Proposal Tugas Akhir Metode CRS Stack

PENINGKATAN KUALITAS PENAMPANG SEISMIK
DENGAN MENGGUNAKAN METODE COMMON
REFLECTION SURFACE STACK PADA FORMASI “RR”
(Proposal Pengajuan Tugas Akhir)

Di ajukan oleh :

Rosita Renovita
1115051031

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

Proposal Pengajuan Tugas Akhir

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengolahan data merupakan salah satu hal terpenting dalam kegiatan
eksplorasi minyak dan gas bumi. Dalam tahap pengolahan data seismik, secara
umum dibagi menjadi 3 tahap yaitu deconvolution, stacking, dan migration.
Salah satu hal penting dalam pengolahan data seismik adalah stacking.
Stacking menghasilkan gambaran kasar dalam pengolahan data seismik, untuk
selanjutnya digunakan sebagai input untuk tahapan migration (Yilmaz, 1987).
Metode stacking menurut (Mayne, 1967) adalah common midpoint (CMP)
stack, yaitu penjumlahan rekaman gelombang seismik refleksi atau tracetrace seismik yang dikelompokkan ke dalam CMP gather dan dikumpulkan
dalam satu titik midpoint yang sama. Stacking bertujuan untuk meningkatkan
rasio sinyal terhadap noise, maka stacking akan memperkuat amplitudo sinyal
dan membebaskan sinyal dari noise yang inkoheren. Biasanya di dalam
pengolahan data seismik metode stacking yang sering digunakan, yaitu
metode stacking konvensional. Akan tetapi, metode konvensional baik CMP
stack dan NMO/DMO stack tidak mampu mengatasi masalah struktur bawah
permukaan yang memiliki curvature reflektor yang berundulasi. Kelemahan
dari metode CMP stack, yaitu tidak dapat mengatasi dip pada kasus medium
yang miring dan planar, sedangkan metode NMO/ DMO stack tidak dapat
mengatasi curvature pada kasus medium miring yang melengkung dan tidak
homogen. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka muncul metode stacking
yang baru, yaitu metode Common Reflection Surface Stack (CRS stack).

Metode CRS stack pertama kali diperkenalkan oleh Konsorsium Wave
Inversion Technology (WIT) pada tahun 1998 (Muller et all., 1998). Metode
CRS stack merupakan pengembangan dari metode konvensional dengan
menggunakan pendekatan yang berbeda, yaitu dengan menambahkan
beberapa parameter yang terkait dengan bentuk dan kemiringan dari reflektor
bawah permukaan. Bentuk dan kemiringan dari reflektor ini dapat diatasi

Proposal Pengajuan Tugas Akhir

dengan atribut CRS, berupa dua muka gelombang yaitu titik di reflektor dan
sumber

sepanjang

segmen

reflektor

atau


exploding

reflektor

yang

diikutsertakan ke dalam perhitungan operator stacknya (Hubral, 1983).
Metode CRS stack telah digunakan secara luas pada penelitian khususnya pada
data seismik 2D, sehingga mendorong dilakukannya penelitian metode ini
pada data seismik 3D. Pada penelitian ini, metode CRS stack diaplikasikan
pada data seismik darat 2D maupun 3D dan dibandingkan diantara keduanya,
sehingga diharapkan dapat menghasilkan gambaran bawah permukaan yang
memiliki kemenerusan reflektor yang lebih baik dibandingkan metode
konvensional
1.2 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam studi ini adalah :
Hasil yang diharapkan berupa penampang stack 2D dan 3D CRS.

Kontrol kualitas yang digunakan hanya dilihat dari hasil stack dan gather.


Atribut CRS yang dikeluarkan hanya pada data seismik darat 2D.

1.3 Tujuan Studi
Melakukan proses CRS stack pada data seismik darat 2D dan 3D untuk
mendapatkan penampang stack yang paling optimal serta menganalisis parameter
dip dan aperture yang berpengaruh pada data seismik terukur.

Membandingkan penampang seismik darat 2D dan 3D hasil pengolahan data
dengan metode konvensional dan CRS stack.

Membandingkan penampang seismik darat 2D dan 3D hasil pengolahan data
dengan metode CRS stack.

Proposal Pengajuan Tugas Akhir

Proposal Pengajuan Tugas Akhir

BAB II
TEORI DASAR


2.1 Metode Stack Konvensional

2.1.1 CMP Stack

Pada akuisi seismik 2D, source dan receiver ditempatkan dalam satu garis lurus.
Posisi CMP didefinisikan sebagai titik tengah antara source dan receiver.
Pasangan source dan receiver dari posisi CMP yang sama dikumpulkan dalam
satu CMP gather. Jarak antara source dan receiver disebut sebagai offset

Gambar 2.1 Ilustrasi Akuisisi Data Seismik 2D dengan Menggunakan Reflektor
yang Planar pada Medium Homogen Isotropi (Duveneck, 2004)

Proposal Pengajuan Tugas Akhir

Ketika akuisisi data seismik dilakukan sepanjang lapisan horizontal di bawah
permukaan yang homogen, refleksi primer dalam penampang common midpoint
gather akan tepat berada di sepanjang fungsi traveltime hiperbola. CMP gather
mengandung semua ray dan mengiluminasi titik yang sama pada sebuah reflektor
dengan offset yang berbeda-beda.


Gambar 2.2 Geometri Seismik Refleksi (a) Common Source Gather (b) CMP

Gather (Mann, 2002)

Proposal Pengajuan Tugas Akhir

Inilah ide dasar metode stack CMP konvensional yang diungkapkan oleh Mayne
(1967), dimana trace-trace dari offset yang berbeda-beda mengandung informasi
untuk titik yang sama pada reflektor horizontal. Informasi yang banyak ini dapat
dijumlahkan secara konstruktif untuk menghasilkan sebuah penampang stack
dengan rasio sinyal terhadap noise yang tinggi.

2.1.2 Koreksi NMO/ DMO

Untuk kasus reflektor dengan medium homogen, parameter yang berpengaruh
hanya kecepatan medium saja. Sedangkan pada kasus reflektor yang memiliki
kemiringan, fungsi traveltime merupakan kombinasi dari unit kecepatan dan dip
yang dikenal dengan nama Dip Move Out. Parameter ini bergantung pada
kemiringan reflektor dan kecepatan medium itu sendiri.


Berikut ini ilustrasi penggambaran Dip Move Out :

Gambar 2.3 Geometry CS Gather (a) dan CMP Gather (b) pada Reflektor yang
Memiliki Dip (Muller, 1999)

Proposal Pengajuan Tugas Akhir

Koreksi NMO adalah koreksi waktu tempuh karena pengaruh offset. Kecepatan
NMO disebut juga sebagai apparent velocity atau stacking velocity. Adanya sudut
Φ menyebabkan kurva waktu tempuh menjadi lebih datar daripada waktu tempuh
untuk lapisan horizontal. Oleh karena itu, kecepatan NMO akan selalu lebih besar
jika dibandingkan dengan kecepatan interval medium. Inversi kecepatan yang
didasarkan pada moveout ini akan menghasilkan kecepatan medium apparent
yang lebih tinggi daripada kecepatan medium yang sebenarnya, sehingga untuk
kasus seperti ini, koreksi NMO masih akan menyisakan residual NMO. Pada
kasus lapisan horizontal, kecepatan NMO akan sama dengan kecepatan interval
medium. Pada kasus perlapisan yang memiliki kemiringan planar, CMP gather
akan mengalami situasi yang disebut smearing, dimana tiap titik refleksi dalam
satu CMP gather tidak akan tepat berada di titik CMP yang dimaksudkan.
Fenomena ini dengan jelas diperlihatkan dalam Gambar 2.4.

Pada gambar tersebut terlihat bahwa tiap titik refleksi dalam satu CMP gather
tidak lagi berada dalam satu titik, namun tersebar dalam sebuah area tertentu.
Dalam kasus lapisan miring yang planar, situasi ini bisa diatasi dengan
menggunakan koreksi DMO (Dip Move Out). Namun, untuk kasus lapisan miring
yang berbentuk melengkung, atau pada kasus medium yang tidak homogen,
koreksi ini menjadi tidak tepat lagi. Meskipun telah dilakukan koreksi NMO dan
DMO, smearing dari titik refleksi residual masih terjadi. Efek ini akan makin
besar apabila dijumpai bentuk reflektor yang makin melengkung atau medium
yang makin tidak homogen.

Proposal Pengajuan Tugas Akhir

Gambar 2.4 Reflection Point Smear (a) Kumpulan Ray Setiap Titik CMP Gather

(b) Detail yang Menunjukkan Titik Refleksi Tiap CMP Gather (Mann et al.,

2007)

Setelah dilakukan koreksi NMO yang menyebabkan reflektor berbentuk hiperbola
menjadi terlihat datar, kemudian dilakukan proses stacking yang bertujuan untuk

meningkatkan rasio sinyal terhadap noise. Stacking trace bisanya dilakukan
berdasarkan CDP, dan mengambil asumsi bahwa sinyal mempunyai fase yang
sama dan noise random mempunyai fase acak, maka stacking akan memperkuat
amplitudo sinyal dan membebaskan sinyal dari noise yang inkoheren.
Gambar dibawah ini menunjukkan proses stacking yang dapat terjadi dalam
pengolahan data seismik :

Proposal Pengajuan Tugas Akhir

Gambar 2.5 Proses Stacking Dalam Pengolahan Data Seismik (Yilmaz, 2001)

Gambar model geologi 2 lapis datar (kiri) dengan gelombang refleksi dan
gelombang multiple (tengah), gather yang didapatkan dari proses akuisisi (kanan).
Setelah dilakukan koreksi NMO, maka even refleksi akan menjadi datar dan
multiple akan tetap miring karena kecepatan multiple yang lebih rendah dari
kecepatan medium.

2.2 Operator CRS Stack

Metode ini memanfaatkan multicoverage data seismik untuk melakukan proses

stacking. Jika pada metode konvensional hanya memilih beberapa CMP gather
untuk dilakukan proses stacking, maka pada metode ini menggunakan informasi
dari seluruh trace yang ada dalam rekaman seismik. Selain itu, alasan mendasar
mengapa metoda baru dalam stacking ini diusulkan karena alasan tidak tepatnya
pendekatan titik dari reflektor sebagai operator stacking. Proses stacking dengan
menggunakan operator stacking konvensional, tidak mampu mengaproksimasi
respon refleksi dengan tepat. Gambar di bawah ini menunjukkan perbedaan antara
operator stack konvensional dan operator CRS :

Proposal Pengajuan Tugas Akhir

Gambar 2.6 Operator Stacking dari NMO/ DMO Stack (Muller, 1998)

Proposal Pengajuan Tugas Akhir

Gambar 2.7 Operator Stacking dari CRS Stack (Hubral et al., 1999)

Proposal Pengajuan Tugas Akhir

Bagian bawah dari Gambar 2.6 dan Gambar 2.7 adalah model geologi berupa

antiklin dengan kecepatan overburdennya homogen. Bagian atas menggambarkan
data seismik (multicoverage) yang diklasifikasikan berdasarkan common-offset
gather (warna biru). Pada bagian atas ini ditampilkan juga operator stack
konvensional (Gambar 2.6) dan operator stack CRS (Gambar 2.7) yang
berwarna hijau yang digunakan untuk melakukan stack, sehingga dihasilkan titik
P0. Kurva berwarna jingga yang melewati titik P0 adalah lintasan common
reflection point (CRP) dari titik CRP pada reflektor. Lintasan CRP ini juga yang
digunakan sebagai jalur untuk proses stack pada metode konvensional. Lintasan

CRP yang berwarna jingga ini didapatkan dari perpotongan antara operator DMO
dengan data common-offset yang berwarna biru. Dapat disimpulkan bahwa titik
P0 didapatkan dengan menjumlahkan amplitudo sepanjang lintasan jingga untuk
metode konvensional. Pada CRS, titik P0 ini didapatkan dengan menjumlahkan
amplitudo pada semua lintasan CRP yang berwarna hijau (Ariesty, 2012).

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A.

Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang diperlukan selama Tugas Akhir ini berlangsung
adalah sebagai berikut :
1. Laptop (Operation System Windows)
2. Software yang digunakan di LEMIGAS
3. Data Seismik dari hasil pengukuran di lapangan

B. Waktu dan Tempat Penelitian
Tugas Akhir ini dilaksanakan selama dua bulan pada :
Waktu
Tempat

: 20 Mei 2015 – 20 Juli 2015
: Jl. Ciledug Raya Kav. 109 Cipulir – Kebayoran Lama,
Jakarta Selatan

Proposal Pengajuan Tugas Akhir

C. Metodologi Studi
Dalam studi tugas akhir ini, data-data yang dibutuhkan adalah data real survey
seismik darat berupa CDP Gather Before PSTM yang sudah melewati tahapan
preconditioning.

D. Diagram Alir Pengolahan Data

Proposal Pengajuan Tugas Akhir

BAB IV
PENUTUP

Demikianlah Proposal Pengajuan Tugas Akhir ini saya buat. Besar harapan bagi
saya dapat diterima di LEMIGAS untuk melaksanakan Tugas Akhir dengan Judul
Peningkatan Kualitas Penampang Seismik Dengan Menggunakan Metode
Common Reflection Surface Stack Pada Formasi “RR”.
Mohon Bapak/Ibu membalas surat permohonan saya melalui email di bawah ini,
rositarenovita@gmail.com
Berikut saya lampirkan Surat Pengantar Tugas Akhir, Transkrip Nilai Akademik
serta CV (Curriculum Vitae) pribadi saya.
Atas perhatian Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya,
Rosita Renovita