Unsur unsur pelengkap drama (12)

1.1.

Unsur-Unsur Pembayaran

Pemenuhan Prestasi, Pasal 1382:
“Tiap-tiap perikatan dapat dipenuhi oleh siapa saja yang berkepentingan, sepertinya seorang yang
turut berutang atau seorang penanggung utang”.
Yang dimaksud dengan pembayaran oleh hukum perikatan bukanlah sebagaimana ditafsirkan
dalam bahasa pergaulan sehari – hari , yaitu pembayaran sejumlah uang, tetapi setiap tindakan,
pemenuhan prestasi,walau bagaimanapun sifat – sifat dari prestasi itu .penyerahan barang oleh
penjual, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu adalah merupakan pemenuhan dari prestasi atau
tegasnya adalah “ pembayaran “.
Dengan terjadinya pembayaran , maka terlaksanalah perjanjian kedua belah pihak.

a)

Pihak yang Berwajib Membayar hutang
Debitur

Pasal 1382 KUHPerdata mengatur tentang orang-orang selain dari debitur sendiri.
b)


Mereka yang mempunyai kepentingan misalnya kawan berutang (mede schuldenaar) dan

seorang penanggung (borg).
Seorang pihak ketiga yang tidak mempunyai kepentingan asal saja orang pihak ketiga itu bertindak
atas nama dan untuk melunasi utangnya debitur atau pihak ketiga itu bertindak atas namanya sendiri,
asal ia tidak menggantikan hak-hak kreditur.
c)

Kawan berhutang dan penanggung adalah mereka yang mempunyai hubungan dengan pihak

debitur dan isi perjanjian yang ada antara debitur dan kreditur. Bahwa mereka berkepentingan agar
perjanjian itu terlaksana. Apabila tidak , mereka dapat ditegur dan mempunyai “ kewajiban “ untuk
memenuhi perjanjian tersebut. Mereka yang sama sekali tidak mempunyai kepentingan, yang
melaksanakan pembayaran atas nama debitur dan membebaskan debitur itu dari kewajibanya ialah
pesuruh ( last hebber ) dan seorang yang mengurus kepentingan orng lain secara sukarela ( pasal 1354
KUH perdata – pasal 1358 KUH perdata ).
Seorang pihak ke tiga dapat juga melaksanakan prestasi atas namanya sendiri dengan syarat bahwa
dengan pemenuhan prestasi tadi debitur bebas dari hutangnya dengan perkataan lain pihak ke tiga
yang atas namanya melaksanakan prestasi tersebut tidak menggantikan kedudukan debitur lama

( subrogasi ). Sebab dalam hal ini hubungan hukum antara debitur dan kreditur lama beralih kepada
debitur baru dan di dalam hal ini berarti pembayaran itu hanya bersifat relatif.



Yang Berhak Menerima Pembayaran

Mereka yang berhak menerima pembayaran menurut Pasal 1385 KUHPerdata, adalah :
(1) Kreditur sendiri,
(2) Seorang yang diberi kuasa oleh kreditur,
(3) Seorang yang diberi kuasa oleh Hakim atau oleh undang-undang.
Walaupun undang-undang telah menemukan pihak-pihak yang berhak menerima pembayaran, maka
penentuan ini tidak bersifat mutlak karena masih diberikan kemungkinan bagi debitur untuk
membayarkan, prestasi pada orang yang tidak berhak menerima pembayaran asal memenuhi syarat
yaitu kreditur membenarkan pembayaran tersebut atau nyata-nyata telah mendapat manfaat
daripadanya.



Tempat Pembayaran

Pada asasnya pembayaran dilakukan di tempat yang diperjanjikan. Apabila di dalam

perjanjian tidak ditentukan “tempat pembayaran” maka pembayaran terjadi:
a.

Di tempat di mana barang tertentu berada sewaktu, perjanjian dibuat, apabila perjanjian itu

adalah mengenai barang tertentu.
b. Di tempat kediaman kreditur, apabila kreditur secara tetap bertempat tinggal di kabupaten tertentu.
c.

Di tempat debitur apabila kreditur tidak mempunyai kediaman yang tetap.

Bahwa tempat pembayaran yang dimaksud oleh pasal 1394 KUH perdata adalah bagian
perikatan untuk menyerahkan suatu benda dan bukan bagi perikatan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu. Kedalam perikatan ini masuklah utang uang yang pembayarannya harus diantarkan ketempat
kreditur.

1.2.


Subrogasi dan Cessie

1.2.1. Pengertian Subrogasi

Dalam hukum Indonesia, istilah subrogasi termaktub dalam Pasal 1400 KUHPer yang
berbunyi:
"Subrogasi atau penggantian hak-hak si berpiutang oleh seorang pihak ketiga, yang
membayar kepada si berpiutang itu, terjadi baik dengan persetujuan maupun demi undangundang."

Unsur-unsur subrogasi:



Obyek subrogasi: hak-hak kreditur.
Subyek subrogasi: debitur dan pihak ketiga yang meminjami uang untuk membayar




utang kepada kreditur.

Syarat subrogasi: harus dengan akta otentik.
Akibat cessie: beralihnya hak-hak kreditur kepada pihak ketiga.

1.2.2. Pengertian Cessie

Istilah cessie adalah berasal dari Bahasa Belanda, yang berarti penyerahan atau
pengalihan. Dalam praktik hukum di Indonesia, istilah cessie digunakan untuk
mendefinisikan apa yang diatur dalam Pasal 613 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPer). Berikut bunyi pasalnya:
"Penyerahan piutang-piutang atas nama dan barang-barang lain yang tidak bertubuh,
dilakukan dengan jalan membuat akta otentik atau di bawah tangan yang melimpahkan hakhak atas barang-barang itu kepada orang lain. Penyerahan ini tidak ada akibatnya bagi
yang berutang sebelum penyerahan itu diberitahukan kepadanya atau disetujuinya secara
tertulis atau diakuinya. Penyerahan surat-surat utang atas tunjuk dilakukan dengan
memberikannya; penyerahan surat utang atas perintah dilakukan dengan memberikannya
bersama endosemen surat itu."

Unsur-unsur cessie:


Obyek cessie: piutang dan benda yang tidak berwujud.




Subyek cessie: kreditur, debitur dan pihak ketiga yang membeli piutang atau benda



tidak berwujud.
Syarat cessie: tertulis, baik melalui akta otentik maupun akta dibawah tangan dan



diberitahukan ke debitur.
Akibat cessie: beralihnya piutang dan benda tidak berwujud.

1.2.3. Perbedaan Subrogasi dan Cessie

Berdasarkan uraian tersebut diatas, sebenarnya akibat dari cessie dan subrogasi adalah
sama, yaitu berpindahnya hak-hak kreditur kepada pihak ketiga. Lalu apa yang membedakan?
dan mengapa pula harus diatur di buku yang terpisah di KUHPer, yaitu buku II dan buku III?

Kalau kita mengamati unsur-unsur diatas, akan terdeteksi letak perbedaan cessie dan
subrogasi.
Ide dasar dari cessie adalah menganggap piutang atau hak kreditur sebagai benda atau
barang, sehingga diatur dalam buku II tentang Kebendaan. Sementara subrogasi lebih
menganggap hak-hak kreditur sebagai bagian dari perikatan. Oleh karena itu, subrogasi diatur
dalam buku III.
Berikut beberapa perbedaan cessie dan subrogasi:



pembuatan: cessie dapat dengan akta dibawah tangan, subrogasi harus akta otentik.
lahirnya: cessie timbul karena perikatan semata, subrogasi dapat lahir karena undang-



undang.
berlakunya: cessie berlaku setelah ada pemberitahuan kepada debitur, subrogasi




berlaku setelah ada kesepakatan antara debitur dengan pihak ketiga.
para pihak: cessie bisa antara kreditur dengan pihak ketiga saja, subrogasi antara
debitur dengan pihak ketiga.1

1.3.

Penawaran Pembayaran yang Diikuti dengan Penyimpanan atau
Penitipan

Suatu penawaran pembayaran yang diikuti dengan penyimpanan atau penitipan merupakan
suatu sebab hapusnya suatu perikatan.
1 http://agusdwipras.blogspot.co.id/2013/12/apa-beda-cessie-dan-subrogasi.html

1.3.1. Penawaran

Penawaran adalah suatu cara pembayaran

yang harus dilakukan apabila si berpiutang

(kreditur) menolak pembayaran. Cara tersebut dilakukan dengan jalan sebagai berikut:



Barang atau uang yang akan dibayarkan ditawarkan secara resmi oleh seorang notaris



atau seorang juru sita pengadilan.
Notaris atau juru sita ini untuk dan atas perintah dari yang berutang (debitur) datang
untuk membayar utang debitur, yang sebelumnya notaris atau juru sita ini terlebih
dahulu akan membuat suatu perincian barang-barang atau uang yang akan ditawarkan



kepada kreditur.
Pembayaran mana akan dilakukan dengan menyerahkan (membayarkan) barang atau
uang yang telah diperinci tersebut.

Notaris atau juru sita tersebut telah menyediakan suatu proses verbal. Apabila kreditur
suka menerima barang atau uang yang ditawarkan tersebut, maka selesailah perkara
pembayaran tersebut.

Biasanya penawaran pembayaran diikuti dengan penyimpanan atau penitipan hanya
mungkin terjadi pada perikatan untuk membayar sejumlah uang atau menyerahkan barangbarang bergerak. Ketentuan diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, pasal 1404
sampai dengan pasal 1412 KUH Perdata hanya mengatur mengenai pemberian barang-barang
bergerak dan tidak berlaku bagi perikatan-perikatan untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat
sesuatu, dan untuk memberikan barang-barang tetap.
Syarat-syarat untuk sahnya suatu penawaran diatur dalam pasal 1405 KUH Perdata,
yang menentukan bahwa agar penawaran yang sedemikian itu sah, adalah perlu :
 Bahwa ia dilakukan kepada seorang berpitang atau kepada seorang yang berkuasa
menerimanya untuk dia. Atau dengan perkataan lain, penawaran harus dilakukan
kepada kreditur atau kuasanya.
 Bahwa ia dilakukan oleh seorang yang berkuasa membayar. Atau dengan perkataan
lain, dilakukan oleh orang yang berwenang untuk membayar (notaris atau juru sita
pengadilan).
 Bahwa ia mengenai semua uang pokok dan bunga yang dapat ditagih, berserta biaya
yang telah ditetapkan dan mengenai sejumlah uang untuk biaya yang belum

ditetapkan, dengan tidak mengurangi penetapan kemudian. Atau dengan kata lain,
penawaran harus meliputi : seluruh utang pokok, bunga, biaya yang telah ditetapkan,
dan uang untuk biaya yang belum ditetapkan.
 Bahwa ketetapan waktunya telah tiba, jika itu dibuat untuk kepentingan kreditur.

 Bahwa syarat dengan mana utang telah dibuat, telah dipenuhi. Yang dimaksud adalah
perikatan dengan syarat yang menunda.
 Bahwa penawaran harus dilakukan di tempat di mana menurut persetujuan
pembayaran harus dilakukan. Jika tidak ada persetujuan khusus, maka penawaran
dilakukan di tempat tinggal kreditur atau tempat yang telah dipilih oleh kreditur.
 Bahwa penawaran dilakukan oleh seorang notaris atau juru sita, dan harus disertai
dengan dua orang saksi.

1.3.2. Penitipan

Apabila kreditur menolak penawaran yang diajukan (yang biasanya memang sudah
dapat diduga), maka notaris atau juru sita tersebut akan mempersilakan kreditur itu
menandatangani proses verbal tersebut dan jika kreditur tidak mau menandatanganinya, hal
itu akan dicatat oleh notaris atau juru sita di atas surat proses ferbal tersebut. Dengan
demikian terdapatlah suatu bukti yang resmi bahwa kreditur telah menolak pembayaran.
Langkah selanjutnya apabila kreditur menolak cara pembayaran seperti tersebut di
atas adalah debitur dapat menitipkan apa yang ditawarkan tersebut, dan memohon di muka
pengadilan supaya pengadilan mengesahkan penawaran pembayaran yang telah dilakukan itu.
Setelah penawaran pembayaran disahkan maka barang atau uang yang akan dibayarkan
tersebut, disimpan atau dititipkan kepada Panitera Pengadilan Negri dan dengan demikian
hapuslah utang piutang antara kreditur dan debitur tersebut. Segala biaya yang dikeluarkan
untuk menyelenggarakan penawaran pembayaran tunai dan penyimpanan, menjadi
tanggungan dan harus dipikul oleh debitur.
Untuk sahnya penitipan, pasal 1406 KUH Perdata menentukan beberapa syarat yaitu :
 Sebelum penitipan, kreditur harus diberitahukan tentang hari, jam, dan tempat dimana
barang yang ditawarkan akan disimpan.
 Debitur telah melepas barang yang ditawarkan, dengan menitipkannya kepada kas
penyimpanan atau penitipan di kepaniteraan pengadilan yang akan mengadilinya jika
terjadi perselisihan, disertai bunga sampai pada hari penitipan.

 Oleh notaris atau juru sita, keduanya disertai dua orang saksi, dibuat surat
pemberitahuan, yang menerangkan wujudnya mata uang yang ditawarkan, penolakan
kreditur atau bahwa ia tidak datang untuk menerimanya, dan akhirnya tentang
penyimpanan itu sendiri.
 Bahwa, jika si berpiutang tidak datang untuk menerimanya, pemberitaan
penyimpanan itu diberitahukan kepadanya, dengan peringatan untuk mengambil apa
yang telah sititipkan itu.