TUGAS EKA Sains Dan Teknologi

Sains Dan Teknologi Dalam Perspektif Islam
A. Pendahuluan
Sains secara etimologi diambil dari bahasa Inggris science yang artinya pengetahuan sedangkan secara
terminologi Sains adalah Himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui suatu proses pengkajian
secara empirik dan dapat diterima oleh rasio. Dalam English Oxford Dictionary Sains didefinisikan sebagai suatu
cabang ilmu yang mengkaji sekumpulan pernyataan yang terbukti atau dengan fakta-fakta yang ditinjau dan
disusun bersistem dan dihimpun dalam bentuk hukum-hukum umum, dan ia kaidah-kaidah yang dapat diyakini
untuk menghasilkan kebenaran baru di dalam lapangan sendiri. Adapun teknologi adalah penerapan konsep
ilmiah yang tidak hanya bertujuan menjelaskan gejala-gejala alam untuk tujuan pengertian dan pemahaman,
namun lebih jauh lagi bertujuan memanipulasi faktor-faktor yang terkait dalam gejala-gejala tersebut, untuk
mengontrol dan mengarahkan proses yang terjadi. Jadi, teknologi di sini berfungsi sebagai sarana memberikan
kemudahan bagi kehidupan manusia.
Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa antara sains dan teknologi memiliki keterkaitan yang
sangat erat juga mempunyai peran dan fungsi yang sama. Keterkaitan antara sains dan teknologi adalah
keberadaan teknologi merupakan aplikasi seluruh konsep yang terdapat di dalam sains. Adapun dalam hal peran
dan fungsinya, sains dan teknologi sama-sama sebagai sarana (tools) untuk menggali sumber daya alam untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia di dunia.

B. Motivasi Agama Terhadap Pemberdayaan Akal
Islam tidak pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern.Justru Islam sangat mendukung umatnya untuk
melakukan research dan bereksperimentasi dalam hal apapun, termasuk sains dan teknologi. Bagi Islam sains

dan teknologi adalah termasuk ayat-ayat Allah yang perlu digali dan dicari keberadaannya. Ayat-ayat Allah yang
tersebar di alam semesta ini, dianugerahkan kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk dikelolah dan
dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Islam sangat menganjurkan kepada umat manusia untuk senantiasa memberdayakan rasionya (i’mal al-aql)
guna memikirkan dan merenungkan ciptaan-ciptaan Allah Swt yang ada di alam semesta. Ayat al-Quran
pertama kali turun adalah surat al-‘Alaq ayat 1-5. Pada ayat tersebut Allah memerintahkan kepada Nabi
Muhammad SAW untuk membaca yang selanjutnya harus dilakukan oleh umatnya. Perintah tersebut
mengandung arti agar umat Islam melakukan pengkajian (tadabbur), penalaran (i’mal al-‘aql), pengamatan
secara empiris (ibshar),memahami (tafaqquh), berpikir (tafakkur), dan perenungan dan kontemplasi (tadzakkur).
Keenam langkah tersebut adalah interpretasi dari kata Iqra’ yang terdapat dalam al-Quran suratal-‘Alaq ayat
pertama.Dengan melakukan pengamatan secara empiris di lapangan, maka akan lahir ilmu pengetahuan yang
positif, yaitu pengetahuan tentang realitas obyektif (ayatun bayyinah) yang menimbulkan ilmu-ilmu baru seperti
ilmu fisika, ilmu biologi, ilmu kimia, ilmu astronomi dan ilmu-ilmu lainnya yang sekarang telah tersebar dan
berkembang di muka bumi.
C. Membangun Paradigma Sains Islam
Keberhasilan sains Barat dalam memajukan ilmu pengetahuan, ternyata tidak sebanding dengan manfaat yang
diperoleh manusia secara keseluruhan. Apa yang telah dilakukan saintis Barat, sesungguhnya bukan sekedar
membangun kemajuan teknologi yang dibanggakan. Lebih dari pada itu, para saintis Barat telah mengantarkan
kehidupan manusia pada gerbang kehancuran, karena dari pencapaian tersebut kehidupan manusia semakin
mengalami malapetaka yang tidak terbantahkan.

Pada tataran yang lebih luas, sebagian saintis sudah ada yang mulai terbongkar epistemologinya. Sebagai
sebuah contoh dapat kita lihat dari tokoh semisal Richard Tarnas dan Thomas S. Khun. Richard Tarnas
menyatakan bahwa sains Barat saat ini sedang memasuki “krisis global” sebuah krisis yang multidimensional
yang mengakibatkan kehidupan manusia semakin terpuruk. Sains memang telah berhasil membantu manusia
dalam mensejahterakan hidup, akan tetapi akibat yang ditimbulkan jauh lebih parah dibandingkan dengan
kemajuannya.Menurut konsep kaidah fiqih Islam:
“Mencegah kerusakan dari sesuatu harus lebih didahulukan dari pada menarik manfaat dari sesuatu tersebut”.
Melihat kondisi demikian, saintis Islam tidak perlu mencontoh apa yang telah diraih oleh santis Barat.Mengingat
paradigma yang dibangun dalam sains Barat tidak berbasiskan pada nilai dan etika.
Sains Islam sebagaimana dibuktikan dari sejarahnya, jelas berusaha untuk menjunjung dan mengembangkan
nilai-nilai dari pandangan dunianya dan peradaban Islam, tidak seperti sains barat yang berusaha
mengesampingkan semua masalah yang menyangkut nilai-nilai.Ciri yang unik dari sains Islam berasal dari

penekanannya akan kesatuan agama dengan sains, pengetahuan dengan nilai-nilai, fisika dengan
metafisika.Penekanannya pada keragaman metode dan penggunaan sarana-sarana yang benar untuk meraih
cita-cita yang benar itulah yang memberikan gaya yang khas pada sains Islam, dan keharmonisan menjadi ciri
utamanya.
Menurut konsep Islam sains dan teknologi harus berorientasi pada nilai-nilai berikut :
1. Sumber ilmu adalah Allah, manusia hanya diberikan sedikit saja dari ilmuNya. Quran surat al-kahfi:109. Quran
surat al-Isra’: 85

2. Ilmu pengetahuan dipergunakan sebagai sarana (tools) untuk menyempurnkan ibadah kepada Allah, karena
tujuan Allah menciptakan jindan manusia adalah untuk beribadah kepadanya. QS. Adzariyat : 56
3. Alam semesta beserta isinya hak milik mutlak Allah Swt. QS. Thaha: 6
4. Alam semesta beserta isinya merupakan nikmat Allah Swt. Yang dianugerahkan kepada umat manusia.
QS.Luqman:20
5. Alam yang dikaruniakan Allah Swt. harus dinikmati dan dimanfaatkan dengan tidak melampaui batas-batas
ketentuan-Nya. QS. Al-A’raf : 31.
6. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan tidak boleh menimbulkan kerusakan (mafsadah) apalagi
mengancam kehidupan manusia. QS.Al-Ankabut: 36.
7. Ilmu pengetahuan dan teknologi dipergunakan untuk mndapatkan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. QS.
Al-Baqarah: 201.
D. Konstribusi Islam Dalam Bidang Sains Dan Teknologi
Salah satu sumbangsih Islam yang sangat besar bagi dunia modern sekarang, adalah mewariskan sejumlah
teori tentang alam semesta dan cara-cara mengaplikasikan pengetahuan tentangnya. Sarjana-sarjana Muslim
pada sekitar abad 9 – 13 M telah banyak mencontohkan dan mengujicobakan hubungan ilmu pengetahuan
(sains) dengan cara penerapannya (teknologi).
Mereka bukan hanya ditopang oleh pengetahuan dan pengalamannya, tetapi juga anugerah yang melimpah
dengan mendapat fasilitas dari pemerintahan, terutama pada masa-masa kejayaan Abbasiyah di Baghdad.
Sebelum melahirkan teknologi, pengembangan sains lebih dahulu mereka peroleh, bukan hanya dari hasil-hasil
temuan mereka sendiri, tetapi juga mereka peroleh dari sejumlah sumber yang berasal bukan hanya dari dalam

doktrin Islam saja.Kebanyakan pengetahuan tentang hukum-hukum alam, ilmu ukur dan matematika, fisika dan
geometrika sampai ilmu gaya dan berat mengenai macam-macam benda, mereka peroleh dari warisan Yunani,
Persia, India dan Mesir. Pengetahuan sains ini mereka kuasai terlebih dahulu sebelum mengembangkan
teknologi. Karena ilmu-ilmu tersebut adalah sebagai dasar-dasar bagi pengembangan teknologi.
Beberapa contoh sains dan teknologi Islam, yang berkait erat dengan warisan Hellenisme Yunani adalah filsafat,
astronomi, fisika, geometrika, kimia, pertambangan, matematika, kedokteran, pertanian dan lain sebagainya.
Dalam bidang matematika kontribusi Islam telah mengenalkan sistem bilangan India, dengan mengenalkan
bilangan baru nol (0) dengan sebuah titik (.).Hal ini telah mempermudah bagi proses penghitungan berikutnya,
sekalipun dengan jumlah kelipatan yang sangat panjang. Penulis bilangan pertama adalah Muhammad bin Musa
al-Khawarizm (w.875), selanjutnya Abul Hasan al-Uqdisy (w.953), Umar Khayyam (w.1131). Sedangkan dalam
bidang astronomi pengaruh Babilonia dan India sangat terasa, apalagi sejak diterjemahkan risalah
India, Siddhanta ilmu perbintangan para raja sejak tahun 711M di Baghdad. Abu Ma’syar al-Falaky al-Balkhy
merupakan salah satu tokoh yang paling terkenal dalam membuat ramalan-ramalan perbintangan,
karyanya , Kitab al-Uluf
Adapun dalam bidang fisika yang paling menonjol adalah mengenai teori optic yang dikembangkan oleh Ibn alHaitsam dalam karyanya “Kitab al-Manadzir”, al-Khaziny (w. 1040 M) juga mengurai tentang gaya grafitasi
spesifik dalam karyanya “Kitab Mizan al-Hikmah” Pengobatan dalam Islam mereka dapatkan banyak dari Persia,
Mesopotamia, India dan lainnya. Muhammad Ibn Zakaria Ar-Razi (865-925 M) telah menggunakan alat-alat
khusus untuk melakukan proses-proses yang lazim dilakukan oleh ahli kimia, misalnya distilasi, kristalisasi,
kalsinasi, dan sebagainya.
Di dunia Barat, Ar-Razi juga dikenal sebagai ahli di bidang ilmu kedokteran, sama halnya dengan Ibnu Sina,

sehingga gambaran kedua ilmuwan Muslim ini dapat menghiasi Fakultas Kedokteran Universitas Paris. Ia juga
dianggap sebagai orang yang menemukan benang fontanel (yang dipakai dalam ilmu bedah). Buku-bukunya
yang beredar di Barat lebih popular dengan nama “Razes”.
Ibnu Sina selain dikenal sebagai seorang filosof , dikenal juga sebagai ilmuwan dalam bidang kedokteran. Karya
ilmiahnya di Barat dikenal dengan istilah Canun, menjadi buku teks standar ilmu kedokteran di berbagai
Universitas baik di dunia Islam atau di dunia Barat (Non Islam). Di Barat, ia lebih dikenal sebagai politikus dan
dokter. Ilmu politik sudah diperkenalkan oleh ayahnya sejak ia masih kecil, sedangkan ilmu kedokteran ia pelajari
hanya dalam tempo 18 bulan, kemudian ia perdalam sendiri secara otodidak. Di antara karya-karyanya yang
popular adalah ; Al-Syifa’, Al-Hikmah Al-Masyriqiyah, Al-Qanun (Canun of Medicine).

Ibn Khaldun nama lengkapnya Waliyuddin Abdurrahman Ibn Khaldun Al-Hamdhami dari Tunisia. Dia dikenal
sebagai ilmuwan Muslim dalam bidang sosiologi, sejarah, dan filsafat. Dunia Barat mengakuinya sebagai perintis
ilmu dan pakar di bidang sosiologi modern.Bukunya yang berjudul “Muqaddimah”, merupakan bagian dari
karyanya yang terbesar.
Masih banyak penemu dan pakar di bidang sains dan teknologi yang hidup di dunia Islam, meskipun dalam
sejarahnya mengalami tarik menarik dengan para ilmuwan Barat, baik yang hidup sebelumnya, semasanya,
ataupun sesudahnya.
Walaupun demikian, sesungguhnya setiap individu muslim dituntut, bahkan diwajibkan untuk memahami dan
menjelaskan kebenaran yang terkandung dalam al-Quran, baik dalam pernyataan maupun penyangkalan yang
terdapat dalam ayat-ayat al-Quran yang sistematik, holistik, dan integralistik. Hal ini bertujuan antara lain untuk

menyatakan bahwa disamping sebagai kitab suci, Al-Quran juga sumber segala ilmu, termasuk sains dan
teknologi.
Untuk melakukan hal itu tentu dibutuhkan suatu proses pemahaman dan penjelasan secara ilmiah yang kilas
baliknya akan berpengaruh terhadap proses trasformasi budaya dalam Islam.
E. Kesimpulan
Sains dan Teknologi dalam Islam adalah sebagai sarana (tools) untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat dan
sebagai kunci kebangkitan Islam oleh karena itu umat Islam harus menempatkan sains dan teknologi sebagai
kebutuhan primer bukan sekunder. Mempelajari sains dan teknologi sama wajibnya dengan amalan fardhu
lainnya seperti shalat, puasa dan zakat.
Sains dan tekonologi dalam Islam harus didasari dengan nilai-nilai agama yang universal agar dapat
memberikan kemaslahatan bagi umat manusia, sains dan teknologi yang tidak didasari noleh nilai-nilai agama
pasti akan membawa kehancuran, kerusakan dan kesengsaraan bagi umat manusia

MAKALAH STUDY ISLAM IV
PRINSIP-PRINSIP SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM ALQUR’AN

DISUSUN OLEH:
1. MOHAMMAD DEDI KURNIAWAN (09020026)
2. ELNANDA ARDIYANT SAPUTRA (09020005)
3. MUHAMMAD IRSAN B (09020010)


TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2012

I.

PENDAHULUAN

Tolak ukur era modern ini adalah sains dan teknologi. Sains dan teknologi mengalami
perkembangan yang begitu pesat bagi kehidupan manusia. Dalam setiap waktu para ahli dan
ilmuwan terus mengkaji dan meneliti sains dan teknologi sebagai penemuan yang paling
canggih dan modern. Keduanya sudah menjadi simbol kemajuan pada abad ini. Oleh karena
itu, apabila ada suatu bangsa atau negara yang tidak mengikuti perkembangan sains dan
teknologi, maka bangsa atau negara itu dapat dikatakan negara yang tidak maju dan
terbelakang.

Islam tidak pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern. Justru Islam sangat
mendukung umatnya untuk melakukan research dan bereksperimen dalam hal apapun,

termasuk sains dan teknologi. Bagi Islam sains dan teknologi adalah termasuk ayat-ayat Allah
yang perlu digali dan dicari keberadaannya. Ayat-ayat Allah yang tersebar di alam semesta
ini, dianugerahkan kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk diolah dan
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Pandangan Islam tentang sains dan teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari
analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad saw.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya. (QS. Al-Isra: 1-5)”
Peradaban Islam pernah memiliki khazanah ilmu yang sangat luas dan menghasilkan
para ilmuwan yang begitu luar biasa. Ilmuwan-ilmuwan ini ternyata jika kita baca,
mempunyai keahlian dalam berbagai bidang. Sebut saja Ibnu Sina. Dalam umurnya yang
sangat muda, dia telah berhasil menguasai berbagai ilmu kedokteran. Mognum opusnya alQanun fi al-Thib menjadi sumber rujukan utama di berbagai Universitas Barat.
Selain Ibnu Sina, al-Ghazali juga bisa dibilang ilmuwan yang representatif untuk kita
sebut di sini. Dia teolog, filosof, dan sufi. Selain itu, dia juga terkenal sebagai orang yang
menganjurkan ijtihad kepada orang yang mampu melakukan itu. Dia juga ahli fiqih. AlMushtasfa adalah bukti keahliannya dalam bidang ushul fiqih. Tidak hanya itu, al-Ghazali
juga ternyata mempunyai paradigma yang begitu modern. Dia pernah mempunyai proyek
untuk menggabungkan, tidak mendikotomi ilmu agama dan ilmu umum. Baginya, kedua jenis
ilmu tersebut sama-sama wajib dipelajari oleh umat Islam.


II.

PEMBAHASAN

 Ilmu
Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al-Qur’an. Kata ini digunakan
dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan obyek pengetahuan. ‘Ilm dari segi bahasa
berarti kejelasan. Ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang sesuatu. Sekalipun demikian,
kata ini berbeda dengan ‘arofa (mengetahui), ‘arif (yang mengetahui), dan ma’rifah
(pengetahuan).
Menurut pandangan Al-Qur’an seperti diisyaratkan oleh wahyu pertama, ilmu terdiri dari dua
macam. Pertama ‘ilm laduni, seperti diterangkan oleh Al-Qur’an surat al-Kahfi, 18:65.

“Lalu mereka (Musa dan muridnya) bertemu dengan seorang hamba dari hamba-hamba
Kami, yang telah Kami anugrahkan kepadanya rahmat dari sisi Kami dan telah Kami
ajarkan kepada ilmu dari sisi Kami”.
Kedua, ilmu yang diperoleh karena usaha manusia dinamai ‘ilm kasbi. Ayat-ayat ‘ilm kasbi
jauh lebih banyak dari pada yang berbicara tentang ilmu laduni.
Pembagian ini disebabkan karena dalam pandangan Al-Qur’an terdapat hal-hal yang “ada”

tetapi tidak dapat diketahui melalui upaya manusia sendiri. Ada wujud yang tidak tampak,
sebagaimana ditegaskan berkali-kali oleh Al-Qur’an, antara lain firman-Nya:
“Aku bersumpah dengan yang kamu lihat dan yang kamu tidak lihat”.
(Q.S. Al-Haqqah, 69:38-39).
Dengan demikian, obyek ilmu meliputi materi dan non materi. Fenomena dan non-fenomena,
bahkan ada wujud yang jangankan dilihat, diketahui manusia pun tidak.
“Dia menciptakan apa yang tidak kamu ketahui”.
(Q.S. Al-Nahl, 16:8).
Dari sini jelas pula bahwa pengetahuan manusia amatlah terbatas, karena itu wajar sekali
Allah menegaskan.
“Kamu tidak diberi pengetahuan kecuali sedikit”.
(Q.S. Al-Isra’, 17:85).
 Teknologi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teknologi diartikan sebagai “kemampuan teknik yang
berlandaskan pengetahuan ilmu, eksakta dan berdasarkan proses teknis”. Teknologi adalah
ilmu atau cara tentang menerapkan sains untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan
kenyamanan manusia.
Menelusuri pandangan Al-Qur’an tentang teknologi, mengundang kita untuk menengok
sekian banyak ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang alam raya. Menurut sebagian ulama,
terdapat sekitar 750 ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang alam materi dan fenomenanya,

dan memerintahkan manusia untuk mengetahui dan memanfaatkan alam ini. Secara tegas AlQur’an menyatakan bahwa alam raya diciptakan dan ditundukkan Allah untuk menusia.
“Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
semuanya (sebagai anugrah) dari-Nya”.
(Q.S. Al-Jatsiyah, 45:13).
Jadi, dapatkan dikatakan bahwa teknologi merupakan sesuatu yang dianjurkan oleh AlQur’an. Sebelum menjawab pertanyaan, ada dua catatan yang perlu diperhatikan.
Pertama, ketika Al-Qur’an berbicara tentang alam raya dan fenomenanya, terlihat secara jelas
bahwa pembicaraannya selalu dikaitkan dengan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT.
Misalnya uraian Al-Qur’an tentang kejadian alam.

“Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya dahulu
adalah satu yang padu, kemudian Kami (Allah) pisahkan keduanya, dan dari air Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tidak juga beriman?”.
(Q.S. Al-Anbiya, 27:30).
Ayat ini dipahami oleh banyak ulama kontemporer sebagai isyarat tentang teori Big Bang
(Ledakan Besar) yang mengawali terciptanya langit dan bumi. Para pakar boleh saja berbeda
pendapat tentang makna ayat tersebut, atau mengenai proses terjadinya pemisahan langit dan
bumi. Yang pasti, ketika Al-Qur’an berbicara tentang kekuasaan dan kebesaran Allah, serta
keharusan beriman kepada-Nya.
Ini berarti sains dan hasil-hasilnya harus selalu mengingatkan manusia terhadap kehadiran
dan kemahakuasaan Allah SWT, selain juga harus memberi manfaat bagi kemanusiaan, sesuai
dengan prinsip bismi rabbik.
Kedua, Al-Qur’an sejak dini memperkenalkan istilah sakhara yang maknanya bermuara pada
kemampuan meraih dengan mudah dan sebanyak yang dibutuhkan segala sesuatu yang dapat
dimanfaatkan dari alam raya melalui keahlian di bidang teknik.
Ketika Al-Qur’an memilih kata sahkara yang arti harfiahnya menundukkan atau
merendahkan, maksudnya adalah agar alam raya dengan segala manfaat yang dapat diraih
darinya harus tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya berada di bawah manusia.
Dan kedua catatan yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa teknologi dan hasilhasilnya disamping harus mengingatkan manusia kepada Allah, juga harus mengingatkan
bahwa manusia adalah khalifah yang kepadanya tunduk segala yang berada di alam raya ini.

A. Motivasi Agama Terhadap Pemberdayaan Akal
Pandangan Al-Qur’an tentang ilmu dan teknologi dapat diketahui prinsipprinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw.
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhan-Mu yang telah menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari ‘alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah.
Yang mengajar manusia dengan pena, mengajar manusia yang tidak diketahuinya.
(Q.S. Al-Alaq, 96:1-5).

Iqra’ terambil dari kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun lahir
aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri
sesuatu, dan membaca baik teks tertulis maupun tidak.
Wahyu pertama itu tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena AlQur’an menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut Bismi
Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Iqra’ berarti bacalah, telitilah,
dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah,
maupun diri sendiri yang tertulis maupun yang tidak. Alhasil, obyek perintah iqra’
mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya.
Selanjutnya, dari wahyu pertama Al-Qur’an diperoleh isyarat bahwa ada dua
cara perolehan dan pengembangan ilmu, yaitu Allah mengajar dengan pena yang telah
diketahui manusia lain sebelumnya, dan mengajar manusia (tanpa pena) yang belum
diketahuinya. Cara pertama mengajar dengan alat atau atas dasar usaha manusia. Cara
kedua dengan mengajar tanpa alat dan tanpa usaha manusia. Walaupun berbeda,
keduanya berasal dari satu sumber, yaitu Allah SWT.
Setiap pengetahuan memiliki subyek dan obyek. Secara umum subyek dituntut
peranannya untuk memahami obyek. Namun pengalaman ilmiah menunjukkan bahwa
obyek terkadang memperkenalkan diri kepada subyek tanpa usaha sang subyek.
Misalnya komet Halley yang memasuki cakrawala hanya sejenak setiaap 76 tahun.
Pada kasus ini, walaupun para astronom menyiapkan diri dengan peralatan
mutakhirnya untuk mengamati dan mengenalnya, sesungguhnya yang lebih berperan
adalah komet itu dalam memperkenalkan dirinya.
Wahyu, ilham, intuisi, firasat yang diperoleh manusia yang siap dan suci
jiwanya, atau apa yang diduga sebagai “kebetulan” yang dialami oleh ilmuwan yang
tekun, semuanya tidak lain kecuali bentuk-bentuk pengajaran Allah yang dapat
dianalogikan dengan kasus komet di atas. Itulah pengajarah tanpa qalam yang
ditegaskan oleh wahyu pertama Al-Qur’an tersebut.

B. Membangun Paradigma Sains Islam
Keberhasilan sains Barat dalam memajukan ilmu pengetahuan, ternyata tidak
sebanding dengan manfaat yang diperoleh manusia secara keseluruhan. Apa yang
telah dilakukan saintis Barat, sesungguhnya bukan sekedar membangun kemajuan
teknologi yang dibanggakan. Lebih dari pada itu, para saintis Barat telah
mengantarkan kehidupan manusia pada gerbang kehancuran, karena dari pencapaian
tersebut kehidupan manusia semakin mengalami malapetaka yang tidak terbantahkan.

Pada tataran yang lebih luas, sebagian saintis sudah ada yang mulai terbongkar
epistemologinya. Sebagai sebuah contoh dapat kita lihat dari tokoh semisal Richard
Tarnas dan Thomas S. Khun. Richard Tarnas menyatakan bahwa sains Barat saat ini
sedang memasuki “krisis global” sebuah krisis yang multidimensional yang
mengakibatkan kehidupan manusia semakin terpuruk. Sains memang telah berhasil
membantu manusia dalam mensejahterakan hidup, akan tetapi akibat yang
ditimbulkan jauh lebih parah dibandingkan dengan kemajuannya.Menurut konsep
kaidah fiqih Islam:
“Mencegah kerusakan dari sesuatu harus lebih didahulukan dari pada menarik
manfaat dari sesuatu tersebut”.
Melihat kondisi demikian, saintis Islam tidak perlu mencontoh apa yang telah
diraih oleh santis Barat.Mengingat paradigma yang dibangun dalam sains Barat tidak
berbasiskan pada nilai dan etika.
Sains Islam sebagaimana dibuktikan dari sejarahnya, jelas berusaha untuk
menjunjung dan mengembangkan nilai-nilai dari pandangan dunianya dan peradaban
Islam, tidak seperti sains barat yang berusaha mengesampingkan semua masalah yang
menyangkut nilai-nilai.Ciri yang unik dari sains Islam berasal dari penekanannya
akan kesatuan agama dengan sains, pengetahuan dengan nilai-nilai, fisika dengan
metafisika.Penekanannya pada keragaman metode dan penggunaan sarana-sarana
yang benar untuk meraih cita-cita yang benar itulah yang memberikan gaya yang khas
pada sains Islam, dan keharmonisan menjadi ciri utamanya.
Menurut konsep Islam sains dan teknologi harus berorientasi pada nilai-nilai berikut :
1. Sumber ilmu adalah Allah, manusia hanya diberikan sedikit saja dari ilmuNya.
Quran surat al-kahfi:109. Quran surat al-Isra’: 85
2. Ilmu pengetahuan dipergunakan sebagai sarana (tools) untuk menyempurnkan
ibadah kepada Allah, karena tujuan Allah menciptakan jindan manusia adalah
untuk beribadah kepadanya. QS. Adzariyat : 56
3. Alam semesta beserta isinya hak milik mutlak Allah Swt. QS. Thaha: 6
4. Alam semesta beserta isinya merupakan nikmat Allah Swt. Yang
dianugerahkan kepada umat manusia. QS.Luqman:20
5. Alam yang dikaruniakan Allah Swt. harus dinikmati dan dimanfaatkan dengan
tidak melampaui batas-batas ketentuan-Nya. QS. Al-A’raf : 31.
6. lmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan tidak boleh menimbulkan
kerusakan (mafsadah) apalagi mengancam kehidupan manusia. QS.AlAnkabut: 36.
7. Ilmu pengetahuan dan teknologi dipergunakan untuk mndapatkan kebahagiaan
hidup dunia dan akhirat. QS. Al-Baqarah: 201.
C. Konstribusi Islam Dalam Bidang Sains Dan Teknologi
Salah satu sumbangsih Islam yang sangat besar bagi dunia modern sekarang,
adalah mewariskan sejumlah teori tentang alam semesta dan cara-cara
mengaplikasikan pengetahuan tentangnya. Sarjana-sarjana Muslim pada sekitar abad
9 – 13 M telah banyak mencontohkan dan mengujicobakan hubungan ilmu
pengetahuan (sains) dengan cara penerapannya (teknologi).

Mereka bukan hanya ditopang oleh pengetahuan dan pengalamannya, tetapi
juga anugerah yang melimpah dengan mendapat fasilitas dari pemerintahan, terutama
pada masa-masa kejayaan Abbasiyah di Baghdad. Sebelum melahirkan teknologi,
pengembangan sains lebih dahulu mereka peroleh, bukan hanya dari hasil-hasil
temuan mereka sendiri, tetapi juga mereka peroleh dari sejumlah sumber yang berasal
bukan hanya dari dalam doktrin Islam saja.Kebanyakan pengetahuan tentang hukumhukum alam, ilmu ukur dan matematika, fisika dan geometrika sampai ilmu gaya dan
berat mengenai macam-macam benda, mereka peroleh dari warisan Yunani, Persia,
India dan Mesir. Pengetahuan sains ini mereka kuasai terlebih dahulu sebelum
mengembangkan teknologi. Karena ilmu-ilmu tersebut adalah sebagai dasar-dasar
bagi pengembangan teknologi.
Beberapa contoh sains dan teknologi Islam, yang berkait erat dengan warisan
Hellenisme Yunani adalah filsafat, astronomi, fisika, geometrika, kimia,
pertambangan, matematika, kedokteran, pertanian dan lain sebagainya. Dalam bidang
matematika kontribusi Islam telah mengenalkan sistem bilangan India, dengan
mengenalkan bilangan baru nol (0) dengan sebuah titik (.).Hal ini telah
mempermudah bagi proses penghitungan berikutnya, sekalipun dengan jumlah
kelipatan yang sangat panjang. Penulis bilangan pertama adalah Muhammad bin
Musa al-Khawarizm (w.875), selanjutnya Abul Hasan al-Uqdisy (w.953), Umar
Khayyam (w.1131). Sedangkan dalam bidang astronomi pengaruh Babilonia dan India
sangat terasa, apalagi sejak diterjemahkan risalah India, Siddhanta ilmu perbintangan
para raja sejak tahun 711M di Baghdad. Abu Ma’syar al-Falaky al-Balkhy merupakan
salah satu tokoh yang paling terkenal dalam membuat ramalan-ramalan perbintangan,
karyanya , Kitab al-Uluf.
Adapun dalam bidang fisika yang paling menonjol adalah mengenai teori optic
yang dikembangkan oleh Ibn al-Haitsam dalam karyanya “Kitab al-Manadzir”, alKhaziny (w. 1040 M) juga mengurai tentang gaya grafitasi spesifik dalam karyanya
“Kitab Mizan al-Hikmah” Pengobatan dalam Islam mereka dapatkan banyak dari
Persia, Mesopotamia, India dan lainnya. Muhammad Ibn Zakaria Ar-Razi (865-925
M) telah menggunakan alat-alat khusus untuk melakukan proses-proses yang lazim
dilakukan oleh ahli kimia, misalnya distilasi, kristalisasi, kalsinasi, dan sebagainya.
Di dunia Barat, Ar-Razi juga dikenal sebagai ahli di bidang ilmu kedokteran,
sama halnya dengan Ibnu Sina, sehingga gambaran kedua ilmuwan Muslim ini dapat
menghiasi Fakultas Kedokteran Universitas Paris. Ia juga dianggap sebagai orang
yang menemukan benang fontanel (yang dipakai dalam ilmu bedah). Buku-bukunya
yang beredar di Barat lebih popular dengan nama “Razes”.
Ibnu Sina selain dikenal sebagai seorang filosof , dikenal juga sebagai
ilmuwan dalam bidang kedokteran. Karya ilmiahnya di Barat dikenal dengan istilah
Canun, menjadi buku teks standar ilmu kedokteran di berbagai Universitas baik di
dunia Islam atau di dunia Barat (Non Islam). Di Barat, ia lebih dikenal sebagai
politikus dan dokter. Ilmu politik sudah diperkenalkan oleh ayahnya sejak ia masih
kecil, sedangkan ilmu kedokteran ia pelajari hanya dalam tempo 18 bulan, kemudian
ia perdalam sendiri secara otodidak. Di antara karya-karyanya yang popular adalah ;
Al-Syifa’, Al-Hikmah Al-Masyriqiyah, Al-Qanun (Canun of Medicine).

Ibn Khaldun nama lengkapnya Waliyuddin Abdurrahman Ibn Khaldun AlHamdhami dari Tunisia. Dia dikenal sebagai ilmuwan Muslim dalam bidang
sosiologi, sejarah, dan filsafat. Dunia Barat mengakuinya sebagai perintis ilmu dan
pakar di bidang sosiologi modern.Bukunya yang berjudul “Muqaddimah”, merupakan
bagian dari karyanya yang terbesar.
Masih banyak penemu dan pakar di bidang sains dan teknologi yang hidup di
dunia Islam, meskipun dalam sejarahnya mengalami tarik menarik dengan para
ilmuwan Barat, baik yang hidup sebelumnya, semasanya, ataupun sesudahnya.
Walaupun demikian, sesungguhnya setiap individu muslim dituntut, bahkan
diwajibkan untuk memahami dan menjelaskan kebenaran yang terkandung dalam alQuran, baik dalam pernyataan maupun penyangkalan yang terdapat dalam ayat-ayat
al-Quran yang sistematik, holistik, dan integralistik. Hal ini bertujuan antara lain
untuk menyatakan bahwa disamping sebagai kitab suci, Al-Quran juga sumber segala
ilmu, termasuk sains dan teknologi.
Untuk melakukan hal itu tentu dibutuhkan suatu proses pemahaman dan
penjelasan secara ilmiah yang kilas baliknya akan berpengaruh terhadap proses
trasformasi budaya dalam Islam.

III.

KESIMPULAN

Wahyu pertama (Al-‘Alaq: 1-5) itu tidak menjelaskan apa yang harus dibaca,
karena Al-Qur’an menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut
Bismi Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Iqra’ berarti bacalah,
telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam, tanda-tanda zaman,
sejarah, maupun diri sendiri yang tertulis maupun yang tidak. Alhasil, obyek perintah
iqra’ mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya.

Sains dan Teknologi dalam Islam adalah sebagai sarana (tools) untuk
mencapai kebahagiaan dunia akhirat dan sebagai kunci kebangkitan Islam oleh karena
itu umat Islam harus menempatkan sains dan teknologi sebagai kebutuhan primer
bukan sekunder. Mempelajari sains dan teknologi sama wajibnya dengan amalan
fardhu lainnya seperti shalat, puasa dan zakat.
Sains dan tekonologi dalam Islam harus didasari dengan nilai-nilai agama
yang universal agar dapat memberikan kemaslahatan bagi umat manusia, sains dan
teknologi yang tidak didasari noleh nilai-nilai agama pasti akan membawa
kehancuran, kerusakan dan kesengsaraan bagi umat manusia.
Salah satu sumbangsih Islam yang sangat besar bagi dunia modern sekarang,
adalah mewariskan sejumlah teori tentang alam semesta dan cara-cara
mengaplikasikan pengetahuan tentangnya. Sarjana-sarjana Muslim pada sekitar abad
9 – 13 M telah banyak mencontohkan dan mengujicobakan hubungan ilmu
pengetahuan (sains) dengan cara penerapannya (teknologi).

IV.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. M. Quraish Shihab; Membumikan Al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, (Mizan, Mei 1992).
Dr. M. Quraish Shihab; Wawasan Al-Qur’an; (Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan
Umat. (Mizan, Maret 1996).
http://mustikasilvia.wordpress.com/sains-dan-teknologi-dalam-pandangan-islam/
http://islamintegral.wordpress.com/2007/11/22/makalahprinsip-pengembangan-iptek-dalamperspektif-islam/