Gijzeling Upaya Optimalisasi Penerimaan pad

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
TANGERANG

JUDUL
PAPER
“Gijzeling Upaya Optimalisasi
Penerimaan Negara Sektor Pajak”
Disusun oleh:
FRAN DIKA DWI PURNOMO A.S (133060017966)
Mahasiswa Program Diploma III Keuangan
Spesialisasi Akuntansi
Kelas 4-L / 11
085642822464

Tugas Hukum Keuangan Negara

1|Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan paper ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga paper ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu bahan pengetahuan bagi pembaca.
Harapan saya semoga paper ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi paper ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Paper ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan paper ini.

Bintaro, 14 April 2015

Penulis

2|Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

DAFTAR ISI


JUDUL........................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................4
B.

Rumusan Masalah.......................................................................................................................5

C.

Tujuan.........................................................................................................................................5

BAB II GAMBARAN UMUM GIJZELING..........................................................................................6
A.

Pengertian dan Dasar Hukum......................................................................................................6

B.


Pelaksanaan Gijzeling.................................................................................................................7

C.

Hambatan Pelaksanaan Gijzeling................................................................................................9

BAB III GIJZELING UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA SEKTOR PAJAK.........11
A.

Faktor-Faktor Penyebab Diperlukannya Gijzeling....................................................................11

B.

Pengaruh Gijzeling dalam Peningkatan Penerimaan Negara.....................................................13

BAB IV KESIMPULAN.....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................16

3|Sekolah Tinggi Akuntansi Negara


BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Pajak merupakan iuran masyarakat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

sehingga dapat dipaksakan, dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung yang dipungut
penguasa berdasarkan norma-norma hukum, untuk mencapai kesejahteraan umum. Pajak
merupakan sumber penerimaan negara terbesar yang digunakan untuk melakukan pembayaran
atas belanja pemerintah dalam rangka proses pembangunan Indonesia. Mengingat pentingnya
sumber penerimaan negara tersebut bagi kelangsungan pembangunan dibutuhkan agar
penerimaan pajak di Indonesia terus meningkat dari tahun ketahun.
Reformasi di bidang perpajakan telah dilakukan guna membantu meningkatkan
kemudahan dalam pemungutan pajak. Oleh sebab itu diharapkan penerimaan perpajakan akan
semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Salah satu reformasi yang telah dilakukan
adalah dengan mengubah sistem pemungutan pajak official assessment menjadi self
assessment. Dalam sistem yang baru ini pemerintah memberi kepercayaan kepada setiap wajib
pajak untuk melakukan kewajiban perpajakannya.

Kewajiban yang dimaksud adalah kewajiban wajib pajak untuk mendaftarkan
dirinya untuk mendapat NPWP, mengambil dan mengisi sendiri formulir SPT, menghitung
sendiri pajak terutang, serta membayar pajak tepat pada waktunya.Sementara pemerintah
dalam hal ini aparat perpajakan bersikap pro aktif melakukan pembinaan, penelitian dan
pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan wajib pajak berdasarkan ketentuan
undang-undang perpajakan.
Keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan sumber pendapatan perpajakan tidak
cukup ditentukan oleh kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan pemenuhan
kewajiban perpajakannya, tetapi juga kemampuan aparat dalam hal pembinaan, penelitian dan
pengawasan melalui pemeriksaan kebenaran laporan yang disampaikan oleh wajib pajak guna
rasa keadilan dalam penegakan hukum pajak.

4|Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

Penegakan hukum pajak dengan tegas merupakan salah satu cara agar ketentuan
hukum perpajakan dapat ditaati dan dipatuhi oleh wajib pajak. Dengan adanya ketegasan
dalam hukum pajak diharapkan kepatuhan pajak muncul dari diri wajib pajak bukan atas
dasar ancaman dan paksaan, tetapi disisi lain pemerintah juga memerlukan alat pemaksa dan
sanksi yang bersifat menjerakan dan mendidik yang merupakan konsekuensi dari tindak
pelanggaran hukum negara. Salah satu upaya paksa adalah berupa lembaga penyanderaan

(gijzeling), sebagai terobosan untuk menjerat wajib pajak yang membandel.
Lembaga sandera atau gijzeling dipergunakan oleh pemerintah sebagai salah satu
upaya setelah tahapan sebelumnya dijalankan tidak terpenuhi. Tahapan tersebut adalah;
tindakan penagihan pajak yang mempunyai kekuatan hukum yang memaksa, berupa
serangkaian tindakan agar wajib pajak / penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya
penagihan pajak dengan cara menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan
seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan
penyitaan.

B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan

pokok dalam penulisan Paper ini adalah sebagai berikut :
1.
2.

Bagaimana peranan lembaga gijzeling terhadap peningkatan penerimaan pajak negara?
Bagaimana proses penyelesaian sengketa pajak dengan gijzeling?


C.

Tujuan
Tujuan penulisan yang digunakan dalam penulisan paper mengenai Gijzeling Upaya

Optimalisasi Penerimaan Negara Sektor Pajak, adalah sebagai berikut:
1.

Untuk mengetahui peran lembaga gijzeling terhadap peningkatan penerimaan pajak

2.

negara.
Untuk mengetahui proses penyelesaian sengketa pajak dengan gijzeling.

5|Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

BAB II
GAMBARAN UMUM GIJZELING


A.

Pengertian dan Dasar Hukum
Setiap penegakan hukum harus memenuhi unsur kepastian hukum, kemanfaatan,

dan keadilan. Gijzeling merupakan salah satu upaya yang dikenal dalam proses penegakan
hukum, sehingga harus memperhatikan unsur-unsur penegakan hukum. Penegakan hukum
melalui penyanderaan di bidang hukum perdata diatur dalam Perma No. 1 Tahun 2000 tanggal
30 Juni tahun 2000 tentang Lembaga Paksa Badan. Ada dua hal yang penting dalam Perma
No. 1 Tahun 2000 ini, yaitu:
1.

Gijzeling sebagai suatu alat paksa eksekusi yang secara psikis diberlakukan

2.

terhadap debitur untuk melunasi hutang pokok
Gijzeling sebagai upaya paksa tidak langsung dengan memasukkan seorang debitur
nakal ke dalam rumah tahanan negara yang ditetapkan pengadilan. Debitur nakal

dimaksud adalah penjamin utang yang dapat diperluas penunggak pajak yang
mampu tetapi tidak mau membayar utangnya.
Penegakan hukum melalui gijzeling di bidang perpajakan dapat dilihat di Undang-

undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa yang merupakan
dasar hukum pelaksanaan sandera bagi wajib pajak atau penanggung npajak yang tidak
memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak. Dalam Pasal 1 angka 21 UU Nomor 19
Tahun 2000 dinyatakan bahwa Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan
Penanggung Pajak dengan menempatkannya di tempat tertentu. Pasal ini memuat rumusan
mengenai pengertian istilah yang bersifat teknis dan baku yang digunakan dalam pelaksanaan
penyanderaan. Ketentuan lebih lanjut mengenai lembaga sandera ini di atur dalam :
1.

Peraturan Pemerintah Nomor 137 Tahun 2000 tentang Tempat dan Tata Cara
Penyanderaan, Rehabilitasi Nama Baik Penanggung Pajak dan Pemberian Ganti Rugi

2.

dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa;
Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Men Keh & Ham Nomor M02.UM.09.01 Tahun 2003 tanggal 25 Juni 2003 serta Nomor 294/KMK.03/2003;


6|Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

3.

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-218/ PJ/ 2003 tanggal 30 Juli 2003
tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyanderaan dan Pemberian Rehabilitasi Nama Baik
Penanggung Pajak yang disandera.

B.

Pelaksanaan Gijzeling
Penyanderaan merupakan salah satu bentuk upaya penagihan pajak. Agar

penyanderaan tidak dilaksanakan sewenang-wenang dan juga tidak bertentangan dengan rasa
keadilan, maka diberikan syarat-syarat tertentu. Penyanderaan hanya dapat dilakukan apabila
Wajib Pajak memenuhi syarat kuantitatif dan syarat kualitatif untuk dilakukan penyanderaan
sesuai dengan ketentuan Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
Syarat kuantitatif dan kualitatif yang harus dipenuhi seorang wajib pajak agar dapat
dilakukan penyanderaan sebagai berikut:

1.

Syarat kuantitatif dilaksanakannya penyanderaan adalah Penanggung Pajak
mempunyai utang pajak sekurang-kurangnya Rp.100.000.000,00 yang meliputi
semua jenis pajak dan tahun pajak. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa

2.

penyanderaan tidak ditujukan kepada Wajib Pajak yang berpenghasilan kecil.
Syarat kualitatif dilaksanakannya penyanderaan adalah Penanggung Pajak
diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak.
Berdasarkan Pasal 3 huruf d Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-218/PJ/2003

tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyanderaaan dan Pemberian Rehabilitasi Nama Baik
Penanggung Pajak yang disandera, penjelasan mengenai adanya petunjuk bahwa Penanggung
Pajak diragukan itikad baiknya dalam pelunasan utang pajak meliputi:
1.
2.

Penanggung Pajak tidak merespon himbauan untuk melunasii utang pajak
Penanggung Pajak tidak menjelaskan/tidak bersedia melunasi utang pajak baik

3.

sekaligus maupun angsuran
Penanggung Pajak tidak bersedia menyerahkan hartanya untuk melunasi utang

4.

pajak
Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau
berniat untuk itu

7|Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

5.

Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang dikuasai
dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan

6.

yang dilakukan di Indonesia
Penanggung Pajak akan membubarkan badan usahanya atau menggabungkan
usahanya, atau memekarkan usahanya, atau memindahtangankan perusahaan yang
dimiliki atau dikuasai, atau melakukan perubahan bentuk lainnya.
Penyanderaan hanya dapat dilakukan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan

yang diterbitkan oleh pejabat setelah mendapatkan izin tertulis dari Menteri Keuangan untuk
penagihan pajak pusat atau dari gubernur untuk penagihan pajak daerah. Pejabat yang
berwenang untuk melaksanakan penyanderaan adalah jurusita pajak. Dalam pelaksanaan
penyanderaan jurusita pajak harus menyampaikan Surat Perintah Penyanderaan langsung
kepada Wajib pajak dan salinannya diserahkan kepada kepala tempat penyanderaan.Apabila
dalam proses penyanderaan terdapat kesulitan maka jurusita pajak dapat meminta bantuan
kepada pihak kepolisian atau kejaksaan.
Setelah

melakukan

penyanderaan,

jurusita

pajak

membuat

Brita

Acara

Penyanderaan yang dibuat pada saat Penanggung Pajak ditempatkan di tempat penyanderaan.
Penanggung Pajak yang disandera ditempatkan di tempat tertentu sebagai tempat
penyanderaan dengan syarat-syarat antara lain:
1.
2.
3.

Tertutup dan terasing dari masyarakat
Mempunyai fasilitas terbatas
Mempunyai sitem pengamanan dan pengawasan yang memadai
Penanggung Pajak ditempatkan ditempat penyanderaan paling lama enam bulan

terhitung sejak Penanggung Pajak ditempatkan dalam tempat penyanderaan dan dapat
diperpanjang untuk selama-lamanya enam bulan. Selama dalam penyanderaan Penanggung
Pajak berhak untuk:
1.

Melakukan

ibadah

di

tempat

penyanderaan

2.
3.
4.

kepercayaannya masing-masing.
Memperoleh pelayanan kesehatan yang layak sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Mendapatkan makanan yang layak termasuk menerima kiriman dari keluarga
Menyampaikan keluahan tentang perlakuan petugas

8|Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

sesuai

dengan

agama

dan

5.

Memperoleh bahan bacaan dan informasi lainnya atas biaya penanggung pajak yang
disandera dan menerima kunjungan.
Adanya hak untuk menyampaikan keluhan dapat berupa pengajuan gugatan.

Penanggung Pajak yang disandera dapat mengajukan gugatan terhadap pelaksanaan
penyanderaan hanya kepada pengadilan negeri. Pengajuan gugatan atas pelaksanaan
penyanderaan hanya sebatas pada masalah prosedural ketika Jurusita Pajak melaksanakan
penyanderaan.
Penanggung pajak dapat mengajukan perohonan rehabilitasi nama baik dan ganti
rugi apabila gugatan Penanggung Pajak dikabulkan oleh Pengadilan Negeri dan putusan
pengadilan telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Rehabiulitasi nama baik dilaksanakan
oleh pejabat dala bentuk satu kali pengumuman pada media cetak nasional. Besarnya ganti
rugi yang diberikan pejabat kepada wajib pajak atau Penanggung Pajak adalah sebesar
Rp100.000,00 setiap hari selama masa penyanderaan yang telah dijalankan.
Penanggung Pajak yang disandera akan dibebaskan apabila telah memenuhi
persyaratan yang ditentukan. Persyaratan tersebut adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

C.

Utang pajak dan biaya penagihan pajak telah dibayar luans
Jangka waktu yang ditetapkan dalam Surat Perintah Penyanderaan telah dipenuhi
Berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
Berdasarkan pertimbangan tertentu dari Menteri Keuangan atau gubernur

Hambatan Pelaksanaan Gijzeling
Gijzeling atau lembaga penyanderaan sudah lama diatur dalam hukum Indonesia,

tetapi masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui secara jelas praktek dari gijzeling ini.
Terdapat beberapa hal yang menjadi kendala dalam pelaksanaan gijzeling:
1.

Belum tersedia tempat khusus untuk penyanderaan.
Dalam undang-undang perpajakan yang mengatur tentang sandera, belum
ada ketentuan tentang penanganan para sandera dalam sebuah tempat tertentu.
Sedangkan menurut surat keputusan Menteri Keuangan dan Menteri Hukum dan
HAM ditentukan bahwa sambil menunggu tempat khusus untuk penyanderaan

2.

dilakukan pada tempat tahanan.
Faktor Kurang Tegasnya Aparat Perpajakan

9|Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

Sistem hukum yang berlaku disuatu negara akan berjalan dengan efektif
apabila terdapat budaya sadar hukum masyarakatnya. Apabila masyarakat
mematuhi hukum tanpa kesadaran dari diri sendiri maka penegakkan hukum akan
sia-sia. Sampai sekarang ini banyak anggota masyarakat yang dalam kehidupan
sehari-hari, menghargai seseorang lebih didasarkan pada kekayaan yang dimiliki
orang yang bersangkutan. Ini dapat diihat bahwa sebagian anggota masyarakat akan
memberikan pelakuan yang berbeda terhadap seseorang dengan melihat
3.

kekayaanyang dimiliki. Aparat penegak pun sebagian berperilaku seperti itu.
Masih adanya Mafia Peradilan yang Memungkinkan untuk Melakukan Pendekatanpendekatan.
Penegakan hukum adalah pelaksanaan konkrit hukun daam kehidupan
masyarakat sehari-hari. Peradilan merupakan sebagai suatu macam penegakkan
hukum karena aktivitasnya tidak terlepas dari hukum. Pengadilan menunjuk pada
proses mengadili. Peradilan merupakan bagian penting dalam proses mengadii
perkara, dimana hakim melakukan pemeriksaan terhadap peristiwa yang terjadi.
Penegakan hukum harus ditampilkan dalam berbagai putusan tepat dan bijak
dari lembaga pengadilan. Artinya para hakim dengan tepat dan ekstra bijak
menjatuhkan keputusan yang kemudian menjadi cermin bagi tegaknya hukum,
Hakim harus memiliki criteria yang lengkap.

10 | S e k o l a h T i n g g i A k u n t a n s i N e g a r a

BAB III
GIJZELING UPAYA OPTIMALISASI
PENERIMAAN NEGARA SEKTOR PAJAK

A.

Faktor-Faktor Penyebab Diperlukannya Gijzeling
1.

Gijzeling merupakan upaya penegakan hukum
Pajak merupakan iuran wajib rakyat yang dipungut secara memaksa, karena

sifat memaksa itu pemungutan pajak harus didasarkan pada peraturan. Oleh sebab itu,
tunduk kepada ketentuan hukum pajak yang berlandaskan norma-norma hukum, prinsip,
dan asas hukum secara umum. Agar hukum bisa berjalan dengan efektif maka
diperlukan suatu alat penegakan hukum. Alat penegakan yang dapat digunakan dalam
upanya peningkatan penerimaan negara terutama sektor pajak adalah dengan gijzeling.
Dalam keseharian, tidak semua alat paksa dapat digunakan mengingat
pelaksanaannya membutuhkan biaya serta konsekuensi lain yang timbul dalam
pelaksanaannya. Begitu juga dalam penggunaan alat paksa gijzeling, hanya penanggung
pajak yang memenuhi syarat yang dapat dikenakan sanksi ini. Sanksi dalam penegakkan
hukum sangat diperlukan guna terlaksananya hukum itu sendiri di dalam masyarakat.
Penagihan pajak yang dilakukan secara paksa tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan memperhatikan aspek keadilan dan
kemanusiaan sehingga tidak dilakukan secara sewenang-wenang.
2. Gijzeling diharapkan Menciptakan Kesadaran pada Masyarakat
Rakyat dalam suatu negara mempunyai hak yang harus diperjuangkan dan
memiliki kewajiban yang harus dilakukan. Dalam pelaksanaan kewajibannya seseorang
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu motif ytang sering mendasari seseorang
melaksanakan kewajibannya adalah karena adanya dorongan perasaan takut akan
mendapatkan sanksi bila tidak melaksanakan kewajiban. Berarti dapat ditarik
kesimpulan masyarakat bukan karena kesadaran melainkan karena rasa takut atau
keterpaksaan dalam melaksanakan kewajibannya. Hal ini juga berlaku pada pemenuhan
kewajiban membayar pajak oleh para wajib pajak.
Kepatuhan wajib pajak yang disebabkan karena takut pada sanksi
merupakan kepatuhan yang bersifat sementara. Jika gijzelling dillakukan terhadap wajib
11 | S e k o l a h T i n g g i A k u n t a n s i N e g a r a

pajak yang memenuhi syarat, akan mendorong wajib pajak lain untuk memenuhi
kewajibannya membayar pajak karena meraka takut akan mengalami hal yang sama.
Akan tetapi, jika penyanderaan tidak dilakukan lagi, mungkin tingkat kepatuhan wajib
pajak akan menurun, bahkan sama sekali tidak patuh. Kepatuahan wajib pajak tidak
akan meningkat secara otomatis jika pemerintah tidak mengimbanginya dengan
peningkatan pelayanan umum dan perpajakan serta keadilan.
Dalam hal gijzeling, yang perlu diperhatikan oleh pemerintah terkait dengan
upaya menciptakan kesadaran untuk patuh melaksanakan kewajiban perpajakan adalah
dengan menerapkan undang-undang dengan tegas. Dengan tersedianya ketentuan hukum
mengenai gijzeling dan aturan pelaksananya, maka sudah saatnya bagi DJP untuk
mengefektifkan lembaga penyanderaan. Penegakan hukum merupakan bagian penting
untuk membentuk kesadaran atas pemenuhan kewajiban. Penegakan hukum akan
berkorelasi positif terhadap penerimaan negara
3. Gijzeing Merupakan Upaya Terakhir Penagihan Pajak
gijzeling atau penyanderaan ialah penyitaan atas badan orang yang berutang
pajak. Tindakan ini juga suatu penyitaan, tetapi bukan langsung atas kekayaan,
melainkan secara tidak langsung, yaitu diri orang yang berutang pajak. Undang-Undang
PPSP mengatur mengenai penagihan utang pajak kepada wajib pajak melalui upaya
penegakan hukum. Salah satu alat paksa dalam UU PPSP adalah melalui penyanderaan
(gijzeling).
Tujuan dilakukannya gijzeling adalah untuk mendorong kesadaran, dan
pemahaman masyarakat bahwa pajak adalah sumber terbesar penerimaan negara dan
pembangunan nasional, serta merupakan salah satu kewajiban kenegaraan, sehingga
dengan penagihan pajak melalui surat paksa tersebut setiap anggota masyarakat wajib
berperan aktif dalm melaksanakan sendiri kewajiban perpajakannya.
Dengan berbagai prosedur pelaksanaan gijzeling dilaksanakan apabila wajib
pajak benar-benar sudah membandel. Tindakan gijzeling bukan satu-satunya cara untuk
membuat wajib pajak jera, dan merupakan langkah antisipasi terakhir yang merupakan
upaya mencari efek jera, agar para penunggak pajak takut dan segera melunasi
kewajiban pajaknya. Sebelum gijzeling, beberapa langkah dilakukan yaitu memberikan
surat teguran, surat perintah penagihan seketika dan sekaligus, surat paksa,
pengumuman di media massa, penyitaan, lelang, pencegahan, dan penyanderaan.

12 | S e k o l a h T i n g g i A k u n t a n s i N e g a r a

B.

Pengaruh Gijzeling dalam Peningkatan Penerimaan Negara
Sektor pajak memegang peranan penting dalam perkembangan kesejahteraan

masyarakat suatu negara karena pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang
pada akhirnya dipergunakan untuk pembangunan dengan tujuan akhir kesejahteraan
masyarakat sebesar-besarnya. Hal ini mendorong pemerintah untuk menciptakan suatu
mekanisme yang dapat memberikan paksaan bagi para wajib pajak yang tidak meaksanakan
kewajibannya. Salah satu alat pemaksa tersebut, yaitu gijzeling.
Gijzeling dalam rangka penagihan pajak saat ini tidak hanya diberlakukan di
Indonesia, tetapi juga di berbagai negara lain. Lembaga seperti ini juga diterapkan di negara
Amerika Serikat, Singapura dan Malaysia. Hakekat penyanderaan sebagaimana dinyatakan
dalam ketentuan-ketentuan pada dasarnya adalah pengekangan sementara waktu kebebasan
penanggung pajak dengan menempatkan di rumah tahanan negara. Mengingat bahwa tindakan
tersebut hampir sama diberlakukan kepada pelaku tindak pidana, maka penyanderaan yang
dilakukan terhadap wajib pajak/penanggung pajak ini dilaksanakan secara hati-hati dan sangat
selektif.
Sistem pajak akan dinilai dari besar kecilnya penerimaan uang pajak ke kas negara,
baik yang dibayarkan secara sukarela maupun yang dipungut oleh petugas pajak karena banyak
Wajib Pajak yang tidak patuh dalam membayar pajak, meskipun pemerintah teah memberikan
kelonggaran dengan memberikan peringatan terlebih dahulu, namun wajib pajak terkadang tetap
saja lalai untuk membayar pajak. Berdasarkan data yang telah didapatkan dari beberapa sumber,
(dapat dilihat pada tabel) kebijakan gijzeling dianggap cukup ampuh dalam rangka meningkatkan
penerimaan negara, walaupun kewajiban perpajakan dari wajib pajak belum dibayar seluruhnya,
teteapi sesuai dengan ketentuan pelepasan sandera yang telah membayar prosentase teretentu
harus diikuti dengan pelunasan hutang pajak.

Tahun
2007

2008

Triwulan
I
II
III
IV
I
II
III
IV

Penagihan dg Surat Paksa
997,437,109
2,513,464,970
260,034,557
239,422,762
235,177,616
296,352,680
280,842,265
168,447,328

13 | S e k o l a h T i n g g i A k u n t a n s i N e g a r a

Pelunasan Tunggakan
966,914,977
91,965,393
459,475,909
120,659,781
1,393,222,998
194,660,277
53,086,979
118,634,937

2009

I
II
III
IV

83,272,289
7,045,387,614
1,142,198,411
793,839,698

179,367,277
82,545,213
21,608,535
327,430,171

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka menurut pendapat penulis gijzeling dipandang
masih sangat relevan untuk digunakan sebagai sarana penegakan hukum di bidang perpajakan
khususnya untuk penagihan pajak.

14 | S e k o l a h T i n g g i A k u n t a n s i N e g a r a

BAB IV
KESIMPULAN

Gijzeling mempunyai berbagai definisi dari berbagai sudut pandah. Salah satu
definisi yang cukup menggambarkan gijzeling yang diterapkan di Indonesia adalah penyitaan
atas badan orang yang berutang pajak. Tindakan ini juga suatu penyitaan, tetapi bukan
langsung atas kekayaan, melainkan secara tidak langsung, yaitu diri orang yang berutang
pajak. Latar belakang penerapan gijzeling adalah didasarkan pada kenyataan bahwa negara
kerap kali kesulitan dalam proses pemungutan pajak karena banyak wajib pajak yang tidak
patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Meskipun sudah ditetapkan payung hukumnya dengan jelas, namun pelaksanaannya
masih dirasa kurang efektif. Terdapat beberapa faktor yang menghambat pelaksanaan gijzeling
di Indonesia seperti belum adanya tempat khusus untuk penyanderaan, adanya faktor budaya
atas kurang tegasnya aparat perpajakan, masih terdapat mafia peradilan yang memungkinkan
untuk melakukan pendekatan-pendekatan. Pemerintah sangat mengandalkan penerimaan
Negara dari sektor pajak sebagai alat yang digunakan untuk mendanai pengeluaranpengeluaran pemerintah pusat. Maka supaya target penerimaan pajak tercapai aparat pajak
harus berani bertindak tegas dengan memanfaatkan adanya lembaga sandera ini.
Sebagai upaya penegakan hukum, kebijakan gijzeling dianggap cukup ampuh dalam
rangka meningkatkan penerimaan negara, walaupun kewajiban perpajakan dari wajib pajak belum
dibayar seluruhnya, teteapi sesuai dengan ketentuan pelepasan sandera yang telah membayar
prosentase teretentu harus diikuti dengan pelunasan hutang pajak.

15 | S e k o l a h T i n g g i A k u n t a n s i N e g a r a

DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Pemerintah No. 137 Tahun 2000 Tentang Tempat Dan Tata Cara
Penyanderaan, Rehabilitasi Nama Baik Penanggung Pajak, Dan Pemberian Ganti
Rugi Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa
Sulistyo, Budi(2015).Menggenjot Penerimaan Pajak melalui Gijzeling.from
http://www.kemenkeu.go.id/Artikel/menggenjot-penerimaan-pajak-melaluigijzeling.13 April 2015.
Tobing, C Ganda, dkk.(2015).Gijzeling:Akankah Memberi Efek Jera dan Mendorong
Kepatuhan?.from http://dannydarussalam.com/wpcontent/uploads/2015/02/InsideHEADLINE_28_SECURED.pdf.11 April 2015.
Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000,
Pasal 33 ayat (1)
Wahyumurti, Mulyatsih.2005.Pengaruh Lembaga Sandera Terhadap Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak.Program Magister Kenotariatan.Universitas
Diponegoro.Semarang
Yulia, Putri Ade.2008.Penyanderaan Sebagai Upaya Penegakan Hukum
Perpajakan.FISIP.Universitas Indonesia.Depok

16 | S e k o l a h T i n g g i A k u n t a n s i N e g a r a

Dokumen yang terkait

Analisis Komposisi Struktur Modal Yang Optimal Sebagai Upaya Peningkatan Kinerja Operasional Pada PT Telagamas Pertiwi Di Surabaya

1 65 76

Konstruksi Media tentang Kontroversi Penerimaan Siswa Baru di Kota Malang (Analisis Framing pada Surat Kabar Radar Malang Periode 30 Juni – 3 Juli 2012)

0 72 56

Upaya mengurangi kecemasan belajar matematika siswa dengan penerapan metode diskusi kelompok teknik tutor sebaya: sebuah studi penelitian tindakan di SMP Negeri 21 Tangerang

26 227 88

Upaya guru PAI dalam mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat

48 349 84

Analisis Pengaruh Faktor Yang Melekat Pada Tax Payer (Wajib Pajak) Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan

10 58 124

Pengaruh Jumlah Pengusaha Kena Pajak dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees 2012-2014)

0 23 2

Analisis Komparatif Penerimaan Kas Dari Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor Pada PT. Bank Jabar Banten Kantor Kas Samsat Bandung Timur

0 22 1

Pengaruh Kinerja Aparatur Dinas Pendapatan Daerah Terhadap Efektivitas Penerimaan Pajak Bioskop Di Kota Bandung

1 11 1

Sistem Informasi Penerimaan Dan Pengeluaran Barang Di Perum Jasa Tirta II Jl. Lengkog Besar Bandung

5 51 111

Sistem Informasi Direktorat jenderal Pajak (SIDJP) Wajib Pajak Terdaftar Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Terdaftar Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Penghasilan Atas Kegiataan Esktensifikasi Pada KPP Majalaya

1 14 1