KEDEPUTIAN BIDANG TEKNOLOGI PENGEMBANGAN SUMBERDAYA ALAM

JAKARTA, APRIL 2017

RENSTRA TPSA Tahun 2015-2019 Revisi 3 KEDEPUTIAN BIDANG TEKNOLOGI PENGEMBANGAN SUMBERDAYA ALAM

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI Tahun 2017

KEPUTUSAN DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI PENGEMBANGAN SUMBETRDAYA ALAM (TPSA) BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI(BPPT)

NOMOR TAHUN 2017

TENTANG PENETAPAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) KEDEPUTIAN BIDANG TEKNOLOGI PENGEMBANGAN SUMBERDAYA ALAM BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

TAHUN 2015 – 2019

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEPUTI BIDANG TPSA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan dictum Ketiga Keputusan Kepala BPPT tentang Rencana Strategis BPPT tahun 2015-2019, dipandang perlu menetapkan Rencana Strategis Kedeputian Bidang TPSA Tahun 2015 - 2019;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a Surat Keputusan ini, susunan dan rumusan atas Revisi Rencana Strategis TPSA Tahun 2015–2019 ditetapkan berdasarkan atas penetapan Keputusan ini:

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4219);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 74; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405);

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Akuntabilitas Kinerja;

6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015–2019;

7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah dan terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013;

8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagai-mana telah beberapa kali diubah dan terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2013;

9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 152/M Tahun 2015; tentang Pemberhentian dan Pengangkatan dari dan dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Madya di lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi;

10. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2004 tentang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

11. Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 009 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

11. Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 010 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca..

12. Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 017 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Teknologi Survey Kelautan.

13. Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 018 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Teknologi Pengolahan Air dan Limbah..

14. Keputusan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 004 . Tahun 2017 tentang Penetapan Rencana Strategis Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Tahun 2015-2019.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN

PENGEMBANGAN SUMBERDAYA ALAM TENTANG REVISI RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG TEKNOLOGI PENGEMBANGAN SUMBERDAYA ALAM BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI TAHUN 2015 – 2019.

PERTAMA : Menetapkan Revisi Rencana Strategis Kedeputian Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam Tahun 2015 – 2019, sebagaimana tersebut dalam lampiran ini sebagai dokumen acuan Kedeputian Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam untuk periode 5 (lima) tahun terhitung mulai tahun 2015 sampai dengan tahun 2019, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

KEDUA : RENSTRA Kedeputian Bidang TPSA Tahun 2015-2019 sebagaimana tersebut dalam Diktum Pertama berisikan visi, misi, tujuan, sasaran strategis, arah kebijakan dan strategi, target kinerja dan kerangka pendanaan Deputi TPSA, yang telah disusun dan diselaraskan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), dan RENSTRA BPPT tahun 2015 - 2019.

KETIGA : RENSTRA Kedeputian Bidang TPSA tahun 2015– 2019 sebagaimana tersebut dalam Diktum Pertama menjadi dasar bagi para Kepala Unit/Satuan Kerja di lingkungan Kedeputian TPSA dalam melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing, dan menyusun rancangan Rencana Kerja (Renja) baik prioritas pembangunan nasional maupun bidang.

KEEMPAT : RENSTRA Kedeputian Bidang TPSA tahun 2015 - 2019 dikaji ulang secara periodik dan disesuaikan dengan perkembangan kebijakan pemerintah dan lingkungan strategis yang terjadi di lingkungan BPPT pada umumnya dan TPSA pada khususnya.

KELIMA : Lampiran Keputusan ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Keputusan ini. KEENAM : Keputusan ini berlaku sejak ditandatangani sampai dengan Desember 2019, dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan dilakukan perbaikan seperlunya.

Ditetapkan di Jakarta Tanggal 28 April 2017

DEPUTI KEPALA BPPT BIDANG TPSA

Prof. Ir, Wimpie Agoeng N. Aspar, Ph.D NIP. 19590414 198404 10 005

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Revisi 3 Renstra Kedeputian Bidang TPSA Tahun 2015-2019 dapat tersusun sesuai rencana. Revisi 3 Renstra TPSA 2015-2019 perlu dilakukan karena BPPT akan mencanangkan e-performance based budgeting serta dipandang perlu adanya penajaman program untuk percepatan pencapaian outcome TPSA. Revisi 3 Renstra TPSA 2015-2019 khususnya dilakukan untuk Tahun 2017-2019, mengacu kepada Revisi 2 RENSTRA BPPT 2015-2019 yang berdasarkan atas RPJMN 2015-2019 baik penyesuaian terhadap Nawa Cita, Buku 1 (Agenda Pembangunan Nasional), Buku 2 (Agenda Pembangunan Bidang), Quick Wins serta RKP 2018. Renstra Kedeputian TPSA terdiri dari 5 bab yaitu pada Bab Pertama tentang kondisi umum, potensi dan permasalahan di Kedeputian TPSA, adapun pada Bab Kedua tentang tujuan dan sasaran program yang diturunkan dari visi dan misi, tujuan dan sasaran strategis BPPT, serta hubungan antara visi, misi, tujuan dengan sasaran strategis serta indikator kinerjanya. Pada Bab Ketiga tentang arah dan kebijakan strategi tingkat nasional, tingkat BPPT dan tingkat Kedeputian TPSA, serta Kerangka Regulasi dan Kelembagaan, sedangkan pada Bab Empat berisi tentang Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan dan terakhir Bab Kelima merupakan Penutup. Lampiran sebagai bagian tidak terpisahkan berisi Lampiran Matrik Kinerja dan Pendanaan Kedeputian TPSA dan Lampiran Kerangka Regulasi. Renstra Kedeputian TPSA 2015-2019 akan menjadi Acuan dalam penyusunan Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK), Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Rencana Kerja (Renja K/L) serta Rencana Kerja dan Anggaran (RKA K/L).

Akhir kata, dalam rangka pencapaian visi dan misi BPPT, pemantauan dan reviu capaian target kinerja Kedeputian TPSA akan selalu dilakukan dan terbuka untuk perbaikan dan penyempurnaan sesuai dengan perkembangan situasi serta kemajuan Iptek. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Revisi 3 Renstra Kedeputian TPSA Tahun 2015-2019.

Jakarta, 28 April 2017 DEPUTI KEPALA BPPT BIDANG TPSA

Prof. Ir, Wimpie Agoeng N. Aspar, Ph.D NIP. 19590414 198404 10 005

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR vii viii DAFTAR ISI ix ISTILAH DAN PENJELASAN DALAM DOKUMEN INI

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Kondisi Umum

1.1.1. Global

1.1.2. Nasional

1.1.3. Pencapaian Periode 2010-2014

1.2. Potensi dan Permasalahan

17 BAB 2 TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM

2.2. Kinerja Utama dan Indikator

2.3. Sasaran Program

20 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KELEMBAGAAN

3.1. Arah Kebijakan dan Strategi BPPT

3.2. Arah Kebijakan dan Strategi TPSA

3.3. Kerangka Regulasi

3.4. Kerangka Kelembagaan

3.5. Nomenklatur

35 BAB 4 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

4.1. Target Kinerja

4.2. Kerangka Pendanaan

42 BAB 5 PENUTUP

43 LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan PTPSM 2015-2019

44 Lampiran 2. Penjelasan Umum

48 Lampiran 3. Singkatan

ISTILAH DAN PENJELASAN DALAM DOKUMEN INI

Dalam Rancangan Teknokratis Renstra TPSA 2015 - 2019 ini, yang dimaksud dengan:

1. Pusat Unggulan Teknologi adalah suatu lembaga yang mengoptimalkan potensi sumber daya iptek yang tersedia sehingga menjadi pusat kegiatan litbangyasa unggulan nasional ataupun hasil kegiatan litbang di pusat tersebut dapat langsung menjadi solusi dari persoalan yang dihadapi saat ini.

2. Produk Teknologi adalah hasil setingkat outcome/impact dari suatu aktifitas penelitian, pengembangan dan perekayasaan teknologi yang berupa inovasi atau rekomendasi

3. National Science Techno Park (Taman Sains dan Teknologi Nasional) Adalah Kawasan yang diarahkan berfungsi sebagai :

a. pusat pengembangan sains dan teknologi maju ;

b. pusat penumbuhan wirausaha baru di bidang teknologi maju; dan

c. pusat layanan teknologi maju ke masyarakat

Reff: (RPJMN 2015-2019 /Buku 1)

4. Techno Park (Taman Teknologi ) Adalah Kawasan di Kabupaten/Kota yang diarahkan berfungsi sebagai :

a. pusat penerapan teknologi di bidang pertanian, peternakan, perikanan, dan pengolahan hasil (pasca panen), industri manufaktur, ekonomi kreatif, dan jasa-jasa lainnya yang telah dikaji oleh lembaga penelitian, swasta, perguruan tinggi untuk diterapkan dalam skala ekonomi ; dan

b. tempat pelatihan, pemagangan, pusat disseminasi teknologi, dan pusat advokasi bisnis ke masyarakat luas

Reff: (RPJMN 2015-2019 /Buku 1)

5. National Science Techno Park /Techno Park yang terwujud atau berfungsi

Adalah national science techno park/technopark yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

6. Rintisan Technopark adalah rintisan kegiatan untuk membangun techno park agar dapat terwujud atau berfungsi di masa yang akan datang

7. Pusat Inovasi Adalah Kawasan kegiatan penelitian, pengembangan, penerapan, dan perekayasaan, yang bertujuan untuk menghasilkan produk atau proses produksi baru yang komersial atau, dipakai oleh masyarakat luas.

8. Indeks Kepuasan Masyarakat Adalah data dan informasi tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas 8. Indeks Kepuasan Masyarakat Adalah data dan informasi tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas

9. Kerekayasaan adalah kegiatan bertahap yang secara runtun meliputi penelitian, pengembangan , perekayasaan dan pengoperasian (juknis Perekayasa, Kep Ka 001/Tahun 2009)

10. Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, penerapan, dan perekayasaan, yang bertujuan untuk menghasilkan produk atau proses produksi baru yang komersial atau, dipakai oleh masyarakat luas. Adapun untuk inovasi di BPPT yaitu diantaranya yaitu prototipe, pilot plant, pilot project.

11. Layanan Teknologi adalah hasil perekayasaan teknologi yang dihasilkan dalam bentuk produk barang maupun jasa yang dapat dimanfaatkan. Adapun layanan teknologi BPPT adalah rekomendasi, advokasi, alih teknologi, konsultansi, referensi teknis, audit teknologi, jasa operasi, pengujian, survei, serta PPBT (perusahaan pemula berbasis teknologi).

12. Proposisi Nilai (Value Proposition) BPPT adalah manfaat dari layanan teknologi yang ditawarkan kepada pemangku kepentingan (stakeholder) melalui mekanisme kerjasama yang saling menguntungkan yang dapat meningkatkan daya saing produk dan kemandirian bangsa serta adanya teknologi canggih atau baru yang dapat menjadikan produk berupa barang atau jasa lebih unggul dari yang lain [Carla O'Dell & Grayson C. Jackson].

13. Kemandirian Bangsa adalah nilai proposisi BPPT yang ditawarkan sehingga menyebabkan peningkatan kandungan lokal (TKDN), adanya peningkatan ekspor dan atau subtitusi impor, menghasilkan inovasi, penguasaan, kemampuan teknologi, serta tumbuhnya ketahanan dan keamanan nasional serta tumbuhnya perekonomian daerah/nasional.

14. Daya Saing adalah nilai proposisi BPPT yang ditawarkan kepada pemangku kepentingan sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan potensi di industri, daerah, nasional, dapat mendorong peningkatan pangsa pasar dan pengguna, dapat menghasikan produk/proses yang unik/khas, lebih murah dan unggul, serta dapat menghasilkan nilai tambah suatu potensi/produk/proses.

15. Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

16. Technology of State of the Art adalah nilai proposisi BPPT yang ditawarkan terhadap penggunaan dengan adanya teknologi/metodologi baru dan teknologi mutakhir di nasional/dunia.

17. Peran BPPT adalah upaya yang dilakukan BPPT untuk menjadikan layanan teknologi yang didifusikan dan dikomersialisasikan menjadi bermafaat dan berkelanjutan. Adapun peran-peran tersebut yaitu pengkajian, intermediasi, solusi, clearing house, audit teknologi.

18. Pengkajian Teknologi adalah peran memberikan hasil kajian studi multidimensi yang sistematis tentang suatu teknologi untuk menghasilkan pemahaman tentang tingkat kesiapan/kematangan suatu teknologi (TRL-Technology Readiness Level), perkiraan nilai (value) dari suatu teknologi sebagai suatu aset intelektual (knowIedge/intelIectual asset) beserta peluang dan tantangan/risikonya, perkiraan dampak teknologi yang telah diterapkan/jika (yang akan) diterapkan, dan/atau implikasi strategi/kebijakan atau advis/rekomendasi kebijakan pada tataran organisasional ataupun publik.

19. Intermediasi Teknologi adalah peran yang menjembatani antara sistem litbangyasa dengan sistem industri atau pemerintah (pusat dan daerah), dalam rangka untuk meningkatkan produktifitas dan daya saing serta peningkatan kualitas, dalam hal ini yaitu memberikan fasilitas hubungan, keterkaitan, jejaring, kemitraan antara dua pihak atau lebih. Intermediasi juga menjembatani berbagai pihak terkait dengan kepentingan tertentu (dalam konteks teknologi, serta memberikan delivery access bagi industri, instansi pusat/pemda/masyarakat untuk memanfaatkan sumberdaya Iptek dari BPPT/ Lembaga Iptek lainnya dari Dalam dan Luar Negeri.

20. Solusi Teknologi adalah peran yang memberikan advis teknologi, memfasilitasi atau mengimplementasikan penerapan teknologi dan memberikan pelayanan teknis di bidang teknologi, serta melaksanakan pembinaan teknologi.

21. Technology Clearing House (TCH) adalah peran yang memfasilitasi pertukaran informasi, keahlian dan/atau produk teknologi tertentu, juga berperan melakukan "clearance test” bagi teknologi otoritas atau pendukung dalam menyatakan bahwa 21. Technology Clearing House (TCH) adalah peran yang memfasilitasi pertukaran informasi, keahlian dan/atau produk teknologi tertentu, juga berperan melakukan "clearance test” bagi teknologi otoritas atau pendukung dalam menyatakan bahwa

22. Audit Teknologi adalah peran memberikan verifikasi dan klarifikasi serta penilaian terhadap suatu teknologi yang sudah digunakan oleh industri/instansi/masyarakat terhadap suatu standar yang telah ditetapkan, dapat juga diartikan memberikan hasil studi audit yang sistematis dengan prosedur legal terstandar untuk mengevaluasi, membandingkan dan/atau memeriksa suatu teknologi atau suatu penerapan teknologi terhadap (berdasarkan) standar atau ketentuan persyaratan/kriteria tertentu. Audit teknologi bisa bersifat voluntary (sukarela) atau mandatory (wajib).

23. Prototipe adalah layanan teknologi dalam bentuk purwarupa pertama dari satu objek yang direncanakan dibuat dalam satu proses produksi, mewakili bentuk dan dimensi dari objek yang diwakilinya dan digunakan untuk objek penelitian dan pengembangan lebih lanjut. Kriteria dari prototipe : a) Bentuk awal dari objek yang akan diproduksi dalam jumlah banyak; b) Prototipe dibuat berdasarkan pesanan untuk tujuan komersialisasi; c) Belum pernah dibuat sebelumnya; d) Merupakan hasil penelitian dan pengembangan dari objek atau sistem yang direncanakan akan dibuat; e) Mudah dipahami dan dianalisis untuk pengembangan lebih lanjut.

24. Pilot Plant adalah layanan teknologi dalam bentuk pabrik dalam skala kecil dengan kapasitas 10% dari pabrik pada skala normal dan merupakan implementasi dari desain yang dibuat terdahulu. Pilot plant tidak cukup untuk skala ekonomi namun hanya digunakan untuk beberapa tahun untuk mendapatkan data kinerja dan operasionalnya.

25. Pilot Project adalah layanan teknologi dalam bentuk proyek percontohan yang dirancang sebagai pengujian atau percobaan (trial) dalam rangka untuk menunjukkan keefektifan suatu pelaksanaan program, mengetahui dampak pelaksanaan program dan keekonomisannya.

26. Rekomendasi adalah layanan teknologi berupa masukan dan atau penyampaian pandangan dalam bentuk saran secara tertulis kepada pihak yang membutuhkan atau yang menjadi tujuan hasil kerekayasaan BPPT. Kriteria dari rekomendasi yaitu adanya permasalahan yang perlu dipecahkan; tindakan-tindakan yang perlu dilakukan; alternatif-alternatif yang harus dipilih; sumber sumber daya yang harus dimanfaatkan; data dan informasi yang harus diolah untuk dimanfaatkan; serta memberikan dampak yang lebih baik (efektif dan efisien).

27. Advokasi adalah layanan teknologi dalam bentuk saran-saran dan memberi pertimbangan kepada mitra/pengguna tentang penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologi; proaktif melakukan langkah/upaya untuk merekomendasikan gagasan kepada mitra/pengguna tentang penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologi.

28. Alih Teknologi adalah layanan teknologi dalam bentuk pengalihan kemampuan memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi antar lembaga, badan, atau orang, baik yang berada di lingkungan dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri ke dalam negeri dan sebaliknya.

29. Konsultansi adalah layanan teknologi dalam hal memberikan suatu petunjuk, pertimbangan, pendapat atau nasihat dalam penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologi yang didapatkan melalui pertukaran pikiran untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang sebaik-baiknya.

30. Referensi Teknis adalah layanan teknologi dalam bentuk referensi teknis merupakan suatu hasil studi multidimensi yang sistematis tentang suatu bidang tertentu yang menjadi acuan/referensi secara umum atau khusus.

31. Audit Teknologi adalah layanan teknologi yang merupakan verifikasi dan klarifikasi terhadap suatu teknologi yang sudah digunakan oleh industri/instansi/ masyarakat terhadap suatu standar yang telah ditetapkan.

32. Jasa Operasi adalah layanan teknologi yang berupa jasa operasi berdasarkan permintaan dalam rangka sertifikasi dan standardisasi yang dilakukan dengan kontrak atau kerjasama atau swakelola yang mengandung nilai tambah dalam bentuk dana, sharing budget, kerjasama kegiatan (inkind/incash) pada unit kerja yang melaksanakan dan dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku.

33. Pengujian adalah layanan teknologi dalam bentuk pengujian berdasarkan permintaan dalam rangka sertifikasi dan standardisasi yang dilakukan dengan Kontrak atau Kerjasama atau swakelola yang mengandung nilai tambah dalam bentuk dana, sharing budget, kerjasama kegiatan (inkind/incash) pada unit kerja yang melaksanakan dan dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku.

34. Survei adalah layanan teknologi berupa pengamatan langsung di lapangan atau observasi atau inspeksi berdasarkan permintaan dalam rangka pembuktian fakta, mendapatkan data kinerja dan operasional, dan pengujian suatu pernyataan.

35. PPBT (Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi) adalah layanan teknologi yang merupakan suatu hasil dari inkubator teknologi sehingga bisa menghasilkan perusahaan-perusahaan pemula yang berbasis teknologi.

36. Output (Sasaran Kegiatan) adalah keluaran yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan yang dapat berupa barang atau jasa.

37. Outcome (Sasaran Program) adalah hasil yang akan dicapai dari suatu program dalam rangka pencapaian sasaran strategis K/L yang mencerminkan berfungsinya keluaran.

38. Impact (Sasaran Strategis) adalah kondisi yang akan dicapai secara nyata oleh K/L yang mencerminkan pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya hasil dari satu atau beberapa program.

BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (RPJPN) 2005 – 2025 adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.

Dalam RPJPN 2005 – 2025 disebutkan bahwa persaingan yang makin tinggi pada masa yang akan datang menuntut peningkatan penguasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dalam rangka menghadapi perkembangan global menuju ekonomi berbasis pengetahuan. Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan penerapan Iptek nasional, tantangan yang dihadapi adalah perlu adanya peningkatan kontribusi Iptek untuk memenuhi hajat hidup bangsa; menciptakan rasa aman; memenuhi kebutuhan kesehatan dasar, energi, dan pangan; memperkuat sinergi kebijakan Iptek dengan kebijakan sektor lain; mengembangkan budaya Iptek di kalangan masyarakat; meningkatkan komitmen bangsa terhadap pengembangan Iptek; mengatasi degradasi fungsi lingkungan; mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam; serta meningkatkan ketersediaan dan kualitas sumber daya Iptek, baik SDM, sarana dan prasarana, maupun pembiayaan Iptek.

Kondisi saat ini menunjukkan, bahwa p enguasaan dan pemanfaatan teknologi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berbagai hasil penelitian, kerekayasaan dan pengembangan teknologi telah dimanfaatkan oleh kelompok industri dan masyarakat. Meskipun demikian, kemampuan teknologi secara nasional dalam penguasaan dan penerapan teknologi dinilai masih belum memadai untuk meningkatkan daya saing bangsa. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh masih rendahnya sumbangan teknologi terhadap sektor produksi nasional, belum efektifnya mekanisme intermediasi, lemahnya sinergi kebijakan, belum berkembangnya budaya Iptek di masyarakat, dan terbatasnya sumber daya Iptek.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) merupakan lembaga pemerintah yang berfungsi sebagai sumber dan infrastruktur teknologi nasional yang diperlukan untuk mendorong perkembangan dan daya saing perekonomian nasional. Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari BPPT, Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA), perlu membuat suatu rencana strategis untuk menjamin bahwa tugas pokok dan fungsi serta peran deputi bidang TPSA dapat dilaksanakan dengan baik, serta dapat mendukung tercapainya sasaran strategis BPPT serta target pembangunan nasional yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Rencana Strategis TPSA 2015-2019 juga merupakan turunan dari Rencana Strategis BPPT 2015 - 2019. Rencana strategis ini juga nantinya digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Strategis Pusat dan Balai yang ada di Kedeputian Bidang TPSA.

1.1. Kondisi Umum

1.1.1 Global

Kondisi geoekonomi global saat ini dan ke depan akan merupakan tantangan sekaligus peluang bagi perekonomian Indonesia dalam lima tahun ke depan. Tantangan dan peluang terkait dengan peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi antara lain adalah:

• Pusat ekonomi dunia ke depan diperkirakan akan bergeser terutama dari kawasan Eropa-Amerika ke kawasan Asia Pasifik. • Harga komoditas secara umum diperkirakan menurun, namun harga produk manufaktur dalam tren meningkat. • Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 yang akan dimulai tanggal 31 Desember 2015.

Kebijakan di bidang ekonomi perlu diarahkan untuk meningkatkan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada transformasi industri yang berkelanjutan, sehingga perekonomian Indonesia akan berbasis kepada nilai tambah ekonomi yang lebih tinggi. Perkiraan pelemahan harga komoditas di pasar internasional menjadi tantangan penting bagi Indonesia untuk segera menggeser struktur ekspor Indonesia ke arah produk manufaktur. Sementara itu, peningkatan jaringan rantai suplai global dan regional pun perlu dimanfaatkan oleh Indonesia melalui kebijakan kondusif, yang dapat membuka Kebijakan di bidang ekonomi perlu diarahkan untuk meningkatkan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada transformasi industri yang berkelanjutan, sehingga perekonomian Indonesia akan berbasis kepada nilai tambah ekonomi yang lebih tinggi. Perkiraan pelemahan harga komoditas di pasar internasional menjadi tantangan penting bagi Indonesia untuk segera menggeser struktur ekspor Indonesia ke arah produk manufaktur. Sementara itu, peningkatan jaringan rantai suplai global dan regional pun perlu dimanfaatkan oleh Indonesia melalui kebijakan kondusif, yang dapat membuka

Peningkatan daya saing perekonomian Indonesia menjadi hal utama yang perlu menjadi perhatian. Titik berat peningkatan daya saing perekonomian perlu diarahkan pada peningkatan infrastruktur dan ketersediaan energi, peningkatan iklim investasi dan iklim usaha, serta tata kelola birokrasi yang lebih efiisien. Peningkatan daya saing perekonomian ini perlu didukung oleh kebijakan pemerintah daerah yang kondusif, yang tidak menciptakan rente ekonomi maupun ekonomi biaya tinggi. Peningkatan infrastruktur akan dititikberatkan pada upaya untuk meningkatkan konektivitas nasional, sehingga integrasi domestik ini akan meningkatkan efisiensi ekonomi dan kelancaran arus barang dan jasa antar wilayah di Indonesia.

1.1.2 Nasional

Dalam menghadapi kondisi lingkungan strategis dan berbagai tantangan tersebut di atas, Indonesia saat ini masih mengadapi berbagai kendala. Posisi daya saing Indonesia jika diukur dengan indeks daya saing global (Global Competitiveness Index – GCI) berdasarkan laporan World Economic Forum pada tahun 2015-2016 meningkat dari peringkat 54 pada tahun 2009-2010 menjadi peringkat 34 pada tahun 2014-2015 namun menurun menjadi 37 di tahun 2015-2016. Tetapi di level ASEAN peringkat daya saing ini lebih rendah dibandingkan Singapura (2), Malaysia (18), Thailand (34), dan lebih tinggi dibandingkan Filipina (47), Vietnam (56), Laos (83) dan Myanmar (131) seperti dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Peringkat Daya Saing Gambar 1.2. Skor 12 Pilar Daya Saing Indonesia Indonesia 2015-2016

Peningkatan daya saing tersebut merupakan resultan dari kinerja berbagai pilar yang menjadi penopangnya, yang meliputi 12 pilar, yaitu: Institusi, Infrastruktur, Lingkungan Ekonomi Makro, Kesehatan dan Pendidikan Dasar, Pendidikan Tinggi dan Pelatihan, Efisiensi Pasar Barang, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja, Pasar Finansial, Kesiapan Teknologis, Ukuran Pasar, Kecanggihan Bisnis, dan Inovasi (Gambar 1.2).

Diantara pilar-pilar daya saing tersebut, terdapat tiga (3) pilar yang berkaitan langsung dengan daya dukung teknologi, yaitu:

1) Kesiapan Teknologi dengan indikator: Keberadaan Teknologi Terbaru, Tingkat Dayaserap Teknologi Perusahaan, PMA dan Transfer Teknologi, Pengguna Internet, Pita Lebar Internet, Pelanggan Telpon Gerak/100 Penduduk;

2) Kecanggihan Bisnis dengan indikator: Kuantitas Pemasok Lokal, Kualitas Pemasok Lokal, Pengembangan Klaster Negara, Sifat Keunggulan Kompetitif, Kepanjangan Rantai Nilai, Pengendalian Distribusi Internasional, Kecanggihan Proses Produksi, Keluasan Pemasaran, Kesediaan Untuk Mendelegasikan Wewenang); dan

3) Inovasi dengan indikator: Kapasitas Inovasi, Kualitas Lembaga Penelitian Ilmiah, Belanja Litbang Perusahaan, Kolaborasi Litbang Universitas-Industri, Pengadaan Pemerintah untuk Produk Teknologi Maju, Ketersediaan Ilmuwan dan Insinyur, Utilitas Paten Per Sejuta Penduduk.

Dari 12 pilar daya saing tersebut, pilar Kesiapan Teknologi, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja dan pilar Inovasi merupakan pilar dengan nilai terendah (nilai Kesiapan Teknologi 3,6, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja 3,8 sedangkan Inovasi 3,9 dari skala 1-7) dibandingkan dengan sembilan pilar lainnya, seperti dapat dilihat pada Gambar 2. Hal ini mencerminkan bahwa iptek belum berperan secara signifikan dalam meningkatkan daya saing Indonesia. Hal ini mencerminkan bahwa iptek belum berperan secara signifikan dalam meningkatkan daya saing Indonesia. Kemampuan teknologi secara nasional dalam penguasaan dan penerapan teknologi dinilai masih belum memadai untuk meningkatkan daya saing bangsa. Hal ini telah mengakibatkan ongkos untuk menghasilkan suatu produk menjadi mahal, serta kualitas barang serta inovasi produk yang dihasilkan sangat terbatas sehingga daya saing usaha tidak seperti yang diharapkan.

1.1.3. Pencapaian Periode 2010-2014

Kondisi saat ini menunjukkan, bahwa penguasaan dan pemanfaatan teknologi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berbagai hasil penelitian, kerekayasaan dan pengembangan teknologi telah dimanfaatkan oleh kelompok industri dan masyarakat.

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, BPPT telah berperan dalam 13 bidang fokus bidang iptek dalam kegiatan penelitian, pengembangan dan kerekayasaan. Dalam 13 bidang tersebut, BPPT memiliki peran yang sentral dalam pengembangan iptek yang disamping memiliki manfaat ekonomi yang tinggi, serta dapat mendorong penggunaan sumberdaya secara berkelanjutan, dengan mengembangkan teknologi yang juga bersifat berkelanjutan. Secara spesifik, Kedeputian Bidang TPSA memiliki kiprah yang menonjol dalam 3 bidang teknologi yaitu bidang teknologi SDA dan Kelautan, bidang teknologi Kebencanaan dan bidang teknologi Lingkungan.

Dalam bidang teknologi inventarisasi sumberdaya alam, Kedeputian Bidang TPSA telah berhasil mengembangkan berbagai teknologi untuk melakukan inventarisasi dan valuasi sumberdaya alam dalam mendukung pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan. Pengkajian dan penerapannya didukung oleh Teknologi Penginderaan Jauh (Remote Sensing), Sistem Informasi Geografi (SIG), Sistem Survey Terestrial Terpadu, dan Sistem Iklim; dilaksanakan melalui pendekatan proses karakterisasi, lalu dilanjutkan dengan proses pemodelan untuk membangun model prediksi, sampai kepada proses akunting sumberdaya alam. Beberapa produk teknologi telah banyak dimanfaatkan pada berbagai sektor terutama pertanian, kelautan dan perikanan serta kehutanan. Produk unggulan yang telah dihasilkan antara lain Piranti lunak SIKBES Ikan dengan menggabungkan metoda sistem pakar (Knowledge-Based Expert System / KBES), penginderaan jarak jauh serta Sistem Informasi Geografis untuk memberikan data dan informasi strategis mengenai lokasi dan potensi penangkapan ikan yang akurat serta potensinya; pemanfaatan teknologi hyperspectral remote sensing yang layak terap dan diharapkan dapat memberikan peningkatan yang nyata (significant) terhadap prediksi hasil panen tanaman padi sebagai solusi ketahanan pangan dan pertanian masa depan yang mempunyai presisi tinggi (precision agriculture); aplikasi teknologi radar cuaca untuk EWS cuaca dan iklim ekstrim, serta implementasi jaringan data dan informasi sumberdaya alam.

Dalam bidang teknologi mineral, Kedeputian Bidang TPSA telah mengembangkan berbagai teknologi yang mendorong proses eksplorasi serta pengelolaan sumberdaya lingkungan yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengan dikembangkannya teknologi Dalam bidang teknologi mineral, Kedeputian Bidang TPSA telah mengembangkan berbagai teknologi yang mendorong proses eksplorasi serta pengelolaan sumberdaya lingkungan yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengan dikembangkannya teknologi

Dalam Bidang pengelolaan sumberdaya lahan, wilayah dan mitigasi bencana, Kedeputian Bidang TPSA telah melakukan pengkajian dan pengembangan teknologi dibidang rekayasa bentang lahan, pengelolaan sumberdaya air, pengembangan wilayah dan teknologi mitigasi bencana atau pengurangan risiko bencana. Beberapa produk unggulan yang dihasilkan dan telah dimanfaatkan pada berbagai stakeholder antara lain :

1. Teknologi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya lahan gambut yang terdiri dari paket teknologi karakterisasi sumberdaya gambut, penyusunan masterplan pengelolaan, teknologi pemanfaatan gambut untuk media tanam dan penyuburan lahan kritis. 2. Teknologi Biocyclofarming dan Ameliorasi untuk peningkatan produktivitas bentang lahan kritis, lahan bekas tambang dan marjinal lainnya, teknologi ini telah memberikan kontribusi secara nasional dengan dibentuknya berbagai kawasan Agro Tekno Park (ATP) diberbagai daerah di Indonesia. 3. Teknologi Pengelolaan dan Pengembangan Wilayah Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan Pesisir, teknologi ini berkontribusi pada pengembangan permukiman desa nelayan, teknologi rehabilitasi ekosistem hutan mangrove, dan teknologi pengembangan kawasan waterfront. 4. Teknologi mitigasi bencana dan pengurangan risiko bencana, teknologi yang telah dikembangkan antara lain Sistem Reduksi Risiko Bencana (SIRRMA), Sistem Peringatan Dini Banjir (FEWS), Sistem Peringatan Dini Longsor (LEWS), dan Rapid Assessment Mitigation Unit (RAMU).

Dalam bidang teknologi lingkungan, melalui Pusat Teknologi Lingkungan telah berhasil mengembangkan Teknologi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Reusable Sanitary Landfill (RSL) yang dilengkapi dengan tiga sarana penunjangnya, yaitu Instalasi Pengolahan Air Lindi, Instalasi Recovery Landfill Gas dan Sistem Jaringan perpipaan untuk air lindi untuk system TPA RSL, serta Sistem Jaringan Perpipaan pengumpulan gas Methan. Penerapan konsep Produksi Bersih tetap dilanjutkan terutama untuk berbagai jenis Dalam bidang teknologi lingkungan, melalui Pusat Teknologi Lingkungan telah berhasil mengembangkan Teknologi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Reusable Sanitary Landfill (RSL) yang dilengkapi dengan tiga sarana penunjangnya, yaitu Instalasi Pengolahan Air Lindi, Instalasi Recovery Landfill Gas dan Sistem Jaringan perpipaan untuk air lindi untuk system TPA RSL, serta Sistem Jaringan Perpipaan pengumpulan gas Methan. Penerapan konsep Produksi Bersih tetap dilanjutkan terutama untuk berbagai jenis

Adapun dalam isu perubahan iklim, PTL telah berhasil mengembangkan teknologi penyerapan karbondioksida memanfaatkan mikroalgae (Fotobioreactor) dalam skala pilot. Selain itu hasil kajian PTL dalam metode penghitungan dan pengukuran emisi karbon telah berkontribusi dalam penentuan emisi GRK nasional (RAN GRK) yang terlaporkan dalam Second National Communication (SNC). Dalam kancah nasional, PTL juga telah menghasilkan Technology Need Assessment (TNA) sebagai dokumen aksi nasional di bidang transfer teknologi untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Untuk mendukung pengembangan teknologi perlindungan kualitas lingkungan, Balai Teknologi Pengelolaan Air dan Limbah/BTPAL (sebelumnya Balai Teknologi Lingkungan), menyediakan kapasitas analisis lingkungan bagi masyarakat luas, serta mengembangkan teknologi remediasi yang berbasiskan pada pemanfaatan agensia biologi.

Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca/BBTMC (sebelumnya UPT Hujan Buatan), telah melaksanakan penelitian dan pengembangan Iptek yang terkait dengan Teknologi Modifikasi Cuaca serta melakukan aplikasi teknologi itu sendiri dalam mengatasi permasalahan sumberdaya air di berbagai daerah di Indonesia. TMC yang dilakukan oleh BBTMC di Indonesia secara operasional telah dilakukan sejak tahun 1979 dengan berbagai tujuan, diantaranya untuk menambah curah hujan bagi sektor pertanian, untuk pengisian air waduk dalam mendukung pengelolaan PLTA, mengurangi curah hujan untuk mengatasi banjir/longsor, dan untuk mengurangi kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Sampai dengan tahun 2009, penerapan TMC di berbagai daerah di Indonesia sudah dilakukan sekitar 76 kali.

Tabel 1.1. Layanan Teknologi Modifikasi Cuaca di Indonesia

PROVINSI

DAERAH TARGET

TUJUAN

FREQ

Sumbar Maninjau, Singkarak Pengisian Danau untuk PLTA 6 Riau

Koto Panjang Pengisian Waduk untuk 1

DAS Citarum, DAS Cimanuk PLTA, Irigasi, Mengatasi

kekeringan

Jateng DAS Kedungombo,

16 Wonogiri, Sempor, Wadas

Irigasi, mengatasai

kekeringan

Lintang Jatim

3 Lombok

DAS Brantas

Irigasi

Daerah Pertanian Mengatasai kekeringan 1 Kalsel

6 Sumatera,

Das Riam Kanan

PLTA

10 Kalimantan

Daerah kebakaran hutan

Penipisan asap akibat

dan lahan kebakaran hutan dan lahan Sulsel

8 Sulbar

DAS Sorowako, Towuti

PLTA

1 DKI Jakarta

DAS Mamasa

PLTA

Daerah Banjir Pengurangan curah hujan 1 76

TOTAL PELAKSANAAN

Selain melakukan kegiatan operasional TMC, Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca juga terus melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan kinerja TMC dalam rangka mengoptimalkan hasil untuk kepuasan pihak pengguna. Penelitian dan pengembangan pada periode tahun 1977 – 1985 bertujuan untuk melihat prospek pemanfaatan sumber daya air atmosfer dan percobaan beberapa bahan dan metode penyemaian awan. Kegiatan penelitian dan pengembangan pada periode 1986 hingga 1999 diarahkan untuk mengetahui sifat karakteristik lapisan dan sifat fisis atmosfer di wilayah ekuator Indonesia pada umumnya. Program penelitian dan pengembangan pada 1999 sampai dengan 2009 lebih difokuskan untuk pengembangan strategi/teknik penyemaian, dan pengembangan bahan semai baru, meningkatkan kemampuan membuat model prakiraan iklim dan cuaca, pengembangan teknik penyemaian awan dengan menara statis (Ground Based Generator/GBG), otomatisasi sistem penyemaian, antisipasi banjir dan kebakaran hutan dan lahan. Outcomes dari pelaksanaan program penelitian dan pengembangan merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan mutu dan optimalisasi pelayanan operasional TMC kepada pengguna. Selain penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan sebelumnya, Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca juga aktif melakukan kerjasama penelitian yang berkaitan dengan atmosfer, baik dalam Selain melakukan kegiatan operasional TMC, Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca juga terus melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan kinerja TMC dalam rangka mengoptimalkan hasil untuk kepuasan pihak pengguna. Penelitian dan pengembangan pada periode tahun 1977 – 1985 bertujuan untuk melihat prospek pemanfaatan sumber daya air atmosfer dan percobaan beberapa bahan dan metode penyemaian awan. Kegiatan penelitian dan pengembangan pada periode 1986 hingga 1999 diarahkan untuk mengetahui sifat karakteristik lapisan dan sifat fisis atmosfer di wilayah ekuator Indonesia pada umumnya. Program penelitian dan pengembangan pada 1999 sampai dengan 2009 lebih difokuskan untuk pengembangan strategi/teknik penyemaian, dan pengembangan bahan semai baru, meningkatkan kemampuan membuat model prakiraan iklim dan cuaca, pengembangan teknik penyemaian awan dengan menara statis (Ground Based Generator/GBG), otomatisasi sistem penyemaian, antisipasi banjir dan kebakaran hutan dan lahan. Outcomes dari pelaksanaan program penelitian dan pengembangan merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan mutu dan optimalisasi pelayanan operasional TMC kepada pengguna. Selain penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan sebelumnya, Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca juga aktif melakukan kerjasama penelitian yang berkaitan dengan atmosfer, baik dalam

Dengan Wahana Survei yang ada saat ini Balai Teknologi Survei Kelautan bertekad menjadi pusat unggulan dalam mewujudkan pelayanan jasa survey, riset dan observasi kelautan melalui pendekatan teknologi yang handal dan tangguh dengan mengutamakan kualitas, harga yang kompetitif, dan penyerahan hasil kerja yang tepat waktu. Armada Kapal Riset Baruna Jaya yang dikelola oleh Balai TEKSURLA terdiri dari 4 kapal dengan spesifikasi kapal yang hampir mirip namun berbeda dalam peralatan survei. Pada saat ini peruntukan dan peralatan yang terpasang pada wahana Kapal Riset Baruna Jaya tersebut adalah:

1. Kapal Riset Baruna Jaya I, di bareboat charter untuk site survey

2. Kapal Riset Baruna Jaya II, terpasang peralatan seismik eksplorasi minyak dan gas lepas pantai.

3. Kapal Riset Baruna Jaya III, terpasang peralatan multi beam laut dalam untuk survey hidro-ocenografi

4. Kapal Riset Baruna Jaya IV, terpasang peralatan multi beam. Kapal Riset Baruna Jaya dapat dimanfaatkan dalam eksplorasi dan pengembangan potensi

kelautan dengan 2 jalur pelayanan jasa yakni : Bare Boat Charter atau Time Charter. Pada 2009 yang lalu layanan jasa survey kelautan yang telah dilaksanakan oleh Balai Teknologi Survei Kelautan diantaranya adalah:

1. Deployment Ina Buoy TEWS Halmahera, Aru/Naira maintenance Ina Buoy TEWS Komodo dan Bathimetri Naira Halmahera, Banda Indonesia Timur

2. Deployment 8 Buoys GITEWS : Java01, Java02, Java03, Java04, Sumatera01, Sumatera02, Sumatera03, dan Sumatera04

3. Mintenace Buoy Halmahera, Aru & Komodo dan Bathimetri Halmahera, Sorong1 dan Sorong2

4. Pemasangan Buoy ATLAS-NOAA di SAMUDERA Hidia Barat Aceh

5. Inspeksi TEWS Buoy DART 0N92E Indian Ocean

6. Recovery Buoy GITEWS JAVA 04 di Selatan Jawa Barat

7. Wet Test Ina Buoy TEWS Gen.2 di Perairan Kepulauan Seribu

8. Recovery Ina Buoy TEWS KOMODO di Laut Flores

9. Survey Hidro-ocenografi Mentawai di laut Mentawai, Barat Padang

10. Mintenance Buoy GITEWS: SUM-03, SUM-04 dan Ina Buoy Mentawai di Indian Ocean, Barat Sumatera

11. Survey Hidro-ocenografi WOC di Laut Jawa, Laut Banda dan Maluku

12. Survey Hidro-ocenografi Sea Water Column di Selat Makasar

13. Survey Bathimetri Palu, Manado, maintenance Buoy Halmahera dan Recovery Ina Buoy TEWS Aru dan Komodo di Selat Makasar, Laut Maluku dan Flores Indonesia Timur.

14. Survei Sesmik di Perairan Utara Madura

15. Survei Geofisika PT.Timah di Perairan Bangka Belitung

16. Survei Seismik untuk Landas Kontinen di Perairan Utara Papua

17. Survei Seismik untuk kajian Pseudo 3D Kerawang di Perairan Laut Jawa Utara Kerawang

18. Survey Eksplorasi Potensi Migas (Kerjasama dengan PT. BNE dan PT. Elnusa) diselat Makasar

19. Survey Seismik Laut Dalam untuk Landas Kontinen Perairan Barat Aceh Indonesia, Kerjasama dengan Bakosurtanal.

Disamping itu hasil dari layanan jasa ini juga dipergunakan untuk mendukung kegiatan pemeliharaan dan perawatan seluruh armada Kapal Riset Baruna Jaya siap layar dengan menerapkan K3L (Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan), atau dikenal juga dengan istilah HSE (Health, Safety and Environment) Dalam rangka meningkatkan daya saing dalam pelayanan teknologi akusisi seismik laut demi terwujudnya kemandirian nasional dalam bidang eksplorasi migas lepas pantai Balai Teknologi Survei Kelautan telah melakukan Pengembangan Teknologi Eksplorasi Migas Lepas pantai, dengan tujuan utama adalah mewujudkan kemandirian nasional Disamping itu hasil dari layanan jasa ini juga dipergunakan untuk mendukung kegiatan pemeliharaan dan perawatan seluruh armada Kapal Riset Baruna Jaya siap layar dengan menerapkan K3L (Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan), atau dikenal juga dengan istilah HSE (Health, Safety and Environment) Dalam rangka meningkatkan daya saing dalam pelayanan teknologi akusisi seismik laut demi terwujudnya kemandirian nasional dalam bidang eksplorasi migas lepas pantai Balai Teknologi Survei Kelautan telah melakukan Pengembangan Teknologi Eksplorasi Migas Lepas pantai, dengan tujuan utama adalah mewujudkan kemandirian nasional

1.2. Potensi dan Permasalahan

Potensi dan permasalahan di lingkungan Kedeputian Bidang TPSA dilakukan dengan melakukan identifikasi dan analisis lingkungan berpengaruh berupa analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman (kedepan) serta dilengkapi dengan kondisi lingkungan berpengaruh tingkat Nasional dan Internasional. Analisis Kekepan dan lingkungan berpengaruh tersebut seperti dirinci dibawah ini:

1.2.1. Potensi

Potensi berupa kekuatan yang dimiliki oleh kedeputian bidang TPSA yang meliputi sumberdaya manusia, fasilitas sarana dan prasarana meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) TPSA memiliki SDM unggul dengan tingkat pendidikan yang tinggi dari berbagai disiplin ilmu dan bidang keahlian. Berdasarkan data per 1 Maret 2016 secara keseluruhan SDM TPSA berjumlah 444 orang dengan status dipekerjakan 19 orang. komposisi berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada dan Gambar 1.3.

Gambar 1.3. Komposisi SDM TPSA berdasarkan Tingkat Pendidikan per 1 Maret 2016 Untuk tingkat S0 (SMA dan SMK) sebanyak 56 orang (12 %), Diploma sebanyak 21 orang (5 %) , S1 sebanyak 164 orang (37 %), S2 sebanyak 145 orang (33 %) dan S3

sebanyak 59 orang (13 %).

Komposisi SDM Kedeputian TPSA berdasarkan Tingkat Pendidikan tersebut tersebar di Kedeputian dan unit kerja di bawahnya sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Distribusi Jumlah SDM TPSA berdasarkan Tingkat Pendidikan pada

masing-masing Unit Kerja per 1 Maret 2016

JUMLAH PERSONIL

NO UNIT KERJA

S3 Jumlah

1 PTPSW 2 1 24 32 13 72 2 PTPSM

Selanjutnya distribusi SDM TPSA berdasarkan Jabatan Fungsional dapat dilihat pada Gambar 1.4.

Gambar 1.4: Komposisi SDM Unit Kerja Kedeputian TPSA berdasarkan Jabatan

Fungsional per 1 Maret 2016

2) Kedeputian Bidang TPSA memiliki fasilitas dan infrastruktur yang terdiri dari laboratorium, workshop, pilot plant, armada pesawat terbang dan kapal riset. Fasilitas dan Infrastruktur Teknologi Sistem Kebumian dalam menunjang kegiatannya berada 2) Kedeputian Bidang TPSA memiliki fasilitas dan infrastruktur yang terdiri dari laboratorium, workshop, pilot plant, armada pesawat terbang dan kapal riset. Fasilitas dan Infrastruktur Teknologi Sistem Kebumian dalam menunjang kegiatannya berada

a. Laboratorium dan workshop Teknologi Pengembangan Sumberdaya Wilayah untuk pengembangan teknologi eksplorasi sumberdaya alam, baik teknologi dari udara (remote sensing), darat maupun laut untuk kepentingan pengembangan dan pemanfaatan wilayah.

b. Laboratorium dan workshop Teknologi Pengembangan Sumberdaya Mineral untuk pengolahan dan pengelolaan mineral dalam rangka penngkatan nilai tambah mineral.

c. Laboratorium dan workshop Teknologi Lingkungan untuk pengelolaan dan penanganan sumberdaya air, limbah dan sampah.

d. Laboratorium dan workshop Teknologi Modifikasi Cuaca, dilengkapai dengan pesawat terbang, untuk melakukan inovasi dan layanan teknologi modifikasi cuaca (hujan buatan).

e. Laboratorium dan workshop Teknologi Survey Kelautan yang dilengkapi Armada Kapal Riset Baruna Jaya I-IV yang memiliki peralatan yang lengkap dan canggih untuk melakukan inovasi dan pelayanan teknologi kemaritiman.

3) TPSA sebagai bagian dari BPPT menggunakan sistem dan tata kerja kerekayasaan yang bercirikan team work, well structured and well documented di dalam pelaksanaan program dan kegiatannya.

4) TPSA memiliki tingkat kepercayaan dari pengguna (daerah, instansi pemerintah dan swasta) yang tinggi terhadap produk dan layanan jasa TPSA.