MELAWAN MAHASISWA MODERN KERJA PRAKTEK p

MELAWAN MAHASISWA
MODERN : KERJA PRAKTEK
pengembangan diri didalam lingkungan
Oleh : Catra Adi WIjaya/08211440000005

Perkembangn zaman dari tahun ke tahun menimbulkan dampak yang sangat besar, kemudahan
untuk melakukan segala hal dapat merubah suatu mindset orang bahkan masyarakat. Salah satu yang
paling terkena dampak adalah generasi usia dewasa yang merupakan usia yang sangat tanggap dan
mudah menyerap informasi yang datang dan dirasa menarik oleh mereka.
Salah satu perubahan yang dapaat dilihat ada pada golongan mahasiswa. Perilaku dalam
kehidupan mahasiswa dalam mengenyam pendidikan, dalam empat asumsi pokok Malcolm Knowless
dimana suatu proses pembelajaran dan perlakuan pendidikan diterapkan yaitu; (1) bahwa kesungguhan
dan kematangan diri seseorang bergerak dari ketergantungan total (realita pada bayi) menuju ke arah
pengembangan diri sehingga mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dan mandiri. (2) bahwa sesuai
dengan perjalanan waktu seorang individu tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan. (3)
bahwa setiap individu semakin menjadi matang sesuai dengan perjalanan waktu, maka kesiapan belajar
bukan ditentukan oleh kebutuhan atau paksaan akademik ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak
ditentukan oleh tuntutan perkembangan dan perubahan tugas dan peranan sosialnya. (4) bahwa pada
anak orientasi belajarnya seolah-olah sudah ditentukan dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang
berpusat pada materi pembelajaran (Subject Matter Centered Orientation).
Dalam asumsinya tersebut mahasiswa sekarang yang sangat terpaku pada suatu materi

pembelajaran dan pada gawainya, dimana mereka akan menemukan suatu pengalaman atau adanya
interaksi langsung terhadap apa yang mereka pelajari. Perkembangan zaman membuat hal tersebut
menjadi sangat sulit didapatkan, karena semuanya sekarang mudah dan sangat cepat hanya dengan
gawai, para mahasiswa mengutarakan idenya langsung melalui gawainya tanpa tahu keadaan asli suatu
permasalahan yang ada. Kadang kali orang – orang merasa interaksi langsung terhadap suatu hal hanya
membuang – buang waktu saja, tetapi nilai lebih yang terdapat dalam menjalani dan mendapatkan
informasi suatu hal dengan melakukan interaksi secara langsung memberikan emosi ke dalam diri, dan

akan membuat pemikiran dan keputusan yang diambil akan lebih kritis dan lebih tepat, karena mereka
“langsung” mengetahui atau menangkap suatu masalah yang terjadi. Hal yang “langsung” itu juga yang
semakin membuat kita menjadi suatu manusia yang sebenarnya, dimana kita tidak lari didalam dunia
yang lain melainkan menghadapinya langsung di dunia nyata.
Skeptisisme penulis tersebut membawa pernyataan, dimana mahasiswa zaman sekarang masih
bisa mencari pengetahuan dan pengalaman “langsung” terhadap apa yang mereka pelajari. Di setiap
kampus dan jurusan terdapat masa dimana mahasiswa mau tidak mau harus terjun untuk
mengaplikasikan bidanynya di dunia nyata. Kerja Praktek, ya merupakan dimana fase mahasiswa harus
terjun langsung di dunia nyata, di sini penulis menekankan bahwa adanya Kerja Praktek ini merupakan
suatu anugrah dan sebuah pengalaman yang sangat berharga dan jangan sampai tidak
memaksimalkannya. Disini mahasiswa dituntut untuk menekuni kehidupan di dunia nyata secara
langsung, mereka dapat berinteraksi, menggali ilmu dari lingkungan yang dimana mungkin akan menjadi

lingkungan mereka setelah lulus kelak. Disini merupakan suatu momen dimana mahaiswa dapat
berinteraksi secara langsung dengan masalah yang dihadapi, berinteraksi sosial dengan lingkungn, maka
dari itu dapat diharapkan pada kesempatan tersebut mahasiswa dapat secara maksimal mengoptimalkan
waktu yang ada untuk mendapatkan pengalaman dan ilmu kelak setelah lulus dari perkuliahan bekal
untuk menuju dunia nyata akan berguna dan lengkap.
Semarang merupakan tempat dimana penulis melakukan Kerja Praktek, kota modern dimana
banyak obyek yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran. Fungsi kota yang dulunya sebagai kota
pelabuhan dimana banyak terjadi pertukaran budaya, membuat Semarang kaya dalam aspek sosial –
kulturnya. Semarang sebgai salah satu pusat daerah merupakan satu contoh modernisasi masuk ke
dalam soail – kultur adatnya, disini dapat dirasakan cepatnya pertumbuhan pembangunan yang masih
terasa nuana sosial – kulturnya, dimana tidak banyak juga yang menimbulkan hal yang negatif. Keadaan
seperti itulah merupakan suatu hal yang sangat berpotensi bagi mahasiswa untuk bahan pembelajaran
dan pengalamannya yang dinilai sebagai wakil masyarakat dan agent of change. Disana kita dapat
berinteraksi langsung, melihat langsung masalah yang terjadi seperti keadaan kota lamanya yang masih
tergenang jika terjadinya pasang air laut, sirkulasi kendaraannya, pembangunan bangunan barunya.
Disini mahasiswa Kerja Praktek dapat mengutarakan ide – idenya terkait masalah tersebut dari data
langsung yang dapat mereka lihat dan rasakan ke instansi dimana mereka melakukan Kerja Praktek,
dengan merasakan langsung masalah – masalah yang terjadi akan memberikan rasa empati dan emosi
yang dalam pada mahaiswa sehingga membuatnya bisa lebih kritis dan tanggap dalam penyelesian


masalah. Disini penulis menjalankan Kerja Prakteknya pada instansi CV. Duta Citra dimana merupakan
salah satu instansi konsultan keruangan yang sudah cukup tua, merupakan sebuah perusahaan yang
bergerak dalam bidang pengadaan jasa konsultansi yang berkiprah sejak tahun 1989 atas dasar Akte
Notaris Pendirian Perusahaan No. 79 Tanggal 20 September 1989 oleh Notaris Sri Hadini Soedjoko, SH di
Semarang. Namun akte pengesahan tersebut pernah mengalami perubahan berdasarkan Akte
Perubahan No. 54 Tanggal 30 April 2012. Selain itu, CV. Duta Citra sebagai instansi konsultan skala
nasional bergerak di bidang pelayanan jasa konsultasi dengan lingkup pekerjaan bidang arsitektur, sipil,
tata lingkungan, GIS, serta planning.
Dari apa yang sudah penulis paparkan bahwanya suatu fase Kerja Praktek yang dialami oleh para
mahsiswa pada umumnya merupakan suatu fase yang sangat kritis dimana mahasiswa menggali dan
mengalami penglaman yang sebenarnya dari apa yang akan mereka lakukan kelak dikemudian hari, disini
juga mereka akan menemukan suatu persepektif yang lain yang mungkin tidak ditemukan jika tidak
melakukan interaksi “langsung”.