Dalam hal ini penulis akan
diperlukan dalam penelitian ini adalah: membandingkan
bagaimana
perubahan
a. Data Primer
terhadap perlindungan konsumen dari sebelum dan sesudah dikeluarkannya Peraturan Otoritas
Data primer adalah data yang didapatkan langsung oleh peneliti dari sumber data. Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013. 17 Guna untuk menunjang dan melengkapi analisis data
3.2. Sumber Data
sekunder, tetap diperlukan data primer berupa Jenis dan Sumber Data yang digunakan dalam
wawancara dengan para narasumber yang penelitian ini meliputi:
dinilai berkaitan langsung dengan objek penelitian. Narasumber yang dituju dalam
a. Jenis dan Sumber Data Hukum Premier pembuatan penelitian ini adalah beberapa
Jenis dan Sumber Data Hukum Premier yang keterangan Bank, pihak Otoritas Jasa Keuangan, digunakan dalam penelitian ini meliputi
dan Notaris.
Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang
b. Data Sekunder
nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 10 Tahun
Data sekunder adalah data yang diperoleh 1998 jo. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
melalui studi kepustakaan atau bahan-bahan tentang Perbankan, Peraturan Bank Indonesia
pustaka dan bahan-bahan hukum. 18 Data dalam Nomor 717/PBI/2005 tentang Penyelesaian
penelitian ini diperoleh dengan menggunakan Pengaduan Nasabah, Peraturan Otoritas Jasa
alat penelitian:
Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 tentang
1) Studi Dokumentasi
Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, Surat Ederan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
Untuk memperoleh data primer perlu 13/SEOJK.07/2014, tentang Perjanjian Baku dan
dilakukan studi dokumentasi yaitu Akta Perjanjian Kredit Rekening Koran Bank
dengan cara mempelajari peraturan- Nagari Sumatera Barat.
peraturan, teori dan dokumen-dokumen lain
yang
berhubungan dengan
b. Jenis dan Sumber Data Hukum Sekunder permasalahan yang akan diteliti.
Jenis dan Sumber Data Hukum Sekunder yang
2) Wawancara
digunakan dalam penelitian ini meliputi literatur-literatur hukum, skripsi dan tesis
Untuk memperoleh data sekunder penulis lain yang berkaitan dengan topik
wawancara dengan permasalahan yang berkaitan dengan topik
dilakukan
narasumber yang telah ditentukan permasalahan, serta artikel-artikel baik dari
mempergunakan pedoman media massa, media televisi maupun media
3) Analisis Data
c. Jenis dan Sumber Data Hukum Tersier Analisis data yang digunakan dalam
penelitian tesis ini adalah analisis data kualitatif, yaitu analisis data yang tidak mempergunakan angka-angka tetapi
16 Herowoti Poesoko. (2012). Diktat Metode Penulisan 17 Sri Mamudji, et al.. (2005). “Metode Penelitian dan dan
Penulisan Hukum”. Jakarta: Badan Penerbit Universitas Jember. hlm 36.
Penelitian
Hukum. Fakultas
Hukum
Fakultas Hukum Universitas Indonesia. hlm. 3-4.
18 Ibid.. hlm. 52.
Nagari Law Review • Volume 1 Number 2, April 2018 205 Nagari Law Review • Volume 1 Number 2, April 2018 205
yang mengelola kegiatan prekreditan bank, dan narasumber hingga dapat menjawab
pihak bank akan melakukan survey oleh credit permasalahan dari penelitian ini.
officer (BI checking, trade checking, wawancara debitur, checking jaminan) setelah mendapatkan
Semua data yang diperoleh disusun persetujuan direksi, maka tahap selanjutnya secara sistematis, diolah dan diteliti serta adalah tahap penandatanganan perjanjian dievaluasi.
Kemudian
data
kredit dan pengikatan jaminan dan barulah dikelompokan atas data yang sejenis,
tahap terakhir merupakan tahap pencairan untuk kepentingan analisis, sedangkan kredit yang dilakukan Bank Nagari kepada evaluasi dan penafsiran dilakukan
debitur. 20
secara kualitatif yang dicatat satu persatu untuk dinilai kemungkinan
Bank memberikan pinjaman (kredit) kepada persamaan jawaban. Oleh karena itu
masyarakat yang mengajukan permohonan, data yang telah dikumpulkan kemudian
dengan kata lain bank menyediakan dana bagi diolah, dianalisis secara kualitatif dan
masyarakat yang membutuhkan. Pinjaman atau diterjemahkan secara logis sistematis
kredit yang diberikan dalam berbagai jenis untuk selanjutnya ditarik kesimpulan
sesuai dengan keinginan nasabah. Tentu saja dengan
menggunakan
metode
sebelum memberikan kredit bank terlebih
dahulu menilai apakah kredit tersebut layak adalah merupakan jawaban khusus atas
pendekatan deduktif. 19 Kesimpulan
diberikan atau tidak. Penilian ini dilakukan agar permasalahan yang diteliti, sehingga
bank terhindar dari kerugian akibat tidak dapat diharapkan akan memberikan solusi
dikembalikan pinjaman yang disalurkan bank atas permasalahan dalam penelitian ini.
dengan berbagai sebab. Jenis kredit yang biasa diberikan oleh hampir semua bank seperti
kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
perdagangan.
4.1. Penerapan Asas Keseimbangan dalam
Kredit yang diberikan oleh kepercayaan,
Perjanjian Kredit Perbankan pasca
sehingga dengan demikian pemberian kredit
dikeluarkannya Peraturan Otoritas Jasa
merupakan pemberian kepercayaan, ini berarti
Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang
bahwa bank akan memberikan kreditnya jika
bank benar-benar yakin bahwa si penerima
kredit akan mengembalikan pinjaman kreditnya Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis
Keuangan
sesuai dengan jangka waktu dan syarat-syarat di PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera
yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Hal Barat atau disebut juga Bank Nagari. Penulis
ini diatur dalam pasal 8 ayat (1) Undang- melakukan penilitian di Bank Nagari Cabang
Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Utama Kota Padang Sumatera Barat, dimana
perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun perjanjian kredit yang dipakai oleh bank
1992 tentang Perbankan menegaskan bahwa: tersebut adalah dengan bentuk perjanjian
Dalam memberikan kredit atau pembiayaan standar atau perjanjian baku, dimana perjanjian
berdasarkan prinsip syariah, bank umum wajib tersebut telah disusun atau dibuat sepihak oleh
mempunyai keyakinan berdasarkan analisis pihak bank dan konsumen disini hanya dapat
yang mendalam atas itikad dan kemampuan menerima,
serta kesanggupan nasabah debitur untuk perjanjian tersebut. Proses pengajuan kredit oleh
melunasi utangnya atau mengembalikan konsumen kepada Bank Nagari, dimana
pengajuan tersebut diserahkan kepada Divisi
19 Sutandyo Wigjosoebroto. Apakah Sesungguhnya 20 Hasil wawancara dengan Bapak fandi salah satu Penelitian Itu. Surabaya: Kertas Kerja, Univeristas
karyawan Divisi Kredit Bank Nagari Cabang Airlangga. hlm. 2.
Utama.
206 Nagari Law Review • Volume 1 Number 2, April 2018 206 Nagari Law Review • Volume 1 Number 2, April 2018
e. Denda keterlambatan.
diperjanjikan.
f. Perhitungan bunga berbunga. Perjanjian kredit yang dilakukan antara kreditur
dan debitur menggunakan klausula baku. Klausula baku ini berarti satu atau lebih
Dengan adanya klausula tersebut, tentu sangat klausula yang diformalisasikan secara tertulis
lah memberatkan dan merugikan konsumen, sebelum terjadinya perjanjian kredit. Klausula
dimana perjanjian tersebut melanggar peraturan baku ini merupakan kehendak salah satu pihak
perundang-undangan dan melanggar asas yang dituangkan dalam perjanjian secara
keseimbangan. Dimana asas keseimbangan invidual atau secara masal, masal disini berarti
merupakan salah satu asas dalam perjanjian, telah
“Asas keseimbangan bagi Hukum Perjanjian diperbanyak dalam bentuk formulir yang
Indonesia, Hukum Perjanjian Berlandaskan dinamakan perjanjian baku. 21 Asas-asas Wigati Indonesia, berpendapat bahwa
”Asas Keseimbangan sebagaimana dimaknai
dalam bahasa sehari-hari, kata seimbang Dengan adanya klausula baku dalam perjanjian
menunjuk pada suatu pengertian dimana, asas kredit, bukan berarti pihak bank dalam hal ini
keseimbangan diberi makna dua hal, yakni: tidak memperhatikan hak dari konsumen serta
a. Suatu keadaan pembagian beban di kedua membuat klausula yang ada dalam perjanjian
sisi berada dalam keadaan yang seimbang. baku tersebut bertentangan dengan peraturan Makna keseimbangan disini berarti pada per Undang-Undangan yang berlaku, dimana suatu sisi di batasi kehendak (berdasar pada Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999
keadaan yang tentang Perlindungan Konsumen, yang terdapat
pertimbangan
atau
pada sisi lain pada pasal 18, tentang Ketentuan Pencantuman
menguntungkan)dan
keyakinan (akan kemampuan). Dalam Klausula Baku, seperti pada pasal tersebut
batasan kedua sisi tersebut keseimbangan secara jelas menyatakan bahwa Pelaku Usaha
dapat diwujudkan.
dilarang mencantumkan klausula baku yang me nyatakan “Pengalihan tanggung jawab
b. Asas keseimbangan sebagai asas yuridikal pelaku usaha”yang mana bisa disebut juga
artinya sebagai asas keseimbangan dapat dengan klausula eksonerasi.
dipahami sebagai asas yang layak atau adil, dan selanjutnya diterima sebagai landasan
Dengan adanya
ketentuan
terhadap
keterikatan yuridikal dalam hukum kontrak pencantuman klausula baku pada Undang-
Indonesia.
Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, masih ada ditemukan
klausula-klausula yang memberatkan dan Asas keseimbangan ini mempunyai daya kerja, merugikan konsumen, seperti:
baik pada proses pembentukan maupun
a. Bank berhak sewaktu-waktu menghentikan pelaksanaan kontrak. Namun kebebasan pencairan kredit.
berkehendak para pihak, khususnya bagi debitur, baik dalam proses pembentukan
b. Bank berhak menentukan secara sepihak kehendak maupun pelaksanaan perjanjian
harga jual anggunan, apabila terjadi kredit kredit dianggap lemah karena isi perjanjian bermasalah. telah ditentukan oleh pihak bank, sehingga
c. Kewajiban debitur untuk tunduk kepada untuk mengatasi adanya ketidakseimbangan petunjuk dan peraturan bank yang ada
dalam perjanjian dibuatlah norma larangan. maupun yang akan ada dikemudian hari.
Dengan
daya kerja asas keseimbangan disini mempunyai makna
demikian,
d. Kuasa debitur untuk mewakilkan dan imperatif yang memaksa satu pihak (bank)
melaksanakan hak-hak debitur. untuk tunduk dengan tujuan akan dicapai
21 Herlin Boediono, Op, Cit, hlm 137.
Nagari Law Review • Volume 1 Number 2, April 2018 207 Nagari Law Review • Volume 1 Number 2, April 2018 207
tidak merugikan konsumen, dan harus sesuai juga mematuhi aturan mengenai larangan isi
syarat sah perjanjian dan peraturan perUndang- perjanjian.
Undangan yang berlaku.
Dengan dibentuknya Lembaga Otoritas Jasa Digunakannya perjanjiam kredit dengan model Keuangan (OJK), yang mana lembaga ini
standar atau baku dikarenakan harus mempunyai tugas, fungsi, dan wewenang
menyesuaikan perkembangan kebutuhan dan pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan
perkembangan penyelidikan sebagaimana dimaksud dalam
tuntutan
masyarakat,
kebutuhan masyarakat mengharuskan adanya Undang-Undang.
efisiensi waktu dan efektifitas kerja. Walaupun mempunyai tujuan agar keseluruhan kegiatan
begitu pihak bank bukan berarti tidak jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil,
memperhatikan hak dari konsumen dan transparan, dan akuntabel serta mampu
sebelum adanya OJK pun pihak bank menyusun mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh
dan membuat perjanjian baku telah sesuai secara berkelanjutan, stabil dan mampu
dengan peraturan per Undang-undangan yang melindungi kepentingan konsumen dan
berlaku, dan dengan adanya OJK dan POJK ini masyarakat, maka dikeluarkanlah Peraturan
maka OJK berwenang melakukan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013
dan penilian terhadap model perjanjian baku tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa
yang digunakan oleh pihak perbankan, apakah Keuangan.
telah sesuai, tidak merugikan konsumen dan terpenuhinya asas keseimbangan dalam
Dimana dalam peraturan POJK tersebut dalam
perjanjian kredit tersebut. 22
pasal nya memuat
tentang ketentuan
pembuatan klausula baku dalam perjanjian Dari akta notariil perjanjian kredit Rekening kredit, dimana pada pasal 21 POJK tahun 2013
Koran yang penulis dapatkan, memang tidak tersebut dijelaskan bahwa:
ditemukan adanya pencantuman klausula eksonerasi, “Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib dimana dalam akta notariil Perjanjian Kredit Rekening Koran yang penulis
memenuhi keseimbangan, keadilan, dan dapatkan, perjanjian kredit ini merupakan kewajaran dalam pembuatan perjanjian dengan konsumen.” kesepakatan kedua belah pihak yang memuat
hak dan kewajiban, jangka waktu perjanjian, Dari penilitian yang penulis lakukan di Bank
besarnya angsuran yang akan dibayar setiap Nagari Cabang Utama Padang, penulis
bulan, sanksi, domisili hukum, jumlah provisi mendapatkan data berupa akta perjanjian kredit
dan force meujure. Perjanjian kredit yang Rekening Koran, dimana dalam perjanjian
dikatakan memenuhi asas keseimbangan, kredit koran tersebut, pada dasarnya tidak ada
dimana perjanjian kredit tersebut memuat hak perubahan mendasar yang signifikan terhadap
dan kewajiban dari kedua belah pihak dan klausula pada perjanjian kredit Bank Nagari
pelaksanaan dari apa yang telah disepakati. sebelum dan setelah keluarnya POJK Nomor 1
Pihak bank dalam membuat format dari tahun 2013. Perbedaannya hanya pada sebelum
perjanjian baku, harus memperhatikan hak dari dikeluarkannya POJK setiap perjanjian kredit
konsumen, dimana dalam perjanjian baku tidak diverifikasi dan dinilai oleh OJK dan
tersebut wajib menggunakan huruf, tulisan, barulah pada saat dikeluarkannya POJK, setiap
simbol, diagram, tanda, istilah, frasa yang dapat bentuk perjanjian kredit Perbankan dan
dibaca, dan atau kalimat sederhana dalam lembaga jasa keuangan lainya yang berbentuk
Bahasa Indonesia yang mudah dimengerti perjanjian standar atau perjanjian baku harus
konsumen, dan apabila konsumen menemukan dinilai dan lolos verifikasi oleh OJK, OJK akan
ketidakjelasan, PUJK wajib memberikan
22 Hasil Wawancara dengan Bapak Fandi salah satu karyawan Divisi Kredit Bank Nagari Cabang
Utama Padang
208 Nagari Law Review • Volume 1 Number 2, April 2018 208 Nagari Law Review • Volume 1 Number 2, April 2018
menyatakan, pelaku usaha dalam membuat dipahami oleh konsumen, baik secara tertulis di
perjanjian dengan konsumen dilarang membuat dalam perjanjian baku, maupun secara lisan
atau mencantumkan tentang pengalihan sebelum
tanggung jawab pelaku usaha, serta pada ditandatangani. Pada akta perjanjian kredit
Perturan Otoritas Jasa Keuangan yang rekening koran yang penulis dapatkan,
tercantum pada pasal 22 ayat (3) yang berbunyi ditemukan klausula tentang pemberian kuasa
:perjanjian baku yang digunakan oleh pelaku dari debitur kepada bank, dimana pada pasal 10
usaha jasa keuangan dilarang menyatakan pada akta perjanjian kredit tentang pemberian
pengalihan tanggung jawab atau kewajiban kuasa menyatakan bahwa “guna kelancaran
pelaku usaha jasa keuangan kepada konsumen. penyelesaian kewajiban debitur kepada bank,
pada pasal 4 ayat (1) bagian 2 pada perjanjian dengan ini debitur memberi kuasa kepada
kredit mengatur tentang provisi dimana bank”. Klausul ini secara jelas melanggar
menyatakan : “provisi tidak dipungut”, ketentuan dari POJK Nomor 1 tahaun 2013,
sedangkan mengenai biaya adminstrasi dimana pada POJK pada pasal 22 ayat (3) huruf
merupakan biaya yang wajar dikeluarkan untuk
c yang berbunyi : merealisasikan kredit debitur. Dalam perjanjian baku yang digunakan oleh
Berdasarkan Surat Ederan OJK Nomor 13 tahun pelaku usaha jasa keuangan dialarang
2014 Tentang Perjanjian Baku, bahwa dalam menyatakan pemberian kuasa dari konsumen
perjanjian baku wajib memuat pernyataan kepada pelaku usaha jasa keuangan, baik secara
sebagai berikut : “ Perjanjian Ini Telah langsung maupun tidak langsung, untuk
Disesuaikan Dengan Ketentuan PerUndang- melakukan segala tindakan sepihak atas barang
Undangan Termasuk Ketentuan Peraturan yang digunakan oleh konsumen, kecuali
Otoritas Jasa Keuangan”, namun pada tindakan sepihak tersebut dilakukan berdasaran
perjanjian kredit Rekening Koran tersebut tidak peraturan perundang-undangan.
ditemukan
sebagaimana yang ditentukan oleh OJK tersebut, disini terlihat jelas
klausul
Dengan adanya klausula yang menyatakan memang tidak ada perubahan pada akta pemberian kuasa dari debitur kepada pihak perjnjian kredit dan perjanjian kredit dibawah bank, maka bank telah melanggar ketentuan tangan pada bank nagari sebelum dan setelah yang diterapkan oleh OJK, karena ketentuan ini, dikeluarkannya POJK Nomor 1 Tahun 2013, dan merupakan ketentuan yang sepihak, dan sangat pengawasan dari OJK dalam menilai dan merugikan konsumen, dan dapat dikatakan akta memverifikasi bentuk perjajian kredit di bank perjanjian kredit rekening koran pada Bank nagari tidak sepenuhnya ketat, karena masih Nagari
klausula-klausula yang Sedangkan dari perjanjian kredit Bank Nagari
ditemukannya
melanggar ketentuan per Undang-Undangan yang berbentuk akta dibawah tangan yang yang berlaku serta tidak terpenuhinya asas penulis dapatkan dari lampiran Tesis Fanny
keseimbangan dalam perjanjian kredit tersebut. Halkiki, yang berjudul Penerapan klausula
Eksonerasi pada perjanjian kredit di Bank Sementara dari penilitian yang penulis lakukan Nagari, dimana pada perjanjian kredit tersebut
di Bank BNI Cabang Dobi Padang, berdasarkan masih ditemukan adanya klausula eksonerasi,
hasil wawancara dengan pihak bank BNI yang terdapat pada pasal 4 ayat (2 huruf b yang
Cabang Dobi Padang, perjanjian kredit pada berbunyi: “Debitur setuju terhadap provisi,
Bank BNI Cabang Dobi Padang, baik perjanjian comittment free dan biaya administrasi yang
kredit usaha maupun kredit kepemilikan rumah sudah dibayar tidak dapat dikembalikan lagi
hanya berbentuk akata perjanjian dibawah jika kredit dibatalkan oleh b ank atau debitur”.
tangan, terkecuali pihak debitur yang meminta Perjanjian kredit ini secara jelas melanggar
untuk dibuatkan dalam bentuk akta autentik. ketentuan dari Undang-Undang Nomor 8
Sehingga pihak bank dapat menegoisasikan Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
beberapa ketentuan yang terdapat dalam dimana pada Undang-Undang tersebut secara
perjanjian kredit tersebut dengan pihak debiur
Nagari Law Review • Volume 1 Number 2, April 2018 209 Nagari Law Review • Volume 1 Number 2, April 2018 209
sebelum adanya OJK dan POJK, pihak bank kredit yang sudah di tentukan oleh pihak
dalam membuat perjanjian baku, mengacu pada kreditur. Artinya, pihak debitur dapat meminta
ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun perubahan atas perjanjian kredit, namun apabila
1999 tentang Perlindungan Konsumen, dimana menurut pihak kreditur tidak sesuai permintaan
pada perjanjian kredit tersebut dilarang tersebut ditolak, yang dapat dikatakan bahwa
eksonerasi dan perjanjian kredit pada Bank BNI Cabang Dobi
pencantuman
klausula
perjanjian tersebut harus memuat hak dan Padang yang dapat di negoisasikan adalah
kewajiban para pihak, jangka waktu perjanjian, tingkat suku bunga pada perjanjian kredit di
besarnya angsuran yang akan dibayar setiap atas 15M, selebinya tetap mengacu pada bentuk
bulan, sanksi, domisili hukum, jumlah provisi standar yang dibuat oleh bank.
dan force meujure. Pihak bank mengatakan setelah adanya OJK, pengawasan terhadap
Perjanjian kredit yang digunakan di Bank BNI kinerja perbankan diperketat, termasuk dalam
Cabang Dobi Padang sama dengan Bank Nagari, penilaian dan memverifikasikan bentuk
dimana perjanjian
kreditnya
berbentuk
perjanjian baku perbankan, karena OJK perjanjian standar, atau perjanjian baku, dan
menintut agar pihak bank dalam pembuatan tidak ada perubahan dan perbedaan yang
harus memenuhi signifikan terhadap bentuk perjanjian baku dari keseimbangan, keadilan, dan kewajaran. 23 perjanjian kredit sebelum dan setelah
perjanjian
konsumen
dikeluarkanya POJK Nomor 1 Tahun 2013. Walaupun perjanjian tersebut menggunakan
4.2. Akibat Hukum terhadap Perjanjian
perjanjian baku, pihak bank bukan berarti tidak
Kredit yang Tidak Menerapkan Asas
memperhatikan hak-hak dari konsumen dalam
Keseimbangan pasca dikeluarkannya
pembuatan perjanjian kredit dimana dalam
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
perjanjian baku tersebut wajib menggunakan
1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan
huruf, tulisan, simbol, diagram, tanda, istilah,
Konsumen Sektor Keuangan
frasa yang dapat dibaca, dan atau kalimat sederhana dalam Bahasa Indonesia yang mudah
Tujuan dari Perjanjian adalah untuk melahirkan dimengerti konsumen, dan apabila konsumen
suatu perikatan hukum, untuk melahirkan menemukan ketidakjelasan, PUJK wajib
suatu perikatan hukum diperlukan syarat memberikan penjelasan atas istilah, frasa,
sahnya suatu perjanjian. dalam Pasal 1320 kalimat dan/atau simbol, diagram, dan tanda
KUHPerdata dikatakan syarat sahnya suatu yang belum dipahami oleh konsumen, baik
perjanjian adanya kesepakatan mereka yang secara tertulis di dalam perjanjian baku,
mengikatkan diri, kecakapan untuk membuat maupun secara lisan sebelum perjanjian baku
suatu perikatan, suatu pokok persoalan tertentu tersebut ditandatangani, dimana OJK yang
dan suatu sebab yang tidak terlarang adalah memiliki tugas agar keseluruhan kegiatan jasa
merupakan unsur dari sahnya suatu perjanjian, keuangan didalam sektor jasa keuangan
keempat unsur tersebut digolongkan kedalam: terselenggara secara teratur, adil, transparan
a. Dua unsur pokok yang menyangkut subyek dan akuntabel, serta mampu mewujudkan
(pihak) yaitu kesepakatan mereka yang sistem keuangan yang tumbuh secara
mengikatkan diri dan kecakapan untuk berkelanjutan dan
membuat suatu perikatan atau sering melindungi kepentingan konsumen dan
stabil dan
mampu
disebut unsure Subyektif. masyarakat. Dimana bentuk perjanjian standar
pokok lainnya yang atau perjanjian baku pada Bank BNI tidak
b. Dua
unsur
mengalami perubahan
mendasar
yang
berhubungan langsung dengan obyek perjanjian yaitu suatu pokok persoalan
signifikan sebelum dan setelah keluarnya POJK
23 Hasil Wawamcara Penulis dengan salah satu karyawan Bank Negara Indonesia Cabang Dobi
Padang
210 Nagari Law Review • Volume 1 Number 2, April 2018 210 Nagari Law Review • Volume 1 Number 2, April 2018
kata lain orang yang menurut Undang- obyektif.
undang adalah cakap atau mampu melakukan tindakan hokum namun tidak
Jika masing-masing unsur tersebut tidak berwenang dalam melakukan tindakan
terpenuhi dalam suatu perjanjian maka hukum. contoh Akta Jual Beli tanah yang perjanjian tersebut dapat dibatalkan dan atau seharusnya dibuat oleh PPAT ( Pejabat batal demi hukum, suatu perjanjian batal demi
pembuat Akta tanah ) dibuat oleh pejabat
hukum karena : 24
yang tidak berwenang untuk itu.
a. Syarat Formil tidak terpenuhi. Perjanjian yang dilakukan oleh orang-orang
Pada perjanjian yang tergolong sebagai atau pihak yang menurut Undang-undang perjanjian formil tidak dipenuhinya
dinyatakan tidak berwenang berakibat ketentuan hukum tentang bentuk atau
batal demi hukum, sedangkan orang yang format
tidak mempunyai kecakapan bertindak perjanjian, atau cara pengesahan perjanjian
adalah orang yang secara umum tidak sebagaimana
dapat melakukan tindakan hukum, tidak peraturan perundang-undangan.
yang diwajibkan
oleh
cakap menurut hukum adalah mereka yang
b. Syarat obyektif sahnya perjanjian tidak oleh Undang-undang dilarang melalukan terpenuhi
tindakan hukum, contoh orang yang tidak cakap melakukan perbuatan hukum adalah
Dalam Pasal 1320 KUHPerdata untuk orang yang belum dewasa atau anak sahnya suatu perjanjian harus ada
dibawah umur atau mereka yang dibawah suatubhal tertentu dan suatu sebab yang
pengampunan.
halal. untuk terpenuhinya syarat obyektif dalam suatu perjanjian, obyek yang
d. Adanya syarat batal yang terpenuhi. dimaksud dalam perjanjian adalah obyek
Yang dimaksud dengan syarat batal dalam perjanjian berupa barang baik barang yang
perjanjian adalah suatu peristiwa atau fakta baru akan ada maupun barang yang akan
tertentu yang belum tentu akan terjadi diperjanjikan (belum ada) yang mungkin
namun para pihak dalam perjanjian sepakat belum dibuat atau sedang dalam proses
bila peristiwa atau fakta tersebut benar pembuatan.
obyeknya tidak jelas yang disebabkan oleh
karena tidak dapat ditentukan jenisnya atau tidak dapat dinilai dengan uang atau tidak
Sementara Perjanjian yang dapat dibatalkan mungkin dilakukan perjanjian adalah batal
apabila:
demi hukum.
a. Karena cacat kehendak para pihak yang
c. Dibuat oleh orang yang tidak berwenang
membuatnya.
melakukan perbuatan hukum. Syarat sahnya suatu perjanjian adalah
adanya kesepakatan antara para pihak yang melakukan tindakan hokum berbeda
membuatnya syarat kesepakatan tersebut dengan sesorang yang ketidakwenangan
adalah merupakan unsure subyektif dalam untuk melakukan tindakan hukum.
KUHPerdata tidak menjelaskan apa yang seseorang
dimaksud dengan “ Sepakat “ namun berwenang melakukan tindakan hukum
sebaliknya jika tidak ada kata sepakat dari apabila seseorang oleh undang-undang
pihak yang membuatnya maka perjanjian dilarang melakukan tindakan hukum
tersebut menjadi cacat sehingga menjadi
24 http://ubudjustitia.com/perbedaan-perjanjian- batal-demi-hukum-dengan-perjanjian-yang-
dapat-dibatalkan/
Nagari Law Review • Volume 1 Number 2, April 2018 211 Nagari Law Review • Volume 1 Number 2, April 2018 211
merupakan lembaga bersifat independen dalam suatu perjanjian yang mengakibatkan
menjalankan tugasnya dan kedudukannya batalnya suatu perjanjian karena, adanya
berada di luar pemerintah. Lembaga ini paksaan, penipuan, dan adanya kekilafan (