Pembelajaran drama dengan penggunaan teknik permainan kartu watak pada siswa kelas X jurusan pemasaran di SMK Nusantara Legoso - Ciputat Tangerang
PADA SISWA KELAS X JURUSAN PEMASARAN
DI SMK NUSANTARA LEGOSO
–
CIPUTAT TANGERANG
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Indah Parasanti
NIM 107013000688
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
(2)
OrPEMBELAJARAN
DRAMA
DENGAN PENGGUNAAN
TEKNIK
PERMAINAN KARTU
WATAK
PADA
SISWAKBLAS
X JURUSANPEMASARAN
DI
SMK
NUSANTARA _ LEGOSOTANGERANG"
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Geiar Sarjana Pendidikan (S.pd.)
Oleh: Indah Parasanti NIM: 107013000688
Ivlengetahui,
Dy
PembimLring-/"W--*
Ahmad Bakhtiar M.Hum NIP: 19761 801 200912 1, 002JURUSAN
PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRAINDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
KEGURUAN
UNTVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF
HIDAYATULLAH
JAI(ARTA
(3)
Skripsi yang berjudul Pembelajaran
Drama
dengan penggunaan Teknik Permainan Kartu Watak pada Siswa Kelas X Jurusan Pemasaran di SMK Nusantara Legoso-
Ciputat Tangerang disusun oleh Indah Parasanti Nomor Induk Mahasiswa 107013000688 diajukan kepada Fakultas IImu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarla dan telah dinyatakan lulus daiam ujian Munaqasah pada tanggal 29 september 2012 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak mendapat gelal SarjanaSi
(S.pd.) clalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.Jakafia, 29 Septemb er 2012
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Dra.Nlahmudah Fitrivah ZA, M.Pd. NIP. 19640212 199703 2 001
Sekretaris
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Dra.Hindun, M.Pd.
NIP. 19701215 2009122 001
Penguji I
Nurvati Diihadah. M.Pd. NIP. 19610614 199203 1 002 Penguji II
Siti Nuri Nuraidah. M.A.
Tanggal
Tanda Tangan 3- /o - Ao/2l.t*
ro-uorz
3
-/
o-?otz
L-
10 *aoJa(4)
I {"rE[ Jl. lr.
H. Juartda No 95 Cipulat 15412 lndonesia
Hal 1t1
SURAT
PER["{\"ATAAI{ KARYfi. SEru DI RISaya yang bertanda tangandi bawali ini,
Nama
,l!r4|qlr.
Parasonnt!.....
...rempat/rgr.Lahir
' ftunilgan
.7./rlgi.
.gg{.. ./07013000688
bahax, dao
Qasha,
lo"/onus'a NIMJurusan / Prodi
ftlgs**rv
tUw-Dosen Penfiintbing :1.2...
dengan ini rnenyatakan bahwa skripsi yang sa)ia buat benar-benar hasil karya sencliri dan saya bertanggung jai.r,ab secara akademis atas apa yang salia tulis.
Jakarta,4 Oktobpr AAl/t
+8il1,H
W
6E57EABF1 3839961 3
rruinironrrus :'
ffiffi
tdah
laraEo'rfi Nilr4. IDTO 14000688(5)
i
Penggunaan Teknik Permainan Kartu Watak pada Kelas X Jurusan Pemasaran SMK Nusantara Legoso – Ciputat Tangerang”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat rata-rata hasil belajar sebelum dan sesudah diadakan tes dengan menggunakan teknik permainan kartu watak dalam pembelajaran drama. Masalah berfokus pada bagaimana cara membangun dan mengasah karakter tokoh melalui watak yang akan diperankan dalam pembelajaran drama di kelas.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif karena metode ini berfokus kepada objek yang diteliti dan ingin memberi gambaran yang tepat dari pokok permasalahan yaitu membangun karakter tokoh dalam pembelajaran drama melalui watak. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan observasi.
Berdasarkan hasil perhitungan, dapat disimpulkan bahwa kemampuan melakonkan drama peserta didik sebelum menggunakan teknik permainan kartu watak termasuk cukup. Hal ini terlihat dari perolehan skor rata-rata pretes sebesar 69. Kemampuan peserta didik setelah mendapat pembelajaran drama dengan menggunakan teknik permainan kartu watak masih menjadi lebih baik, terlihat dari perolehan skor rata-rata postes sebesar 74. Berdasarkan hasil analisis data, disimpulkan bahwa adanya perbedaan rata-rata hasil tes tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran keterampilan melakonkan drama dengan menggunakan teknik permainan kartu watak itu berhasil. Penggunaan teknik permainan kartu watak dapat meningkatkan kemampuan melakonkan drama bagi peserta didik. Penggunaan teknik permainan kartu watak dalam pembelajaran drama di kelas X SMK Nusantara Legoso-Ciputat Tangerang dapat meningkatkan kemampuan siswa secara signifikan. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil sebelum dan sesudah perlakuan pembelajaran ada peningkatan yang cukup signifikan. Kata Kunci : Pembelajaran Drama, Teknik Kartu Watak
(6)
ii
method on 10th grade marketing class in SMK Nusantara Legoso – Ciputat
Tangerang”.
The purpose of this study is to find out the average learning result before and after the test using character card method in acting lesson. The main issue are focusing on how to build and improve a character by playing some character in acting lesson.
The method which being used in this study are descriptive quantitative because this method are focusing on the object which we observe and to describe the exact problem which is character building in acting. The instrument which are being used in this study are test and observation.
Based on our calculation we can conclude that the acting capability of the subject before this method being used are average. This was shown from the pretest result which are 69. The capability of subject after acting lesson and using this method are better, as shown in after test result which is 74. Based on data analysis, we can conclude there are different result of this test. As shown by this result this method are success. By using this method on acting lesson in 10th grade Marketing Class in SMK Nusantara Legoso – Ciputat Tangerang could significantly increase the learing ability of the subject. As a proof of our calculation from before and after test which show a significant increase in learning ability.
(7)
iii
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt., yang telah memberikan nikmat kesehatan, kekuatan, dan kesempatan. Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad Saw. sebagai junjungan alam dan teladan bagi umat manusia.
Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis untuk menyelesaikan studi jenjang S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul “Pembelajaran Drama dengan Penggunaan Teknik Permainan Kartu Watak pada Kelas X Jurusan Pemasaran SMK Nusantara Legoso – Ciputat Tangerang”.
Penyelesaian skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Sehingga dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang amat dalam dan penghargaan kepada:
1. Prof. Rif`at Syauqi Nawawi M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd. selaku Ketua Jurusan dan Dosen Penasihat Akademik, yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini;
3. Ahmad Bakhtiar, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing, yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan mengarahkan dengan sabar kepada penulis selama penyusunan skripsi ini;
4. Hindun, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan, yang selalu memberikan motivasi dan dukungan dan kesempatan untuk mengikuti perkuliahan sampai selesai kepada penulis;
(8)
iv penulis menjalani perkuliahan;
6. Seluruh staf perpustakaan utama UIN dan perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah mempermudah penulis mencari buku sebagai sumber;
7. Drs. Faisal Bakar, selaku Kepala SMK Nusantara Legoso – Ciputat Tangerang dan staf, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut.
8. Ibu Herlina, S.Pd. guru bahasa Indonesia, yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut;
9. Keluargaku tercinta dan tersayang, ibu, nenek, kakek, paman-pamanku, tante dan bibiku, adikku Novitasari, sepupuku Aldi dan Dedelia, yang telah berjasa dan selalu memberikan kasih sayang, motivasi, doa, dan bantuan bagi penulis;
10.Sahabat-sahabat, Wita Sulmar Yanti dan Intan Febrina Wulandini, yang telah memberikan bantuan dan dukungan. Semoga perjuangan yang telah dilalui akan berbuah kesuksesan. Sahabat-sahabat kelas A angkatan 2007 PBSI FITK UIN Jakarta yang telah bersama-sama melewati kegiatan perkuliahan;
11.Sahabat-sahabat kosan, Siti Khodijah, dan keluarga besar PUSKARIN, yang telah memberikan warna baru, untuk menyusun langkah dalam kehidupan, menuju perbaikan-perbaikan;
12.Keluarga besar teater Syahid UIN Jakarta, yang telah memberikan berbagai pengalaman;
13.Seluruh pihak yang telah membantu, motivasi, dan semangat untuk penyelesaian skripsi ini.
Penulis berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini. Tetapi penulis menyadari bahwa pengetahuan, pengalaman, wawasan,
(9)
v
yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Semoga semua amal kebaikan seluruh pihak mendapat balasan yang setimpal dari Allah Swt.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi penulis. Dan juga dapat menjadi acuan dalam meningkatkan kualitas dan inovasi proses pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di masa yang akan datang, serta dunia pendidikan pada umumnya.
Jakarta, Mei 2012
(10)
vi
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK
... iKATA PENGANTAR
... iiiDAFTAR ISI
... viDAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ... 1B. Identifikasi Masalah ... 3
C. Pembatasan Masalah ... 3
D. Perumusan Masalah ... 3
E. Tujuan Penelitian ... 4
F. Manfaat Penelitian ... 4
G. Sistematika Penulisan ... 5
BAB II LANDASAN TEORETIS
A. Pengertian Pembelajaran ... 6
B. Drama ... 8
(11)
vii
4. Faktor Penunjang Keefektifan Drama ... 12
5. Penilaian Melakukan Drama ... 15
C. Teknik ... 15
D. Kartu ... 16
E. Watak ... 17
F. Teknik Permainan Kartu Watak ... 18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian... 20
B. Sumber Data ... 21
C. Hipotesis ... 22
D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22
E. Teknik Pengumpulan Data ... 23
F. Instrumen Penelitian... 23
BAB IV HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMK Nusantara Legoso Ciputat-Tangerang ... 251. Tujuan ... 25
2. Visi SMK Nusantara Legoso ... 26
3. Misi SMK Nusantara Legoso ... 26
B. Hasil Penelitian ... 27
C. Deskripsi Data ... 34
1. Deskripsi Hasil Prates ... 34
2. Deskripsi Hasil Postes ... 77
D. Perbandingan Nilai Prates dan Postes ... 120
(12)
viii
A. Simpulan ... 123
B. Saran …. ... 123
DAFTAR PUSTAKA ...
125Lampiran –lampiran ...
128(13)
ix
Tabel 1: Format Observasi dan Penilaian Komunikasi Lisan
(Melakonkan Naskah Drama)………... 30 Tabel 2: Nilai Hasil Prates………. .... 34 Tabel 3: Nilai Hasil Postes………. ... 77 Tabel 4: Data Hasil Prates dan Postes Kelas X Jurusan Pemasaran
(14)
x
Lampiran 1: Daftar Uji Referensi
Lampiran 2: Form Kartu Watak Lampiran 3: Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 4: Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 5: Surat Keterangan dari Sekolah
(15)
1
A. Latar Belakang Masalah
Manusia tidak lepas dari aktivitas berkomunikasi, baik komunikasi tulisan ataupun lisan. Komunikasi tulisan akan berjalan dengan lancar apabila kemampuan-kemampuan yang menunjangnya bisa dikuasai dengan baik. Begitu pun dengan komunikasi lisan. Komunikasi lisan akan berjalan dengan baik apabila kemampuan-kemampuan yang harus ada itu dimiliki. Misalnya adalah kemampuan-kemampuan berbicara. Kemampuan berbicara akan lancar jika didukung oleh kemampuan berkomunikasi yang aktif, dan adanya timbal balik informasi (isi pembicaraan) antara pembicara dengan penyimak. “Berbicara dan menyimak merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung. Berbicara dan menyimak merupakan komunikasi tatap-muka atau face-to-face communication”.1Banyak sekali manfaat dari keterampilan berbicara sebagai salah satu alat komunikasi. Diantaranya yaitu bisa saling tukar pikiran, menuangkan sebuah pendapat, menyimak, dan memberi masukan kepada orang lain, serta alat untuk memperlancar keberlangsungan berkomunikasi dengan keluarga dan masyarakat sekitar, sebagai kebutuhan hidup sehari-hari.
Dalam konteks komunikasi, pembicara berlaku sebagai pengirim (sender), sedangkan penerima (receiver) adalah penerima warta (message). Warta terbentuk oleh informasi yang disampaikan sender, dan message merupakan objek dari komunikasi. Feedback muncul setelah warta diterima, dan merupakan reaksi dari penerima pesan. Oleh karena itu, proses pembelajaran berbicara akan menjadi mudah jika peserta didik terlibat aktif berkomunikasi.
Seperti halnya keterampilan menyimak, keterampilan berbicara menduduki tempat utama dalam memberi dan menerima informasi serta memajukan hidup dalam peradaban dunia modern. Kemampuan individual untuk mengekspresikan gagasan sedemikian rupa sangat diperlukan, supaya orang lain mau mendengarkan dan
1
Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1979), cet. I, h. 4.
(16)
memahami. Oleh karena itu, kedua aspek keterampilan berbahasa tersebut telah selayaknya diperhatikan dengan sungguh-sungguh dalam pengajaran bahasa, khususnya bahasa Indonesia.
Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Dalam hal ini, kelengkapan alat ucap seseorang merupakan persyaratan alamiah yang memungkinkannya untuk memproduksi suatu ragam yang luas bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan dan lagu bicara. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan bertanggung jawab dengan menghilangkan masalah psikologis seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah, dan lain-lain.2
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam keterampilan berbicara, selain kemampuan mengekspresikan gagasan, yaitu harus mempunyai rasa percaya diri terlebih dauhulu. Maka dari itu, untuk mengasah keterampilan tersebut, dibutuhkan pendorong untuk merangsang pencapaian tersebut, dengan mengaplikasikan dasar-dasar keterampilan berbahasa sebagai pendukungnya. Begitu pun dalam hal keterampilan berbicara. Sebagai contoh, yaitu dalam bermain peran atau melakonkan drama. Tidak jarang orang hanya melakukannya dengan sekadar saja. Padahal apabila drama itu dianggap menarik, maka hasilnya pun akan bagus.
Hampir sebagian besar kemampuan keterampilan berbicara yang utuh dan sesuai masih ada kendala-kendala dalam mewujudkannya. Untuk mencapai kemampuan-kemampuan tersebut membutuhkan teknik-teknik yang memungkinkan bisa membangkitkan jiwa seni dalam bidang drama.
Keterampilan berbicara melakonkan drama banyak dilakukan dengan cara yang berbeda-beda. Ada sosiodrama, dramatisasi, reka cerita gambar, dan lain-lain. Cara berbeda-beda tersebut berkaitan dengan persiapan dan menjelang melakonkan drama. Selain itu ada juga teknik permainan kartu watak. Teknik inilah yang akhirnya dipilih untuk melakukan penelitian dalam pembelajaran drama.
Diperlukan beberapa hasil temuan, baik itu keterampilan menulis, membaca, menyimak, dan juga berbicara. Dengan adanya penelitian dan temuan-temuan, para
2
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), cet. ke-I, h. 239-241.
(17)
pengajar khususnya bisa mengetahui realita dalam proses belajar mengajar. Sebagai acuan untuk meningkatkan mutu dan kualitas dalam memilih teknik, khususnya melakonkan drama. Supaya peserta didik bisa belajar melakonkan drama dengan senang dan bisa membuatnya tertarik.
Kemampuan melakonkan drama merupakan hal yang menarik, sebagai tantangan memerankan karakter melalui watak. Manfaatnya bisa melatih kepekaan terhadap lingkungan, mengasah kepekaan, perasaan, dan melatih jiwa seni pada setiap individu.
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti “Pembelajaran Drama dengan Penggunakan Teknik Permainan Kartu Watak pada Siswa Kelas X Jurusan Pemasaran di SMK Nusantara Legoso – Ciputat Tangerang”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka diidentifikasikan masalah-masalah yang relevan dengan penelitian ini, yaitu;
1. Kurangnya perhatian siswa dalam pembelajaran materi drama. 2. Teknik dan metode yang kurang tepat dalam pembelajaran drama. 3. Siswa masih belajar secara pasif dalam pembelajaran drama. 4. Membangun karakter tokoh melalui watak belum diperhatikan.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini berfokus pada masalah kemampuan pembelajaran melakonkan drama dengan menggunakan teknik permainan kartu watak.
Proses dan hasilnya berupa kemampuan siswa melakonkan drama dengan menggambar salah satu tokoh di kartu watak, dibubuhi watak yang dia inginkan, kemudian ditukar dengan temannya.
D. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana tingkat kemampuan melakonkan drama siswa kelas X SMK Nusantara di Legoso Ciputat – Tangerang Selatan pembelajaran melakonkan drama dengan menggunakan teknik permainan kartu watak?
(18)
2. Bagaimana kemampuan siswa kelas X SMK Nusantara melakonkan drama setelah adanya perlakuan pembelajaran dengan menggunakan teknik permainan kartu watak?
3. Bagaimana tingkat rata-rata hasil belajar siswa kelas X jurusan Pemasaran sebelum dan sesudah diadakan tes?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. mengetahui kemampuan melakonkan drama siswa kelas X SMK Nusantara
Legoso Ciputat – Tangerang Selatan sebelum adanya perlakuan berupa pembelajaran melakonkan drama dengan menggunakan teknik permainan kartu watak;
2. mengetahui kemampuan siswa kelas X SMK Nusantara Legoso Ciputat melakonkan drama setelah adanya perlakuan pembelajaran dengan menggunakan teknik permainan kartu watak;
3. mengetahui tingkat rata-rata hasil belajar sebelum dan sesudah diadakan tes.
F. Manfaat Penelitian
Kegiatan penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siapa saja yang berada di lingkungan pendidikan, baik itu pelaksana atau pemerhati pendidikan. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat bagi peneliti
Manfaat bagi peneliti diantaranya adalah untuk menambah pengetahuan dan sebagai bahan pelajaran untuk tindak lanjut.
2. Manfaat bagi guru
Bagi pengajar atau guru bahasa Indonesia diharapkan dapat menggali lagi dan mencari inovasi-inovasi supaya proses belajar mengajar menjadi enak dan menarik. Guru harus menambah wawasan yang luas demi terwujudnya pembelajaran keterampilan berbicara yang baik.
3. Manfaat bagi peserta didik
Bermain peran dalam melakonkan drama terdapat pada pelajaran drama dan pada pokok materi yang lainnya juga, yang terdapat aspek keterampilan berbicaranya.
(19)
Maka dengan penerapan teknik permainan kartu watak ini siswa dapat berlatih mengasah karakternya. Dan apabila diterapkan pada pelajaran yang lain yang ada hubungannya dengan aspek keterampilan berbicara menjadi ada pengalaman dan latihan.
G. Sistematika Penelitian
Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab, dan sub bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan, manfaat hasil penelitian dan sistematika penelitian.
BAB II LANDASAN TEORETIS yang terdiri dari pengertian pembelajaran, macam-macam pembelajaran, pengertian drama, karakteristik drama, alur drama, faktor penunjang keefektifan drama, penilaian melakukan drama, pengertian teknik, pengertian kartu, pengertian watak, dan teknik permainan kartu watak dalam pembelajaran drama.
BAB III METODE PENELITIAN yang terdiri dari metode penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan instrumen penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN yang terdiri dari gambaran umum SMK Nusantara Legoso – Ciputat, deskripsi data hasil penelitian, data observasi, pembelajaran drama dengan penggunaan teknik permainan kartu watak, analisis data dan interpretasi data.
BAB V PENUTUP yang terdiri dari kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA
(20)
6
A. Pengertian Pembelajaran
Kata pembelajaran berasal dari kata dasar pe- dan –an yang artinya adalah proses. Jadi dilihat dari pembentukan katanya pembelajaran merupakan proses atau cara menjadikan manusia atau makhluk hidup untuk mempelajari sesuatu. Belajar
sendiri didefinisikan “suatu proses untuk mengubah performansi, yang tidak terbatas pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi, seperti skill, persepsi, emosi, proses berpikir, sehinggadapat menghasilkan perbaikan performansi.3
Pada penelitian ini penulis mengklasifikasikannya kepada pembelajaran aktif. Karena di sini siswa tidak diam saja, baik dalam pembuatan konsep pementasan yang akan ditunjukkan di dalam kelas maupun dalam pembuatan gambar tokoh yang disertai watak tersebut.
Ada beberapa tahapan dalam pembelajaran. Yatim Riyanto dalam bukunya,
Paradigma Baru Pembelajaran mengklasifikasikannya menjadi tiga tahapan,yaitu:
1. Tahap pemula (pra-instruksional), adalah tahapan persiapan guru sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.
2. Tahap pengajaran (instruksional), yaitu langkah-langkah yang dilakukan saat pembelajaran berlangsung.
3. Tahap penilaian dan tindak lanjut (evaluasi), ialah penilaian atas hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dan tindak lanjutnya.4
Tugas pengajar dalam pembelajaran di kelas, salah satunya harus memancing daya kreatif siswa. “Kita harus membuat pelajaran kita sehingga dapat memanfatkan keterampilan mereka yang telah ada dan membantu mereka berkembang lebih lanjut”.5 Menurut saya mereka akan merasa puas apabila menampilkan sesuatu, dalam hal ini bermain peran, berdasarkan kekreatifan sendiri. Artinya, tidak terpaku kepada naskah yang terdapat pada buku saja.
3
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009),cet. ke-1, h. 6.
4
Ibid., h. 132-133.
5
(21)
Selain itu tugas pengajar yang selanjutnya harus mengetahui hasil dari proses
pembelajaran. “Siapa pun yang melakukan tugas mengajar perlu mengetahui akibat
dari pekerjaannya. Pengajar harus mengetahui, sejauh mana murid telah mengerti bahan yang ia ajarkan”.6 Manfaatnya adalah sebagai tolak ukur untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya.
Setiap siswa, baik dari segi kognitif, psikomotor, maupun afektif bermacam-macam dalam tingkat kemampuan pencapaiannya. Dalam hal ini menimbulkan keragaman pengetahuan, wawasan, dan keterampilan yang mereka miliki. “Oleh karena itu penting sekali kiranya memandang pengajaran sebagai proses pengembangan individu secara keseluruhan”.7
Bukan hal yang mudah untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif. Namun tidak mustahil pula bisa tercipta suasana pembelajaran yang ideal, Sebagai
contoh, yaitu mengenai pemilihan tempat belajar. “Proses belajar mengajar di tempat
yang tenang, sejuk dan nyaman tentu akan lain dengan proses yang dilakukan di kelas yang bising, panas dan berjubel”.8 Begitu pula dengan perangkat pembelajarannya yang berkaitan dengan materi-materi, metode atau teknik dan medianya. “Pengajaran yang baik ialah pengajaran yang berhasil melalui proses pengajaran yang efektif”.9 Untuk itu guru dituntut untuk menciptakan pengajaran yang efektif melalui pemanfaatan perangkat pembelajaran yang sudah direncanakan dalam RPP.
Setelah semua perangkat pembelajaran siap, maka ada satu hal lagi yang tidak kalah penting dan harus diciptakan. Baik oleh guru maupun siswa. Artinya, hasil kerjasama antara guru dan siswa maupun antarsiswa. “Proses belajar-mengajar adalah kegiatan guru sebagai penyampai pesan/materi pelajaran, dan siswa sebagai penerima
6
Ad Rooijakkers, Mengajar dengan Sukses: Petunjuk untuk Merencanakan dan Menyampaikan Pengajaran, (Jakarta: PT Grasindo, 1993), cet. ke-IX, h. 140.
7
B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra: Pegangan Guru Pengajaran Sastra, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), cet. ke-II, h. 19.
8
Arief S. Sadiman, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya,
(Jakarta: PT Rajawali, 1986), cet. ke-I, h. 14.
9
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2006), cet. ke-IV, h. 24.
(22)
pelajaran. Dalam proses belajar tersebut kedua-duanya dituntut aktif sehingga terjadi interaksi dan komunikasi yang harmonis demi tercapainya tujuan pembelajaran”.10 Hal yang penting lagi adalah menciptakan suasana dalam pembelajaran, dan dalam praktik drama. Atmosfer pembelajaran akan tercipta atas kerjasama antara guru dan siswa. Kemudian atmosfer dalam praktik drama akan tercipta dari seorang pemain sendiri dan atas kerjasama antara pemainnya.
Pengondisian di kelas dalam menciptakan atmosfer yang baik, diungkapkan juga oleh Alan Maley dalam bukunya, Drama :
In considering how to create the right conditions and the best atmosphere for
drama, we encounter a paradox, for if we agree that drama pervades all aspects of life, then it is present even in the `wrong`conditions and atmosphere. Perhaps it would be better to talk about the `essential elements` which are required for a lesson using drama techniques to succeed.11
Atmosfer yang tercipta dalam praktik drama, diharapkan mampu memunculkan aura, kemudian pesona. Sehingga pembelajaran drama akan semakin hidup dan pesan-pesannya sampai kepada penonton.
B. Drama
1. Pengertian Drama
Dalam sebuah pementasan drama, yang dilihat dan didengar oleh penonton tidak asing. Dialog-dialog dalam percakapannya ataupun gerakan-gerakannya merupakan tiruan dari kehidupan sehari-hari.
Drama tidaklah menekankan pada pembicaraan tentang sesuatu, tetapi yang paling penting adalah memperlihatkan atau mempertontonkan sesuatu melalui tiruan gerak. Seorang aktor dalam drama berbuat olah menjadi seseorang, dan seolah-olah mengerjakan apa yang diduga secara imajinatif dilakukan oleh seseorang, seperti meniru gerak tari perang suku Dayak di Kalimantan. Dari uraian singkat di atas dapat disimpulkan bahwa drama adalah cerita atau tiruan prilaku manusia yang dipentaskan.12
Sering ketika kita melihat seseorang atau sekelompok orang melakonkan drama, tingkah lakunya, sifatnya, gerak-geriknya tidak asing. Karena memang yang mereka pentaskan adalah hasil tiruan berdasarkan pengamatan dan observasi yang dilakukan
10
Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), cet. ke-III, h. 56.
11
Alan Maley, Drama, (Hong Kong: Oxford University Press, 1988)
12
(23)
sebelumnya. Drama termasuk jenis fiksi, menurut Aart Van Zoest “dalam pengertian sintaksis, fiksi menunjuk pada sekumpulan teks dengan ciri-ciri khas. Dan dalam pengertian semantik, fiksi menunjuk pada status denotatum, yaitu rekaan”.13
“Sastra mempunyai dua genre, yaitu genre non-imajinatif dan imajinatif. Yang termasuk sastra genre non-imajinatif adalah esei, kritik, biografi, otobiografi, sejarah, memoar, catatan harian, dan surat-surat”.14 Dari macam-macam yang disebutkan tadi tercantum kata otobiografi, dan hampir mirip dengan biografi. Namun, yang lebih sering dikenal adalah biografi. Tapi memang fungsi keduanya pun berbeda. Sebagaimana menurut Ajip Rosidi, “Biografi sudah mulai dikenal masarakat Indonesia. Bahkan beberapa penerbit mempunyai seri-khusus untuk itu, di mana terbit biografi tentang orang-orang besar dalam berbagai lapangan dari berbagai negeri dan agama dimaksudkan sebagai cermin kehidupan untuk bangsa Indonesia. Tetapi otobiografi masih agak asing”.15
Kembali ke pembahasan sebelumnya mengenai pembagian genre di dalam sastra.
“Dan yang termasuk sastra genre imajinatif adalah puisi, fiksi atau prosa naratif, dan drama”.16 Berdasarkan keterangan tersebut, dapat kita pahami bahwa drama berada pada bagian sastra genre imajinatif. Dilihat dari proses pembuatannya yang membutuhkan ide-ide kreatif, gagasan-gagasan yang matang, dan imajinasi yang liar. Pengungkapan cerita dalam drama adalah melalui dialog-dialog para tokohnya. Drama sebagai karya sastra sebenarnya hanya bersifat sementara, sebab naskah drama ditulis sebagai dasar untuk dipentaskan. “Karya sastra itu merupakan struktur makna atau struktur yang bermakna”,17 yang di dalamnya mempergunakan medium bahasa dengan memuat ide-ide dan membutuhkan pemahaman. Jadi, tujuan drama bukanlah untuk dibaca seperti orang membaca novel atau puisi dan karya fiksi lainnya, namun drama yang sebenarnya adalah kalau naskah sastra tadi telah dipentaskan.
13
Art Van Zoest, Fiksi dan Nonfiksi dalam Kajian Semiotik, (Jakarta: Intermasa, 1991) hlm. 5
14
Ibid., h.157.
15
Ajip Rosidi, Kapankah Kesusasteraan Indonesia Lahir, (Jakarta: CV Haji Masagung, 1988), cet. ke-III, h. 96.
16
Ibid., h.157.
17
Rachmat Djoko Pradopo, Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), cet. ke-IV, h. 141.
(24)
gagasan yang matang, jalan cerita dan ide kreatifnya akan semakin berkembang ketika telah diperankan oleh pemain.
“Pokok drama adalah cerita yang membawakan tema tertentu, diungkapkan oleh dialog dan perbuatan para pelakunya. Dialog dalam drama dapat berbentuk bahasa prosa maupun puisi”.18 Ini menunjukkan keanekaragaman drama dilihat dari bentuk isinya.
Seperti halnya genre fiksi, drama juga mengenal drama panjang dan drama pendek. Drama panjang biasanya terdiri dari tiga atau lima babak; mengandung cerita yang panjang, karakter yang beragam, dan juga setting yang beragam pula. Jumlah tiga atau lima babak disesuaikan dengan tiga atau lima tingkatan plot cerita, yakni pengenalan, konflik, klimaks, penguraian masalah, dan penutup. Drama pendek hanya terdiri dari satu babak saja, sehingga sering disebut drama satu babak. Dalam satu babak itulah struktur cerita dalam tingkatan tadi diselesaikan.19
Drama panjang konflik demi konflik disatukan sehingga terjadi konflik puncak. Drama pendek konflik yang ada langsung diselesaikan dalam babak itu juga.
2. Karakteristik Drama
Sebuah drama pada umumnya menyangkut dua aspek, yakni aspek cerita sebagai bagian dari sastra, yang kedua adalah aspek pementasan yang berhubungan erat dengan seni lakon atau seni teater.
a Drama mempunyai tiga dimensi, yakni dimensi sastra, gerakan, dan ujaran. Oleh sebab itu naskah drama tidak disusun khusus untuk dibaca sebagaimana dengan novel atau cerita pendek, tetapi lebih dari itu, dalam penciptaanya naskah drama dipertimbangkan kemungkinan itu dapat diterjemahkan ke dalam penglihatan, suara, dan gerak laku.
b Drama memberi pengaruh emosional yang lebih kuat dibandingkan dengan karya sastra yang lain. Hal ini disebabkan, drama dengan segala peristiwa yang ditampilkan langsung dapat dilihat oleh penonton.
c Bagi sebagian besar orang, menonton drama lebih menyenangkan dan menghasilkan pengalaman yang lebih lama diingat dibandingkan dengan membaca novel. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi dan intensitas emosi yang tercipta karena melihat dan mendengar langsung peristiwa-peristiwa itu terjadi.
18
Jakob Sumardjo dan Saini K.M., Apresiasi Kesusastraan, (Jakarta: Gramedia, 1986), cet. ke-IV, h. 31.
19
(25)
d Drama disusun dengan suatu keterbatasan. Ia dibatasi oleh dua konvensi, yaitu intensitas dan konsentrasi. Kedua konvensi ini ada karena mempertimbangkan bahwa kemungkinan daya mampu mengikuti pementasan.
e Kekhususan drama yang amat penting pula adalah keterbatasan pemain-pemain secara fisik. Salah satu keterbatasan drama secara fisik kalau dibandingkan dengan karya sastra yang lain adalah drama hanya menyangkut masalah manusia dan kemanusiaan semata. Hal itu disebabkan drama dilakonkan oleh manusia.
f Drama memiliki keterbatasan pemanfaatan objek material. Di dalam novel, cerpen, atau puisi banyak hal yang dapat digunakan sebagai objek material. Bahkan dalam film pun banyak yang dapat dimanfaatkan dengan menggunakan trick photography. g Drama memiliki keterbatasan bukan saja dari segi artistik tetapi juga dari segi
kepantasan. Tidaklah pantas bila di atas pentas dipertunjukkan peristiwa perkelahian yang dapat membuat penonton shok.
h Keterbatasan lain yang dimiliki drama dibandingkan dengan karya sastra yang lain adalah, bahwa drama dibatasi oleh keterbatasan intelegensi rata-rata penonton. i Adalah mungkin menampilkan sejumlah episode dan menggunakan bub alur, serta
menggabungkan beberapa cerita-cerita yang terpisah-pisah dalam novel. Namun semua yang mungkin untuk novel tidak mungkin bagi drama.
j Naskah drama merupakan suatu karya tulis yang isinya melalui percakapan. Percakapan itu disebut wawancang atau dialog.20
3. Alur Drama
Menurut M. Atar Semi secara garis besar, alur drama adalah sebagai berikut. a. Klasifikasi atau introduksi. Bagian ini memberi kesempatan kepada penonton
mengetahui tokoh-tokoh utama serta peran yang dibawakan mereka, serta memberi pengenalan terhadap permulaan problem atau konflik.
b. Konflik. Pelaku cerita mulai terlibat dalam suatu problem pokok. Di sini mulai terjadi insiden.
c. Komplikasi. Terjadilah persoalan baru dalam cerita, atau disebut juga rising action. Beberapa watak mulai memperlihatkan pertentangan saling mempengaruhi, dan berkeinginan membawa kebenaran ke pihak
20
(26)
masing sehingga terjadilah krisis demi krisis. Setiap krisis berkecenderungan melampaui yang lain, namun satu krisis lahir disebabkan dan diakibatkan oleh yang lain. Itulah sebabnya dinamakan komplikasi.
d. Penyelesaian. Setiap segi pertentangan diadakan penyelesaian, dan dicarikan jalan keluar. Penyelesaian bisa sedih dan bisa menggembirakan.
Keempat unsur tersebut harus terdapat dalam sebuah naskah drama. Apabila salah satu dari unsur tersebut tidak ada, maka tidak akan dikatakan sempurna. Bayangkan saja, misalnya klasifikasi atau introduksi, komplikasi, dan penyelesaian ada, namun konflik tidak ada, akan menjadi apa naskah tersebut. Naskah tersebut akan menjadi hambar. Lagi pula tidak sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak mungkin seseorang hidup di dunia dari lahir sampai dewasa dan tua, tidak mempunyai masalah satu pun. Sama halnya dengan yang ditulis oleh Burhan Nurgiyantoro dalam bukunya Teori Pengkajian Fiksi“peristiwa, konflik, dan klimaks merupakan tiga unsur yang amat esensial dalam pengembangan sebuah plot cerita”.21
4. Faktor Penunjang Keefektifan Drama
Terdapat hal yang bisa menunjang seseorang dalam melakonkan drama. Yang dapat saya sebutkan diantaranya adalah seperti berikut:
a. Diksi
Menurut KBBI, diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan).22
Pemilihan kata harus sesuai dengan kejadian atau peristiwa yang sedang berlangsung. Kata-kata yang diucapkan dikeluarkan dengan sadar dan sesuai porsi di dalam pementasan dramanya.
21
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Skripsi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), cet. ke-V, h. 116.
22
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), h. 328.
(27)
b. Mimik
Mimik adalah peniruan dengan gerak-gerik anggota badan dan raut muka. Mimik bisa mewakili apa yang mau dikatakan oleh seseorang dalam melakonkan drama. Akan tetapi akan berbeda antara seseorang dengan yang lainnya. Yang membedakannya adalah kekuatan raut muka dari seseorang tersebut. Semakin kuat gerak-geriknya (mimik), maka akan semakin mudah dipahami apa yang sedang dirasakan atau hendak dilakukan oleh pemain drama. Dan sebaliknya akan berakibat buruk atau dengan kata lain komunikasi antara pemain dan penonton kurang mengena apabila dalam penyajian gerak-geriknya (mimik) lemah.
c. Artikulasi
Artikulasi adalah lafal atau pengucapan kata-kata. Artikulasi yang baik akan memudahkan seseorang dalam melakonkan drama. Artikulasinya harus jelas, tidak terbata-bata, fasih dan sesuai dengan konteks.
d. Intonasi
Intonasi adalah lagu kalimat. Lagu kalimat setiap orang adalah berbeda-beda. Dalam praktik berbicara, intonasi dapat ditandai dengan ciri-cirinya seperti tekanan, keras lembut, perhentian atau sendi, nada, panjang pendek, dan tempo.
Penggunaan intonasi sangat mempengaruhi terhadap makna sebagai kilas balik pada penonton. Jadi, intonasi harus diperhatikan, supaya tidak terdapat makna yang ambigu atau tidak dimengerti.
e. Dialog
Dialog adalah kata-kata yang diucapkan oleh pemain untuk mengungkapkan pikiran atau perasaannya. Seseorang yang melakonkan drama bebas berekspresi melaui dialog yang diucapkannya.
f. Volume Suara
Banyak orang yang kurang memperhatikan terhadap ukuran volume suaranya
sendiri ketika sedang dalam pementasan drama. Padahal kesadaran akan suara itu sangat dibutuhkan. Karena para pemain bukan saja hanya berdialog dengan lawan mainnya, namun ditonton oleh orang lain juga.(28)
g. Konsentrasi
Setiap pemain harus merasakan dan memperhatikan, memberi makna dari setiap perkataan atau dialog yang diucapkan olehnya dan lawan mainnya. Jangan ada kesempatan pikiran terpecah ke masalah lain, harus konsentrasi dan fokus. Pemain harus mengetahui maksud dari perkataan atau dialog.
h. Imajinasi
Sesuai dengan jenisnya yaitu drama termasuk genre imajinatif, maka unsur
imajinasi dalam bermain peran pun sangat berpengaruh. Pemain apabila sedang berimajinasi, jangan terhalang oleh ketegangan. Karena akan menghambat terhadap pengembangan ide-ide kreatifnya. Proses pencariannya bisa dari realitas kehidupan bisa juga ditambah oleh kreatif sendiri. Karena pada dasarnya berawal dari realitas atau kenyataan. Sebagaimana menurut Frahma Sekarningsih dan Heny Rohayani dalam bukunya Pendidikan Seni Tari dan Drama;Orang tidak mungkin berimajinasi tanpa pengetahuan sesuatu realitas, karena itu imajinasi selalu terikat pada realitas, sedangkan realitas tak mungkin lari dari imajinasi. Tetapi Plato dan Aristoteles memiliki perbedaan pendapat mengenai realitas ini, namun keduanya menyatakan kesepakatan bahwa ada hubungan antara karya sastra dan dunia kenyataan atau dunia realitas objektif. Antara keduanya, realitas dan imajinasi, meskipun harus dipahami secara terpisah, tetapi antara keduanya memiliki hubungan.23
Terdapat pula konsep Aristoteles yang tercantum dalam buku yang berjudul
Badingkut: di antara tiga jalan teater karya Herry Dim mengenai imaji dan peniruan dari kenyataan. “Konsep Aristoteles tentang peniruan (mimesis, bahasa Yunani) menyebutkan bahwa segalanya dimulai dari sang penulis naskah yang memilih-pilih dan menyusun kejadian-kejadian, kata-kata, dan imaji-imaji ke dalam pola dramatik sehingga itu semua menjadi memiliki makna peristiwa kemanusiaan”.24
23
Frahma Sekarningsih dan Heny Rohayani, Pendidikan Seni Tari dan Drama, (Bandung: UPI Press, 2005), cet. ke-I, h. 128.
24
Herry Dim, Badingkut: di antara tiga jalan teater, (Jakarta: Direktorat Seni Pertunjukan Dirjen Nilai Budaya, Seni dan Film Kemenbudpar RI, 2011), cet.ke-I, h. 41-42.
(29)
5. Penilaian Melakukan Drama
Di dalam proses pembelajaran pasti diadakan penilaian. Dalam hal ini terdapat penialain dalam pembelajaran melakonkan drama. Penilaiannya adalah sebagai berikut:
a. Mimik, yaitu ketepatan mimik/kinetik, tatapan mata merata dan teratur, dan penuh ekspresif.
b. Diksi, yaitu harus tepat dan khusus.
c. Artikulasi dan intonasi, berarti ketepatan nada dan pemilihan tinggi rendahnya nada atau suara dalam berdialog.
d. Performa individu dan kelompok dari pementasan secara utuh.
C. Teknik
“Teknik adalah cara sistematis mengerjakan sesuatu. Teknik merupakan suatu kiat, siasat, atau penemuan yang digunakan untuk menyelesaikan serta menyempurnakan suatu tujuan langsung. Teknik harus konsisten dengan metode”.25 Banyak kemungkinan-kemungkinan akan adanya penemuan-penemuan yang patut dicoba, sebagai bahan rujukan dan sumber teknik pembelajaran.
a. “Teknik juga mengandung pengertian berbagai cara dan alat yang digunakan
guru dalam mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan pengajaran. Teknik ini merupakan kelanjutan dari metode, sedangkan arahnya harus sesuai dengan pendekatan”.26
b. Kemampuan pengajar sangat menentukan dalam memilih teknik mengajar yang akan digunakan agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik. Bila pengajar mempunyai keterbatasan pengetahuan dan penguasaan tentang disiplin ilmu maupun tentang cara mengajar yang baik, tentu ia akan berkutat dengan teknik yang sama, atau tidak berkembang, dan tanpa variasi. Dengan demikian, pembelajaran akan terkesan monoton dan membosankan.
25
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, op cit. h. 66.
26
M. Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesiai, (Bandung: Pustaka Setia), cet.ke-V h. 20.
(30)
c. “Setiap teknik mempunyai kekurangan dan kelebihan. Pengajar perlu mengkaji teknik mengajar yang sesuai dan memilih strategi-strategi yang memberikan peluang paling banyak bagi peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam proses pencapaian tujuan pembelajaran atau kompetensi tertentu”.27
D. Kartu
Menurut KBBI kartu adalah kartu tebal berbentuk persegi panjang (untuk berbagai keperluan, hampir sama dengan karcis).28 Terdapat pula pengertian kartu dan macam-macamnya, seperti di bawah ini:
Kartu adalah sebuah objek kecil tipis datar, umumnya terbuat dari kertas tebal atau plastik. Kartu juga dapat mengacu kepada:
Kartu bisnis, sebuah kartu berukuran dompet yang mencantumkan informasi kontak seseorang
Kartu kredit, sebuah kartu plastik untuk pemesanan barang/jasa secara kredit
Kartu debit, sebuah kartu plastik untuk pemesanan barang/jasa menggunakan uang dari sebuah akun bank
Kartu ekspansi atau kartu komputer adalah peralatan keras komputer yang dipasangkan ke papan induk
Kartu identitas, sebuah dokumen identitas
Kartu permainan, sebuah kartu yang digunakan untuk permainan
Kartu pos, sebuah kartu untuk mengirim pesan tanpa menggunakan amplop
Kartu SIM, sebuah kartu pintar yang digunakan dalam ponsel
Kartu pintar, sebuah kartu plastik yang memiliki chip komputer
Kartu ucapan, secara konvensional berupa selembar kartu yang dilipat dua dengan bagian dalam berisi ucapan selamat atau pesan yang ditujukan kepada penerima.29
Kartu di dalam penelitian ini diperlukan sebagai media dari teknik yang sudah dirancang sebelumnya. Kartu memiliki kemasan lebih praktis dan sederhana. Sehingga memudahkan siswa dalam membuat gambarnya dan menentukan wataknya,
27
Iskandarwassid, loc cit.
28
KBBI h. 628.
29
(31)
serta bisa dibawa kemana-mana untuk diingat dan dihapal. Tokoh apa dan watak apa yang harus ia observasi, yang kemudian akan dipentaskan di depan kelas tersebut.
E. Watak
Menurut KBBI, watak adalah sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku, budi pekerti, dan tabiat.30 Yang berkaitan langsung dengan watak adalah karakter. Dan karakter tersebut merupakan pemeranan watak seseorang. Mengenai pemeranan perwatakan, harus diperhatikan dan ditelaah. Sebagaimana menurut Lloyd J. Hubenka dan Reloy Garcia dalam The Design of Drama : An Introduction.“In literature it is seldom enough merely to discuss what a character does, and it is simplistic to assert that an act completely defines the man who commits it. The student of literature must attempt to determine why a character performs in a given manner, as well as the nature of his deeds”.31
Selain itu terdapat pula keterangan yang menyatakan bahwa perwatakan dalam pemeranan drama sangat penting. Sebagaimana menurut Drs. Tjokroatmojo dkk.,
Untuk membawakan sebuah peranan, seorang calon aktor/aktris tidak cukup dengan menghafalkan dialognya sendiri saja, melainkan:
a. harus memahami proses perkembangan dari kegiatan pementasan drama, b. harus mengetahui apa yang diungkapkan dalam drama itu (ide penulis =
isi naskah).
c. harus mengetahui perwatakan yang akan dibawakan,
d. harus mengetahui apakah dirinya sebagai pelaku utama atau bukan/pelaku pelengkap (figuran),
e. harus menghayati betul-betul motivasi dari setiap perbuatan (external action dan internal action) yang diungkapkan dalam cerita,
f. harus mengasimilasikan antara external action dengan internal action
(setiap perbuatan).32
30
KBBI h. 1558.
31
Lloyd J. Hubenka dan Reloy Garcia, The Design of Drama: An Introduction, (New York: David Mckay Company, Inc., 1973) h. 8.
32
Drs. Tjokroatmojo dkk., Pendidikan Seni Drama (suatu pengantar). (Surabaya, Usaha Nasional, 1985). h. 94.
(32)
Pada poin c disebutkan bahwa seorang pemain sebelum pentas harus mengetahui wataknya terlebih dahulu. Itu sangat penting, karena tanpa didasari pengetahuan dia sebagai apa dan wataknya seperti apa tidak akan mendukung terhadap kesuksesan perannya. Watak yang dimiliki oleh seorang pemain tidak hanya satu tapi boleh lebih. “Akhirnya kalau sudah menyadari kemenarikan watak orang lain sebagai suatu objek, maka toleransipun akan berbunga, berputik dan berbuah”.33 Sehingga akan lebih menambah perbendaharaan watak orang lain untuk dipelajari, jika suatu saat seseorang akan memerankan tokoh dengan watak-watak tertentu.
Sering kita mendengar istilah dunia ini adalah panggung sandiwara. Apabila dibalik, panggung sandiwara atau drama adalah representasi kehidupan di dunia. Pauline Kiernan dalam Shakespeare`s theory of drama, “Much recent `metadramatic` criticsm has sought to elucidate and explore this idea of Shakespeare`s plays as metaphors for `life-as-drama`, focusing on dramatic reflexivity, the play-within-the-play,and characters seen as actors, stage-managers and playwright-directors”.34
F. Teknik Permainan Kartu Watak
Kurikulum KTSP balam bahasa Indonesia memuat materi yang berhubungan dengan drama. Sebuah karya, baru bisa dikatakan drama bila memenuhi tiga faktor, yaitu naskah, pemain, dan penonton. Drama merupakan suatu cerita yang dikarang dan disusun untuk dipertunjukkan oleh para pemain di atas panggung atau di depan publik. Suatu naskah yang disusun, tetapi tidak dipentaskan dan tidak ada penontonnya, tidak dapat dikatakan sebuah drama melainkan latihan.
Adanya materi drama dalam bahasa Indonesia bukan bermaksud untuk menjadikan siswa sebagai aktor maupun aktris, melainkan mengajak mereka untuk mengenal drama sebagai salah satu bentuk karya sastra. Kalaupun menjadi seorang aktor ataupun aktris, merupakan perkembangan selanjutnya yang diperoleh siswa sebagai hasil pengembangan bakat dan minatnya.
33
Putu Arya Tirtawirya, Apresiasi Puisi dan Prosa, (Flores: Nusa Indah, 1983), cet. ke-IV, h. 78.
34
Pauline Kiernan. Shakespeare`s theory of drama, (Inggris: Cambridge University Press, 2000), cet.ke-III, h. 2.
(33)
Manfaat drama bagi siswa menurut Tarigan dalam bukunya Prinsip-Prinsip Dasar Sastra yaitu seperti berikut; “a. Memupuk kerja sama yang baik dalam pergaulan sosial. b. Mengembangkan emosi yang sehat pada anak-anak. c. Menghilangkan sifat malu, gugup, dan lain-lain. d. Mengembangkan apresiasi dan sikap yang baik. e. Menghargai pendapat dan pikiran orang lain”.35
Dalam melakonkan drama dilihat dari tekniknya, itu bisa dilakukan dengan cara yang berbeda. Tergantung pemakaiannya. Sebagai pengajar sudah seharusnya menggunakan cara atau teknik yang relevan dan inovatif serta menarik dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang kreatif.
Diantara teknik-teknik yang sudah dilakukan oleh sebagian orang, teknik permainan kartu watak yang digunakan dalam penelitian ini. Dengan digunakannya teknik ini diharapkan siswa mampu melaksanakannya dengan mengasah daya imajinasi mereka. Dalam pembelajaran dengan jenis ini cocok digunakan, karena selain melatih siswa dalam melakonkan drama, terlebih dahulu mengerahkan kekreatifan mereka dalam mengarang dan menentukan tokoh serta pengenalan dalam bentuk pemilihan watak-watak para tokoh.
35
(34)
20
A. Metode Penelitian
Berdasarkan karakter masalah yang akan diteliti, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. “Metode penelitian deskriptif terutama tepat digunakan dalam ilmu-ilmu tingkah-laku (behavioral science), karena berbagai bentuk tingkah laku yang menjadi pusat perhatian peneliti tidak dapat sengaja
“diatur” dalam latar (setting) realistis”.36 Berkaitan dengan penelitian, Taliziduhu Ndraha dalam bukunya Disain Riset dan Teknik Penyusunan Karya Tulis Ilmiah, mengemukakan “penelitian deskriptif bermaksud meneliti dan menemukan informasi seluas-luasnya tentang variabel yang bersangkutan.37
Digunakannya metode deskriptif bertujuan untuk mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar dengan menggunakan alat ukur yaitu pretes dan postes.
Di dalam penelitian terdapat dua macam, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Dan dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Burhan Bungin, menjelaskan dalam bukunya, Metode Penelitian Kuantitatif .
Masing-masing peneliti mendefinisikan proses penelitian kuantitatif melalui aktivitas yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Proses penelitian yang dimaksud adalah kerangka kerja peneliti yang dimulai dari masalah sampai laporan penelitian. Walaupun pada dasarnya ada perbedaan yang tidak prinsip, maka substansi proses penelitian kuantitatif terdiri dari aktivitas yang berurutan sebagai berikut:
1. Mengeksplorasi, perumusan, dan penentuan masalah yang akan diteliti.
2. Mendesain model penelitian dan parameter penelitian.
3. Mendesain instrumen pengumpulan data penelitian.
4. Melakukan pengumpulan data penelitian.
5. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian.
36
Sanapiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional), h. 121.
37
Taliziduhu Ndraha, Disain Riset dan Teknik Penyusunan Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), cet. ke-I, h. 39.
(35)
6. Mendesain laporan hasil penelitian.38
Tes awal dilakukan dengan cara siswa melakonkan drama dengan cara tidak diberikan kartu watak terlebih dahulu. Siswa memainkan drama sesuai dengan yang sudah ada di dalam buku teks. Setelah itu dilakukan kegiatan pembelajaran melakonkan drama dengan menggunakan teknik permainan kartu watak. Kartu yang berisi gambar serta dicantumkan berbagai watak si tokoh yang dibuat adalah hasil buatan siswa sendiri. Pada akhir pembelajaran diadakan tes akhir.
B. Sumber Data a. Populasi
“Populasi adalah sekelompok orang, benda, atau hal yang menjadi sumber pengambilan sampel; suatu kumpulan yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian”.39 Berfungsi sebagai sumber data dari keseluruhan objek yang diteliti. “Objek penelitian dapat berupa manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala atau peristiwa-peristiwa.40 Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X.1 dan X.2 Jurusan Pemasaran SMK Nusantara Legoso Ciputat dengan jumlah siswa 67 orang. Penulis hanya mengambil satu kelas untuk dijadikan sampel.
b. Sampel
Populasi dalam sebuah penelitian kemungkinan akan banyak, dan tidak mungkin diteliti semuanya. “Penelitian pada umumnya hanya diambil dari sebagian populasi, yaitu dari sampel. Meskipun demikian kesimpulan dari sampel ini diharapkan dapat menggambarkan populasi.41 Maka, untuk mendapatkan datanya peneliti hanya memilih sampel dari populasi tersebut. Penulis memilih kelas X.1 sebagai sampel, dengan jumlah siswa 33 orang. Penulis memilih dengan serta merta saja. Tidak dengan cara diundi atau semacamnya.
38
M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2010), cet. ke-V, h. 50.
39
KBBI, h. 1094.
40
Hadeli, M.A., Metode Penelitian Kependidikan, (Ciputat: Quantum Teaching, 2006), cet. ke-I, h. 67-68.
41
Ine I. Amirman Yousda, Penelitian dan Statistik Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), cet. ke-I, h. 46-47.
(36)
“Sampel adalah bagian kecil yang mewakili kelompok atau keseluruhan yang lebih besar”.42 Jadi, seperti yang telah diuraikan di atas dari populasi yang ada diambil satu kelas dan dijadikan sampel. Karena kelas X.1 yang dipilih penulis untuk diteliti, maka kelas X.1 tersebut merupakan sampel penelitian.
C. Hipotesis
“Hipotesis adalah sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat (teori, proposisi, dsb) meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan ; anggapan dasar”.43 Hipotesis merupakan rumusan awal yang berbentuk kalimat pertanyaan. Sifatnya adalah sementara, karena hipotesis dibuat sebelum data diolah. Setelah diolah baru bisa diketahui praduga yang dirangkum dalam hipotesis itu benar atau tidak, ada perubahan atau tidak, meningkat atau tidak. Tergantung dari hipotesis yang dibuat.
a. Rata-rata hasil belajar setelah menggunakan teknik permainan kartu watak sama dengan rata-rata hasil belajar sebelum menggunakan teknik permainan kartu watak.
b. Rata-rata hasil belajar setelah menggunakan teknik permainan kartu watak Lebih tinggi dari hasil belajar sebelum menggunakan teknik permainan kartu watak.
D. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK Nusantara Ciputat. Sekolah ini terletak di jalan Legoso Raya No. 30 Pisangan Ciputat – Tangerang.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan bulan Oktober 2011. Waktu untuk mengajar adalah empat kali pertemuan dengan siswa.
42
KBBI, h. 1217.
43
(37)
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Pengumpulan Data
a. Tes
Tes adalah alat penilaian yang digunakan untuk mendapatkan data mengenai hasil melakonkan drama peserta didik sebelum dan sesudah mendapat pembelajaran. Tes merupakan latihan menggambar tokoh dan mencantumkan watak sesuai dengan keinginan sendiri yang digunakan untuk mengukur kreativitas dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa.
Dalam penelitian ini tes dilakukan dua kali, yaitu prates dan postes. Tes awal yaitu berupa tes untuk mengetahui kemampuan dasar peserta didik dalam pembelajaran melakonkan drama tidak dengan menggunakan teknik permainan kartu watak. Sedangkan tes akhir dilakukan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam melakonkan drama dengan menggunakan teknik permainan kartu watak dan setelah mereka diberikan perlakuan.
b. Observasi
“Observasi adalah peninjauan secara cermat”.44 Observasi dilakukan dari pertemuan awal sampai akhir, selama penelitian di dalam proses pembelajaran berlangsung. Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengamatan secara langsung pada objek yang diteliti. Observasi digunakan sebagai pengobservasian dan pengamatan secara langsung dalam proses belajar mengajar keterampilan berbicara.
2. Pengolahan Data
Pengolahan data dilaksanakan setelah kegiatan pengumpulan data selesai. Data yang terkumpul adalah hasil prates dan postes kemampuan melakonkan drama peserta didik.
E. Instrumen Penelitian
“Instrumen adalah sarana penelitian berupa seperangkat tes dan sebagainya untuk mengumpulkan data sebagai bahan pengolahan”.45 Instrumen yang digunakan akan menentukan terhadap keberhasilan penelitian.
44
KBBI,h. 976.
45
(38)
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan observasi.
1. Tes
Tes yang dilakukan kepada peserta didik sebanyak dua kali yaitu pretes dan
postes. Pretes diberikan bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik melakonkan drama. Postes diberikan bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan hasil belajar peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran.Pada penelitian ini tes yang digunakan adalah tes perbuatan, peserta didik melakonkan drama dengan tidak menggunakan teknik permainan kartu watak. Dan selanjutnya menggunakan teknik permainan kartu watak. Sebelumnya sudah diberi arahan dulu untuk melakonkan drama yang kedua atau postes.
2. Observasi
Lembar observasi berupa kriteria penilaian penelitian yang akan diisi oleh peneliti dalam proses belajar mengajar. Diantaranya yaitu mimik, diksi, artikulasi dan intonasi, dan performa individu dan kelompok dari pementasan secara utuh.
(39)
25
A. Gambaran Umum SMK Nusantara Legoso Ciputat – Tangerang
Sekolah Menengah Kejuruan Nusantara, berdiri di atas tanah seluas 4300 m dengan luas bangunan 810 m . Bangunan utama 3 lantai yang dilengkapi sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan dunia pendidikan dengan total luas 2292 mny kar. Jumlah siswa 2000 orang, guru 110 orang, dan karyawan 30 orang. Gedung sudah milik sendiri, dan sekarang sudah dibangun lagi. SMK Nusantara ini berlokasi di Jalan Legoso Raya No. 30 Pisangan Ciputat – Tangerang dan merupakan lembaga formal. Jumlah
Sekolah ini berdiri pada tanggal 22 Oktober 1999 dan diresmikan pada tahun 2001 di bawah naungan YAN. Pada awal operasinya 2001 SMK Nusantara hanya memiliki 60 siswa yang dibagi menjadi 2 kelas, seiring perkembangannya sekarang menjadi 25 kelas. 2004 membuka jurusan bidang bisnis manajemen usaha perjalanan wisata (travel). Pertengahan 2005 membuka jurusan TI, Teknik Komputer Jaringan dan Tata Boga. Kemudian jurusan Akuntansi, Rekayasa Perangkat Lunak, Multi Media, Kesehatan, Farmasi, dan Perawatan. Sekarang sudah mulai dibuka jurusan Tata Kecantikan dan Perhotelan.
SMK Nusantara ini berada di tengah-tengah pemukiman penduduk, suatu kondisi yang strategis karena dekat masyarakat yang merupakan sasaran objek pendidikan. Di samping itu proses belajar mengajar di SMK Nusantara tidak terganggu dengan kendaraan yang lalu lalang dikarenakan jauh dari area jalan raya, sehingga proses belajar mengajar juga didukung dengan adanya fasilitas-fasilitas seperti lapangan dan halaman yang biasa digunakan siswa untuk kegiatan upacara atau acara lainnya. 1. Tujuan
Sejalan dengan pendidikan SMK Nusantara, maka beberapa tujuan yang menjadi prioritas SMK Nusantara:
a. Pelaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan tujuan ketentuan yang standar yang ditetapkan oleh DIKNAS dalam hal ini direktoral Sekolah Menengah Kejuruan
(40)
b. Melaksanakan proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia/siswa dan lulusannya
c. Melaksanakan pembinaan IMTAQ dalam proses pembelajaran untuk mencetak manusia seutuhnya sesuai dengan agama yang dianutnya
d. Melaksanakan proses pembelajaran dengan membekali siswa dengan kompetensi-kompetensi atau keahlian sesuai dengan bidangnya guna mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja
e. Menjadikan SMK Nusantara sebagai salah satu pusat lembaag pendidikan dan pelatihan bagi siswa berstandar nasional.
2. Visi SMK Nusantara Legoso
Menciptakan tenaga kerja profesional yang berakhlak.mulia.
3. Misi SMK Nusantara Legoso
1. Memelihara Budaya bangsa sebagai aset pariwisata.
2. Mengintegrasikan ilmu pariwisata dengan budaya bangsa yang bermoral dan religius.
3. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang bersifat teoritas dan pragtis dalam kerangka profesionalitas.
4. Mengedepankan pendidikan agama dalam menciptakan tenga kerja yang berakhlak mulia.
5. Mendidik tenaga terampil melalui guru industri berpengalaman dan dapat dipertanggungjawabkan guan kepentingan kerja dalamdanluar negeri.
6. Industri sebagi partner dalam mengembangkan kopentensi siswa/ I untuk Job Training dan penempatan kerja.
7. Setiap alumni dibekali sikap dan mental dan mampu bersaing dalam memasuki dunia kerja.
(41)
Hasil penelitian berupa data dan sampel penelitian yaitu kelas X Jurusan Pemasaran SMK Nusantara Legoso-Ciputat. Pada bab ini dijelaskan mengenai analisis data yang terdiri dari data hasil pretes dan hasil postes.
Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data hasil belajar peserta didik dalam melakonkan drama yaitu dengan tes. Tes ada dua, yaitu prates dan postes yang dilaksanakan sebelum digunakan teknik permainan kartu watak. Tes yang digunakan berupa melakonkan drama dari kartu watak yang sudah dibuat oleh siswa. Penilaian hasil melakonkan drama yang berupa data dalam penelitian ini memperhatikan aspek-aspeknya. Aspek yang dinilai diantaranya adalah diksi, intonasi, artikulasi, mimik, dan volume suara.
Data yang diperoleh dari hasil tes dipergunakan untuk menjawab masalah-masalah yang terdapat pada bab satu, diantaranya adalah:
1. Mengetahui kemampuan siswa dalam melakonkan drama setelah adanya perlakuan pembelajaran dengan menggunakan teknik permainan kartu watak. 2. Mengetahui perbandingan hasil tes melakonkan drama siswa melalui
pembelajaran dengan menggunakan teknik selain permainan kartu watak. 3. Mendeskripsikan tingkat keberhasilan penggunaan teknik permainan kartu
watak dalam pembelajaran drama.
4. Mengetahui tingkat rata-rata hasil belajar sebelum dan sesudah diadakan tes. 5. Mendapatkan tingkat keberhasilan dalam pengasahan karakter sesuai tokoh
yang didapat di dalam kartu watak pada siswa SMK Nusantara di Legoso, Ciputat.
1. Persiapan Pembelajaran
Penulis melakukan persiapan mengajar, yaitu perumusan tujuan, penyusunan alat evaluasi, pemilihan dan penentuan bahan, perumusan kegiatan belajar mengajar, penyusunan silabus pembelajaran, dan penentuan alokasi waktu, kegiatan tersebut penulis uraikan sebagai berikut:
(42)
Dalam tahap perencanaan pembelajaran harus merumuskan tujuan terlebih dahulu. Dalam merumuskan tujuan harus memperhatikan beberapa kriteria, yaitu:
a. Harus merumuskan suatu hasil belajar bukan proses belajar b. Harus dirumuskan secara spesifik
c. Harus dirumuskan dengan istilah-istilah operasional d. Hendaknya mencakup hanya satu jenis hasil belajar
Berdasarkan kriteria tersebut, penulis merumuskannya dalam indikator hasil pembelajaran melakonkan drama dengan menggunakan teknik permainan kartu watak, sebagai berikut:
a. Peserta didik dapat memainkan drama
b. Peserta didik dapat membuat gambar tokoh dan menentukan wataknya
b. Pemilihan dan Penentuan Urutan Bahan Pembelajaran
Cara-cara yang dilakukan dalam menentukan bahan ajar diantaranya adalah: a. Bahan harus sesuai dengan urutan tujuan
b. Bahan harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai c. Bahan harus akurat
Berdasarkan uraian tersebut, penulis merumuskan urutan bahan sebagai berikut: a. Pengertian drama
b. Unsur-unsur intrinsik drama c. Urutan alur drama
d. Mengaplikasikan drama tersebut dalam sebuah pementasan drama satu babak di depan kelas per kelompok.
c. Penentuan Alat Evaluasi
Di dalam setiap kegiatan, bukan hanya di dalam proses pembelajaran saja itu dibutuhkan evaluasi. Karena kedudukannya sangat penting. Tanpa evaluasi semua jenis kegiatan tidak akan ada perbaikan. Fungsinya adalah untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada. Begitu juga dalam proses belajar mengajar di kelas, perlu adanya sebuah evaluasi.
Evaluasi adalah penilaian. Alat evaluasi adalah alat atau cara untuk melakukan evaluasi. Alat evaluasi yang digunakan adalah pada saat pretes dan postes. Pretes
(43)
diadakan sebelum pembelajaran melakonkan drama menggunakan teknik permainan kartu watak diajarkan, sedangkan postes diadakan setelah pembelajaran melakonkan drama dengan menggunakan teknik permainan kartu watak.
Alat evaluasi yang penulis gunakan adalah tes melakonkan drama dengan menggunakan teknik permainan kartu watak. Tes tersebut berbentuk perbuatan. Kriteria yang digunakan dalam penilaian melakonkan drama, yaitu meliputi empat aspek terdiri dari isi, sistematika, bahasa, dan etika dan ekspresi. Yang memuat rincian diksi, mimik, intonasi, artikulasi, dialog, volume suara, dan lain-lain. Format penilaiannya adalah sebagai berikut:
(44)
Format Observasi dan Penilaian Komunikasi Lisan
(Melakonkan Naskah Drama)
ASPEK RINCIAN
NILAI
KURANG CUKUP BAIK AMAT
BAIK D
(10-59)
C (60-69)
B (70-79)
A (80-90)
ISI
Ketepatan
mimik/kinetic
Penampilan tokoh
Sesuai alokasi waktu
SISTEMATIKA
Penampilan awal
Kelengkapan topik
Kesesuaian naskah
Ketepatan ending
cerita
BAHASA
Kalimat efektif dan
Komunikatif
Diksi tepat, khusus,
Variatif dan baku
Struktur kalimat tepat
dan baku
Artikulasi dan intonasi
tepat
Bergaya bahasa/kiasan
Tatapan mata merata
ETIKA dan teratur
DAN Mimik penuh
(45)
EKSPRESI Percaya diri
Performa penampilan
Kelompok
JUMLAH SKOR
d. Merumuskan Alokasi Waktu
Alokasi waktu yang penulis gunakan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar sebanyak 160 menit. Adapun alokasi waktunya dapat dilihat pada tabel berikut.
Pertemuan No. Kegiatan pembelajaran Waktu
1 1 Kegiatan pendahuluan
a) Guru membuka pelajaran dengan tujuan memberikan apresiasi dan motivasi.
b) Guru menginformasikan tujuan dan materi pembelajaran
c) Peserta didik mengerjakan prates
5 menit
15 menit
40 menit 2
3
Kegiatan inti
a) Peserta didik menyimak penjelasan guru tentang pengertian drama, cara melakonkan drama, teknik permainan kartu watak dan unsur-unsur drama.
b) Peserta didik bertanya seputar materi.
Kegiatan penutup
Peserta didik ditugasi untuk membuat naskah drama satu babak tiap kelompok.
15 menit
5 menit
(46)
2
2
a) Guru menjelaskan kriteria yang dinilai ketika melakonkan drama. b) Peserta didik mendiskusikan dengan
teman kelompoknya mengenai drama yang akan dipentaskan. Kegiatan penutup
a) Peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran
b) Peserta didik mengerjakan tes akhir
5 menit
10 menit
5 menit
60 menit
e. Penyusunan Rencana Pembelajaran
Rencana pembelajaran merupakan acuan untuk melakukan kegiatan proses pembelajaran. Proses pembelajaran dan tujuan yang ingin dicapai akan terlihat pada rencana pembelajaran. Rencana pembelajaran harus disesuaikan dengan materi serta alokasi waktu yang tersedia. “Untuk itu, penyusunan perencanaan pembelajaran mutlak dilakukan oleh guru pada saat akan melaksanakan tugasnya dalam membelajarkan siswa-siswi”.46
f. Perumusan Kegiatan Belajar Mengajar
Sebelum pembelajaran dimulai, peserta didik melakukan prates.
Pertemuan Pertama:
TAHAP KEGIATAN PEMBELAJARAN
PEMBUKA (APERSEPSI)
a. Memperhatikan kesiapan kelas dalam pembelajaran (memberikan salam, mengabsen siswa, mengecek kebersihan).
b. Penyegaran dengan menanyakan materi sebelumnya. c. Penjajagan kesiapan belajar dengan memberikan
pertanyaan tentang pengetahuan siswa terhadap materi yang akan dipelajari, yaitu mengenai pengertian dan unsur-unsur intrinsik drama.
46
Sugiyar, dkk. Perencanaan Pembelajaran Edisi Pertama Paket 1, (Learning Assistance Program for Islamic Schools Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah), h. 7.
(47)
KEGIATAN INTI
a. Guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan kepada peserta didik.
b. Guru menjelaskan tahapan-tahapan melakonkan drama. c. Siswa diajak untuk mengetahui mengenai melakonkan
drama dengan menggunakan teknik permainan kartu watak.
PENUTUP a. Melalui tanya jawab siswa diarahkan membuat kesimpulan.
b. Guru memberikan tugas (PR).
Pertemuan Kedua:
TAHAP KEGIATAN PEMBELAJARAN
PEMBUKA (APERSEPSI)
a. Memperhatikan kesiapan kelas dalam pembelajaran (memberikan salam, mengabsen siswa, mengecek kebersihan).
b. Penyegaran dengan menanyakan materi sebelumnya. c. Penjajagan kesiapan belajar dengan memberikan
pertanyaan tentang pengetahuan siswa terhadap materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu mengenai pengertian dan unsur intrinsik drama.
KEGIATAN INTI
a. Siswa dibuat beberapa kelompok, untuk kelompok diskusi.
b. Siswa mengambil sebuah kartu yang sudah digambar dan dicantumkan watak-wataknya oleh siswa sendiri yang isinya adalah gambar/foto seseorang yang berkaitan dengan profesi, disertai dengan keterangan watak.
c. Siswa diminta mempersiapkan diri untuk melakonkan drama.
(48)
diambil.
e. Siswa mengambil kertas yang sudah disiapkan oleh guru yang isinya adalah sebuah sinopsis yang berhubungan dengan hobi dan bisnis.
f. Siswa berdiskusi menulis penggunaan kata-kata berimbuhan yang menyatakan proses dan hasil.
PENUTUP a. Siswa melaporkan hasil diskusinya berupa daftar penggunaan kata-kata berimbuhan yang menyatakan proses dan hasil.
b. Guru dan siswa melakukan refleksi. c. Guru memberikan tugas (PR).
Setelah proses belajar mengajar selesai, peserta didik diberikan postes (tes akhir).
B. Deskripsi Data
1.Deskripsi Hasil Prates
Prates yang dilakukan mendapatkan hasil yang menunjukkan kemampuan siswa dalam memainkan drama. Adapun hasil prates rata-rata mendapat kesulitan dalam menggerak-gerakan raut muka tau mimik, artikulasinya kurang jelas, pemilihan diksi terkadang ada yang kurang tepat, intonasi masih banyak yang tidak beraturan, dan dialog seperti masih mencari-cari.
Tabel 2
Nilai Hasil Prates
No. Nama Siswa Nilai
1 Ade Yoga Saputra 63
2 Adil Witjaksono 70
3 Agi A. Winata 67
4 Agung Riadi 74
5 Aryo Mustakim 72
6 Ayi Hermawan 73
(49)
8 Dede Sulaeman 62
9 Dedy Supriyadi 74
10 Faisal Bahri 64
11 Faisal Massa Hendra 63
12 Imam Buchori 66
13 Junaedy 66
14 Muhammad Akbar Shoheh 70
15 Muhammad Andjas Dwi 78
16 Nuraini Della A. 70
17 Pratiwi Bambang S. 67
18 Rida Masitoh 78
19 Rini Wahyu 68
20 Rizka Dwi Kartika 71
21 Rizki Rahmalia 71
22 Rusnia Wati 70
23 Sabrina Marissa 67
24 Serla Cahaya 76
25 Serly Hayati 76
26 Shintah 69
27 Sintia Putri 68
28 Siti Aisyah 68
29 Tiara Chandika 73
30 Tri Yuli Yanah 70
31 Wasis Priyanto 65
32 Yuliani Dewi 71
33 Yunita Rosna Dewi 70
Kalkulasi nilai subjek no.1
(50)
Nilai 63
1) Isi
Berikut jumlah nilai sesuai dengan rinciannya: ketepatan mimik tokoh = 62, penampilan = 60, dan untuk kesesuaian alokasi waktu = 67.
Jumlah skor:
62 + 60 + 67 = 189 = 63
3 3 2) Sistematika
Berikut jumlah nilai sesuai dengan rinciannya: penampilan awal = 68, kelengkapan topik = 62, kesesuaian naskah = 70, dan untuk ketepatan ending
cerita = 64. Jumlah skor:
68 + 62 + 70 + 64 = 264 = 66
4 4 3) Bahasa
Berikut jumlah nilai sesuai dengan rinciannya: kalimat efektif dan komunikatif = 61, diksi tepat, khusus, variatif, dan baku = 60, struktur kalimat tepat dan baku = 63, artikulasi dan intonasi tepat = 60, dan bergaya bahasa/kiasan = 60.
Jumlah skor:
61 + 60 + 63 + 60 + 60 = 304 = 60,8
5 5 4) Etika dan Ekspresi
Berikut jumlah nilai sesuai dengan rinciannya: tatapan mata merata dan teratur = 61, mimik penuh ekspresif = 61, percaya diri = 60, dan performa penampilan kelompok 72.
Jumlah skor:
(1)
t2.
Maley,
Alan.
Drama. Hong Kong:
OxlordUniversity Press. 1988.
l0
/v
13. Ndraha,
Taliziduhu.
Disain
Risetdan
Teknik PenyusunanKarya
Tulisllmiai.
Jakarta: Bina Aksara. 1987.25 39
14.
Nurdin,
Syafruddin.
Guru
Profesional
&
Implementasi
Kurikulum.
Jakarta:
QuantumTeaching.2005.
l0 56
t5. Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Cadjah Mada
University
Press. 200s.l5 I16
16.
Pradopo,
Rachmat
Djoko.
Beberapa
TeoriSastra, Metode
Kritik,
dan
Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka P elajar. 2007 .t2 141
17.
Rahmanto
B.,
Metode
Pengajaran
Sastra: PegonganGuru
Pengajar Sastra. Yogyakarta: Kanisius. 1992.9 19
18.
Riyanto,
Yatim.
Paradigma
BaruPembelajaran:
Sebagai
Referensi
bagiGuru/Pendidik
dalam
ImplementasiPembelajaran
yang
Efektf
dan
Berkualitas. lakafia: Kencana.8 6 dan
132-133
r9.
Rosidi,
Ajip.
Kapankah
Kesusasteraan IndonesiaLahir.
Jakarta:CV Haji
Masagung.1988.
l2 96 dan 157
20.
Rooijakker,
Ad.
Mengajar
dengan
Sulcses:Petunjuk untuk
Merencanakan
danMenyampaikan
Pengajaran Jakarta:
PTGrasindo. 1993.
9 t40
21. Sadiman,
Arief
S.,
(dkk).
Media
Pendidikan:Pengertian, Pengembangan
dan pemanfaatannya. Jakarta: CV Rajawali. 1986.9 t4
22. Sekarningsih,
Frahma
dan
Rohayani
HenyPendidikan
Seni Tari dan
Drama.
Bandung UPI Press.2006.(2)
v
23. Semi,
M.
Alar. Anatomi
Sastra. Yogyakarta: Angkasa Raya. I983.ll
ls6qo-24.
Subana
M
dan
Sunarti. Strategi
BelajarMengajor Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka
Setia. 1992.
19,23 20.265
25. Sugiyar, dkk. Perencanaan Pembelajaran Edisi
Pertama.
Learning
AssistanceProgram
for
Islamic
Schools. PendidikanGuru
Madrasah Ibtidaiyah. 2009.39 1
26. Sumardjo,
Jakob
dan
K.M.
Saini.
Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. I 986.t2 31, 32 dan 162
,(b
27.
Tarigan, Henry Guntur. Berbicara
SebagaiSuatu
Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa. 1979.4
28.
Tirtawirya, Putu Arya.
Apresiasi
Puisi
dan Prosa. Flores: Nusa Indah. 1983.22 78
/M
29.
ljokroatmojo,
dkk.
Pendidikan
Seni
Drama (suatu pengantar). Surabaya: Usaha Nasional.r 985.
22 94
30.
Yousda,
Ine
l.
Amirman. Penelitian
danStatistik
Pendidikan
Jakarta:
Bumi
Aksara.1993.
21 46-47
(M
31. Zoest,
Aart
Van.
Fiksi
dan Nonfiksi
dalam Kajian Semiotik. Jakarta: Intermasa. 1991.ll
5 dan 157/k
Jakarla, 5 Juni2012
Pembimbing
Ahmad
Bakltiar,
M.Hum(3)
porm
kar+u
[,,rJaur
Pw,i
'
Proferi
(4)
l"ffia-.'&.w;.h..
l&{:y,sa i
IUEXE B I
KEMENTERIAN AGAMA
UIN JAKARTA
FITK
Jl. lr. H Juanda No 95 Ciputat 15412 lndon$ia
SURAT
BIMBINGAN SKRIPSI
FORM (FR)
No. Dokumen
:
FITK-FR-AKD-081 Tgl.Terbit :
'1 Maret 2010Nomor : Un.0 l/F. l/I(M .01 3 I 5.#.9./2Ol I
Lamp.
:-Hal
: Birnbingan SkripsiNama NIM
Jurusan Semester
Judul Skripsi
Tembusan;
L
Dekan FITK2.
Mahasiswa ybs.Indah Parasanti I 070 1 3000688
Pendidikan Bahasa dan Sastra lndonesia
VIII
(delapan)Pembelajaran Drama dengan Penggunaan Telcnik Permainan
lakarta,24 Mei 2011
Kepada Yth.
Ahmad Bahtiar, M.Hum. Pembimbing Skripsi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ass alamu' alaikum wr.wb.
Dengan
ini
diharapkan kesediaan Saudarauntuk
menjadi pembimbing I/II (rnateri/teknis) penulisanskipsi
mahasiswa:Kartu Watak pada Siswa Kelas X Jurusan Pemasaran di SMK Nusantara Legoso-Ciputat
Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusanyang bersangkutan padatanggal 19 Mei 2011, abstraksi/oztline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembirnbing menghubungi
Jurusan terlebih dahulu.
Bimbingan skripsi
ini
diharapkan selesai dalam waktu6
(enam) bulan,dan
dapatdiperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih,
Was s al omu' alaikum wr. w b.
Indonesia
M.Pd
(5)
DEP
UIN, FITK
Nomor
Un 01lF.1 lKM.01 31668.0.1 2AltLamp.
: Outline/PropcsalHal
:Permohonan lzin
PenelitianTembusan:
1.
Dekan FITK2.
Pembantu Dekan Bidang Akademik3.
Mahasiswa yang bersangkutanKajur Pendidikan Bahasa
'
dan Sastralndonesia
,4
Jakarta, 27 Septemb er 2011
Kepada Yth. Kepala Sekolah
SMK Nusantara Legoso-Cipuiat
di
Tempat
Assal am u' a I a i ku m wr.urb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,
Nama
: lndah ParasantiNIM
:
107013000688Jurusan
: Pendidikan Bahasa dan Sastra lndonesiaSemester
:lX
(sembilan)Judul
skripsi :"Pembelajaran
Drama
dengan
penggunaan
TeknikPermainan
Kartu
watak
pada
siswa
Kelas
x
JurusanPemasaran
SMK
Nusantara di Legoso_
Ciputat,,.adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang
sedang
menyusun
skripsi,
dan
akan
nrengadakan-penelitian
(risetj
diinstansilsekolah/madrasah yang Saudara pimpin.
Untuk
itu
kami
ntohon Saudara dapat
merrgizinkan mahaslswa
tersebut melaksanakan penelitian dimaksud.Atas perhatian dan kerja sama saudara, kamiucapkan
terima
kasih. Was sal am u' a I ai ku m wr.wb.a.n. Dekan
.. :
r. ii.t, ,
Dra.
NIP:
Mahmud 1964021
7A. 199703 2 001
:PARTEMEN
AGAMA
I
.IJAKARTA
]
-^_-.K
I
FoRM
(FR)
I
.\. Juanda Na 95 Ciputat lS4tZ tndanesia I
I
lzlill
PEtI
No. Dokumen
:
FITK-FR-AKD-082 TglTerbit :
5 Maret 2Oi0No.
Revisi: :
00Hal 1/1
(6)
. $\ENENGAH
-)4Na
SEKOLAH
MANEruGAH KEJURUAN
(sMK
I\USANTARA r)
STATUS
:TERAKREDITASI A
KELOMP0K ; PARlwlsATA, titANAJEMEN BrsNts & TEKNTK INFORMAT|KA
PROGRAM KEAHLIAN : AKOMODASI PERHOTELAN, USAHA PERJALANAN WISATA, TATA BoGA PEMASARAN, AKUNTANSI, TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN, REKAYASA PERANGKAT LUNAK & MULTIMEDIA
'LAMAT:Jl.TarumanegaraDalamNo, lCiputat-Tangerang15419,Telp.021 -74701222,Fax.021 -147 10S2i
SURAT
KETERANGAN RISET
Nomor : 8?4
/
SMK
-Ni
KS/
X
/
Z01t
1'ang
bertanda tanganCiputat Kota Tangerang
Nama
Tempat, Tgl
Lahi;
NIM
Fakultas Jurusan t-IniversitasIndah Parasanti
Kuningan, 07
Mei
1989 I 0701 3000688Ilnru Tnrbiyah Dan Keguruan
Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dibawah
ini
Kepala
sekolahMenengah
Kejurt,an(sMK)
Nusantara_ Selatarr meneralgkac bahwa :Nama tersebut benar telah melaksanalian