Contoh kasus teory Melanie Klein

BAB 1
PENDAHULUAN

Di dalam psikologi, tentunya membahas tentang hubungan antara individu
dengan individu lainnya yang tidak akan pernah terpisahkan selama hidupnya
(makhluk sosial), melalui kepribadian dan bagaimana kepribadiaan itu dibentuk
sacara sosial, dari hasil perkembangan psikologis. Hal ini juga berkaitan dengan
hubungan antara ibu dengan anak serta keluarganya, juga hubungan batin diantara ibu
dan anaknya yang sangat kuat.
Manusia sebagai individu mempunyai berbagai kebutuhan hidup, mulai dari
kebutuhan primer, kebutuhan sekunder sampai kebutuhan tersier. Untuk pemenuhan
kebutuhan-kebutuhannya tersebut manusia sebagai makhluk sosial harus melakukan
interaksi dengan sesama individu lainnya dan juga dengan lingkungan di sekitarnya.
Setiap orang dalam suatu masyarakat masing-masing memiliki sikap dan juga
kepentingan yang berbeda dengan individu lain, sehingga perbenturan kepentingan
atau konflik tidak dapat dihindari dan dapat muncul kapan saja.
Secara sadar seseorang dalam bersikap dan bertindak selalu mempunyai
tujuan atau motif yang meliputi apa, mengapa, dan bagaimana ia berbuat. Ia akan
mempertimbangkan segala kemungkinan sebelum bertindak sehingga secara sadar
pun ia akan mempertimbangkan segala kemungkinan sebelum bertindak sehingga
secara sadar pun ia akan memahami segala macam risiko yang akan diambilnya

sebagai akibat perbuatan itu dan siap untuk mempertanggungjawabkannya.
Dari hasil latar belakang tersebut kami ingin memahami teori relasi objek dari
Melanie Klein serta membahas sebuah kasus dengan contoh kasus dan
menganalisanya berdasarkan teori Melanie Klein.

1

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biografi Melanie Klein
Melanie Reizes Klein lahir pada tanggal 30 Maret 1882 di Wina, Austria. Ia
lahir sebagai anak terakhir dari empat bersaudara, dari pasangan Dr. Moriz Reizes
dan istri keduanya, Libussa Deutsch Reizes. Klein percaya bahwa ia lahir sebagai
seorang anak yang kehadirannya tidak direncanakan. Keyakinan ini membuatnya
merasa ditolak oleh orang tuanya. Melanie merasa ada jarak dengan ayahnya, yang
lebih mencintai kakak perempuannya, Emilie. Ketika Melanie lahir, ayahnya sudah
lama melawan Yahudi Ortodoks dan menolak untuk menerapkan agama apapun
dalam kehidupannya. Akibatnya, Klein tumbuh dalam keluarga yang tidak proagama,
namun juga tidak antiagama.
Saat Klein berusia 18 tahun, ayahnya meninggal, tetapi tragedy yang lebih

besar terjadi dua tahun kemudian, yaitu ketika kakak laki-laki yang sangat dicintainya
meninggal. Melanie menikahi Arthur Klein, seorang insinyur teman dekat kakak lakilakinya Emmanuel. Sayangnya pernikahan Klein tidak bahagia, ia menghindari
hubungan seksual dan tidak ingin hamil. Meskipun demikian ia mempunyai tiga anak
dari pernikahannya.
klein berpisah dengan suaminya pada tahun 1919, namun perceraiannya baru
terjadi beberapa tahun kemudian. Setelah perpisahannya,ia membangun praktik
psikoanalisis di Berlin dan membuat makalah mengenai analisisnya terhadap Erich.
Makalah ini merupakan kontribusi pertamanya dalam literature psikoanalisis. Erich,
dalam makalah tersebut, tidak diperkenalkan sebagai anaknya bahkan sampai waktu
lamanya setelah kematian klein.
2.2 Pengantar Teori Relasi Objek
Teori relasi objek merupakan bagian dari teori dari Freud mengenai teori
insting, tetapi penyebabnya berbeda setidaknya dalam tiga hal. Pertama, teori relasi

2

objek tidak terlalu menekankan pada dorongan-dorongan biologis dan lebih
menekankan pada pentingnya pola yang konsisten dalam hubungan interpersonal.
Kedua, kebalikan dari teori Freud yang bersifat paternalis dan menekankan pada
kekuatan dan control sang ayah, teori relasi objek cenderung lebih maternal dengan

menekankan keintiman dan pengasuhan ibu. Ketiga, teori relasi objek umumnya lebih
memandang kontak dan hubungan sebagai motif utama tingkah laku manusia, bukan
kesenangan seksual.
Secara lebih spesifik dijabarkan bahwa teori mengandung banyak makna
sesuai dengan jumlahnya. Klein dan teori relasi objek lainnya memulai dari asumsi
dasar yang dikemukakan Freud tersebut. Kemudian, mereka berspekulasi mengenai
bagaimana kenyataan atau khayalan seorang bayi di awal hubungan dengan ibunya
atau dengan payudara ibunya. Juga bagaimana keduanya menjadi model dari
hubungan interpersonalnya di masa mendatang. Bagaimanapun, hubungan pada orang
dewasa tidak selalu seperti pandangan mereka. Bagian terpenting dari hubungan ini
adalah representasi dari psikis internal pada objek-objek yang terkait erat, seperti
payudara ibunya dan penis ayahnya yang pernah diintroyeksikan atau diambil dari
struktur psikis seorang bayi dan kemudian diproyeksikan terhadap pasangan
hidupnya. Gambaran-gambaran internal ini bukan representasi akurat dari orang lain,
tetapi merupakan bagian atau sisa pengalaman awal setiap orang.
Meskipun klein terus menyebut dirinya sebagai Freudian, namun ia
melanjutkan teori psikoanalisisnya di luar batasan yang telah ditetapkan oleh Freud.
Di lain pihak, Freud sendiri cendrung mengabaikan Klein (Feist, 2010, hlm 165).
2.3 Kehidupan Psikis pada Bayi
Jika Freud menekankan pada beberapa tahun pertama dalam kehidupan

manusia, maka Klein lebih menekankan pada pentingnya empat sampai enam bulan.
A. Fantasi
Salah satu asumsi dasar yang dikemukakan oleh Klein adalah walaupun baru
lahir, seorang bayi sudah memiliki fantasia tau khayalan kehidupan yang aktif.
Fantasi ini merupakan representasi psikis dari ketaksadaran insting id; yang tidak bias
3

dicampuradukkan dengan fantasi kesadaran yang dimiliki oleh anak-anak dan orang
dewasa. Kelin memang sengaja mengejanya dengan fantasi (phantasy) untuk
membedakan dengan kesadaran. Ketika Klein (1932) menulis mengenai dinamika
kehidupan fantasi pada bayi, ia mengatakan bahwa bayi yang baru lahir bias
merangkum pemikirannya melalui kata-kata. Maksudnya adalah bahkan sejak masih
sangat kecil, bayi memiliki gambaran ketaksadaran dari “baik” dan “buruk”. Klein
mengemukakan bayi yang tertidur saat sedang mengisap jarinya sedang berfantasi
bahwa ia menghisap putting payudara ibunya yang baik. Bayi yang kelaparan dan
menangis serta kakinya menendang berfantasi buruk sedang menendang atau
menghancurkan payudara ibunya yang buruk.
Seiring dengan berkembangnya sang bayi, fantasi ketidaksadaran mengenai
payudara ini masih berlanjut dan berdampak pada kehidupan psikisnya sehingga
muncul fantasi ketidaksadaran lainya. Fantasi ketidaksadaran yang muncul

belakangan ini dibentuk melalui kenyataan yang dialam dan predisposisi bawaan.
Salah satu fantasi ini adalah Oedipus complex atau keinginan anak untuk
menghancurkan salah satu orang tuanya untuk terlibat secara seksual dengan orang
tua satunya.
B. Objek
Kelin setuju dengan Freud bahwa manusia mempunyai dorongan bawaan atau
insting termasuk insting kematian. Dorongan-dorongan tersebut berupa objek. Objekobjek tersebut adalah dorongan lapar untuk mendapatkan payudara baik, dorongan
berhubungan badan dan memiliki organ seksual, juga lainnya. Klein (1948) yakin
bahwa sejak masa bayi awal anak sudah berkaitan dengan objek-objek eksternal ini,
“dan kemudian mulai berminat pada wajah dan tangan yang dapat memenuhi
kebutuhan mereka” (Klein, 1991, hlm 757). Dalam khayalan aktifnya bayi
mengintroyeksi atau mencapai struktur psikis pada objek eksternal; mereka juga
berkhayalan dengan menginternalisasikan objek dalam istilah-istilah yang berwujud
konkret. Contohnya, anak mengintroyeksikan sang ibu percaya bahwa ibunya akan
selalu ada di dalam dirinya.
4

2.4 Posisi
Dalam usahanya untuk menghadapi dikotomi baik dan buruk atau dalam
menghadapi objek internal dan eksternal, bayi mengatur pengalaman mereka

berdasarkan posisi tertentu. Klein memilih istilah “posisi” daripada “tahapan
perkembangan” untuk mengindikasikan bahwa posisi dapat maju dan mundur. Posisi
bukanlah merupakan periode perkembangan dalam rentang waktu tertentu dalam fase
kehidupan manusia
A. Posisi Paranoid-Schizoid
Menurut klein, bayi mengembangkan posisi paranoid-schizoid ketika berusia
tiga sampai empat bulan. Pada saat ini, egonya mempersepsi dunia eksternal sebagai
dunia yang subjektif dan fantastis, bukan objektif nyata. Perasaan terancam pada
seseorang bayi merupakan perasaan paranoid, yaitu perasaan yang tidak didasari oleh
kenyataan atau bahaya dunia.
B. Posisi Depresif
Anak yang sedang berada pada posisi depresif dapat mengenali objek yang
dicintainya menjelma menjadi satu di waktu yang sama. Mereka saling mendekati
satu sama lain untuk keinginan menghancurkan ibunya dan keinginan untuk
memperbaiki atas penyerangan ini. Anak melihat ibunya sebagai suatu kesatuan dan
dalam posisi yang berbahaya, jadi mereka bias merasa empati terhadapnya. Kualitas
ini merupakan faktor yang menguntungkan bagi hubungan interpersonal di masa
mendatang.
2.5 Mekanisme Pertahanan Psikis
Klein (1955) mengemukakan bahwa sejak awal masa bayinya, anak dapat

mengadopsi beberapa mekanisme pertahanan psikis untuk melindungi perasaan yang
berasal dari kecemasan sadistis oral mengenai payudara, payudari sebagai objek yang
destruktif dan menakutkan di satu sisi, namun payudara sebagai objek yang
menyenangkan dan sangat membantunya di sisi yang lain. Untuk mengontrol
kecemasan ini, bayi menggunakan beberapa mekanisme pertahanan diri, seperti

5

introyeksi (introjection), proyeksi (projection), pemisahan (splitting), dan identifikasi
proyektif (projective identification).
2.6 Internalisasi
Ketika teori relasi objek berbicara mengenai internalisasi, hal ini berarti
bahwa orang melakukan introyeksi, yaitu memasukan aspek eksternal kemudian
diolahnya menjadi rangka kerja yang bermakna secara psikologi. Toeri kleinian
menekankan tiga internalisasi penting, yaitu ego, superego, dan Oedipus complex.
A. Perkembangan Oedipal pada Perempuan
Pada awal perkembangan Oedipal Feminim, yaitu selama bulan pertama
dalam kehidupan seorang anak perempuan melihat payudara ibunya sebagai objek
“baik dan buruk”. Kemudian sekitar usia 6 bulan ia mulai melihat payudara lebih
sebagai objek yang positif daripada negatif. Setelah itu, ia mulai melihat ibunya

secara keseluruhan sebagai objek yang penuh dengan kebaikan dan sikap ini
membuatnya berimajinasi mengenai bagaimana hadirnya seorang bayi. Ia juga
berkhayal bahwa penis ayahnya memberi ibunya berbagai hal, termasuk bayi-bayi.
Oleh karena anak perempuan kecil ini melihat penis ayahnya sebagai pemberi bayi,
maka ia mengembangkan hubungan positif terhadap penis ayahnya dan berkhalayl
bahwa ayahnya akan memenuhinya dengan bayi-bayi. Jika proses perkembangan
Oedipus Feminin ini berjalan dengan mulus, maka anak perempuan akan
menempatkan dirinya pada posisi feminism dan mengembangkan hubungan yang
positif dengan kedua orang tuanya.
B. Perkembangan Oedipal pada Laki-laki
Seperti pada anak perempuan, anak laki-laki juga memandang payudara
ibunya sebagai objek baik dan buruk (Klein,1945). Kemudian selama bulan-bulan
pertama perkembangan Oedipal, anak laki-laki mengganti hasrat oralnya, yang
semula pada payudara ibunya diganti menjadi hasrat terhadap penis ayahnya. Pada
masa ini, anak laki-laki sedang berada pada posisi feminine di mana ia mengadopsi
sikap homoseksual pasif terhadap ayahnya. Kemudian, ia bergerak menuju hubungan
hetroseksual dengan ibunya. Oleh karena perasaan homoseksual terhadap ayahnya
6

yang pernah dimilikinya, maka ia tidak takut ayahnya akan mengebirinya. Klein

percaya bahwa posisi homoseksual pasif ini merupakan faktor awal terbentuknya
hubungan hetroseksual yang sehat dengan ibunya. Sederhananya, seorang anak lakilaki harus memiliki perasaan yang baik terhadap penis ayahnya terlebih dahulu,
sebelum ia dapat menilai miliknya.
2.7 Teori Kedekatan dan Hubungan Orang Dewasa
Peneliti melakukan penelitian mengenai konsep kedekatan dan hubungan
romantis orang dewasa. Salah satunya adalah Steven Rholes dan rekan-rekannya.
Mereka menguji gagasan gaya kedekatan yang dihubungkan dengan jenis informasi
yang dicari atau dihindari oleh orang yang bersangkutan terhadap hubungan romantis
mereka dengan pasangannya. Peneliti meramalkan bahwa individu penghindar, tidak
mencari informasi tambahan tentang perasaan dan mimpi-mimpi terdalam pasangan
mereka, sedangkan individu yang bersemangat menyatakan suatu keinginan yang
kuat untuk mendapatkan lebih banyak informasi tentang pasangannya. Individu tipe
penghindar umumnya bekerja keras untuk memelihara kebebasan emosional. Oleh
karena itu, mereka tidak memerlukan informasi yang bias meningkatkan kedekatan.
Mereka memandang kedekatan ini akan menjadi penghambat dari kebebasan mereka.
Sebaliknya, individu pencemas merasa cemas akan status hubungan mereka dan ingin
memperkuat ikatan emosional dengan mencari sebanyak mungkin informasi perasaan
yang intim dari pasangan mereka.
Kedekatan (attachment) merupakan konstruksi psikologi kepribadian yang
secara terus menerus menghasilkan banyak penelitian penting. Saat kajian mengenai

teori kedekatan mulai memahami perbedaan dalam hubungan anak-orang tua,
penelitian terkini menyebutkan bahwa dinamika yang sama (gaya kedekatan rasa
aman, penghindar, dan pencemas) dinilai penting untuk memahami konsep hubungan,
mulai dari hubungan pasangan romantis hingga hubungan pemimpin militer dan
prajuritnya (Feist, 2010).

7

BAB 3
PEMBAHASAN KASUS
3.1 Kasus
Seorang siswi kelas X di sebuah SMA bernama Novi memiliki perilaku yang
sangat kurang terpuji di dalam kelasnya. Ia tampil sebagai seorang siswi yang nakal ,
sangat emosional , pemalas , tidak memiliki motivasi hingga ia sering terlibat
percekcokan dengan teman-teman sekelasnya. Dari informasi yang beredar bahwa
novi berasal dari keluarga pengusaha kaya raya yang kedua orang tuanya selalu sibuk
terlebih ayahnya yang sering berpergian keluar negeri untuk urusan bisnis. Meskipun
begitu novi terlihat akrab dengan ayahnya daripada ibunya. Sejak kecil novi sering di
asuh oleh pengasuh bayaran.
3.2 Pembahasan

Menurut teori dari sudut pandang relasi objek Melanie Klein, prilaku ini bias
jadi berhubungan antara Novie dengan ibunya, bahwa Novie memiliki hubungan
yang kurang baik dengan ibu kandungnya di rumah. Hubungan Novie dengan ibu
kandungnya sering diwarnai dengan pertengkaran dan novie kurang merasa nyaman
dengan ibu kandungnya. Hal ini semakin diperparah dengan kondisi dimana ayah
Novi jarang dirumah dan kurang peduli akan kondisi keluarganya. Dari hasil
wawancara diketahui bahwa Novie lebih nyaman berbicara dengan ayahnya
ketimbang ibu kandungnya.
Ketidak harmonisan hubungan Novie dengan ibunya , terjadi sejak Novie
masih kecil. kemungkinan Novie sering menjadi marah pada ibunya sejak kecil
karena pada saat ia ingin bersama sang ayah , ibunya datang mengganggu seperti
memberi perintah , memarahi ayahnya , atau mengajak novie ke tempat lain sehingga
pada saat usia kanak-kanak Novie jarang menghabiskan waktu dengan ayahnya ,
sehingga menimbulkan kekesalan pada dirinya yang tidak dapat menghabiskan waktu
dengan ayah berujung pada hubungan Novie yang kurang baik dengan Ibunya saat ini
sebab ia menganggap bahwa ibunya lah yang membuat ia tidak bisa dekat dengan
8

ayahnya. Karena hubungan yang kurang baik maka Novie menjadi sulit untuk
bercerita , curhat dengan ibunya , dan mendapat kasih sayang dari ibunya sehingga ia
sering menjadi frustasi dan bentuk frustasinya disalurkannya dengan sikapnya yang
keras kepala , pemarah , dan sering bertengkar dengan teman-temannya selain itu rasa
percaya Novie kepada ibunya sangat rendah sekali , sehingga ia merasa tidak nyaman
dan selalu menganggap ibunya sebagai musuh.
Akibat sang ibu sibuk bekerja dan ia tidak pernah melakukan kontak langsung
dengan anaknya sehingga membuat hubungan emosionalnya menjadi kurang dekat
dengan Novie akibatnya ia sering mengalami konflik dengan Novie dan sulit untuk
mendekatkan diri.

9

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pencetus teori relasi objek mengasumsikan bahwa hubungan antara ibu dan
anak pada masa usia empat sampai lima tahun pertama adalah masa paling
kritis untuk perkembangan kepribadian. Klein percaya bahwa representasi
internal psikis adalah bagian yang terpenting dalam objek signifikan awal,
seperti pada payudara ibu atau penis ayah.
2. Bayi mengintroyeksikan representasi psikis sebagai struktur psikis mereka
sendiri dan memproyeksikannya sebagai eksternal objek, yaitu orang lain.
Gambaran internal ini bukan merupakan gambaran yang akurat dari orang
lain, tetapi akan tetap menjadi bagian dari pengalaman interpersonal.
3. Untuk menghadapi masalah payudara yang mengayomi (nurturing breast) dan
payudara yang membuat frustasi (frustrating breast), bayi membedakan objek
menjadi objek baik dan buruk dan pada saat yang bersamaan, mereka juga
membagi ego mereka sendiri sehingga memberi tampilan ganda tentang
dirinya sendiri.
4. Selama awal Oedipus complex pada perempuan, anak perempuan mengadopsi
posisi feminine terhadap kedua orang tuanya. Ia juga mengembangkan
perasaan positif, baik terhadap payudara ibunya juga terhadap payudara
ibunya juga terhadap penis ayahnya. Penis ayahnya ini dipercaya bias
memberikan bayi. Terkadang anak perempuan mengembangkan keinginan
untuk berbuat jahat terhadap ibunya. Ia takut ibunya akan menyerangnya dan
mengambil bayi-bayinya.
5. Oedipus complex pada laki-laki melebur ketika seorang anak laki-laki sudah
membangun hubungan yang baik dengan kedua orang tuanya dan merasa
nyaman serta menerima jika kedua orang tuanya melakukan hubungan seksual
satu sama lain.
10

DAFTAR PUSTAKA

Feist. 2010. Teori Kepribadian Theori of Personality. Jakarta: Salemba humanika.
Tavris, Carol. 2007. Psikologi Edisi Kesembilan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Laksono, Agung. http://renopendidikankonselor.blogspot.com/2013/04/kasus-teorikepribadian.html. Di akses tanggal 7 mei 2014 pukul 00.00 WITA.

11

Dokumen yang terkait

WACANA KEBEBASAN PEKERJA PERS DI MEDIA TV (Studi pada kasus Luviana dalam film “DiBalik Frekuensi” karya Ucu Agustin )

0 54 20

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Pengaruh metode sorogan dan bandongan terhadap keberhasilan pembelajaran (studi kasus Pondok Pesantren Salafiyah Sladi Kejayan Pasuruan Jawa Timur)

45 253 84

Efisiensi pemasaran kayu jenis sengon (paraserianthes falcataria) (studi kasus Hutan Rakyat Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor)

17 93 118

Penetapan awal bulan qamariyah perspektif masyarakat Desa Wakal: studi kasus Desa Wakal, Kec. Lei Hitu, Kab. Maluku Tengeha, Ambon

10 140 105

Keabsahan praktik wakaf (studi kasus daerah Pebayuran KM 08 Kertasari-Pebayuran KAB.Bekasi-Jawa

1 43 117

Pengaruh sistem informasi akuntansi dan audit sistem informasi terhadap pengendalian internal :(studi kasus pada PT.Telkom, tbk)

34 203 107