111435309 Pembelajaran Sebagai Kegiatan Yang Bertujuan2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses yang selalu menyertai dalam
kehidupan sehari-sehari, belajar tidak selalu dengan membaca buku,
menulis menghafal dan lain sebagainya. Karena dimana belajar merupakan
kegiatan dari tidak tahu menjadi tahu dalam segala bidang kehidupan dan
lingkupnya tidak hanya sebatas pada suatu pengetahuan dalam ilmu
pelajaran tetapi juga dalam ilmu kehidupan. Kegiatan bisa dikatakan
belajar ketika pengetahuan seseorang bertambah. Setiap orang memiliki
interprestasi sendiri-sendiri mengenai definisi dan makna mengenai
belajar. Dalam institusi formal seperti sekolah biasanya proses belajar
disebut sebagai kegiatan pembelajaran. Pembelajaran ini merupakan
sebuah proses yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan
system lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat
melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil
optimal.
Setiap kegiatan memiliki suatu tujuan seperti halnya kegiatan
pembelajaran yang terjadi dalam institusi formal yang dimana tujuan

tersebut dirangkumkan dalam suatu kurikulum dan di tuangkan dalam
silabus agar setiap kegiatan pembelajaran yang disebutkan sebagai
kompetensi dasar menjadi kegiatan yang benar-benar bertujuan. Tujuan
dari proses kegiatan ini sebenarnya tidak hanya mencakup sisi kognitif
saja tetapi hendaknya mencakup sisi afektif dan psikomotor jadi
pembelajaran menjadi suatu kegiatan yang melibatkan seluruh rangkaian
kegiatan otak. Sebagai calon pendidik perlu mengkaji lebih dalam
mengenai pembelajaran, system pembelajaran, tujuan pembelajaran

bahkan metode pembelajaran jangan sampai pembelajaran yang terjadi
secara formal hanya untuk mencapai tujuan formal saja karena itu akan
menjadi kegiatan yang sia-sia, kita sejatinya sebagai manusia lebih banyak
menghabiskan aktifitasnya dalam lingkungan non formalnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep dasar pembelajaran?
2. Bagaimana prinsip pembelajaran?
3. Bagaimana Pembelajaran menjadi sebuah kegiatan yang bertujuan?


C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas,
maka tujuan dalam makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsep dasar pembelajaran.
2. Untuk mengetahui prinsip pembelajaran.
3. Untuk mengetahui kegiatan Pembelajaran sebagai kegiatan yang
bertujuan.

BAB II
ISI

A. Konsep Dasar Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran
merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana
proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Pemahaman
seorang


guru

terhadap

pengertian

pembelajaran

akan

sangat

mempengaruhi cara guru itu mengajar. pembelajaran adalah suatu
sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang
berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa
untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa
yang bersifat internal. Gagne dan Briggs (1979:3), Pembelajaran
adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. (UU No. 20/2003, Bab I Pasal
Ayat 20), Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction atau

“pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau
mengajarkan. (Purwadinata, 1967; 22).
Dari berbagai pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran adalah proses sesorang untuk mencapai tujuan
pendidikan yang dilakukan dengan proses interaksi melalui seseorang
(guru).
2. Metode Pembelajaran
Metode adalah cara yang berfungsi sebagai alat untuk
mencapai tujuan, sehingga metode pembelajaran yaitu bagaimana cara
melaksanakan

kegiatan

pembelajaran

agar

tercapai

tujuan


pembelajaran. Ada banyak metode pembelajaran seperti metode
latihan, metode tanya jawab, metode diskusi, metode ceramah, metode
sosiodrama dan masih banyak lagi dimana untuk memilih metode yang
tepat dalam pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal berikut ini :
a. Tujuan yang hendak dicapai
b. Kemampuan pendidikan
c. Kebutuhan peserta didik
d. Isi atau materi pembelajaran
Dengan demikian metode pembelajaran ini sebagai langkah
pembelajaran dalam mencapai tujuan yang sebenarnya.
e. Komponen Pembelajaran
1) Pendidik
Pendidik merupakan seorang instruktur dari sebuah pembelajaran,
dalam institusi formal pendidik adalah seorang guru. Peran guru
dalam aktivitas pembelajaran sangat kompleks. Guru tidak sekedar
menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya, akan
tetapi guru juga dituntut untuk memainkan berbagai peran yang
bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didiknya secara
optimal. Djamarah (2000) merumuskan peran guru dalam

pembelajaran sebagai berikut :
a) Korektor
Guru berperan menilai dan mengoreksi semua hasil belajar,
sikap, tingkah laku, dan perbuatan siswa baik di sekolahan
maupun di luar sekolahan sehingga pada akhirnya siswa dapat
mengetahui.
b) Inspirator

Guru harus dapat memberikan inspirasi atau ilham kepada
siswa mengenai cara belajar yang baik.
c) Informator
Guru harus dapat memberikan informasi yang baik dan efektif
mengenai materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam
kurikulum serta informasi mengenai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
d) Organisator
Guru berperan untuk mengelola berbagai kegiatan akademik
baik intrakurikuler maupun ekstrakulikuler sehingga tercapai
efektivitas dan efisien belajar anak didik. Diantara berbagai
kegiatan pengelolaan pembelajaran yang terpenting adalah

menciptakan kondisi dan situasi sebaik-baiknya sehingga
memungkinkan para siswa belajar secara berdayaguna dan
berhasil guna.
e) Motivator
Guru dituntut untuk mendorong anak didiknya agar senantiasa
memiliki motivasi tinggi dan aktif belajar.
f) Inisiator
Guru hendaknya dapat menjadikan pencetus ide-ide kemajuan
dalam pendidikan dan pengajaran. Proses pembelajaran
hendaknya selalu diperbaiki sehingga dapat menyesuaikan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
g) Fasilitator

Guru

hendaknya

dapat

menyediakan


fasilitas

yang

memungkinkan agar anak didik dapat belajar secara optimal.
Fasilitas yang disediakan tidak hanya fasilitas fisik seperti
ruang kelas yang memadai atau media belajar yang lengkap,
akan tetapi juga fasilitas psikis seperti kenyamanan batin dalam
belajar, interaksi yang harmonis antara guru denagn anak didik,
maupun adanya dukungan penuh guru sehingga anak didik
senantiasa memiliki motivasi tinggi dalam belajar.
h) Pembimbing
Guru hendaknya dapat memberikan bimbingan kepada anak
didinya dalam menghadapi tantangan maupun kesulitan belajar.
Akhirnya, diharapkan melalui bimbingan ini anak didik dapat
mencapai kemandirian dalam mencapai tujuan pembelajaran
secara optimal.
i) Demonstrator
Guru dituntut untuk dapat memperagakan apa yang diajarkan

secara didaktis sehingga anak didik dapat memahami materi
yang dijelaskan guru secara optimal.
j) Pengelola Kelas
Guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik karena
kelas adalah tempat berhimpun guru dan siswa dalam proses
pembelajaran. Dengan pengelolaan yang baik diharapkan siswa
dapat memiliki motivasi tinggi dalam belajar dan pada akhirnya
dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
k) Mediator

Guru dapat berperan sebagai penyedia media dan penengah
dalam proses pembelajaran anak didik. Melalui guru, siswa
dapat memperoleh materi pembelajaran dan umpan balik dari
hasil belajar.
l) Supervisor
Guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan menilai
secara kritis proses pembelajaran yang dilakukan sehingga
pada akhirnya proses pembelajaran dapat optimal.
m) Evaluator
Guru


dituntut

untuk

mampu

menilai

produk

(hasil)

pembelajaran serta proses (jalannya) pembelajaran. Dari proses
ini diharapkan diperoleh umpan balik dari hasil pembelajaran
untuk optimalisasi hasil pembelajaran.
2) Peserta didik
Peserta didik merupakan subjek atau pribadi yang otonom, yang
ingin diakui keberadaannya. Dahulu seseorang mengasumsikan
peserta didik terdiri dari anak-anak pada usia sekolah, maka

sekarang peserta didik dimungkinkan juga orang dewasa.
Menurut M. J. Langeveld persoalan yang berhubungan dengan
peserta didik terkait dengan sifat atau sikap anak didik sebagai
berikut :
a) Sifat
Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, oleh sebab
itu anak memiliki sifat kodrat kekanak-kanakan yang berbdeda
dengan sifat hakikat kedewasaan.
b) Sikap

Anak memiliki sikap menggantungkan diri, membutuhkan
pertolongan dan bimbingan baik jasmaniah maupun rohaniah.
Sifat hakikat manusia dalam pendidikan ia mengemukakan
peserta didik harus diakui sebagai makhluk individu dualitas,
sosialitas dan moralitas. Manusia sebagai mahluk yang harus
dididik dan mendidik.
3. Lingkungan Pembelajaran
Lingkungan pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu
yang ada diluar dari komponen pembelajaran namun lingkungan ini
sangat berpengaruh proses pembelajaran.
Dalam GBHN disebutkan pendidikan berlangsung seumur
hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Karena itu pembelajaran yang merupakan bagian dari
pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga,
pemerintah dan masyarakat.
(Hendrowibowo, 2011:148) Ki Hajar Dewantara membedakan
lingkungan pendidikan berdasarkan pada kelembagaan, yaitu :
a. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama. Karena
dalam keluarga itulah kepribadian anak terbentuk. Keluarga inilah
yang yang dikenal oleh anak sebagai kesatuan hidup bersama.
b. Lingkungan Sekolah
Lingkungan

sekolah

yaitu

lingkungan

pendidikan

yang

mengembangkan dan meneruskan pendidikan anak menjadi warga
negara yang cerdas, trampil dan bertingkah laku baik.
c. Lingkungan Organisasi Pemuda

Lingkungan ini diharapkan mampu membina pemuda dan pemudi
melalui

pendidikan

sendiri,

memadukan

perkembangan

kecerdasan, budi pekerti dan perilaku sosial.
Dari serangkaian pembahasan diatas diawali dengan pengertian
pembelajaran,

kemudian

metode

pembelajaran,

komponen

pembelajaran dan yang terakhir tentang lingkungan pembelajaran ini
dimaksudkan untuk menjelaskan mengenai konsep pembelajaran
secara utuh, jadi jika diibaratkan pembelajaran adalah suatu mobil
yang memiliki tempat tujuan (tujuan pembelajaran), dimana tujuan itu
tidak hanya untuk memarkirkan mobilnya (menyimpan ilmu
pengetahuan)

namun

juga

menuju

tujuan

yang

memilki

kebermanfaatan (ilmu pengetahuan yang dapat diterapkan dalam
kehidupan) dan metode merupakan sebuah kendali, hal-hal yang
mengatur perjalanan dan komponen yang merupakan bagian-bagian
serta lingkungan merupakan kondisi selama perjalanan mobil itu
dengan demikian untuk membahas mengenai bahasan selanjutnya
memegang satu konsep yang utuh.
B. Prinsip Pembelajaran
Prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum berkaitan dengan
perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman,
pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan
individual.
1. Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar.
Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan
pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan
untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari,
akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya.

Motivasi erat kaitannya dengan minat.siswa yang memiliki
minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik
perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk
mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh
nilai-nilai yang di anggap penting dalam kehidupan. Nilai-nilai
tersebut mengubah tingkah laku dan motivasinya.
Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya
sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni datang dari orang lain.
Motivasi dibedakan menjadi dua:
a. Motif intrinsik.
Motif intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan
perbuatan yang dilakukan. Sebagai contoh, seorang siswa dengan
sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran di sekolah karena
ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya.
b. Motif ekstrinsik.
Motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada diluar
perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi penyerta. Contohnya
siswa belajar dengan sungguh-sungguh bukan dikarenakan ingin
memiliki pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong oleh
keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah. Keinginan naik
kelas atau mendapatkan ijazah adalah penyerta dari keberhasilan
belajar.
Motif ekstrinsik dapat berubah menjadi motif intrinsik yang
disebut “transformasi motif”. Sebagai contoh, seseorang belajar di
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) karena
menuruti keinginan orang tuanya yang menginginkan anaknya
menjadi seorang guru. Mula-mula motifnya adalah ekstrinsik, yaitu
untuk menyenangkan hati orang tuanya,tetapi setelah belajar
beberapa lama di LPTK ia menyenangi pelajaran-pelajaran yang

digelutinya dan senang belajar untuk menjadi guru. Jadi motif pada
siswa itu semula ekstrinsik menjadi intrinsik.
2. Keaktifan
Belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak
dapat dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi
apabila anak aktif mengalaminya sendiri. John Dewey mengemukakan
bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa
untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang sendiri. Guru sekedar
pembimbing dan pengarah.
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang
sangat aktif, jiwa mengolah informasi, tidak sekedar menyimpannya
saja tanpa mengadakan transformasi. Menurut teori ini anak memiliki
sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Dalam
proses balajar mengajar anak mampu mengidantifikasi, merumuskan
masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan
dan menarik kesimpulan.
Dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan
keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan kegiatan
psikis. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis,
berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Sedangkan
kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang
dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan
satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan
kegiatan psikis yang lain.
3. Keterlibatan langsung/berpengalaman.
Menurut Edgar Dale, dalam penggolongan pengalaman belajar
yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya, mengemukakan
bahwa belajar yang paling baik adalah belajar dari pengalaman
langsung. Belajar secara langsung dalam hal ini tidak sekedar

mengamati secara langsung melainkan harus menghayati, terlibat
langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
Belajar harus dilakukan siswa secara aktif, baik individual maupun
kelompok dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru
bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Keterlibatan siswa di
dalam belajar tidak hanya keterlibatan fisik semata, tetapi juga
keterlibatan emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam
pencapaian

perolehan

pengetahuan,

dalam

penghayatan

dan

internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga
pada

saat

mengadakan

latihan-latihan

dalam

pembentukan

keterampilan.
4. Pengulangan
Menurut teori psikologi daya, belajar adalah melatih daya-daya
yang ada pada manusia yang terdiri atas mengamat, menanggap,
mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan
mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang.
Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law of exercise”,
Thorndike

mengemukakan

bahwa

belajar

ialah

pembentukan

hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap
pengamatan-pengamatan itu memperbesar peluang timbulnya respons
benar
Pada teori psikologi Conditioning, respons akan timbul bukan
karena oleh stimulus saja tetapi oleh stimulus yang di kondisikan,
misalnya siswa berbaris masuk ke kelas, mobil berhenti pada saat
lampu merah.
Ketiga

teori

tersebut

menekankan

pentingnya

prinsip

pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda.
Walaupun kita tidak dapat menerima bahwa belajar adalah
pengulangan seperti yang dikemukakan ketiga teori tersebut, karena

tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun
prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran.
5. Tantangan
Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan
bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau
lapangan psikologis. Dalam situasi siswa menghadapi suatu tujuan
yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari
bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu
yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Tantangan yang
dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk
mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung
masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk
mempelajarinya.
6. Balikan dan penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan
terutama ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F.
Skinner. Kalau pada teori conditioning yang diberi kondisi adalah
stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat adalah
responnya. Kunci dari teori belajar ini adalah law of effectnya
Thorndike.
Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang
baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar
lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning
atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang
jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas. Hal ini
juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut
penguatan negatif atau escape conditioning.

Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode
penemuan dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang
memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan.
7. Perbedaan individu
Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua
orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu
dengan yang lainnya. Perbedaan belajar ini berpengaruh pada cara dan
hasil belajar siswa. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di
sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual,
umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa
sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang
lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.

C. Pembelajaran sebagai kegiatan bertujuan
Pembelajaran merupakan bagian dari proses pendidikan, yang
keduanya memiliki tujuan yang sama, tujuan ini di implementasikan dalam
sebuah kurikulum sehingga dapat berlaku secara umum. Tujuan
pendidikan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam merancang kurikulum,
terutama dalam memilih dan menetapkan materi, metode/proses dan
menetapkan alat evaluasi. Tujuan juga sebagai alat untuk mengukur
keberhasilan sebuah rancangan kurikulum
Salah satu sumbangan terbesar dari aliran psikologi behaviorisme
terhadap pembelajaran bahwa pembelajaran seyogyanya memiliki tujuan.
Gagasan perlunya tujuan dalam pembelajaran pertama kali dikemukakan
oleh B.F. Skinner pada tahun 1950. Kemudian diikuti oleh Robert Mager
pada

tahun

1962

yang

dituangkan

dalam

bukunya

yang

berjudul Preparing Instruction Objective. Sejak pada tahun 1970 hingga
sekarang penerapannya semakin meluas hampir di seluruh lembaga
pendidikan di dunia, termasuk di Indonesia..

Meski para ahli memberikan rumusan tujuan pembelajaran yang
beragam, tetapi semuanya menunjuk pada esensi yang sama, bahwa : (1)
tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau
kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran; (2)
tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik.
Yang menarik untuk digarisbawahi yaitu dari pemikiran Kemp dan David
E. Kapel bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam
bentuk tertulis. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan
pembelajaran seyogyanya dibuat secara tertulis (written plan).
Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan
manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih
Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan
pembelajaran, yaitu: (1) memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud
kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan
perbuatan belajarnya secara lebih mandiri; (2) memudahkan guru memilih
dan menyusun bahan ajar; (3) membantu memudahkan guru menentukan
kegiatan belajar dan media pembelajaran; (4) memudahkan guru
mengadakan penilaian.
Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar
Proses disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk
memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan
waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur
pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar) untuk mengukur prestasi
belajar siswa.
Menurut (Dakir, -:21)
Instructional Effect dari mata
pelajaran (Bidang Studi)
Kelompok Eksakta
Kelompok Sosial
Kelompok Bahasa
Kelompok Kesenian
Kelompok Olah Raga

Nurturant effect yang diharapkan
Disiplin, nalar, tegas, teliti
Toleran, sabar, kritis

Ketrampilan
Agama
PMP
Kewarganegaraan
Menurut Bloom membagi tujuan pendidikan ke dalam tiga
kelompok, yaitu tujuan yang bersifat :
1. Kognitif
Tujuan kognitif lebih berorientasi kepada kemampuan “berfikir”
mencakup

kemampuan

intelektual

yang

sederhana

seperti

“mengingat”, sampai kemampuan untuk memecahkan suatu masalah.
Bloom mengelompokan tujuan yang bersifat kognitif ke dalam enam
kategori yang secara hierarki, yang berarti tujuan pada level tinggi
akan dicapai hanya apabila tujuan pada level rendah telah dikuasai.
Tujuan tersebut meliputi, yaitu:
a. Pengetahuan atau Pengenalan
Tujuan pembelajaran pada level ini menuntut peserta didik untuk
mengingat (recall) informasi yang telah diterima sebelumnya,
misalnya : fakta, termonology, rumus, strategi pemecahan masalah,
dan sebagainya.
b. Pemahaman
Tujuan pada kategoni ini berhubungan dengan kemampuan
menjelaskan pengetahuan/informasi yang telah diketahui dengan
kata-kata sendiri.
c. Penenrapan
Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau
menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi atau
konteks yang baru.
d. Analisis

Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi,
memisahkan, dan membedakan komponen-komponen atau elemen
suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan,
dan memeriksa komponen tesebut.
e. Sintesis
Pada level ini peserta didik dituntut untuk mampu
mengkombinasikan elemen kedalam suatu kesatuan atau struktur
yang lebih besar.
f. Evaluasi
Tingkayt evaluas adalah tingkat tertinggi dimana peserta didik
diharapkan mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai
suatu gagasan, metode, produk dengan kriteria tertentu.
2. Afektif
Tujuan afektif berhubungan dengan perasaan “emosi”, “system nilai”,
dan “sikap hati” (attitude) yang menunjukan penerimaan atau
penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif yang paling sederhana,
yaitu “memperhatikan suatu fenomena” sampai yang kompleks yang
merupakan factor internal seseorang, seperti kepribadian dan hati
nurani. Tujuan afektif menurut Krathwohl dibagi menjadi lima
kelompok, yaitu :
a. Pengenalan atau Penerimaan (Receiving)
Peserta didik diharapakan hanya menerima stimulus atau bersikap
pasif.
b. Pemberian Respon (Responding)
Keinginan untuk berbuat sesuatu sebagai reaksi terhadap suatu
gagasan, benda, sisitem nilai, lebih sekedar suatu pengenalan saja.
c. Penghargaan Terhadap Nilai (Valuing)

Penghargaan terhadap suatu nilai yang merupakan perasaan,
keyakinan, atau anggapan bahwa suatu gagasan, benda, atau cara
berfikir tertentu memiliki nilai.
d. Pengorganisasian (Organization)
Pengorganisasian menunjukkan saling berhubungan antara nilainilai tertentu dalam suatu sistem nilai, serta menentukan nilai mana
yang mempunyai prioritas lebih tinggi dari pada nilai yang lain.
e. Pengamalan (Charakterization)
Pengamalan

berhubungan

denagan

pengorganisasian

dan

pengintegrasian nilai-nilai kedalam suatu sistem nilai pribadi.
3. Psikomotor
Tujuan psikomotor berorientasi kepada kemampuan motorik, yang
berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan (action) yang
memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Secara hierarki tujuan
psikomotor dibagi menjadi lima tingkat, yaitu :
a. Meniru (immitation)
Peserta didik diharapkan dapat meniru perilaku yang dilihatnya.

b. Manipulasi (Manipulation)
Peserta didik diharapkan melakukan sesuatu perilaku tanpa melihat
bantuan visual sebagaimana pada tingkat meniru.
c. Ketetapan Gerakan (Precision)
Peserta didik melakukan suatu perilaku tanpa menggunakan contoh
visual atau petunjuk tertulis, dan melakukannya dengan, lancar,
tepat, seimbang, dan akurat.
d. Artkulasi (Artikulation)
Peserta didik diharapkan untuk menunjukan serangkaian gerakan
yang akurat, urutan yang benar, dan kecepatan yang tepat.
e. Naturalisasi (Naturalization)
Pada tingkat ini peserta didik diharapka melakukan gerakan
tertentu secara spontan atau otomatis.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut diperlukan sebuah proses (Dakir :
18)
1. Adanya situasi yang kondusif
2. Melakukan kebiasaan-kebiasaan yang diharapkan baik
3. Adakan larangan-larangan dan anjuran-anjuran yang berdasar
4. Berikan contoh-contoh tindakan yang sesuai dengan butir 3
5. Berikan pengertian-pengertian yang logis, sesuai dengan kemampuan
peserta didik
6. Pengertian-pengertian yang dikuasai dan dihayati akan membentuk
sikap (attitude)
7. Beberapa sikap yang serumpun akan mengendap membentuk nilai
(values)

8. Nilai-nilai tersebut akan mengendap membentuk kepribadian
(personality)
Pembelajaran dikatakan sebagai kegiatan yang bertujuan tidak sekedar
tujuan formal saja tetapi merupakan sebuah tujuan yang meliputi
seluruh aspek kegiatan manusia hidup, jika bloom mengutarakan
bahwa ada tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Begitupun
dengan teori otak yang mengutarakan bahwa setiap manusia harus
cerdas secara intelligence, emosional dan spiritual nampaknya ini juga
diimplementasikan dalam sebuah pembelajaran.

BAB III
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

NOTE : minta tolong ya gina sayang
1. Dicek ejaannya, huruf besar kecil
2. Trus paragrafnya dirapiin
3. Kalo ada yang ga cucok di edit edit aja gapapa

4. Kalo ada yang kurang ditambahin aja
5. Kalo ada yang kurang lengkap dilengkapin ya
6. Minta tolong kesimpulan sama saran belum

7. Daftar pustaka besok ya :D