DESAIN METODE SIMULASI UNTUK MENINGKATKA

DESAIN METODE SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI
KETERAMPILAN PELAYANAN PRIMA
PADA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN PEMASARAN
Iffah Syarifah
Prodi Pendidikan Ekonomi, Unswagati Cirebon
iffahsy16@gmail.com
Abstrak
Pembelajaran pelayanan prima yang selama ini berlangsung hanya berorientasi
pada ranah pengetahuan. Metode yang digunakan lebih dominan menggunakan metode
ceramah. Akibatnya, pembelajaran pelayanan prima menjadi membosankan.
Keterampilan pelayanan prima yang ada pada diri siswa menjadi kurang terlatih, maka
perlu digagas metode simulasi sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi
keterampilan pelayanan prima. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui desain metode simulasi yang dapat meningkatkankompetensi keterampilan
pelayanan prima, serta implementasi desain metode simulasi yang dapat meningkatkan
kompetensi keterampilan pelayanan prima pada materi “memberikan bantuan kepada
pelanggan”.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian dan
pengembangan. Implementasi desain menggunakan metode PTK model
Kemmis&McTaggart dengan tahapan “Perencanaan-Pelaksanaan dan ObservasiRefleksi”. Subjek penelitian adalah siswa kelas X PM-1 SMK Negeri 6 Kuningan
Tahun Pelajaran 2015/2016 sebanyak 32 siswa. Teknik pengumpulan data

menggunakan dokumentasi, kuesioner, observasi partisipan, wawancara terbuka, dan
evaluasi unjuk kerja. Instrumen yang digunakan berupa dokumen, angket lembar
validasi, lembar observasi, lembar penilaian unjuk kerja, dan pedoman wawancara.
Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif analitik interpretatif.
Capaian pembelajaran pelayanan prima dapat dilakukan melalui metode
simulasi. Adapun komponen penting yang perlu diperhatikan meliputi skenario
simulasi, tahapan-tahapan pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran yang didukung
dengan LKS. Sedangkan dalam implementasinya, pembelajaran metode simulasi secara
prosedural meliputi tahap pembuka, bermainperan, diskusi kecil, dan presentasi. Dalam
penelitian ini dihasilkan desain yang direkomendasikan yang terdiri dari skenario
simulasi, LKS dan alat evaluasi.
Kata Kunci:

Desain Pembelajaran, Metode Simulasi, Kompetensi Keterampilan
Pelayanan Prima, Kualitatif, Penelitian Tindakan Kelas

PENDAHULUAN
Sekolah
Menengah
Kejuruan

(SMK) merupakan salah satu lembaga
pendidikan formal dimana struktur ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang
dipelajari sesuai dengan kompetensi
keahlian masing-masing. Siswa SMK
dituntut untuk memiliki keahlian khusus
sehingga setelah lulus dari sekolah para
siswa diharapkan siap pakai di dunia
kerja. Keahlian dapat dimiliki apabila
keterampilan siswa terus diasah,
keterampilan yang dimiliki siswa di
SMK
dapat
diperoleh
melalui
pembelajaran di sekolah maupun di
dunia industri.
Dalam
melaksanakan
proses

pembelajaran di sekolah, siswa dituntut
untuk lebih aktif sehingga proses belajar
tidak hanya berpusat pada guru. Untuk
dapat mewujudkan hal tersebut, peran
guru sebagai fasilitator bukan berarti
guru bersikap pasif dalam proses
pembelajaran. Akan tetapi disini guru
juga dituntut untuk aktif dan kreatif,
salah satunya dengan menggunakan
metode pembelajaran yang tepat dan
sesuai dengan mata pelajaran, kondisi
kelas dan karakteristik siswa.
Mata pelajaran Pelayanan Prima
merupakan mata pelajaran yang melatih
keterampilan siswa agar terampil dalam
melakukan komunikasi di dunia kerja
sehingga dapat memberikan bantuan
dan pelayanan kepada pelanggan, serta
dapat bekerja baik secara individu
maupun bekerjasama dalam satu tim.

Pelayanan Prima berhubungan erat
dengan aspek kegiatan di perusahaan
jasa pelayanan dalam upaya memberikan kepuasan kepada konsumen
atau pelanggan agar tercipta loyalitas
yang tinggi terhadap barang atau jasa
yang ditawarkan. Dengan demikian,
hasil belajar yang diperoleh siswa
selama mengikuti mata pelajaran
Pelayanan
Prima
tidak
hanya
bermanfaat di dunia pemasaran saja,

namun diharapkan dapat menjadi bekal
siswa dalam menghadapi dunia kerja
setelah lulus dari sekolah, baik dengan
cara membuka usaha sendiri maupun
bekerja sebagai karyawan.
Dalam pembelajaran pelayanan

prima, guru dapat menerapkan metode
simulasi. Hal ini dikarenakan simulasi
memiliki beberapa kelebihan seperti
yang dikemukakan oleh Sanjaya
(2014:160) yaitu : (1) simulasi dapat
dijadikan sebagai bekal bagi siswa
dalam menghadapi situasi yang
sebenarnya,
(2)
simulasi
dapat
mengembangkan kreativitas siswa, (3)
simulasi dapat memupuk keberanian
dan percaya diri siswa, (4) memperkaya
pengetahuan, sikap dan keterampilan
dalam menghadapi berbagai situasi
sosial yang problematis, dan (5)
simulasi dapat meningkatkan gairah
siswa dalam proses pembelajaran.
Melihat latar belakang di atas,

tujuan penelitian ini adalah mengetahui
desain
metode
simulasi
beserta
implementasinya untuk meningkatkan
kompetensi keterampilan pelayanan
prima pada materi “Memberikan
Bantuan kepada Pelanggan”
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif. Alasan peneliti menggunakan
metode kualitatif yaitu peneliti tidak
mencari pengaruh keterkaitan antar
variabel dan peneliti ingin mendapatkan
wawasan tentang sesuatu yang baru
sedikit diketahui. Penelitian kualitatif
ini diikuti dengan pendekatan penelitian
pengembangan, karena dalam penelitian
ini peneliti ingin mengembangkan

sebuah desain pembelajaran yang dapat
bermanfaat bagi para pengguna dalam
rangka
meningkatkan
mutu
pembelajaran di kelas.
Desain penelitian yang digunakan
yaitu desain penelitian R&D menurut
Sukmadinata yang dimodifikasi oleh

peneliti. Adapun tahapan-tahapannya
meliputi
studi
pendahuluan,
pengembangan dan try out. Studi
pendahuluan terdiri dari studi pustaka
dan survey lapangan sebagai bahan
dalam menganalisis kebutuhan untuk
membuat desain awal. Dalam tahap
pengembangan,

desain
tersebut
divalidasi oleh pakar dan praktisi
lapangan hingga dihasilkan desain
hipotetik. Kemudian desain hipotetik
tersebut di uji coba pada siswa kelas X
PM-1 di SMK Negeri 6 Kuningan yang
berjumlah 32 siswa. Try out dilakukan
dengan menggunakan metode PTK
model Kemmis&McTaggart dengan
tahapan perencanaan-pelaksanaan dan
observasi-refleksi.
Setelah diimplementasikan, peneliti
mengadakan evaluasi terkait dengan
pembelajaran pelayanan prima dengan
menggunakan desain metode simulasi.
Evaluasi yang dilakukan berupa unjuk
kerja dan wawancara kepada peserta
didik.
Evaluasi unjuk kerja dilakukan

untuk mengetahui pencapaian hasil
belajar siswa dalam ranah keterampilan.
Setelah
evaluasi
unjuk
kerja
dilaksanakan,
peneliti
melakukan
wawancara terhadap beberapa orang
siswa untuk mengetahui respon siswa
terhadap implementasi desain metode
simulasi dalam pembelajaran pelayanan
prima di kelas.
Teknik
pengumpulan
data
menggunakan dokumentasi, kuesioner,
observasi
partisipan,

wawancara
terbuka, dan evaluasi unjuk kerja.
Instrumen yang digunakan berupa
dokumen, angket
lembar validasi,
lembar observasi, lembar penilaian
unjuk kerja, dan pedoman wawancara.
Teknik analisis data yang digunakan
adalah deskriptif analitik interpretative.
Sudjana (2012: 197) menjelaskan
bahwa, “metode deskriptif analitik
adalah metode yang berupa pemaparan

atau penjelasan gambaran mengenai
situasi yang diteliti dalam bentuk
naratif”.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Studi Pendahuluan
Penelitian ini dilaksanakan di SMK
Negeri 6 Kuningan yang beralamat di

Jalan Sindangkempeng Kecamatan
Pancalang Kabupaten Kuningan. Dalam
penelitian ini yang dijadikan sebagai
subjek penelitian yaitu siswa kelas X
PM-1. Jumlah seluruh siswa kelas X
PM-1 adalah 32 siswa, yang terdiri dari
5 orang siswa laki-laki dan 27 orang
siswa
perempuan.
Kelas
yang
2
digunakan memiliki luas 90m dengan
kondisi cukup baik.
Hasil observasi menyatakan bahwa
siswa
kurang
antusias
dalam
pembelajaran, cenderung pasif, lebih
suka mendengarkan dan kurang berani
dalam berbicara baik itu dalam bertanya
maupun mengungkapkan pendapat. Hal
ini didukung dengan data ketuntasan
belajar siswa pada mata pelajaran
Pelayanan Prima yang disajikan dalam
tabel berikut.
Tabel 1. Data Ketuntasan Belajar Siswa
Kategori

Frek.

Persentase

Belum
22
68,75%
Tuntas
Tuntas
10
31,25%
Total
32
100 %
Berdasarkan hal diatas, peneliti
melakukan studi pustaka dengan cara
mengkaji teori pendukung yang
berkaitan dengan desain metode
simulasi
untuk
meningkatkan
kompetensi keterampilan pelayanan
prima. Kegiatan studi pustaka meliputi
studi kurikulum, silabus, buku-buku
teks mengenai desain dan metode
pembelajaran, dan buku-buku teks yang
berkaitan
dengan
pembelajaran
pelayanan
prima
dalam
materi
memberikan bantuan kepada pelanggan.

Selain mengkaji teori, peneliti juga
berdiskusi dengan guru mata pelajaran
Pelayanan Prima terkait dengan materi
yang dipilih dalam pembelajaran. Dari
hasil diskusi ditentukan bahwa materi
yang dipilih yaitu memberikan bantuan
kepada pelanggan, hal ini dikarenakan
materi
tersebut
memerlukan
pembelajaran secara praktik. Dengan
metode simulasi diharapkan siswa
memperoleh gambaran bagaimana
melayani pelanggan, teknik komunikasi
dalam memberikan bantuan kepada
pelanggan, dan bagaimana mengatasi
keluhan pelanggan. Selain itu, metode
simulasi dapat melatih keterampilan
siswa, juga memupuk keberanian,
percaya diri dan semangat siswa dalam
mengikuti pembelajaran. Berpegang
pada data yang diperoleh dari observasi
dan mengacu pada dasar-dasar teori
atau konsep yang disimpulkan dari hasil
studi
kepustakaan,
maka
dapat
disimpulkan bahwa desain metode
simulasi pada Kompetensi Dasar
Memberikan bantuan kepada pelanggan

diperlukan untuk membantu mengatasi
permasalahan
yang
terdapat
di
lapangan.
Setelah mendapat informasi yang
dibutuhkan, peneliti melakukan analisis
kebutuhan terhadap permasalahan yang
dihadapi dalam pembelajaran pelayanan
prima, sehingga diperoleh gambaran
secara umum mengenai desain metode
simulasi yang dikembangkan. Dari hasil
analisis tersebut disusunlah desain awal
produk
yang dibutuhkan
dalam
mendukung pembelajaran pelayanan
prima dengan menggunakan metode
simulasi, yang meliputi Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP),
materi
pembelajaran,
skenario
pembelajaran, Lembar Kerja Siswa
(LKS) dan alat evaluasi.
Skenario simulasi yang telah
dibuat divalidasi oleh pakar dan praktisi
lapangan. Validasi dilakukan dengan
cara mengisi angket lembar validasi.
Hasil validasi yang diperoleh dapat
dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Validasi Pakar dan Praktisi Lapangan
Indikator
Kelayakan Isi
1. Skenario sesuai dengan kompetensi dasar
2. Tema yang digunakan dalam skenario
sesuai dengan indikator
3. Tokoh yang digunakan sesuai dengan materi
yang disajikan
4. Skenario sesuai dengan perkembangan
pengetahuan dan keterampilan siswa
5. Keakuratan skenario yang disajikan sesuai
dengan kehidupan sehari-hari
6. Skenario mengandung konsep pelayanan
prima
Bahasa
7. Ketepatan menggunakan ejaan
8. Keefektifan penggunaan bahasa

V1

Skor
V2 V3

Ratarata

Kategori

3

4

4

3,67

Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Baik

3

4

3

3,33

3

4

3

3,33

3

4

3

3,33

2

3

3

2,67

3

4

3

3,33

Sangat
Baik

3
2

3
3

3
3

3,00
2,67

Baik
Baik

9. Bahasa yang digunakan sesuai dengan
pemahaman siswa
10. Bahasa yang digunakan merupakan bahasa
yang biasa muncul dalam kehidupan seharihari
Penyajian
11. Skenario disusun secara urut dan sistematis

3

3

3

3,00

Baik

3

4

4

3,67

Sangat
Baik

3

4

3

3,33

12. Skenario yang disajikan dengan penggunaan
metode simulasi dapat berjalan secara
efesien
13. Skenario yang disajikan dengan penggunaan
metode simulasi dapat mendorong siswa
untuk berpartisipasi aktif

3

4

3

3,33

Sangat
Baik
Sangat
Baik

3

4

4

3,67

Sangat
Baik

14. Skenario yang disajikan dengan penggunaan
metode simulasi sesuai dengan kemampuan
siswa
15. Skenario yang disajikan dengan penggunaan
metode simulasi dapat membantu siswa
dalam
meningkatkan
keterampilan
pelayanan prima

3

3

3

3,00

Baik

3

4

4

3,67

Sangat
Baik

3,27

Sangat
baik

Rata-rata keseluruhan

Desain
yang
dikembangkan
dikatakan layak digunakan secara
teoritis jika masing-masing kriteria
memperoleh nilai ≥ 2,51. Berdasarkan
hasil validasi di atas, maka skenario
simulasi yang dikembangkan layak
digunakan, karena rata-rata skor
penilaian yang diperoleh sebesar 3,27
yang artinya bahwa skenario simulasi
yang akan digunakan termasuk dalam
kategori sangat baik, karna angka
tersebut berada pada interval 3,26-4,00.
Walaupun
desain
yang
dikembangkan dikatakan layak untuk
diujicobakan, namun desain yang telah
dibuat oleh peneliti masih terdapat
banyak kekurangan, dan membutuhkan
revisi untuk memperbaiki desain.

Adapun kekurangan - kekurangan
tersebut ditemukan berdasarkan hasil
analisis peneliti terhadap hasil validasi
pakar di atas, serta kritik dan saran dari
validator yang terdapat pada tiap-tiap
angket validasi pakar. Setelah itu,
peneliti mengumpulkan kekurangankekurangan yang terdapat pada desain
dalam desk evaluation, kemudian
peneliti melakukan revisi dengan cara
memperbaiki dan mengembangkan agar
desain yang diimplementasikan layak
untuk digunakan baik secara teoritis
maupun secara empiris. Berikut
pemaparan hasil desk evaluation pada
skenario simulasi yang dibuat oleh
peneliti.

Matriks 1. Hasil Desk Evaluationpada Skenario Simulasi
No.
1.

2.

3.

4.

5.

Temuan
Ketepatan bahasa yang digunakan harus
disesuaikan dengan daerahnya.
Mayoritas
perempuan
tidak
suka
dipanggil “Mba”, tapi lebih suka
dipanggil “Teteh”, “Sist”, “Kakak”, dsb.
Karena penelitian dilakukan di daerah
yang masyarakatnya mayoritas adat
sunda, maka lebih baik gunakan panggilan
“Teteh” pada pelanggan.
Perlu diperhatikan kesesuaian narasi
dengan tokohnya, terdapat beberapa
perbedaan.
- Pada skenario ke-3, tokoh yang terlibat
ialah Tia, Pebi dan Pelayan, tapi di
percakapan muncul tokoh Ima.
- Pada skenario ke-4, tokoh Ibu Ani
terkadang memanggil pelayan dengan
sebutan “Mba”, padahal pelayan adalah
seorang pria.
Karakteristik pelanggan telah berubah
menjadi lebih kompleks, terkadang ada
pelanggan
yang
melakukan
suatu
perbuatan diluar dugaan.
Lebih diperluas lagi objeknya dalam
memberikan pelayanan kepada pelanggan,
untuk siswa SMK jurusan pemasaran
diharapkan menjadi pramuniaga di
swalayan sehingga pelanggannya semua
usia, mulai dari anak-anak, remaja dan
orangtua.
Kebutuhan pelanggan lebih luas lagi
khususnya kebutuhan sehari-hari, baik
food maupun non-food.

Implementasi Desain Pembelajaran
Berorientasi Metode Simulasi
Desain
yang
telah
direvisi
berdasarkan hasil validasi pakar
selanjutnya diimplementasikan pada
siswa kelas X Program Keahlian
Pemasaran di SMK Negeri 6 Kuningan.
Implementasi dilakukan oleh peneliti
sebagai sarana ujicoba serta untuk
mengetahui respon siswa dari penerapan
desain metode simulasi. Implementasi
dilakukan dengan menggunakan metode

Solusi
Mengganti
sapaan
atau
panggilan
untuk
pelanggan
wanita dari “Mba” menjadi
“Teteh” atau “Kakak”.

Ketidaksesuaian
narasi
karenakesalahan
pengetikan
yang dilakukan oleh penulis,
maka
dilakukan
perbaikan
terhadap
kata-kata
yang
mengalami kesalahan dalam
pengetikan.
-Ima menjadi Pebi
-Mba menjadi mas
Menambah konflik di beberapa
skenario yang tepat.

Membuat skenario memberi-kan
bantuan kepada pelanggan,
dengan menambah tokoh-tokoh
yang belum terlibat. Seperti
anak-anak dan orangtua.

Menyisipkan jenis produk food
pada skenario.

penelitian
tindakan
kelas
guna
mengetahui
kekurangan-kekurangan
atau permasalahan yang muncul di kelas
pada saat peneliti menerapkan desain
metode simulasi.
Pada tahap perencanaan ini, peneliti
menyiapkan instrumen yang diperlukan,
yaitu:
1) Menyusun desain pembelajaran
yang berorientasi metode simulasi,
yang didalamnya terdiri dari
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP),
bahan
ajar,
skenario
simulasi, Lembar Kerja Siswa
(LKS), dan alat evaluasi.
2) Menyusun dan mempersiapkan
lembar observasi untuk mengamati
pelaksanaan
pembelajaran
dan
keaktifan siswa dalam pembelajaran
pelayanan
prima
dengan
menggunakan
desain
metode
simulasi.
3) Mempersiapkan alat simulasi yang
akan
digunakan
dalam
pembelajaran.
Dalam tahap pelaksanaan, peneliti
melaksanakan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan RPP yang telah disiapkan
sebelumnya.
Adapun
kegiatannya
meliputi kegiatan pembuka, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup. Dalam
kegiatan inti, pelaksanaan dilakukan
sesuai dengan tahapan-tahapan simulasi
yang terdiri dari orientasi, latihan
partisipan, pelaksanaan simulasi, dan
wawancara partisipan.
Pelaksanaan
dilakukan
bersamaan dengan tahap observasi.
Adapun data yang diperoleh peneliti
tentang
pelaksanaan
pembelajaran
pelayanan prima dengan kompetensi
dasar memberikan bantuan kepada
pelanggan melalui penerapan desain
metode simulasi disajikan dalam tabel
berikut.
Tabel 3. Hasil Observasi Putaran
Pembelajaran I
Skor Frekuensi Jumlah Skor
1
0
0
2
8
16
3
10
30
4
5
20
Jumlah
23
66
Dari hasil observasi yang telah
dilakukan pada putaran pembelajaran
pertama terlihat bahwa pembelajaran
Pelayanan Prima melalui penerapan

desain metode simulasi dapat terlaksana
dengan baik. Jumlah skor yang
diperoleh
yaitu
66,
jika
diintrepretasikan
maka
diperoleh
kesimpulan
bahwa
pelaksanaan
pembelajaran Pelayanan Prima melalui
penerapan desain metode simulasi telah
mencapai kategori tinggi.
Setelah itu peneliti melakukan
refleksi bersama dengan guru mata
pelajaran selaku observer. Refleksi
dilakukan setelah tahap pelaksanaan dan
observasi
dengan
tujuan
untuk
mengetahui kekurangan yang terdapat
pada saat pelaksanaan pembelajaran
putaran pertama. Dari hasil observasi
terlihat bahwa siswa lebih antusias dan
semangat
dalam
mengikuti
pembelajaran walaupun masih banyak
siswa yang kurang percaya diri pada
saat bermain peran di depan kelas, hal
ini dikarenakan siswa terbiasa dengan
metode ceramah sehingga siswa kurang
terlatih untuk berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran.
Namun
demikian
dalam
pelaksanaannya
pada
putaran
pembelajaran I, masih terdapat beberapa
temuan kekurangan dan permasalahan
yang dihadapi. Dari temuan tersebut
dipikirkan solusi agar permasalahan
dapat diatasi.Hasil yang diperoleh pada
putaran I digunakan sebagai dasar
perbaikan pada putaran II.
Pada perencanaan tindakan di
putaran pembelajaran kedua, peneliti
merencanakan akan menerapkan metode
simulasi
seperti
pada
putaran
pembelajaran pertama, namun disertai
dengan beberapa perbaikan yang
mengacu pada hasil refleksi di putaran
pembelajaran pertama. Dalam putaran
pembelajaran II, proses pembelajaran
harus lebih diarahkan ketimbang
putaran pembelajaran I.
Tahap
pelaksanaan
dilakukan
dalam satu kali pertemuan, yaitu pada
hari Rabu tanggal 18 Mei 2016 dengan

alokasi waktu 2x45 menit. Pelaksanaan
tindakan pada putaran pembelajaran II
bertujuan
untuk
memperbaiki
kekurangan atau permasalahan yang
terdapat pada pelaksanaan pembelajaran
di putaran I. Perbaikan dalam proses
pembelajaran di putaran II dilakukan
sejak awal pembelajaran.
Saat proses pembelajaran, guru
berusaha semaksimal mungkin untuk
menerapkan desain metode simulasi
secara efektif dan efesien. Tindakan
yang
dilakukan
pada
putaran
pembelajaran II dapat berjalan dengan
baik dan sesuai rencana. Setiap langkah
yang dilakukan dalam pembelajaran
telah sesuai dengan sintaks simulasi.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
guru telah menerapkan desain metode
simulasi dengan baik.
Berdasarkan data pada lembar
observasi dapat diketahui bahwa temuan
kekurangan atau permasalahan pada
putaran pertama dapat teratasi dengan
baik. Hal ini terlihat dari antusias siswa
dalam mengikuti pembelajaran, siswa
lebih aktif dalam diskusi, bertanya,
mengemukakan pendapat, hal ini juga
menjadikan diskusi lebih hidup
dibanding pertemuan
sebelumnya.
Adapun data yang diperoleh peneliti
tentang
pelaksanaan
implementasi
desain metode simulasi dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4. Hasil Observasi Putaran
Pembelajaran II
Skor Frekuensi Jumlah Skor
1
0
0
2
0
0
3
13
39
4
10
40
Jumlah
23
79
Pada putaran pembelajaran kedua
terlihat bahwa pembelajaran pelayanan
prima melalui penerapan desain metode
simulasi dapat terlaksana dengan baik.

Jumlah skor yang diperoleh yaitu 79,
jika diintrepretasikan maka diperoleh
kesimpulan
bahwa
pelaksanaan
pembelajaran pelayanan prima melalui
penerapan desain metode simulasi telah
mencapai kategori sangat tinggi.
Berdasarkan observasi yang telah
dilakukan, pelaksanaan pembelajaran
prima melalui penerapan desain metode
simulasi telah mengalami peningkatan.
Hal ini terbukti pada saat pembelajaran
hampir seluruh siswa berpartisipasi aktif
baik itu dengan cara bertanya,
bermainperan,
presentasi
maupun
menjawab pertanyaan dari guru.
Selanjutnya, siswa telah paham tentang
pelaksanaan simulasi sehingga guru
tidak perlu memberikan banyak
pengarahan
sebagaimana
yang
dilakukan pada putaran pertama. Guru
hanya memberikan sedikit pengarahan
dan memotivasi siswa untuk lebih
berekspresi dalam pelaksanaan simuasi.
Saat bermain peran, siswa mulai
serius dalam memperagakan sesi
simulasi dan siswa yang tidak bertindak
sebagai
pemeran
memperhatikan
temannya dengan sungguh-sungguh,
terbukti dengan suasana kelas yang
tenang pada saat pelaksanaan simulasi.
Namun dalam mengekspresikan mimik
siswa masih kurang percaya diri.
Diskusi telah berjalan dengan baik
setiap kelompok terlihat antusias pada
saat mengerjakan tugas yang terdapat
pada LKS. Begitu pula pada saat
presentasi, siswa mulai inisiatif untuk
maju di depan kelas tanpa ditunjuk dan
siswa yang mendengarkan sudah mulai
memberikan umpan balik baik itu
berupa pendapat maupun pertanyaan,
walaupun belum seluruh siswa berani
menyampaikan pendapat.

Pembahasan
Desain Metode Simulasi pada
Capaian Pembelajaran Pelayanan
Prima
Desain metode simulasi yang
dibuat bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan pembelajaran pada ranah
keterampilan. Peneliti mengembangkan
pola pelayanan prima berdasarkan
konsep A3 menurut Atep (2003: 31)
yang meliputi sikap, perhatian dan
tindakan. Dengan demikian indikator
keterampilan pelayanan prima yang
digunakan antara lain: (1) penampilan
sopan dan serasi, (2) intonasi suara jelas
dan variatif, (3) ekspresi wajah dan
tubuh sesuai dengan pembicaraan, (4)
mengucapkan salam pembuka pembicaraan, (5) menanyakan kebutuhan
pelanggan, (6) mendengarkan dan
memahami keinginan pelanggan, (7)
melayani pelanggan dengan cepat, tepat
dan ramah, (8) konfirmasi untuk
penegasan atas pesanan pelanggan, dan
(9) mengucapkan terimakasih diiringi
harapan pelanggan akan datang
kembali. Desain terdiri dari skenario
simulasi pelayan kepada beberapa tipe
pelanggan dan skenario simulasi
pelayan terhadap keluhan pelanggan.
Skenario simulasi pelayan kepada
beberapa tipe pelanggan dibuat dengan
tujuan agar siswa dapat mendemonstrasikan cara melayani pelanggan
berdasarkan perilakunya. Selain itu,
melalui skenario ini dapat melatih
kemampuan berfikir siswa dalam ranah
pemahaman,
karena
dari
hasil
pengamatan siswa ditugaskan untuk
dapat
mengidentifikasi
perilaku
pelanggan melalui tagihan yang terdapat
dalam LKS pada putaran I. Sedangkan
untuk skenario simulasi pelayan
terhadap keluhan pelanggan dibuat
dengan tujuan agar siswa dapat
mendemonstrasikan cara melayani
keluhan pelanggan dengan baik. Peneliti
menyisipkan gambar-gambar dalam

skenario dengan maksud menarik
perhatian siswa untuk mempelajari
skenario dan memancing rasa ingin tahu
siswa terhadap skenario tersebut.
Implementasi
Desain
Metode
Simulasi
Desain pembelajaran berorientasi
pada metode simulasi diimplementasikan pada siswa kelas X PM 1 dengan
metode Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang dilakukan selama dua kali
putaran. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Dwi
Handayani tahun 2014 dengan judul
“Peningkatan Kompetensi Pelayanan
Prima Melalui Metode Simulasi dengan
Berbantuan Media Komik Siswa Kelas
X Tata Busana di SMK Muhammadiyah
1 Imogiri”. Skripsi tersebut merupakan
penelitian
tindakan
kelas
yang
dilakukan selama 2 siklus dan
mendapatkan hasil bahwa penerapan
metode simulasi dapat meningkatkan
kompetensi pelayanan prima pada siswa
kelas X di SMK Muhammadiyah
Imogiri.
Pada tahap perencanaan, guru perlu
melakukan pemetaan kurikulum dengan
memilah-milah Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar guna mengorganisir
materi yang sesuai untuk penerapan
metode simulasi. Peneliti memilih
Kompetensi
Dasar
Memberikan
Bantuan kepada Pelanggan pada mata
pelajaran Pelayanan Prima, karena di
dalamnya terdapat indikator yang
mengarah pada ranah psikomotor. Hal
ini didukung oleh pernyataan Sumiati
dan Asra (2009) yang mengatakan
bahwa metode simulasi merupakan
salah satu cara belajar yang tepat untuk
melatih keterampilan.Setelah pemetaan
kurikulum, guru perlu menyiapkan RPP,
materi pembelajaran, skenario simulasi,
LKS dan alat evaluasi.
Sebelum memulai pembelajaran,
guru perlu menetapkan tokoh-tokoh

yang akan terlibat dalam simulasi.
Penetapan tokoh diawali dengan
membagi siswa dalam beberapa
kelompok, dimana satu kelompok
terdiri dari 3-4 orang. Tiap-tiap
kelompok mengambil kertas undian
yang berisi nomer. Nomer tersebut
dijadikan
petunjuk
siswa
untuk
mengetahui skenario yang dimainkan,
misalnya nomer 1 untuk simulasi 1,
nomer 2 untuk simulasi 2, dan
seterusnya. Cara ini dilakukan dengan
tujuan agar semua siswa dapat terlibat
dalam simulasi. Hal ini dilatarbelakangi
oleh teori prinsip simulasi yang
dikemukakan Hasibuan dan Moedjiono
(2009), bahwa semua siswa harus
terlibat langsung menurut peranan
masing-masing.
Siswa
disuruh
mempelajari skenario beberapa hari
sebelum
pelaksanaan,
hal
ini
berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Muniroh (2014) dengan tujuan
agar siswa dapat memahami dan
menghayati perannya masing-masing
sehingga saat bermain peran di depan
kelas dapat berjalan secara maksimal.
Untuk menetapkan tokoh pada tiaptiap simulasi, siswa dalam setiap
kelompok diberi kebebasan untuk
menentukan siapa yang menjadi tokohtokohnya. Menurut Uno (2011), cara ini
lebih baik daripada guru memilih siswa
yang sesuai untuk memainkannya.
Pada
tahap
implementasi,
pelaksanaan terbagi menjadi 3, yaitu
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan
kegiatan
penutup.Sebelum
melaksanakan simulasi, guru perlu
memberikan motivasi kepada siswa
dengan cara memperjelas tujuan yang
ingin dicapai. Menurut Sanjaya (2006),
pemahaman siswa tentang tujuan
pembelajaran dapat menumbuhkan
minat siswa untuk belajar yang pada
gilirannya dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa.

Untuk membantu siswa dalam
memahami materi pembelajaran, guru
menjelaskan materi secara singkat,
namun harus jelas dan tidak boleh
tergesa-gesa.
Dalam
menjelaskan
materi, sesekali guru bertanya kepada
siswa secara acak guna memusatkan
perhatian siswa pada materi yang
sedang dibahas, serta sebagai upaya
dalam
meningkatkan
kemampuan
berpikir siswa. Hal ini didukung dengan
teori keterampilan bertanya yang
dikemukakan oleh Sanjaya (2006),
bahwa dengan bertanya guru dapat
menciptakan suasana pembelajaran
yang lebih bermakna dan dengan
pertanyaan
yang
baik
dapat
meningkatkan kemampuan berpikir
siswa, sebab berpikir pada hakikatnya
adalah bertanya. Pada akhir penjelasan,
guru memberikan poin kepada siswa
yang bertanya mengenai hal yang belum
dipahami
terkait
dengan
materi
pembelajaran, hal ini dilakukan untuk
mengetahui pemahaman siswa serta
meningkatkan rasa ingin tahu siswa
terhadap materi pembelajaran.
Kegiatan inti diawali dengan
menjelaskan topik atau masalah yang
hendak disimulasikan, serta tujuan yang
ingin dicapai dalam simulasi. Guru
perlu menjelaskan tentang simulasi
termasuk didalamnya tata cara simulasi
agar siswa dapat memahami langkahlangkah apa saja yang akan dilakukan
dalam pembelajaran. Menurut Uno
(2011), proses pembelajaran akan lebih
berhasil apabila peserta didik secara
aktif melakukan latihan secara langsung
dan relevan dengan tujuan pembelajaran
yang
telah
ditetapkan.
Untuk
mewujudkan hal itu, saat menjelaskan
tentang
simulasi
guru
perlu
menumbuhkan rasa percaya diri dengan
memberikan pemahaman kepada siswa
bahwa dalam belajar kita boleh salah
tetapi tidak boleh bohong, jangan malumalu atau takut gagal. Hal ini juga

didukung oleh pendapat Aunurrahman
(2012), yang menyatakan bahwa dalam
menumbuhkan rasa percaya diri siswa,
guru perlu memberikan pemahaman
kepada siswa bahwa sukses dan gagal
melakukan sesuatu adalah dua hal yang
dialami setiap orang dalam proses
pembelajaran.
Dalam menjelaskan tata cara
simulasi, guru tidak perlu panjang lebar
memberi arahan. Hal ini didukung
dengan teori Joyce (2009),
yang
berpendapat bahwa bukanlah hal
penting untuk membuat siswa memiliki
pemahaman penuh pada waktu-waktu
awal, sebagaimana dalam kehidupan
nyata beberapa aturan menjadi relevan
hanya pada saat aktivitas proses, dan
bukan pada tahap awal. Dengan
demikian yang perlu dilakukan adalah
menjelaskan waktu yang disediakan dan
alat simulasi yang diperlukan dalam
setiap sesi agar simulasi yang dilakukan
lebih
bersifat
konkret.
Setelah
menjelaskan, guru dapat memberi
kesempatan siswa untuk bertanya
sambil
membagikan
LKS
dan
memberitahu tata cara pengisiannya.
Untuk materi memberikan bantuan
kepada pelanggan, pada pertemuan
pertama siswa memainkan simulasi
yang bertema “Simulasi Pelayan kepada
Beberapa Tipe Pelanggan”, sedangkan
pertemuan kedua siswa memainkan
simulasi yang bertema “Simulasi
Pelayan terhadap Keluhan Pelanggan”.
Saat simulasi dimainkan, siswa yang
bukan sebagai pemain peran bertugas
untuk menyimak temannya yang sedang
bermain peran di depan kelas,
sedangkan guru berdiri di belakang
kelas untuk mengamati seluruh siswa
baik yang bermain maupun menyimak.
Siswa merasa senang ketika disuruh
oleh guru untuk bermain peran di depan
kelas. Hal ini berdasarkan
hasil
wawancara pada siswa yang memiliki

kategori
bahwa:

tinggi,

yang

menyatakan

“Saya merasa senang karena
dengan bermain peran di depan
kelas saya semakin percaya diri
untuk berbicara dan bisa merasakan
bagaimana
rasanya
melayani
pelanggan, walaupun sebelumnya
saya merasa bingung, tapi setelah
maju jadi lega.”
Ketika siswa disuruh untuk
memperhatikan temannya maju untuk
bermainperan, beberapa siswa merasa
senang
namun
adapula
yang
menyatakan ketidaksenangannya. Hal
ini berdasarkan hasil wawancara pada
siswa yang memiliki kategori rendah,
yang menyatakan bahwa:
“Saya merasa senang ketika melihat
teman saya bermainperan, karena
lucu melihat tingkahlaku dan
ekspresinya.”
Sedangkan siswa yang memiliki
kategori tinggi berpendapat:
“Saya merasa senang jika yang
bermainperan dapat menghayati
perannya, namun terkadang kesal
saat melihat pemainperan tidak
jelas dan tidak serius seperti anak
cowo yang kemarin.”
Pada saat diskusi kelompok, guru
berkeliling dan menghampiri tiap-tiap
kelompok
dengan
memberikan
pertanyaan kepada beberapa siswa
secara acak, hal ini bertujuan agar
semua siswa dapat aktif dalam
berdiskusi dan terjalin kerjasama yang
baik antar anggota. Hal ini dibantu
dengan LKS yang disertai gambar untuk
menumbuhkan motivasi siswa dalam
mengerjakan LKS. Terbukti pada saat
putaran pembelajaran kedua, diskusi
berjalan dengan baik dan setiap
kelompok terlihat antusias dalam

mengerjakan LKS. Hal ini didukung
dengan pendapat siswa mengenai LKS
pada hasil wawancara sebagai berikut.
“LKS yang digunakan dapat
membantu saya dalam menguasai
materi. Saya lebih suka lembar
kerja pada pertemuan kedua, karena
ada gambarnya, tidak monoton dan
seru untuk didiskusikan.”
Setelah diskusi dan evaluasi,
simulasi dapat dilanjutkan kembali.
Namun, jika siswa merasa kurang jelas
terhadap skenario simulasi yang
dimainkan maka guru dapat menunjuk
beberapa siswa yang sesuai untuk
melakukan permainan peran ulang. Hal
ini didukung oleh pendapat Uno (2011),
yang menyatakan bahwa seharusnya
pada permainan peran kedua ini akan
berjalan lebih baik, siswa dapat
memainkan perannya lebih sesuai
dengan skenario. Dengan demikian,
siswa memahami hal-hal yang terdapat
dalam skenario sehingga mereka dapat
mengisi LKS dengan tepat.
Pembelajaran simulasi diakhiri
dengan persentasi. Persentasi dilakukan
sebagai evaluasi siswa selama proses
pembelajaran. Saat persentasi, setiap
kelompok harus ditampilkan ke depan
agar guru dapat menilai hasil belajar
siswa pada tiap-tiap kelompok secara
keseluruhan.
Siswa
yang
mempresentasikan terdiri dari dua orang
tengan tujuan meningkatkan rasa
percaya diri siswa dalam menyatakan
pendapat, dan ketika salah satu gugup
atau grogi, siswa disampingnya dapat
membantu mengemukakan pendapat.
Dalam penerapan yang dilakukan oleh
peneliti,
beberapa
siswa
sudah
menunjukkan percaya dirinya dalam
menyatakan hasil diskusi kelompoknya
dan siswa yang menjadi pendengar
sudah mau menanggapi dan memberi
pertanyaan karena setiap kelompok
diwajibkan untuk membuat pertanyaan

atau tanggapan. Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan Lilik (2015)
yang menyatakan bahwa, mewajibkan
siswa untuk membuat pertanyaan atau
tanggapan membuat presentasi menjadi
lebih hidup. Pada putaran pembelajaran
II, hasil observasi pada indikator
mempresentasikan
hasil
diskusi
kelompok mendapatkan nilai sangat
baik.
Temuan
Berdasarkan hasil dan pembahasan
yang diperoleh dari penelitian, maka
temuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Tahapan yang harus dilakukan
dalam mengembangkan metode
simulasi terdiri dari pemetaan
kurikulum, menyiapkan skenario
simulasi, alat simulasi, LKS dan alat
evaluasi.
2. Metode simulasi dapat diterapkan
pada matapelajaran Pelayanan Prima
dalam
Kompetensi
Dasar
Memberikan
Bantuan
kepada
Pelanggan.
3. Tema yang diambil disesuaikan
dengan indikator pembelajaran.
4. Skenario simulasi yang digunakan
dalam menggambarkan perilaku
pelanggan harus terlihat menarik
dan kontennya mengandung konsep
pelayanan prima.
5. Bahasa yang digunakan merupakan
bahasa sehari-hari agar mudah
diingat saat bermainperan.
6. Perencanaan yang dilakukan untuk
implementasi meliputi penetapan
tokoh, penataan ruangan, diskusi
dan presentasi.
7. Penetapan
bagian
simulasi
dilakukan dengan cara diundi.
8. Penetapan tokoh sesuai dengan
kehendak siswa agar siswa lebih
percaya diri bermain peran sesuai
dengan wataknya.

9. Kelas didesain terlebih dahulu
sebelum simulasi dimulai.
10. Diskusi dilakukan dengan bantuan
LKS untuk melatih kerjasama siswa
dalam memecahkan masalah.
11. Presentasi dilakukan oleh dua orang
perwakilan tiap-tiap kelompok agar
dapat menumbuhkan rasa percaya
diri dan saling membantu dalam
mengungkapkan pendapat.
12. Evaluasi unjuk kerja dilaksanakan
dengan cara mengundi bagianbagian simulasi agar bersifat
komprehensif.
Desain Rekomendasi
Setelah implementasi, desain yang
telah dihasilkan tidak dilakukan validasi
lagi. Hal ini dikarenakan keterbatasan
yang dimiliki oleh peneliti dari segi
waktu, biaya dan tenaga yang harus
dikeluarkan oleh peneliti, sehingga
penelitian ini cukup sampai tahap
implementasi desain. Adapun rekomendasi desain pembelajaran berorientasi
pada metode simulasi disajikan dalam
lampiran.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, maka dapat diambil
simpulan sebagai berikut:
1. Desain metode simulasi pada mata
pelajaran Pelayanan Prima dengan
Kompetensi Dasar Memberikan
Bantuan kepada Pelanggan disusun
berdasarkan analisis kebutuhan
terhadap
permasalahan
yang
dihadapi
dalam
pembelajaran
pelayanan prima. Desain ini terdiri
dari kajian kurikulum,
materi
pembelajaran, skenario simulasi,
Lembar Kerja Siswa (LKS) dan
evaluasi
unjuk
kerja
untuk
mengukur aspek keterampilan pada
siswa. Skenario simulasi yang dibuat
divalidasi pada pakar dengan

mempertimbangkan aspek kelayakan
isi, bahasa dan penyajian. Dari hasil
validasi pakar, desain ini dikatakan
layak secara teoritis dengan nilai
3,27 yang termasuk dalam kategori
sangat baik. LKS dibuat dalam
bentuk essay yang disesuaikan
dengan skenario simulasi, dengan
harapan peserta didik dapat lebih
aktif serta dapat memusatkan
perhatian ketika melihat temannya
yang sedang bermain peran di depan
kelas.
Evaluasi
unjuk
kerja
dilakukan setelah pembelajaran
dengan
indikator
yang
dikembangkan berdasarkan konsep
pelayanan prima.
2. Implementasi
desain
metode
simulasi dapat membantu siswa
dalam meningkatkan kompetensi
keterampilan pelayanan prima.
Adapun langkah-langkah pembelajaran
dilaksanakan
sesuai
dengan sintaks simulasi melalui dua
putaran. Masing-masing putaran
terdiri dari 3 tahapan, yaitu
perencanaan-pelaksanaan
dan
pengamatan-refleksi. Dalam tahap
perencanaan yang dilakukan yaitu
membuat persiapan, namun yang
paling utama dalam membuat
persiapan
yaitu
pemetaan
kurikulum
dan
perancangan
skenario. Setelah itu, guru menetapkan tokoh-tokoh simulasi dengan
cara pembagian kelompok dan
pengundian agar semua siswa dapat
terlibat dalam simulasi, skenario
perlu diberikan beberapa hari
sebelum pelaksanaan agar siswa
dapat menghayati perannya. Pada
tahap pelaksanaan, langkah-langkah
yang perlu dilakukan harus sesuai
dengan sintaks metode simulasi
yang terdiri dari tahap (1) orientasi,
(2)
latihan
partisipasi,
(3)
pelaksanaan simulasi, dan (4)
latihan partisipan.

Saran
Berdasarkan kesimpulan dari
hasil penelitian dapat disampaikan
beberapa
saran
dalam
upaya
meningkatkan pencapaian kompetensi
siswa sebagai berikut :
1. Perlu
dikembangkan
desain
metode simulasi dengan cara
melakukan validasi menggunakan
metode eksperimen.
2. Keterampilan
perlu
dilatih
berkali-kali agar siswa terbiasa
membentuk sikap yang sesuai
dengan pelayanan prima.
3. Perlu
dikembangkan
desain
metode simulasi pada tema
ataupun pelajaran lainnya yang
membutuhkan
penguasaan
keterampilan.
4. Guru hendaknya terus menggali
dan meningkatkan pengetahuan
tentang metode pembelajaran
yang dapat memotivasi siswa
untuk aktif dalam pembelajaran
yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kompetensi belajar
siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Artikel ini adalah ringkasan dari skripsi
dengan judul “Desain Metode Simulasi
untuk
Meningkatkan
Kompetensi
Keterampilan Pelayanan Prima pada
Kelas X Program Keahlian Pemasaran”
Referensi yang dipakai pada artikel ini,
yaitu:
Aunurrahman. (2012). Belajar dan
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Barata, A.A. (2003). Dasar-Dasar
Pelayanan Prima. Jakarta: Elek
Media Komputindo
Handayani, D. (2014). Peningkatan
Kompetensi
Pelayanan
Prima
Melalui Metode Simulasi dengan
Berbantuan Media Komik Siswa
Kelas X Tata Busana di SMK
Muhammadiyah 1 Imogiri. Skripsi
pada Fakultas Teknik Universitas

Negeri
Yogyakarta:
tidak
diterbitkan.
Hasibuan & Moedjiono. (2009). Proses
Belajar
Mengajar.
Bandung:
Rosdakarya
Joyce, Weil dan Calhoun. (2009).
Model-model Pengajaran (Achmad
Fawaid
dan
Ateilla
Mirza,
Penerjemah). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Kusnianingsih, L. (2015). Penerapan
Metode
Simulasi
untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPS
Diswa Kelas V SDN Wunut,
Tulung, Klaten. Skripsi pada FIP
Universitas Negeri Yogyakarta:
tidak diterbitkan.
Muniroh. (2014). Upaya Peningkatan
Hasil Belajar Melalui Metode
Simulasi pada Mata Pelajaran
Aqidah Akhlak Kelas VII di MTS
Hidayatul Umam. Skripsi pada
FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta: tidak diterbitkan.
Sanjaya,
W.
(2014).
Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses
Pendidikan.
Jakarta:
Kencana
Sudjana
Sukmadinata, N.S. (2007), Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Sumiati dan Asra. (2011). Metode
Pembelajaran. Bandung: Wacana
Prima
Uno, H.B. (2011). Model Pembelajaran.
Jakarta: Bumi Aksara.
Wijaya & Dedi. (2012). Mengenal
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Indeks
Wijaya & Dedi. (2012). Mengenal
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Indeks