INTEGRASI SISTEM TRANSPORTASI ANTARMODA

(Analisis Awal dari Progress Penelitian)

Ir. Zulfkri, MSc., DEA
KAPUSLITBANG MANAJEMEN TRANSPORTASI MULTIMODA

FGD Menko Perekonomian
25 Mei 2015 di Hotel Aryaduta – Jakarta

Urutan Pemaparan

Pendahuluan
Tinjauan Keterpaduan Transportasi Dalam Undang-undang
Integrasi Rencana Induk Transportasi

Analisis Integrasi Jaringan Akses Pendukung Pelabuhan

Analisis Integrasi Fungsi Akses Pendukung Pelabuhan

Pendahuluan

 Peran transportasi : pengembangan wilayah untuk

keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah,
serta membentuk struktur tata ruang.
 Pembangunan transportasi : keterpaduan jaringan
pelayanan dan prasarana secara antarmoda dan intramoda,
dan menyelaraskan peraturan perundangan-undangan yang
terkait dengan penyelenggaraan transportasi.
 Permasalahan : interkoneksi pada simpul transportasi yang
berfungsi sebagai titik temu yang memfasilitasi alih moda.
karena mengacu pada rencana induk yang masih bersifat
sektoral.  Integrasi Rencana Induk Transportasi

SISTRANAS (KM 49/2005)
Cetak Biru Sistranas Pada Tataran Transportasi Nasional (Tatranas)
Cetak Biru Sistranas Pada Tataran Transportasi Wilayah Propinsi (Tatrawil)
Cetak Biru Sistranas Pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok)

UU
17/200
7 ttg
RPJPN

2005 2025

RPJMN
2015 –
2019

UU
26/2006
ttg
Penataan
Ruang

RTRW
N
(PP
26/2008
),
RTRW
P,
RTRW

K

UU 38/
2004 ttg
Jalan

Rencana
Umum
Jaringan
Jalan
Nasional

UU
22/2009
ttg LLAJ

Rencana
Induk
LLAJ
Nasional


UU 23/2007
ttg KA

UU 17/2008
ttg Pelayaran

UU 1/2009 ttg
Penerbangan

Tatanan KA
Nasional

Tatanan
Kepelabuhanan
Nasional

Tatanan
Kebandar
udaraan

Nasional

Rencana Induk
Perkeretaapian
Nasional

Rencana
Induk
Jaringan
Penyebera
ngan
Nasional

RENSTRA Kementerian Perhubungan

Rencana Investasi Sarana dan Prasarana Perhubungan

Rencana
Induk
Pelabuhan

Nasional

Rencana
Induk
Nasional
Bandar Udara

Keterpaduan/Integrasi Rencana Induk Transportasi
UNDANG-UNDANG
TRANSPORTASI
• UU
NO.33/2004 TENTANG JALAN

UNDANG-UNDANG
KERUANGAN
• RENCANA
TATA RUANG WILAYAH

• UU NO.22/2009 TENTANG LALU LINTAS
DAN ANGKUTAN JALAN

• UU NO.23/2008 PERKERETAAPIAN
• UU NO.17/2009 TENTANG PELAYARAN
• UU NO.1/2009 TENTANG PENERBANGAN

NASIONAL
• RENCANA TATA RUANG PULAU
• RENCANA TATA RUANG PROVINSI
• RENCANA TATA RUANG KABUPATEN /
KOTA

TATARAN
TRANSPORTASI
1. TATARAN
TRANSPORTASI
NASIONAL
(TATRANAS)

2. TATARAN
TRANSPORTASI
WILAYAH (TATRAWIL)

3. TATARAN
TRANSPORTASI
LOKAL (TATRALOK)

TERPAD
U/TERINTEGR
ASI

MODA
TRANSPORTASI
BLUE PRINT /
RENCANA INDUK
TRANSPORTASI:
1.JALAN;
2.PERKERETAAPIAN;
3.PELAYARAN;
4.PENERBANGAN.

KELEMBAGA
AN


Tinjauan Keterpaduan Transportasi
dalam Undang-undang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 22 TAHUN 2009
TENTANG
LALU LINTAS DAN ANGKUTAN
JALAN
Menimbang :
a. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan mempunyai peran strategis
…….;
 b. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan sebagai bagian dari sistem
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
transportasi
nasional harus
INDONESIA

dikembangkan
potensi
dan2004
perannya
NOMOR 38
TAHUN
…...;
TENTANG JALAN
Menimbang :
a. bahwa jalan sebagai salah satu
prasarana transportasi …………. ;
b. bahwa jalan sebagai bagian

sistem transportasi nasional
mempunyai peranan penting
terutama dalam mendukung bidang
ekonomi, sosial dan budaya serta
UNDANG-UNDANG
REPUBLIK
lingkungan

………..;
INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 2007
TENTANG
PERKERETAAPIAN
Menimbang :
a.bahwa transportasi mempunyai
peranan penting ……………………..;
b.
bahwa perkeretaapian
sebagai salah satu moda transportasi
dalam sistem transportasi nasional

Sistem Transportasi Nasional
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 17 TAHUN 2008
TENTANG
PELAYARAN
Menimbang :
a. bahwa Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah ………;
b. bahwa dalam upaya mencapai
tujuan nasional berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, mewujudkan
Wawasan Nusantara serta
memantapkan ketahanan nasional
diperlukan sistem
transportasi nasional untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi,
pengembangan wilayah, dan
memperkukuh kedaulatan negara;
c. bahwa pelayaran yang terdiri
atas angkutan di perairan,
kepelabuhanan, keselamatan dan
keamanan pelayaran, dan
perlindungan lingkungan maritim,
merupakan bagian dari sistem
transportasi nasional yang
harus dikembangkan potensi dan
peranannya untuk mewujudkan
sistem transportasi yang efektif
dan efsien, serta membantu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2009
TENTANG
PENERBANGAN
Menimbang:
a. bahwa Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah ……….;
b. bahwa dalam upaya mencapai
tujuan nasional berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, mewujudkan
Wawasan Nusantara serta
memantapkan ketahanan nasional
diperlukan sistem
transportasi nasional yang
mendukung pertumbuhan
ekonomi, pengembangan wilayah,
mempererat hubungan
antarbangsa, dan memperkukuh
kedaulatan negara;
c. bahwa penerbangan merupakan
bagian dari sistem
transportasi nasional yang
mempunyai karakteristik mampu
bergerak dalam waktu cepat,
menggunakan teknologi tinggi,
padat modal, manajemen yang
andal, serta memerlukan jaminan
keselamatan dan keamanan yang
8
optimal, ……..;

“Keterpaduan” Dalam Undang-Undang Transportasi

UU 23/2007 Tentang Perkeretaapian
Pasal 2:
Perkeretaapian sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem
transportasi nasional diselenggarakan berdasarkan asas:
manfaat; keadilan; keseimbangan; kepentingan umum;
keterpaduan; kemandirian; transparansi; akuntabilitas; dan
berkelanjutan.
Pasal 8:
1.b. Rencana induk perkeretaapian nasional disusun dengan
memperhatikan rencana induk jaringan moda transportasi
lainnya.
Pasal 15:
Dalam melakukan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14, Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus
mengintegrasikan perekeretaapian dengan moda
transportasi lainnya.

“Keterpaduan” Dalam Undang-Undang Transportasi-2

UU 22/2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Pasal 2:
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diselenggarakan dengan
memperhatikan asas: transparan; akuntabel; berkelanjutan;
partisipatif; bermanfaat; efisien dan efektif; seimbang; terpadu;
dan mandiri.
Pasal 3:
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diselenggarakan dengan tujuan:
a. terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda
angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional,
memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan
kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat
bangsa.

“Keterpaduan” Dalam Undang-Undang Transportasi-3

UU 17/2008 Tentang Pelayaran
Pasal 1:

15. Tatanan Kepelabuhanan Nasional adalah suatu sistem
kepelabuhanan yang memuat peran, fungsi, jenis, hirarki
pelabuhan, Rencana Induk Pelabuhan Nasional, dan lokasi
pelabuhan serta keterpaduan intra dan antarmoda serta
keterpaduan dengan sektor lainnya.
Pasal 2:
Pelayaran diselenggarakan berdasarkan asas: manfaat; usaha
bersama dan kekeluargaan; persaingan sehat; adil dan merata
tanpa diskriminasi; keseimbangan, keserasian, dan keselarasan;
kepentingan umum; keterpaduan; tegaknya hukum;
kemandirian; berwawasan lingkungan hidup; kedaulatan negara;
dan kebangsaan.

“Keterpaduan” Dalam Undang-Undang Transportasi-4

UU 1/2009 Tentang Penerbangan
Pasal 1:
32. Tatanan Kebandarudaraan Nasional adalah sistem
kebandarudaraan secara nasional yang menggambarkan
perencanaan bandar udara berdasarkan rencana tata ruang,
pertumbuhan ekonomi, keunggulan komparatif wilayah, kondisi
alam dan geografi, keterpaduan intra dan antarmoda
transportasi, kelestarian lingkungan, keselamatan dan
keamanan penerbangan, serta keterpaduan dengan sektor
pembangunan lainnya
Pasal 2:
Penerbangan diselenggarakan berdasarkan asas: manfaat; usaha
bersama dan kekeluargaan; adil dan merata; keseimbangan,
keserasian, dan keselarasan; kepentingan umum; keterpaduan;
tegaknya hukum; kemandirian; keterbukaan dan anti monopoli;
berwawasan lingkungan hidup; kedaulatan negara; kebangsaan
dan kenusantaraan.

Integrasi Rencana Induk Transportasi

Peran dan Fungsi Rencana Induk Transportasi

 PERAN :
Pembangunan dan pengembangan infrastruktur
transportasi agar terencana, terintegrasi, tepat
guna, efisien dan efektif membutuhkan kerangka
dasar rencana pembangunan/pengembangan yang
diwujudkan dalam suatu Rencana Induk.
 FUNGSI :
Rencana induk transportasi merupakan arah dan
kebijakan transportasi (dan/atau suatu prasarana
transportasi) pada tatarannya, yang penyusunannya
diperintahkan dalam undang-undang transportasi.

Sinergitas Dalam Penyusunan Rencana Induk

RTRW
N/P/K

TATANA
N
TRANSPORTAS
I

POTENSI
(DEMAN
D)

MASTER
PLAN /
RENCAN
A INDUK

TATARA
N
TRANSPORTAS
I

KETERPADUA
N

Konsep Integrasi Rencana Induk Transportasi Nasional

SINERGI

KEBIJAKAN
INTEGRASI

Proses Integrasi Rencana Induk
 INTEGRASI JARINGAN, yaitu terintegrasinya sistem jaringan
prasarana dan jaringan pelayanan baik intra moda maupun antar moda.
 INTEGRASI FUNGSI, yaitu terintegrasinya rencana pengembangan
fungsi dari sistem transportasi yang dibangun sehingga memberikan nilai
kemanfaatan yang besar dalam pelayanan transportasi multi moda, juga
terintegrasinya rencana pembangunan dan pengembangan oleh
pemerintah daerah dan pusat, juga antara pemerintah dan
masyarakat (swasta)
 INTEGRASI WAKTU PELAKSANAAN (WAKTU PENGOPERASIAN),
yaitu terintegrasinya rencana waktu pelaksanaan dari setiap moda
baik dari proses perencanaan, pembangunan hingga tahap
pengoperasiannya.
 INTEGRASI PEMBIAYAAN, yaitu terintegrasinya rencana pembiayaan
khususnya dalam skema pembiayaan pembangunan sedemikian
sehingga terwujud sinergi yang saling mendukung antar moda.
 INTEGRASI KELEMBAGAAN, yaitu tersinerginya koordinasi antar
lembaga dalam suatu kerangka perencanaan, pelaksanaan dan
pengoperasian dari berbagai moda yang saling terintegrasi.

Analisis Integrasi Jaringan Akses Pendukung Pelabuhan

Pengembangan Asumsi Kebutuhan Jaringan Akses Pendukung

 ASUMSI
Kebutuhan Akses Pendukung dilihat dari kemampuaan Jaringan Jalan sebagai AKSES UTAMA.
Pelayanan akses utama Pelabuhan dan Bandara pada tahap awal dilayani oleh jaringan jalan
Nasional dengan standar 4/2 D. Kelas Jalan Kelas I.
Kapasitas dasar jalan 4/2 D adalah 1900 smp/jam/lajur.
Untuk 4 Lajur = 1900 x 4 = 7600 smp/jam atau 7600 x 24 x 365 = 66.576.000 smp/tahun
Dengan kapasitas Optimal = 0,8 x Kapasitas Maksimal x (60 % pergerakan Mix Traffic)
= 53.260.800 x 0,6 = 31.956.480 smp/tahun
Sehingga :
Untuk angkutan barang di Pelabuhan :
Asumsi : 1 kendaraan ~ 10 Ton/kendaraan, maka jumlah pergerakan maksimal yang dilayani
adalah =
= (53.260.800 x 0,6 x 1,3) / 10 = 4.154.342 ton/tahun ~ 4.000.000 ton/tahun
Jadi untuk Pelabuhan dengan Traffic Barang Minimal 4.000.000 ton/tahun, sudah harus
disiapkan akses pendukung (Tol dan/atau KA)

Kriteria Evaluasi Integrasi Jaringan (Pelabuhan)

No.

KRITERIA

PROGRAM PRIORITAS

NON PROGRAM PRIORITAS

TRAFFIC BARANG = 4.000.000 TON/TAHUN

TRAFFIC BARANG < 4.000.000
TON/TAHUN *)

TERHUBUNG AKSES
UTAMA/JALAN RAYA

TERHUBUNG
AKSES
PENDUKUNG
(KERETA API)

TERHUBUNG
AKSES UTAMA /
JALAN RAYA

TERHUBUNG
AKSES
PENDUKUNG
(KERETA API)

KETERANGAN

1

TERITEGRASI
JARINGAN
PRASARANA

ADA

ADA

ADA

SUDAH
DIRENCANAKAN

MEMADAI

2

TERINTEGRASI
DENGAN
CATATAN

ADA

SUDAH
DIRENCANAKAN

ADA

TIDAK ADA

PERLU
DIPERCEPAT

3

BELUM
TERINTEGRASI

ADA

TIDAK ADA

RENCANA INDUK
BELUM ADA

TIDAK ADA

PERLU
DIINTEGRASIKAN

*) Pada Pelabuhan Non Program Prioritas, namun memiliki Traffic > 4.000.000 Ton/tahun maka evaluasi dilakukan seperti Program Prioritas

Integrasi Jaringan Akses Pendukung
Pelabuhan (1)
Provinsi

Nama Pelabuhan

Status Rencana
Induk

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Lampung
DKI Jakarta

Malahayati
Kuala Tanjung
Teluk Bayur
Panjang
Tanjung Priok

Belum Disahkan
Sudah Disahkan
Sudah Disahkan
Sudah Disahkan
Sudah Disahkan

Jawa Tengah

Tanjung Emas

Sudah Disahkan

Jawa Timur

Tanjung Perak

Sudah Disahkan

Kalimantan Tengah

Sampit

Proses Pengesahan

Kalimantan Selatan

Banjarmasin

Proses Pengesahan

Kalimantan Timur

Balikpapan
Samarinda

Proses Pengesahan
Sudah Disahkan

Sulawesi Utara

Bitung

Sudah Disahkan

Sulawesi Selatan

Makassar

Sudah Disahkan

Maluku Utara

Ternate/A. Yani

Proses Pengesahan

Maluku

Ambon

Proses Pengesahan

Papua Barat

Sorong

Belum Ada

Papua

Jayapura

Belum Ada

= Prioritas berdasarkan demand

Konektivitas
Demand Barang
NA
NA
12,159,370.00
91,973,386.00
61,262,665.00
4,254,327.00
12,726,016.00
1,716,176.00
8,265,935.00
36,911,510.00
57,855,480.00
4,310,168.00
5,392,986.00
3,637,552.00
8,538,780.00
555,428.00
3,259,256.00

Rekomendasi

Utama

Pendukung

v
v
v
v
v

v*
v*
v

Memadai
Perlu Diintegrasikan
Perlu Percepatan
Perlu Percepatan
Memadai

v

v

Memadai

v

v

Memadai

v

-

Perlu Diintegrasikan

v

v*

Perlu Percepatan

v
v

v*
-

Perlu Percepatan
Perlu Diintegrasikan

v

v*

Perlu Percepatan

v

v*

Perlu Percepatan

v

-

Perlu Diintegrasikan

v

-

Perlu Diintegrasikan

v

v*

Memadai

v

-

Perlu Diintegrasikan

Integrasi Jaringan Akses Pendukung
Pelabuhan (2)

Provinsi

Nama Pelabuhan

Status Rencana Induk

Aceh

Lhokseumawe

Belum Disahkan

Sumatera Utara

Belawan

Sudah Disahkan

Batam
Dumai
Pekanbaru

Sudah Disahkan
Sudah Disahkan
Belum Disahkan

Kuala Tungkal

Sudah Disahkan

Talang Duku
Tanjung Siapi-api

Sudah Disahkan
Belum Ada

Palembang Boom

Sudah Disahkan

Jawa Tengah
Jawa Barat

Tanjung Intan
Cilamaya

Proses Pengesahan
Sudah Disahkan

Kalimantan Barat

Pontianak

Belum Ada

Sulawesi Tengah

Pantoloan

Proses Pengesahan

Bau-bau

Proses Pengesahan

Kendari

Belum Ada

NTT

Tenau/Kupang

Sudah Disahkan

NTB

Bima
Biak

Proses Pengesahan
Proses Pengesahan

Merauke

Belum Ada

Kepulauan Riau
Riau
Jambi

Sumatera Selatan

Sulawesi Tenggara

Papua

= Prioritas berdasarkan demand

Demand Barang

3,232,353.00
11,840,694.00
NA
NA
38,233,000.00
9,086,151.26
NA
NA
7,675,624.00
NA
NA
6,902,288.00
11,844,437.00

39,548,045.00
374,673.00
NA
NA
780,561.00

Konektivitas
Utama
Pendukung

Rekomendasi

v

v*

Memadai

v

v

Memadai

v
v
v

v*
-

Memadai
Memadai
Perlu Diintegrasikan

v

-

Perlu Diintegrasikan

v
v

v*

Memadai
Perlu Percepatan

v

-

Perlu Diintegrasikan

v
v

v*

Perlu Diintegrasikan
Memadai

v

v*

Perlu Percepatan

v

-

Perlu Diintegrasikan

v

-

Perlu Diintegrasikan

v

-

Perlu Diintegrasikan

v

-

Perlu Diintegrasikan

v
v

-

Perlu Diintegrasikan
Perlu Diintegrasikan

v

-

Perlu Diintegrasikan

Integrasi Jaringan Akses Pendukung Pelabuhan (3)
Provinsi

Nama Pelabuhan

Status Rencana Induk

Demand Barang

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Lampung

Malahayati
Kuala Tanjung
Teluk Bayur
Panjang

Belum Disahkan
Sudah Disahkan
Sudah Disahkan
Sudah Disahkan

NA
NA
12,159,370.00
91,973,386.00

Konektivitas
Utama
Pendukung
v
v
v
v*
v
v*

Rekomendasi
Memadai
Perlu Diintegrasikan
Perlu Percepatan
Perlu Percepatan

Provinsi

Nama Pelabuhan

Status Rencana Induk

Demand Barang

Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan

Sampit
Banjarmasin
Balikpapan
Samarinda
Bitung
Makassar

Proses Pengesahan
Proses Pengesahan
Proses Pengesahan
Sudah Disahkan
Sudah Disahkan
Sudah Disahkan

1,716,176.00
8,265,935.00
36,911,510.00
57,855,480.00
4,310,168.00
5,392,986.00

Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Selatan

Konektivitas
Pendukun
Utama
g
v
v

Provinsi

Nama
Pelabuhan

Status Rencana
Induk

Maluku Utara

Ternate/A.
Yani

Proses
Pengesahan
Proses
Pengesahan

Konektivitas
Utama
Pendukung
v
v
v*
v
v*
v
v
v*
v
v*

Demand Barang

Rekomendasi
Perlu Diintegrasikan
Perlu Percepatan
Perlu Percepatan
Perlu Diintegrasikan
Perlu Percepatan
Perlu Percepatan

Konektivitas
Penduku Rekomendasi
Utama
ng
Perlu
v
Diitegrasikan
Perlu
v
Diintegrasikan

Provinsi

Nama
Pelabuhan

Status Rencana
Induk

Demand Barang

DKI Jakarta

Tanjung Priok

Sudah Disahkan

61,262,665.00

Jawa Tengah

Tanjung Emas Sudah Disahkan

4,254,327.00

v

v

Memadai

Maluku

Ambon

Jawa Timur

Tanjung Perak Sudah Disahkan

12,726,016.00

v

v

Memadai

Papua Barat

Sorong

Belum Ada

555,428.00

v

v*

Memadai

Papua

Jayapura

Belum Ada

3,259,256.00

v

-

Perlu
Diintegrasikan

Rekomendasi
Memadai

3,637,552.00
8,538,780.00

Analisis Integrasi Fungsi Akses Pendukung Pelabuhan

Konsep Dasar

Kriteria Evaluasi Integrasi Fungsi (Pelabuhan)

PELABUHAN UTAMA
No.

KRITERIA

PELABUHAN PENGUMPUL

TERKONEKSI
DENGAN AKSES
UTAMA YAITU
JALAN NASIONAL

TERKONEKSI
DENGAN AKSES
PENDUKUNG (JALAN
TOL DAN/ATAU
KERETA API)

TERKONEKSI
DENGAN AKSES
UTAMA YAITU
JALAN NASIONAL

TERKONEKSI
DENGAN AKSES
PENDUKUNG
(JALAN TOL
DAN/ATAU KERETA
API)

KETERANGAN

1

TERITEGRASI
FUNGSI

ADA – SESUAI

ADA – SESUAI

ADA – SESUAI

BELUM ADA – (BARU
DIRENCANAKAN)

2

TERINTEGRASI
DENGAN
CATATAN

ADA - SESUAI

BELUM ADA – (BARU
DIRENCANAKAN)

ADA - SESUAI

TIDAK ADA

PERLU
DIPERCEPAT

3

BELUM
TERINTEGRASI

ADA –
BELUM SESUAI

TIDAK ADA

ADA –
BELUM SESUAI

TIDAK ADA

PERLU
DIINTEGRASIKAN

MEMADAI

Integrasi Fungsi Akses Pendukung Pelabuhan (1)
No

Nama
Provinsi

Pelabuhan Utama

1

Aceh

Sabang

2

Sumatera
Utara

Kuala Tanjung

3

4

5

Sumatera
Barat

Kepulauan
Riau

Akses Utama
Tahun
Jaringan
Status
Diputuskan
Jalan
Fungsi
Jalan
Eksisting
v
Nasional
Jalan
2015
v
Nasional

Jaringan Tol

Akses Pendukung
Status
Jaringan
Fungsi
Kereta Api

Status
Fungsi

Keterangan

-

-

-

-

Memadai

-

-

-

-

Memadai

Belawan

Eksisting

v

Jalan
Nasional

v (tidak ada ket
tahun)

Jalan
Nasional

2015

Utama

Perlu
Percepatan

Padang

Eksisting

v

Jalan
Nasional

-

-

2020

Utama

Perlu
Percepatan

Batu Ampar

Eksisting

v

-

-

-

-

Memadai

Sekupang

Eksisting

v

-

-

-

-

Memadai

Kabil

Eksisting

v

-

-

-

-

Memadai

Dumai

Eksisting

v

v (tidak ada ket
tahun)

Jalan
Nasional

2025

Utama

Perlu
Percepatan

Kuala Enok

2015

v

-

-

-

-

Memadai

-

-

-

-

Memadai

-

-

-

-

Memadai

Utama

Perlu
Percepatan

Riau

Jalan
Nasional*
Jalan
Nasional
Jalan
Nasional
Jalan
Nasional
Jalan
Nasional
Jalan
Nasional
Jalan
Nasional*

6

Bengkulu

Pulau Baai

2015

v

7

Jambi

Ujung Jabung

2020

v

Tanjung Api-Api

2020

v

Jalan
Nasional*

-

-

2025

8

Sumatera
Selatan

Boom Baru

Eksisting

v

Jalan
Nasional

-

-

-

Rekomendasi

Perlu
Percepatan
Pembangunan
Perlu
Percepatan
Pembangunan

Perlu
Percepatan
Pembangunan

Perlu
Percepatan
Pembangunan

Memadai

9

Lampung

Panjang

Eksisting

v

Jalan
Nasional

v (tidak ada ket
tahun)

Jalan
Nasional

2025

Utama

Perlu
Percepatan

10

Banten

Banten

Eksisting

v

Jalan
Nasional

v

Jalan
Nasional

2020

Utama

Perlu
Percepatan

11

Jawa Barat

Cilamaya

Eksisting

v

Jalan
Nasional

-

-

2030

Utama

Perlu
Percepatan

Perlu
Percepatan
Pembangunan
Perlu
Percepatan
Pembangunan
Perlu
Percepatan
Pembangunan

Integrasi Fungsi Akses Pendukung Pelabuhan (2)

Provinsi

Nama Pelabuhan

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Lampung

Malahayati
Kuala Tanjung
Teluk Bayur
Panjang

Akses Utama
Jalan
Nasional
Nasional
Nasional
Nasional

Akses Pendukung
Tol
Kereta Api
Utama
Nasional
Utama

Nama Pelabuhan

Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan

Sampit
Banjarmasin
Balikpapan
Samarinda
Bitung
Makassar

Sulawesi Utara
Sulawesi Selatan

Nama Pelabuhan

DKI Jakarta
Jawa Tengah
Jawa Timur

Tanjung Priok
Tanjung Emas
Tanjung Perak

Akses Utama Akses Pendukung
Tol
Jalan
Kereta Api
Nasional
Nasional Utama
Nasional
Utama
Nasional
Nasional Utama

Memadai
Perlu Diintegrasikan
Perlu Percepatan
Perlu Percepatan

Provinsi

Kalimantan Timur

Provinsi

Rekomendasi

Akses Utama
Jalan
Nasional
Nasional
Nasional
Nasional
Nasional
Nasional

Rekomendasi
Memadai
Memadai
Memadai

Provinsi
Maluku Utara
Maluku
Papua Barat
Papua

Akses Pendukung
Tol
Kereta Api
Nasional
Utama
Nasional
Utama
Nasional
Utama
Nasional
Utama
Utama

Akses Utama
Jalan
Ternate/A. Yani
Nasional
Ambon
Nasional
Sorong
Nasional*
Jayapura
Nasional

Nama Pelabuhan

Rekomendasi
Perlu Diintegrasikan
Perlu Percepatan
Perlu Percepatan
Perlu Percepatan
Perlu Percepatan
Perlu Percepatan

Akses Pendukung
Rekomendasi
Tol
Kereta Api
Perlu Diintegrasikan
Perlu Diintegrasikan
Utama
Perlu Percepatan
Perlu Diintegrasikan