Makalah Kenaikan Dan Pembatasan BBM Bers

Makalah Kenaikan Dan Pembatasan BBM Bersubsidi
Latar Belakang
Bahan bakar adalah suatu materi apapun yang bisa diubah menjadi energi. Biasanya bahan bakar
mengandung energi panas yang dapat dilepaskan dan dimanipulasi. Kebanyakan bahan bakar
digunakan manusia melalui proses pembakaran dimana bahan bakar tersebut akan melepaskan panas
setelah direaksikan dengan zat CO2 di udara. Proses lain untuk melepaskan energi dari bahan bakar
adalah melalui reaksi eksotermal dan reaksi nuklir (seperti Fisi atau fusi Nuklir). Hidrokarbon
(termasuk di dalamnya bensin dan solar) sejauh ini merupakan jenis bahan bakar yang paling sering
digunakan manusia. Bahan bakar lainnya yang bisa dipakai adalah logam radioaktif, makanya dari itu
bahan bakar minyak terutama solar,premium dan pertamax menjadi bahan bakar minyak yg sangat
diincar masyarakat luas dan menjadi bhan bakar unggulan yang di beli setiap hari sebagai bahan bakar
kendaraan , maka oleh karena itu kenaikan harga bbm sangat berpengaruh terhadap masyarakat
terutama kolongan menengah kebawah terutama untuk bahan bakar premium .
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui kenaikan dan pembatasan bbm kepada masyarakat luas , dan untuk membuka mata
pemerintah akan dampak baik maupun buruk jika bbm bersubsidi dibatasi dan harganya melunjak
pesat .
BAB II PEMBAHASAN
KENAIKAN HARGA BBM
Bahan bakar minyak (BBM) akan dinaikkan mulai 1 April, 2012. Keputusan pemerintah untuk
menaikkan harga BBM bersubsidi dari yang semula harganya 4500 Rupiah per liter menjadi 6000

Rupiah per liternya lantas menuai banyak protes dari banyak pihak. Kondisi masyarakat yang selama
ini jauh dari nilai sejahtera bukannya sedikit tertolong dengan kinerja pemerintah malah semakin
merasa terjepit dengan keputusan dinaikkannya harga BBM. Warga dengan kadar ekonomi yang
serba pas-pasan selama ini sudah sangat terbebani dengan harga bahan bakar minyak yang mencapai
4500 Rupiah per liternya, sangat disayangkan bukannya ada penurunan harga yang terjadi justru
kenaikan yang jauh dari kemampuan masyarakat. Kabar akan dinaikkannya harga BBM membuat
masyarakat bawah merasa sangat cemas. Bagaimana tidak, untuk mencukupi kebutuhan pangan
mereka sehari-hari saja mereka sudah kedodoran apalagi ditambah dengan naiknya harga bahan bakar
minyak.
Pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga bahan bakar bersubsidi dengan alasan naiknya harga
minyak dunia. Naiknya harga minyak dunia dijadikan sebagai alasan mengapa harga BBM bersubsidi
dalam Negeri ikut dinaikkan. Jika dilihat dari satu sisi, mungkin keputusan pemerintah untuk
menaikkan harga BBM memang tepat. Tapi, seharusnya pemerintah juga memperhatikan kondisi
masyarakat kecil. Mungkin pemerintah belum juga menyadari bahwa Indonesia ini adalah diantara
Negara termiskin dengan puluhan juta rakyatnya yang tidak memiliki pekerjaan. Mestinya pemerintah
lebih bersikap realistis dan prihatin terhadap kondisi warganya. Pemerintah harusnya bisa mengambil
sikap yang lebih tepat dan mempertimbangkan banyak hal.
Demonstrasi menolak kenaikan harga BBM terjadi dimana-mana. Mahasiswa yang merasa terpanggil
untuk menyuarakan aspirasi dan hak-hak rakyat kecil terus berupaya melakukan aksi protes
dinaikkannya harga BBM. Ternyata mahasiswa jauh lebih mengerti kondisi masyarakat daripada

dewan perwakilan rakyat (DPR) yang seharusnya menjadi pengurus dan pensejahtera rakyat.
PEMBATASAN BBM BERSUBSIDI
Pemerintah kembali menegaskan pembatasan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) subsidi akan
tetap berlaku mulai 1 April 2012. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik mengatakan,
pembatasan BBM subsidi akan dilakukan secara bertahap.

Salah satu pilihan yang akan dilakukan adalah mengkonversi BBM ke bahan bakar gas. “April, kami
mulai konversi secara bertahap, tidak serta merta seluruhnya.” kata Jero Wacik, Senin (20/2/2012).
Pilihan berikutnya adalah berpindah ke bahan bakar minyak non subsidi, Namun, Jero Wacik
mengatakan, pilihan ini tersebut dinilai terlalu berat bagi masyarakat. “Muncul belakangan adalah
soal pengurangan subsidi per liter, bukan menaikkan harga karena itu dilarang undang-undang,”
lanjutnya.
Soal kebijakan pengurangan subsidi ini, pemerintah akan mengajukan dalam APBN Perubahan. “Itu
yang sedang disiapkan oleh Kementerian Keuangan, sedang proses dan kalau sudah selesai akan
dibahas bersama Komisi VII DPR,” katanya..
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementrian ESDM Evita Herawati Legowo
menambahkan, program pembatasan BBM subsidi akan dimulai diterapkan mulai dari instansi
pemerintah terlebih dahulu. Ia mengatakan, soal aturan kendaraan instansi pemerintah menggunakan
bahan bakar yang tidak disubsidi sebenarnya sudah dihimbau dalam Instruksi Presiden Nomor 13
Tahun 2011 tentang penghematan energi. “Di aturan tersebut masih dihimbau, tapi sekarang

diwajibkan untuk instansi pemerintah.”
Mobil-mobil pemerintah yang diwajibkan menggunakan terutama adalah mobil instansi yang
digunakan oleh pejabat negara, belum termasuk untuk kendaraan para anggota dewan atau para
pegawai instansi pemerintah. Mobil instansi nantinya diarahkan untuk beralih ke bahan bakar gas atau
menggunakan bahan bakar minyak non subsidi seperti Pertamax.
Sementara itu untuk pembatasan bagi masyarakat, masih belum diputuskan kepastiannya. Saat ini
pemerintah masih menanti hasil kajian yang dilakukan oleh Universitas Indonesia dan Institut
Teknologi Bandung.
Hasil kajian berkutat seputar program diversifikasi bahan bakar ke gas, mekanisme pembatasan
konsumsi BBM subsidi, atau pengurangan subsidi per liter. “Ini masih kami kaji, kalau dikurangi
seberapa dan dampak-dampaknya,” jelasnya.
DAMPAK DARI PERMASALAHAN
Dampak apabila pemerintah pada tanggal 1 April nanti memberlakukan kebijakan tersebut bisa di
lihat dari :
Tingkat kemiskinan Negara Indonesia akan meningkat, karena apabila pemerintah memang benar –
benar memberlakukan kebijakan tersebut dapat di pastikan akan lebih banyak angkatan kerja yang
kehilangan pekerjaan ( PHK ) dan makin banyak pengangguran di Indonesia.
Harga bahan pokok seperti beras, gula, cabe, garam, dan lain – lain akan derastis naik.
Tingkat Kriminalitas bertambah, di karenakan masyarakat kecil yang terdesak dan bingung bagaimana
cara mereka memperoleh makanan sedangkan harga makanan naik, lalu mereka akan melakukan

tindakan kriminal.
Akan terjadi banyak kerusuhan, dapat di pastikan kembali semua golongan akan menolak kebijakan
pemerintah ini. Maka golongan – golongan tersebut seperti mahasiswa ormas – ormas masa, serikat –
serikat rakyat akan mengadakan demo agar aspirasi mereka untuk masalah bbm ini dapat di perbaiki.
SOLUSI MENGHADAPI MASLAH KENAIKAN BBM
Menurut saya sebagai Mahasiswa dan bagian dari masyarakat rakyat INDONESIA. Keputusan
pemerintah untuk menaikan dan membatasi bahan bakar minyak (bbm) ada baik dan buruk nya. Di
satu sisi pemerintah memberlakukan kebijakan tersebut karena ingin mengurangin beban pengeluaran
negara atas pembelian minyak mentah yang di katan harga minyak mentah sekarang ini sudah naik.

Namun , buruk nya dari dua kebijakan tersebut yang membatasi dan menaikan harga bbm itu sangat
lah di tentang banyak masyarakat hampir semua golongan menentang kebijakan pemerintah untuk
menaikan harga bbm dan membatasi bbm bersubsidi.
Solusi atau jalan keluar menurut saya, lebih baik pemerintah membatalkan kebijakan untuk menaikan
harga bbm. Tetapi tetap menjalankan kebijakan pembatasan penggunaan bbm. Seperti pemerintah
memberlakuan mobil – mobil pribadi hanya boleh membeli maximal 20 liter bbm bersubsidi dalam
sehari. Atau mewajibkan mobil – mobil pribadi menggunakan bbm non subsidi ( pertamax dan
pertamax + ) agar bbm bersubsidi dapat di gunakan oleh orang yang tepat ( kalangan menengah
kebawah ) .
Kendaraan umum dan kendaraan roda dua ( sepeda motor ) lah yang yang mungkin pantas

menggunakan bbm bersubsidi. Karena penggunaan kendaraan umum dan sepeda motor itu rata – rata
penggunanya adalah semua golongan. Baik mengengah ke atas maupun menengah ke bawah.
BAB III KESIMPULAN
Terimakasih dan mohon maaf sebelumnya apabila ada salah dalam penulisan makalah tersebut. Dan
dapat di simpulkan Kebijakan pemerintah untuk menaikan harga bbm dan membatasi penggunaan
bbm bersubsidi itu sangat nya menuai pro dan kontra. Dari segi aspek negara pemerintah sangat
mengharuskan melakukan kebijakan tersebut agar angaran belanja minyak mentah dapat di tangani.
Namun satu sisi banyak masyarakat yang menentang kebijakan tersebut. Masyarakat merasa tercekik
atas kebijakan pemerintah tersebut. Dan banyak para ormas dan mahasiswa yang tergerak hati kecil
nya untuk membela hak rakyat kecil sehingga banyak terjadi demo di mana mana untuk meminta
keadilan agar tidak ada pihak yang merasa di rugikan.
Saran :
Pemerintah harusnya memberi kebijakan yang lebih adil dan seharusnya bisa membantu dan
memikirkan kepintingan rakyat banyak. Dengan keadaan yang sudah ada kondisi bbm bersubsidi
seharga 4500/liter saja masih banyak warga yang kesulitan memperolehnya. Bagai mana jika di
naikan menjadi 6000/liter ? bukan nya membantu, maka akan sebalik nya akan banyak rakyat yang
tersiksa atas kebijakan pemerintah tersebut. Sebaiknya pemerintahan membuat kebijakan negara yang
dapat membantu rakyat banyak juga.

Rencana pembatasan penggunaan BBM bersubsidi terus mengalami tarik ulur. Medio April-Mei lalu

dikatakan akan diterapkan mulai September 2010 ini, tapi sampai minggu keempat September belum
terealisasi pula dan muncul wacana akan dilaksanakan mulai Oktober 2010. Tapi ironisnya, belum
muncul skema yang jelas mengenai implementasi pembatasan BBM bersubsidi tersebut. Terkesan ada
tarik ulur kepentingan terhadap rencana pembatasan BBM bersubsidi tersebut. Menteri Keuangan
Agus Martowardojo selalu mengingatkan pembatasan BBM bersubsidi itu mutlak dilaksanakan
karena bila tidak, penggunaan BBM bersubsidi akan melewati target yang telah ditetapkan dalam
APBNP sebesar 36,5 juta kiloliter (kl). Sekarang sudah melampaui target tersebut, yaitu telah
mencapai 38,6 juta kiloliter.
Mengapa terjadi tarik ulur? Tidak lain karena dimensi politiknya jauh lebih besar daripa
dimensi ekonominya. Dimensi politik yang dimaksudkan adalah siapa yang berhak dan/atau dibatasi
menggunakan BBM bersubsidi? Keputusan terhadap siapa yang berhak/ tidak berhak menggunakan
BBM bersubsidi itu merupakan keputusan politis yang tidak populer. Bila pembatasan penggunaan
BBM bersubsidi itu hanya diberlakukan terhadap mobil-mobil baru atau mewah, itu akan mengenai
para pengambil kebijakan yang kebetulan memiliki mobil-mobil tersebut. Atau paling tidak akan
mendapat tentangan dari golongan menengah ke atas. Sedangkan bila pembatasan ditujukan kepada
pengguna sepeda motor yang jumlahnya lebih banyak, mereka akan berhadapan dengan massa yang
tidak terhitung pula. Bila pembatasan bagi semua jenis kendaraan bermotor, maka akan berhadapan

dengan kelompok resisten yang lebih banyak lagi. Atas dasar pertimbangan politis semacam itulah
rencana pembatasan BBM bersubsidi itu terus mengalami tarik ulur.

Pada awal perencanaan, sempat muncul ide untuk membatasi penggunaan BBM bersubsidi itu
pada sepeda motor karena jumlahnya paling banyak. Tapi kemudian ide tersebut diprotes dengan
alasan dikriminatif terhadap golongan kecil, karena diyakini bahwa pengguna sepeda motor adalah
cenderung menengah ke bawah. Lalu pemikiran pun bergeser pada mobil-mobil terbaru dan atau
mobil yang CC-nya besar. Mobil terbaru dan ber-CC besar diasumsikan sebagai kendaraan yang
hanya dapat dibeli oleh orang kaya, oleh karena itu pantas untuk dibatasi menggunakan BBM
bersubsidi.
Secara logika, pembatasan penggunaan BBM bersubsidi untuk mobil terbaru dan ber-CC
besar itu logis. Sebab hanya mereka dengan penghasilan minimum Rp. 10 juta per bulan saja yang
bisa membelinya. Meskipun demikian, hal yang logis itu tidak secara otomatis mudah
diimplementasikan di lapangan, karena adanya conlict of interest dari para pengambil kebijakan, yaitu
akan mengenai diri para pengambil kebijakan, karena sebagian pemilik mobil terbaru dan ber-CC
besar itu adalah milik para pengambil kebijakan. Apakah mungkin seseorang akan membuat kebijakan
yang hasilnya memberatkan dirinya sendiri? Rasanya muskil. Inilah pangkal alotnya menerapkan
kebijakan pembatasan BBM bersubsidi yang sebetulnya secara teknis dan ekonomis mudah
diterapkan.
Secara teknis implementasi pembatasan BBM bersubsidi pada mobil terbaru dan ber-CC
besar itu tidak ada kesulitan, karena petugas SPBU di lapangan pun akan dengan mudah mengenali
apakah mobil yang akan mengisi BBM itu mobil baru/lama atau apakah mobil ber-CC kecil atau
besar. Jadi kontrolnya cukup diserahkan kepada petugas SPBU di lapangan. Mereka tidak akan

melakukan manipulasi atau kongkalingkong dengan pemilik mobil terbaru dan atau ber-CC tinggi
karena itu menyangkut kelangsungan bisnis mereka. Bila mereka mengisikan BBM bersubsidi kepada
mobil terbaru dan ber-CC besar, mereka tentu akan rugi sendiri karena harus nombok pada saat
membayar kepada Pertamina. Jadi secara teknis, pengawasan di lapangannya pun tidak masalah; yang
diperlukan sekarang adalah kemauan politik untuk mengimplementasikan rencana tersebut.
Perbaikan Angkutan Umum
Sebagai orang yang setia menggunakan angkutan umum, saya setuju dengan kebijakan
pembatasan penggunaan BBM, baik bersubsidi maupun tidak bersubsidi dengan dua alasan: Pertama,
cadangan BBM kita terbatas. Bila dihabiskan oleh generasi sekarang saja, maka kasihan generasi
mendatang yang tidak mempunyai BBM sendiri dan terpaksa harus impor. Mereka harus membayar
mahal untuk mendapatkan hal yang sama dengan yang kita nikmati sekarang. Ini menjadikan kita
sebagai generasi yang kurang bijak.
Di negara mana pun, terlebih di negara-negara maju, harga BBM dan parkir kendaraan
pribadi itu sangat tinggi. Bahkan di India –yang negaranya selevel dengan Indonesia—pun, harga
BBM itu dua kali lipat dari harga BBM di Indonesia. Tujuannya agar orang hemat BBM, tidak
menggunakannya secara boros seperti di Indonesia.
Kedua, penggunaan BBM yang berlebihan berdampak buruk terhadap polusi udara dan suara,
yang kemudian menimbulkan penyakit ISPA (Inspeksi Saluran Pernafasan Akut). Juga turut
mempercepat pemanasan global, baik di kota-kota besar maupun pedesaan. Padahal, Pemerintah
sendiri mempunyai program menurunkan emisi gas buang, terutama yang ditimbulkan oleh kendaraan

bermotor. Kebijakan penurunan gas buang itu hanya akan berhasil bila disertai dengan pembatasan
penggunaan kendaraan bermotor, yang identik dengan pembatasan penggunaan BBM.
Menurut Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), realisasi konsumsi BBM
bersubsidi diperkirakan telah mencapai 38,6 juta kiloliter (kl), dengan rincian premium 23,19 juta kl,
minyak tanah 2,3 juta kl, dan solar 13 juta kl. Jumlah ini di atas kuota yang ditetapkan dalam APBNP
2010, di mana premium hanya dipatok 21,45 juta kl, sedangkan minyak tanah 3,8 juta kl, sedangkan
solar 11,25 juta kl (Kompas, 31/8 2010). Secara nominal, kelebihan kuota tersebut telah memakan
subsidi Rp. 10 triliun. Menurut penulis, jauh lebih bijak bila ada pembatasan penggunaan BBM
bersubsidi dan kemudian dananya dialokasikan untuk pembangunan dan perbaikan angkutan umum.
Secara ekonomis dan politis, jauh lebih menguntungkan bila mengalihkan subsidi BBM untuk
membangun dan memperbaiki angkutan umum massal. Tetap mengalokasikan sebagai subsidi BBM
itu akan habis pada tahun ini pula dan subsidinya makin meningkat. Tapi bila mengalihkan subsidi

BBM itu untuk investasi pembangunan dan perbaikan angkutan umum massal, tingkat
kemanfaatannya akan berlangsung lama dan makin tahun subsidinya menurun karena yang diperlukan
hanya subsidi untuk operasional saja. Sebagai contoh, bila subsidi dari kelebihan kuota sebesar Rp. 10
triliun itu dialihkan untuk membangun jalur bus (busway) dan pengadaan busnya, maka itu akan dapat
dipakai untuk membangun di 20 kota dan masing-masing kota dapat membangun dua koridor busway.
Atau bila sebagian dipakai untuk membeli gerbang kereta baru, itu akan dapat mengangkut
penumpang lebih banyak lagi. Baik jalur bus (busway) maupun gerbang kereta memiliki tingkat

kemanfaatan lama, dibandingkan untuk subsidi BBM.
Pengembangan dan perbaikan angkutan umum itu tidak hanya di kota-kota besar saja, tapi
juga kota kecil dan pedesaan agar seluruh wilayah di Indonesia memiliki prasarana dan sarana
angkutan umum yang aman, nyaman, dan terjangkau; sehingga memberikan alternatif bagi warga
untuk melakukan mobilitas geografis secara lancar tanpa harus tergantung pada kendaraan pribadi
yang boros BBM.
Kecuali perlunya penyediaan prasarana dan sarana angkutan umum massal, Pemerintah dan
Pemerintah Daerah (Pemda) harus lebih peduli pada keberadaan jalur khusus non motor, baik itu
untuk sepeda, becak, gerobak, maupun pejalan kaki. Kementrian dan Dinas Pekerjaan Umum (PU)
perlu memiliki perspektif tentang pentingnya keberadaan jalur khusus non motor tersebut. Oleh sebab
itu, kota-kota atau daerah-daerah yang memiliki jalur khusus non motor jangan dihilangkan hanya
untuk memfasilitasi kendaraan bermotor saja. Keberadaan jalur tersebut tetap diperlukan agar tidak
semua perjalanan dilaksanakan dengan kendaraan bermotor, tapi juga dapat dilakukan dengan
kendaraan tidak bermotor yang tidak memakai BBM dan tidak berpolusi.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, sudah jelas sekali bila BBM, baik bersubsidi
maupun tidak bersubsidi harus dibatasi penggunaannya agar tidak boros dan menimbulkan dampak
buruk bagi kita semua. Boros dalam pengertian penghamburan BBM untuk generasi sekarang saja dan
penyedotan anggaran negara untuk subsidi BBM saja. Sedangkan berdampak buruk, baik untuk
lingkungan maupun kesehatan.
Pemerintah mestinya tegas, bahwa kebijakan yang jelas rasional dan mudah dilaksanakan itu

secepatnya dieksekusi, jangan ragu, maju-mundur terus hanya demi menjaga citra populis. Yang
terpenting adalah menyediakan alternatif bagi masyarakat untuk melakukan mobilitas geografis secara
lancar dengan menyediakan angkutan umum massal yang aman, nyaman, dan terjangkau; serta
mengembangkan moda angkutan tidak bermotor. Oleh sebab itu, Pemerintah juga dituntut konsisten
agar mengalihkan subsidi BBM itu untuk pembangunan dan perbaikan angkutan umum massal di
kota-kota maupun pedesaan. Sejauh ada konsistensi kebijakan, maka tidak perlu dikhawatirkan bahwa
masyarakat akan berdemontrasi menolak pembatasan BBM bersubsidi tersebut.
Pengalihan subsidi BBM untuk membangun infrastruktur dan sarana angkutan umum massal
yang bagus akan diperoleh keuntungan ganda. Pertama, mengurangi kemacetan di kota-kota besar
sehingga produktivitas warga naik. Kedua, secara otomatis mengurangi penggunaan kendaraan
pribadi. Masyarakat akan berhitung cermat, bila naik kendaraan pribadi lebih mahal dan kurang
nyaman, tentu lebih baik naik angkutan umum yang lebih murah, aman, dan nyaman. Untuk itulah
tidak perlu ada tarik ulur dalam mengimplementasikan pembatasan penggunaan BBM bersubsidi.
BBM bersubsidi dikhususkan untuk angkutan umum (orang dan barang) saja serta industri
agar harga barang-barang murah. Kekeliruan selama ini adalah harga BBM untuk industri tinggi,
sehingga berdampak pada tingginya harga barang-barang yang harus dibeli masyarakat. Dengan
membuat harga-harga dan tersedia angkutan umum yang murah pula, kesejahteraan masyarakat akan
meningkat, sehingga pembatasan penggunaan BBM bersubsidi tidak akan mendapat perlawanan
karena berdampak positip bagi kesejahteraan warga.
Kenaikan Harga BBM Bersubsidi, Pro Dan Kontra
Kenaikan harga BBM bersubsidi mau tidak mau akhirnya datang juga. Berbagai reaksi dari
masyarakat timbul dengan gencar baik yang pro maupun yang kontra. Yang pro tentunya pemerintah
yang juga didukung Kadin, sebenarnya tidak menginginkan terjadinya kenaikan harga BBM
bersubsidi, namun kondisi dan kenyataan yang terjadi memaksa pemerintah untuk mengambil
kebijakan yang non-populis. Di sisi lain, yang kontra terhadap kenaikan BBM mulai dari anggota
DPR, DPRD, kalangan mahasiswa dari berbagai universitas, petani, nelayan, angkutan umum dan
masih banyak lagi mereka semua menolak kenaikan harga BBM. Diantara yang pro dan kontra
terhadap kebijakan kenaikan harga BBM tersebut terdapat kelompok yang abstain. Mereka ini tidak

ikut demo, pasrah, harga BBM tidak naik syukur, kalau BBM naik monggo kerso. Mereka juga
sebenarnya berharap harga BBM tetap, karena dengan kenaikan BBM akan mengakibatkan tambahan
pengeluaran mereka sehari-hari, tetapi tetap menerima.
Sudah jelas pemerintah dengan perangkatnya beserta jajarannya akan mendukung kenaikan
harga BBM bersubsidi karena gaji mereka dibayar dari APBN dan mereka pula yang menerbitkan
kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi untuk menyelamatkan APBN. Selama APBN aman, gaji
mereka tetap aman. Namun bukan alasan itu yang menjadi dasar kebijakan kenaikan harga BBM.
Kebijakan itu dikeluarkan setelah melalui kajian dan berbagai pertimbangan yang masak serta dengan
memperhitungkan dampak positif dan negatifnya yang memang pada akhirnya kenaikan harga BBM
lah yang dianggap paling tepat untuk dilakukan. Tujuannya bukan hanya untuk menyelamatkan
APBN, tapi juga untuk menyelamatkan penyelenggaraan kegiatan negara lainnya seperti pelayanan
kesehatan, pendidikan, sosial, ekonomi dan lainnya. Bahkan Kadin ikut menganjurkan agar
pemerintah menaikkan harga BBM untuk memberikan kepastian bagi dunia usaha. Dari kalangan
masyarakat yang setuju dengan kenaikan BBM antara lain diperoleh pendapat bahwa harga BBM
wajar naik karena harga minyak mentah yang merupakan bahan pokoknya juga meningkat. Pendapat
lain mengatakan harga BBM perlu naik agar masyarakat berhemat dan efisien dalam menggunakan
BBM. Sementara seorang PNS mengatakan bahwa ia setuju harga BBM naik, karena mengurangi
subsidi untuk BBM yang akan terbuang percuma, lebih baik dana subsidi digunakan untuk kesehatan
atau pendidikan. Pendapat yang lebih ekstreem berpendapat bahwa sebaiknya subsidi sebaiknya
dihapus, dananya dialihkan untuk BLT dan harga BBM disesuaikan dengan harga pasar.
Dari kalangan yang kontra atau tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM, diantaranya
adalah sebagian anggota DPR. Ada yang mengatakan bahwa kebijakan kenaikan harga BBM kurang
tepat untuk saat ini, karena akan menambah beban rakyat yang sedang menghadapi berbagai tekanan
ekonomi seperti kenaikan harga pangan. Beberapa alasan yang dikemukakan dari kalangan ibu rumah
tangga, petani, mahasiswa, elite politik, LSM maupun kalangan masyarakat lainnya yang tidak setuju
terhadap adanya kenaikan harga BBM bersubsidi antara lain : akan mengakibatkan efek berantai
terhadap harga kebutuhan pokok rakyat, pemerintah terlalu terburu-buru menerbitkan kebijakan,
pemerintah malas dan hanya mencari jalan pintas, akan mengakibatkan semakin meluasnya masalah
kemiskinan, dapat memicu konflik sosial dalam masyarakat, memperparah masalah pengangguran,
akan memicu kenaikan harga barang lainnya, biaya transportasi dan inflasi Kelompok masyarakat
yang netral atau abstain terhadap kenaikan harga BBM punya alasan tersendiri. Mereka lebih banyak
diam menunggu perkembangan dan tampaknya lebih mencari aman. Kelompok ini sebagian besar
berasal dari warga kelas menengah dan warga keturunan serta sebagian masyarakat terpelajar baik
kelas atas, menengah maupun bawah yang nrimo apapun kebijakan yang diambil pemerintah selama
hak mereka tidak berkurang. Seorang PNS mengatakan bahwa kalau harga BBM naik kasihan para
tukang ojek harus menambah biaya, namun kalau tidak naik APBN kita payah, jadi terserah
pemerintah saja, katanya. Beberapa alasan lain yang dapat diperoleh dari kelompok yang abstain ini
antara lain : ibarat buah simalakama, percuma ikut demo penolakan kenaikan BBM, toh akhirnya naik
juga, serahkan kepada pemerintah, pemerintah yg lebih mengetahui situasinya, lebih senang kalau
harga BBM tidak naik, tapi kalau pemerintah maunya naik mau bilang apa Diantara yang pro, kontra
maupun yang abstain yang paling banyak dimuat beritanya adalah mereka yang menolak kenaikan
BBM. Seperti misalnya berita tentang adanya aksi demo penolakan kenaikan BBM yang marak di
berbagai daerah di Jawa, Sulawesi dan Sumatera dan tempat lainnya di Indonesia yang disiarkan
berbagai media cetak dan elektronik serta internet. Padahal, yang setuju juga banyak, tapi beritanya
tidak segencar berita aksi penolakan kenaikan harga BBM. Apalagi yang abstain, hampir tidak ada
beritanya sama sekali. Hal ini wajar, karena mungkin di balik penyebaran berita aksi penolakan
kenaikan harga BBM tersebut terdapat tujuan politis tertentu.
Terlepas dari ajang pro dan kontra, pemerintah telah memutuskan untuk menaikkan harga
BBM bersubsidi dan memang demikian kenyataan yang harus dihadapi oleh negara dan masyarakat.
Walaupun akan dirasakan berat dampaknya, namun kebijakan itulah yang saat ini dianggap
pemerintah paling pas.
Dari artikel di atas tentang kenaikan harga bahan bakar dampak yang sangat luas tidak hanya
pada biaya dengan kenaikan harga BBM, tetapi juga barang-barang penting secara otomatis akan naik
harga dan mereka akan berpikir negatif kepada pemerintah untuk tidak memikirkan orang-orang yang
miskin semakin terbebani karena kenaikan harga BBM berdampak. meskipun fakta bahwa pemerintah

berpendapat bahwa kenaikan harga BBM adalah untuk menghemat anggaran negara dan juga akan
meningkatkan fasilitas publik yang lebih baik daripada memulai pendidikan, transportasi, kesehatan,
sosial dan ekonomi.
Oleh karena itu beberapa waktu sebelum kenaikan harga BBM diumumkan banyak aktivis,
mahasiswa, pekerja, atau orang-orang yang menolak kenaikan harga BBM adalah untuk mengambil
tindakan di banyak daerah mereka beralasan efek demonstrasi akan menghasilkan efek berantai pada
harga kebutuhan dasar rakyat, terlalu masalah kebijakan pemerintah yang terburu-buru, pemerintah
malas dan hanya mencari jalan pintas, dan akan menyebabkan kemiskinan yang semakin meluas,
Dengan kenaikan harga BBM, pemerintah berharap untuk menaikkan gaji orang-orang yang bekerja
sehingga mereka dapat menutupi biaya - biaya yang meningkat akibat kenaikan harga BBM.