Etbis Etika Dalam Praktik Auditing Dan Konsultan Manajemen

Etika dalam Praktik Auditing dan Konsultan Manajemen
A. ETIKA DALAM PRAKTIK AUDITING
Secara garis besar etika dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral
yang dimiliki oleh setiap orang. Dalam hal ini kebutuhan etika dalam masyarakat sangat
mendesak sehingga sangatlah lazim untuk memasukkan nilai-nilai etika ini ke dalam undangundang atau peraturan yang berlaku di negara kita. Banyaknya nilai etika yang ada tidak
dapat dijadikan undang-undang atau peraturan karena sifat nilai-nilai etika sangat tergantung
pada pertimbangan seseorang.
A.1 PRINSIP-PRINSIP ETIKA
Prinsip etika seorang auditor terdiri dari enam yaitu:
a) Rasa Tanggung Jawab (responsibility) mereka harus peka serta memiliki
pertimbangan moral atas seluruh aktivitas yang mereka lakukan.
b) Kepentingan Publik, auditor harus menerima kewajiban untuk bertindak sedemikian
rupa agar dapat melayani kepentingan orang banyak, menghargai kepercayaan publik,
serta menunjukan komitmennya pada profesionalisme.
c) Integritas, yaitumempertahankan dan memperluas keyakinan publik.
d) Obyektivitas dan Indepensi, auditor harus mempertahankan obyektivitas dan terbebas
dari konflik antar kepentingan dan harus berada dalam posisi yang independen.
e) Due care, seorang auditor harus selalu memperhatikan standar tekhnik dan etika
profesi dengan meningkatkan kompetensi dan kualitas jasa, serta melaksanakan
tanggung jawab dengan kemampuan terbaiknya.
f) Lingkup dan sifat jasa, auditor yang berpraktik bagi publik harus memperhatikan

prinsip-prinsip pada kode etik profesi dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang
disediakannya.
A.2 DILEMA ETIKA SEORANG AUDITOR
Setiap profesi pasti pernah mengalami dilema etika. Dilema etika merupakan situasi yang
dihadapi oleh seseorang dimana ia merasa bingung untuk mengambil suatu keputusan tentang
perilaku apa yang seharusnya dilakukan. Banyak alternatif untuk menyelesaikan dilemadilema etika, hanya saja diperlukan suatu perhatian khusus dari tiap individu untuk
menghindari rasionalisasi tindakan-tindakan yang kurang atau bahkan tidak etis.

A.3 PEMBELAJARAN UNTUK PARA AUDITOR DI INDONESIA
Belajar dari kasus Mulyana W Kusumah, tampaknya rakyat Indonesia masih harus
menunggu dalam waktu yang cukup lama untuk memperoleh pemerintahan yang kredibel,
akuntabel, dan transparan, sehingga tidak terjadi kecurangan atau korupsi..Banyak hal yang
harus dipelajari, dipahami, dan dilaksanakan, dan semua ini butuh waktu dan melibatkan
berbagai pihak dengan berbagai kepentingan. Seandainya, pemerintah Indonesia mempunyai
kemampuan teknis bagaimana meyakinkan bahwa dana yang disalurkan telah dikelola
dengan benar, transparan, dan akuntabel oleh penerima kerja, maka pencegahan korupsi bisa
dijalankan.
Hal yang pertama standar-standar etika pribadi menghendaki adanya suatu berkomitmen
etika yaitu suatu keteguhan hati untuk bertindak sesuai etika. Selanjutnya kita harus memiliki
suatu kemampuan untuk mengamati implikasi-implikasi etika dari sebuah situasi.


A.4 MODEL UMUM UNTUK MEMBUAT KEPUTUSAN BERETIKA
Berikut adalah model yang digunakan oleh seorang CPA dalam pekerjaan mereka:
1) Mengumpulkan /mengidentifikasi semua fakta-fakta yang relevan tentang situasi yang
menimbulkan isu etika dan membuat suatu kebutuhan untuk suatu keputusan beretika.
2) Memikirkan individu-individu/kelompok-kelompok yang akan terkena dampaknya.
3) Memikirkan akibat-akibat alternatif dai suatu tindakan.
4) Memikirkan hasil-hasil yang mungkin sebagai konsekuensi yang diakibatkan tindakan
tersebut.
5) Membandingkan akibat-akibat tindakan tersebut dengan pertanyaan-pertanyaan etika
yang timbul.
6) Memilih suatu alur aksi diantara alternatif-alternatif tersebut.
A.5 KODE ETIKA PROFESIONAL DALAM PROFESI AKUNTAN
Kode ini menjelma dalam kode etik profesional AKDA, ada 3 karakteristik dan halhal yang ditekankan untuk dipertanggungjawabkan oleh CPA kepada publik.
1. CPA harus memposisikan diri untuk independen, berintegritas, dan obyektif.
2. CPA harus memiliki keahlian teknik dalam profesinya.
3. CPA harus melayani klien dengan profesional dan konsisten dengan tanggung jawab
mereka kepada publik.

A.7 PERATURAN PERILAKU PROFESIONAL


Peraturan perilaku profesional lebih spesifik karena menunjukkan aksi dan hubungan
CPA, dan jika CPA tidak menaati/melanggar kode etik peraturan ini mengakibatkan sanksi
dari AICPA.

A.8 BAGIAN 100-PERATURAN 101. INDEPENDENSI
Peraturan 101 mengenai independensi menyatakan “seorang CPA yang berpraktik
publik harus independen dalam memberikan jasa profesional sebagaimana disyaratkan oleh
standar resmi yang dikeluarkan oleh dewan.” Sebagaimana telah dibahas bab I, tidak peduli
bagaimana kompetennya seorang CPA, pendapat CPA atas laporan keuangan akan berkurang
nilainya bagi para pemakai kecuali CPA mempertahankan independensi. Peraturan 101
memasyaratkan independensi, telaah dan penugasan atestasi lainnya.

A.9 HUBUNGAN KEUANGAN-KEPENTINGAN KEUANGAN TIDAK LANGSUNG
Kepentingan keuangan tidak langsung yang material dapat mengurangi independensi.
Kepentingan seorang CPA dapat mengurangi independensi jika memiliki kepentingan
keuangan dalam suatu kesatuan yang memiliki suatu kepentingan keuangan terhadap klien
audit.

A.10 HUBUNGAN KEUANGAN PINJAMAN DARI KLIEN AUDIT

Peraturan mengenai independensi melarang pinjaman ke/dari klien audit, akan tetapi
pinjaman dari lembaga keuangan adalah dimaklumi dalam situasi tertentu jika pinjaman
dibuat menurut persyaratan pinjaman normal.

A.11 HUBUNGAN KEUANGAN-TUNTUTAN HUKUM KLIEN
Independensi dapat berkurang jika seorang klien audit memulai atau berniat untuk
mengajukan tuntutan hukum terhadap kinerja audit CPA. Terdapat 2 ciri penting tentang
audit:

1. Klien aaudit harus bersedia untuk mengungkapkan seluruh aspek dari operasi bisnis
kepada auditor.
2. Sebaliknya, auditor harus obyektif dalam penilaian tearhadap hasil laporan keuangan.

A.12 HUBUNGAN MANAJERIAL ATAU KARYAWAN-POSISI DENGAN KLIEN
Umumnya auditor akan independen jika mereka dihubungkan dengan audit klien
sebagai karyawan, pegawai, direktur atau posisi yang sama selama periode penugasan
profesional mereka atau pada waktu mengungkapkan suatu opini. Anggota dapat
dihubungkan dengan laporan keuangan dari organisasi amal, keagamaan, atau yang
memikirkan kepentingan umum jika mereka hanya direktur atau trustee (wali) honorer dari
organisasi tersebut.

A.13 HUBUNGAN MANAJERIAL ATAU KARYAWAN-JASA AKUNTANSI UNTUK AUDIT
KLIEN
Di bawah kondisi tertentu auditor dapat memberikan jasa auditing dan pembukuan
untuk klien yang sama. Satu alasan untuk membolehkan hubungan tersebut adalah bahwa
auditor menilai kewajaran dari hasil keputusan operasi manajemen bukan kebijaksanaan dari
keputusan. Syarat- syaratnya:
1. Klien harus menerima tanggung jawab atas laporan keuangan. Ketika diperlukan,
auditor harus membantu kliennya untuk memahami masalah-masalah akuntansi
secukupnya agar klien dapat menjalankan tanggnug jawabnya..
2. Auditor tidak boleh menjadi pegawai/manajemen. Ini berarti bahwa sebaiknya auditor
tidak memberi kuasa atas transaksi, pemeliharaan atas harta klien atau kuasa
penugasan pada kepentingan klien.
3. Ketika laporan keuangan disiapkan dari buku dan catatan yang dikelola oleh auditor,
auditor tersebut harus menaati standar audit yang berlaku umum.

A.14 HUBUNGAN MANAJERIAL ATAU KARYAWAN-INDEPENDENSI AUDITOR DAN
JASA KONSULTASI MANAJEMEN
Seorang CPA tidak akan kehilangan independensinya saat melakukan jasa konsultasi
manajemen untuk klien audit karena konsultasi manajemen tidak meliputi suatu pendapat
tentang kewjaran dari suatu laporan keuangan.


Pelaksanaan tugas audit, seorang auditor dituntut untuk bersikap dan bertindak
independen dan objektif. Independen berarti bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan atau
tidak tergantung kepada pihak lain termasuk memberi penugasan. Objektif berarti sikap
tidak memihak dalam mempertimbangkan fakta. Objektivitas lebih banyak ditentukan faktor
dari dalam diri auditor, sedangkan independensi selain ditentukan faktor dari dalam diri
auditor, juga banyak ditentukan oleh faktor dari luar diri auditor. Independensi dalam audit
mencakup independensi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan:
a) Independensi dalam perencanaan audit berarti bebas dari pengaruh manajemen
dalam menerapkan prosedur audit, menentukan sasaran dan ruang lingkup audit.
b) Independensi dalam pelaksanaan berarti bebas dalam mengakses aktivitas yang akan
diaudit.
c) Independensi pelaporan berarti bebas dari usaha untuk menghilangkan atau
memengaruhi makna laporan serta bebas untuk mengungkapkan fakta.
Kerangka kerja kembali kepada empat aktivitas dasar yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi independensi auditor, yaitu:
a) Prinsip 1. Menentukan Level Resiko Independensi: pengambil keputusan harus
menilai level resiko independensi dengan mempertimbangkan tipe dan signifikansi
ancaman bagi independensi auditor dan tipe efektivitas perlindungan.
b) Prinsip 2. Menentukan Penerimaan Level Resiko Independensi: Setelah menilai level resiko maka

auditor perlu menentukan apakah level independensi adalah sebuah posisi yang dapat diterima pada
kontinum resiko independensi.
c) Prinsip 3. Memperhatikan Keuntungan Dan Biaya: Independensi pengambil keputusan harus
memastikan bahwa keuntungan yang dihasilkan dari mengurangi resiko independensi menimbulkan
perlindungan tambahan melebihi biaya perlindungan.
d) Prinsip 4. Memperhatikan Pandangan Pihak-Pihak Yang Tertarik Dalam Mengalamatkan Isu
Independensi Auditor: independensi pengambil keputusan harus memperhatikan pandangan dari
investor dan harus memecahkan isu berdasarkan keputusan pengambil keputusan tentang bagaimana
memenuhi tujuan independensi auditor.
Sikap independen auditor pada dasarnya sangat tergantung pada diri auditor
sendiri. Secara etika, auditor yang independen harus dapat memosisikan dirinya, agar
dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat atau pihak lain melalui sikap dan
tindakan nyata yang dapat dirasakan oleh pihak lain tersebut, misalnya dengan menolak
penugasan audit bila menemui kondisi berikut:

a) Terdapat hubungan istimewa antara auditor dengan auditi/ aktivitas auditi.
b) Terjadi pembatasan ruang lingkup, sifat dan luas audit.
c) Tidak memiliki kemampuan untuk memahami aktivitas yang akan diaudit
sehingga dapat memengaruhi sikap independensi, misalnya: tidak memahami
kejahatan di bidang komputer.

d) Auditor tidak dapat independen karena posisi auditor dalam organisasi auditi.

B. ETIKA DALAM PRAKTIK KONSULTAN MANAJEMEN
Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan
kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya. Kepercayaan masyarakat terhadap mutu
jasa konsultan manajemen akan menjadi lebih tinggi jika profesi tersebut menerapkan
standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan profesional yang dilakukan oleh
anggota profesinya. Tujuan konsultan manajemen adalah memenuhi tanggung-jawabnya
dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan
orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat empat
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi:
1. Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.
2. Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh
pemakai jasa konsultan sebagai profesional di bidangnya.
3. Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh diberikan
dengan standar kinerja tertinggi.
4. Kepercayaan. Pemakai jasa konsultan manajemen harus dapat merasa yakin bahwa
terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasanya.
Jasa konsultansi adalah jasa profesional yang disediakan dengan memadukan
kemahiran teknis, pendidikan, pengamatan, pengalaman, dan pengetahuan praktisi

mengenai proses konsultansi. Jasa konsultansi dapat meliputi jasa-jasa berikut ini:
a. Konsultasi (consultations).

Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah memberikan konsultasi atau saran
profesional (professional advice) yang memerlukan respon segera, berdasarkan pada

pengetahuan mengenai klien, keadaan, masalah teknis terkait, representasi klien, dan
tujuan bersama berbagai pihak.
Contoh: review dan komentar terhadap rencana bisnis buatan klien dan pemberian
saran tentang perangkat lunak komputer yang cocok digunakan oleh klien.
b. Jasa Pemberian Saran Profesional (Advisory Services).
Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah mengembangkan temuan, kesimpulan, dan
rekomendasi untuk dipertimbangkan dan diputuskan oleh klien.
Contoh: revew operasional dan improvement study, analisis terhadap suatu sistem
akuntansi, pemberian bantuan dalam proses perencanaan strategik, dan definisi
persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu sistem informasi.
c. Jasa Implementasi.
Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah mewujudkan rencana kegiatan menjadi
kenyataan. Sumber daya dan personel klien digabung dengan sumber daya dan
personel praktisi untuk mencapai tujuan implementasi. Praktisi bertanggung jawab

kepada klien dalam hal pelaksanaan dan manajemen kegiatan perikatan.
Contoh: penyediaan jasa instalasi sistem komputer dan jasa pendukung yang
berkaitan, pelaksanaan tahap-tahap peningkatan produktivitas, dan pemberian bantuan
dalam proses penggabungan (merger) organisasi.
d. Jasa Transaksi.
Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah untuk menyediakan jasa yang berhubungan
dengan beberapa transaksi khusus klien yang umumnya dengan pihak ketiga.
Contoh: jasa pengurusan kepailitan, jasa penilaian, penyediaan informasi untuk
mendapatkan pendanaan, analisis kemungkinan penggabungan usaha atau akuisisi,
dan jasa pengurusan perkara pengadilan.
e. Jasa Penyediaan Staf dan Jasa Pendukung Lainnya.
Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah menyediakan staf yang memadai dan
kemungkinan jasa pendukung lain untuk melaksanakan tugas yang ditentukan oleh
klien dan bekerja di bawah pengarahan klien sepanjang keadaan mengharuskan
demikian.
Contoh: manajemen fasilitas pemrosesan data, pemrograman komputer, perwalian
dalam rangka kepailitan, dan aktivitas controllership.
f. Jasa Produk.
Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah untuk menyediakan bagi klien suatu
produk dan jasa profesional sebagai pendukung atas instalasi, penggunaan, atau

pemeliharaan produk tertentu.
Contoh: penjualan dan penyerahan paket program pelatihan, penjualan dan
implementasi perangkat lunak komputer, dan penjualan dan instalasi metodologi
pengembangan sistem.

Praktisi jasa konsultansi adalah akuntan publik, yang terlibat dalam penyediaan jasa
konsultansi untuk kliennya, atau siapa saja yang menyediakan jasa konsultansi untuk klien
dengan mengatasnamakan akuntan publik. Proses konsultansi adalah rangkaian kegiatan
dengan pendekatan analitik dalam penyediaan jasa konsultansi. Secara rinci, proses
tersebut merupakan gabungan kegiatan perumusan sasaran yang ditentukan oleh klien,
penemuan fakta, perumusan masalah atau peluang, pengkajian berbagai alternatif,
penentuan usulan tindakan, penyampaian temuan, implementasi, dan penindaklanjutan.
Jasa konsultasi manajemen atau management advisory services (MAS) merupakan
fungsi pemberian konsultasi dengan memberikan saran dan bantuan teknis kepada klien
untuk peningkatan penggunaan kemampuan dan sumber daya untuk mencapai tujuan
perusahaan klien. Akuntan dapat dikontrak untuk memberikan pendapat sebagai seorang
ahli mengenai suatu hal tertentu seperti penggunaan prinsip akuntansi, undang-undang
perpajakan, dan penggunaan teknologi pemroses data-data keuangan. Akuntan publik,
dengan kapasitasnya sebagai konsultan, tidak dibenarkan membuat ataupun menentukan
keputusan manajemen.
Jasa konsulatansi pada hakikatnya berbeda dari jasa atestasi akuntan publik terhadap
asersi pihak ketiga. Dalam jasa atestasi, para praktisi menyajikan suatu kesimpulan
mengenai keandalan suatu asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain, yaitu
pembuat asersi (asserter). Dalam jasa konsultansi, para praktisi menyajikan temuan,
kesimpulan dan rekomendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan jasa konsultansi ditentukan oleh
perjanjian antara praktisi dengan kliennya. Umumnya, pekerjaan jasa konsultansi
dilaksanakan untuk kepentingan klien.
Dalam praktiknya, tidak jarang bahwa jasa atestasi merupakan bagian dari

jasa

konsultasi manajemen. Bila praktisi memberikan jasa atestasi sebagai bagian dari
penugasan jasa konsultasi manajemen, Pernyataan Standar Atestasi hanya berlaku terbatas
untuk jasa atestasi saja. Jika praktisi menentukan bahwa jasa atestasi dilaksanakan sebagai
bagian dari penugasan jasa konsultasi manajemen, praktisi harus memberitahu klien
mengenai perbedaan yang relevan antara dua tipe jasa tersebut dan harus memperoleh
persetujuan dari klien bahwa jasa atestasi harus dilaksanakan berdasarkan persyaratan
profesional yang memadai. Surat perjanjian jasa konsultasi manajemen harus
menyebutkan persyaratan pelaksanaan jasa atestasi tersebut. Praktisi harus melakukan
tindakan itu karena persyaratan profesional untuk jasa atestasi berbeda dengan persyaratan
jasa konsultasi manajemen.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu bentuk jasa konsultasi
manajemen adalah pemberian jasa sistem teknologi informasi untuk memproses data-data

keuangan klien. Dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik paragraf 290.187-191,
disebutkan sebagai berikut.
Par. 290.187:
Ancaman telaah pribadi dapat terjadi ketika KAP atau Jaringan KAP memberikan
jasa profesional kepada klien audit laporan keuangan yang melibatkan perancangan dan
penerapan sistem teknologi informasi keuangan yang digunakan untuk menghasilkan
informasi yang selanjutnya menjadi bagian dari laporan keuangan.
Par. 290.188:
Kemungkinan terjadinya ancaman telaah pribadi demikian signifikan ketika KAP
atau Jaringan KAP memberikan jasa profesional tersebut diatas kepada klien audit laporan
keuangan, kecuali jika KAP atau Jaringan KAP telah menerapkan pencegahan yang tepat
yang memastikan klien audit laporan keuangan untuk:
a) Mengakui tanggung jawabnya dalam menetapkan dan memantau sistem pengendalian
intern;
b) Menugaskan karyawan yang kompeten (dengan mengutamakan karyawan pada tingkat
manajemen senior) untuk bertanggung jawab atas setiap keputusan manajemen yang
terkait dengan perancangan dan penerapan sistem perangkat keras dan perangkat lunak;
c) Membuat keputusan manajemen yang terkait dengan proses perancangan dan penerapan
sistem teknologi informasi;
d) Mengevaluasi kecukupan dan hasil dari perancangan dan penerapan sistem tersebut;
e) Bertanggung jawab atas pengoperasian sistem perangkat keras dan perangkat lunak serta
data yang digunakan dalam atau dihasilkan oleh sistem tersebut.
Par. 290.189:
Pertimbangan juga harus dilakukan mengenai perlu tidaknya pemberian jasa
profesional selain jasa assurance hanya dilakukan oleh personil KAP atau Jaringan KAP
yang tidak terlibat dalam perikatan audit laporan keuangan serta berada pada lini
pelaporan yang berbeda.
Par. 290.190:
Ancaman telaah pribadi dapat terjadi ketika KAP atau Jaringan KAP memberikan
jasa profesional kepada klien audit laporan keuangan yang melibatkan perancangan dan
penerapan sistem teknologi informasi keuangan yang digunakan untuk menghasilkan
informasi yang selanjutnya menjadi bagian dari laporan keuangan. Signifikansi setiap
ancaman harus dievaluasi dan, jika ancaman tersebut merupakan ancaman selain ancaman
yang secara jelas tidak signifikan, maka pencegahan yang tepat harus dipertimbangkan
dan diterapkan untuk menghilangkan ancaman tersebut atau menguranginya ke tingkat
yang dapat diterima.
Par. 290.191:

Pemberian jasa profesional oleh KAP atau Jaringan KAP yang melibatkan
penilaian, perancangan, dan penerapan pengendalian akuntansi internal dan pengendalian
manajemen risiko tidak menimbulkan ancaman terhadap independensi selama personil
KAP atau Jaringan KAP yang terlibat dalam pemberian jasa profesional tersebut tidak
melaksanakan fungsi manajemen.
Standar umum untuk akuntan publik sebagai praktisi yang harus diterapkan dalam
setiap perikatannya adalah sebagai berikut:
a. Kecakapan Profesional.
Setiap perikatan jasa profesional hanya dapat diterima apabila akuntan publik sebagai
praktisi yakin bahwa perikatan tersebut dapat diselesaikan dengan kompeten dan
tanggung jawab.
b. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama.
Dalam setiap pelaksanaan jasa profesional, kemahiran profesional praktisi harus
digunakan dengan cermat dan seksama.
c. Perencanaan dan supervisi.
Setiap pekerjaan jasa profesional praktisi harus dilaksanakan dengan perencanaan dan
supervisi yang memadai.
d. Data relevan yang memadai.
Data yang relevan harus didapatkan praktisi dalam jumlah yang memadai sehingga
kesimpulan atau rekomendasi yang berhubungan dengan semua jasa profesional,
selalu didasarkan pada pertimbangan yang rasional.
Selain itu, standar umum tambahan untuk semua jasa konsultansi yang ditetapkan
karena kekhususan sifat jasa konsultansi yaitu kesepakatan dengan klien dapat menjadi
pembatas bagi praktisi dalam pelaksanaan tugasnya, yaitu:
a. Kepentingan klien.
Dalam setiap perikatan, praktisi harus melayani kepentingan klien untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dalam kesepakatan dengan klien dengan tetap
mempertahankan integritas dan objektivitas.
b. Kesepakatan dengan klien.
Dalam setiap perikatannya, praktisi harus mencapai kesepakatan, baik secara lisan
maupun tertulis, dengan klien mengenai tanggung jawab masing-masing pihak dan
sifat, lingkup, dan keterbatasan jasa yang akan disediakan, dan mengubah
kesepakatan tersebut apabila terjadi perubahan signfikan selama masa perikatan.
c. Komunikasi dengan klien.
Praktisi harus memberitahu kliennya tentang adanya benturan kepentingan, keraguan
signifikan yang berkaitan dengan lingkup dan manfaat suatu perikatan, dan temuan
atau kejadian signifikan selama periode perikatan.

Pertimbangan profesional harus selalu digunakan dalam penerapan Standar Jasa
Konsultansi terutama untuk hal-hal khusus, sebab kesepakatan dengan klien, baik lisan
maupun tertulis, dapat menjadi kendala dalam pelaksanaan suatu jasa. Sebagai contoh,
kesepakatan dengan klien dapat menjadi kendala bagi usaha praktisi dalam proses
pengumpulan data relevan. Praktisi tidak diharuskan untuk menolak atau mengundurkan
diri dari suatu perikatan jasa konsultansi apabila lingkup jasa yang disepakati bersama
memiliki keterbatasan tersebut.
C. CONTOH KASUS:
Arthur Andersen LPP adalah salah satu firma akuntansi terbesar di AS yang berdiri
sejak 1913. Selama perjalanannya perusahan ini mmiliki reputasi sebagai kepercayaan,
integritas dan etika yang penting bagi perusahaan yang di bebani auditing secara independen
dan melaporkan laporan-laporan perusahaan publik, dimana akurasi investor tergantung
keputusan investasi.
Di masa-masa awalnya Andersen memiliki standar-standar profesi akuntansi dan
mengembangkan inisiatif-inisiatif baru pada kekuatan-kekuatan integritasnya Arthur
Andersen pernah menjadi model sebuah karakter teguh hati dan integritas yang merupakan
profesionalitas dalam akuntansi. Tetapi kebangkrutan klien-klien besar membuka skandalskandal besar yang membuat firma akuntansi ini tutup.
Kebangkitan
Ketika Leonard Spacek bergabung di tahun 1947, ia mulai mengembangkan jasa
konsultan kepada klien-klien besar. Selama rentang waktu 30 tahunan, bisnis konsultasi
Andersen menjadi lebih menguntungkan daripada usaha aslinya.
Di Andersen, pertumbuhan menjadi prioritas dan penekanannya pada perekrutan dan
mempertahankan klien-klien besar berdampak pada kualitas dan independensi audit. Fokus
pada pertumbuhan ini menghasilkan perubahan yang mendasar pada budaya perusahaan.
Bisnis konsultasi Andersen menjadi yang tercepat pertumbuhannya dan paling
menguntungkan dan paling berkembang pesat di dunia. Banyak yang meninjaunya sebagai
model sukses yang ditiru frima-firma lainnya. Tetapi model ini menjadikan Securities and

Exchange Commission (SEC) memberikan peringatan berkaitan independensi auditing.
Ketua SEC yang prihatin akan hal ini menyarankan aturan-aturan baru untuk membatasi
layanan di luar audit. Tetapi saran ini ditolak Andersen.
Tahun 1999 Andersen memisahkan fungsi akuntansi dan konsultasi. Namun seringkali
strategi ini menjadikan persaingan di antara kedua unit yang cenderung melemahkan dan
memicu kerahasiaan dan keegoisan. Komunikasi menjadi merosot, merintangi kemampuan
perusahaan untuk tanggap dan bekerja efektif menghadapi krisis. Dengan pendapatan yang
berkembang, unit konsultasi menuntut kompensasi dan pengakuan yang lebih besar.
Perselisihan yang meruncing ini menjadikan pertikaian.
Tahun 2000 dalam pengadilan arbitrase, hakim memutuskan bahwa konsultan
Andersen bisa memisahkan diri dan bekerja secara efektif. Perusahaan konsultasi berubah
namanya menjadi Accenture.
Pada Januari 2001, Andersen mengangkat Joseph Berardino sebagai CEO baru dalam
auditing. Tugas pertamanya adalah melacak perusahaan yang lebih kecil melalui sejumlah
tuntutan hukum yang sudah ada. Andersen membayar amat mahal untuk tuntutan-tuntutan ini.
Tahun berikutnya, banyak perusahaan klien Andersen meninjau ulang hubungannya dengan
Andersen. Bagian selanjutnya adalah menjabarkan segelintir kasus yang membuat keruntuhan
Andersen.
Keruntuhan
BFA
Skandal Baptist Foundation of Arizona (BFA) menjadi kebangkrutan terbesar
perusahaan amal nirlaba dalam sejarah AS, dimana Andersen bertindak sebagai auditornya.
Mereka dianggap menipu investor sebesar $570 juta.
BFA didirikan untuk menghimpun dana dan mengelola gereja di Arizona. Lembaga
ini bekerja seperti bank, membayar bunga deposito yang digunakan sebagian besar untuk
berinvestasi di Arizona real estate. Ini merupakan investasi yang lebih spekulatif daripada apa
yang dilakukan lembaga pembaptis lainnya.

Masalah dimulai ketika pasar real estate mengalami penurunan, dan manajemen
dituntut

untuk

menghasilkan

keuntungan.

Karenanya,

pengurus

yayasan

diduga

menyembunyikan kerugian dari investor sejak 1986 dengan menjual beberapa properti
dengan harga tinggi kepada entitas-entitas yang telah meminjam uang dari ayyasan yang tak
mungkin membayar properti kecuali kondisi pasar real estate berbalik. Dalam dokumen
pengadilan apa yang disebut dengan “skema Ponzi” setelah kasus peniupuan yang terkenal,
pejabat yayasan diduga mengambil uang dari investor baru untuk membayar investor yang
sudah ada untuk menjaga arus kas. Sementara itu, pejabat puncak menerima gaji. Skema ini
akhirnya terurai, mengarah pada investigasi kriminal dan tuntutan terhadap BFA dan
Andersen. Akhirnya, yayasan mengajukan petisi Bab 11 mengenai perlindungan
kebangkrutan pada tahun 1999.
Gugatan investor terhadap Andersen menuduh perusahaan ini melakukan pemalsuan
dan menyesatkan laporan keuangan BFA. Dala sebuah pernyataannya di tahun 2000,
Andersen merespon rasa simpatinya kepada BFA tetapi membela keakuratan dengan opininya
tentang audit. Namun setelah dua tahun penyelidikan, laporan menunjukkan bahwa Andersen
sudah diperingatkan kemungkinan kegiatan penipuan oleh beberapa karyawan BFA, yang
akhirnya perusahaan setuju untuk membayar $217 juta untuk menyelesaikan gugatan dengan
pemegang saham pada taun 2002.
Sunbeam
Masalah Andersen dengan Sunbeam bermula dari kegagalan audit yang membuat
kesalahan serius pada akuntansinya yang akhirnya menghasilkan tuntutan class action dari
investor Sunbeam. Baik dari gugatan hukum dan perintah sipil yang diajukan SEC menuduh
Sunbeam membesar-besarkan penghasilan melaului strategi penipuan akuntansi, seperti
pendapatan “cookie jar”, recording revenue on contingent sales, dan mempercepat penjualan
dari periode selanjutnya ke kuartal masa kini. Perusahaan juga dituduh melakukan hal yang
tidak benar melakukan transaksi “bill-and-hold”, dimana menggembungkan pesanan bulan
depan dari pengiriman sebenarnya dan tagihannya.
Akibatnya, Sunbeam dipaksa meyatakan kembali laporan keuangan selama enam
kuartal. SEC juga menuduh Arthur Andersen. Pada 2001, Sunbeam mengajukan petisi kepada
Pengadilan kepailitan AS Distrik Selatan New York dengan Bab 11 Judul 11 tentang aturan
kebangkrutan. Agustus 2002, pengadilan memutuskan pembayaran sebesar $141 juta.

Andersen setuju membayar $110 juta untuk menyeleaikan klaim tanpa mengakui kesalahan
dan tanggung jawab. Sunbeam mengalami kerugian pemegang saham sebesar $4,4 miliar dan
kehilangan ribuan karyawannya. Sunbeam terbebas dari kebangkrutan.
Waste Management
Andersen juga terlibat dalam pengadilan atas data akuntansi yang dipertanyakan
mengenai pendapatan yang berlebih sebesar $1,4 miliar dari Waste Management. Gugatan
diajukan oleh SEC atas penipuan laporan keuangan selama lebih dari lima tahun.
Menurut SEC, Waste Management membayar jasa audit kepada Andersen, yang
menyarankan bahwa bisa memperoleh biaya tambahan melalui “tugas khusus”. Awalnya
Andersen mengidentifikasi praktek-praktek akuntansi yang tidak tepat dan disajikan kepada
Waste Management. Namun pimpinan Waste Management menolak mengkoreksi. Hal ini
dilihat oleh SEC sebagai upaya menutupi penipuan masa lalu untuk melakukan penipuan
masa depan.
Hasilnya, Andersen harus membayar $220 juta ke pemegang saham Waste
Management dan $7 juta ke SEC. Andersen dipaksa untuk melakukan perjanjian untuk tidak
melakukan laporan palsu di masa mendatang atau izin usahanya akan dicabut – suatu
persetujuan yang kemudian memutuskan hubungannya dengan Enron.
Enron
Bulan Oktober 2001, SEC mengumumkan investigasi akuntansi Enron, salah satu
klien terbesar Andersen. Dengan Enron, Andersen mampu membuat 80 persen perusahaan
minyak dan gas menjadi kliennya. Namun, pada November 2001 harus mengalami kerugian
sebesar $586 juta. Dalam sebulan, Enron bangkrut.
Departemen Kehakiman AS menmulai melakukan penyelidikan kriminal pada 2002
yang mendorong Andersen dan kliennya runtuh. Perusahaan audit akhirnya mengakui telah
menghancurkan dokumen yang berkaitan dengan audit Enron yang menghambat putusan.
Atas kasus itu, Nancy Temple, pengacara Andersen meminta perlindungan
Amandemen Kelima yang dengan demikian tidak memiliki saksi. Banyak pihak yang
menamainya sebagai “bujukan koruptif” yang menyesatkan. Dia menginstruksikan David

Duncan, supervisor Andersen dalam pengawasan rekening Enron, untuk menghapus namanya
dari memo yang bisa memberatkannya.
Pada Juni 2005, pengadilan memutuskan Andersen bersalah menghambat peradilan,
menjadikannya perusahaan akuntan pertama yang dipidana. Perusahaan setuju untuk
menghentikan auditing publik pada 31 Agustus 2002, yang pada prinsipnya mematikan
bisnisnya.
Perusahaan Telekomunikasi
Sayangnya, tuduhan penipuan tidak berakhir pada kasus Enron. Berita segera muncul
ketika WorldCom, klien terbesar Andersen, memiliki penyimpangan sebesar $3,9 miliar.
Harga sahamnya kemudian jatuh dan investor melayangkan serangkaian tuntutan hukum
yang mengirim WorldCOm ke Pengadilan Kepailitan. Andersen menyalahkan WorldCom dan
berikeras bahwa penyimpangan tidak pernah diungkapkan kepada auditor dan bahwa ia telah
memenuhi standar SEC dalam auditnya. WorldCOm balik menuduh Andersen karena gagal
menemukan penyimpangan yang ada.
Selama kasus Enron dan WorldCOm berlanjut, banyak perusahaan-perusahaan
lainnya dituduh melakukan penyimpangan akuntansi.
Isu-isu seputar hukum dan etika dalm pengauditan Andersen yang menyimpang
Dari kasus tersebut secara kasat mata kasus tersebut terlihat sebuah tindakan malpraktik jika
dilihat dari etika bisnis dan profesi akuntan antara lain:


Adanya praktik discrimination of information/unfair discrimination, terlihat dari
tindakan dan perilaku yang tidak sehat dari manajemen yang berperan besar pada
kebangkrutan perusahaan, terjadinya pelanggaran terhadap norma etika corporate
governance dan corporate responsibility oleh manajemen perusahaan, dan perilaku
manajemen perusahaan merupakan pelanggaran besar-besaran terhadap kepercayaan
yang diberikan kepada perusahaan.



Adanya penyesatan informasi. Dalam kasus Enron misalnya, pihak manajemen Enron
maupun Arthur Andersen mengetahui tentang praktek akuntansi dan bisnis yang tidak
sehat. Tetapi demi mempertahankan kepercayaan dari investor dan publik kedua belah
pihak merekayasa laporan keuangan mulai dari tahun 1985 sampai dengan Enron

menjadi hancur berantakan. Bahkan CEO Enron saat menjelang kebangkrutannya
masih tetap melakukan Deception dengan menyebutkan bahwa Enron secara
berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. Andersen tidak mau
mengungkapkan apa sebenarnya terjadi dengan Enron, bahkan awal tahun 2001
berdasarkan hasil evaluasi Enron tetap dipertahankan.


Arthur Andersen, merupakan kantor akuntan publik tidak hanya melakukan
manipulasi laporan keuangan, Andersen juga telah melakukan tindakan yang tidak
etis, dalam kasus Enron adalah dengan menghancurkan dokumen-dokumen penting
yang berkaitan dengan kasus Enron. Arthur Andersen memusnahkan dokumen pada
periode sejak kasus Enron mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya
panggilan pengadilan. Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan
internal Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar hukum dan menyebabkan
kredibilitas Arthur Andersen hancur. Disini Andersen telah ingkar dari sikap
profesionallisme

sebagai

akuntan

independen

dengan

melakukan

tindakan

menerbitkan laporan audit yang salah dan meyesatkan.
Bukti bahwa budaya perusahaan Andersen berkontribusi terhadap kejatuhan
perusahaan
Ada beberapa poin yang membuktikan bahwa budaya perusahaan berkontribusi terhadap
kejatuhan perusahaan, diantaranya:


Pertumbuhan perusahaan dijadikan prioritas utama dan menekankan pada perekrutran
dan mempertahankan klien-klien besar, namun mutu dan independensi audit
dikorbankan.



Standar-standar profesi akuntansi dan integritas yang menjadi contoh perusahaanperusahaan lainnya luntur seiring motivasi meraup keuntungan yang lebih besar.



Perusahaan terlalu fokus terhadap pertumbuhan, sehingga tanpa sadar menghasilkan
perubahan

mendasar

dalam

budaya

perusahaan.

Perubahan

sikap

lebih

memprioritaskan mendapatkan bisnis konsultasi yang memiliki pertumbuhan
keuntungan lebih besar lebih tinggi dibanding menyediakan layanan auditing yang
obyektif yang merupakan dasar dari awal mula berdirinya Kantor Akuntan Publik
Arthur Andersen. Pada akhirnya ini menggiring pada kehancuran perusahaan.



Andersen menjadi membatasi pengawasan terhadap tim audit akibat kurangnya check
and balances yang bisa terlihat ketika tim audit telah menyimpang dari kebijakan
semula.



Sikap Arthur Andersen yang memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron
mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan.
Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi
kasus ini dianggap melanggar hokum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen
hancur. Akibatnya, banyak klien Andersen yang memutuskan hubungan dan Arthur
Andersen pun ditutup.

Bagaimana UU

Sarbanes-Oxiety

bisa meminimalkan

kesalahan

auditor dan

penyimpangan akuntansi
Akibat dari rentetan kasus itu, pemerintah AS menerbitkan Sarbanes-Oxley Act
(SOX) untuk melindungi para investor dengan cara meningkatkan akurasi dan reabilitas
pengungkapan yang dilakukan perusahaan publik. Kegagalan ini menimbulkan krisis yang
serius terhadap kredibilitas akuntansi, pelaporan, dan proses tata kelola perusahaan sehingga
oleh politisi AS diciptakan kerangka kerja baru terhadap akuntabilitas dan tata kelola
perusahaan melalui Sarbanes-Oxley Act (SOX) untuk memulihkan kepercayaan yang cukup
dan untuk menjadikan pasar modal kembali berfungsi normal.
Undang-Undang Sarbanes-Oxiety bisa menetapkan pedoman dan arah baru untuk
perusahaan dan bisa untuk pertanggungjawaban kepada divisi akuntansi. Dengan adanya
tindakan ini , bisa untuk memerangi penipuan sekuritas dan akuntansi. Dan untuk
menekankan kepada independensi dan kualitas, membatasi kemampuan perusahaan untuk
menyediakan keduanya yaitu non-audit dan jasa untuk klien yang sama dan memerlukan
tinjauan berkala audit perusahaan, agar hasilnya bisa memuaskan.
Beberapa perubahan yang ditentukan dalam SOX memiliki beberapa tujuan, diantaranya:


Untuk menjamin independensi auditor. Kantor Akuntan Publik dilarang memberikan
jasa non-audit kepada perusahaan yang diaudit.



Membutuhkan persetujuan dari audit committee perusahaan sebelum melakukan
audit. Setiap perusahaan memiliki audit committee ini karena definisinya diperluas,
yaitu jika tidak ada, maka seluruh dewan komisaris menjadi audit committee.



Melarang Kantor Akuntan Publik memberikan jasa audit jika audit partnernya telah
memberikan jasa audit tersebut selama lima tahun berturut-turut kepada klien
tersebut.



Kantor Akuntan Publik harus segera membuat laporan kepada audit committee yang
menunjukkan kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan, alternatif
perlakukan-perlakuan akuntansi yang sesuai standar dan telah dibicarakan dengan
manajemen perusahaan, pemilihannya oleh manajemen dan preferensi auditor.



KAP dilarang memberikan jasa audit jika CEO, CFO, chief accounting officer,
controller klien sebelumnya bekerja di KAP tersebut dan mengaudit klien tersebut
setahun sebelumnya.

Berkaitan dengan pemusnahan dokumen, SOX melarang pemusnahan atau manipulasi
dokumen yang dapat menghalangi investigasi pemerintah kepada perusahaan yang
menyatakan bangkrut.
Selain itu, kini CEO dan CFO harus membuat surat pernyataan bahwa laporan keuangan
yang mereka laporkan adalah sesuai dengan peraturan SEC dan semua informasi yang
dilaporkan adalah wajar dan tidak ada kesalahan material. Sebagai tambahan, menjadi
semakin banyak ancaman pidana bagi mereka yang melakukan pelanggaran ini.
Kasus yang menimpa Andersen dan kaitannya dengan Islam
Dari kasus ini banyak terjadi perilaku tidak etis. Perilaku tidak etis paling paling
mengemuka disini adalah adalah adanya manipulasi laporan keuangan untuk menunjukkan
seolah-olah kinerja perusahaan baik. Andersen telah menciderai kepercayaan dari pihak stock
holder untuk memberikan suatu informasi yang adil mengenai pertanggungjawaban dari
pihak agen dalam mengemban amanah.
Faktor tersebut adalah merupakan perilaku tidak etis yang sangat bertentangan dengan
nilai-nilai keadilan dalam Islam dan dalam bisnis membahayakan. Faktor penyebab
kecurangan tersebut diantaranya dilatarbelakangi oleh sikap tidak etis, tidak jujur, karakter
moral yang rendah, dominasi kepercayaan, dan lemahnya pengendalian. Hal tersebut akan
dapat dihindari melalui meningkatkan moral, akhlak, etika, perilaku, dan lain sebagainya,
karena tindakan yang bermoral akan memberikan implikasi terhadap kepercayaan publik.

Dalam kasus Andersen diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya
manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan padahal perusahaan mengalami
kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap
diminati investor. Ini merupakan salah satu contoh kasus pelanggaran etika profesi Auditor
yang terjadi di Amerika Serikat, sebuah negara yang memiliki perangkat Undang-undang
bisnis dan pasar modal yang lebih lengkap. Hal ini terjadi akibat keegoisan satu pihak
terhadap pihak lain, dalam hal ini pihak-pihak yang selama ini diuntungkan atas penipuan
laporan keuangan terhadap pihak yang telah tertipu. Hal ini buah dari sebuah ketidakjujuran,
kebohongan atau dari praktik bisnis yang tidak etis yang berakibat hutang dan sebuah
kehancuran yang menyisakan penderitaan bagi banyak pihak disamping proses peradilan dan
tuntutan hukum
Untuk itulah kode etik profesi harus dibuat untuk menopang praktik yang sehat bebas
dari kecurangan. Kode etik mengatur anggotanya dan menjelaskan hal apa yang baik dan
tidak baik dan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebagai anggota profesi baik
dalam berhubungan dengan kolega, klien, publik dan karyawan sendiri.
Yang harus menjadi sebuah pelajaran bahwa sesungguhnya suatu praktik atau perilaku
yang dilandasi dengan ketidakbaikan maka akhirnya akan menuai ketidakbaikan pula
termasuk kemadharatan bagi banyak pihak.