Praktikum Penguat Dan Sinyal Kecil

ALAT ALAT LABORATORIUM
Untuk mendukung pelaksanaan percobaan dan pengamatan karakteristik dari suatu rangkaian
maka diperlukan peralatan tambahan. Disamping modul praktikum, keberadaan peralatan ini
ternyata sangat penting karena tanpa adanya peralatan ini maka percobaan tidak akan bisa
dilakukan. Peralatan tersebut antara lain :
Meja praktikum
Meja praktikum merupakan sarana utama praktikum berlangsung. Di meja ini tersedia
berbagai modul pendukung praktikum, mulai dari catu daya hingga generator sinyal. Masing
masing modul disusun berupa panel-panel dengan antarmuka yang mudah dilepas dan
disambung. Masing masing panel dilengkapi dengan sekring pengaman.
Mulai dari kiri adalah panel pengaman yang berfungsi sebagai saklar utama yang
mengaktifkan meja. Panel ini dilengkapi juga dengan Mini Circuit Breaker (MCB) yang
berfungsi sebagai pengaman gangguan misalnya beban arus berlebih atau orang tersetrum.
Panel selanjutnya yaitu sumber tegangan 3 fasa, sumber tegangan AC variabel, sumber
tegangan DC, sumber tegangan AC terisolasi, generator sinyal dan terakhir adalah catu daya
AC 220 V.
Sumber tegangan AC variabel menggunakan transformator variabel yang bisa digunakan
untuk menghasilkan tegangan AC dengan range mulai 0 s/d 250 V. Di panel ini dilengkapi
juga dengan kuprox atau penyearah gelombang penuh.
Sumber tegangan DC merupakan regulator tegangan linier yang mampu menghasilkan
tegangan DC mulai dari -15 s/d +15 V. Pada panel ini terdapat indikator berupa LED yang

akan menyala jika arus yang diberikan ke beban melewati batas. Karena catu daya ini
menggunakan rangkaian regulator linier maka arus yang bisa diberikan tidak terlalu besar.
Pada panel juga terdapat sekring untuk pengaman. Sumber tegangan AC terisolasi merupakan
sumber tegangan AC 220 V yang diisolasi dari sumber tegangan PLN dengan trafo isolasi.
Generator sinyal bisa menghasilkan sinyal dalam bentuk sinus, segitiga dan kotak dengan
tegangan puncak ke puncak mulai dari 0 s/d 20 Vpp. Frekuensinya bisa diatur mulai dari 0 s/
d 22 KHz. Terdapat 3 sumber yang bisa digunakan untuk menghasilkan tegangan sesuai
dengan jangkauan sinyal yang ingin dihasilkan, yaitu 0-20 Vpp, 20 dB, dan 40 dB. Sehingga
panel ini bisa digunakan untuk menghasilkan sinyal dengan tingkat keakuratan sampai ke
orde milivolt! Tetapi kelemahan dari generator sinyal ini adalah tidak mempunyai peraga
digital untuk menampilkan nilai frekuensi sehingga kita hanya bisa sepenuhnya
mengandalkan alat ukur lain untuk memastikan nilai frekuensi yang dihasilkan.
Catu daya AC digunakan untuk mensuplai catu ke peralatan yang memerlukan catu daya
sendiri seperti osiloskop atau Curve Tracer. Catu daya disini tidak dilengkapi sekring dan
sepenuhnya mengandalkan MCB sebagai pengamannya.
Osiloskop
Osiloskop digunakan untuk melihat bentuk sinyal yang sedang diamati. Dengan Osiloskop
maka kita dapat mengetahui berapa frekuensi, periode dan tegangan dari sinyal. Dengan

sedikit penyetelan kita juga bisa mengetahui beda fasa antara sinyal masukan dan sinyal

keluaran.

Gambar Osiloskop
Osiloskop terdiri dari dua bagian utama yaitu display dan panel kontrol. Display menyerupai
tampilan layar televisi hanya saja tidak berwarna warni dan berfungsi sebagai tempat sinyal
uji ditampilkan. Pada layar ini terdapat garis-garis melintang secara vertikal dan horizontal
yang membentuk kotak-kotak dan disebut div. Arah horizontal mewakili sumbu waktu dan
garis vertikal mewakili sumbu tegangan. Panel kontrol berisi tombol-tombol yang bisa
digunakan untuk menyesuaikan tampilan di layar.
Pada umumnya osiloskop terdiri dari dua kanal yang bisa digunakan untuk melihat dua sinyal
yang berlainan, sebagai contoh kanal satu untuk melihat sinyal masukan dan kanal dua untuk
melihat sinyal keluaran.
Sebelum osiloskop bisa dipakai untuk melihat sinyal maka osiloskop perlu disetel dulu agar
tidak terjadi kesalahan fatal dalam pengukuran. Hal hal yang perlu diperhatikan antara lain
adalah :
1.
2.
3.

Memastikan alat yang diukur dan osiloskop ditanahkan(digroundkan).Disamping untuk

keamanan hal ini juga untuk mengurangi noise dari frekuensi radio atau jala jala.
Memastikan probe dalam keadaan baik.
Kalibrasi tampilan bisa dilakukan dengan panel kontrol yang ada di osiloskop.

Panel osiloskop
Tombol-tombol yang terdapat di panel osiloskop antara lain :
Focus
Intensity
Trace
rotation
Volt/div
Time/div
Position
AC/DC

: Digunakan untuk mengatur fokus
: Untuk mengatur kecerahan garis yang ditampilkan di layar
: Mengatur kemiringan garis sumbu Y=0 di layar
:
:

:
:

Mengatur berapa nilai tegangan yang diwakili oleh satu div di layar
Mengatur berapa nilai waktu yang diwakili oleh satu div di layar
Untuk mengatur posisi normal sumbu X (ketika sinyal masukannya nol)
Mengatur fungsi kapasitor kopling di terminal masukan osiloskop. Jika tombol
pada posisi AC maka pada terminal masukan diberi kapasitor kopling sehingga
hanya melewatkan komponen AC dari sinyal masukan. Namun jika tombol
diletakkan pada posisi DC maka sinyal akan terukur dengan komponen DC-nya
dikutsertakan.
Ground : Digunakan untuk melihat letak posisi ground di layar.
Channel : Memilih saluran / kanal yang digunakan.
1/ 2
Langkah awal pemakaian yaitu pengkalibrasian. Yang pertama kali harus muncul di layar
adalah garis lurus mendatar jika tidak ada sinyal masukan. Yang perlu disetel adalah fokus,
intensitas, kemiringan, x position, dan y position. Dengan menggunakan tegangan referensi
yang terdapat di osiloskop maka kita bisa melakukan pengkalibrasian sederhana. Ada dua
tegangan referensi yang bisa dijadikan acuan yaitu tegangan persegi 2 Vpp dan 0.2 Vpp
dengan frekuensi 1 KHz. Setelah probe dikalibrasi maka dengan menempelkan probe pada

terminal tegangan acuan maka akan muncul tegangan persegi pada layar. Jika yang dijadikan
acuan adalah tegangan 2 Vpp maka pada posisi 1 volt/div ( satu kotak vertikal mewakili
tegangan 1 volt) harus terdapat nilai tegangan dari puncak ke puncak sebanyak dua kotak dan
untuk time/div 1 ms/div ( satu kotak horizontal mewakili waktu 1 ms ) harus terdapat satu
gelombang untuk satu kotak. Jika masih belum tepat maka perlu disetel dengan potensio yang
terdapat di tengah-tengah knob pengganti Volt/div dan time/div. Atau kalau pada gambar

osiloskop diatas berupa potensio dengan label "var"
Multimeter
Untuk mengukur besaran listrik secara langsung digunakan multimeter yang didalamnya
terdapat voltmeter, amperemeter dan ohmmeter sekaligus.
Ada dua macam multimeter yang dipakai selama percobaan yaitu multimeter analog dan
digital. Hasil pembacaan multimeter biasanya lebih teliti karena nilai besaran yang terukur
langsung ditampilkan pada display, sehingga kita tidak perlu memperkirakan lagi, sedangkan
pada multimeter analog kita akan menemui kesulitan dalam pembacaan hasil pengukuran
terutama jika sensitivitasnya kurang. Selain itu pada multimeter analog, penyimpangan /
pergerakan jarum penunjuknya sering tidak stabil dan jarum berosilasi sehingga pembacaan
tidak akurat. Untuk mengunakan multimeter ini kita tinggal menyetel agar sesuai dengan
kebutuhan, misalnya untuk mengukur arus maka tombol diarahkan ke amperemeter, untuk
pengukuran tegangan tombol di voltmeter dan pengukuran resistansi tombol di ohmmeter.

Perlu diperhatikan agar multimeter berada dalam keadaan off saat pertama kali dihubungkan
dengan sumber tegangan, setelah terhubung barulah multimeter di-on kan. Pada multimeter
terdapat beberapa skala dengan range yang berbeda yang dapat disesuaikan dengan
kebutuhan kita.
Curve Tracer
Alat ini dipakai untuk melihat grafik karakteristik dari perangkat semikonduktor terutama
diode dan transistor.
Prinsip kerja alat ukur ini sederhana yaitu adanya tiga terminal yang bisa dihubungkan ke
perangkat semikonduktor. Terminal C (biasanya dihubungkan ke kolektor) terhubung ke
resistor variabel Rv dan catu daya Vcc yang juga variabel. Terminal B berupa sumber arus
konstan yang bisa dibisa diatur berapa besar arus setiap stepnya. Step merupakan kelipatan
arus terkecil. misal 1 uA per step berarti terminal ini memberi arus konstan 1uA, 2uA, 3uA
dst. Terminal E (biasanya dihubungkan ke emitor) terhubung ke ground. Untuk melihat grafik
karakteristik maka output curve tracer dihubungkan ke osiloskop, dan pada osiloskop
ditampilkan grafik y fungsi x.

Gambar curve tracer
Keterangan
1. Potensio untuk mengatur tegangan antara terminal kolektor dan emitor. Tegangan yang


bisa diberikan antara 0 - 120 V DC
2. Rv digunakan untuk menyetel besarnya resistansi antara terminal Vcc dan kolektor.
3. Potensio untuk menyetel besarnya arus Ib per stepnya.
4. Tombol untuk memilih jenis prategangan yang diberikan ke transistor. Ada tiga macam
yaitu NPN, AC dan PNP.
5. Tombol untuk mengatur besarnya volt/div dan miliampere/div dari grafik yang
ditampilkan di osiloskop. Pengaturan disini cocok jika di osiloskop volt/div-nya diatur
pada 0.2 volt/div.
Function Generator
Dalam pelaksanaan praktikum, masing-masing percobaan mempunyai syarat-syarat yang
harus dipenuhi agar sesuai dengan prosedur yang adalah satunya adalah sinyal masukan
(input) yang harus diberikan pada rangkaian. Sinyal masukan ini dapat berbeda-beda
tergantung pada percobaan yang dilakukan, seperti misalnya sinyal dalam bentuk sinus,
segitiga , atau persegi. Untuk menghasilkan sinyal tersebut, dalam praktikum digunakan
sebuah alat yang disebut function generator.
Function generator ini bisa menghasilkan sinyal dalam bentuk sinus, segitiga dan kotak
dengan tegangan puncak ke puncak mulai dari 0 s/d 20 Vpp. Frekuensinya bisa diatur mulai
dari 0 s/d 22 KHz. Prinsip kerjanya hampir sama dengan panel generator sinyal pada meja
praktikum. Pada beberapa jenis, alat ini memiliki display/ peraga digital yang berupa seven
segment untuk menampilkan besar frekuensi yang kita gunakan sehingga kita dapat mengatur

sesuai dengan yang kita butuhkan. Sinyal keluaran function generator portable lebih stabil
dibandingkan dengan sinyal dari generator sinyal pada meja praktikum. Untuk
menggunakannya, pertama-tama atur factor pengali sesuai dengan kebutuhan kita,lalu putar
tombol frekuensi dan amplitudo untuk mendapatkan nilai yang diinginkan.

Gambar function generator
Keterangan :
1. Tombol untuk mengatur besar pengali.
2. Pengatur frekuensi, untuk menaikkan dan menurunkan nilai frekuensi agar diperoleh
frekuensi yang dibutuhkan.
3. Tombol untuk memilih jenis sinyal yang digunakan, terdiri dari sinyal sinus, segitiga,
dan persegi.
4. Tombol pengatur amplitudo sinyal.
5. Display peraga, untuk menampilkan besar frekuensi yang dihasilkan oleh generator.

DIODA
1.1 Karakteristik Dioda
Dioda merupakan salah satu komponen elektronika yang termasuk komponen aktif. Dibawah
ini merupakan gambar yang melambangkan dioda penyearah.
PN


AnodaKatoda
Sisi P disebut Anoda dan sisi N disebut Katoda. Lambang dioda seperti anak panah yang
arahnya dari sisi P ke sisi N. Karenanya ini mengingatkan kita pada arus konvensional mudah
mengalir dari sisi P ke sisi N.
Dalam pendekatan dioda ideal, dioda dianggap sebagai sebuah saklar tertutup jika diberi bias
forward dan sebagai saklar terbuka jika diberi bias reverse. Artinya secara ideal, dioda
berlaku seperti konduktor sempurna (tegangan nol) jika dibias forward dan seperti isolator
sempurna (arus nol) saat dibias reverse.
Untuk pendekatan kedua, dibutuhkan tegangan sebesar 0,7 V sebelum dioda silikon konduksi
dengan baik. Dioda dapat digambarkan sebagai suatu saklar yang diseri dengan tegangan
penghambat 0,7 V. Apabila tegangan sumber lebih besar dari 0,7 V maka saklar akan
tertutup. Sebaliknya apabila tegangan sumber lebih kecil dari 0,7 V maka saklar akan
terbuka.
Dalam pendekatan ketiga akan diperhitungkan hambatan bulk (RB). Rangkaian ekivalen
untuk pendekatan ketiga ini adalah sebuah saklar yang terhubung seri dengan tegangan 0,7 V
dan hambatan RB. Saat tegangan dioda lebih besar dari 0,7 V maka dioda akan menghantar
dan tegangan akan naik secara linier dengan kenaikan arus. Semakin besar arus, akan
semakin besar tegangan dioda karena tegangan ada yang jatuh menyebrangi hambatan bulk.
1.2 Percobaan Karakteristik Dioda

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memahami karakteristik dioda yang berhubungan
dengan tegangan dan arus, mengetahui cara mengukur parameter-parameter pada dioda dan
mengetahui karakteristik dioda Zener.
Dari tujuan percobaan diatas, maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut:
 Langkah pertama yaitu merangkai rangkaian seperti pada Gambar 1.4 dimana sumber
tegangan diberikan setelah rangkaian selesai disusun.
 Kemudian sumber tegangan di berikan pada rangkaian tersebut. Sumber tegangan
yang digunakan adalah sumber tegangan searah (DC). Kondisi dioda pada saat itu
belum aktif, hal ini disebabkan nilai tegangan sumber yang lebih kecil dari 0,7 V.
 Setelah nilai tegangan sumber dinaikkan, maka akan ada arus yang mengalir melewati
dioda.

 Kita dapat mengetahui tegangan pada dioda (VD) dengan melihat Voltmeter, dan arus
yang mengalir dengan melihat Amperemeter. Dari kedua nilai ini maka akan didapat
nilai resistansi dioda saat konduksi.
 Kemudian percobaan diatas diulang dengan membalik tegangan tegangan bias dioda
seperti yang ditunjukkan dalam gambar 1.5.
1.3 Penerapan Dioda
Hampir semua peralatan elektronika memerlukan sumber arus searah. Penyearah digunakan

untuk mendapatkan arus searah dari suatu arus bolak-balik. Arus atau tegangan tersebut harus
benar-benar rata tidak boleh berdenyut-denyut agar tidak menimbulkan gangguan bagi
peralatan yang dicatu.
Dioda sebagai salah satu komponen aktif sangat popular digunakan dalam rangkaian
elektronika, karena bentuknya sederhana dan penggunaannya sangat luas. Ada beberapa
macam rangkaian dioda, diantaranya: penyearah setengah gelombang (Half-Wafe Rectifier),
penyearah gelombang penuh (Full-Wave Rectifier), rangkaian pemotong (Clipper), rangkaian
penjepit (Clamper) maupun pengganda tegangan (Voltage Multiplier).
1.4 Percobaan Penerapan Dioda
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari bermacam-macam rangkaian dioda dan
sifat-sifatnya, membandingkan sinyal input dan output pada rangkaian dioda, mengetahui
cara kerja rangkaian-rangkaian dioda, mengetahui perbandingan hasil antara teori dan
praktek.
1.4.1 Penyearah Gelombang Penuh (Full-Wave Rectifier)
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
 Langkah pertama yaitu merangkai rangkaian seperti pada gambar dibawah ini dimana
sumber tegangan diberikan setelah rangkaian selesai disusun.

Gambar Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh

 Kemudian hubungkan keluaran dari rangkaian tersebut dengan osiloskop.
 Selanjutnya sumber tegangan diberikan pada rangkaian tersebut. Sumber tegangan
yang digunakan adalah sumber tegangan bolak-balik sinusoida.
 Setelah sumber tegangan diberikan maka akan dapat diketahui bentuk dari sinyal
keluaran yang dihasilkan rangkaian penyearah tersebut melalui osiloskop. Seperti
yang terlihat pada gambar.

Gambar Sinyal Keluaran Penyearah Gelombang Penuh
 Dari gambar dapat dilihat keluaran dari rangkaian penyerah gelombang penuh. Pada
saat siklus positif, maka arus akan mengalir melewati dioda D1, menuju beban,
kemudian melewati dioda D3. Dengan demikian akan dihasilkan nilai keluaran yang
berkurang sebesar 1,4 V yang disebabkan oleh adanya 2 dioda yang dilewati. Ketika
siklus negatif, arus akan mengalir melewati D2, menuju beban, kemudian melewati
dioda D4. Keluaran yang dihasilkan saat siklus negatif akan berada pada nilai positif.
Hal ini dikarenakan arus yang mengalir tetap melewati beban pada titik yang sama
ketika siklus positif terjadi. Sehingga nilai tegangan keluaran tetap bernilai positif.
1.4.2 Clipper dan Clamper
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
 Langkah pertama yang dilakukan yaitu merangkai rangkaian seperti pada Gambar 1.9
dimana sumber tegangan diberikan setelah rangkaian selesai disusun.
 Kemudian hubungkan keluaran dari rangkaian tersebut dengan osiloskop.
 Selanjutnya sumber tegangan diberikan pada rangkaian tersebut. Sumber tegangan
yang digunakan adalah sumber tegangan bolak-balik sinusoida.
 Setelah sumber tegangan diberikan maka akan dapat diketahui bentuk dari sinyal
keluaran yang dihasilkan rangkaian penyearah tersebut melalui osiloskop. Seperti
yang terlihat pada gambar.
 Dari gambar dapat diketahui keluaran dari rangkaian clipper-clamper. Pada saat siklus
negatif, nilai dari tegangan sumber akan tersimpan dalam kapasitor. Ketika siklus
positif, nilai dari tegangan sumber akan ditambahkan dengan nilai tegangan yang
tersimpan dalam kapasitor ketika siklus negatif sehingga nilainya menjadi dua kali
nilai tegangan sumber. Nilai keluaran yang terjadi pada saat siklus negatif merupakan
nilai dari tegangan dioda D1, dan pada saat siklus positif tegangan keluaran akan
terpotong pada nilai dioda D2 yaitu 0,7 V.

1.4. Pengganda Tegangan
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
 Langkah pertama yang dilakukan yaitu merangkai rangkaian seperti pada gambar
dibawah ini dimana sumber tegangan diberikan setelah rangkaian selesai disusun.

Gambar Rangkaian Pengganda Tegangan
 Kemudian hubungkan keluaran dari rangkaian tersebut dengan osiloskop.
 Selanjutnya sumber tegangan diberikan pada rangkaian tersebut. Sumber tegangan
yang digunakan adalah sumber tegangan bolak-balik sinusoida.
 Setelah sumber tegangan diberikan maka akan dapat diketahui bentuk dari sinyal
keluaran yang dihasilkan rangkaian penyearah tersebut melalui osiloskop. Seperti
yang terlihat pada gambar.

Gambar Sinyal Keluaran Pengganda Tegangan
 Dari gambar dapat diketahui keluaran dari rangkaian pengganda tegangan. Pada saat
siklus negatif pertama, nilai dari tegangan sumber akan disimpan dalam kapasitor C1.
Ketika siklus positif, maka nilai dari tegangan sumber akan dijumlahkan dengan nilai
tegangan yang tersimpan dalam kapasitor C1 ketika siklus negative yang kemudian

disimpan kapasitor C2. Dan nilai tegangan keluaran adalah dua kali nilai tegangan
sumber. Ketika siklus negatif kedua, maka nilai tegangan keluaran adalah nilai
tegangan yang tersimpan dalam kapasitor C2.

THYRISTOR
2.1 Karakteristik SCR (Silicon Controlled Rectifier)
Sebuah SCR terdiri dari tiga terminal yaitu anoda, katoda, dan gate. SCR berbeda dengan
dioda rectifier biasanya. SCR dibuat dari empat buah lapis dioda. SCR banyak digunakan
pada suatu sirkuit elekronika karena lebih efisien dibandingkan komponen lainnya terutama
pada pemakaian saklar elektronik.
SCR biasanya digunakan untuk mengontrol khususnya pada tegangan tinggi karena SCR
dapat dilewatkan tegangan dari 0 sampai 220 Volt tergantung pada spesifik dan tipe dari SCR
tersebut. SCR tidak akan menghantar atau on, meskipun diberikan tegangan maju sampai
pada tegangan breakovernya SCR tersebut dicapai (VBRF). SCR akan menghantar jika pada
terminal gate diberi pemicuan yang berupa arus dengan tegangan positip dan SCR akan tetap
on bila arus yang mengalir pada SCR lebih besar dari arus yang penahan (IH).
Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) SCR adalah dengan mengurangi arus
Triger (IT) dibawah arus penahan (IH). SCR adalah thyristor yang uni directional,karena
ketika terkonduksi hanya bisa melewatkan arus satu arah saja yaitu dari anoda menuju
katoda. Artinya, SCR aktif ketika gate-nya diberi polaritas positif dan antara anoda dan
katodanya dibias maju. Dan ketika sumber yang masuk pada SCR adalah sumber AC, proses
penyearahan akan berhenti saat siklus negatif terjadi.
2.2 Percobaan SCR
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui Karakteristik Silicon Controlled Rectifier
(SCR) pada oscilloscope, menyelidiki hubungan antara tegangan pemicuan gerbang (VGT)
dengan tegangan maju SCR keadaan mati (VGT), mengukur arus minimal (IH) yang
mengalir pada SCR agar tetap on.
Dari tujuan percobaan diatas, maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sbb:
• Langkah pertama yaitu merangkai rangkaian seperti pada Gambar 2.1 dimana sumber
tegangan dan sumber arus diberikan setelah rangkaian selesai.
• kemudian sumber tegangan di berikan pada rangkaian tersebut dimana kondisi SCR pada
saat itu belum aktif, hal ini disebabkan SCR belum terpicu.
• Setelah diberi sumber tegangan, untuk mengaktifkan SCR dilakukan pemicuan dengan
mengatur Resistor Variabel (VR) sampai lampu menyala atau arus yang mengalir pada SCR
(IT) lebih besar dari arus penahan (IH).

Gambar 2.1 Rangkaian percobaan SCR
• Apabila SCR sudah aktif maka kita dapat mengetahui besarnya arus Gate (IG), arus
penahan (IH) dengan melihat pada Ampermeter dan juga dapat mengetahui besarnya
tegangan Gate (VGT), tegangan Anoda Katoda (VAK) pada Voltmeter.
• Selain mengetahui besarnya arus dan tegangan melalui Ampermeter dan Voltmeter, untuk
mengetahui karakteristik dari arus yang mengalir pada SCR dengan osiloskop, dapat dilihat
pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Arus yang mengalir pada SCR
• Pada osiloskop dapat dilihat bahwa pada saat SCR terpicu maka SCR akan aktif dan Arus
yang mengalir pada SCR(IT) lebih besar dari Arus penahan (IH) sehingga arus mulai
menghantar dan lampu menyala. Garis putus-putus pada osiloskop artinya menandakan
bahwa SCR belum aktif atau Arus yang mengalir pada SCR (IT) lebih kecil dari Arus
penahan (IH).
• Pada saat Arus yang mengalir pada SCR (IT) lebih kecil dari Arus penahan (IH), maka SCR
akan off (tidak aktif) kembali. karena sumber tegangan yang diberikan merupakan tegangan
AC sehingga karateristik yang terlihat pada osiloskop arus mengalir bolak-balik tetapi karena
ada dioda sehingga arus pada sinyal negatif menjadi terpotong.

Gambar 2.3 Tegangan pada SCR
• Berbeda halnya dengan karakteristik tegangan pada SCR, untuk mengetahui karakteristik
tegangan pada SCR itu sendiri dengan osiloskop, dapat dilihat pada Gambar 2.3.
• Pada saat SCR belum aktif atau arus belum mengalir maka tegangan pada SCR sama
besarnya dengan tegangan masukan yaitu tegangan arus bolak-balik. karakteristik ini dapat
dilihat pada osiloskop Gambar 2.3 dimana pada osiloskop terlihat bahwa mula-mula
tegangannya bolak-balik sama seperti tegangan masukan. Tetapi setelah tegangan Anodanya
sama atau melebihi tegangan breakover maka SCR aktif sehingga tegangan breakover maju
pada SCR akan mengalami penurunan. Karakteristik ini dapat dilihat pada garis putus-putus
pada osiloskop dimana pada saat itu SCR aktif atau arus mulai menghantar.

Gambar 2.4 Lissayous SCR
• Untuk melihat karateristik arus fungsi tegangan atau karakteristik lissayous antara arus yang
mengalir pada SCR dengan tegangan pada SCR itu sendiri dapat dilihat pada Gambar 2.4.
dimana tegangan mula-mula pada SCR sama dengan tegangan masukan setelah tegangan
anodanya sama dengan tegangan breakover maka SCR terpicu atau aktif sehingga ada arus
yang mengalir pada SCR.

2.3 Karakteristik TRIAC
TRIAC tersusun dari lima buah lapis semikonduktor yang banyak digunakan pada
pensaklaran elektronik. TRIAC biasa juga disebut thyristor bi directional. TRIAC merupakan
dua buah SCR yang dihubungkan secara paralel berkebalikan dengan terminal gate bersama.
Berbeda dengan SCR yang hanya melewatkan tegangan dengan polaritas positif saja, tetapi
TRIAC dapat dipicu dengan tegangan polaritas positif dan negatif, serta dapat dihidupkan
dengan menggunakan tegangan bolak-balik pada Gate. TRIAC banyak digunakan pada
rangkaian pengedali dan pensaklaran.
TRIAC hanya akan aktif ketika polaritas pada Anoda lebih positif dibandingkan Katodanya
dan gate-nya diberi polaritas positif, begitu juga sebaliknya. Setelah terkonduksi, sebuah
TRIAC akan tetap bekerja selama arus yang mengalir pada TRIAC (IT) lebih besar dari arus
penahan (IH) walaupun arus gate dihilangkan. Satu-satunya cara untuk membuka (meng-offkan) TRIAC adalah dengan mengurangi arus IT di bawah arus IH.
2.4 Percobaan TRIAC
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui karakteristik TRIAC pada oscilloscope,
menyelidiki hubungan antara tegangan pemicuan gerbang (VGT) dengan tegangan maju
TRIAC keadaan mati (VD), dan menyelidiki arus dan tegangan pemicu TRIAC bila diberi
pemicu dengan polaritas tegangan yang berbeda.
Dari tujuan percobaan diatas, maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sbb:
• Langkah pertama yaitu merangkai rangkaian seperti pada gambar 2.5 dimana sumber
tegangan dan sumber arus diberikan setelah selesai.

Gambar 2.5 Rangkaian Percobaan TRIAC
• Perbedaan antara SCR dan TRIAC dapat dilihat juga pada Rangkaiannya yaitu pada
rangkaian TRIAC tidak terdapat dioda hal ini disebabkan karena TRIAC dapat bekerja atau
dipicu dengan tegangan positif dan negatif.

• Setelah rangkaian selesai di rangkai, kemudian sumber tegangan di berikan pada rangkaian
tersebut dimana kondisi TRIAC pada saat itu belum aktif, hal ini disebabkan TRIAC belum
terpicu.
• Apabila sumber tegangan sudah diberikan, maka untuk mengaktifkan TRIAC dilakukan
pemicuan dengan mengatur Resistor Variabel (VR) sampai lampu menyala atau arus yang
mengalir pada TRIAC (IT) lebih besar dari arus penahan (IH).
• Untuk pemicuan TRIAC dengan tegangan positif, polaritas anoda harus lebih positif
dibandingkan katodanya sedangkan untuk pemicuan dengan tegangan negative maka
polaritas katodanya harus lebih positif dibandingkan anodanya.
• Apabila TRIAC sudah aktif maka kita dapat mengetahui besarnya arus Gate (IG), arus
penahan (IH) dengan melihat pada Ampermeter dan juga dapat mengetahui besarnya
tegangan Gate (VGT), tegangan Anoda Katoda (VAK) pada Voltmeter
• Selain mengetahui besarnya arus dan tegangan melalui Ampermeter dan Voltmeter, untuk
mengetahui karakteristik dari arus yang mengalir pada TRIAC dengan osiloskop, dapat
dilihat pada Gambar 2.2.
• Selain mengetahui besarnya arus dan tegangan melalui Ampermeter dan Voltmeter, untuk
mengetahui karakteristik dari arus yang mengalir pada TRIAC dengan osiloskop, dapat
dilihat pada Gambar 2.6

Gambar 2.6 Arus yang mengalir pada TRIAC
• Pada osiloskop dapat dilihat bahwa pada saat TRIAC terpicu maka TRIAC akan aktif dan
Arus yang mengalir pada TRIAC(IT) lebih besar dari Arus penahan (IH) sehingga arus mulai
menghantar dan lampu menyala. Garis putus-putus pada osiloskop artinya menandakan
bahwa TRIAC belum aktif atau Arus yang mengalir pada TRIAC (IT) lebih kecil dari Arus
penahan (IH).
• Pada osiloskop dapat juga dilihat bahwa arus yang mengalir pada TRIAC merupakan arus
bolak-balik hal ini menunjukan karakteristik TRIAC dimana TRIAC dapat bekerja pada
polaritas positif dan polaritas negative.

• Berbeda halnya dengan karakteristik tegangan pada TRIAC, untuk mengetahui karakteristik
tegangan pada TRIAC itu sendiri dengan osiloskop, dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Tegangan pada TRIAC.
• Karateristik tegangan TRIAC pada osiloskop terlihat bahwa pada saat TRIAC belum aktif
atau arus belum mengalir maka tegangan pada TRIAC sama besarnya dengan tegangan
masukan yaitu tegangan arus bolak-balik. karakteristik ini dapat dilihat pada osiloskop
Gambar 2.7. Tetapi setelah tegangan Anodanya lebih positif dibandingkan katodanya untuk
pemicuan positif maka TRIAC aktif atau bekerja. sedangkan untuk pemicuan negative,
tegangan katodanya lebih positif dibandingkan anodanya maka TRIAC juga aktif. .
Karakteristik ini dapat dilihat pada garis putus-putus dalam osiloskop dimana pada saat itu
TRIAC aktif atau arus mulai menghantar.

Gambar 2.8. Lissayous TRIAC
• Untuk melihat karateristik arus fungsi tegangan atau karakteristik lissayous antara arus yang
mengalir pada TRIAC dengan tegangan pada TRIAC itu sendiri dapat dilihat pada Gambar
2.8. dimana tegangan mula-mula pada SCR sama dengan tegangan masukan setelah tegangan
anodanya lebih positif dibandingkan katodanya untuk pemicuan positif dan tegangan
katodanya lebih positif dibandingkan dengan anodanya untuk pemicuan negative maka
TRIAC terpicu atau aktif sehingga ada arus yang mengalir pada TRIAC.
TRANSISTOR
3.1 Karakteristik Input
Transistor adalah komponen aktif yang menggunakan aliran electron sebagai prinsip kerjanya

didalam bahan. Sebuah transistor memiliki tiga daerah doped yaitu daerah emitter, daerah
basis dan daerah disebut kolektor. Transistor ada dua jenis yaitu NPN dan PNP. Transistor
memiliki dua sambungan: satu antara emitter dan basis, dan yang lain antara kolektor dan
basis. Karena itu, sebuah transistor seperti dua buah dioda yang saling bertolak belakang
yaitu dioda emitter-basis, atau disingkat dengan emitter dioda dan dioda kolektor-basis, atau
disingkat dengan dioda kolektor.
Bagian emitter-basis dari transistor merupakan dioda, maka apabila dioda emitter-basis dibias
maju maka kita mengharapkan akan melihat grafik arus terhadap tegangan dioda biasa. Saat
tegangan dioda emitter-basis lebih kecil dari potensial barriernya, maka arus basis (Ib) akan
kecil. Ketika tegangan dioda melebihi potensial barriernya, arus basis (Ib) akan naik secara
cepat.
3.2 Percobaan Karakteristik Input
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengukur arus basis Ib sebagai fungsi Vbe
(karakteristik input transistor).
Dari tujuan percobaan diatas, maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut :
 Langkah pertama yaitu gunakan transistor NPN kemudian rangkailah seperti pada
Gambar 3.1 dimana sumber tegangan diberikan setelah rangkaian selesai.

Gambar 3.1 Rangkaian percobaan karakteristik input transistor NPN
 Setelah diberi sumber tegangan maka akan terbentuk grafik Ib fungsi Vbe pada layar
oscilloscope, dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Grafik Ib fungsi Vbe pada transistor NPN
 Grafik diatas terlihat seperti grafik dioda biasa, hal ini dikarenakan dioda emitterbasis dibias maju sehingga perubahan arus emitter menurut tegangan emitter ke basis
akan serupa dengan karakteristik maju dari dioda hubungan p-n.
 Saat tegangan dioda emitter-basis lebih kecil dari potensial barriernya, maka arus
basis (Ib) akan kecil. Ketika tegangan dioda melebihi potensial barriernya, arus basis
(Ib) akan naik secara cepat.
 Setelah mengetahui karakteristik input transistor NPN, sekarang gunakan transistor
PNP dan rangkailah seperti pada Gambar 3.3 dimana sumber tegangan diberikan
setelah rangkaian selesai.

Gambar 3.3 Rangkaian percobaan karakteristik input transistor PNP
 Setelah diberi sumber tegangan maka akan terbentuk grafik Ib fungsi Vbe yang serupa
dengan grafik transistor NPN tetapi arahnya berlawanan.

3.3 Karakteristik Output
Sebuah transistor memiliki empat daerah operasi yang berbeda yaitu daerah aktif, daerah
saturasi, daerah cutoff, dan daerah breakdown. Jika transistor digunakan sebagai penguat,
transistor bekerja pada daerah aktif. Jika transistor digunakan pada rangkaian digital,
transistor biasanya beroperasi pada daerah saturasi dan cutoff. Daerah breakdown biasanya
dihindari karena resiko transistor menjadi hancur terlalu besar.
3.4 Percobaan Karakteristik Output
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengukur arus kolektor Ic sebagai fungsi Vce
(karakteristik output)
Dari tujuan percobaan diatas, maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut :
 Langkah pertama yaitu gunakan transistor NPN dan rangkailah seperti pada Gambar
3.4 dimana sumber tegangan diberikan setelah rangkaian selesai.

Gambar 3.4 Rangkaian percobaan karakteristik output transistor NPN
 Setelah diberi sumber tegangan maka akan terbentuk grafik Ic fungsi Vce pada layar
oscilloscope, dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Grafik Ic fungsi Vce pada transistor NPN
 Grafik diatas memiliki daerah yang berbeda dimana kerja transistor berubah. Pertama,
terdapat bagian naik diawal kurva. Bagian miring kurva ini disebut dengan daerah
saturasi. Pada daerah ini, dioda kolektor tidak memiliki tegangan positif yang cukup

untuk mengumpulkan semua elektron bebas yang diinjeksikan ke basis. Pada daerah
ini, arus basis Ib lebih besar daripada normalnya dan gain arus �dc lebih kecil
daripada normalnya.
 Kedua, ada daerah ditengah dimana daerah ini merupakan daerah kerja normal
transistor. Pada daerah ini, dioda emitter terbiasmajukan dan dioda kolektor
terbiasbalikkan. Lebih lanjut, kolektor mengumpulkan hampir semua elektron yang
dikirimkan emitter ke basis. Inilah mengapa perubahan pada tegangan kolektor tidak
berpengaruh pada arus kolektor. Daerah ini disebut sebagai daerah aktif. Secara
grafis, daerah aktif adalah bagian horizontal dari kurva. Dengan katalain, arus
kolektor konstan pada daerah ini.
 Ada juga daerah operasi lain yang disebut sebagai daerah breakdown. Transistor tidak
boleh beroperasi pada daerah ini karena akan rusak. Tidak seperti dioda zener yang
teroptimasisasi pada operasi breakdown, transistor tidak dimaksudkan untuk bekerja
di daerah breakdown.
 Setelah mengetahui karakteristik output transistor NPN, sekarang gunakan transistor
PNP dan rangkailah seperti pada Gambar 3.6 dimana sumber tegangan diberikan
setelah rangkaian selesai.

Gambar 3.6 Rangkaian percobaan karakteristik output transistor PNP
 Setelah diberi sumber tegangan maka akan terbentuk grafik Ic fungsi Vce yang serupa
dengan grafik transistor NPN tetapi arahnya berlawanan.
3.5 Karakteristik Transfer Transistor (�)
Parameter � dari transistor merupakan perolehan arus maksimum yang dapat diperoleh
kalau transistor bekerja dalam ragam umum emitter (CE). Beta dc (disimbolkan �dc) sebuah
transistor didefinisikan sebagai rasio arus kolektor dc dengan arus basis dc. Beta dc juga
dikenal sebagai gain arus karena arus basis yang kecil dapat menghasilkan arus kolektor yang
jauh lebih besar.
3.6 Percobaan Karakteristik Transfer Transistor
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengukur arus kolektor Ic sebagai fungsi Ib
(karakteristik transfer transistor).

Dari tujuan percobaan diatas, maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut :
 Langkah pertama yaitu merangkai rangkaian seperti pada Gambar 3.7 dimana sumber
tegangan diberikan setelah rangkaian selesai.

Gambar 3.7 Rangakaian karakteristik transfer transistor
 Saat sumber tegangan di berikan pada rangkaian tersebut kondisi transistor pada saat
itu belum aktif, hal ini disebabkan transistor belum terpicu.
 Setelah diberi sumber tegangan, untuk mengaktifkan transistor dilakukan pemicuan
dengan mengatur potensiometer sampai didapatkan arus Ic.
 Kemudian ukurlah arus Ic dengan mengubah-ubah arus basisnya (Ib). Arus Ib diubahubah dengan potensiometer.
3.7 Transistor sebagai saklar
Bias basis berguna didalam rangkaian-rangkaian digital karena rangkaian tersebut biasanya
dirancang untuk beroperasi didaerah jenuh dan cutoff. Oleh sebab itu, mereka memiliki
tegangan keluaran rendah ataupun tegangan keluran tinggi. Rangkaian digital sering
dinamakan rangkaian saklar karena titik Q berubah diantara dua titik pada garis beban yaitu
daerah jenuh dan cutoff.
3.8 Percobaan Transistor sebagai saklar
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengaplikasikan transistor sebagai saklar.
Dari tujuan percobaan diatas, maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut :
 Langkah pertama yaitu merangkai rangkaian seperti pada Gambar 3.8 dimana sumber
tegangan diberikan setelah rangkaian selesai.

Gambar 3.8 Rangkaian percobaan transistor sebagai saklar
 Saat sumber tegangan di berikan pada rangkaian tersebut kondisi transistor pada saat
itu belum aktif, hal ini disebabkan transistor belum terpicu. Transistor belum terpicu
karena saklar off sehingga tidak ada arus yang mengalir (transistor dalam keadaan cut
off).
 Untuk mengaktifkan transistor, dilakukan pemicuan dengan menggunakan saklar
sehingga lampu akan menyala. Pada saat saklar on maka akan ada arus yang mengalir
ke basis yang kemudian akan dikuatkan oleh transistor sehingga dapat menyalakan
lampu.

FET (FIELD EFFECT TRANSISTOR)
4.1 Karakteristik JFET (Junction FET)
4.1.1 Tujuan percobaan
 Untuk mengetahui karakteristik alih ID = f(VGS) dan karakteristik keluaran ID =
f(VDS) untuk sebuah JFET kanal N.
 Menghitung transkonduktansi gm.
4.1.2 Dasar teori
Perbedaan utama antara JFET dengan BJT adalah apabila pada JFET gerbang dibias mundur
sedangkan pada BJT basis dibias maju. Hal ini berarti arus keluaran pada JFET dikendalikan

oleh tegangan gerbang (VGS) sedangkan pada BJT arus keluaran dikendalikan oleh arus
basis (IB). Berdasarkan pembawa muatan mayoritasnya, JFET dibagi menjadi 2 tipe yaitu
tipe-n dan tipe-p. Perbandingan antara JFET tipe-n dan tipe-p ditampilkan dalam tabel
berikut:
Table Perbandingan JFET tipe-n dan tipe-p
No

Keterangan

JFET
Kanal n

Kanal p

1. Simbol

2. Kurva Karakteristik

3. Rumus ID

4. Kurva Tracer

5. Mode Operasi

Depletion

VP (tegangan pinch off) adalah tegangan drain dimana di atas tegangan ini arus drain menjadi
konstan. Transkonduktansi gm mempunyai definisi perbandingan antara perubahan arus drain
dengan perubahan tegangan antara gate-source (VGS).
4.1.4 Prosedur percobaan
Pertama-tama kita rangkai rangkaian seperti gambar 4.1. Kemudian, kita ukur besarnya nilai
ID sesuai dengan besanya VGS dan VDS yang telah ditentukan asisten dengan cara mengatur
besarnya nilai VGS & VDS melalui potensiometer P1 dan P2. Hasil pengukuran kemudian
dicatat dan dibuat grafik karakteristik output ID = f(VDS). Kemudian kita lakukan
pengukuran untuk nilai VDS = 7 Volt. Hasil pengukuran dicatat dan dibuat grafik
karakteristik alih ID = f(VGS) saat VDS = 7 V.

Gambar 4.1 Rangkaian percobaan karakteristik output JFET
4.2 Karakteristik MOSFET (Metal Oxide Semiconductor FET)
4.2.1 Tujuan percobaan
 Mengetahui karakteristik alih ID = f(VGS) dan
 Mengetahui karakteristik keluaran ID = f(VDS) untuk sebuah E-MOSFET kanal - n
 Menghitung transkonduktansi gm.
4.2.2 Dasar teori
Berdasarkan mode operasinya MOSFET dapat dibedakan menjadi 2 yaitu DMOSFET yang
dapat bekerja pada mode operasi depletion-enhancement & EMOSFET yang hanya dapat
bekerja pada mode operasi enhancement. Sehingga perbedaan utama antara JFET &
MOSFET adalah pada JFET hanya dapat beroperasi mode depletion sedangkan pada
MOSFET bisa deplection & enhancement. Pada mode deplection kerja MOSFET sama
seperti JFET.
4.2.2.1 DMOSFET (Depletion MOSFET)
Pada DMOSFET, gerbang diisolasi dari kanal, sehingga DMOSFET dapat juga diaktifkan
dengan menggunakan tegangan gerbang positif. Semakin positif tegangan gerbang, konduksi
dari source ke drain makin besar sehingga arus kanal semakin besar. Sama seperti JFET,
maka DMOSFET juga terdapat 2 tipe, yaitu tipe-n dan tipe-p. Perbandingan antara
DMOSFET tipe-n dan tipe-p ditampilkan dalam tabel berikut:
Table Sifat-sifat beberapa jenis DMOSFET
No

Keterangan

1. Simbol

DMOSFET
Kanal n

Kanal p

2. Kurva Karakteristik

3. Rumus ID

4. Kurva Tracer

5. Mode Operasi

Depletion & Enhancement

4.2.2.2 EMOSFET (Enhancement MOSFET)
Seperti halnya pada DMOSFET, EMOSFET juga mempunyai oksida logam tapi drain dan
source tidak terhubung dalam satu kanal melainkan dipisahkan oleh substrat. Dalam hal ini
untuk mendapatkan arus maka harus diberikan tegangan yang cukup ke gerbang. Untuk
EMOSFET kanal N tegangan antara gate dan source minimum yang menyebabkan
mengalirnya arus disebut tegangan ambang batas (VT). Perbandingan antara EMOSFET tipen dan tipe-p ditampilkan dalam tabel berikut :
Table Sifat-sifat beberapa jenis EMOSFET
No

Keterangan

1. Simbol

2. Kurva Karakteristik

EMOSFET
Kanal n

Kanal p

3. Rumus ID

4. Kurva Tracer

5. Mode Operasi

Enhancement

4.2.4 Prosedur percobaan
Pertama-tama kita rangkai rangkaian seperti gambar 4.2. Kemudian, kita ukur besarnya nilai
ID sesuai dengan besanya VGS dan VDS yang telah ditentukan asisten dengan cara mengatur
besarnya nilai VGS & VDS melalui potensiometer P1 dan P2. Hasil pengukuran kemudian
dicatat dan dibuat grafik karakteristik output ID = f(VDS). Kemudian kita lakukan
pengukuran untuk nilai VDS = 7 Volt. Hasil pengukuran dicatat dan dibuat grafik
karakteristik alih ID = f(VGS) saat VDS = 7 V.

Gambar 4.2 Rangkaian percobaan karakteristik output E-MOSFET
PENGUAT KERJA ( OPERASIONAL AMPLIFIER )
5.1 Dasar teori
Op-amp adalah rangkaian elektronik serbaguna yang dirancang dan dikemas khusus,
sehingga dengan menambahkan komponen luar sedikit saja, sudah dapat dipakai untuk
berbagai keperluan.
Karakteristik terpenting dari sebuah op-amp yang ideal adalah:
 Penguatan loop terbuka amat tinggi
 Impedansi masukan yang sangat tinggi sehingga arus masukan dapat diabaikan

 Impedansi keluaran sangat rendah sehingga keluaran penguat tidak terpengaruh oleh
pembeban.
Pada op-amp terdapat satu terminal keluaran, dan dua terminal masukan. Terminal masukan
yang diberi tanda (-) dinamakan terminal masukan pembalik (inverting), sedangkan terminal
masukan yang diberi (+) dinamakan terminal masukan bukan pembalik (noninverting).
5.2 Percobaan op-amp
Pada percobaan op-amp dilakukan percobaan-percobaan sebagai berikut:
 Op-amp sebagai komparator dengan masukan pada kutub inverting dan masukan pada
kutub noninverting.
 Op-amp sebagai pengali tegangan dan pengali terbalik.
Op-amp sebagai diferensiator dan integrator.
Tujuan dari percobaan tersebut adalah:





Mengetahui rangkaian-rangkaian dasar op-amp.
Membandingkan perilaku op-amp antara praktek dengan teori.
Mengetahui pengaruh catu daya dan frekuensi pada op-amp.
Melatih mahasiswa merancang rangkaian dengan menggunakan op-amp dan
analisanya.

5.2.1 Percobaan Op-amp dan op-amp sebagai komparator
Op-amp sebagai komparator membandingkan antara tegangan masukan dengan tegangan
referensinya. Prosedur percobaannya adalah sebagai berikut:
 Rangkailah alat - alat dan komponen sesuai dengan gambar dibawah ini.

Gambar 5.1 Rangkaian op-amp sebagai komparator dengan masukan pada kutub inverting.

Gambar 5.2 Rangkaian op-amp sebagai komparator dengan masukan pada kutub
noninverting
 Setelah itu nyalakan catu daya.
 Gambar sinyal masukan dan sinyal keluaran yang keluar pada oscilloscope.
Pada percobaan op-amp sebagai komparator dengan masukan pada kutub inverting akan
diperoleh hasil pada oscilloscope sebagai berikut:

Gambar 5.3 Op-amp sebagai komparator dengan masukan pada kutub inverting.
Bila tegangan masukan berada diatas tegangan referensi, maka tegangan keluaran akan
menyamai tegangan saturasinya (negatif).
Bila tegangan masukan berada dibawah tegangan referensinya, maka tegangan keluaran akan
menyamai tegangan saturasinya (positif).
Pada percobaan op-amp sebagai komparator dengan masukan pada kutub noninverting akan
diperoleh hasil pada oscilloscope seperti pada gambar dibawah ini:

Gambar 5.4 Op-amp sebagai komparator dengan masukan pada kutub noninverting.
Bila tegangan masukan berada diatas tegangan referensinya, maka tegangan keluarannya
akan menyamai tegangan saturasinya (positif). Bila tegangan masukan berada dibawah
tegangan referensinya, maka tegangan keluarannya akan menyamai tegangan saturasinya
(negatif).
5.2.2 Op-amp sebagai pengali tegangan dan pengali terbalik
Prosedur percobaannya adalah sebagai berikut:
 Rangkailah alat - alat dan komponen sesuai dengan gambar dibawah ini:

Gambar 5.5 Rangkaian op-amp sebagai pengali terbalik.

Gambar 5.6 Rangkaian op-amp sebagai pengali tegangan.

 Setelah itu nyalakan catu daya.
 Gambar sinyal masukan dan sinyal keluaran yang keluar pada oscilloscope.
Pada percobaan op-amp sebagai pengali tegangan akan diperoleh hasil pada oscilloscope
seperti gambar dibawah ini:

Gambar 5.7 Op-amp sebagai pengali tegangan.
Tegangan keluaran pada op-amp sebagai pengali tegangan sefasa dengan tegangan
masukannya. Besarnya tegangan keluaran dapat ditentukan dengan pengaturan besarnya
resistansi-resistansi yang dipakai.
Pada percobaan op-amp sebagai pengali terbalik akan diperoleh hasil pada oscilloscope
seperti pada gambar dibawah ini:

Gambar 5.8 Op-amp sebagai pengali terbalik.
Tegangan keluaran pada op-amp pengali terbalik berbeda fasa dengan tegangan masukannya.
5.2.3 Op-amp sebagai diferensiator dan integrator.
Rangkaian diferensiator menghasilkan tegangan keluaran yang merupakan fungsi diferensial
waktu dari tegangan masukannya.
Rangkaian integrator menghasilkan tegangan keluaran yang merupakan fungsi integral waktu
dari tegangan masukannya.
Prosedur percobaannya adalah sebagai berikut:
 Rangkailah alat - alat dan komponen sesuai dengan gambar dibawah ini

Gambar 5.9 Rangkaian op-amp sebagai diferensiator.

Gambar 5.10 Rangkaian op-amp sebagai integrator.
 Untuk rangkaian integrator hubungkan masukan dengan gelombang kotak dari
function generator.
 Untuk rangkaian differensiator hubungkan masukan dengan gelombang segitiga dari
function generator.
 Setel frekuensi pada harga 400 Hz
 Hubungkan masukan dan keluaran rangkaian pada oscilloscope
 Gambar sinyal masukan dan sinyal keluaran yang keluar pada oscilloscope
 Setel kembali frekuensi menjadi 40 Hz pada rangkaian integrator dan 40 kHz pada
rangkaian diferensiator.
 Gambar sinyal masukan dan sinyal keluaran yang keluar pada oscilloscope
Untuk rangkaian diferensiator pada oscilloscope akan diperoleh hasil sebagai berikut:

Gambar 5.11 Op-amp sebagai diferensiator pada frekuensi 400 Hz.
Sinyal masukan yang berupa sinyal segitiga berubah menjadi sinyal kotak.
Untuk rangkaian diferensiator pada oscilloscope akan diperoleh hasil sebagai berikut:

Gambar 5.12 Op-amp sebagai rangkaian integrator pada frekuensi 40 Hz.
Sinyal masukan yang berupa sinyal kotak berubah menjadi sinyal segitiga.
Penguat Sinyal Kecil

Penguat Sinyal terdiri atas :
1. Penguat Common Base
2. Penguat Common Emitter
3. Penguat Common Collector
Tujuan Percobaan ini adalah mencari karakteristik masing-masing penguat meliputi
penguaatn tegangan, penguatan arus, penguatan daya, resistansi input, resistansi output,
impedansi input dan impedansi output.
1.1 Penguat Common Base
1.1.1 Dasar Teori
Penguat Common Base juga dikenal dengan penguat dengan basis ditanahkan. Penguat
ini dapat menghasilkan penguatan tegangan antara sinyal masukan dan keluaran, tetapi tidak
penguatan arus. Karakteristiknya adalah impedansi masukan kecil dan impedansi keluaran
seperti pada penguat Common Emitter. Karena arus masukan dan keluaran mempunyai nilai
yang hampir sama, kapasitor stray dari transistor tidak terlalu berpengaruh dibandingkan pada
penguat common emiter. Penguat common basis sering digunakan pada frekuensi tinggi yang
menghasilkan penguatan tegangan lebih besar daripada rangkaian dengan 1 transistor lainnya.
Penguat Common Base ditunjukkan dalam Gambar 1.1. Diatas frekuensi corner kapasitor
antara basis dan ground pada rangkaian menghasilkan pentanahan sinyal AC yang efektif
pada basis transistor.

Gambar 1.1. Penguat Common Base
1.1.2 Prosedur dan Hasil Percobaan
1. Susun rangkaian seperti pada Gambar 1.2 dan hubungkan dengan oscilloscope : channel 1
= input = U1, channel 2 = output = U2
2. Set resistor variable R2 sehingga UCE = U2 = � US 5 Volt untuk U1 = 0 Volt. Kemudian
ukur reistansinya.
3. Set tegangan input U1 = 10 mVPP dengan frekuensi 1 kHz. Ukur U2 menggunakan
oscilloscope.
4. Ukur beda phase antara input dan output.
5. Untuk mendapatkan nilai resistansi output rangkaian, pasang resistor variabel R'L = 47 k
terhadap U2 seperti pada gambar. Atur R'L sehingga U'2 = � U2. Ukur nilai resistansinya.
6. Untuk mengukur arus input, pasang resistor R3. Sekali lagi atur U1 dan ukur U3.

Gambar 1.2. Rangkaian Penguat Common Base

Gambar 1.3. Rangkaian Penguat Common Base pada kit board

Gambar 1.4. Grafik Tegangan keluaran dan masukan pada oscilloscope
1.2 Penguat Common Emitter dengan RE
1.2.1 Dasar Teori
Penguat Common Emitter sering dirancang dengan sebuah resistor emiter (RE) seperti
ditunjukkan dalam Gambar 1.5. Resistor tersebut menghasilkan bentuk dari umpan balik
negatif yang dapat digunakan untuk menstabilkan titik operasi DC dan penguatan AC.

Gambar 1.5. Penguat Common Emitter dengan RE
1.2.2 Prosedur dan Hasil Percobaan

1. Susun rangkaian seperti pada Gambar 1.6 dan hubungkan dengan oscilloscope : channel 1
= input = U1, channel 2 = output = U2
2. Set resistor variable R2 sehingga UCE = U2 = � US 5 Volt untuk U1 = 0 Volt. Kemudian
ukur reistansinya.
3. Set tegangan input U1 = 10 mVPP dengan frekuensi 1 kHz. Ukur U2 menggunakan
oscilloscope.
4. Ukur beda phase antara input dan output. Catat hasilnya pada tabel data !
5. Untuk mendapatkan nilai resistansi output rangkaian, pasang resistor variabel R'L = 47 k
terhadap U2 seperti pada gambar. Atur R'L sehingga U'2 = � U2. Ukur nilai resistansinya.
6. Untuk mengukur arus input, pasang resistor R3. Sekali lagi atur U1 dan ukur U3.

Gambar 1.6. Rangkaian Penguat Common Emitter

Gambar 1.7. Rangkaian Penguat Common Emitter pada kit board

Gambar 1.8. Grafik Tegangan keluaran dan masukan pada oscilloscope
1.3 Penguat Common Collector
1.3.1 Dasar Teori
Penguat Common Collector juga disebut dengan pengikut emiter (emitter follower)
karena tegangan sinyal keluaran pada emiter hampir sama dengan tegangan sinyal masukan
pada basis. Penguatan tegangan penguat ini selalu lebih kecil dari 1, tetapi mempunyai
penguatan arus yang tinggi dan biasanya digunakan untuk mencocokkan sumber dengan
impedansi tinggi ke beban yang impedansinya rendah. Penguat ini mempunyai impedansi
masukan besar dan impedansi keluaran kecil. Penguat Common Collector ditunjukkan dalam
Gambar 1.9.

Gambar 1.9. Penguat Common Collector
1.3.2 Prosedur dan Hasil Percobaan
1. Susun rangkaian seperti pada Gambar 1.10 dan hubungkan dengan oscilloscope : channel 1
= input = U1 channel 2 = output = U2
2. Tanpa masukan di U1, hitung tegangan pada U2.
3. Set tegangan input U1 = 2 VPP dengan frekuensi 1 kHz. Ukur U2 menggunakan
oscilloscope.
4. Ukur beda phase antara input dan output.
5. Untuk mendapatkan nilai resistansi output rangkaian, pasang resistor variabel R'L = 47 k
terhadap U2 seperti pada gambar. Atur R'L sehingga U'2 = � U2. Ukur nilai resistansinya.
6. Untuk mengukur arus input, pasang resistor R3. Sekali lagi atur U1 dan ukur U3.

Gambar 1.10. Rangkaian Penguat Common Collector

Gambar 1.11. Rangkaain Penguat Common Collector pada kit board

Gambar 1.12. Grafik Tegangan keluaran dan masukan pada oscilloscope

OSILATOR
2.1 Dasar teori
Os