Fenomena Monday Effect pada Indeks Harga (1)

Fenomena Monday Effect pada Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia
Eliza Noviriani
Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Pontianak
eliza.sabarani@gmail.com
Soraya
Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Pontianak
sorayaponti@gmail.com
Zulham Al Farizi
Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Pontianak
lajulham@gmail.com

ABSTRACK
The purpose of this research is to get empirical evidence about Monday effect phenomenon on Indonesia
Composite Stock Price Index. The diversity of arguments and research results on the Monday effect
phenomenon derived from previous studies makes this phenomenon interesting to investigate. By using Kruskal
Wallis test and Simple Regression on 246 daily stock returns during 2016, it can be concluded that there is no
Monday effect phenomenon on Indonesia Composite Stock Price Index. It causes condition of Indonesia capital
market in 2016. Results show the average positive return occurs in almost all trading days. Only returns on
Friday show negative values. This condition shows that the year was a year with a good investment climate so
that the frequency of stock trading tends to be positive and evenly throughout the year. In addition, the absence
of the Monday effect phenomenon is also marked by the absence of the effect of stock return Friday the previous

week against stock returns Monday. These results indicate that form of a weak market efficiency. That means the
past data is unrelated to the present value of the Indonesian capital market in 2016.
Keywords: Closing Price, Stock Return, IHSG, Monday Effect, Market Efficiency
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang fenomena Monday effect pada Indeks
Harga Saham Gabungan Indonesia. Keragaman argumentasi dan hasil penelitian mengenai fenomena Monday
effect pada return saham yang berasal dari penelitian-penelitian terdahulu menjadikan fenomena ini menarik
untuk diteliti. Dengan menggunakan pengujian Kruskal Wallis dan Regresi Sederhana pada 246 return saham
harian selama tahun 2016, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi fenomena Monday effect pada Indeks Harga
Saham Gabungan Indonesia selama tahum 2016. Tidak terdeteksinya fenomena Monday effect pada IHSG
dikarenakan kondisi pasar modal Indonesia yang cenderung membaik pada tahun 2016. Hasil pengujian
menunjukkan rata-rata return positif terjadi pada hampir seluruh hari perdagangan. Hanya return hari Jumat
yang menunjukkan nilai negatif. Kondisi ini menunjukkan bahwa tahun 2016 merupakan tahun dengan iklim
investasi baik sehingga frekuensi perdagangan saham cenderung positif dan merata sepanjang tahun. Selain itu,
tidak terjadinya fenomena Monday effect juga ditandai dengan tidak adanya pengaruh return saham hari Jumat
minggu sebelumnya terhadap return saham hari Senin. Hasil ini mengindikasikan bahwa tercipta efisiensi pasar
bentuk lemah yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang di pasar modal
Indonesia tahun 2016.
Kata kunci: Harga Saham Penutupan, Return Saham, IHSG, Monday Effect, Pasar Efisien


Pendahuluan
Latar Belakang
Salah satu fenomena yang dipelajari dan sampai sekarang masih menjadi topik perdebatan yang
menarik adalah konsep pasar modal efisien. Pasar efisien merupakan pasar dimana harga semua
sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia (Tandelilin, 2001).
Pasar efisien diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk hipotesis pasar efisien (efficient market

1

hypothesis), yaitu: (1) Efisien bentuk lemah (weak form); (2) Efisien bentuk setengah kuat
(semistrong); (3) Efisien bentuk kuat (strong form) (Fama, 1970). Pada tahun 1991, Fama
mengemukakan penyempurnaan atas klasifikasi efisiensi pasar tersebut. Efisiensi bentuk lemah
disempurnakan menjadi suatu klasifikasi yang lebih bersifat umum untuk menguji prediktabilitas
return (return predictability). Pengujian prediktabilitas return dilakukan dengan cara mempelajari
pola return dalam anomali pasar.
Di satu sisi banyak penelitian yang mengemukakan penelitian secara empiris yang mendukung
konsep pasar efisien, diantaranya hasil penelitian yang dilakukan oleh Legowo dan Machfoedz (1998)
menyatakan bahwa harga saham di pasar modal Indonesia berpola acak (random) pada periode tahun
1989 dan 1992. Penelitian lain dilakukan oleh Aga dan Kocaman (2008) dimana penelitian ini
menemukan adanya efisiensi pasar bentuk lemah di Istanbul Stock Exchange (ISE). Namun,

bertentangan dengan realita di atas, di sisi lain muncul sejumlah penelitian yang menyatakan adanya
anomali pasar yang merupakan bentuk penyimpangan terhadap hipotesis pasar yang efisien.
Fenomena ini melanggar hipotesis efisiensi pasar bentuk lemah (weak form) karena return yang
dihasilkan dari perdagangan tidak random, melainkan dapat diprediksi berdasarkan pengaruh kalender
tertentu (Budileksmana, 2005). Dengan kata lain, bila return saham di masa mendatang dapat
diprediksi dengan informasi terdahulu, maka dapat dikatakan bahwa pasar modal tersebut tidak efisien
(Hasibuan dan Hidayat, 2011).
Diantara bentuk anomali pasar (market anomaly) adalah anomali musiman (seasonal anomaly).
Satu diantara anomali musiman yang menarik perhatian peneliti adalah Monday effect. Monday effect
merupakan fenomena dimana return terendah terjadi pada hari senin. Hal ini menyebabkan return
pada hari Senin dapat diprediksi sehingga dapat dirancang suatu pedoman yang dapat memanfaatkan
pola musiman tersebut untuk mendapatkan return abnormal (Budileksmana, 2005). Banyak penelitian
telah menemukan keberadaan fenomena Monday effect pada return saham. Penelitian tersebut
pertama kali dilakukan oleh Fields pada tahun 1931 yang membuktikan bahwa return pada hari Senin
berbeda dengan return pada hari-hari lainnya (Budileksmana, 2005). Lebih lanjut, perbedaan Return
hari Senin dengan hari perdagangan lain akibat return yang dihasilkan pada hari jumat minggu
sebelumnya, sebagaimana pembuktian yang dilakukan oleh Jaffe et al dalam Budileksmana (2005).
Sejalan dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Abraham dan Ikenberry (1994)
membuktikan bahwa Monday effect sebagian besar dipengaruhi oleh terjadinya return yang negatif
pada hari Jumat sebelumnya. Sun dan Tong (2002) turut mendukung hasil penelitian di atas, mereka

membuktikan bahwa return negatif pada hari Senin dipengaruhi oleh terjadinya return yang negatif
pada hari Jumat sebelumnya.
Keragaman argumentasi dan hasil penelitian mengenai fenomena Monday effect pada return
saham yang berasal dari penelitian-penelitian terdahulu menjadikan fenomena ini menarik untuk
diteliti. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan sebuah riset tentang “Fenomena Monday Effect
pada Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia”.
Tujuan
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris tentang fenomena
Monday effect pada Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia. Dengan demikian tujuan penelitian ini
adalah menguji dan menganalisis terjadinya fenomena:
1. Perbedaan return saham harian dimana return saham hari senin cenderung lebih rendah daripada
return hari perdagangan lain.
2. Pengaruh return saham pada hari Jumat minggu sebelumnya terhadap return saham hari Senin.

Permasalahan
Perumusan masalah merupakan konteks mengapa sebuah penelitian, diperlukan dan petunjuk
yang mengarahkan tujuan penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan return saham hari Senin (cenderung lebih rendah) dibandingkan hari
perdagangan lain?

2. Apakah return saham pada hari Jumat minggu sebelumnya berpengaruh terhadap return saham
pada hari Senin?

2

Reviu Pustaka
Efisiensi Pasar Modal
Pasar modal efisien menurut Jogiyanto:
“Suatu pasar dikatakan efisien apabila tidak seorang pun, baik investor individu maupun
investor institusi, akan mampu memperoleh abnormal return dalam jangka waktu yang lama
dengan menggunakan strategi perdagangan yang ada. Artinya, harga-harga yang terbentuk di
pasar merupakan cerminan dari informasi yang ada (stock prices reflect all available
information). Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga
keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, maka kondisi
pasar seperti ini disebut dengan pasar efisien (Jogiyanto, 2008).”
Menurut definisi tersebut, harga merupakan cermin dari adanya pemahaman menyeluruh
(universal) atas suatu informasi, sehingga jika harga memiliki kandungan informasi, maka dikatakan
bahwa harga yang terbentuk sepenuhnya mencerminkan sistem informasi. Pasar modal dikatakan
efisien jika informasi yang tersedia diserap kedalam harga saham saat ini dengan cepat dan tepat
(quickly and accurately). Oleh karena informasi yang diterima berlaku secara acak dan harga berubah

menurut informasi tersebut, maka hal ini memberi implikasi bahwa harga sekuritas bergerak atau
berubah secara acak (random) dan tidak dapat diprediksi.
Terdapat 3 bentuk utama dari efisiensi pasar modal: 1) Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form
eficiency) dimana pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga sekuritas tercermin
secara penuh (fully reflect) dari informasi masa lalu. 2) Efisiensi pasar bentuk pasar setengah kuat
(semistrong form eficiency) terjadi jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully
reflect) semua informasi yang dipublikasikan termasuk informasi yang berada di laporan-laporan
keuangan perusahaan emiten. Informasi tersebut dapat berupa informasi publikasi yang hanya
mempengaruhi harga sekuritas dari perusahaan yang mempublikasikan informasi tersebut dan yang
akan mempengaruhi harga-harga sekuritas sejumlah perusahaan. 3) Efisiensi pasar bentuk kuat
(strong form) terjadi ketika semua informasi baik yang dipublikasikan maupun yang tidak
dipublikasikan mempengaruhi harga-harga sekuritas semua perusahaan yang terdaftar di pasar saham
(Tandelilin, 2001)
Ketiga bentuk pasar efisien ini berhubungan satu dengan yang lainnya. Hubungan ketiga bentuk
pasar efisien ini berupa tingkatan yang kumulatif, yaitu bentuk lemah merupakan bagian dari bentuk
setengah kuat dan bentuk setengah kuat merupakan bagian dari bentuk kuat (Fama, 1970 dalam
Jogiyanto, 2008).
Gambar 1
Tingkatan Kumulatif Bentuk Pasar Efisien


Efisiensi Pasar Bentuk Lemah
Efisiensi Pasar Bentuk Kuat
Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat
Sumber: Jogiyanto (2008)

Monday Effect
Dalam membahas pengujian pasar efisien, maka tidak terlepas dari adanya ketidakteraturan
(anomali) yang ada yang terkait dengan pasar efisien. Jones (1996) dalam Jogiyanto (2008)
mendefinisikan anomali pasar (market anomaly) sebagai teknik atau strategi yang bertentangan
dengan pasar efisien. Dalam arti, suatu peristiwa (event) dapat dimanfaatkan untuk memperoleh
abnormal return dimana seorang investor dimungkinkan memperoleh abnormal return dengan
mengandalkan suatu peristiwa tertentu.

3

Monday effect adalah salah satu bagian dari seasonal anomaly (anomali musiman) atau calendar
effect (efek kalender) yang terjadi pada pasar finansial yaitu ketika return saham secara signifikan
negatif pada hari Senin dan lebih rendah dibandingkan hari perdagangan lain (Mehdian dan Perry
dalam Budileksmana, 2005). Pergerakan bursa saham pada hari Senin ini akan mengikuti tren pada
hari Jumat pekan sebelumnya. Oleh karena itu, jika indeks saham menguat pada hari Jumat maka

indeks saham akan melanjutkan penguatannya di hari Senin minggu berikutnya dan sebaliknya. Sun
dan Tong (2002) membuktikan bahwa return pada hari Senin yang negatif dipengaruhi oleh terjadinya
return yang negatif pada hari Jumat sebelumnya. Di Bursa Efek Indonesia, penelitian Budileksmana
(2005) menunjukkan bahwa return pasar di BEI pada hari Senin tidak random dan dapat diprediksi
secara sistematis berdasarkan kondisi pasar hari Jumat minggu sebelumnya.

Return Saham
Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi
yang sudah terjadi atau return yang belum terjadi tetapi yang diharapkan di masa mendatang. Return
realisasi (realized return) adalah return yang telah terjadi, dihitung berdasarkan data historis. Return
realisasi digunakan sebagai salah satu alat pengukur kinerja perusahaan. Return historis ini berguna
sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan resiko di masa mendatang
(Jogiyanto, 2008). Sementara itu, return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan
akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah
terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi.
Sumber-sumber return terdiri dari dua komponen utama, yaitu: 1). Yield yaitu komponen return
yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi
serta 2) Capital Gain (Loss) merupakan kenaikan (penurunan) suatu surat berharga, yang bisa
memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor (Tandelilin, 2001).
Return yang digunakan dalam penelitian ini adalah return realisasi (actual return) yang merupakan

capital gain/capital loss yaitu selisih antara harga saham harian saat ini (Pt) dengan harga saham pada
hari sebelumnya (Pt-1). Secara matematis actual return dapat diformulasikan sebagai berikut
(Jogiyanto, 2008):

Keterangan:
Rt = return saham hari ke t
Pt = harga saham harian pada hari ke t
Pt-1 = harga saham harian pada hari ke t-1

Hipotesis Penelitian
Iramani dan Mahdi (2006) menguji pengaruh hari perdagangan dan Monday Effect di Bursa Efek
Jakarta dengan menggunakan sampel 38 saham LQ45 tahun 2005. Penelitian ini menggunakan
metode statistik yang terdiri dari ANOVA, uji satu rata-rata dan uji dua sampel bebas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terjadi day of the week effect serta fenomena week four effect di BEJ. Sementara
itu, Penelitian yang dilakukan oleh Tahar dan Indrasari (2004) menunjukkan bahwa terdapat
kecenderungan munculnya fenomena the Monday effect di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Penelitian
dengan sampel saham perusahaan yang termasuk dalam LQ-45 tersebut membuktikan adanya return
yang negatif pada hari Senin, sedangkan untuk hari-hari yang lain menunjukkan return yang positif.
Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis pertama dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:

H1 : Terdapat perbedaan return saham pada hari Senin yang cenderung lebih rendah dan negatif
dibandingkan dengan hari perdagangan lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Mehdian dan Perry (2001) dalam Budileksmana (2005) di pasar
modal di Amerika Serikat menunjukkan bahwa return pada hari Senin tidak random dan dapat
diprediksi secara sistematis berdasarkan kondisi pasar minggu sebelumnya. Secara lebih spesifik,
penelitian yang dilakukan oleh Abraham dan Ikenberry (1994) membuktikan bahwa the Monday
effect sebagian besar dipengaruhi oleh terjadinya return yang negatif pada hari Jumat sebelumnya

4

(bad Friday). Sun dan Tong (2002) juga membuktikan bahwa return pada hari Senin yang negatif
dipengaruhi oleh terjadinya return yang negatif pada hari Jumat sebelumnya. Sejalan dengan
penelitian-penelitian tersebut, Syahid (2011) melakukan penelitian tentang pengaruh return hari Jumat
minggu sebelumnya terhadap return hari Senin pada perusahaan telekomunikasi di BEI tahun 20062009. Penelitian ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya, karena memberikan hasil bahwa
tidak terdapat pengaruh signifikan antara return hari Jumat pekan sebelumnya terhadap return hari
Senin pada perusahaan sampel. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis kedua dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
H2 : Return pada hari Senin di Bursa Efek Jakarta dipengaruhi oleh terjadinya return pada hari Jumat
pekan sebelumnya.


Metode Penelitian
Populasi
Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik
tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002). Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang,
kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi. Kelompok populasi (population frame)
merupakan kumpulan semua elemen dalam populasi dimana sampel diambil (Sekaran, 2006).
Populasi dalam penelitian ini adalah harga saham di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2016.

Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi (Sekaran, 2006). Sampel terdiri atas sejumlah anggota yang
dipilih dari populasi, artinya tidak semua elemen populasi akan membentuk sampel. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Purposive Sampling. Purposive Sampling
merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan
menggunakan pertimbangan tertentu (umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian).
Penelitian ini memanfaatkan return saham harian dari closing price Indeks Harga Saham
Gabungan. Hal ini dikarenakan IHSG adalah salah satu komponen penting yang digunakan untuk
memantau dunia ekonomi nasional dengan beberapa fungsi, yaitu: 1) merepresentasikan trend pasar,
2) indikator tingkat keuntungan, 3) Benchmark kinerja portofolio (www.sekuritas.co.id).
Kriteria pemilihan sampel dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1) Data yang digunakan
sebagai dasar penghitungan adalah data harian, baik untuk harga saham maupun return saham pada
indeks harga saham selama periode yang diteliti, 2) Data harga saham harian yang digunakan adalah
harga saham penutupan (closing price) IHSG periode bulan Januari sampai dengan bulan Desember
2016. Dengan demikian, berdasarkan karakteristik penarikan sampel tersebut, maka diperoleh sampel
penelitian sebanyak 246 harga saham penutupan (closing price) IHSG selama tahun 2016.

Variabel Dependen (Y)
Menurut Sugiyono (2003), variabel tergantung atau dependen adalah variabel respon, kriteria atau
konsekuen. Variabel tergantung merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Variabel tidak bebas dalam penelitian ini adalah return saham harian
IHSG tahun 2016 pada hipotesis pertama.

Variabel Independen (X)
Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel stimulus, input, prediktor dan antiseden
atau variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel tergantung sehingga variabel
bebas mempengaruhi variabel tergantung (Sugiyono, 2003). Variabel bebas pada hipotesis pertama
adalah return pada hari Jumat minggu sebelumnya. Selain itu, variabel lain yang akan digunakan
untuk melakukan perhitungan terhadap hipotesis kedua yaitu, variabel return di hari Senin, Selasa,
Rabu, Kamis dan Jumat.

Teknik Analisis
Analisis Statistik Deskriptif
Dalam menggambarkan deskripsi variabel yang ada, digunakan tabel distribusi frekuensi absolut
yang menunjukkan rata-rata, maksimum, minimum, varian dan deviasi standar.

5

Uji Kruskal Wallis
Untuk menguji hipotesis pertama (H1) digunakan uji Kruskal Wallis. Dimaksudkan agar
perbedaan antara sampel independen (bebas) yang digunakan dalam penelitian dapat diketahui, dalam
hal ini yaitu perbedaan return saham pada hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Jumat. Selain itu,
pengujian ini juga berguna untuk mengetahui apakah return saham pada hari Senin lebih rendah
dibandingkan hari perdagangan lainnya. Uji Kruskal Wallis dipilih karena cocok untuk jumlah data
yang tergolong besar serta data lebih dari dua kelompok. Kruskal Willis termasuk kelompok statistic
non parametrik sehingga tidak mensyaratkan beberapa hal yang harus dipenuhi sebelum
melaksanakan pengujian selayaknya jika menggunakan metode statistik parametrik, yaitu:
1. Data harus berdistribusi normal. Normalitas data ditentukan dengan membandingkan antara hasil
uji normalitas Shapiro-Wilk dan Kolmogorov-Smirnov.
2. Data data harus sejenis (homogen). Homogenitas data di analisis melalui uji One-Way ANOVA.
Tujuannya untuk mengetahui apakah keseragaman varian kelompok populasi. Dasar pengambilan
keputusan dalam uji homogenitas adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka dinyatakan bahwa
varian kelompok populasi sama. Sebaliknya, jika nilai signifikansi < 0.05 makan dinyatakan
bahwa varian kelompok populasi berbeda.
Namun, agar lebih valid, peneliti memutuskan untuk tetap melakukan pengujian normalitas dan
homogenitas data. Selanjutnya, untuk mengetahui perbedaan return masing-masing hari perdagangan
secara lebih spesifik, peneliti menggunakan uji Independent Sample T-test. Berbeda dengan Kruskal
Wallis, metode Independent Sample T-test tergolong dalam statistik parametrik. Hipotesis penelitian
ini adalah (Tandelilin dan Algifari, 1999):
H0 : μSEN=μSEL=μRAB=μKAM=μJUM
H1 : μSEN≠μSEL≠μRAB≠μKAM≠μJUM
Keterangan:
Jika Fratio ≤ F0.05,df1,df2 atau signifikan > 0.05, maka H0 tidak dapat ditolak.
Jika Fratio > F0.05,df1,df2 atau signifikan < 0.05, maka H0 ditolak.
Hasil signifikansi 2 arah (sig 2 tailed) dari pengujian menunjukkan ada tidaknya perbedaan return
saham harian IHSG tahun 2016. Sementara itu, untuk menentukan apakah return hari Senin
merupakan return terendah dan negatif peneliti menganalisis hasil signifikansi 1 arah (sig 1 tailed)
dari output pengujian.

Uji Regresi Sederhana
Guna membuktikan hipotesis kedua, data return saham akan dianalisis dengan menggunakan
regresi sederhana. Pengujian data dilakukan dengan bantuan SPSS 23 for windows. Pengujian
hipotesis kedua (H2) yaitu apakah return hari Senin IHSG dipengaruhi oleh terjadinya return pada
hari Jumat pekan sebelumnya menggunakan persamaan regresi sederhana sebagai berikut (Sun dan
Tong dalam Budileksmana, 2005):
Rit = a1 + bRjum + e
Keterangan:
Rit
: Menunjukkan besarnya return saham harian negatif yang jatuh pada hari Senin.
Rjum : Return pada hari Jumat yang mendahului return hari Senin pada minggu ke-t.
a1
: Konstanta
b
: Koefisien regresi variabel JUM
Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan nilai antara signifikansi t dan signifikansi
F terhadap p-value sebagai representasi nilai α. Untuk menjawab hipotesis kedua, dibandingkan
signifikansi t terhadap p-value (0.05). Jika signifikansi t < p-value, maka hipotesis tidak dapat ditolak.
Kondisi ini menunjukkan terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung. Sebaliknya,
jika signifikansi t > p-value, maka hipotesis ditolak.

Hasil Penelitian
Analisis Statistik Deskriptif
Pengamatan terhadap 246 harga saham IHSG tahum 2016 yang dijadikan sampel pada penelitian
ini, diperoleh hasil rata-rata return harian pada bulan Januari sampai dengan Desember 2016 sebagai
berikut:

6

Tabel 1
Statistik Deskriptif
Variabel
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat

N

Minimum

Maximum

Mean

47
51
49
50
49

-.022215
-.013276
-.014195
-.020027
-.040060

.027912
.015683
.021061
.023276
.028533

.00013247
.00098563
.00256287
.00051786
-.00113997

Std.
Deviation
.008235148
.010042766
.010059819
.008551853
.006830077

Sumber: data diolah (2017)

Berdasarkan tabel 1, diperoleh informasi bahwa return terendah berada pada hari Jumat dimana
rata-rata return menunjukkan nilai negatif sebesar -0.113997%. Return hari Senin sebesar 0.013247%
lalu kemudian terjadi kenaikan return pada hari Selasa sebesar 0.098563%. Pada hari Rabu meningkat
menjadi 0.256287% dan menjadi return tertinggi dibandingkan hari perdagangan lain. Namun, pada
hari Kamis mengalami penurunan menjadi 0.051786%. Fluktuasi rata-rata return saham harian pada
Gambar 2.
Gambar 2
Return Saham Rata-rata

Sumber: data diolah (2017)

Pada Gambar 2 dapat dilihat dengan jelas bahwa return terendah terjadi pada hari Jumat.
Berdasarkan nilai standar deviasi, dapat diketahui bahwa standar deviasi terbesar terjadi pada hari
perdagangan Rabu yaitu sebesar 0. 010059819. Hal ini dapat menandakan adanya fenomena “High
Risk, High Return” dimana rata-rata return pada hari Rabu memiliki resiko tertinggi dibandingkan
hari lain. Standar deviasi terendah terjadi pada hari Jumat, yakni sebesar 0. 006830077. Hal ini
menandakan bahwa resiko pada hari Jumat lebih kecil bila dibandingkan dengan hari perdagangan
lainnya.

Pengujian Hipotesis
Penelitian ini terdiri dari dua hipotesis yang akan di uji dengan pengujian yang berbeda antara
satu dengan lainnya.
Hipotesis 1
Pengujian dengan metode Kruskal Wallis tidak mensyaratkan data harus berdistribusi normal dan
homogen. Namun, peneliti mencoba menyajikan hasil normalitas dan homogenitas data dalam tabel di
bawah ini.

7

Return hari
perdagangan
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat

Tabel 2
Pengujian Normalitas Data
Kolmogorov-Smirnov
Sig.
.200
.200
.200
.200
.184

Shapiro-Wilk
Sig.
.785
.733
.474
.804
.002

Sumber: data diolah (2017)

Hasil pada tabel tersebut dapat diinterpretasikan yakni mayoritas return hari perdagangan
menunjukkan nilai signifikansi > 0.05 baik dengan metode Kolmogorov-Smirnov maupun ShapiroWilk. Hanya return hari Jumat pada kolom Shapiro-Wilk yang berada di bawah batas toleransi 0.05.
Namun, jika melihat pada hasil kolom Kolmogorov-Smirnov yaitu sebesar 0.184 > 0.05, data
tergolong normal. Berdasarkan yang telah dikemukakan maka seluruh data penelitian dinyatakan
memenuhi unsur normalitas.
Tabel 3
Pengujian Homogenitas Data
Levene Statistic
df1
df2
Sig.
1.262
4
241
.286
Sumber: data diolah (2017)

Dari hasil Tabel 3, diketahui bahwa nilai return saham harian sebesar 0.286 lebih besar
dibandingkan 0.05. Dapat disimpulkan bahwa data return saham mempunyai varian yang sama
(homogen).
Kedua pengujian yang telah dilakukan membuktikan bahwa data telah valid dan dapat digunakan
untuk pengujian berikutnya guna menjawab hipotesis yang telah dirumuskan. Hasil pengujian Kruskal
Wallis disajikan sebagai berikut.
Tabel 4
Pengujian Kruskal Wallis
Return hari perdagangan
N
Mean Rank
Senin
47
120.47
Selasa
51
126.33
Rabu
49
137.82
Kamis
50
121.10
Jumat
49
111.59
Chi-Square
3.579
Df
4
Assymp. Sig
.466
Sumber: data diolah (2017)

Hasil pada Tabel 4 di atas menunjukkan rata-rata peringkat tiap kelompok return saham pada hari
perdagangan. Peringkat tertinggi return di hari perdagangan Rabu yaitu sebesar 137.82. Sementara
itu, peringkat return terendah pada hari Jumat sebesar 111.59. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun
2016, return tertinggi dicapai pada hari Rabu sedangkan hari Jumat menjadi hari dimana investor
akan mendapatkan return terendah dari investasi.
Jika nilai p value < batas toleransi maka H1 diterima. Artinya, terdapat perbedaan return saham
pada hari Senin yang cenderung lebih rendah dan negatif dibandingkan dengan hari perdagangan
lain. Nilai p value yang ditunjukkan dalam kolom Assymp. Sig sebesar 0.466 melebihi batas toleransi
0.05. Berdasarkan hasil tersebut, hipotesis pertama tidak dapat diterima. Kesimpulannya, tidak ada
perbedaan return saham pada setiap hari perdagangan.
Untuk menguatkan hasil yang diperoleh, langkah selanjutnya peneliti melakukan uji beda dengan
pengujian Independent Sample T-test. Pengujian ini akan memberikan gambaran spesifik mengenai

8

perbedaan return saham antara hari perdagangan Senin dengan setiap hari perdagangan lain. Hasil
signifikansi 2 arah (sig 2 tailed) dari pengujian akan menunjukkan ada tidaknya perbedaan return
saham harian IHSG tahun 2016. Sementara itu, untuk menentukan apakah return hari Senin
merupakan return terendah dan negatif peneliti menganalisis hasil signifikansi 1 arah (sig 1 tailed)
dari output pengujian.
Tabel 5
Pengujian Independent Sample T-test
Perbandingan Return
Signifikansi (2-tailed) Signifikansi (1-tailed)
Saham
Senin dan Selasa
.622
.408972
Senin dan Rabu
.197
.158873
Senin dan Kamis
.839
-471344
Senin dan Jumat
.537
.246027
Sumber: data diolah (2017)

Jika dibandingkan dengan batas toleransi sebesar 0.05, hasil signifikansi dua arah dalam Tabel di
atas menggambarkan bahwa antara hari perdagangan Senin dan hari perdagangan lain tidak memiliki
return yang berbeda. Demikian pula halnya dengan signifikansi satu arah, hasil tersebut
mengindikasikan bahwa return hari Senin bukan merupakan return IHSG yang terendah dan negatif
selama tahun 2016.
Tabel 6
Hasil Homogeneous Subsets Tukey Return Saham
Hari
N
Subset for alpha = 0.05
Jumat
49
-.00113997
Senin
47
.00013247
Kamis
50
.00051786
Selasa
51
.00098563
Rabu
49
.00256287
Sig.
.230
Sumber: data diolah (2017)

Kedua hasil pengujian di atas, diperkuat dengan hasil homogeneous subsets tukey atas return
saham dimana hanya terbentuk satu kelompok untuk return seluruh hari perdagangan. Artinya, tidak
ada perbedaan antara return saham harian tersebut. Dari tabel juga didapatkan hasil rata-rata return
terendah dan negatif bukan pada hari Senin melainkan hari Jumat.
Hipotesis 2
Pengujian hipotesis 2 ini menggunakan variabel return hari Senin dan return hari Jumat minggu
sebelumnya. Return hari Senin terdiri dari 47 data dan return harian untuk hari Jumat terdiri dari 49
data. Tetapi untuk data yang berpasangan secara lengkap hanya terdiri dari 47 pasang data.

R
.211

Tabel 7
Uji Regresi-Model Summary
Adjusted R
Std. Error of the
R Square
Square
Estimate
.044
.023
.009925557

Sumber: data diolah (2017)

Kolom R Square pada Tabel 7 tersebut menunjukkan nilai koefisien determinasi yang berarti
bahwa dalam penelitian ini, variabel dependen return saham hari Senin dijelaskan oleh variabel return
hari Jumat minggu sebelumnya sebesar 4.4%. Sisanya, yaitu 95.6% dipengaruhi oleh variabel lain
selain variabel bebas tersebut.

9

Tabel 8
Hasil Uji F dan t
Model Regresi:
Y = -.207 Jumat
Variabel
Jumat (X)
Sumber: data diolah (2017)

F
.155

t
.155

Hasil uji F dalam model regresi pada tabel 8 menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.155.
Artinya, tidak terdapat pengaruh dari variabel bebas return hari Jumat terhadap variabel tergantung
yaitu return hari Senin. Selanjutnya, hasil ini diperkuat dengan uji t yang menunjukkan koefisien
variabel hari Jumat negatif dan memiliki nilai t 0.155 yang tidak signifikan pada taraf 0.05. Dapat
disimpulkan return hari Senin tidak dipengaruhi return hari Jumat secara signifikan. Dalam hal ini
maka hipotesis 2 ditolak.
Nilai koefisien yang negatif dapat dijelaskan bahwa perdagangan pada hari Jumat sebesar -0.207
akan berdampak peningkatan terhadap return pada hari perdagangan Senin. Sebaliknya, apabila
return pada hari Jumat minggu sebelumnya positif, maka pada hari Senin dapat diprediksi return akan
negatif.

Pembahasan
Return saham pada hari Senin berbeda dengan return hari perdagangan lain yaitu cenderung
lebih rendah dan negatif
Berdasarkan pengujian return saham IHSG pada tahun 2016 diperoleh hasil bahwa rata-rata
return saham harian menunjukkan angka yang bervariasi. Angka return positif dan tertinggi terjadi
pada hari Rabu, sedangkan return hari Senin tidak menunjukkan angka negatif serta bukan merupakan
return tertinggi tahun 2016. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Iramani dan Mahdi (2006) serta
Tahar dan Indrasari (2004).
Tidak terdeteksinya fenomena Monday effect pada IHSG dikarenakan kondisi pasar modal
Indonesia yang cenderung membaik pada tahun 2016. Seperti terlihat dalam analisis di atas, rata-rata
return positif terjadi pada hampir seluruh hari perdagangan. Hanya return hari Jumat yang
menunjukkan nilai negatif. Kondisi ini menunjukkan bahwa tahun 2016 merupakan tahun dengan
iklim investasi baik sehingga frekuensi perdagangan saham cenderung positif dan merata sepanjang
tahun. Hal ini di dukung oleh pernyataan Kepala Departemen Pengawasan Pasar Modal Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) 1A, Gonthor R Aziz yang menyatakan bahwa rata-rata transaksi efek harian di BEI
mencatatkan pertumbuhan sekitar 29% menjadi sekitar Rp. 7.4 triliun dibandingkan tahun 2015 yang
sebesar Rp. 5.7 triliun, peningkatan kinerja pasar modal juga dapat dilihat dari fluktuasi IHSG yang
tumbuh sekitar 11% (www.jpp.go.id). Fakta tersebut mencetuskan optimisme investor untuk
melakukan transaksi perdagangan saham pada setiap hari perdagangan aktif. Sehingga, fenomena
Monday effect yang ditandai dengan return hari Senin yang signifikan negatif tidak terjadi.
Monday effect terjadi dikarenakan pada awal minggu investor cenderung merespon berita buruk
(bad news) yang sengaja di tahan pada akhir perdagangan minggu sebelumnya. Hal ini agar investor
memiliki waktu luang untuk mengevaluasi kembali kinerja emiten pekan sebelumnya, sehingga dapat
menerapkan strategi perdagangan yang baik berdasarkan informasi yang tersedia. Selanjutnya, pada
hari perdagangan Selasa investor mulai menerapkan strategi dalam melakukan perdagangan dan
berlanjut pada hari perdagangan Rabu untuk mendapatkan return yang signifikan. Hal ini sesuai
dengan rata-rata return saham yang didapatkan selama tahun 2017 dimana pada hari Selasa nilai
return saham mengalami peningkatan dibandingkan hari Senin. Hari Rabu return saham semakin
meningkat dan menjadikan hari tersebut sebagai hari dengan return tertinggi. Namun, rata-rata return
pada hari Kamis dan Jumat mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena investor kembali
mempersiapkan strategi investasi untuk hari perdagangan di minggu berikutnya. Oleh karena itu,
selama investor masih menyusun strategi investasi yang akan digunakan, investor akan menahan diri
untuk melakukan transaksi perdagangan (Tandelilin, 1999).
Return hari Rabu merupakan return tertinggi pada tahun 2016. Hal ini karena hari Rabu
merupakan hari ketiga dalam hari kerja selama seminggu. Pada hari Rabu para investor cenderung
memiliki mood tinggi (highest mood) untuk bertransaksi aktif di pasar modal karena gairah kerja
mulai membaik. Dibandingkan dengan hari Senin yang merupakan hari pertama kerja setelah

10

weekend, rata-rata return saham akan lebih tinggi. Demikian pula halnya saat hari Jumat, mood
investor juga akan mengalami penurunan menjelang weekend. Keputusan investor sangat mungkin
didasarkan atas perilaku yang bias, emosi maupun mood. John R Nofsinger menjelaskan mood
masyarakat (social mood) akan mewarnai mood para investor. Jika masyarakat umumnya merasa
optimistis dalam melihat keadaan sosial ekonomi masyarakat, maka para investor di pasar modal juga
akan cenderung optimistis dan dalam keadaan mood tinggi. Sebaliknya jika mood masyarakat
pesimistis, maka investor akan cenderung pesimistis dan dalam keadaan mood rendah. Mood
menggambarkan karakter yang sedang melekat pada diri investor (Wahyudi, 2008).
Return pada hari Senin di Bursa Efek Jakarta dipengaruhi oleh terjadinya return pada hari
Jumat pekan sebelumnya
Pengujian return pada hari Jumat minggu sebelumnya akan mempengaruhi return pada hari senin,
menyimpulkan bahwa return hari Jumat minggu sebelumnya berpengaruh negatif dan tidak signifikan
sehingga hipotesis ditolak. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sun dan Tong
(2002), Budileksmana (2005) dan Ambarwati (2009) yang menyatakan bahwa return hari Senin
berkorelasi positif terhadap return hari Jumat minggu sebelumnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa return saham pada IHSG pada hari Senin random dan
tidak dapat diprediksi secara sistematis berdasarkan kondisi pasar minggu sebelumnya. Hal ini
memenuhi hipotesis mengenai efisiensi pasar bentuk lemah yang menyatakan bahwa data masa lalu
tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Jika pasar efisien secara bentuk lemah, maka nilai-nilai
masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Ini berarti bahwa untuk pasar
yang efisien bentuk lemah, investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan
keuntungan yang tidak normal (Jogiyanto, 2005).

Kesimpulan
Return hari perdagangan Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Jumat tidak memiliki perbedaan return
yang signifikan. Tidak adanya perbedaan return harian dikarenakan stabilitas ekonomi tahun 2016
yang relatif baik sehingga investor tidak terlalu mempertimbangkan faktor hari perdagangan dalam
melakukan transaksi. Iklim yang baik menyebabkan investor over convidence sehingga menganggap
hari perdagangan tidak memiliki pengaruh tertentu pada return saham.
Return hari Jumat minggu sebelumnya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return hari
Senin pada tahun 2016. Hal ini berarti jika return pada hari Jumat diketahui positif, maka tidak dapat
diprediksi return hari Senin akan bernilai positif pula. Demikian sebaliknya, jika return pada hari
Jumat diketahui negatif, maka tidak dapat diprediksi return hari Senin akan bernilai negatif pula.
Tidak berpengaruhnya return hari Jumat terhadap return hari Senin sesuai dengan hipotesis pasar
efisien bentuk lemah yang menyatakan data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai saat ini.

Implikasi dan Keterbatasan
Penelitian ini memberikan memberikan pengaruh yang besar dan bermanfaat mengenai Monday
effect pada return saham harian. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
pedoman bagi investor bahwa Monday effect ternyata tidak selamanya terjadi khususnya di tahun
2016. Adanya fakta bahwa iklim investasi dan perekonomian yang kondusif menyebabkan volume
perdagangan saham merata di sepanjang tahun. Selain itu, meratanya informasi yang diterima oleh
investor mengindikasikan terciptanya efisiensi pasar dimana return saham tidak dapat diprediksi.
Waktu penelitian belum sepenuhnya dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan generalisasi
tidak adanya fenomena Monday effect di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian berikutnya, peneliti
diharapkan dapat memperbesar waktu penelitian dalam rentang waktu 2 (dua) tahun atau lebih.

Daftar Referensi
Abraham, A dan David L Ikenberry. 1994. The Individual Investor and The Weekend Effect. Journal of
Financial and Quantitative Analysis. 20: 263-277.
Budileksmana, Antariksa. 2005. Fenomena The Monday Effect di Bursa Efek Jakarta. Simposium
Nasional Indonesia VIII Solo, 15-16 September 2005, 491-503.
Hasibuan, Ali Fikri dan Taufik Hidayat. 2011. Pengaruh Indeks Harga Saham Global Terhadap
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Jurnal Keuangan dan Bisnis Vo. 3, No. 3,
November 2011.
11

H.M, Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kelima. Yogyakarta : BPFE.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE.
Iramani, Rr dan Ansyori Mahdi. 2006. Studi Tentang Pengaruh Hari Perdagangan Terhadap Return
Saham pada BEJ. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 8, No. 2, Nopember 2006: 63-70.
Kondisi Pasar Modal Indonesia 2016 Kondusif. www.jpp.go.id. Diakses tanggal 20 Agustus 2017.
Mengenal Apa Itu IHSG? www.sekuritas.co.id. Diakses tanggal 20 Agustus 2017.
Sekaran, Uma. 2009. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Buku 1 dan 2. Jakarta : Salemba Empat.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Dalam Priyatno, Duwi. 2011. Buku Pintar Statistik
Komputer. Yogyakarta : MediaKom.
Sun, Q dan W.H.S Tong. 2002. Another New Look at Monday Effect. Journal of Business Finance and
Accounting Vol. 29 : 1123-1147 dalam Budileksmana, Antariksa. 2005. Fenomena The Monday
Effect di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Indonesia VIII Solo, 15-16 September 2005,
491-503.
Syahid, Fendy Zaenuddin. 2011. Pengaruh Monday Effect Terhadap Return Saham Pada Perusahaan
Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2009. Skripsi. Yogyakarta : Universitas
Pembangunan “Veteran”.
Tandelilin, Eduardus dan Algifari. 1999. Pengaruh Hari Perdagangan Terhadap Return Saham di
Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol. 14, No. 4, 111-123.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Fortofolio. Edisi Pertama. Yogyakarta:
BPFE.

12

Lampiran
STATISTIK DESKRIPTIF
Descriptive Statistics
N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

Senin

47

-.022215

.027912

.00013247

.010042766

Selasa

51

-.013276

.015683

.00098563

.006830077

Rabu

49

-.014195

.021061

.00256287

.008235148

Kamis

50

-.020027

.023276

.00051786

.008551853

Jumat

49

-.040060

.028533

-.00113997

.010059819

Valid N (listwise)

47

UJI REGRESI SEDERHANA (HIPOTESIS 2)
Variables Entered/Removed a
Variables
Model

Variables Entered

1

Jumatb

Removed

Method
. Enter

a. Dependent Variable: Senin
b. All requested variables entered.
Model Summary

Model

R

1

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate

R Square
.211a

.044

.023

.009925557

a. Predictors: (Constant), Jumat
ANOVAa
Model
1

Sum of Squares

df

Mean Square

Regression

.000

1

.000

Residual

.004

45

.000

Total

.005

46

F

Sig.

2.093

.155b

a. Dependent Variable: Senin
b. Predictors: (Constant), Jumat
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1

B
(Constant)
Jumat

Std. Error
.000

.001

-.207

.143

Coefficients
Beta

t

-.211

Sig.
-.095

.924

-1.447

.155

a. Dependent Variable: Senin

13

UJI NORMALITAS DATA
Case Processing Summary
Cases
Valid
Hari
Return

N

Missing
Percent

N

Total

Percent

N

Percent

Senin

47

100.0%

0

0.0%

47

100.0%

Selasa

51

100.0%

0

0.0%

51

100.0%

Rabu

49

100.0%

0

0.0%

49

100.0%

Kamis

50

100.0%

0

0.0%

50

100.0%

Jumat

49

100.0%

0

0.0%

49

100.0%

Descriptives
Hari
Return

Senin

Statistic
Mean

.00013247

95% Confidence Interval for

Lower Bound

-.00281620

Mean

Upper Bound

.00308113

5% Trimmed Mean

.001464888

-.00005777

Median

.00192967

Variance

.000

Std. Deviation

Selasa

Std. Error

.010042766

Minimum

-.022215

Maximum

.027912

Range

.050128

Interquartile Range

.013172

Skewness

.201

.347

Kurtosis

.419

.681

.00098563

.000956402

Mean
95% Confidence Interval for

Lower Bound

-.00093536

Mean

Upper Bound

.00290662

5% Trimmed Mean

.00097814

Median

.00153736

Variance
Std. Deviation

.000
.006830077

Minimum

-.013276

Maximum

.015683

14

Rabu

Range

.028958

Interquartile Range

.008572

Skewness

.037

.333

Kurtosis

-.305

.656

.00256287

.001176450

Mean
95% Confidence Interval for

Lower Bound

.00019746

Mean

Upper Bound

.00492828

5% Trimmed Mean

.00242147

Median

.00188994

Variance

.000

Std. Deviation

Kamis

.008235148

Minimum

-.014195

Maximum

.021061

Range

.035256

Interquartile Range

.010194

Skewness

.301

.340

Kurtosis

.108

.668

.00051786

.001209415

Mean
95% Confidence Interval for

Lower Bound

-.00191255

Mean

Upper Bound

.00294827

5% Trimmed Mean

.00045537

Median

.00034610

Variance

.000

Std. Deviation

Jumat

.008551853

Minimum

-.020027

Maximum

.023276

Range

.043303

Interquartile Range

.010249

Skewness

.123

.337

Kurtosis

.677

.662

-.00113997

.001437117

Mean
95% Confidence Interval for

Lower Bound

-.00402949

Mean

Upper Bound

.00174955

5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation

-.00092833
.00037031
.000
.010059819

Minimum

-.040060

Maximum

.028533

15

Range

.068593

Interquartile Range

.009835

Skewness

-.781

.340

Kurtosis

4.736

.668

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Hari
Return

Statistic

df

Shapiro-Wilk
Sig.

Statistic

df

Sig.

*

.985

47

.785

Senin

.086

47

.200

Selasa

.091

51

.200*

.984

51

.733

*

.978

49

.474

Rabu

.100

49

.200

Kamis

.073

50

.200*

.986

50

.804

Jumat

.110

49

.184

.915

49

.002

*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

UJI HOMOGENITAS DATA
Test of Homogeneity of Variances
Return
Levene Statistic

df1

1.262

df2
4

Sig.
241

.286
ANOVA

Return
Sum of Squares

df

Mean Square

Between Groups

.000

4

.000

Within Groups

.019

241

.000

Total

.019

245

F

Sig.
1.147

.335

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Return
Tukey HSD
95% Confidence Interval

Mean Difference (I(I) Hari

(J) Hari

J)

Std. Error

Sig.

Lower Bound

Upper Bound

Senin

Selasa

-.000853166

.001779604

.989

-.00574448

.00403815

Rabu

-.002430403

.001796938

.659

-.00736936

.00250856

Kamis

-.000385393

.001788119

1.000

-.00530011

.00452933

Jumat

.001272437

.001796938

.955

-.00366652

.00621140

16

Selasa

Rabu

Kamis

Jumat

Senin

.000853166

.001779604

.989

-.00403815

.00574448

Rabu

-.001577237

.001760602

.898

-.00641633

.00326185

Kamis

.000467773

.001751600

.999

-.00434657

.00528212

Jumat

.002125603

.001760602

.747

-.00271349

.00696469

Senin

.002430403

.001796938

.659

-.00250856

.00736936

Selasa

.001577237

.001760602

.898

-.00326185

.00641633

Kamis

.002045010

.001769208

.776

-.00281773

.00690775

Jumat

.003702840

.001778121

.231

-.00118440

.00859008

Senin

.000385393

.001788119

1.000

-.00452933

.00530011

Selasa

-.000467773

.001751600

.999

-.00528212

.00434657

Rabu

-.002045010

.001769208

.776

-.00690775

.00281773

Jumat

.001657830

.001769208

.882

-.00320491

.00652057

Senin

-.001272437

.001796938

.955

-.00621140

.00366652

Selasa

-.002125603

.001760602

.747

-.00696469

.00271349

Rabu

-.003702840

.001778121

.231

-.00859008

.00118440

Kamis

-.001657830

.001769208

.882

-.00652057

.00320491

Homogeneous Subsets
Return
Tukey HSD

a,b

Subset for alpha =
0.05
Hari

N

1

Jumat

49

-.00113997

Senin

47

.00013247

Kamis

50

.00051786

Selasa

51

.00098563

Rabu

49

.00256287

Sig.

.230

UJI KRUSKAL WALLIS (HIPOTESIS 1)

NPar Tests
Descriptive Statistics
N

Mean

Std. Deviation

Minimum

Maximum

Return

246

.00061833

.008811773

-.040060

.028533

Hari

246

3.01

1.407

1

5

Kruskal-Wallis Test
Ranks
Hari
Return

Senin

N

Mean Rank
47

120.47

17

Selasa

51

126.33

Rabu

49

137.82

Kamis

50

121.10

Jumat

49

111.59

Total

246

Test Statisticsa,b
Return
Chi-Square

3.579

df

4

Asymp. Sig.

.466

a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Hari

UJI INDEPENDENT SAMPLE T-TEST (HIPOTESIS 2)
Hari Perdagangan Senin dan Selasa

T-Test
Group Statistics
Hari
Return

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

Senin

47

.00013247

.010042766

.001464888

Selasa

51

.00098563

.006830077

.000956402

Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances

t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of

F
Return

Equal variances assumed

Sig.

5.611

.020

Equal variances not assumed

t

df

Sig. (2-

Mean

Std. Error

tailed)

Difference

Difference

the Difference
Lower

-.495

96

.622

-.000853166

.001723137

-.004273566

.002567234

-.488

80.172

.627

-.000853166

.001749458

-.004334583

.002628251

Hari Perdagangan Senin dan Rabu

T-Test
Group Statistics
Hari
Return

N

Upper

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

Senin

47

.00013247

.010042766

.001464888

Rabu

49

.00256287

.008235148

.001176450

18

Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances

t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of

F
Return

Equal variances assumed

Sig.

1.737

t

df

Sig. (2-

Mean

Std. Error

tailed)

Difference

Difference

the Difference
Lower

Upper

.191 -1.299

94

.197

-.002430403

.001871078

-.006145473

.001284666

-1.294

88.995

.199

-.002430403

.001878811

-.006163564

.001302757

Equal variances not assumed

Hari Perdagangan Senin dan Kamis

T-Test
Group Statistics
Hari
Return

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

Senin

47

.00013247

.010042766

.001464888

Kamis

50

.00051786

.008551853

.001209415

Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances

t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of

F
Return

Equal variances assumed

Sig.

1.426

.235

Equal variances not assumed

t

df

Sig. (2-

Mean

Std. Error

tailed)

Difference

Difference

the Difference
Lower

Upper

-.204

95

.839

-.000385393

.001890190

-.004137894

.003367108

-.203

90.575

.840

-.000385393

.001899626

-.004159006

.003388220

Hari Perdagangan Senin dan Jumat

T-Test
Group Statistics
Hari
Return

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

Senin

47

.00013247

.010042766

.001464888

Jumat

49

-.00113997

.010059819

.001437117

Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances

F

Sig.

t-test for Equality of Means

t

df

Sig. (2-

Mean

Std. Error

95% Confidence Interval of

tailed)

Difference

Difference

the Difference

19

Lower
Return

Equal variances assumed
Equal variances not assumed

.410

.523

Upper

.620

94

.537

.001272437

.002052195

-.002802244

.005347118

.620

93.847

.537

.001272437

.002052121

-.002802185

.005347059

20

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22