INTEGRASI SISTEM TRANSPORTASI ANTARMODA
(Analisis Awal dari Progress Penelitian)
Ir. Zulfkri, MSc., DEA
KAPUSLITBANG MANAJEMEN TRANSPORTASI MULTIMODA
FGD Menko Perekonomian
25 Mei 2015 di Hotel Aryaduta – Jakarta
Urutan Pemaparan
Pendahuluan
Tinjauan Keterpaduan Transportasi Dalam Undang-undang
Integrasi Rencana Induk Transportasi
Analisis Integrasi Jaringan Akses Pendukung Pelabuhan
Analisis Integrasi Fungsi Akses Pendukung Pelabuhan
Pendahuluan
Peran transportasi : pengembangan wilayah untuk
keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah,
serta membentuk struktur tata ruang.
Pembangunan transportasi : keterpaduan jaringan
pelayanan dan prasarana secara antarmoda dan intramoda,
dan menyelaraskan peraturan perundangan-undangan yang
terkait dengan penyelenggaraan transportasi.
Permasalahan : interkoneksi pada simpul transportasi yang
berfungsi sebagai titik temu yang memfasilitasi alih moda.
karena mengacu pada rencana induk yang masih bersifat
sektoral. Integrasi Rencana Induk Transportasi
SISTRANAS (KM 49/2005)
Cetak Biru Sistranas Pada Tataran Transportasi Nasional (Tatranas)
Cetak Biru Sistranas Pada Tataran Transportasi Wilayah Propinsi (Tatrawil)
Cetak Biru Sistranas Pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok)
UU
17/200
7 ttg
RPJPN
2005 2025
RPJMN
2015 –
2019
UU
26/2006
ttg
Penataan
Ruang
RTRW
N
(PP
26/2008
),
RTRW
P,
RTRW
K
UU 38/
2004 ttg
Jalan
Rencana
Umum
Jaringan
Jalan
Nasional
UU
22/2009
ttg LLAJ
Rencana
Induk
LLAJ
Nasional
UU 23/2007
ttg KA
UU 17/2008
ttg Pelayaran
UU 1/2009 ttg
Penerbangan
Tatanan KA
Nasional
Tatanan
Kepelabuhanan
Nasional
Tatanan
Kebandar
udaraan
Nasional
Rencana Induk
Perkeretaapian
Nasional
Rencana
Induk
Jaringan
Penyebera
ngan
Nasional
RENSTRA Kementerian Perhubungan
Rencana Investasi Sarana dan Prasarana Perhubungan
Rencana
Induk
Pelabuhan
Nasional
Rencana
Induk
Nasional
Bandar Udara
Keterpaduan/Integrasi Rencana Induk Transportasi
UNDANG-UNDANG
TRANSPORTASI
• UU
NO.33/2004 TENTANG JALAN
UNDANG-UNDANG
KERUANGAN
• RENCANA
TATA RUANG WILAYAH
• UU NO.22/2009 TENTANG LALU LINTAS
DAN ANGKUTAN JALAN
• UU NO.23/2008 PERKERETAAPIAN
• UU NO.17/2009 TENTANG PELAYARAN
• UU NO.1/2009 TENTANG PENERBANGAN
NASIONAL
• RENCANA TATA RUANG PULAU
• RENCANA TATA RUANG PROVINSI
• RENCANA TATA RUANG KABUPATEN /
KOTA
TATARAN
TRANSPORTASI
1. TATARAN
TRANSPORTASI
NASIONAL
(TATRANAS)
2. TATARAN
TRANSPORTASI
WILAYAH (TATRAWIL)
3. TATARAN
TRANSPORTASI
LOKAL (TATRALOK)
TERPAD
U/TERINTEGR
ASI
MODA
TRANSPORTASI
BLUE PRINT /
RENCANA INDUK
TRANSPORTASI:
1.JALAN;
2.PERKERETAAPIAN;
3.PELAYARAN;
4.PENERBANGAN.
KELEMBAGA
AN
Tinjauan Keterpaduan Transportasi
dalam Undang-undang
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 22 TAHUN 2009
TENTANG
LALU LINTAS DAN ANGKUTAN
JALAN
Menimbang :
a. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan mempunyai peran strategis
…….;
b. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan sebagai bagian dari sistem
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
transportasi
nasional harus
INDONESIA
dikembangkan
potensi
dan2004
perannya
NOMOR 38
TAHUN
…...;
TENTANG JALAN
Menimbang :
a. bahwa jalan sebagai salah satu
prasarana transportasi …………. ;
b. bahwa jalan sebagai bagian
sistem transportasi nasional
mempunyai peranan penting
terutama dalam mendukung bidang
ekonomi, sosial dan budaya serta
UNDANG-UNDANG
REPUBLIK
lingkungan
………..;
INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 2007
TENTANG
PERKERETAAPIAN
Menimbang :
a.bahwa transportasi mempunyai
peranan penting ……………………..;
b.
bahwa perkeretaapian
sebagai salah satu moda transportasi
dalam sistem transportasi nasional
Sistem Transportasi Nasional
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 17 TAHUN 2008
TENTANG
PELAYARAN
Menimbang :
a. bahwa Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah ………;
b. bahwa dalam upaya mencapai
tujuan nasional berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, mewujudkan
Wawasan Nusantara serta
memantapkan ketahanan nasional
diperlukan sistem
transportasi nasional untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi,
pengembangan wilayah, dan
memperkukuh kedaulatan negara;
c. bahwa pelayaran yang terdiri
atas angkutan di perairan,
kepelabuhanan, keselamatan dan
keamanan pelayaran, dan
perlindungan lingkungan maritim,
merupakan bagian dari sistem
transportasi nasional yang
harus dikembangkan potensi dan
peranannya untuk mewujudkan
sistem transportasi yang efektif
dan efsien, serta membantu
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2009
TENTANG
PENERBANGAN
Menimbang:
a. bahwa Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah ……….;
b. bahwa dalam upaya mencapai
tujuan nasional berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, mewujudkan
Wawasan Nusantara serta
memantapkan ketahanan nasional
diperlukan sistem
transportasi nasional yang
mendukung pertumbuhan
ekonomi, pengembangan wilayah,
mempererat hubungan
antarbangsa, dan memperkukuh
kedaulatan negara;
c. bahwa penerbangan merupakan
bagian dari sistem
transportasi nasional yang
mempunyai karakteristik mampu
bergerak dalam waktu cepat,
menggunakan teknologi tinggi,
padat modal, manajemen yang
andal, serta memerlukan jaminan
keselamatan dan keamanan yang
8
optimal, ……..;
“Keterpaduan” Dalam Undang-Undang Transportasi
UU 23/2007 Tentang Perkeretaapian
Pasal 2:
Perkeretaapian sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem
transportasi nasional diselenggarakan berdasarkan asas:
manfaat; keadilan; keseimbangan; kepentingan umum;
keterpaduan; kemandirian; transparansi; akuntabilitas; dan
berkelanjutan.
Pasal 8:
1.b. Rencana induk perkeretaapian nasional disusun dengan
memperhatikan rencana induk jaringan moda transportasi
lainnya.
Pasal 15:
Dalam melakukan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14, Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus
mengintegrasikan perekeretaapian dengan moda
transportasi lainnya.
“Keterpaduan” Dalam Undang-Undang Transportasi-2
UU 22/2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Pasal 2:
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diselenggarakan dengan
memperhatikan asas: transparan; akuntabel; berkelanjutan;
partisipatif; bermanfaat; efisien dan efektif; seimbang; terpadu;
dan mandiri.
Pasal 3:
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diselenggarakan dengan tujuan:
a. terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda
angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional,
memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan
kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat
bangsa.
“Keterpaduan” Dalam Undang-Undang Transportasi-3
UU 17/2008 Tentang Pelayaran
Pasal 1:
15. Tatanan Kepelabuhanan Nasional adalah suatu sistem
kepelabuhanan yang memuat peran, fungsi, jenis, hirarki
pelabuhan, Rencana Induk Pelabuhan Nasional, dan lokasi
pelabuhan serta keterpaduan intra dan antarmoda serta
keterpaduan dengan sektor lainnya.
Pasal 2:
Pelayaran diselenggarakan berdasarkan asas: manfaat; usaha
bersama dan kekeluargaan; persaingan sehat; adil dan merata
tanpa diskriminasi; keseimbangan, keserasian, dan keselarasan;
kepentingan umum; keterpaduan; tegaknya hukum;
kemandirian; berwawasan lingkungan hidup; kedaulatan negara;
dan kebangsaan.
“Keterpaduan” Dalam Undang-Undang Transportasi-4
UU 1/2009 Tentang Penerbangan
Pasal 1:
32. Tatanan Kebandarudaraan Nasional adalah sistem
kebandarudaraan secara nasional yang menggambarkan
perencanaan bandar udara berdasarkan rencana tata ruang,
pertumbuhan ekonomi, keunggulan komparatif wilayah, kondisi
alam dan geografi, keterpaduan intra dan antarmoda
transportasi, kelestarian lingkungan, keselamatan dan
keamanan penerbangan, serta keterpaduan dengan sektor
pembangunan lainnya
Pasal 2:
Penerbangan diselenggarakan berdasarkan asas: manfaat; usaha
bersama dan kekeluargaan; adil dan merata; keseimbangan,
keserasian, dan keselarasan; kepentingan umum; keterpaduan;
tegaknya hukum; kemandirian; keterbukaan dan anti monopoli;
berwawasan lingkungan hidup; kedaulatan negara; kebangsaan
dan kenusantaraan.
Integrasi Rencana Induk Transportasi
Peran dan Fungsi Rencana Induk Transportasi
PERAN :
Pembangunan dan pengembangan infrastruktur
transportasi agar terencana, terintegrasi, tepat
guna, efisien dan efektif membutuhkan kerangka
dasar rencana pembangunan/pengembangan yang
diwujudkan dalam suatu Rencana Induk.
FUNGSI :
Rencana induk transportasi merupakan arah dan
kebijakan transportasi (dan/atau suatu prasarana
transportasi) pada tatarannya, yang penyusunannya
diperintahkan dalam undang-undang transportasi.
Sinergitas Dalam Penyusunan Rencana Induk
RTRW
N/P/K
TATANA
N
TRANSPORTAS
I
POTENSI
(DEMAN
D)
MASTER
PLAN /
RENCAN
A INDUK
TATARA
N
TRANSPORTAS
I
KETERPADUA
N
Konsep Integrasi Rencana Induk Transportasi Nasional
SINERGI
KEBIJAKAN
INTEGRASI
Proses Integrasi Rencana Induk
INTEGRASI JARINGAN, yaitu terintegrasinya sistem jaringan
prasarana dan jaringan pelayanan baik intra moda maupun antar moda.
INTEGRASI FUNGSI, yaitu terintegrasinya rencana pengembangan
fungsi dari sistem transportasi yang dibangun sehingga memberikan nilai
kemanfaatan yang besar dalam pelayanan transportasi multi moda, juga
terintegrasinya rencana pembangunan dan pengembangan oleh
pemerintah daerah dan pusat, juga antara pemerintah dan
masyarakat (swasta)
INTEGRASI WAKTU PELAKSANAAN (WAKTU PENGOPERASIAN),
yaitu terintegrasinya rencana waktu pelaksanaan dari setiap moda
baik dari proses perencanaan, pembangunan hingga tahap
pengoperasiannya.
INTEGRASI PEMBIAYAAN, yaitu terintegrasinya rencana pembiayaan
khususnya dalam skema pembiayaan pembangunan sedemikian
sehingga terwujud sinergi yang saling mendukung antar moda.
INTEGRASI KELEMBAGAAN, yaitu tersinerginya koordinasi antar
lembaga dalam suatu kerangka perencanaan, pelaksanaan dan
pengoperasian dari berbagai moda yang saling terintegrasi.
Analisis Integrasi Jaringan Akses Pendukung Pelabuhan
Pengembangan Asumsi Kebutuhan Jaringan Akses Pendukung
ASUMSI
Kebutuhan Akses Pendukung dilihat dari kemampuaan Jaringan Jalan sebagai AKSES UTAMA.
Pelayanan akses utama Pelabuhan dan Bandara pada tahap awal dilayani oleh jaringan jalan
Nasional dengan standar 4/2 D. Kelas Jalan Kelas I.
Kapasitas dasar jalan 4/2 D adalah 1900 smp/jam/lajur.
Untuk 4 Lajur = 1900 x 4 = 7600 smp/jam atau 7600 x 24 x 365 = 66.576.000 smp/tahun
Dengan kapasitas Optimal = 0,8 x Kapasitas Maksimal x (60 % pergerakan Mix Traffic)
= 53.260.800 x 0,6 = 31.956.480 smp/tahun
Sehingga :
Untuk angkutan barang di Pelabuhan :
Asumsi : 1 kendaraan ~ 10 Ton/kendaraan, maka jumlah pergerakan maksimal yang dilayani
adalah =
= (53.260.800 x 0,6 x 1,3) / 10 = 4.154.342 ton/tahun ~ 4.000.000 ton/tahun
Jadi untuk Pelabuhan dengan Traffic Barang Minimal 4.000.000 ton/tahun, sudah harus
disiapkan akses pendukung (Tol dan/atau KA)
Kriteria Evaluasi Integrasi Jaringan (Pelabuhan)
No.
KRITERIA
PROGRAM PRIORITAS
NON PROGRAM PRIORITAS
TRAFFIC BARANG = 4.000.000 TON/TAHUN
TRAFFIC BARANG < 4.000.000
TON/TAHUN *)
TERHUBUNG AKSES
UTAMA/JALAN RAYA
TERHUBUNG
AKSES
PENDUKUNG
(KERETA API)
TERHUBUNG
AKSES UTAMA /
JALAN RAYA
TERHUBUNG
AKSES
PENDUKUNG
(KERETA API)
KETERANGAN
1
TERITEGRASI
JARINGAN
PRASARANA
ADA
ADA
ADA
SUDAH
DIRENCANAKAN
MEMADAI
2
TERINTEGRASI
DENGAN
CATATAN
ADA
SUDAH
DIRENCANAKAN
ADA
TIDAK ADA
PERLU
DIPERCEPAT
3
BELUM
TERINTEGRASI
ADA
TIDAK ADA
RENCANA INDUK
BELUM ADA
TIDAK ADA
PERLU
DIINTEGRASIKAN
*) Pada Pelabuhan Non Program Prioritas, namun memiliki Traffic > 4.000.000 Ton/tahun maka evaluasi dilakukan seperti Program Prioritas
Integrasi Jaringan Akses Pendukung
Pelabuhan (1)
Provinsi
Nama Pelabuhan
Status Rencana
Induk
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Lampung
DKI Jakarta
Malahayati
Kuala Tanjung
Teluk Bayur
Panjang
Tanjung Priok
Belum Disahkan
Sudah Disahkan
Sudah Disahkan
Sudah Disahkan
Sudah Disahkan
Jawa Tengah
Tanjung Emas
Sudah Disahkan
Jawa Timur
Tanjung Perak
Sudah Disahkan
Kalimantan Tengah
Sampit
Proses Pengesahan
Kalimantan Selatan
Banjarmasin
Proses Pengesahan
Kalimantan Timur
Balikpapan
Samarinda
Proses Pengesahan
Sudah Disahkan
Sulawesi Utara
Bitung
Sudah Disahkan
Sulawesi Selatan
Makassar
Sudah Disahkan
Maluku Utara
Ternate/A. Yani
Proses Pengesahan
Maluku
Ambon
Proses Pengesahan
Papua Barat
Sorong
Belum Ada
Papua
Jayapura
Belum Ada
= Prioritas berdasarkan demand
Konektivitas
Demand Barang
NA
NA
12,159,370.00
91,973,386.00
61,262,665.00
4,254,327.00
12,726,016.00
1,716,176.00
8,265,935.00
36,911,510.00
57,855,480.00
4,310,168.00
5,392,986.00
3,637,552.00
8,538,780.00
555,428.00
3,259,256.00
Rekomendasi
Utama
Pendukung
v
v
v
v
v
v*
v*
v
Memadai
Perlu Diintegrasikan
Perlu Percepatan
Perlu Percepatan
Memadai
v
v
Memadai
v
v
Memadai
v
-
Perlu Diintegrasikan
v
v*
Perlu Percepatan
v
v
v*
-
Perlu Percepatan
Perlu Diintegrasikan
v
v*
Perlu Percepatan
v
v*
Perlu Percepatan
v
-
Perlu Diintegrasikan
v
-
Perlu Diintegrasikan
v
v*
Memadai
v
-
Perlu Diintegrasikan
Integrasi Jaringan Akses Pendukung
Pelabuhan (2)
Provinsi
Nama Pelabuhan
Status Rencana Induk
Aceh
Lhokseumawe
Belum Disahkan
Sumatera Utara
Belawan
Sudah Disahkan
Batam
Dumai
Pekanbaru
Sudah Disahkan
Sudah Disahkan
Belum Disahkan
Kuala Tungkal
Sudah Disahkan
Talang Duku
Tanjung Siapi-api
Sudah Disahkan
Belum Ada
Palembang Boom
Sudah Disahkan
Jawa Tengah
Jawa Barat
Tanjung Intan
Cilamaya
Proses Pengesahan
Sudah Disahkan
Kalimantan Barat
Pontianak
Belum Ada
Sulawesi Tengah
Pantoloan
Proses Pengesahan
Bau-bau
Proses Pengesahan
Kendari
Belum Ada
NTT
Tenau/Kupang
Sudah Disahkan
NTB
Bima
Biak
Proses Pengesahan
Proses Pengesahan
Merauke
Belum Ada
Kepulauan Riau
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Sulawesi Tenggara
Papua
= Prioritas berdasarkan demand
Demand Barang
3,232,353.00
11,840,694.00
NA
NA
38,233,000.00
9,086,151.26
NA
NA
7,675,624.00
NA
NA
6,902,288.00
11,844,437.00
39,548,045.00
374,673.00
NA
NA
780,561.00
Konektivitas
Utama
Pendukung
Rekomendasi
v
v*
Memadai
v
v
Memadai
v
v
v
v*
-
Memadai
Memadai
Perlu Diintegrasikan
v
-
Perlu Diintegrasikan
v
v
v*
Memadai
Perlu Percepatan
v
-
Perlu Diintegrasikan
v
v
v*
Perlu Diintegrasikan
Memadai
v
v*
Perlu Percepatan
v
-
Perlu Diintegrasikan
v
-
Perlu Diintegrasikan
v
-
Perlu Diintegrasikan
v
-
Perlu Diintegrasikan
v
v
-
Perlu Diintegrasikan
Perlu Diintegrasikan
v
-
Perlu Diintegrasikan
Integrasi Jaringan Akses Pendukung Pelabuhan (3)
Provinsi
Nama Pelabuhan
Status Rencana Induk
Demand Barang
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Lampung
Malahayati
Kuala Tanjung
Teluk Bayur
Panjang
Belum Disahkan
Sudah Disahkan
Sudah Disahkan
Sudah Disahkan
NA
NA
12,159,370.00
91,973,386.00
Konektivitas
Utama
Pendukung
v
v
v
v*
v
v*
Rekomendasi
Memadai
Perlu Diintegrasikan
Perlu Percepatan
Perlu Percepatan
Provinsi
Nama Pelabuhan
Status Rencana Induk
Demand Barang
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Sampit
Banjarmasin
Balikpapan
Samarinda
Bitung
Makassar
Proses Pengesahan
Proses Pengesahan
Proses Pengesahan
Sudah Disahkan
Sudah Disahkan
Sudah Disahkan
1,716,176.00
8,265,935.00
36,911,510.00
57,855,480.00
4,310,168.00
5,392,986.00
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Selatan
Konektivitas
Pendukun
Utama
g
v
v
Provinsi
Nama
Pelabuhan
Status Rencana
Induk
Maluku Utara
Ternate/A.
Yani
Proses
Pengesahan
Proses
Pengesahan
Konektivitas
Utama
Pendukung
v
v
v*
v
v*
v
v
v*
v
v*
Demand Barang
Rekomendasi
Perlu Diintegrasikan
Perlu Percepatan
Perlu Percepatan
Perlu Diintegrasikan
Perlu Percepatan
Perlu Percepatan
Konektivitas
Penduku Rekomendasi
Utama
ng
Perlu
v
Diitegrasikan
Perlu
v
Diintegrasikan
Provinsi
Nama
Pelabuhan
Status Rencana
Induk
Demand Barang
DKI Jakarta
Tanjung Priok
Sudah Disahkan
61,262,665.00
Jawa Tengah
Tanjung Emas Sudah Disahkan
4,254,327.00
v
v
Memadai
Maluku
Ambon
Jawa Timur
Tanjung Perak Sudah Disahkan
12,726,016.00
v
v
Memadai
Papua Barat
Sorong
Belum Ada
555,428.00
v
v*
Memadai
Papua
Jayapura
Belum Ada
3,259,256.00
v
-
Perlu
Diintegrasikan
Rekomendasi
Memadai
3,637,552.00
8,538,780.00
Analisis Integrasi Fungsi Akses Pendukung Pelabuhan
Konsep Dasar
Kriteria Evaluasi Integrasi Fungsi (Pelabuhan)
PELABUHAN UTAMA
No.
KRITERIA
PELABUHAN PENGUMPUL
TERKONEKSI
DENGAN AKSES
UTAMA YAITU
JALAN NASIONAL
TERKONEKSI
DENGAN AKSES
PENDUKUNG (JALAN
TOL DAN/ATAU
KERETA API)
TERKONEKSI
DENGAN AKSES
UTAMA YAITU
JALAN NASIONAL
TERKONEKSI
DENGAN AKSES
PENDUKUNG
(JALAN TOL
DAN/ATAU KERETA
API)
KETERANGAN
1
TERITEGRASI
FUNGSI
ADA – SESUAI
ADA – SESUAI
ADA – SESUAI
BELUM ADA – (BARU
DIRENCANAKAN)
2
TERINTEGRASI
DENGAN
CATATAN
ADA - SESUAI
BELUM ADA – (BARU
DIRENCANAKAN)
ADA - SESUAI
TIDAK ADA
PERLU
DIPERCEPAT
3
BELUM
TERINTEGRASI
ADA –
BELUM SESUAI
TIDAK ADA
ADA –
BELUM SESUAI
TIDAK ADA
PERLU
DIINTEGRASIKAN
MEMADAI
Integrasi Fungsi Akses Pendukung Pelabuhan (1)
No
Nama
Provinsi
Pelabuhan Utama
1
Aceh
Sabang
2
Sumatera
Utara
Kuala Tanjung
3
4
5
Sumatera
Barat
Kepulauan
Riau
Akses Utama
Tahun
Jaringan
Status
Diputuskan
Jalan
Fungsi
Jalan
Eksisting
v
Nasional
Jalan
2015
v
Nasional
Jaringan Tol
Akses Pendukung
Status
Jaringan
Fungsi
Kereta Api
Status
Fungsi
Keterangan
-
-
-
-
Memadai
-
-
-
-
Memadai
Belawan
Eksisting
v
Jalan
Nasional
v (tidak ada ket
tahun)
Jalan
Nasional
2015
Utama
Perlu
Percepatan
Padang
Eksisting
v
Jalan
Nasional
-
-
2020
Utama
Perlu
Percepatan
Batu Ampar
Eksisting
v
-
-
-
-
Memadai
Sekupang
Eksisting
v
-
-
-
-
Memadai
Kabil
Eksisting
v
-
-
-
-
Memadai
Dumai
Eksisting
v
v (tidak ada ket
tahun)
Jalan
Nasional
2025
Utama
Perlu
Percepatan
Kuala Enok
2015
v
-
-
-
-
Memadai
-
-
-
-
Memadai
-
-
-
-
Memadai
Utama
Perlu
Percepatan
Riau
Jalan
Nasional*
Jalan
Nasional
Jalan
Nasional
Jalan
Nasional
Jalan
Nasional
Jalan
Nasional
Jalan
Nasional*
6
Bengkulu
Pulau Baai
2015
v
7
Jambi
Ujung Jabung
2020
v
Tanjung Api-Api
2020
v
Jalan
Nasional*
-
-
2025
8
Sumatera
Selatan
Boom Baru
Eksisting
v
Jalan
Nasional
-
-
-
Rekomendasi
Perlu
Percepatan
Pembangunan
Perlu
Percepatan
Pembangunan
Perlu
Percepatan
Pembangunan
Perlu
Percepatan
Pembangunan
Memadai
9
Lampung
Panjang
Eksisting
v
Jalan
Nasional
v (tidak ada ket
tahun)
Jalan
Nasional
2025
Utama
Perlu
Percepatan
10
Banten
Banten
Eksisting
v
Jalan
Nasional
v
Jalan
Nasional
2020
Utama
Perlu
Percepatan
11
Jawa Barat
Cilamaya
Eksisting
v
Jalan
Nasional
-
-
2030
Utama
Perlu
Percepatan
Perlu
Percepatan
Pembangunan
Perlu
Percepatan
Pembangunan
Perlu
Percepatan
Pembangunan
Integrasi Fungsi Akses Pendukung Pelabuhan (2)
Provinsi
Nama Pelabuhan
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Lampung
Malahayati
Kuala Tanjung
Teluk Bayur
Panjang
Akses Utama
Jalan
Nasional
Nasional
Nasional
Nasional
Akses Pendukung
Tol
Kereta Api
Utama
Nasional
Utama
Nama Pelabuhan
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Sampit
Banjarmasin
Balikpapan
Samarinda
Bitung
Makassar
Sulawesi Utara
Sulawesi Selatan
Nama Pelabuhan
DKI Jakarta
Jawa Tengah
Jawa Timur
Tanjung Priok
Tanjung Emas
Tanjung Perak
Akses Utama Akses Pendukung
Tol
Jalan
Kereta Api
Nasional
Nasional Utama
Nasional
Utama
Nasional
Nasional Utama
Memadai
Perlu Diintegrasikan
Perlu Percepatan
Perlu Percepatan
Provinsi
Kalimantan Timur
Provinsi
Rekomendasi
Akses Utama
Jalan
Nasional
Nasional
Nasional
Nasional
Nasional
Nasional
Rekomendasi
Memadai
Memadai
Memadai
Provinsi
Maluku Utara
Maluku
Papua Barat
Papua
Akses Pendukung
Tol
Kereta Api
Nasional
Utama
Nasional
Utama
Nasional
Utama
Nasional
Utama
Utama
Akses Utama
Jalan
Ternate/A. Yani
Nasional
Ambon
Nasional
Sorong
Nasional*
Jayapura
Nasional
Nama Pelabuhan
Rekomendasi
Perlu Diintegrasikan
Perlu Percepatan
Perlu Percepatan
Perlu Percepatan
Perlu Percepatan
Perlu Percepatan
Akses Pendukung
Rekomendasi
Tol
Kereta Api
Perlu Diintegrasikan
Perlu Diintegrasikan
Utama
Perlu Percepatan
Perlu Diintegrasikan
Ir. Zulfkri, MSc., DEA
KAPUSLITBANG MANAJEMEN TRANSPORTASI MULTIMODA
FGD Menko Perekonomian
25 Mei 2015 di Hotel Aryaduta – Jakarta
Urutan Pemaparan
Pendahuluan
Tinjauan Keterpaduan Transportasi Dalam Undang-undang
Integrasi Rencana Induk Transportasi
Analisis Integrasi Jaringan Akses Pendukung Pelabuhan
Analisis Integrasi Fungsi Akses Pendukung Pelabuhan
Pendahuluan
Peran transportasi : pengembangan wilayah untuk
keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah,
serta membentuk struktur tata ruang.
Pembangunan transportasi : keterpaduan jaringan
pelayanan dan prasarana secara antarmoda dan intramoda,
dan menyelaraskan peraturan perundangan-undangan yang
terkait dengan penyelenggaraan transportasi.
Permasalahan : interkoneksi pada simpul transportasi yang
berfungsi sebagai titik temu yang memfasilitasi alih moda.
karena mengacu pada rencana induk yang masih bersifat
sektoral. Integrasi Rencana Induk Transportasi
SISTRANAS (KM 49/2005)
Cetak Biru Sistranas Pada Tataran Transportasi Nasional (Tatranas)
Cetak Biru Sistranas Pada Tataran Transportasi Wilayah Propinsi (Tatrawil)
Cetak Biru Sistranas Pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok)
UU
17/200
7 ttg
RPJPN
2005 2025
RPJMN
2015 –
2019
UU
26/2006
ttg
Penataan
Ruang
RTRW
N
(PP
26/2008
),
RTRW
P,
RTRW
K
UU 38/
2004 ttg
Jalan
Rencana
Umum
Jaringan
Jalan
Nasional
UU
22/2009
ttg LLAJ
Rencana
Induk
LLAJ
Nasional
UU 23/2007
ttg KA
UU 17/2008
ttg Pelayaran
UU 1/2009 ttg
Penerbangan
Tatanan KA
Nasional
Tatanan
Kepelabuhanan
Nasional
Tatanan
Kebandar
udaraan
Nasional
Rencana Induk
Perkeretaapian
Nasional
Rencana
Induk
Jaringan
Penyebera
ngan
Nasional
RENSTRA Kementerian Perhubungan
Rencana Investasi Sarana dan Prasarana Perhubungan
Rencana
Induk
Pelabuhan
Nasional
Rencana
Induk
Nasional
Bandar Udara
Keterpaduan/Integrasi Rencana Induk Transportasi
UNDANG-UNDANG
TRANSPORTASI
• UU
NO.33/2004 TENTANG JALAN
UNDANG-UNDANG
KERUANGAN
• RENCANA
TATA RUANG WILAYAH
• UU NO.22/2009 TENTANG LALU LINTAS
DAN ANGKUTAN JALAN
• UU NO.23/2008 PERKERETAAPIAN
• UU NO.17/2009 TENTANG PELAYARAN
• UU NO.1/2009 TENTANG PENERBANGAN
NASIONAL
• RENCANA TATA RUANG PULAU
• RENCANA TATA RUANG PROVINSI
• RENCANA TATA RUANG KABUPATEN /
KOTA
TATARAN
TRANSPORTASI
1. TATARAN
TRANSPORTASI
NASIONAL
(TATRANAS)
2. TATARAN
TRANSPORTASI
WILAYAH (TATRAWIL)
3. TATARAN
TRANSPORTASI
LOKAL (TATRALOK)
TERPAD
U/TERINTEGR
ASI
MODA
TRANSPORTASI
BLUE PRINT /
RENCANA INDUK
TRANSPORTASI:
1.JALAN;
2.PERKERETAAPIAN;
3.PELAYARAN;
4.PENERBANGAN.
KELEMBAGA
AN
Tinjauan Keterpaduan Transportasi
dalam Undang-undang
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 22 TAHUN 2009
TENTANG
LALU LINTAS DAN ANGKUTAN
JALAN
Menimbang :
a. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan mempunyai peran strategis
…….;
b. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan sebagai bagian dari sistem
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
transportasi
nasional harus
INDONESIA
dikembangkan
potensi
dan2004
perannya
NOMOR 38
TAHUN
…...;
TENTANG JALAN
Menimbang :
a. bahwa jalan sebagai salah satu
prasarana transportasi …………. ;
b. bahwa jalan sebagai bagian
sistem transportasi nasional
mempunyai peranan penting
terutama dalam mendukung bidang
ekonomi, sosial dan budaya serta
UNDANG-UNDANG
REPUBLIK
lingkungan
………..;
INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 2007
TENTANG
PERKERETAAPIAN
Menimbang :
a.bahwa transportasi mempunyai
peranan penting ……………………..;
b.
bahwa perkeretaapian
sebagai salah satu moda transportasi
dalam sistem transportasi nasional
Sistem Transportasi Nasional
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 17 TAHUN 2008
TENTANG
PELAYARAN
Menimbang :
a. bahwa Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah ………;
b. bahwa dalam upaya mencapai
tujuan nasional berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, mewujudkan
Wawasan Nusantara serta
memantapkan ketahanan nasional
diperlukan sistem
transportasi nasional untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi,
pengembangan wilayah, dan
memperkukuh kedaulatan negara;
c. bahwa pelayaran yang terdiri
atas angkutan di perairan,
kepelabuhanan, keselamatan dan
keamanan pelayaran, dan
perlindungan lingkungan maritim,
merupakan bagian dari sistem
transportasi nasional yang
harus dikembangkan potensi dan
peranannya untuk mewujudkan
sistem transportasi yang efektif
dan efsien, serta membantu
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2009
TENTANG
PENERBANGAN
Menimbang:
a. bahwa Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah ……….;
b. bahwa dalam upaya mencapai
tujuan nasional berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, mewujudkan
Wawasan Nusantara serta
memantapkan ketahanan nasional
diperlukan sistem
transportasi nasional yang
mendukung pertumbuhan
ekonomi, pengembangan wilayah,
mempererat hubungan
antarbangsa, dan memperkukuh
kedaulatan negara;
c. bahwa penerbangan merupakan
bagian dari sistem
transportasi nasional yang
mempunyai karakteristik mampu
bergerak dalam waktu cepat,
menggunakan teknologi tinggi,
padat modal, manajemen yang
andal, serta memerlukan jaminan
keselamatan dan keamanan yang
8
optimal, ……..;
“Keterpaduan” Dalam Undang-Undang Transportasi
UU 23/2007 Tentang Perkeretaapian
Pasal 2:
Perkeretaapian sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem
transportasi nasional diselenggarakan berdasarkan asas:
manfaat; keadilan; keseimbangan; kepentingan umum;
keterpaduan; kemandirian; transparansi; akuntabilitas; dan
berkelanjutan.
Pasal 8:
1.b. Rencana induk perkeretaapian nasional disusun dengan
memperhatikan rencana induk jaringan moda transportasi
lainnya.
Pasal 15:
Dalam melakukan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14, Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus
mengintegrasikan perekeretaapian dengan moda
transportasi lainnya.
“Keterpaduan” Dalam Undang-Undang Transportasi-2
UU 22/2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Pasal 2:
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diselenggarakan dengan
memperhatikan asas: transparan; akuntabel; berkelanjutan;
partisipatif; bermanfaat; efisien dan efektif; seimbang; terpadu;
dan mandiri.
Pasal 3:
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diselenggarakan dengan tujuan:
a. terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda
angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional,
memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan
kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat
bangsa.
“Keterpaduan” Dalam Undang-Undang Transportasi-3
UU 17/2008 Tentang Pelayaran
Pasal 1:
15. Tatanan Kepelabuhanan Nasional adalah suatu sistem
kepelabuhanan yang memuat peran, fungsi, jenis, hirarki
pelabuhan, Rencana Induk Pelabuhan Nasional, dan lokasi
pelabuhan serta keterpaduan intra dan antarmoda serta
keterpaduan dengan sektor lainnya.
Pasal 2:
Pelayaran diselenggarakan berdasarkan asas: manfaat; usaha
bersama dan kekeluargaan; persaingan sehat; adil dan merata
tanpa diskriminasi; keseimbangan, keserasian, dan keselarasan;
kepentingan umum; keterpaduan; tegaknya hukum;
kemandirian; berwawasan lingkungan hidup; kedaulatan negara;
dan kebangsaan.
“Keterpaduan” Dalam Undang-Undang Transportasi-4
UU 1/2009 Tentang Penerbangan
Pasal 1:
32. Tatanan Kebandarudaraan Nasional adalah sistem
kebandarudaraan secara nasional yang menggambarkan
perencanaan bandar udara berdasarkan rencana tata ruang,
pertumbuhan ekonomi, keunggulan komparatif wilayah, kondisi
alam dan geografi, keterpaduan intra dan antarmoda
transportasi, kelestarian lingkungan, keselamatan dan
keamanan penerbangan, serta keterpaduan dengan sektor
pembangunan lainnya
Pasal 2:
Penerbangan diselenggarakan berdasarkan asas: manfaat; usaha
bersama dan kekeluargaan; adil dan merata; keseimbangan,
keserasian, dan keselarasan; kepentingan umum; keterpaduan;
tegaknya hukum; kemandirian; keterbukaan dan anti monopoli;
berwawasan lingkungan hidup; kedaulatan negara; kebangsaan
dan kenusantaraan.
Integrasi Rencana Induk Transportasi
Peran dan Fungsi Rencana Induk Transportasi
PERAN :
Pembangunan dan pengembangan infrastruktur
transportasi agar terencana, terintegrasi, tepat
guna, efisien dan efektif membutuhkan kerangka
dasar rencana pembangunan/pengembangan yang
diwujudkan dalam suatu Rencana Induk.
FUNGSI :
Rencana induk transportasi merupakan arah dan
kebijakan transportasi (dan/atau suatu prasarana
transportasi) pada tatarannya, yang penyusunannya
diperintahkan dalam undang-undang transportasi.
Sinergitas Dalam Penyusunan Rencana Induk
RTRW
N/P/K
TATANA
N
TRANSPORTAS
I
POTENSI
(DEMAN
D)
MASTER
PLAN /
RENCAN
A INDUK
TATARA
N
TRANSPORTAS
I
KETERPADUA
N
Konsep Integrasi Rencana Induk Transportasi Nasional
SINERGI
KEBIJAKAN
INTEGRASI
Proses Integrasi Rencana Induk
INTEGRASI JARINGAN, yaitu terintegrasinya sistem jaringan
prasarana dan jaringan pelayanan baik intra moda maupun antar moda.
INTEGRASI FUNGSI, yaitu terintegrasinya rencana pengembangan
fungsi dari sistem transportasi yang dibangun sehingga memberikan nilai
kemanfaatan yang besar dalam pelayanan transportasi multi moda, juga
terintegrasinya rencana pembangunan dan pengembangan oleh
pemerintah daerah dan pusat, juga antara pemerintah dan
masyarakat (swasta)
INTEGRASI WAKTU PELAKSANAAN (WAKTU PENGOPERASIAN),
yaitu terintegrasinya rencana waktu pelaksanaan dari setiap moda
baik dari proses perencanaan, pembangunan hingga tahap
pengoperasiannya.
INTEGRASI PEMBIAYAAN, yaitu terintegrasinya rencana pembiayaan
khususnya dalam skema pembiayaan pembangunan sedemikian
sehingga terwujud sinergi yang saling mendukung antar moda.
INTEGRASI KELEMBAGAAN, yaitu tersinerginya koordinasi antar
lembaga dalam suatu kerangka perencanaan, pelaksanaan dan
pengoperasian dari berbagai moda yang saling terintegrasi.
Analisis Integrasi Jaringan Akses Pendukung Pelabuhan
Pengembangan Asumsi Kebutuhan Jaringan Akses Pendukung
ASUMSI
Kebutuhan Akses Pendukung dilihat dari kemampuaan Jaringan Jalan sebagai AKSES UTAMA.
Pelayanan akses utama Pelabuhan dan Bandara pada tahap awal dilayani oleh jaringan jalan
Nasional dengan standar 4/2 D. Kelas Jalan Kelas I.
Kapasitas dasar jalan 4/2 D adalah 1900 smp/jam/lajur.
Untuk 4 Lajur = 1900 x 4 = 7600 smp/jam atau 7600 x 24 x 365 = 66.576.000 smp/tahun
Dengan kapasitas Optimal = 0,8 x Kapasitas Maksimal x (60 % pergerakan Mix Traffic)
= 53.260.800 x 0,6 = 31.956.480 smp/tahun
Sehingga :
Untuk angkutan barang di Pelabuhan :
Asumsi : 1 kendaraan ~ 10 Ton/kendaraan, maka jumlah pergerakan maksimal yang dilayani
adalah =
= (53.260.800 x 0,6 x 1,3) / 10 = 4.154.342 ton/tahun ~ 4.000.000 ton/tahun
Jadi untuk Pelabuhan dengan Traffic Barang Minimal 4.000.000 ton/tahun, sudah harus
disiapkan akses pendukung (Tol dan/atau KA)
Kriteria Evaluasi Integrasi Jaringan (Pelabuhan)
No.
KRITERIA
PROGRAM PRIORITAS
NON PROGRAM PRIORITAS
TRAFFIC BARANG = 4.000.000 TON/TAHUN
TRAFFIC BARANG < 4.000.000
TON/TAHUN *)
TERHUBUNG AKSES
UTAMA/JALAN RAYA
TERHUBUNG
AKSES
PENDUKUNG
(KERETA API)
TERHUBUNG
AKSES UTAMA /
JALAN RAYA
TERHUBUNG
AKSES
PENDUKUNG
(KERETA API)
KETERANGAN
1
TERITEGRASI
JARINGAN
PRASARANA
ADA
ADA
ADA
SUDAH
DIRENCANAKAN
MEMADAI
2
TERINTEGRASI
DENGAN
CATATAN
ADA
SUDAH
DIRENCANAKAN
ADA
TIDAK ADA
PERLU
DIPERCEPAT
3
BELUM
TERINTEGRASI
ADA
TIDAK ADA
RENCANA INDUK
BELUM ADA
TIDAK ADA
PERLU
DIINTEGRASIKAN
*) Pada Pelabuhan Non Program Prioritas, namun memiliki Traffic > 4.000.000 Ton/tahun maka evaluasi dilakukan seperti Program Prioritas
Integrasi Jaringan Akses Pendukung
Pelabuhan (1)
Provinsi
Nama Pelabuhan
Status Rencana
Induk
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Lampung
DKI Jakarta
Malahayati
Kuala Tanjung
Teluk Bayur
Panjang
Tanjung Priok
Belum Disahkan
Sudah Disahkan
Sudah Disahkan
Sudah Disahkan
Sudah Disahkan
Jawa Tengah
Tanjung Emas
Sudah Disahkan
Jawa Timur
Tanjung Perak
Sudah Disahkan
Kalimantan Tengah
Sampit
Proses Pengesahan
Kalimantan Selatan
Banjarmasin
Proses Pengesahan
Kalimantan Timur
Balikpapan
Samarinda
Proses Pengesahan
Sudah Disahkan
Sulawesi Utara
Bitung
Sudah Disahkan
Sulawesi Selatan
Makassar
Sudah Disahkan
Maluku Utara
Ternate/A. Yani
Proses Pengesahan
Maluku
Ambon
Proses Pengesahan
Papua Barat
Sorong
Belum Ada
Papua
Jayapura
Belum Ada
= Prioritas berdasarkan demand
Konektivitas
Demand Barang
NA
NA
12,159,370.00
91,973,386.00
61,262,665.00
4,254,327.00
12,726,016.00
1,716,176.00
8,265,935.00
36,911,510.00
57,855,480.00
4,310,168.00
5,392,986.00
3,637,552.00
8,538,780.00
555,428.00
3,259,256.00
Rekomendasi
Utama
Pendukung
v
v
v
v
v
v*
v*
v
Memadai
Perlu Diintegrasikan
Perlu Percepatan
Perlu Percepatan
Memadai
v
v
Memadai
v
v
Memadai
v
-
Perlu Diintegrasikan
v
v*
Perlu Percepatan
v
v
v*
-
Perlu Percepatan
Perlu Diintegrasikan
v
v*
Perlu Percepatan
v
v*
Perlu Percepatan
v
-
Perlu Diintegrasikan
v
-
Perlu Diintegrasikan
v
v*
Memadai
v
-
Perlu Diintegrasikan
Integrasi Jaringan Akses Pendukung
Pelabuhan (2)
Provinsi
Nama Pelabuhan
Status Rencana Induk
Aceh
Lhokseumawe
Belum Disahkan
Sumatera Utara
Belawan
Sudah Disahkan
Batam
Dumai
Pekanbaru
Sudah Disahkan
Sudah Disahkan
Belum Disahkan
Kuala Tungkal
Sudah Disahkan
Talang Duku
Tanjung Siapi-api
Sudah Disahkan
Belum Ada
Palembang Boom
Sudah Disahkan
Jawa Tengah
Jawa Barat
Tanjung Intan
Cilamaya
Proses Pengesahan
Sudah Disahkan
Kalimantan Barat
Pontianak
Belum Ada
Sulawesi Tengah
Pantoloan
Proses Pengesahan
Bau-bau
Proses Pengesahan
Kendari
Belum Ada
NTT
Tenau/Kupang
Sudah Disahkan
NTB
Bima
Biak
Proses Pengesahan
Proses Pengesahan
Merauke
Belum Ada
Kepulauan Riau
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Sulawesi Tenggara
Papua
= Prioritas berdasarkan demand
Demand Barang
3,232,353.00
11,840,694.00
NA
NA
38,233,000.00
9,086,151.26
NA
NA
7,675,624.00
NA
NA
6,902,288.00
11,844,437.00
39,548,045.00
374,673.00
NA
NA
780,561.00
Konektivitas
Utama
Pendukung
Rekomendasi
v
v*
Memadai
v
v
Memadai
v
v
v
v*
-
Memadai
Memadai
Perlu Diintegrasikan
v
-
Perlu Diintegrasikan
v
v
v*
Memadai
Perlu Percepatan
v
-
Perlu Diintegrasikan
v
v
v*
Perlu Diintegrasikan
Memadai
v
v*
Perlu Percepatan
v
-
Perlu Diintegrasikan
v
-
Perlu Diintegrasikan
v
-
Perlu Diintegrasikan
v
-
Perlu Diintegrasikan
v
v
-
Perlu Diintegrasikan
Perlu Diintegrasikan
v
-
Perlu Diintegrasikan
Integrasi Jaringan Akses Pendukung Pelabuhan (3)
Provinsi
Nama Pelabuhan
Status Rencana Induk
Demand Barang
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Lampung
Malahayati
Kuala Tanjung
Teluk Bayur
Panjang
Belum Disahkan
Sudah Disahkan
Sudah Disahkan
Sudah Disahkan
NA
NA
12,159,370.00
91,973,386.00
Konektivitas
Utama
Pendukung
v
v
v
v*
v
v*
Rekomendasi
Memadai
Perlu Diintegrasikan
Perlu Percepatan
Perlu Percepatan
Provinsi
Nama Pelabuhan
Status Rencana Induk
Demand Barang
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Sampit
Banjarmasin
Balikpapan
Samarinda
Bitung
Makassar
Proses Pengesahan
Proses Pengesahan
Proses Pengesahan
Sudah Disahkan
Sudah Disahkan
Sudah Disahkan
1,716,176.00
8,265,935.00
36,911,510.00
57,855,480.00
4,310,168.00
5,392,986.00
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Selatan
Konektivitas
Pendukun
Utama
g
v
v
Provinsi
Nama
Pelabuhan
Status Rencana
Induk
Maluku Utara
Ternate/A.
Yani
Proses
Pengesahan
Proses
Pengesahan
Konektivitas
Utama
Pendukung
v
v
v*
v
v*
v
v
v*
v
v*
Demand Barang
Rekomendasi
Perlu Diintegrasikan
Perlu Percepatan
Perlu Percepatan
Perlu Diintegrasikan
Perlu Percepatan
Perlu Percepatan
Konektivitas
Penduku Rekomendasi
Utama
ng
Perlu
v
Diitegrasikan
Perlu
v
Diintegrasikan
Provinsi
Nama
Pelabuhan
Status Rencana
Induk
Demand Barang
DKI Jakarta
Tanjung Priok
Sudah Disahkan
61,262,665.00
Jawa Tengah
Tanjung Emas Sudah Disahkan
4,254,327.00
v
v
Memadai
Maluku
Ambon
Jawa Timur
Tanjung Perak Sudah Disahkan
12,726,016.00
v
v
Memadai
Papua Barat
Sorong
Belum Ada
555,428.00
v
v*
Memadai
Papua
Jayapura
Belum Ada
3,259,256.00
v
-
Perlu
Diintegrasikan
Rekomendasi
Memadai
3,637,552.00
8,538,780.00
Analisis Integrasi Fungsi Akses Pendukung Pelabuhan
Konsep Dasar
Kriteria Evaluasi Integrasi Fungsi (Pelabuhan)
PELABUHAN UTAMA
No.
KRITERIA
PELABUHAN PENGUMPUL
TERKONEKSI
DENGAN AKSES
UTAMA YAITU
JALAN NASIONAL
TERKONEKSI
DENGAN AKSES
PENDUKUNG (JALAN
TOL DAN/ATAU
KERETA API)
TERKONEKSI
DENGAN AKSES
UTAMA YAITU
JALAN NASIONAL
TERKONEKSI
DENGAN AKSES
PENDUKUNG
(JALAN TOL
DAN/ATAU KERETA
API)
KETERANGAN
1
TERITEGRASI
FUNGSI
ADA – SESUAI
ADA – SESUAI
ADA – SESUAI
BELUM ADA – (BARU
DIRENCANAKAN)
2
TERINTEGRASI
DENGAN
CATATAN
ADA - SESUAI
BELUM ADA – (BARU
DIRENCANAKAN)
ADA - SESUAI
TIDAK ADA
PERLU
DIPERCEPAT
3
BELUM
TERINTEGRASI
ADA –
BELUM SESUAI
TIDAK ADA
ADA –
BELUM SESUAI
TIDAK ADA
PERLU
DIINTEGRASIKAN
MEMADAI
Integrasi Fungsi Akses Pendukung Pelabuhan (1)
No
Nama
Provinsi
Pelabuhan Utama
1
Aceh
Sabang
2
Sumatera
Utara
Kuala Tanjung
3
4
5
Sumatera
Barat
Kepulauan
Riau
Akses Utama
Tahun
Jaringan
Status
Diputuskan
Jalan
Fungsi
Jalan
Eksisting
v
Nasional
Jalan
2015
v
Nasional
Jaringan Tol
Akses Pendukung
Status
Jaringan
Fungsi
Kereta Api
Status
Fungsi
Keterangan
-
-
-
-
Memadai
-
-
-
-
Memadai
Belawan
Eksisting
v
Jalan
Nasional
v (tidak ada ket
tahun)
Jalan
Nasional
2015
Utama
Perlu
Percepatan
Padang
Eksisting
v
Jalan
Nasional
-
-
2020
Utama
Perlu
Percepatan
Batu Ampar
Eksisting
v
-
-
-
-
Memadai
Sekupang
Eksisting
v
-
-
-
-
Memadai
Kabil
Eksisting
v
-
-
-
-
Memadai
Dumai
Eksisting
v
v (tidak ada ket
tahun)
Jalan
Nasional
2025
Utama
Perlu
Percepatan
Kuala Enok
2015
v
-
-
-
-
Memadai
-
-
-
-
Memadai
-
-
-
-
Memadai
Utama
Perlu
Percepatan
Riau
Jalan
Nasional*
Jalan
Nasional
Jalan
Nasional
Jalan
Nasional
Jalan
Nasional
Jalan
Nasional
Jalan
Nasional*
6
Bengkulu
Pulau Baai
2015
v
7
Jambi
Ujung Jabung
2020
v
Tanjung Api-Api
2020
v
Jalan
Nasional*
-
-
2025
8
Sumatera
Selatan
Boom Baru
Eksisting
v
Jalan
Nasional
-
-
-
Rekomendasi
Perlu
Percepatan
Pembangunan
Perlu
Percepatan
Pembangunan
Perlu
Percepatan
Pembangunan
Perlu
Percepatan
Pembangunan
Memadai
9
Lampung
Panjang
Eksisting
v
Jalan
Nasional
v (tidak ada ket
tahun)
Jalan
Nasional
2025
Utama
Perlu
Percepatan
10
Banten
Banten
Eksisting
v
Jalan
Nasional
v
Jalan
Nasional
2020
Utama
Perlu
Percepatan
11
Jawa Barat
Cilamaya
Eksisting
v
Jalan
Nasional
-
-
2030
Utama
Perlu
Percepatan
Perlu
Percepatan
Pembangunan
Perlu
Percepatan
Pembangunan
Perlu
Percepatan
Pembangunan
Integrasi Fungsi Akses Pendukung Pelabuhan (2)
Provinsi
Nama Pelabuhan
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Lampung
Malahayati
Kuala Tanjung
Teluk Bayur
Panjang
Akses Utama
Jalan
Nasional
Nasional
Nasional
Nasional
Akses Pendukung
Tol
Kereta Api
Utama
Nasional
Utama
Nama Pelabuhan
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Sampit
Banjarmasin
Balikpapan
Samarinda
Bitung
Makassar
Sulawesi Utara
Sulawesi Selatan
Nama Pelabuhan
DKI Jakarta
Jawa Tengah
Jawa Timur
Tanjung Priok
Tanjung Emas
Tanjung Perak
Akses Utama Akses Pendukung
Tol
Jalan
Kereta Api
Nasional
Nasional Utama
Nasional
Utama
Nasional
Nasional Utama
Memadai
Perlu Diintegrasikan
Perlu Percepatan
Perlu Percepatan
Provinsi
Kalimantan Timur
Provinsi
Rekomendasi
Akses Utama
Jalan
Nasional
Nasional
Nasional
Nasional
Nasional
Nasional
Rekomendasi
Memadai
Memadai
Memadai
Provinsi
Maluku Utara
Maluku
Papua Barat
Papua
Akses Pendukung
Tol
Kereta Api
Nasional
Utama
Nasional
Utama
Nasional
Utama
Nasional
Utama
Utama
Akses Utama
Jalan
Ternate/A. Yani
Nasional
Ambon
Nasional
Sorong
Nasional*
Jayapura
Nasional
Nama Pelabuhan
Rekomendasi
Perlu Diintegrasikan
Perlu Percepatan
Perlu Percepatan
Perlu Percepatan
Perlu Percepatan
Perlu Percepatan
Akses Pendukung
Rekomendasi
Tol
Kereta Api
Perlu Diintegrasikan
Perlu Diintegrasikan
Utama
Perlu Percepatan
Perlu Diintegrasikan