Hubungan Antara CSR dengan Social Entrep
Hubungan Antara CSR dengan Social Entrepreneurship
yang disampaikan oleh :
Prof. Thoby Mutis
Silverius Oscar Unggul
Maria R. Nindita Radyati, PhD
Perkembangan ekonomi global yang semakin meningkat dewasa ini menuntut
perusahaan atau organisasi untuk mampu menangkap peluang bisnis baik secara lokal
maupun internasional. Perekonomian global dengan segala pernak-perniknya banyak
menawarkan dampak yang positif terutama terjadinya interaksi antara negara dengan
perekonomian yang telah maju dengan negara-negara dengan perekonomian yang sedang
berkembang. Interaksi tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk kerjasama ekonomi
sehingga mampu membawa manfaat seperti pengenalan teknologi baru, adanya akses ke
pasar baru dan terjadinya penciptaan industri baru (entrepreneus).
Tanggapan positif, perusahaan atas berbagai masalah sosial dan lingkungan yang
ditimbulkannya, versus keengganan berubah, menghasilkan kondisi yang “citizensip
paradox” atau paradox dunia usaha. Wirausaha sosial sebagai individu istimewa yang
memiliki visi, kreativitas, dan keteguhan hati yang luar biasa --sebagaimana seorang
wirausaha-- dan juga mengabdikan kemampuannya ini untuk memperkenalkan solusi baru
pada masalah-masalah sosial. Individu-individu unik yang ditemui di segala lingkup budaya
ini, adalah mereka yang dapat melihat jauh ke depan langkah apa yang harus diambil dalam
bidangnya berhubungan dengan kebutuhan manusia. Mereka ini tanpa berhenti mengejar
visi mereka hingga menjadi kenyataan baru dalam masyarakat tempat mereka tinggal dan
juga di wilayah yang lebih luas.
Wacana social enterprise, tergolong baru di Indonesia meski sudah didiskusikan 40
tahun
lamanya
dikalangan
pekerja
sosial.
Banyak
orang
menganggap social
enterprise merupakan gabungan bisnis dan sosial. Social enterprise merupakan kerja-kerja
sosial yang dikelola secara professional seperti bisnis oleh sebuah organiasasi dan
keuntungannya digunakan lagi untuk pemberdayaan masyarakat, tambahnya. Social
enterprise menurut pendapat silverius oscar unggul mencontohkan sebuah bisnis di
Bangladesh, Grameen Bank yang dicetuskan oleh Muhammad Yunus. Grameen Bank
merupakan contoh nyata social enterprise, dimana konsep memodali masyarakat miskin
tanpa collateral (jaminan) untuk menstimulus usaha-usaha mereka dan berhasil.
Fenomena tersebut merupakan bagian dari aldeanomics 1 ekonomi kampong
fenomena dalam lingkup aldeanomics tentu berkaitan dengan dengan selera. Ekonomi
kampung ini ditandai dengan adanya kejenuhan-kejenuhan terhadap nilai-nilai dari luar,
dan ini merupakan suatu gejala yang muncul setelah adanya tsunami financial. Hal-hal yang
berbau kampung memiliki kekuatan untuk membangkitkan nilai tambah ekonomi.
Misalnya di jepang ada gerakan untuk merehabilitasi rumah-rumah tua di desa-desa guna
menarik minat para turis mancanegera.
Hubungan Social Entreprneursip dengan CSR
Perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat memunculkan kesadararan baru
tentang pentingnya melaksanakan apa yang kita kenal sebagai Corporate Social
Responsibility (CSR). Pemahaman itu memberikan pedoman bahwa korporasi bukan lagi
sebagai entitas yang hanya mementingkan dirinya sendiri saja sehingga ter-alienasi atau
mengasingkan diri dari lingkungan masyarakat di tempat mereka bekerja, melainkan
sebuah entitas usaha yang wajib melakukan adaptasi kultural dengan lingkungan sosialnya.
Salah satu bentuk dari tanggung jawab sosial perusahaan yang sering diterapkan di
Indonesia adalah community development. Perusahaan yang mengedepankan konsep ini
akan lebih menekankan pembangunan sosial dan pembangunan kapasitas masyarakat
sehingga akan menggali potensi masyarakat lokal yang menjadi modal sosial perusahaan
untuk maju dan berkembang. Selain dapat menciptakan peluangpeluang sosial-ekonomi
masyarakat, menyerap tenaga kerja dengan kualifikasi yang diinginkan, cara ini juga dapat
membangun citra sebagai perusahaan yang ramah dan peduli lingkungan. Selain itu, akan
tumbuh rasa percaya dari masyarakat. Rasa memiliki perlahan-lahan muncul dari
masyarakat sehingga masyarakat merasakan bahwa kehadiran perusahaan di daerah
mereka akan berguna dan bermanfaat.
1
Lih, Aldeanomics dan globalitiy oleh Prof. Thoby Mutis, tidak diterbitkan.
Di negara berkembang khususnya, karena banyaknya penduduk, perusahaan harus
menjalankan bisnis yang dapat memberikan manfaat kepada publik. Biasanya pemerintah
setempat menekankan pentingnya mengutamakan kepentingan banyak orang. Hasil
penelitian menunjukkan keberhasilan penetrasi perusahaan melalui tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR) di Indonesia baru mencapai 24 persen dibandingkan India yang 72
persen. Ini karena perbedaan pemahaman, kebijakan pemerintah, dan insentif CSR yang
berbeda.
Karena nilai pasar dari sebuah CSR perusahaan lebih rendah dari sebuah perusahaan yang
memaksimalkan laba, seorang pengusaha akan yang pernah membentuk sebuah perusahaan
CSR? Pengusaha adalah warga negara yang memiliki kesempatan tidak tersedia untuk semua
warga negara. Mereka dapat membangun memaksimalkan laba perusahaan atau perusahaan
bahwa praktek CSR dengan mendistribusikan sebagian keuntungan mereka untuk penyebab
sosial. Pengusaha swasta istilah digunakan untuk merujuk kepada orang yang menciptakan
suatu perusahaan jika dan hanya jika nilai pasarnya melebihi modal yang diperlukan
untuk menciptakannya. Pengusaha sosial istilah digunakan untuk merujuk kepada
orang yang bersedia untuk menciptakan sebuah perusahaan CSR pada kerugian
keuangan. Yang terakhir mengorbankan keuntungan finansial tapi kepuasan
keuntungan.
Perusahaan melalui CSR dapat berkontribusi untuk menyelesaikan persoalan
pengangguran ini melalui peningkatan ekonomi lokal. Apalagi, jumlah orang miskin
Indonesia tahun ini turun hanya 1 juta orang dari 2010 lalu, yang berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS) berjumlah 31 juta orang. Terbukti, Indonesia tidak bisa berharap
banyak dari pemerintah untuk menyelesaikan persoalan ini, sehingga perusahaan harus
berkontribusi secara proaktif turut mengentaskan warga dari kemiskinan serta
menurunkan tingkat pengangguran.
CSR pada dasarnya mempunyai tujuan akhir yakni sustainable development
(pembangunan berkelanjutan) yakni pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat
ini dengan member kesempatan yang sama bagi generasi mendatang untuk mempunyai
kemampuan dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. Persoalan yang dihadapi perusahaanperusahaan di Indonesia, terutama yang mempunyai pabrik, adalah kontak langsung
dengan komunitas, seperti usaha pertambangan dan manufaktur. Sering kali program
maupun strategi CSR tidak dapat menyelesaikan persoalan sosial. Yang dimaksud sebagai
persoalan sosial di sini adalah dalam konteks kesejahteraan, kebahagiaan, keamanan, dan
kesehatan2.
CSR dalam pemerdayaan ekonomi local tidak dapat dikembangkan dengan
bagaimana perusahaan membantu masyarakat sekitar untuk menjadia pengusaha kecil.
CSR ini juga bahkan tidak diartikan terbatas yaitu bagaimana perusahaan membantu UKM
(Usaha Kecil Menengah). Pemberdayaan ekonomi atau setidak-tidaknya memberikan
pemacu agar terjadi perkembangan ekonomi didaerah tersebut. Pemacu tersebut dapat
menjadi multiplier effect yang akan melipatgandakan dampak berupa nilai tambah bagi
masyarakat.
Pegembangan ekonomi untuk komunitas dapat diartikan singkat sebagai suatu
proses dimana komunitas dapat berpartisipasi dan menemukan cara sendiri untuk
mengatasi persoalan ekonomi mereka dengan demikian membangun kapasitas komunitas
tersebut untuk jangka panjang sehingga mewujudkan pencapaian tujuan ekonomi, sosial
dan lingkungan.
CSR Mendorong Kesejahteraan Social
Bagi perusahaan yang konsisten menerapkan CSR dalam aktifitasnya, dalam jangka
panjang akan mendapatkan keuntungan dalam bentuk kepercayaan dari stakeholder
(corporate
image)
terhadap
perusahaan
yang
bersangkutan.
Dimensi
ekonomi
kesejahteraan sosial sangat berkaitan dengan dua pilar lain dalam konsep berkelanjutan
(sustainability), yakni lingkungan dan sosial. Dalam kegiatan CSR untuk mengembangkan
kesejahteraan sosial pada komunitas lokal juga harus melibatkan atau memberi
kesempatan komunitas berpartisipasi aktif. Komunitas tidak boleh hanya dianggap sebagai
objek yang harus dilibatkan oleh perusahaan, jadi perannya pasif, akan tetapi harus sebagai
subjek, atau bagian dari pelaku bisnis perusahaan, jadi member kesempatan komunitas
berpartisipasi aktif.
2
Lih. Kontribusi CSR untuk Keadilan Sosial. Maria R. Nindita Radyati, PhD.
http://www.sinarharapan.co.id/content/read/
Banyak pengamat berpendapat bahwa pada intinya CSR berkembang (atau
dikembangkan) guna membendung derasnya dominasi korporasi dalam ekonomi pasar,
sementara kemiskinan, ketimpangan, ketidakadilan serta kerusakan lingkungan semakin
parah. Kepeduliaan perusahaan ini sendiri terlihat dari komitmen perusahaan untuk
mempertanggungjawabkan segala dampak dari aktifitas usahanya dalam dimensi ekonomi,
social, dan lingkungan (Triple Bottom Line (3BL).
Melibatkan
komunitas
untuk
meningkatkan
ekonomi
masyarakat
artinya
perusahaan secara aktif menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk mendukung
pengembangan ekonomi dan sosial dari komunitas melalui investasi langsung, atau
kebijakan perusahaan seperti local sourcing, partnership dan pendidikan, yang dapat
menciptakan “modal komunitas”. Dengan demikian inisiatif dalam program CSR yang
melibatkan perusahaan dengan komunitas dapat menciptakan dampak positif terutama
pada mereka dengan pendapatan sangat rendah.
Kegiatan bisnis yang hanya berusaha mencari keuntungan semata sudah usang. Kini
tujuan keberadaan bisnis adalah tidak hanya mencari keuntungan, tetapi melakukan
sesuatu yang lebih baik dengan tujuan tidak hanya memaksimalkan nilai bagi pemegang
saham, akan tetapi juga memaksimalkan nilai bagi pemangku kepentingan, termasuk
karyawan. Semenjak adanya MDG’s (Millenium Development Goals), sector swasta makin
mantap mengarahkan strategi perusahaan untuk mengarahkan CSR menuju pengentasan
kemiskinan – kesejahteraan sosial.
Bahan Bacaan
Busyra Azheri. 2011. Corporate Social Responsibility. Dari Voluntary Menjadi Mandatory.
Rajawali Pers. Jakarta
Dody Prayogo. 2011. Socially Responsible Corporation. Peta Masalah, Tanggung Jawab
Sosial dan Pembangunan Komunitas pada Industri Tambang Migas di Indonesia. UI-Press.
Jakarta
Maria R. Nindita Radyati. 2008. CSR untuk Pemberdayaan Ekonomi Lokal. Indonesia
Business Link. Jakarta.
Prof. Thoby Mutis. 2011. Aldeanomics dan Globality.
yang disampaikan oleh :
Prof. Thoby Mutis
Silverius Oscar Unggul
Maria R. Nindita Radyati, PhD
Perkembangan ekonomi global yang semakin meningkat dewasa ini menuntut
perusahaan atau organisasi untuk mampu menangkap peluang bisnis baik secara lokal
maupun internasional. Perekonomian global dengan segala pernak-perniknya banyak
menawarkan dampak yang positif terutama terjadinya interaksi antara negara dengan
perekonomian yang telah maju dengan negara-negara dengan perekonomian yang sedang
berkembang. Interaksi tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk kerjasama ekonomi
sehingga mampu membawa manfaat seperti pengenalan teknologi baru, adanya akses ke
pasar baru dan terjadinya penciptaan industri baru (entrepreneus).
Tanggapan positif, perusahaan atas berbagai masalah sosial dan lingkungan yang
ditimbulkannya, versus keengganan berubah, menghasilkan kondisi yang “citizensip
paradox” atau paradox dunia usaha. Wirausaha sosial sebagai individu istimewa yang
memiliki visi, kreativitas, dan keteguhan hati yang luar biasa --sebagaimana seorang
wirausaha-- dan juga mengabdikan kemampuannya ini untuk memperkenalkan solusi baru
pada masalah-masalah sosial. Individu-individu unik yang ditemui di segala lingkup budaya
ini, adalah mereka yang dapat melihat jauh ke depan langkah apa yang harus diambil dalam
bidangnya berhubungan dengan kebutuhan manusia. Mereka ini tanpa berhenti mengejar
visi mereka hingga menjadi kenyataan baru dalam masyarakat tempat mereka tinggal dan
juga di wilayah yang lebih luas.
Wacana social enterprise, tergolong baru di Indonesia meski sudah didiskusikan 40
tahun
lamanya
dikalangan
pekerja
sosial.
Banyak
orang
menganggap social
enterprise merupakan gabungan bisnis dan sosial. Social enterprise merupakan kerja-kerja
sosial yang dikelola secara professional seperti bisnis oleh sebuah organiasasi dan
keuntungannya digunakan lagi untuk pemberdayaan masyarakat, tambahnya. Social
enterprise menurut pendapat silverius oscar unggul mencontohkan sebuah bisnis di
Bangladesh, Grameen Bank yang dicetuskan oleh Muhammad Yunus. Grameen Bank
merupakan contoh nyata social enterprise, dimana konsep memodali masyarakat miskin
tanpa collateral (jaminan) untuk menstimulus usaha-usaha mereka dan berhasil.
Fenomena tersebut merupakan bagian dari aldeanomics 1 ekonomi kampong
fenomena dalam lingkup aldeanomics tentu berkaitan dengan dengan selera. Ekonomi
kampung ini ditandai dengan adanya kejenuhan-kejenuhan terhadap nilai-nilai dari luar,
dan ini merupakan suatu gejala yang muncul setelah adanya tsunami financial. Hal-hal yang
berbau kampung memiliki kekuatan untuk membangkitkan nilai tambah ekonomi.
Misalnya di jepang ada gerakan untuk merehabilitasi rumah-rumah tua di desa-desa guna
menarik minat para turis mancanegera.
Hubungan Social Entreprneursip dengan CSR
Perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat memunculkan kesadararan baru
tentang pentingnya melaksanakan apa yang kita kenal sebagai Corporate Social
Responsibility (CSR). Pemahaman itu memberikan pedoman bahwa korporasi bukan lagi
sebagai entitas yang hanya mementingkan dirinya sendiri saja sehingga ter-alienasi atau
mengasingkan diri dari lingkungan masyarakat di tempat mereka bekerja, melainkan
sebuah entitas usaha yang wajib melakukan adaptasi kultural dengan lingkungan sosialnya.
Salah satu bentuk dari tanggung jawab sosial perusahaan yang sering diterapkan di
Indonesia adalah community development. Perusahaan yang mengedepankan konsep ini
akan lebih menekankan pembangunan sosial dan pembangunan kapasitas masyarakat
sehingga akan menggali potensi masyarakat lokal yang menjadi modal sosial perusahaan
untuk maju dan berkembang. Selain dapat menciptakan peluangpeluang sosial-ekonomi
masyarakat, menyerap tenaga kerja dengan kualifikasi yang diinginkan, cara ini juga dapat
membangun citra sebagai perusahaan yang ramah dan peduli lingkungan. Selain itu, akan
tumbuh rasa percaya dari masyarakat. Rasa memiliki perlahan-lahan muncul dari
masyarakat sehingga masyarakat merasakan bahwa kehadiran perusahaan di daerah
mereka akan berguna dan bermanfaat.
1
Lih, Aldeanomics dan globalitiy oleh Prof. Thoby Mutis, tidak diterbitkan.
Di negara berkembang khususnya, karena banyaknya penduduk, perusahaan harus
menjalankan bisnis yang dapat memberikan manfaat kepada publik. Biasanya pemerintah
setempat menekankan pentingnya mengutamakan kepentingan banyak orang. Hasil
penelitian menunjukkan keberhasilan penetrasi perusahaan melalui tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR) di Indonesia baru mencapai 24 persen dibandingkan India yang 72
persen. Ini karena perbedaan pemahaman, kebijakan pemerintah, dan insentif CSR yang
berbeda.
Karena nilai pasar dari sebuah CSR perusahaan lebih rendah dari sebuah perusahaan yang
memaksimalkan laba, seorang pengusaha akan yang pernah membentuk sebuah perusahaan
CSR? Pengusaha adalah warga negara yang memiliki kesempatan tidak tersedia untuk semua
warga negara. Mereka dapat membangun memaksimalkan laba perusahaan atau perusahaan
bahwa praktek CSR dengan mendistribusikan sebagian keuntungan mereka untuk penyebab
sosial. Pengusaha swasta istilah digunakan untuk merujuk kepada orang yang menciptakan
suatu perusahaan jika dan hanya jika nilai pasarnya melebihi modal yang diperlukan
untuk menciptakannya. Pengusaha sosial istilah digunakan untuk merujuk kepada
orang yang bersedia untuk menciptakan sebuah perusahaan CSR pada kerugian
keuangan. Yang terakhir mengorbankan keuntungan finansial tapi kepuasan
keuntungan.
Perusahaan melalui CSR dapat berkontribusi untuk menyelesaikan persoalan
pengangguran ini melalui peningkatan ekonomi lokal. Apalagi, jumlah orang miskin
Indonesia tahun ini turun hanya 1 juta orang dari 2010 lalu, yang berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS) berjumlah 31 juta orang. Terbukti, Indonesia tidak bisa berharap
banyak dari pemerintah untuk menyelesaikan persoalan ini, sehingga perusahaan harus
berkontribusi secara proaktif turut mengentaskan warga dari kemiskinan serta
menurunkan tingkat pengangguran.
CSR pada dasarnya mempunyai tujuan akhir yakni sustainable development
(pembangunan berkelanjutan) yakni pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat
ini dengan member kesempatan yang sama bagi generasi mendatang untuk mempunyai
kemampuan dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. Persoalan yang dihadapi perusahaanperusahaan di Indonesia, terutama yang mempunyai pabrik, adalah kontak langsung
dengan komunitas, seperti usaha pertambangan dan manufaktur. Sering kali program
maupun strategi CSR tidak dapat menyelesaikan persoalan sosial. Yang dimaksud sebagai
persoalan sosial di sini adalah dalam konteks kesejahteraan, kebahagiaan, keamanan, dan
kesehatan2.
CSR dalam pemerdayaan ekonomi local tidak dapat dikembangkan dengan
bagaimana perusahaan membantu masyarakat sekitar untuk menjadia pengusaha kecil.
CSR ini juga bahkan tidak diartikan terbatas yaitu bagaimana perusahaan membantu UKM
(Usaha Kecil Menengah). Pemberdayaan ekonomi atau setidak-tidaknya memberikan
pemacu agar terjadi perkembangan ekonomi didaerah tersebut. Pemacu tersebut dapat
menjadi multiplier effect yang akan melipatgandakan dampak berupa nilai tambah bagi
masyarakat.
Pegembangan ekonomi untuk komunitas dapat diartikan singkat sebagai suatu
proses dimana komunitas dapat berpartisipasi dan menemukan cara sendiri untuk
mengatasi persoalan ekonomi mereka dengan demikian membangun kapasitas komunitas
tersebut untuk jangka panjang sehingga mewujudkan pencapaian tujuan ekonomi, sosial
dan lingkungan.
CSR Mendorong Kesejahteraan Social
Bagi perusahaan yang konsisten menerapkan CSR dalam aktifitasnya, dalam jangka
panjang akan mendapatkan keuntungan dalam bentuk kepercayaan dari stakeholder
(corporate
image)
terhadap
perusahaan
yang
bersangkutan.
Dimensi
ekonomi
kesejahteraan sosial sangat berkaitan dengan dua pilar lain dalam konsep berkelanjutan
(sustainability), yakni lingkungan dan sosial. Dalam kegiatan CSR untuk mengembangkan
kesejahteraan sosial pada komunitas lokal juga harus melibatkan atau memberi
kesempatan komunitas berpartisipasi aktif. Komunitas tidak boleh hanya dianggap sebagai
objek yang harus dilibatkan oleh perusahaan, jadi perannya pasif, akan tetapi harus sebagai
subjek, atau bagian dari pelaku bisnis perusahaan, jadi member kesempatan komunitas
berpartisipasi aktif.
2
Lih. Kontribusi CSR untuk Keadilan Sosial. Maria R. Nindita Radyati, PhD.
http://www.sinarharapan.co.id/content/read/
Banyak pengamat berpendapat bahwa pada intinya CSR berkembang (atau
dikembangkan) guna membendung derasnya dominasi korporasi dalam ekonomi pasar,
sementara kemiskinan, ketimpangan, ketidakadilan serta kerusakan lingkungan semakin
parah. Kepeduliaan perusahaan ini sendiri terlihat dari komitmen perusahaan untuk
mempertanggungjawabkan segala dampak dari aktifitas usahanya dalam dimensi ekonomi,
social, dan lingkungan (Triple Bottom Line (3BL).
Melibatkan
komunitas
untuk
meningkatkan
ekonomi
masyarakat
artinya
perusahaan secara aktif menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk mendukung
pengembangan ekonomi dan sosial dari komunitas melalui investasi langsung, atau
kebijakan perusahaan seperti local sourcing, partnership dan pendidikan, yang dapat
menciptakan “modal komunitas”. Dengan demikian inisiatif dalam program CSR yang
melibatkan perusahaan dengan komunitas dapat menciptakan dampak positif terutama
pada mereka dengan pendapatan sangat rendah.
Kegiatan bisnis yang hanya berusaha mencari keuntungan semata sudah usang. Kini
tujuan keberadaan bisnis adalah tidak hanya mencari keuntungan, tetapi melakukan
sesuatu yang lebih baik dengan tujuan tidak hanya memaksimalkan nilai bagi pemegang
saham, akan tetapi juga memaksimalkan nilai bagi pemangku kepentingan, termasuk
karyawan. Semenjak adanya MDG’s (Millenium Development Goals), sector swasta makin
mantap mengarahkan strategi perusahaan untuk mengarahkan CSR menuju pengentasan
kemiskinan – kesejahteraan sosial.
Bahan Bacaan
Busyra Azheri. 2011. Corporate Social Responsibility. Dari Voluntary Menjadi Mandatory.
Rajawali Pers. Jakarta
Dody Prayogo. 2011. Socially Responsible Corporation. Peta Masalah, Tanggung Jawab
Sosial dan Pembangunan Komunitas pada Industri Tambang Migas di Indonesia. UI-Press.
Jakarta
Maria R. Nindita Radyati. 2008. CSR untuk Pemberdayaan Ekonomi Lokal. Indonesia
Business Link. Jakarta.
Prof. Thoby Mutis. 2011. Aldeanomics dan Globality.