DZIKIR SEBAGAI METODE UNTUK MENGURANGI STRES

DZIKIR SEBAGAI METODE UNTUK MENGURANGI
STRES
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikoterapi

Oleh :

Amalia Anistasari Wardani
15010110120039

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini begitu banyak psikoterapi yang membumi, seperti halnya
kacang yang bertebaran, semua menawarkan untuk menjadi obat yang mujarab
untuk menenangkan jiwa. Mulai dari terapi menulis, puisi, musik, peran, dance,
yoga, meditasi, dan lain sebagainya. Semua psikoterapi tersebut pastilah sudah

terbukti akan manfaat dan pendekatan teori mana yang mereka gunakan untuk
menjadi dasar mereka meyakinkan para pemakai psikoterapi tersebut. Hal
tersebut didukung pula dengan banyaknya orang mulai mencari terapi-terapi lain
yang lebih menarik dan juga akan menjadi obat yang mujarab untuk sebagian
orang.
Teori-teori yang digunakan pun semakin banyak untuk dasar pondasi
psikoterapi tersebut, ada dengan menggunakan pendekatan psikoanalisis yang
menekankan id, ego, dan superegonya, yang juga diyaikini sebagai aliran
pertama dalam dunia psikologi. Teori yang menekankan pada stimulus dan
respon dari segala sesuatu yang ada di lingkungan, dan pada akhirnya membuat
individu terbentuk karena adanya lingkungan, teori tersebut biasa di kenal
sebagai teori aliran yang kedua dalam ilmu psikologi, dan disebut sebagai teori
behaviorisme. Teori yang merupakan aliran ketiga adalah teori humanistik,
dalam teori ini menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia
sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri dan diri yang sehat adalah
yang sudah dapat mencapai aktualisasi diri jika menurut Maslow. Setiap manusia
dengan keunikannya bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri. Humanistik
mungkin menjadi teori yang transisional, yaitu persiapan untuk aliran keempat
yang lebih tinggi, sebuah transpersonal yang berpusat di dalam kosmos, bukan
pada


kebutuhan

manusia

dan

kepentinganya,

melampaui

aktualisasi

kemanusiaan, identitas diri, dan lain sebagainya. Psikologi transpersonal lebih
menitikberatkan pada asoek-aspek spiritual atau transcendental dalam diri
manusia. Hal ini yang membedakan konsep manusia antara psikologi humanistik
dengan psikolkogi transpersonal. Contohnya untuk terapi yang menggunakan
pendekatan ini adalah yoga, meditasi, dan dzikir.
Dzikir adalah yang akan penulis bahas dalam makalah ini. Dzikir,
mungkin itu tidak asing lagi untuk sebagian umat Muslim di dunia ini. Sebuah

metode yang selalu berusaha menyerukan segala kebaikan yang Allah SWT
punya. Dzikir juga merupakan suatu perwujudan ibadah kepada Allah dengan
mengingat-Nya dan mensyukuri nikmat-Nya, yang dari semua hal tersebut
merupakan amalan yang sangat utama dan sangat disukai oleh Allah sehingga
Allah pun akan mengingat hamba-Nya yang berdzikir. mengingat nikmat-nikmat
Tuhan. Berdzikir meliputi pengertian menyebut lafal-lafal dzikir dan mengingat
Allah dalam setiap waktu, takut dan berharap hanya kepada-Nya, merasa yakin
bahwa diri manusia selalu berada di bawah kehendak Allah dalam segala hal dan
urusannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari psikologi transpersonal?
2. Apakah pengertian dari dzikir?
3. Apakah pengetian dari stress?
4. Apakah hubungan dari psikologi transpersonal, dzikir, dan stress tersebut?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengetian dari psikologi transpersonal.
2. Mengetahui pengertian dari dzikir.
3. Dapat mengetahui pengertian stress.
4. Dapat mengetahui hubungan dari psikologi transpersonal, dzikir, dan stress.


D. Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah untuk para penulis selanjutnya adalah
agar dapat mengembangkan penulisan mengenai dzikir yang bermanfaat sebagai
masalah-masalah psikologis lainnya. Sedangkan, untuk para pembaca adalah
mengerti manfaat dzikir bukan hanya dari sudut pandang agama Islam yang
digunakan untuk menyerukan segala sifat-sifat baik dari Allah SWT, melainkan
bisa digunakan untuk terapi mengurangi stres.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Psikologi Transpersonal
Kata transpersonal berasal dari kata trans yang berarti melampaui dan
persona berarti topeng (Jaenudin, 2012). Secara etimologis, transpersonal berarti
melampaui gambaran manusia yang kelihatan. Dengan kata lain, transpersonal
berarti melampaui macam-macam topeng yang digunakan manusia. Menurut
John Davis, psikologi transpersonal bisa diartikan sebagai ilmu yang
menghubungkan

psikologi


dengan

spiritualitas.

Psikologi

transpersonal

merupakan salah satu bidang psikologi yang mengintegrasikan konsep, teori dan
metode psikologi dengan kekayaan-kekayaan spiritual dari bermacam-macam
budaya dan agama. Konsep inti dari psikologi transpersonal adalah nondualitas
(nonduality), suatu pengetahuan bahwa tiap-tiap bagian (misal: tiap-tiap
manusia) adalah bagian dari keseluruhan alam semesta. Penyatuan kosmis
dimana segala-galanya dipandang sebagai satu kesatuan.
Perintisan psikologi transpersonal diawali dengan penelitian-penelitian
tentang psikologi kesehatan pada tahun 1960-an yang dilakukan oleh Abraham
Maslow(Kaszaniak,2002). Perkembangan psikologi transpersonal lebih pesat lagi
setelah terbitnya Journal of Transpersonal Psychology pada tahun 1969 dimasa
disiplin ilmu psikologi mulai mengarahkan perhatian pada dimensi spiritual
manusia. Penelitian mengenai gejala-gejala rohaniah seperti peak experience,

pengalaman mistis, exctasy, keadaran rohaniah, pengalaman transpersonal,
aktualisasi dan pengalaman transpersonal mulai dikembangkan. Aliran psikologi
yang memfokuskan diri pada kajian-kajian transpersonal menamakan dirinya
aliran psikologi transpersonal dan memproklamirkan diri sebagai aliran ke empat
setelah psikoanalisis, behaviourisme dan humanistik. Psikologi transpersonal

lebih menitikberatkan pada aspek-aspek spiritual atau transcendental dalam diri
manusia. Perhatian psikologi transpersonal erat kaitannya dengan perhatian yang
diberikan oleh tradisi-tradisi mistik. Sejumlah psikolog transpersonal sedang
bekerja dengan sistem-sistem konseptual yang dimaksudkan untuk menjebatani
serta mengintegrasikan

psikologi

dengan

pencarian spiritual.

Secara


paradigmatic, psikologi transpersonal ditempatkan pada posisi yang secara
radikal berbeda dengan posisi sebagian besar aliran utama psikologi barat yang
cenderung menganggap agama dan spiritualitaas didasarkan atas takhayul
primitive, penyimpangan patologis yang sama-sama ditanamkan oleh sistem
keluarga dan kebudayaan.
Psikologi transpersonal dikembangkan pertama kali oleh para ahli yang
sebelumnya mengkaji secara mendalam bidang humanistic, seperti Abraham
Maslow, C.G.Jung, Victor Frankl, Antony Sutich, Charles Tart, dan lain-lain.
Dengan melihat para tokoh tersebut awalnya dapat diketahui bahwa psikologi
transpersonal

merupakan

turunan

dari

psikologi

humanistik.


Psikologi

transpersonal didefinisakan sebagai studi mengenai potensi tertinggi dari
manusia melalui pengenalan, pemahaman, dan realisasi terhadap keesaan,
spiritualitas,

dan

kesadaran-transendental.

Psikologi

transpersonal

juga

melepaskan diri dari keterikatan berbagai bentuk agama yang ada. Sekalipun
demikian, dalam penelitiannya, psikologi transpersonal mengkaji pengalaman
spiritual yang dialami oleh para ahli spiritual yang berasal dari berbagai macam

agama sebagai subjek penelitiannya. Dalam kajian psikologi transpersonal
disebutkan bahwa potensi tertinggi dari individu terdapat pada dunia spiritual
yang bersifat nonfisik. Hal ini ditunjukkan dengan berbagai pengalaman, seperti
kemampuan melihat masa depan, pengalaman mistik, pengembangan spiritual,
pengalaman puncak, meditasi. Dengan menyadari keadaan manusia yang bukan
hanya terletak pada dunia fisik dan meyakini bahwa inti terpenting dari individu
terletak pada dunia fisik dan meyakini bahwa inti terpentign individu terletak

pada dunia spiritual yang bersifat kasar mata dan abstrak. Dengan kata lain,
psikologi transpersonal memandang manusia yang memiliki pengalaman
manusia dan bukanlah manusia yang memiliki pengalaman spiritual. Psikologi
transpersonal mengkombinasi ketiga mazhab psikologi yang telah ada
sebelumnya dengan cara mendialogkan semua teori dengan keadaan manusia
sebagai makhluk spiritual.
Dapat disimpulkan bahwa psikologi transpersonal merupakan kekuatan
keempat dalam bidang psikologi yang menjembatani antara psikologi dengan
spiritual yang memusatkan perhatiannya pada studi tentang bagian dan proses
tentang pengalaman mendalam atau perasaan yang luas tentang bagian dan
proses mengenai pengalaman mendalam, perasaan yang luas mengenai dirinya,
atau sensasi yang besar terhadap koneksitas dengan orang lain, alam, dan dimensi

spiritual dan berusaha membantu seseorang untuk mengeksplorasi tingkat energy
dan melewati kesadaran atau sisi lain dari topeng dan pola-pola kepribadian.
B. Metode Dzikir

Zikir (atau Dzikir) artinya mengingat Allah di antaranya dengan
menyebut dan memuji nama Allah. Secara etimologi Dzikir berasal dari kata
dzakara artinya mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran,
mengenal atau mengerti dan mengingat (Anshori, 2003:116). Lebih bersifat
generik segala upaya yang dilakukan seorang hamba untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan. Menurut Chodjim (2003:181) dzikir berasal dari kata dzakara
yang berarti mengingat, mengisi atau menuangi, artinya, bagi orang yang
berdzikir berarti mencoba mengisi dan menuangi pikiran dan hatinya dengan
kata-kata suci. Dzikir berasal dari bahasa arab adz-dzikr yang berarti mengingat,
mengucap atau menyebut, dan berbuat baik. Jika kata dzikir dikaitkan dengan
Islam, maka memiliki pengertian: Dzikir berarti mengingat dan menyebut asma
Allah SWT. Misalnya dengan membaca: tahlil/tauhid, tasbih, istighfar, atau

sholawat, dan juga berdoa kepada Allah SWT. Sebab dengan berdoa manusia
menyadari bahwa alam semesta dan seluruh isinya ini milik Allah SWT. Karena
itu untuk mewujudkan segala keinginan, dan cita-citanya, manusia butuh

pertolongan-Nya. Dzikir berarti berbuat baik (beramal saleh) dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah SWT sesuai dengan yang telah diajarkan oleh
Rosulullah saw. Beberapa di antaranya adalah: berbakti kepada orang-tua;
berlaku jujur, objektif, dan adil; menghormati yang lebih tua dan menyayangi
yang lebih muda, sekalipun kita tidak mengenalnya dengan baik; serta mengajak
kepada kebaikan, dan melarang terjadinya kemungkaran. Bagi umat Islam dzikir
merupakan kewajiban karena telah di jelaskan "Wahai or¬ang-orang yang
beriman, ingatlah kepada Allah dengan mengingat (nama-Nya) sebanyakbanyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang." (QS.
33/Al-Ahzab: 41-42)
Dzikir dibedakan menjadi tiga macam: (1) dzikir dengan lisan (dzikr bil
al-lisan) yang merupakan membaca atau mengucapkan kalimat-kalimat takbir,
tasbih, tahlil, dan lainnya dengan bersuara.(2) dzikir dalam hati (dzikr bi al cjolb)
yaitu membaca atau mengucapkan kalimat takbir, tasbih, tahlil, dan lain
sebagainya di dalam hati atau dengan membatin. Sebagian besar ulam
menafsirkan dzikir dalam hati adalah bertafakkur (memikirkan/merenungi)
berbagai ciptaan Allah SWT dan segala kenikmatannya dengan penuh keyakinan
dan perasaan yang tulus.(3) dzikir dengan panca indera atau anggota badan
lainnya (dzikr bi al-jawarih) adalah dzikir dengan menundukkan seluruh anggota
badan kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah dan
meninggalkan seluruh larangan-Nya. Dzikir dengan panca indra ini disebut juga
dzikir fi’il, yaitu mengingat Allah dengan perbuatan. Misalnya, melaksanakan
ibadah (sholat, puasa, dan lain-lainnya), menuntut ilmu, menengok orang sakit,
bekerja mencari rezeki yang halal, mencegah kemungkaran, menyuruh orang
berbuat baik, dan lain sebagainya.

C. Pengertian Stress
Stress adalah suatu keadaan, baik pada keadaan fisik maupun
psikologinya. Stres bisa terjadi jika pikiran dan tubuh memberi tanggapan
terhadap sebuah situasi yang nyata ataupun yang dibayangkan. Stres adalah
respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari seseorang untuk mencari
penyesuaian terhadap tekanan yang sifatnya internal maupun eksternal. Stres
menjadikan tubuh memproduksi hormon adrenalin yang berfungsi untuk
mempertahankan diri (Eliyawati, Maret 2006 http://www.admin@ superadmin).
Selain itu stres bisa dikatakan keadaan atau kondisi di mana terjadi bila orang
yang mengalami stres dan hal yang dianggap mendatangkan stres menjadikan
orang yang mengalami stres tersebut merasakan ketidaksepadanan antara kondisi
dan sistem sumber biologi, psikologis, dan sosialnya.
Ada gejala-gejala yang menimbulkan stres, gejala fisik yang timbul akibat
stres diantaranya nafas memburu, mulut

dan kerongkongan kering, tangan

lembab, merasa panas, otot tegang, sembelit, letih yang tidak beralasan, dan sakit
kepala. Sedangkan gejala yang diwujudkan dari perilaku adalah perasaan
bingung, cemas, sedih, jengkel, salah paham, tak berdaya, gelisah, kehilangan
semangat, kesulitan dalam berkonsentrasi. Beberapa hal di atas yang telah
dikemukakan oleh Eliyawati (Maret 2006 http://wwwadmin@superadmin).
Menurut Dadang Hawari (1998:52-53) gejala psikologis pada penderita
stres adalah sebagai berikut:
1. Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan sosial dan
kegiatan rutin lainya terasa berat.
2. Kegiatan-kegiatan yang awalnya menyenangkan menjadi terasa sulit
3. Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan
4. Keletihan yang mendalam, untuk pekerjaan yang sederhana saja terasa kurang
mampu.
5. Bila berlarut maka timbul perasaan takut yang semakin menjadi, mirip panik.
Sedangkan gejala yang terjadi pada fisik adalah sebagai berikut:

1. Debaran jantung terasa amat keras disebabkan zat adrenalin yang keluar.
2. Nafas sesak
3. Badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran.
Cara menanggulangi stres dengan menggunakan terapi:
1. Psikoterapi Psikiatrik

Bentuk terapi ini menganut asas psikiatri yang lazim. Tujuan psikiatri ini
memulihkan kepercayaan diri dan memperkuat fungsi ego. Dalam wawancara
tatap muka pasien mengungkapkan segala uneg-uneg, konflik dan
permasalahan yang dihadapi.
2. Psikoterapi Keagamaan

Dalam al-Quran, Hadits nabi dan pemikir-pemikir Islam yang memberikan
tuntunan bagaimana menolong manusia dari kegoncangan jiwa.
3. Psikofarmaka

Memberikan obat anti depresan kepada pasien penderita gangguan afektif.
4. Terapi Somatik

Memberikan jenis obat-obatan yang ditujukan kepada fisik atau organik
pasien.
5. Terapi Relaksasi

Jenis terapi ini dilakukan kepada pasien yang mudah disugesti.Metode ini
dilakukan oleh terapis yang menggunakan hipnotis. Dengan terapi ini pasien
dilatih untuk melakukan relaksasi.

BAB III
PEMBAHASAN
Dalam pendekatan transpersonal yang mengedepankan aspek spiritual
memandang manusia yang sehat yaitu manusia yang telah mencapai pengalaman
puncak. Ketika individu tersebut telah mencapai pengalaman puncak tersebut maka ia
akan mengalami kesadaran yang penuh setiap kali bertindak. Dzikir merupakan
metode untuk terapi dengan menggunakan pendekatan transpersonal yang
menjunjung tinggi spiritual karena dalam dzikir orang yang melakukan terapi akan
merasakan ketenangan dalam diri. Ketika berdzikir dengan konsentrasi yang penuh
kesadaran maka individu tersebut akan mendapatkan ketenangan dalam dirinya secara
penuh karena ia berada dipuncak spiritual. Sebenarnya dzikir merupakan salah satu
meditasi transcendental yang menggunakan kesadarannya ditujukan kepada Tuhan
yang menciptakan alam semesta sehingga mediasi ini sering digunakan untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan. Ketika seseorang sedang khusuk dalam berdzikir,
objek pikirnya hanya ditujukan untuk Allah SWT.
Transenden merupakan bagian dari teori psikologi transpersonal yang
mengacu segala apapun secara spiritual. Dalam dzikir ketika melakukannya, maka
unsur transendent sangat kental sekali dari kegiatan tersebut, segala sesuatunya dari
dzikir tersebut ditujukan untuk Allah SWT tanpa terpengaruh lagi terhadap alam
sekitar serta kesadaran yang beralih dari fisik ke jiwa. Pada keadaan ini individu akan
memunculkan keadaan hening lebih jauh lagi. Efek yang paling sering dialami oleh
orang yang berdzikir adalah munculnya kondisi tenang, pernapasan berjalan dengan
lebih lambat, badan menjadi rileks, dan dari beberapa mereka dapat merasakan
keheningan yang sangat dalam sehingga dapat membuatnya seperti orang melamun
tapi masih tetap sadar. Menurut Hirai (dalam Subandi, 2002) yang menemukan
bahwa adanya perubahan otak selama proses mediasi berlangsung.

Ketika seseorang mengalami stres karena adanya sebuah tuntutan yang
mengharuskan ia melakukan tuntuan tersebut, dengan menggunakan terapi ini maka
ia akan menyerahkan segala perasaaan stresnya kepada Allah SWT yang akan
membuatnya menyerahkan diri kepada Tuhan.
Hal ini didukung dari penelitian yang menyebutkan bahwa dzikir yang
disertai pemahaman secara berlahan tapi pasti akan membuat pasien mencapai tahap
reklaksasi, dengan adanya penelitian tersebut sudah membuktikan bahwa ketika
seseorang sudah mencapai puncak spiritual maka ia akan menyerahkan seluruh
hidupnya pada Tuhannya. Cara itu yang dapat membuat individu hidup penuh dengan
ketenangan, walaupun mereka punya stres yang sebenarnya sangat sulit untuk
dihilangkan. Ketika individu merasakan nikmat, nyaman dan emosi yang lega maka
mereka akan berkurang tingkat stresnya. Beban stres yang sempat tinggal di dada
akan terasa lebih lega setelah berdzikir. Ini terjadi karena pada dzikir terkandung
kata-kata yang dapat membangun rasa percaya diri dalam menatap hidup selain itu
juga terdapat kata-kata yang mengandung motivasi dan pengharapan yang besar.
Setelah orang tersebut merasakan beberapa hal seperti yang telah disebutkan di atas
maka stres yang dialaminya akan berkurang.
Dzikir dapat membuat orang yang melakukan terapi ini mempu mengelola
stresnya dengan memasrahkan semua permasalahnnya kepada Allah SWT dan
menenangkan dirinya ketika stres itu memuncak. Didasarkan pada penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa metode dzikir yang termasuk dalam pendekatan transpersonal ini
ternyata mengurangi tingkat gejala keseringan stres, selain itu juga membuat orang
yang berdzikir lebih dapat memiliki ketenangan dalam hidupnya yang akan membuat
keimanan seseorang semakin bertambah terhadap Allah SWT.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Begitu banyak manfaat dzikir selain digunakan untuk mendekatkan diri
sebagai sarana memuji dan berserah diri kepada Allah SWT, tapi bisa digunakan
sebagai sarana mengurangi stres dalam diri individu. Ketika seseorang telah
mencapai tingkatan spiritual dan transendensi maka ia akan dapat menikmati
hidup dengan berserah diri terhadap Tuhan. Itu terbukti dengan adanya dzikir ini.
Ketika melakukan dzikir manusia akan mengalami transcendental yang akan
membawa manusia tersebut merasakan sensasi dari pengalaman yang sudah
mencapai titik puncak.
B. Kritik
Dalam makalah ini kurang dibahas mengenai manfaat lain dengan
menggunakan metode dzikir. Penulis hanya memfokuskan untuk dzikir
bermanfaat untuk menggurangi stres yang notabennya banyak sekali manfaat dari
dzikir tersebut.
C. Saran
Diharapkan untuk penulis selanjutnya agar dapat mengembangkan
manfaat dzikir lebih luas lagi seperti mengatasi kecemasan atau yang lainnya
yang masih bisa dilakukan dengan menggunakan metode ini.

DAFTAR PUSTAKA
Abatasa.

(2012).

Pengertian

Diunduh

dzikir.

dari

http://pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/fiqih/allsub/1011/pengertiandzikir.html
Hamid, A., Anwar, Z., Fasikhah, S.S. (2012). Metode dzikir untuk mengurangi stres
pada wanita single parent.
Jainudin, U. (2012). Psikologi transpersonal. Bandung: Pustaka Setia.
Matovani, D., & Nashori, F. (2009). Hubungan antara kualitas dzikir dengan depresi
pada mahasiswa.
Millatina. (2008). Dzikir dan pengendalian stres (studi kasus jama'ah pengajian
ma'rifatullah lembkota semarang).
Prabowo, H. (2008). Modul seri latihan kesadaran 1 pengantar psikologi
transpersonal. Jakarta.
Psikologimania.

(dn).

Mazhab

dan

aliran

dalam

psikologi

(psikoanalisa,

behaviorisme, humanistik, gestalt, psikolgi positif, psikologi transpersonal,
dan

psikologi

lintas

budaya).

Diunduh

dari

http://www.psychologymania.com/2011/09/mazhab-dan-aliran-dalampsikologi.html
Psikoterapis.

(dn).

Metode

psikoterapi

yang

dipakai.

Di

unduh

dari

http://www.psikoterapis.com/?en_metode-psikoterapi-yang-dipakai%2C16
Setiyo. (2007). Transcendental Experiences pada Peserta Dzikir “Patrap”. Diunduh
dari

http://setiyo.blogspot.com/2007/02/transcendental-experiences-pada-

peserta.html