Kompetensi Keahlian Sekolah Menengah Kej (1)

Kompetensi Keahlian SMK : Antara Kebijakan dan Realita
Penelitian

Kompetensi Keahlian Sekolah Menengah Kejuruan :
Antara Kebijakan dan Realita

Agung Premono*)

Abstrak
engembangan Sekolah Menengah Kejuruan saat ini ditujukan untuk memenuhi prosentase
SMU : SMK = 30 : 70. Pemberlakuan Kepmen No. 251/C/KEP/MN/2008 tentang Spektrum
Keahlian SMK akan menimbulkan beberapa kemungkinan, yaitu : (1) Program Keahlian
semakin banyak,(2) semakin berkurang, atau(3) tetap. Studi ini dilakukan untuk melihat
kondisi Bidang Keahlian SMK saat ini dari sisi Kepmen No.251/C/KEP/MN/2008, dengan metode
Sensus, yaitu mendata keseluruhan kompetensi keahlian yang ada di SMK di Kota Tangerang.
Hasil survei menunjukkan bahwa terdapat 5 (lima) bidang keahlian yang dikembangkan di Kota
Tangerang, yaitu : Bisnis Manajemen, Teknologi Rekayasa, TIK, Seni Pariwisata, dan Kesehatan.
Ada satu bidang keahlian yang belum dikembangkan yaitu Agroindustri. Kompetensi keahlian
SMK terbanyak di Kota Tangerang : Akuntansi, Teknik Kendaraan Ringan (Sepeda Motor), dan
Teknik Komputer dan Jaringan. Penelitian ini menyarankan agar pemerintah Kota Tangerang
mengembangkan SMK berdasarkan kebutuhan nyata. Penelitian ini menyerankan agar Pemerintah

Kota Tangerang mengembangkan SMK berdasarkan kebutuhan nyata di kota tersebut.

P

Kata-kata kunci: bidang keahlian, kompetensi keahlian, pendidikan kejuruan.
Abstract
At present the Indonesian government is trying to balance the number of vocational schools to general/
academic schools to reach the ratio of 70-30. The development of vocational schools are based on the decree
National Education Minister of No. 251/C/KEP/MN/2008 on the spectrum of vocational competences. This
research focussed the study of vocational competences related to the man power needs in Tangerang City. The
data collected show 5 (five) areas of vocational competences are being developed: Management Business,
Engenering Technology, ICT, Tourism. and Health. Agroindustry is not developed yet.While the dominant
vocational competences include accounting, automotive, and computer net working. This research recomends
the Tangerang City Government to develop vocational schools based on the real local needs.
Keywords: areas of expertise, competency skills, vocational educational.

Pendahuluan
Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) di masing-masing kabupaten/kota akan
dilakukan hingga akhirnya akan dicapai

perbandingan antara SMK dengan SMU menjadi
70 : 30. Upaya untuk terus memperbanyak SMK
adalah karena lulusan SMK lebih mudah masuk

ke pasar kerja dibandingkan lulusan SMA
karena umumnya mata pelajaran di SMK
dengan disertai dengan praktik keterampilan.
Dalam analisis proyeksi pengembangan
SMK ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi
yaitu program keahlian mengalami perkembangan yang sangat pesat, program keahlian
mengalami perkembangan yang wajar (stabil),
dan program keahlian mengalami kejenuhan.

*) Mechanical Engineering Department, Faculty of Engineering State University of Jakarta

50

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

Kompetensi Keahlian SMK : Antara Kebijakan dan Realita


Program keahlian yang diproyeksikan mengalami perkembangan yang sangat pesat adalah
kelompok program Pertanian, Pariwisata,
Perikanan, Kelautan, dan Teknologi Informasi.
Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah SMK
yang akan membuka kelompok program tersebut
mencapai 6.151. Kelompok program cukup stabil
dan diproyeksikan mengalami perkembangan
yang wajar adalah kelompok program Teknologi
dan Industri serta Kelompok Seni dan Kerajinan,
yang diperkirakan akan mencapai 3.178 SMK
yang menyelenggarakan program tersebut.
Sedangkan kelompok program Bisnis dan
Manajemen, merupakan program yang diproyeksikan mengalami kejenuhan di pasar kerja dan
jumlahnya cenderung akan menurun dan
diproyeksikan pada tahun 2020 hanya 923 SMK
yang menyelenggarakan program tersebut.
Diberlakukannya keputusan Direktur
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah tentang spektrum keahlian pendidikan menengah kejuruan, menjadikan SMK saat

ini memiliki 121 kompetensi keahlian. Tujuan
dikeluarkannya keputusan tersebut adalah agar
SMK dalam mengembangkan program keahlian
tidak semaunya membuat nama sendiri terhadap
program tersebut dan disesuaikan dengan
kebutuhan pasar kerja.

Kajian Pustaka
Pasal 12 ayat (1) Undang-undang Nomor 20
tersebut menetapkan bahwa setiap peserta didik
pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan
bakat, minat, dan kemampuan. Salah satu bentuk satuan pendidikan menengah adalah
Sekolah Menengah Kejuruan.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
adalah salah satu bentuk satuan pendidikan
formal yang menyelenggarakan pendidikan
kejuruan pada jenjang pendidikan menengah
sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk
lain yang sederajat. Sebagai bagian dari Sistem
Pendidikan Nasional, SMK merupakan pendidikan lebih mengutamakan pengembangan

kemampuan peserta didik untuk dapat bekerja
dalam bidang tertentu, kemampuan beradaptasi
di lingkungan kerja, melihat peluang kerja dan
mengembangkan diri di kemudian hari. Dengan

kata lain bahwa SMK berperan dalam
menyiapkan peserta didik agar siap bekerja, baik
bekerja secara mandiri maupun mengisi
lowongan pekerjaan yang ada. Dengan
demikian arah pengembangan SMK harus
diorientasikan pada penentuan permintaan
pasar kerja. Calhoun & Finch, 1982, seperti yang
dikutip oleh As’ari Djohar, 2008, mengartikan
pendidikan kejuruan sebagai berikut.
“Vocational education is organized educational
programs which are directly related to the preparation
of individuals for paid or unpaid employment, or for
additional preparation for a career requirements other
than a baccalaureate of advanced degree”
Di bagian lain, Djohar juga menyebutkan

bahwa komponen yang menyangkut ketenagakerjaan mencakup tiga aspek pokok, yaitu (1)
kesempatan kerja bagi semua yang memerlukannya dalam suatu struktur lapangan kerja
yang menjamin kesinambungan antara pilihan
perorangan, penghasilan yang memadai, dan
pemenuhan masyarakat akan barang dan jasa;
(2) pendidikan dan pelatihan yang mampu
mengembangkan potensi manusia secara
optimal; dan (3) mekanisme penyesuaian antara
manusia dan pekerjaan, tanpa merugikan
perorangan maupun jumlah produksi. Dari
ketiga komponen tersebut sangat jelas, bahwa
dunia pendidikan merupakan salah satu
komponen penting dalam dunia ketenagakerjaan, khususnya dalam komponen kedua
yang itu bisa dipenuhi oleh SMK (pada jenjang
Sekolah Menengah) maupun pendidikan Vokasi
(pada jenjang Pendidikan Tinggi).
Dalam akhir tulisannya, Djohar menyimpulkan bahwa karena tingginya keterkaitan
penyelenggaraan pendidikan kejuruan dengan
tuntutan dunia kerja, maka pendidikan kejuruan
haruslah memiliki sifat responsive-aktif, serta

adaptasilitas dan fleksibilitas tinggi, seperti yang
ditetapkan oleh sang pencetus, Calhoun & Finch
yang menyebutkan bahwa :
“Vocational education should be evaluated on
the basis of economic efficiency. Vocational education
is economically efficient when (a) it prepares students
for specific jobs in the community on the basis of man
power needs; (b) it insures an adequate labor supply
for an occupational area; and (c) the student gets the
job for which he was trained”
Kebenaran kesimpulan Calhoun & Finch
juga dirasakan di Indonesia. Pada Edisi Senin,
Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

51

Kompetensi Keahlian SMK : Antara Kebijakan dan Realita

02 Mei 2005 Harian SINAR HARAPAN menulis diberlakukan. Penamaan yang tidak
headline tentang “Mendidik Tenaga Terampil berdasarkan ketentuan yang berlaku akan

dan Pintar Butuh Dukungan Industri”. Tulisan menyulitkan dalam pengelolaan dan
tersebut menyoroti perlunya sinergi antara dunia penyediaan tenaga pendidik serta ketidakjelasan
pendidikan dan dunia industri agar lulusannya akan pengakuan masya-rakat pengguna. Oleh
memiliki kompetensi yang dibutuhkan dunia karena itu, Direktur Jenderal manajemen
industri. Kondisi ini sudah dilakukan di bebe- Pendidikan Dasar dan Menengah pada tanggal
rapa SMK dan Politeknik terkemuka di Indone- 22 Agustus 2008 menerbitkan surat keputusan
sia, seperti SMK PIKA Semarang, SMK Mikael nomor 251/C/KEP/MN/2008 tentang
Surakarta, POLMAN Bandung, ATMI Solo, POL- spektrum keahlian pendidikan menengah
MAN ASTRA, dan Politeknik lainnya, sehingga kejuruan. Pertimbangan dikeluarkannya SK
para lulusannya 100 % terserap dunia kerja.
tersebut adalah spektrum keahlian yang telah
SMK sebagai salah satu institusi yang diberlakukan sudah tidak sesuai dengan
menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu tuntutan kurikulum tingkat satuan pendidikan,
menghasilkan lulusan sebagaimana yang perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
diharapkan oleh dunia kerja. Tenaga kerja yang tuntutan dunia kerja. Spektrum keahlian pada
dibutuhkan adalah sumber daya manusia yang dasarnya menggambarkan alur atau pola
memiliki kompetensi sesuai dengan bidang pengelom-pokkan program keahlian yang
pekerjaannya, memiliki daya adaptasi dan daya disusun berdasarkan kesetaraan atau kaitan
saing yang tinggi. Atas dasar itu, pengembangan dengan kompetensi kerja yang diperlukan oleh
kurikulum dalam rangka penyempurnaan dunia kerja terkait.

pendidikan menengah kejuruan harus disesuBerdasarkan SK tersebut, ada enam bidang
aikan dengan kondisi dan kebutuhan dunia kerja keahlian yang dikembangkan di Sekolah
serta dapat mengantisipasi perkembangan ilmu Menengah Kejuruan, dengan total program studi
pengetahuan dan teknologi.
keahlian sebanyak 40, dan kompetensi kaahlian
Di samping kurikulum, pengembangan sebanyak 121. Tabel berikut menunjukkan
program keahlian juga harus
disesuaikan dengan kebutuhTabel 1: Bidang Keahlian SMK
an lapangan kerja. BerdasarProgram Studi Kompetensi
kan hal tersebut, program
No
Bidang Keahlian
Keahlian
Keahlian
keahlian kemudian dikelompokkan menjadi kelompok
1. Teknologi dan
18
66
bidang industri, usaha, dan
R e k ay as a

profesi. Penamaan bidang
2. Teknologi Informasi
3
9
keahlian dan program
dan Komunikasi
keahlian pada kurikulum
SMK Edisi 2006 dikembang3. Kesehatan
2
6
kan mengacu pada nama
4. Seni, Kerajinan, dan
7
22
bidang dan program keahlian
Pariwisata
yang berlaku pada kurikulum
sebelumnya. Jenis keahlian
5. Agribisnis dan
7

14
Agroteknologi
baru diwadahi dengan jenis
program keahlian baru atau
6. Bisnis dan Manajemen
3
4
spesialisasi baru pada progJumlah
40
121
ram keahlian yang relevan.
Di dalam perkembangannya banyak program keahlian
yang dikembangkan oleh masing-masing SMK jumlah program studi keahlian dan kompetensi
penamaannya tidak mengikuti ketentuan yang keahlian masing-masing bidang keahlian.

52

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

Kompetensi Keahlian SMK : Antara Kebijakan dan Realita

Substansi atau materi yang diajarkan di
SMK disajikan dalam bentuk berbagai
kompetensi yang dinilai penting dan perlu bagi
peserta didik. Kompetensi yang dimaksud
meliputi kompetensi yang dibutuhkan untuk
menjadi manusia Indonesia yang cerdas dan
pekerja yang kompeten, sesuai dengan standar
kompetensi yang ditetapkan oleh industri, dunia
usaha, dan asosiasi profesi. Oleh karena itu,
substansi diklat dikemas dalam berbagai mata
diklat yang dikelompokkan dan diorganisasikan
menjadi program Normatif, Adaptif, Produktif,
Muatan Lokal, dan Pengembangan Diri.
Saat ini, pembukaan SMK baru dalam
rangka memenuhi komposisi SMU : SMK = 30 :
70 perlu ditelaah lebih lanjut. Penelaahan ini
terkait dengan tujuan dibukanya SMK yaitu
menyiapkan tenaga kerja siap pakai untuk level
operator, baik di bidang jasa, industri, maupun
yang lain. Hal ini tentunya sangat terkait dengan
potensi perkembangan industri daerah tersebut.
Sebagai contoh, Provinsi Bali memiliki potensi
yang besar dalam bidang pariwisata, seni, dan
kerajinan. Dengan demikian seharusnya di Bali
lebih diutamakan SMK bidang Seni, Pariwisata,
dan Kerajinan. Akan berbeda dengan Kabupaten
Bontang Kalimantan Timur memiliki potensi
tambang yang cukup besar sehingga SMK yang
cocok untuk Kab Bontang Kaltim adalah SMK
Pertambangan. Namun, pembukaan SMK yang
sesuai dengan potensi daerah tersebut terkadang
terkendala dengan biaya pengadaan yang tidak
murah. Seperti halnya untuk melengkapi sarana
prasarana sebuah SMK bidang Seni Tari, Musik,
dan Drama di daerah Bali cukup menelan biaya
yang tidak sedikit. Apalagi untuk membuka SMK
bidang pertambangan, atau pemesinan dan
sejenisnya. Dengan kondisi ini, maka untuk
memenuhi tuntutan prosentase SMU : SMK = 30:
70, Pemda bekerja sama dengan pihak swasta
yang ingin menanamkan modal dalam bidang
pendidikan mengambil jalan pintas membuka
SMK sebanyak-banyaknya tetapi dalam
program keahlian yang sama, yang tentunya
memerlukan dana yang tidak mahal. Jelas
pembukaan SMK yang demikian akan menimbulkan permasalahan di kemudian hari karena
tujuan dibukanya SMK tidak lagi untuk melihat
kebutuhan pasar kerja daerah tersebut tetapi
lebih kepada pemenuhan kebijakan Kepmen-

diknas. Jika ini dibiarkan, strategi Pemerintah
untuk memperbanyak SMK dengan harapan
lulusannya cepat masuk dunia kerja, yang terjadi
justru sebaliknya karena jumlah lulusan SMK
yang membludak, walaupun sebenarnya hanya
pada satu program keahlian saja.
Dari paparan di atas jelaslah terlihat bahwa
permasalahan utama saat ini terkait dengan
pengembangan SMK adalah pengambilan
kebijakan pembukaan SMK baru yang
nampaknya tidak berdasar pada kondisi potensi
yang ada di daerah tersebut dan hanya
memenuhi keperluan pemenuhan prosentase
SMU : SMK. Untuk itu, penelitian ini ditujukan
untuk (1) menggali data melalui survei seluruh
SMK di Kota Tangerang; dan (2) memberi
rekomendasi tentang kebijakan pembukaan
SMK yang ada di Kota Tangerang.

Analisis
Survei dilakukan di 92 SMK Negeri dan Swasta
di Kota Tangerang. Dari keseluruhan jumlah
SMK tersebut diperoleh data sebagai berikut.
I. Bidang Keahlian
Sesuai dengan surat keputusan nomor 251/
C/KEP/MN/2008, terdapat 6 bidang
keahlian. Dari keenam bidang keahlian itu,
saat ini SMK di Tangerang membuka hanya
5 bidang keahlian, dan satu bidang keahlian
yang belum ada adalah Bidang Keahlian
Agribisnis. Bidang keahlian yang memiliki
prosentase terbesar adalah Bisnis Manajemen sebesar 40 %; yang berikutnya adalah
Teknologi Informasi dan Komunikasi
sebesar 33 %, Teknologi dan Rekayasa
sebesar 22 %, Seni dan Pariwisata sebesar 4
%, dan yang terakhir adalah bidang
keahlian Kesehatan sebesar 1 %. Adapun
rekapitulasi bidang keahlian yang terdapat
di SMK di Kota Tangerang terlihat dalam
gambar 1.
Dari data pada gambar 1 penulis melihat
bahwa sesuai dengan tujuan SMK yaitu
menghasilkan tenaga kerja siap pakai untuk
level operator, maka kebijakan Kota
Tangerang tidak membuka SMK bidang
keahlian Agribisnis sudah benar.
Kondisi lain yang menyebabkan tidak
dibukanya SMK bidang Agribisnis, dalam
Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

53

Kompetensi Keahlian SMK : Antara Kebijakan dan Realita

Bisnis Manajemen

4% 2%

Teknologi Rekayasa

40%

32%

Tehnik Informasi dan
Komunikasi
Seni Pariwisata

22%
Kesehatan

Gambar 1: Bidang Keahlian SMK di Kota Tangerang

pandangan penulis, adalah kebijakan
pihak Pemda serta swasta untuk tidak
memberikan sarana dan prasarana SMK
bidang Agribisnis. Selain sulitnya lahan
pertanian yang harus disediakan, juga
minimnya jumlah industri bidang Agribisnis di Tangerang. Hal lain yang menjadi
penyebab keengganan Pemda membuka
SMK bidang Agribisnis adalah minimnya
jumlah peminat yang mau menggeluti
bidang Agribisnis. Hal ini dapat dilihat dari
kasus nyata yang ada di daerah Pemalang
Jawa Tengah, yang pada tahun 1980-an ada
SMK bidang pertanian yang dikelola Pemda
Kab. Pemalang. Pada era 80-an, SMK
tersebut merupakan SMK favorit bagi para
lulusan SMP (pada saat itu) untuk masuk
ke sekolah tersebut. Harapan para siswa
adalah menjadi penyuluh pertanian
maupun menjadi petani yang mapan
dengan berbekal ilmu pengetahuan.
Namun, memasuki era 90-an, sekolah
tersebut surut peminat dan bahkan saat ini
SMK tersebut telah berubah menjadi SMK
bidang Teknik Mesin dan Manajemen
Keuangan. Di sisi lain, Indonesia sebagai
Negara agraris seharusnya memajukan
sektor industri agribisnis, namun dalam
pandangan penulis, Pemerintah lebih
tertarik untuk menggenjot pembangunan
dari indutsri manufaktur.
Kondisi lain menunjukkan bahwa dari data
BPS, pertanian di Kota Tangerang hanya
menyumbang sekitar 10 % dari perekonomian di Kota Tangerang. Apabila program
keahlian ini dibuka, maka dihasilkan akan
54

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

lulusan SMK yang menganggur karena
tidak ada industri bidang agroindutsri.
Yang perlu dikritisi dalam pengembangan
keahlian SMK di wilayah Tangerang adalah
besarnya prosentase SMK bidang Bisnis
Manajemen. Dari data menunjukkan bahwa
prosentase SMK bidang Bisnis Manajemen
mencapai 40 %, padahal perekonomian di
Kota Tangerang, dari segi usaha dan jasa,
menyumbang hanya sekitar 20 % perekonomian Kota Tangerang. Inipun BPS tidak
memberikan data secara jelas tentang usaha
riilnya. Kondisi jika Dinas Pendidikan Kota
Tangerang terus memberikan ijin pendirian
SMK bidang Bisnis dan Manajemen, maka
akan mengakibatkan kejenuhan jumlah
lulusan karena terlalu banyaknya lulusan
SMK yang ada, sementara perekonomian
segi jasa dan usaha tidak meningkat.
Oleh sebab itu, Pemerintah Kota Tangerang
melalui Dinas Pendidikan harus menghentikan pengeluaran ijin pendirian SMK
bidang Bisnis Manajemen, karena apabila
SMK bidang ini terus dibuka dengan tujuan
hanya untuk memenuhi perbandingan SMU
dan SMK yang ada di Kota Tangerang agar
memenuhi angka 30 : 70, maka tujuan
pembukaan SMK sudah tidak lagi sesuai
dengan pendirian SMK yang seharusnya,
yaitu ditujukan untuk menyiapkan lulusan
memasuki pasar kerja, seperti yang
dituliskan oleh Calhoun & Finch, 1982, yang
menyebutkan bahwa pendidikan vokasi
(SMK) akan efisien ketika: (1) para siswanya
siap untuk memasuki dunia kerja yang
didasarkan atas kebutuhan; (2) lulusannya

Kompetensi Keahlian SMK : Antara Kebijakan dan Realita

akan terserap oleh dunia kerja; dan (3)
lulusannya akan memperoleh pekerjaan
yang sesuai dengan bidang yang dipelajari
pada saat sekolah di SMK.
Telaah ini jelas menunjukkan bahwa
pemberian ijin SMK bidang Bisnis dan
Manajemen di Kota Tangerang tidak
berdasar pada analisis kebutuhan pasar.
Hal ini terlihat dari data bahwa sektor jasa
dan usaha hanya menyumbang 20 %
perekonomian kota Tangerang, jadi seharusnya data sebaran SMK bidang Bisnis dan
Manajemen juga tidak melebihi angka 20 %.
Tetapi, yang ada sampai 40%. Ini akan
mengakibatkan kelebihan jumlah lulusan
SMK, sehingga akan menghasilkan
pengangguran terdidik pada jenjang
lulusan pendidikan menengah.
Dari bidang keahlian Teknologi dan
Rekayasa, Dinas Pendidikan Kota
Tangerang perlu mengintensifkan
penambahan SMK bidang tersebut, karena
jumlah industri manufaktur di Kota
Tangerang memberikan kontribusi 30 %
terhadap pemasukan ekonomi di Tangerang. Jumlah ini masih belum bisa dipenuhi
oleh jumlah lulusan SMK di Kota Tangerang. Hal ini terlihat dari jumlah SMK
bidang Teknologi dan Rekayasa yang
hanya sekitar 22 %. Hal ini terjadi karena
pembukaan SMK bidang Teknologi dan
Rekayasa tidaklah murah. Perlu investasi
yang cukup besar jika dibanding Bisnis dan
Manajemen, sehingga investor pun enggan
membuka SMK bidang ini. Walaupun
dilihat dari kebutuhan, seharusnya jumlah
SMK bidang Teknologi dan Rekayasa
seharusnya lebih banyak. Jika ditinjau dari
tujuan SMK untuk memenuhi tenaga terampil dalam satu bidang tertentu, maka
seharusnya Pemerintah Kota Tangerang,
melalui Dinas Pendidikan, meningkatkan
jumlah SMK bidang Teknologi Rekayasa.
Hal ini jelas akan mendorong pertumbuhan
ekonomi di kota Tangerang, karena dari
prediksi angka penyumbang perekonomian
dan jumlah sekolah yang ada, masih terjadi
kekurangan SMK. Oleh sebab itu, hendaknya Pemkot melalui Dinas Pendidikan
mendorong alih keahlian dari SMK bidang

Bisnis dan Manajemen ke Teknologi dan
Rekayasa.
Hasil penelitian yang penulis lakukan pada
tahun 2008 menunjukkan bahwa hampir 50
% tenaga kerja yang bekerja di industri di
wilayah Kota Tangerang bukan penduduk
asli Tangerang.
Untuk bidang keahlian Teknologi dan
Informasi, hampir semua daerah saat ini
menunjukkan kenaikan jumlah SMK bidang
tersebut secara drastis. Ini dapat dipahami
karena saat ini teknologi informasi sedang
banyak diminati oleh semua pihak. Kondisi
ini sangat bagus untuk pengembangan
SMK, namun yang menjadi kendala saat ini
adalah jumlah guru yang sudah siap baik
secara syarat administrasi maupun
profesionalitas kerja. Hampir semua guru
di SMK bidang Teknologi Informasi adalah
guru yang berpindah tugas dari satu mata
pelajaran ke mata pelajaran bidang TIK,
sehingga secara syarat administratif belum
layak disebut sebagai guru profesional.
Kalau ditelaah lebih mendalam, siswa SMK
bidang TIK saat ini diajar oleh guru yang
belum profesional. Hal ini harus segera
ditangani oleh Dinas Pendidikan sebagai
supervisor sekolah untuk segera memberikan pelatihan yang intensif untuk memberikan materi pengayaan kepada guru-guru
yang beralih fungsi menjadi guru bidang
TIK. Hal ini perlu dilakukan karena apabila
guru yang mengajar bidang TIK di SMK
bidang TIK hanya berdasar pada pengalaman pribadi dalam mempelajari ilmu TIK
(belajar mandiri), maka tujuan utama
penyiapan tenaga terampil bidang TIK
tidak tercapai. Siswa hanya akan mendapat
materi seperti yang gurunya ketahui saja.
Selain itu dengan pelatihan yang terstruktur,
maka baik dari segi muatan dan cara
penyampaian akan dibuat semaksimal
mungkin memenuhi kompeten-si akhir
lulusan SMK bidang TIK. Kondisi lain yang
perlu dipikirkan adalah penyi-apan calon
guru SMK bidang Teknologi Informasi.
Sampai saat ini, hampir semua LPTK
(Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan – Universitas ex-IKIP) belum
meluluskan mahasiswa bidang ini. Sampai
Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

55

Kompetensi Keahlian SMK : Antara Kebijakan dan Realita

saat ini, khususnya di UNJ, baru
dikeluarkan SK Dikti pembukaan Prodi
Pendidikan Teknologi, Informatika, dan
Komputer dan baru akan menerima
mahasiswa pada tahun akademik 2010/
2011. Untuk memenuhi guru bidang ini,
penulis melihat hampir semua SMK yang
memiliki bidang keahlian Teknologi
Informasi mengambil guru yang bukan
berasal dari LPTK dan meng-upgrade guru
yang ada untuk dikursuskan komputer dan
selanjutnya mengajar sebagai guru TIK. Ini
kondisi yang cukup dipertimbangkan oleh
Dinas Pendidikan Kota maupun Kabupaten
terkait pengembangan SMK bidang
Teknologi dan Informasi. Prospek pasar
yang bagus tanpa dibarengi oleh guru yang
profesional maka yang dihasilkan adalah
lulusan yang kurang kompetitif.
Bidang seni dan pariwisata Kota Tangerang
saat ini, dilihat dari prosentase kegiatan
perekonomian yang ada tidak begitu tinggi.
Dengan demikian pengembangan bidang
ini perlu dilakukan dengan sangat hatihati. Telaah SMK bidang Seni akan
dilakukan di luar tulisan ini untuk
mengetahui, bagaimana meningkatkan
kualitas seni dan pariwisata Indonesia
menuju taraf internasional melalui
pemberdayaan SMK. Sementara itu untuk
bidang Keahlian Kesehatan, jumlah SMK
yang ada terlalu sedikit. Banyak faktor yang
menyebabkan SMK bidang Kesehatan
menurun jumlah dan kecenderungannya
adalah untuk memenuhi tenaga medis ratarata lulusan Diploma. Untuk seorang bidan
saja, saat ini minimal Diploma 1 kebidanan
dan tidak ada syarat khusus yang
mengharuskan calon mahasiswa bidang
kesehatan harus lulusan dari SMK bidang
Kesehatan. Kondisi ini semakin menenggelamkan SMK bidang kesehatan. Sebenarnya
jika ditelaah profesi bidang kesehatan,
lulusan SMK bidang Kesehatan tidak akan
pernah mengalami kejenuhan. Karena
dalam tingkatan profesi bidang kesehatan
dikenal adanya dokter, perawat, dan juru
rawat, selain tentunya profesi yang sejenis.
Selain kondisi lapangan kerja, investasi
yang mahal untuk mendirikan sebuah SMK
56

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

bidang kesehatan juga merupakan kendala
terbesar minimnya jumlah SMK bidang
kesehatan. Namun, apabila Pemda dan
Dinas Pendidikan dapat memberikan
rancangan pembangunan pendidikan yang
sesuai, maka seharusnya minimal ada satu
SMK bidang Kesehatan dalam tiap
kabupaten/kota. Untuk memenuhi minimal
tenaga medik yang dibutuhkan rumah sakit
di daerah tersebut.
Dari keseluruhan analisis dalam bidang
keahlian, masih terdapat ketimpangan
kondisi SMK yang ada. Di satu sisi,
pengembangan SMK bidang Kesehatan,
serta Teknologi dan Rekayasa sangat
dibutuhkan karena sangat sesuai dengan
potensi daerah yang ada, justru jumlahnya
sampai saat ini sangat minim, bahkan
penulis melihat adanya kecenderungan
kekurangan. Namun di sisi lain, jumlah
SMK bidang Bisnis dan Manajemen
memiliki jumlah SMK yang sangat banyak.
Ini tidak terlepas dari mahalnya sarana dan
prasarana yang harus dipenuhi apabila
akan membuka SMK di bidang Teknologi
dan Rekayasa maupun Kesehatan. Untuk
hal ini hendaknya Dinas Pendidikan Kota
Tangerang lebih selektif lagi memberikan
ijin pendirian SMK baru, dengan memberikan pertimbangan terhadap potensi yang
masih terbuka. Ini semua terkait dengan
tujuan SMK untuk menghasilkan lulusan
yang langsung masuk dunia kerja.
II.

Kompetensi Keahlian
Sesuai dengan SK surat keputusan nomor
251/C/KEP/MN/2008, terdapat 121
Kompetensi Keahlian yang terdapat
dibawah 6 (enam) bidang keahlian yang
ada. Adapun kompetensi keahlian yang ada
akan dibahas sesuai dengan program studi
keahlian yang ada di bawah ini
a. Program Studi Keahlian Pada Bidang
Keahlian Teknologi dan Rekayasa
Sesuai dengan surat keputusan nomor
251/C/KEP/MN/2008, terdapat 18
program studi keahlian pada bidang
keahlian teknologi dan rekayasa. Dari
18 program studi keahlian, baru 16
kompetensi keahlian yang dikembang-

Kompetensi Keahlian SMK : Antara Kebijakan dan Realita

kan di SMK. Namun karena keterbatasan tempat, yang ditampilkan dalam
grafik 2 hanya 8 kompetensi keahlian
yang memiliki prosentase besar. Dari 8
(delapan) kompetensi yang dikembangkan, yang paling banyak
dikembangkan adalah program studi
keahlian teknik kendaraan ringan
(sepeda motor) yang mencapai 48 %.
Komposisi selengkapnya dapat dilihat
pada gambar 2.

kompetensi keahlian sepeda motor juga
tidak menghadapi banyak kendala karena
sarana dan prasarana bidang ini tidak
terlalu mahal.
b. Program Studi Keahlian pada Bidang
Keahlian Teknologi Informasi dan
Komunikasi.
Program studi keahlian yang dikembangkan pada bidang keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi lebih
dominan pada pengembangan kompeTeknik Kendaraan
Ringan
Teknik Mekanik
Otomotif

27%
48%

Persiapan Grafika

Teknik Mesin

11%
5%

9%
Lain-lain (Dari berbagai
prodi dgn jumlah @ 1
Prodi)

Gambar 2: Persentase Kompetensi Keahlian pada Bidang Keahlian
Teknologi dan Rekayasa
Gambar 2 menunjukkan kompetensi
keahlian Sepeda Motor yang mengalami
jumlah yang cukup banyak, karena sampai
saat ini jumlah kendaraan bermotor,
khususnya sepeda motor, cenderung naik.
Bahkan dalam setiap tiga bulanan hampir
setiap ATPM mampu menjual ratusan ribu
sepeda motor. Selain itu, kompetensi bidang
ini juga memiliki daya tarik tersendiri bagi
para siswa SMK karena mampu membuat
lulusan SMK berwirausaha bengkel sepeda
motor atau menjadi operator mekanik
bengkel sepeda motor yang saat ini banyak.
Yang perlu diantisipasi dan dijaga ialah
jumlah lulusan tidak melimpah, jauh
melebihi kebutuhan. Jumlah lulusan perlu
selalu dipantau agar tidak menjadi
bumerang bagi pengembangan SMK.
Penyiapan SDM dan sarana prasarana

tensi keahlian Teknik Komputer dan
Jaringan, yaitu sebesar 56 %. Untuk
kompetensi keahlian bidang Teknologi
Informasi dan Komunikasi, kompetensi
keahlian Teknik Komputer dan Jaringan
memiliki jumlah terbanyak. Kondisi ini
dapat dimengerti dengan naiknya
teknologi komputer di masyarakat. Jika
dilihat dari tujuan pendirian SMK,
maka kompetensi keahlian Teknik
Komputer dan Jaringan sangat memenuhi tuntutan tujuan tersebut. Yang
menjadi masalah sampai saat ini
adalah belum ada satupun LPTK yang
menghasilkan guru bidang Teknik
Komputer dan Jaringan. Jika masalah ini
tidak diantisipasi, maka tenaga guru
yang mengajar dipastikan kurang
profesionalitasnya. Kondisi lebih lanjut
Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

57

Kompetensi Keahlian SMK : Antara Kebijakan dan Realita

3%

Teknik Komputer
Jaringan

41%

Multimedia

56%
Rekayasa Perangkat
Lunak

Gambar 3: Persentase Program Studi Keahlian pada
Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi

yang perlu diantisipasi adalah lulusan
yang kurang kompetitif karena diajar
oleh guru yang belum profesional. Oleh
sebab itu, hendaknya Dinas Pendidikan
melakukan pelatihan secara intensif
guru yang mengajar bidang TIK, karena
rata-rata guru yang mengajar bidang ini
adalah bukan lulusan Pendidikan
Teknologi Informatika dan Komputer,
sehingga dikhawatirkan tujuan utama
pembentukan lulusan SMK bidang TIK
tidak maksimal. Selain itu perlu juga
dikendalikan perubahan bidang
keahlian SMK dari bidang lain ke bidang
TIK. Hal ini mungkin terjadi karena
banyaknya peminat SMK bidang TIK
sehingga banyak SMK yang mengubah
bidang keahliannya ke bidang SMK
sementara baik dari tenaga guru, sarana
dan prasarana belum disiapkan secara
memadai. Hal ini perlu dilakukan
diawasi oleh Dinas Pendidikan.
c. Program Studi Keahlian Pada Bidang
Keahlian Kesehatan
Untuk bidang keahlian kesehatan hanya
terdapat dua SMK yang mengembangkan kompetensi keahlian bidang
Kesehatan, yaitu satu SMK Farmasi dan
satu SMK Analis Kese-hatan. Kondisi
ini sebenarnya perlu dilihat oleh Dinas
Pendidikan Kota Tangerang sebagai
sebuah peluang besar untuk membuka
SMK bidang Kesehatan, khususnya
perawat. Namun, karena pendirian
SMK bidang kesehatan memerlukan
biaya yang tidak sedikit, maka baik
Pemda maupun pihak swasta seolah
58

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

d.

kurang tertarik membuka SMK bidang
kesehatan, khususnya perawat. Jika
kondisi ini dibiarkan yang menjadi
masalah justru terjadi di tempat kerja,
khususnya Rumah Sakit, karena tenaga
operator perawat tidak ada. Saat ini
kebanyakan rumah sakit, khususnya
tenaga perawat diisi oleh lulusan
Diploma III (ahli madya perawat).
Program Studi Keahlian pada Bidang
Keahlian Seni, Kerajinan dan Pariwisata.
Dalam bidang keahlian Seni, Kerajinan
dan Pariwisata, terdapat 5 kompetensi
keahlian. Berdasarkan data yang
diperoleh, ternyata hanya ada 7 sekolah
yang mengembangkan bidang Keahlian
Seni, Kerajinan, dan Pariwisata. Dari
ketujuh sekolah tersebut 4 di antaranya
mengembangkan kompetensi Akomodasi Hotel, satu sekolah mengembangkan kompetensi keahlian Busana Butik,
satu sekolah mengembangkan kompetensi keahlian kecantikan kulit, dan
satu sekolah mengembangkan kompetensi keahlian restoran. Sebenarnya kota
Tangerang memiliki potensi yang besar
untuk mengem-bangkan kompetensi
keahlian bidang seni, kerajinan, dan
pariwisata. Untuk akomodasi perhotelan, Kota Tangerang yang merupakan
gerbang internasional memasuki
Indonesia karena bandara terletak di
kota ini, memiliki peluang yang sangat
besar untuk mengem-bangkan bidang
perhotelan. Dan inipun terlihat dari
beberapa hotel berbintang yang terletak

Kompetensi Keahlian SMK : Antara Kebijakan dan Realita

di sekitar bandara. Kondisi ini tentu
berimplikasi kepada kebutuhan tenaga
kerja siap pakai pada level operator di
bidang perhotelan, baik sebagai juru
masak profesional, tata layanan hotel
itu sendiri, serta seni pertunjukan yang
bisa ditampilkan di event-event
pertunjukan di hotel itu sendiri. Namun,
pembukaan SMK bidang Perhotelan
memerlukan sarana dan prasarana yang
cukup mahal serta memerlukan banyak
kerjasama dengan stakeholders, sehingga SMK bidang perhotelan tidak banyak.
Untuk SMK bidang Seni, yang menjadi
kendala adalah kurangnya SDM (guru)
dan minimnya minat siswa yang
mendalami bidang seni pertunjukan,
khususnya budaya tradisional.
e. Program Studi Keahlian pada Bidang
Keahlian Agribisnis dan Agroteknologi.
Bidang keahlian Agribisnis dan
Agroteknologi tidak terdapat di Kota
Tangerang karena Kota Tangerang
tidak memiliki lahan pertanian yang
memadai. Lahan pertanian yang
dimiliki Kota Tangerang hanyalah
sawah tadah hujan yang dapat diolah
satu tahun sekali. Program studi
keahlian pada bidang ini, tidak banyak
berkembang karena sedikitnya industri
di Indonesia yang mengembangkan
agribisnis dan agroteknologi. Ini tidak
terlepas dari kebijakan Pemerintah
pusat yang sepertinya kurang tertarik
mengembangkan industri agribisnis
dan agroteknologi. Padahal bidang
inilah yang seharusnya menjadi
andalan Indonesia sebagai negara
agraris. Namun, yang terjadi adalah
kebalikannya. Sangat disayangkan
adanya impor produk-produk
pertanian, seperti beras, kedelai,
gandum, dan produk agro lainnya,
sementara Indonesia adalah negara
yang hampir 50 % penduduknya
bermata pencaharian sebagai petani.
Tidak
adanya proteksi produk
pertanian dalam negeri menyebabkan
nasib petani di Indonesia bisa dikatakan
kurang baik dan turunnya minat

f.

generasi muda mendalami bidang
agribisnis dan agroindustri. Indonesia
seharusnya belajar dari Negeri Belanda
yang dulu mengetahui persis potensi
bangsa Indonesia, sehingga hanya dari
ekspor bunga potong, Belanda
mendapat pendapatan yang cukup
besar dari sektor ini. Nampaknya
gembar-gembor slogan pengembangan
agroindustri dan agrobisnis agar para
pemuda berminat menekuni bidang ini
akan hanya menjadi isapan jempol
manakala tidak dibarengi dengan
peningkatan kesejahteraan para petani
dan industri olahan terkait. Dalam
pengembangan SMK bidang agroindustri dan agribisnis, perlu adanya
upaya menyeluruh agar sektor
pertanian, agroindustri, dan agribisnis
dapat berkembang, tidak hanya
dibebankan kepada dinas pendidikan
maupun sekolah.
Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen
Terdapat tiga program studi keahlian
dalam bidang keahlian bisnis dan
manajemen, yaitu program studi
keahlian administrasi, keuangan, tata
niaga. Dari ketiga program studi
keahlian tersebut, program studi
keahlian keuangan menjadi pilihan
utama hingga mencapai 42,79 % untuk
dikembangkan di SMK, kemudian
disusul program keahlian administrasi
(36,65 %) dan yang terakhir adalah
program studi keahlian tata niaga yang
hanya 20,56 %. Komposisi persentase
program studi keahlian selengkapnya
dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4 menunjukkan kompetensi
keahlian Akuntansi sudah sangat jenuh.
Kondisi ini jika dibandingkan dengan
kondisi perekonomian Kota Tangerang
yang tidak begitu banyak disubsidi oleh
segi usaha jasa, maka jumlah 46 % prodi
Akuntansi sudah memasuki titik jenuh.
Namun, masyarakat umum mungkin
kurang menyadari kejenuhan tersebut,
karena hampir lulusan SMK bidang
Akuntansi dapat memperoleh peker-

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

59

Kompetensi Keahlian SMK : Antara Kebijakan dan Realita

11%

6%
Akuntansi

47%

Administrasi Kantor
Penjualan

36%

Sekretaris

Gambar 4: Persentase Program Studi Keahlian pada
Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen

jaan. Kondisi ini memang benar, namun
jika ditelaah lebih mendalam, pekerjaan
yang dijalani oleh para lulusan bidang
ini hampir bisa dikatakan tidak
memerlukan kompetensi seorang
lulusan SMK bidang akuntansi, karena
hampir kebanyakan bekerja sebagai
pelayan toko dan sejenisnya, dan tidak
memegang tata buku atau pengelolaan
keuangan dari segi jasa usaha tersebut.
Responden di komplek pertokoan yang
ada di ITC BSD, pada saat dilakukan
wawancara secara acak terhadap
hampir 50 orang pelayan di toko
tersebut adalah rata-rata lulusan SMK
bidang Bisnis dan Manajemen. Sebenarnya pekerjaan tersebut tidaklah
memerlukan standar lulusan SMK,
bahkan seorang lulusan SMP juga bisa
melakukan dan dapat diterima bekerja,
namun karena tidak ada pekerjaan lain,
maka kondisi itupun dijalani. Kondisi
banyaknya SMK bidang Akuntansi
disebabkan pembukaan SMK di bidang
ini tidak memerlukan biaya yang
banyak, sementara di pihak orang tua
siswa karena lulusan SMK bidang
Akuntansi dapat diterima sebagai
pramuniaga, maka SMK bidang
Akuntansi berkembang mencapai
jumlah yang banyak. Begitupun dengan
pihak Dinas Pendidikan Kabupaten
yang terhimpit kebijakan pemerintah
pusat yang menetapkan jumlah SMK
jauh lebih banyak dari SMU, sehingga
walaupun jumlah SMK bidang
60

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

akuntansi sudah banyak, tetapi pada
saat pihak swasta membuka SMK
bidang Akuntansi tetap diberikan ijin.
Jika jumlah SMK dengan kompetensi
keahlian akuntansi ini tidak diberikan
batasan maksimal prosentase dari
seluruh jumlah SMK yang ada di suatu
kabupaten / kota, maka jumlah SMK
dengan kompetensi ini akan sangat
banyak dan menyebabkan kejenuhan
lulusan.

Kesimpulan
Dari hasil analisis di atas terlihat bahwa dari
enam bidang keahlian yang ditetapkan
Kepmendiknas, tidak semua bidang keahlian
SMK yang dikembangkan Dit PSMK di kota
Tangerang. Sebagai daerah perkotaan yang
pengembangan wilayahnya lebih dititik
beratkan pada sektor industri dan jasa, maka
terlihat bahwa SMK Bidang Keahlian Teknologi
Rekayasa dan Bisnis Manajemen adalah dua
bidang keahlian yang dititikberatkan pengembangannya. Namun, dari pengembangan
tersebut, ada kecenderungan kompetensi
keahlian yang saat ini ada akan menyebabkan
kelebihan jumlah lulusan, dan kompetensi
keahlian tersebut adalah Akuntansi. Jika
pemerintah kota Tangerang tidak membatasi
jumlah SMK bidang Akuntansi, maka yang
terjadi adalah lulusan SMK yang tidak diterima
di pasar kerja karena sudah kelebihan lulusan.
Sementara itu, dua kompetensi keahlian lain
yang trend-nya baik adalah Teknik Kendaraan
Ringan / Sepeda Motor (Teknologi Rekayasa);

Kompetensi Keahlian SMK : Antara Kebijakan dan Realita

dan Teknik Komputer dan Jaringan (TIK),
namun belum mendapat penanganan serius.
Oleh karena itu perlu penekanan agar kedua
program studi keahlian ini menjadi titik berat
pengembangan SMK di Kota Tangerang.
Lulusan SMK prodi Kendaraan Ringan dan TIK
sampai saat ini masih dibutuhkan, dan masih
belum dapat mengimbangi pertumbuhan
ekonomi di kedua bidang tersebut. Namun, yang
perlu diperhatikan dalam pengembangan SMK
bidang TIK adalah penyiapan tenaga guru yang
profesional sehingga lulusannya mampu
memenuhi standar kompetensi lulusan SMK
bidang TIK. Ini menjadi penekanan karena
sampai saat ini guru yang mengajar di SMK TIK
rata-rata adalah guru bidang lain yang beralih
fungsi menjadi guru TIK berbekal pengalaman
guru tersebut dalam menggunakan TIK. Untuk
itu, Dinas Pendidikan hendaknya melakukan
pelatihan yang intensif dan terstruktur agar
para guru TIK mampu memenuhi tuntutan
profesionalitas bidang TIK. Hal lain yang perlu
menjadi perhatian adalah pengembangan SMK
bidang Kesehatan, yang sampai saat ini sangat
minim jumlah dan ragamnya. Padahal kebutuhan akan tenaga medis semakin tinggi dengan
makin banyaknya penduduk di Kota Tangerang
yang merupakan kawasan industri di sekitar
Jakarta.
Terakhir setiap Pemerintah Kota/Kabupaten, khususnya Pemkot Tangerang perlu selalu
melihat kondisi tingkat kejenuhan lapangan kerja dalam memberikan izin pembukaan SMK baru,
tidak hanya berdasar atas pemenuhan prosentase SMU dan SMK mencapai angka 30 : 70.

Rekomendasi
Berdasar hasil survei, maka dalam rangka
pemenuhan prosentase SMU : SMK = 30 : 70,
maka Pemerintah Kota Tangerang hendaknya
melihat data bahwa Kompetensi Keahlian
Akuntansi sudah mencapai angka yang cukup
banyak, sehingga apabila Pemerintah Kota
Tangerang akan mengembangkan SMK guna
memenuhi target prosentase, lebih baik
membuka kompetensi keahlian yang masih
sedikit dan sesuai dengan pengembangan
daerah khususnya sebagai daerah industri.
Pemerintah Kota Tangerang hendaknya tidak

hanya melihat jumlah SMK yang sudah
mencapai 70% tetapi dengan kondisi kompetensi
keahlian yang homogen, yaitu Akuntansi.
Perkembangan SMK bidang Akuntansi harus
segera dikendalikan agar tidak terjadi kelebihan
jumlah lulusan. Yang perlu dikembangkan
adalah SMK bidang Teknologi dan Rekayasa
serta Bidang Teknologi Informatika dan
Komputer (TIK) dengan tetap melihat
perkembangan jumlah lulusan yang ada. Selain
itu, SMK bidang Kesehatan dengan kompetensi
keahlian perawat juga perlu dikembangkan
karena sampai saat ini belum ada.

Daftar Pustaka
A World Bank Review. (1995). Priorities and
strategies for education. Washington D.C:
The World Bank Publication
Carnoy, Martin & H.M. Levin. (1976) . Limits of
educational reform. New York: David Mc
Kayco
Delors, J. (1997). Learning : The traesure within.
Paris: Unesco
Soedijarto. (2008). Meningkatnya mutu pendidikan
nasional sebagai suatu keharusan bagi dapat
terlaksananya fungsi konstitusional sistem
pendidikan nasional dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa. Makalah yang
disajikan dalam Seminar Nasional
Pasca Penuntasan Wajib Belajar
Sembilan Tahun. Jakarta
UNESCO. (1990). Deklarasi Pendidikan untuk
Semua
Whitehead, Alfred North. The scinece and the
modern world
-----------.Keputusan Menteri No. 251/C/KEP/
MN/2008 Tentang Spektrum Keahlian
SMK
-----------UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional
-----------.PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasiona Pendidikan
-----------.UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru
dan Dosen
-----------.PERMEN No 22 Tahun 2006 Tentang
Standar Isi
-----------.PERMEN No 23 Tahun 2006 Tentang
Standar Kelulusan
Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

61