Realisme Hukum Pada Pemikiran Filsafat H

Realisme Hukum Pada Pemikiran Filsafat Hukum
Oleh : Fauzian Rahman Aulia, S.H
Hukum Ekonomi Sore A

A. Latar Belakang
“Legal Realism” adalah suatu gerakan intelektual pada tahun 1920 dan 1930 di
Amerika, Mereka terdiri dari para Gurubesar dan Lawyer diantaranya, Karl Llewellyn ,
Jerome Frank, Felix Cohen, Hermant Oliphant, Walter Wheeler Cook, Underhill more,
Hessel Yntema, dan Max Radin1. Pandangan mereka realistis tentang bagaimana hakim
memutus suatu perkara yang dihadapkan kepadanya, dalam memutus perkara yang
dihadapkan kepadanya. Apa sebenarnya yang dilakukan hakim, menurut kaum realist,
dalam memutus perkara, bagaimana fakta dalam perkara tersebut strike them, dan tidak
karena aturan hukum menuntut suatu hasil yang khusus, hakim sebagian besar “fact
responsive” dari pada “rule responsive” dalam memutus perkara2.
B. Realisme Hukum Lahir Atas Kritik Terhadap Povitisme Hukum
Realisme hukum lahir atas kritikan kepada Positivisme Hukum yang pada saat
positivsme pada masa jayanya. Positivisme hukum lahir pada awal abad 19 sebagai
akibat lahirnya gerakan positivisme ilmu sosial. Positivem dalam teori hukum (legal
theory) mengandung arti studi mengenai hukum sebagaimana adanya yang dibedakan
dari hukum sebagaimana seharusnya ada (Law as it ought ti be). Teori hukum positivis
tidak menolak apa yang seharusnya (the ought) dalam kerangka moral sebagai subjek

tidak layak diperhatikan atau tidak berhubungan dengan hukum. Namun kaum positivis
1
2

Erman Rajagukguk, Filsafat Hukum, (Jakarta: UI Press, 2017), Hlm 109.
Op. Cit.

secara eksplisit menolak apa yang seharusnya dalam pengertian meta fisik sebagai hasil
langsung dari “metaphysical non positive”. Apa yang sekarang ada (The is) dari kaum
positivis tercapai dengan eksistensi hukum manusia dan metode studinya adalah secara
tegas tidak boleh keluar dari lingkup eksistensi 3. Pemikiran kaum positivis inilah yang
dikitrik oleh kaum realisme hukum yang di anggap hukum sebagai suatu ilmu yang kaku
dan tidak sejalan dinamis dengan berkembangnya masyarakat.

Realisme hukum

menekankan kepada manfaat dan tujuan hukum itu sendiri. Menurut kaum realis, tujuan
hukum adalah mendorong kebaikan sosial untuk seluruh lapisan masyarakat dibanding
tujuan yang secara kaku dari keadilan untuk para pencari keadilan. Kaum realisme sendiri
menekankan bahwa penegakan hukum haruslah dengan apa yang dibutuhkan oleh

masyarakat. Hukum harusnya bukan suatu kajian atau produk yang tidak disesuaikan
pada masyarakat.
C. Pemikiran Realisme Hukum
Realisme hukum sangat dekat pengaruhnya kepada pendekatan sosiologi. Dalam
pandangan penganut Realisme (para realis), hukum adalah hasil dari kekuatan-kekuatan
sosial dan alat kontrol sosial. Karena itu, progam ilmu hukum realis hampir tidak
terbatas. Kepribadian manusia, lingkungan sosial, keadaan ekonomi, kepentingan bisnis,
gagasan yang sedang berlaku, emosi-emosi yang umum, semua ini adalah pembentuk
hukum dan hasil hukum dalam kehidupan. Itulah sebabnya, sangat benar apa yang
dikatakan oleh seorang realis yang terkemuka (Llewellyn), bahwa hal yang pokok dalam
ilmu hukum realis adalah gerakan dalam pemikiran dan kerja tentang hukum realis adalah
gerakan dalam pemikiran dan kerja tentang hukum4.Dalam rumusan lain, Llewellyn

3
4

Op.Cit.
W Friedmann, Legal Theory, (London: Steven & Son Limited, 1960). Hlm 191.

menyebutkan formula dari Realisme sebaga berikut : Don’t get your law from rules, but

get your rules from the that is5.
Karl N. Llewellyn, yang juga dikenal sebagai soerang ahli sosiologi hukum,
menyebutkan beberapa ciri dari Realisme ini, yang terpenting di antaranya adalah sebagai
berikut.
1. Tidak ada mazhab realis, realisme adalah gerakan pemikiran dan kerja tentang
hukum. Tepat Llewellyn menyatakan “Realism is not a philosophy, but a technology..
what realism was, and is, is a method nothing more”.
2. Realisme adalah konsepsi hukum yang terus berubah dan alat untuk tujuan-tujuan
sosial, sehingga tiap bagian harus diuji tujuan dan akibatnya. Realisme mengandung
konsepsi tentang masyarakat yang berubah lebih cepat daripada hukum.
3. Realisme menganggap adanya pemisahaan sementara antara hukum yang ada dan
yang seharusnya ada, untuk tujuan-tujuan studi. Pendapat-pendapat tentang nilai
harus selalu diminta agar tiap penyelidikan ada sasarannya, tetapi

selama

penyelidikan, gambaran harus tetap sebersih mungkin karena keinginan-keingan
pengamat atau untuk tujuan etis
4. Realisme tidak percaya pada ketentuan-ketentuan dan konsepsi-konsepsi hukum,
sepanjang ketentuan-ketentuan dan konsepsi hukum menggambarkan apa yang

sebenarnya dilakukan oleh pengadilan-pengadilan dan orang-orang. Realisme
menerima definisi peraturan-peraturan sebagai “ramalan-ramaln umum tentang apa
yang akan dilakukan oleh pengadilan-pengadilan”. Sesuai dengan kepercayaan itu,
Realisme menggolongkan kasus-kasus ke dalam kategori-karegori yang lebih kecil
5.

daripada yang terdapat dalam praktik di masa lampau.
Realisme menekankan evolusi tiap bagian dari hukum dengan mengingatkan
akibatnya6.

5
6

Shuchman,
Friedman, Op.Cit. hlm 191-192.

Dengan demikian, Realisme berpendapat bahwa tidak ada hukum yang mengatur
suatu perkara sampai ada putusan hakim terhadap perkara itu. Apa yang di anggap
sebagai hukum dalam buku-buku, baru merupakan taksiran tentang bagaimana hakim
akan memutuskan.7

Sebenarnya Realisme sebagai suatu gerakan dapat dibedakan dalam dua
kelompok, yaitu Realisme Amerika dan Realisme Skandinavia. Skala gerakan Realisme
Skandinavia lebih luas daripada Realisme Amerika karena pusat perhatiannya bukanlah
para fungsionaris hukum (khususnya hakim), tetapi justru orang-orang yang berada
dibawah hukum. Realisme Skandinavia ini banyak menggunakan dalil-dalil psikologi
dalam menjelaskan pandangannya8.
Menurut Friedman. Persamaan Realisme Skandanavia dengan realisme amerika
adalah semata-mata verbal. Realisme Amerika adalah hasil dari pendekatan pragmatis
dan

paling

sopan

pada

lembaga-lembaga

sosial.


Para

ahli

hukum

telah

mengembangkannya dengan ciri khas Anglo-Amerika, yakni tekanan pada pekerjaan
pengadilan-pengadilan

dan tingkah laku pengadilan-pengadilan, untuk memperbaiki

filsafat tentang positivisme analitis, yang menguasai ilmu hukum Anglo Amerika pada
abad 19. Mereka menekankan bekerjanya hukum-hukum baik sebagai pengalaman
maupun sebagai konsepsi hukum. Namun mereka kurang memperhatika dasar hukum
transdental. Waktu mereka condong menyetujui filsafat hukum yang relativistis, para
realis Amerika tidak berusaha menguriakan secara terinci suatu filsafat tentang nilai-nilai.
Dengan kata-kata Llewellyn, mereka mengasumsikan adanya pemisahan sementara yang
ada (Das Sein) dari yang seharusnya (das sollen) untuk tujuan-tujuan studi Sebaliknya,

realisme skandinavia (friedmann menuliskan realisme tanpa petik) adalah semata-mata
7

Darmodiharjo , Darji, Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum : Apa dan bagaimana filsafat hukum Indonesia,
(Jakarta: Penerbit Gramedia), hlm 134.
8
Ibid.

kritik falsafiah atas dasar-dasar metafisis dari hukum. Dengan menolak pendekatan
bahasa yang sederhana dari para realis Amerika, Realisme Skandinavia jelas bercorak
continental dalam pembahasan yang kritis, dan sering sangat abstrak, tentang prinsipprinsip yang pertama9.
Dari pemikiran-pemikiran antara realisme Amerika dan realisme Skandinavia.
Pemikiran-pemikiran Realisme Amerikalah yang berkembang sangat pesat dikarenkan
Realisme amerika adalah realisme yang pragmatis dengan melihat keadaan sosial yang
ada dimasyarakat sebagai salah satu acuan hukum. Gerakan realisme ini sangat massif
hingga tahun 1970. Pada era itu pengaruh realisme juga mempengaruhi pemikiran seperti
Critic Legal Studies dan Economic Analysis Of Law dengan sudut pandang pragmatisnya
dalam pengembangan teori yang dibuat.
D. Kesimpulan
“Legal Realism” adalah suatu gerakan intelektual pada tahun 1920 dan 1930 di

Amerika, Mereka terdiri dari para Gurubesar dan Lawyer diantaranya, Karl Llewellyn ,
Jerome Frank, Felix Cohen, Hermant Oliphant, Walter Wheeler Cook, Underhill more,
Hessel Yntema, dan Max Radin.
Realisme hukum lahir atas kritikan kepada Positivisme Hukum yang pada saat
positivsme pada masa jayanya. Positivisme hukum lahir pada awal abad 19 sebagai
akibat lahirnya gerakan positivisme ilmu sosial. Positivem dalam teori hukum (legal
theory) mengandung arti studi mengenai hukum sebagaimana adanya yang dibedakan
dari hukum sebagaimana seharusnya ada (Law as it ought ti be). Teori hukum positivis
tidak menolak apa yang seharusnya (the ought) dalam kerangka moral sebagai subjek
tidak layak diperhatikan atau tidak berhubungan dengan hukum. Namun kaum positivis
secara eksplisit menolak apa yang seharusnya dalam pengertian meta fisik sebagai hasil
langsung dari “metaphysical non positive”. Teori realisme ini memiliki 2 kiblat yakni
9

Darmodiharjo , Darji, Shidarta, Op. Cit. hlm 135.

realisme amerika dan realisme skandinavia. Dalam perkembangnya realisme amerikalah
yang berkembang dengan pesat hingga pada 1970 dengan pendekatan pragmatisnya. Ini
mempengaruhi pemikiran filsafat hukum lain seperti Critic Legal Studies, dan Economic
Analysis of Law terkait dengan pendekatan pragmatisnya.

Sumber Pustaka :
Buku :
ERMAN RAJAGUKGUK, Filsafat Hukum, Jakarta: UI Press, 2017
DARMODIHARDJO, DARJI, SIDHARTA, Pokok-Pokok Filsafat Hukum : Apa dan
bagaimana filsafat hukum Indonesia, (Jakarta: Penerbit Gramedia
FRIEDMANN, W, Legal Theory, London: Steven & Son Limited, 1960.

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65