ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERNAK ITIK PETELUR DENGAN SISTEM INTENSIF DAN TRADISIONAL DI KABUPATEN PRINGSEWU
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERNAK ITIK PETELUR DENGAN SISTEM INTENSIF DAN TRADISIONAL
DI KABUPATEN PRINGSEWU
(Skripsi)
Oleh :
ELVITA FENIARTI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2010
(2)
ABSTRAK
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERNAK ITIK PETELUR DENGAN SISTEM INTENSIF DAN TRADISIONAL
DI KABUPATEN PRINGSEWU
Oleh
Elvita Feniarti1, Hanung Ismono2, dan Achdiansyah Soelaiman2
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui kelayakan finansial usaha peternakan itik secara intensif dan tradisional di Kecamatan Ambarawa dan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu, (2) Mengetahui pengaruh adanya perubahan kenaikan biaya produksi, penurunan harga jual telur itik, dan jumlah hasil produksi terhadap kelayakan finansial usaha peternakan itik secaran intensif dan tradisional di Kecamatan Ambarawa dan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. Pemilihan lokasi menggunakan metode Sampling Purposive. Data Primer yang digunakan diperoleh dari kuisioner dan wawancara langsung. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur, media cetak dan beberapa instansi seperti Badan Pusat Statistika dan Dinas Peternakan. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2010. Analisis yang dilakukan meliputi kelayakan usaha dari perhitungan NPV, IRR, Gross B/C, Net B/C, Payback Period, dan Sensitivitas saat terjadinya kenaikan harga pakan, penurunan harga telur dan penurunan produksi telur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Usaha ternak itik petelur di Kabupaten Pringsewu dengan sistem intensif secara finansial menguntungkan dan layak dikembangkan pada tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 16%, (2) Perhitungan analisis finansial ternak itik petelur prospektif untuk dikembangkan dan
menguntungkan pada tingkat suku bunga yang berlaku. Usaha ternak itik ini merupakan unit usaha yang stabil meski terjadi penurunan produksi telur itik sampai dengan 20%, penurunan harga jual telur itik sampai dengan 16,67% dan kenaikan harga pakan sampai 10%.
Kata Kunci : Itik, analisis kelayakan, Pringsewu.
Keterangan :
1
(Sarjana Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian)
2
(3)
ABSTRACT
FINANCIAL FEASIBLITY ANALYSIS DUCK LAYING EGGS WITH TRADITIONAL AND INTENSIVE SYSTEM IN PRINGSEWU DISTRICT
By
Elvita Feniarti1, Hanung Ismono2, dan Achdiansyah Soelaiman2
This research had purposes to: (1) determine the financial feasibility of intensive and traditional farming ducks in Ambarawa and Gadingrejo Sub-District
Pringsewu District, (2) determine the effects of the increase production cost, decrease price duck eggs, and number the production result on financial feasibility of intensively and traditionally duck farm in Ambarawa and Gadingrejo Sub-District Pringsewu District.
Location of the research was chosen purposively. The primary data was collected by interviewing farmers and using structured questioners. The secondary data was collected from literatures, news paper, and information from some institutions, such as Animal Husbandry Department and Central Bureau of Statistics. The research was conducted on April 2010. The analysis was conducted on the feasibility of calculating the NPV, IRR, Gross B/C, Net B/C, Payback Period and Sensitivity analysis of feed price, egg selling price and egg production.
The result showed that: (1) duck farming in Pringsewu District, where intensive and traditional systems, financially feasible to be developed on the accerting interest rate (i.e 16%), (2) the calculation of the financial analysis of prospective duck farm to be developed and profitable on the accerting interest rate. Duck farming will be stable even if duck egg production decline up to 20%, selling prices of duck eggs decline up to 16,67% and feed prices rise up to 10 %.
Keywords : duck, feasibility analysis, Pringsewu.
1
Scholar of Social Economic Department, Faculty of Agriculture, the University of Lampung
2
(4)
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERNAK ITIK PETELUR DENGAN SISTEM INTENSIF DAN TRADISIONAL
DI KABUPATEN PRINGSEWU
Oleh
ELVITA FENIARTI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
pada
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2010
(5)
Judul Skripsi : ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERNAK ITIK PETELUR DENGAN SISTEM
INTENSIF DAN TRADISIONAL DI KABUPATEN PRINGSEWU
Nama Mahasiswa :
Elvita Feniarti
Nomor Pokok Mahasiswa : 0514021022Jurusan / Program Studi : Sosial Ekonomi Pertanian / Agribisnis
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI,
1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P Ir. Achdiansyah Soelaiman, M.S NIP. 19620623 198603 1 003 NIP. 19560826 198603 1 001
2. Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M. P. NIP. 19620623 198603 1 003
(6)
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P ...
Sekretaris : Ir. Achdiansyah Soelaiman, M.S .………...
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Ir. M. Irfan Affandi, M.Si …………..
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 06 Maret 1987. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Bustami Sa‟ad (almarhum) dan Ibu Siti Saleha, S.Pd.I. Penulis menyelesaikan studi tingkat Sekolah Dasar (SD) di SDN 2 Labuhan Ratu pada tahun 1999 , pendidikan Sekolah lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTPN 9 Bandar Lampung pada tahun 2002, dan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di MAN 1 (MODEL) Bandar Lampung pada tahun 2005. Penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Agribisnis pada tahun 2005 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) Selama di bangku kuliah, penulis pernah menjadi Panitia perlombaab word blank and spelling (SEC) tahun 2005, Pemenang ketiga perlombaan Be Entrepreneur With Pojok BNI di Universitas Lampung tahun 2008, Pada tahun 2008 mengikuti Kuliah Kerja lapang (KKL) selama delapan hari ke Malang, Bali Dan Yogyakarta. Asisten Dosen pada mata kuliah Kewirausahaan semester genap tahun 2009, Melaksanakan Praktik Umum selama empat puluh hari pada tahun 2009 di Perusahaan Juang Jaya Abdi Alam.
Selama masa perkuliahan, penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan kampus diantaranya: Sosek English Club (SEC) periode 2005-2006, FOSI (Forum Studi Islam) periode 2006-2007.
(8)
SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji hanya kepada Allah SWT, yang telah memberikan cahaya dan hikmah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Muhammad Rasulullah SAW, yang telah memberikan teladan dalam setiap kehidupan, juga kepada keluarga, sahabat, dan penerus risalahnya yang mulia.
Dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Finansial Ternak Itik Petelur dengan Sistem Intensif dan Tradisional di Kabupaten Pringsewu”, banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasehat, serta saran-saran yang membangun, karena itu dengan rendah hati penulis
mengucapkan terimakasih yang tak terhingga nilainya kepada :
1. Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P., sebagai Ketua jurusan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, sekaligus sebagai Pembimbing Pertama, yang telah memberikan bimbingan, masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan.
2. Ir. Achdiansyah Soelaiman, M.S., sebagai Pembimbing Kedua, yang telah memberikan bimbingan, masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan.
3. Dr. Ir. M. Irfan Affandi, M.Si., sebagai sebagai Dosen Penguji Skripsi ini atas saran, arahan dan nasehatnya.
(9)
4. Ir. Umi Kalsum, M.S., sebagai Dosen Pembimbing Akademik atas bantuan dan sarannya selama masa kuliah.
5. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., sebagai Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
6. Ir. Eka Kasymir, M.S., dan Novi Rasanti, S.P., selaku Penanggung Jawab Laboratorium Analisis Agribisnis dan Ekonomi Pertanian atas bantuan dan arahan yang telah diberikan.
7. Bapak Suparlan, Tasno, Haris dan Kakak Nandi yang telah banyak memberi informasi mengenai data-data dalam skripsi ini.
8. Seluruh Dosen dan Karyawan di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian (Mba Iin, Mba Ai, Mas Bukhari, Mas Kardi, Pak Margono dan Mas Boim) atas semua bantuan yang telah diberikan.
9. Orang tuaku Tercinta, Mamaku tersayang Siti Saleha, S.Pd.I dan Papa ku tersayang Bustami Saat (Almarhum), Kakakku tercinta Lia Desiani, A.Md dan adikku tersayang Irfansyah Putra, atas semua limpahan kasih sayang, dukungan, doa, dan bantuan yang telah diberikan hingga tercapainya gelar Sarjana Pertanian ini.
10. Sahabat dan Teman-teman AGB 05; Novi, Anggun, Resti, Hanum, Eni,
Dayang,Yuli, Shinta, Ganis, Della, Friska, Fitri, Ade, Mary, April, Twe, Aty, Nining, Mitha, Resi, Kombe, Ninda, Dita, Ocha, Tio, Koko, Ari, Budi, Deni, Indra, Arif, Sutris, Niko, Oki dan yang senantiasa memberikan bantuan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta atas
(10)
11. Teman-teman AGB 06 (Eliya, Dina Meliana, Erni, Astri, Rani, Rini, Harly, Astari, Rahma Dina, Astria, Yuni Fransiska, Nuriavita, Tiar, Dina Iryanti, Arif). Terima kasih atas semangat, kebersamaan, kecerian, bantuan yang telah diberikan selama ini.
12. Rekan-rekan Pkp „05, Atu n kiyai ‟03 dan ‟04, adinda Sosek ‟06, ‟07, ‟08 , 09 dan rekan-rekan FP Unila atas persahabatan dan kerjasamanya selama ini.
13. Semua pihak yang telah membantu demi terselesainya skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan dan memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua. Semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhirnya, penulis meminta maaf jika ada kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun.
Bandar Lampung, November 2010 Penulis,
(11)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... i
DAFTAR GAMBAR ... ii
DAFTAR LAMPIRAN ... iii
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Tujuan Penelitian ... 10
C. Kegunaan Penelitian ... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 11
A. Tinjauan Pustaka ... 11
1. Budidaya Itik ... 11
a. Karakteristik Komoditas ... 11
b. Kandang Itik ... 12
c. Pemilihan Pembibitan Ternak Itik ... 16
d. Pakan Itik ... 19
e. Tata Laksana Pemeliharaan Itik ... 21
f. Gizi Pakan Itik ... 25
g. Hama dan Penyakit ... 27
h. Panen dan Pasca Panen ... 28
2. Analisis Finansial ... 29
1. Net Present Value (NPV) ... 32
2. Internal Rate of Return (IRR) ... 33
3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) ... 34
4. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) ... 35
5. Payback Period (Pp) ... 35
3. Analisis Sensitivitas ... 36
4. Analisis Titik Impas (Break Event Point) ... 38
B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 40
C. Kerangka Pemikiran ... 41
III. METODE PENELITIAN ... 45
(12)
B. Penentuan Lokasi, Responden dan Waktu Penelitian ... 50
C. Metode Penelitian dan Pengumpulan data ... 52
D. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 52
1. Analisis Finansial ... 53
a. Net Present Value (NPV) ... 53
b. Internal rate of return (IRR) ... 54
c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) ... 55
d. Gross benefit cost ratio (gross B/C) ... 55
e. Periode kembali modal (Payback periode) ... 56
2. Analisis Sensitivitas ... 57
3. Analisis Titik Impas ... 59
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 60
A. Gambaran Umum Kabupaten Pringsewu ... 60
B. Gambaran Umum Kecamatan Ambarawa ... 64
C. Gambaran Umum Kecamatan Gadingrejo ... 69
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 73
A. Usaha Budidaya Itik Petelur ... 73
1. Bididaya itik petelur dengan sistem intensif ... 73
a. Lokasi usaha ... 73
b. Persiapan kandang ... 74
c. Peralatan ... 75
d. Bibit itik petelur ... 75
e. Penggunaan bibit itik ... 76
f. Rontok bulu ... 77
g. Pakan dan vitamin itik ... 78
h. Pemeliharaan kandang ... 80
i. Pemanenan ... 81
j. Pemasaran ... 82
2. Budidaya ternak itik dengan sistem tradisional ... 83
a. Lokasi Peternakan Itik... 83
b. Pakan dan tingkat kematian itik ... 84
c. Pengelompokkan Itik ... 85
d. Sistem dan lokasi pengembalaan itik ... 86
(13)
1. Asumsi-asumsi analsisi finansial ... 87
2. Analisis finansial pemeliharaan itik petelur. ... 89
a. Biaya usaha peternakan itik petelur secara intensif ... 89
b. Penerimaan peternakan itik secara intensif ... 93
c. Biaya usaha peternakan itik petelur secara tradisional ... 94
d. Analisis finansial ternak itik petelur ... 97
C. Analisis Titik Impas ... 103
D. Analisis Sensitivitas ... 104
VI. Simpulan dan Saran ... 112
A. Simpulan ... 112
B. Saran ... 112
(14)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Nilai gizi telur itik dan telur ayam per 100 gram telur ... 2 2. Populasi ternak itik di Provinsi Lampung per Kabupaten/ Kota
tahun 2008 ... 5 3. Kelebihan dan kekurangan pemeliharaan itik petelur secara
tradisional dan intensif ... 6 4. Populasi ternak unggas di Kabupaten Pringsewu per Kecamatan
tahun 2008 ... 8 5. Kebutuhan beberapa nutrisi itik tipe petelur ... 20 6. Banyaknya penduduk Kabupaten Pringsewu per Kecamatan
menurut pemeluk agama tahun 2008 ... 62 7. Banyaknya pekon (desa) / kelurahan per Kecamatan di
Kabupaten Pringsewu tahun 2008 ... 63 8. Luas panen dan produksi padi sawahdi Kabupaten Pringsewu
tahun 2008 ... 64 9. Penduduk Kecamatan Ambarawa menurut pekon, jenis kelamin
dan sex ratio tahun 2007 ... 66 10. Data kepadatan penduduk Kecamatan Ambarawa Kabupaten
Pringsewu tahun 2009 ... 67 11. Data panjang ruas jalan di Kecamatan Ambarawa Kebupaten
Pringsewu ... 68 12. Luas tanah dan peruntukannya (ha) di Kecamatan Ambarawa
tahun 2009 ... 69 13. Area pengembalaan itik secara tradisional di Kecamatan
(15)
14. Biaya variabel pada pemeliharaan itik petelur di Kecamatan
Gadingrejo ... 92 15. Penerimaan dan pemeliharaan itik intensif di Kecamatan
Gadingrejo ... 94 16. Biaya transportasi peternakan itik petelur secara tradisional ... 96 17. Biaya operasional ternak itik petelur dengan sistem tradisional di
Kecamatan Ambarawa... ... 97 18. Analisis Finansial Ternak Itik Petelur di Kecamatan
Gadingrejo ... 98 19. Analisis Finansial Ternak Itik Petelur di Kecamatan
Ambarawa ... 98 20. Analisis sensitivitas pada perubahan penurunan produksi telur,
penurunan harga jual telur, kenaikan biaya produksi (pakan) pada tingkat suku bunga 16 % pada usaha peternakan itik di
Kecamatan Gadingrejo ... 106 21. Analisis sensitivitas pada perubahan penurunan produksi telur,
penurunan harga jual telur pada tingkat suku bunga 16 % pada
(16)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Atap kandang tipe Shade (miring tunggal) ... 15
2. Atap kandang tipe monitor (miring ganda) ... 15
3. Atap kandang tipe gable (kombinasi panggung dan lantai) ... 16
4. Break Event Point (Analisis Titik Impas) ... 40
5. Kerangka pemikiran analisis kelayakan ternak itik petelur dengan sistem intensif dan tradisional di Kabupaten Pringswu ... 44
6. Mesin penghancur keong ... 79
7. Pemberian pakan itik ... 79
8. Pemanenan telur itik petelur... 81
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Biaya penyusutan peralatan dan umur ekonomis ... 1 2. Rugi laba usaha itik petelur secara intensif di Kecamatan
Gadingrejo (tahun 1) ... 2 3. Rugi laba usaha itik petelur secara intensif di Kecamatan
Gadingrejo (tahun 2) ... 3 4. Rugi laba usaha itik petelur secara intensif di Kecamatan
Gadingrejo (tahun 3) ... 4 5. Penerimaan dan pengeluaran pada tahun 1 sampai 15 (sistem
intensif di Kecamatan Gadingrejo ... 5 6. Penurunan produksi telur itik secara intensif sebesar 20%
di Kecamatan Gadingrejo ... 7 7. Penurunan harga telur itik dengan sistem intensif sebesar 16,67%
Di Kecamatan Gadingrejo ... 9 8. Kenaikan harga pakan itik petelur dengan sistem intensif
sebesar 10% di Kecamatan Gadingrejo... 11 9. Analisis finansial usaha ternak itik secara intensif di Kecamatan
Gadingrejo dengan suku bunga 16% per tahun ... 13 10. Analisis finansial usaha peternakan itik petelur secara intensif
di Kecamatan Gadingrejo pada penurunan produksi telur 20%... 14 11. Analisis finansial usaha peternakan itik petelur secara intensif
di Kecamatan Gadingrejo pada penurunan harga telur
itik 16,67% ... 15 12. Analisis finansial usaha peternakan itik petelur secara intensif
di Kecamatan Gadingrejo pada kenaikan harga pakan
itik 10% ... 16 13. Perhitungan laju kepekaan analisis sensitivitas... 17
(18)
14. Analisis sensitivitas pada perubahan penurunan produksi telur , penurunan harga jual telur, kenaikan biaya produksi (pakan) pada tingkat suku bunga 16% per tahun pada usaha peternakan
itik petelur di Kecamatan Gadingrejo ... 18 15. Rugi laba usaha itik petelur secara tradisional di Kecamatan
Ambarawa (tahun 1) ... 19 16. Rugi laba usaha itik petelur secara tradisional di Kecamatan
Ambarawa (tahun 2) ... 20 17. Rugi laba usaha itik petelur secara tradisional di Kecamatan
Ambarawa (tahun 3)... ... 21 18. Penerimaan dan pengeluaran pada tahun 1 sampai 15 (sistem
tradisional di Kecamatan Ambarawa ... 22 19. Penurunan produksi telur itik secara tradisional sebesar 20%
di Kecamatan Ambarawa ... 23 20. Penurunan harga telur itik secara tradisional sebesar 16,67%
di Kecamatan Ambarawa ... 24 21. Analisis finansial usaha ternak itik secara tradisional di Kecamatan
Ambarawa dengan suku bunga 16% per tahun ... 25 22. Analisis finansial usaha peternakan itik petelur secara tradisional
di Kecamatan Ambarawa pada penurunan produksi telur 20% ... 26 23. Analisis finansial usaha peternakan itik petelur secara tradisional
di Kecamatan Ambarawa pada penurunan harga telur
itik 16,67% ... 27 24. Perhitungan laju kepekaan analisis sensitivitas ... 28 25. Analisis sensitivitas pada perubahan penurunan produksi telur ,
penurunan harga jual telur pada tingkat suku bunga 16% per tahun pada usaha peternakan itik petelur di
(19)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan peternakan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan pertanian, terutama pada saat terjadinya krisis ekonomi dan mengalami kontraksi pertumbuhan yang negatif 1,92 % , menyebabkan suatu fluktuasi yang amat tajam dalam sejarah peternakan di Indonesia (Bustanul Arifin, 2010), oleh karena itu peningkatan pembangunan peternakan harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan yang pada akhirnya akan
meningkatkan kesejahteraan petani peternak. Untuk meningkatkan pembangunan peternakan saat ini pola pendekatan pembangunan melalui pengembangan
kawasan agribisnis berbasis peternakan, sehingga masyarakat peternak benar-benar dalam usahanya mulai berpikir bisnis untuk mencari keuntungan. Agribisnis berbasis peternakan itu sendiri adalah salah satu fenomena yang tumbuh pesat ketika basis lahan menjadi terbatas, tuntunan sistem usahatani terpadupun menjadi semakin rasional, seiring dengan tuntutan efisiensi dan efektivitas penggunaan lahan, tenaga kerja, modal dan faktor produksi lain yang amat terbatas tersebut (Arifin, 2010). Pengembangan kawasan agribisnis
peternakan sangat terkait dengan lingkungan sekitarnya khususnya yang berbasis pada lahan pertanian (agroekosistem) seperti ekosistem perusahaan, perkebunan, perikanan dan ekosistem lainnya. Keterpaduan peternakan dengan agroekosistem
(20)
tersebut, maka komoditas ternak dapat menjadi unggulan atau sebagai penunjang, tergantung pada tingkat potensi serta pendapatan dari produk pertanian yang dihasilkan dari kawasan tersebut. (Dinas Peternakan Dan Kesehatan Provinsi Lampung, 2003)
Perkembangan usaha peternakan unggas di Indonesia relatif lebih maju
dibandingkan usaha ternak yang lain. Hal ini tercermin dari kontribusinya yang cukup luas dalam memperluas lapangan kerja, peningkatan pendapatan
masyarakat dan terutama sekali dalam pemenuhan kebutuhan makanan bernilai gizi tinggi (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, 2003). Salah satu usaha perunggasan yang cukup berkembang di Indonesia adalah usaha ternak itik. Ternak itik saat ini tidak sepopuler ternak ayam, akan tetapi itik mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur dan daging. Apabila dibandingkan dengan ternak unggas yang lain, ternak itik mempunyai kelebihan diantaranya adalah memiliki daya tahan terhadap penyakit, oleh karena itu usaha ternak itik memiliki resiko yang relatif lebih kecil dan sangat potensial untuk dikembangkan. Itik mempunyai kandungan protein telur itik cukup tinggi yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai Gizi Telur Itik dan Telur Ayam Per 100 Gram Telur Jenis Telur Kalori
(kkal)
Lemak (g)
Protein (g)
Kalsium (mg)
Besi (mg) Vita. A
(SI)
Telur Itik 163 14.3 13.1 56 2.8 1 230
Telur Ayam 189 11.5 12.8 54 2.7 900
(21)
Ternak itik merupakan penyumbang terhadap produksi telur nasional yang cukup signifikan, yakni sebagai penyumbang kedua terbesar setelah ayam ras. Itik berperan sebagai penghasil telur dan daging, sebanyak 19,35% dari 793.800 ton kebutuhan telur di Indonesia diperoleh dari telur itik (Ditjennak, 2005). Ukuran telurnya lebih besar dari telur ayam kampung, ternak itik mudah pemeliharaannya, mudah beradaptasi dengan kondisi setempat serta merupakan bagian dari
kehidupan masyarakat tani pedesaan.
Itik mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan unggas lain yaitu (1) dari segi laju pertumbuhannya, ternak itik dapat tumbuh lebih cepat, (2) ternak itik diyakini jauh lebih tahan terhadap penyakit, (3) dalam bentuk usaha peternakan rakyat, peternakan itik dapat diusahakan dengan memanfaatkan peralatan yang amat sangat sederhana, (4) dalam usaha peternakan itik yang diusahakan secara digembalakan (tradisional), dapat memanfaatkan alam sekitar di mana banyak terdapat sumber-sumber karbohidrat dan protein yang terbuang sia-sia seperti sisa-sisa panen padi di sawah, cacing, ikan-ikan kecil di sungai-sungai dan itik
memiliki instink berkelompok (flocking instinct) yang amat kuat, sehingga dapat membantu dalam hal pengendalian terutama untuk model pemeliharaan yang bersifat ekstensif (digembalakan), (5) kulit telur itik pada umumnya lebih tebal yang mempunyai arti penting dalam hal mengurangi resiko pecah atau retak terutama dalam penanganan (product handling) dan transportasi, (6) saat bertelur pada itik biasanya terjadi serentak pada pagi hari yaitu sebelum matahari terbit, sehingga pengambilan telur dalam kandang bisa dilakukan dengan satu kali saja. Hal ini terjadi suatu penghematan tenaga kerja yang cukup berarti, (7) kemampuan berproduksinya lebih lama, (8) secara umum harga produk ternak
(22)
itik baik untuk komoditi telur atau daging terasa lebih stabil dibandingkan dengan jenis unggas lain. (Hendra, 2009)
Itik pun mempunyai beberapa prospek peluang usaha yang cukup menjanjikan yaitu (1) produksi ternak itik 200-240 butir telur per ekor per tahun, dengan asumsi harga jual Rp 1.200 per butir, telur itik sangat potensial sebagai sumber pendapatan dan merupakan usaha baru yang prospektif, disamping sebagai sumber protein hewani keluarga petani, (2) permintaan pasar terhadap produk itik (telur dan daging) secara nasional masih besar, untuk mengantisipasi lonjakan permintaan tersebut, pemeliharaan itik secara tradisional maupun intensif layak dikembangkan, (3) telur itik cukup disukai oleh pembeli, baik untuk dimakan sehari-hari maupun sebagai bahan baku pembuatan makanan ringan lainnya seperti kue, (4) semakin naiknya kebutuhan masyarakat akan bahan pangan kaya protein hewani, sebagai akibat membaiknya pendapatan dan pengetahuan gizi. ( Sentra Bisnis UKM, 2009)
Propinsi Lampung dengan letak geografisnya merupakan daerah yang sangat strategis dan potensial untuk pengembangan industri peternakan, mengingat potensi dan daya dukung lahan cukup besar yang dapat menampung sekitar 1,41 juta satuan ternak. Sementara saat ini baru 36,43 % satuan ternak yang ada, sehingga masih bisa menampung 63,56 % satuan ternak lagi (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, 2008). Hal ini juga didukung oleh sumber daya manusia dan kelembagaan yang bergerak di bidang pembangunan peternakan.
(23)
Populasi ternak baik ternak pemerintah maupun ternak rakyat yang terbesar di seluruh wilayah Lampung merupakan aset yang perlu diamankan, dibina dan dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat mewujudkan sekaligus
mempertahankan Lampung sebagai Lumbung Ternak. (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, 2003)
Populasi ternak itik di Provinsi Lampung cukup baik dan sangat baik untuk mengembangkan peternakan di Provinsi Lampung. Populasi ternak itik provinsi Lampung dapat disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Populasi Ternak Itik di Provinsi Lampung Per Kabupaten / Kota tahun 2008 (ekor)
No Kabupaten/ Kota 2003 2004 2005 2006 2007 2008 1 Kab. Lampung Barat 43,692 44,633 45,812 45,988 54,115 64,88 2 Kab. Tanggamus 112 60,77 43,329 68,415 74,634 80,094 3
Kab. Lampung
Selatan 264,35 315,58 277,55 66,618 64,457 51,04
4 Kab. Pesawaran 0 0 0 0 0 12,594
5 Kab. Lampung Timur 46,548 46,548 46,548 57,18 50,039 53,55 6
Kab. Lampung
Tengah 72,036 72,483 74,654 66,157 65,719 63,825 7 Kab. Lampung Utara 25,501 30,868 30,968 19,639 13,402 14,595 8 Kab. Way Kanan 14,52 16,985 20,837 15,634 20,202 20,587 9 Kab. Tulang Bawang 40,411 41,647 71,671 84,959 108,47 138,49 10
Kota Bandar
Lampung 5,795 6,99 6,975 6,842 6,597 6,933
11 Kota Metro 10,288 12,306 10,562 8,135 9,822 25,518 Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung tahun 2009 Pada Tabel 2 terlihat bahwa populasi ternak itik di Provinsi Lampung dari tahun 2003 sampai pada tahun 2008 mengalami fluktuasi pertumbuhan. Pada
(24)
Kabupaten Pringsewu) terutamanya telah mengalami penurunan dan kenaikan populasi itik yang cukup signifikan, yaitu pada tahun 2003 - 2006, hal ini disebabkan oleh krisis ekonomi yang melanda Indonesia yang berpengaruh terhadap perkembangan populasi ternak terutama di provinsi lampung dan juga disebabkan oleh permodalan yang sulit untuk diakses oleh peternak, kualitas bibit dan produktivitas ternak di Lampung masih rendah. (Dinas peternakan dan
Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, 2008). Pada tahun selanjutnya di daerah Pringsewu terjadi kestabilan dan kenaikan yang cukup baik.
Kabupaten Pringsewu merupakan sentra peternakan itik terbesar kedua setelah Kabupaten Tulang Bawang. Kabupaten ini merupakan sentra peternakan itik yang baik dimana masyarakat yang berternak itik masih memanfaatkan cara peternakan secara tradisional (digembalakan) dan intensif (terkurung). Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pemeliharaan itik petelur tradisional dan intensif, dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3. Kelebihan dan Kekurangan Pemeliharaan Itik Petelur secara Tradisional dan Intensif
No Aspek Kegiatan Tradisional Intensif
1 Investasi yang dibutuhkan Rendah Tinggi
2 Teknologi yang dipakai Mudah Sulit
3 Efisiensi tenaga kerja Rendah Tinggi
4 Produktivitas pekerja Sangat rendah Lebih tinggi
5 Efisiensi lahan Rendah Tinggi
6 Penanggulangan penyakit Sulit Mudah
7 Pengembangan usaha Sulit Mudah
(25)
Beternak secara sistem tradisional yaitu sistem pemeliharaan dimana ternak itik dilepas atau digembalakan di sawah setelah musim panen untuk mencari makanan sendiri. Produksi telurnya sangat bergantung pada ketersediaan pakan di sawah. Ternak itik yang dipelihara secara tradisional mampu menghasilkan telur ± 120-125 butir/ ekor/tahun.(Sarworini, 2002)
Beternak itik secara intensif (dikandangkan) adalah Itik tidak lagi digembalakan di sawah untuk mencari makan sendiri, tetapi pakan dan minum disediakan dalam kandang. Air untuk berenang-renang tidak disediakan sehingga itik hanya
memanfaatkan energinya untuk produksi telur. Sistem intensif memiliki
keuntungan yaitu produktivitas telur lebih tinggi, kesehatan dan keselamatan itik lebih terjamin serta biaya pemeliharaan lebih efisien. Sistem pemeliharaan intensif telurnya dapat mencapai lebih dari 200 – 225 butir/ekor/tahun (Sarworini, 2002).
Itik yang dikandangkan mampu menghasilkan telur yang lebih banyak dengan produksi yang lebih stabil dan lebih baik dibandingkan dengan sistem tradisional (digembalakan). Pertimbangan ekonomis lainnya untuk memelihara itik secara intensif adalah dapat menghemat tenaga. Seorang peternak dalam sistem penggembalaan hanya mampu merawat paling banyak 100 ekor itik, sedangkan dengan cara dikandangkan mampu merawat 600-1.000 ekor itik sekaligus. (Rochjat, 2000)
Pemeliharaan Ternak itik yang berada di Kabupaten Pringsewu cukup baik, dengan memanfaatkan persawahan yang ada disekitar peternakan itik tersebut dan dapat memenuhi pakan itik, yang baik bagi pertumbuhan telur dan gizinya.
(26)
Populasi ternak unggas yang berada di Kabupaten Pringsewu dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Populasi Ternak Unggas di Kabupaten Pringsewu per Kecamatan tahun 2008
No Kecamatan Ayam Ayam Ras Ayam Ras Itik
Buras Petelur Pedaging
1 Pardasuka 8.776 - - 4.256
2 Ambarawa 12.418 - 5.000 18.056
3 Pagelaran 12.039 - 10.000 2.676
4 Pringsewu 19.730 23.500 20.000 5.196
5 Gadingrejo 13.610 72.000 1.620.000 8.846
6 Sukoharjo 18.550 18.550 41.000 3.420
7 Banyumas 8.550 3.000 958
8 Adiluwih 14.871 5.000 42.200 3.840
Jumlah 108.544 119.050 1.741.200 47.248
Sumber : Kabupaten Tanggamus dalam Angka tahun 2009
Salah satu populasi ternak itik di Kabupaten Pringsewu yaitu berada di Kecamatan Ambarawa yaitu 18.056 (sistem tradisional) dan Kecamatan Gadingrejo yaitu 8.846 (Sistem Intensif). Pada Kecamatan Ambarawa memiliki persawahan yang cukup baik dan sebagian peternak menggunakan lahan sawah dengan luas
1.383,80 Ha, untuk memenuhi pakan alternatif itik. (Kecamatan Ambarawa dalam Angka, 2008)
Pengembangan usaha peternakan itik ini diharapkan dapat membantu peternak itik dalam mengelola usahanya. Permasalahan yang dihadapi peternak itik terutama modal yang kurang dalam penyediaan sarana produksi. Harga sarana produksi peternakan itik terutama harga pakan yang merupakan komponen terbesar dari
(27)
biaya produksi ternak itik. Walaupun dalam beternak itik terdapat banyak kendala dan resiko yang dihadapi, tetapi prospek dan potensi itik di Lampung sangat cerah, sehingga membuat peternak di Kecamatan Ambarawa dan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tetap berusaha ternak itik tersebut. Oleh karena itu,
dibutuhkan analisis kelayakan finansial mengenai usaha peternak itik ini, sehingga dapat diketahui kelayakan usaha tersebut dapat dikembangkan.
Analisis finansial berkaitan dengan masalah keuntungan pendapatan (revenue earning) yang diperoleh oleh suatu proyek atau usaha. Hal ini berkaitan dengan masalah apakah proyek yang bersangkutan sanggup menjamin dana yang
dibutuhkan dan apakah sanggup membayar kembali serta apakah proyek tersebut bisa menjamin kelangsungan hidupnya secara finansial (Sanusi, 2000). Berkaitan pula dengan sistem yang diterapkan pada peternakan itik yaitu sistem secara tradisional dan intensif.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, dapat diidentifikasi perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah usaha peternakan itik secara intensif dan tradisional di Kecamatan Ambarawa dan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu layak secara finansial? 2. Apakah usaha peternakan itik secara intensif dan tradisional di Kecamatan
Ambarawa dan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tetap layak setelah adanya perubahan kenaikan biaya produksi, penurunan harga jual telur itik dan jumlah hasil produksi?
(28)
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk
1. Mengetahui kelayakan finansial usaha peternakan itik secara intensif dan tradisional di Kecamatan Ambarawa dan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. 2. Mengetahui pengaruh adanya perubahan kenaikan biaya produksi, penurunan
harga jual telur itik, dan jumlah hasil produksi terhadap kelayakan finansial usaha peternakan itik secaran intensif dan tradisional di Kecamatan Ambarawa dan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.
C. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
1. Peternak itik, sebagai masukan dalam mengambil keputusan dan penggunaan faktor-faktor produkasi dalam pengelolaannya usaha ternaknya untuk
mencapai efisiensi usaha, kelangsungan usaha dan memaksimalkan keuntungan, serta untuk mengetahui sistem pemeliharaan yang baik untuk kelangsungan pengembangan peternakannya.
2. Dinas / Instansi terkait, sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan, serta memberikan penyuluhan tentang pemahaman gizi itik yang baik dengan memanfaatkan pakan alternaitf yang mudah didapat disekitar peternak.
(29)
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Budidaya Itik
a. Karakteristik Komoditas
Itik tegal merupakan itik Indian runner dari jenis itik jawa (Anas javanivus). Dinamakan itik tegal karena berkembang dan banyak dipelihara di Tegal. Itik tegal ini tergolong sebagai itik tipe petelur produktif. Karakteristik itik tegal yakni berbadan langsing dengan postur tubuh tegak lurus (tidak horizontal) pada saat berjalan dan jika dilihat dari arah kepala, leher, punggung sampai belakang, bentuknya menyerupai botol. Tubuhnya langsing dengan berat tubuh rata-rata 1,5 kg per ekor. Kepalanya kecil, matanya bersinar terang dan terletak agak di bagian atas. Lehernya panjang dan bulat, tinggi badannya antara 45-50 cm. Warna bulu itik tegal cukup bervariasi, tetapi warna yang paling banyak dijumpai adalah kecoklat-coklatan, akan tetapi yang dinilai sangat produktif adalah itik tegal yang berbulu “branjangan”, yaitu warna bulu bertotol cokelat. Selain itu ada juga yang berwarna putih bersih, putih kekuning-kuningan, abu-abu hitam, atau warna campurannya. Itik ini tidak mempunyai sifat mengerami telurnya. Mempunyai daya tahan tinggi dan dapat berjalan jauh.
(30)
Itik tegal mulai bertelur pada umur 5,5 – 6 bulan, tetapi masa produksi telur itik tegal terjadi pada umur 1-2 tahun. Masa bertelur ini bisa berlangsung sampai 3 kali. Lama bertelur mencapai 11 bulan per
tahunnya. Setelah bertelur, itik akan mengalami masa istirahat selama 3-3,5 bulan. Pada saat inilah bulu-bulunya rontok. Setelah masa istirahat, itik mulai bertelur kembali. Hasil telur itik tegal dapat mencapai 250 butir/ ekor/ tahunnya, berat telurnya berkisar antara 60 – 70 gram/ butir. (Argono, 2008)
b. Kandang Itik
Sama halnya seperti ternak ayam, maka ternak itik juga memerlukan kandang terutama pada malam hari. Oleh karena itu kandang itik harus memenuhi syarat- syarat sebagai berikut :
1. Mempunyai luas yang cukup untuk jumlah itik yang di pelihara, maupun untuk rencana perluasan usaha.
2. Terpisah dari tempat pemukiman atau rumah 3. Mempunyai ventilasi udara yang cukup.
4. Cukup masuk sinar matahari, kandang sebaiknya menghadap ke timur. 5. Mudah dibersihkan, lantai kandang harus lebih tinggi dari tanah sekelilingnya dan harus padat lantainya. Tinggi kandangnya harus cukup bagi peternak untuk bekerja didalamnya.
6. Di dalam kandang tersedia alat perlengkapan pokok (tempat makan, tempat minum, alat pemanas buatan, tempat bertelur) bagi kepentingan hidup itik yang bersangkutan.
(31)
7. Terletak di daerah yang tenang, aman dan mempunyai sumber air yang cukup dan bersih.
8. Di sekeliling kandang dibuat parit pembuang air dan jarak antar kandang cukup jauh, minimum 1 x lebar kandang.
Ada 3 sistem dan tipe kandang yang dianjurkan yaitu : 1) Kandang Boks untuk Anak Itik (DOD)
Anak itik berumur 0 hari (DOD) sampai 3 minggu dapat ditempatkan dalam kandang berbentuk boks. Kandang boks ini dapat dibuat dari papan atau bambu. Lantai kandang dapat terbuatdari kawat kasa (ram ayam) atau anyaman bambu dengan jarak anyaman 1-1.5 cm. Dengan jarak selebar ini, diperkirakan keadaan kandang menjadi bersih, karena kotoran itik bisa langsung jatuh kebawah, tanpa membuat kaki anak itik terperosok. Dengan ukuran luas 1 m2, kandang boks inin dapat menampung 50 ekor anak itik (DOD).
2) Kandang koloni sistem ren
Kandang koloni sistem ren mempunyai dua ruangan kandang dengan fungsi yang berbeda. Ruangan pertama merupakan tempat bagi itik untuk tidur, beristirahat dan bertelur dan dinaungi atap, sedangkan ruangan kedua merupakan tempat bagi itik untuk makan, minum. Kandang ren ini dianggap paling praktis bagi penempatan itik dara maupun itik dewasa yang dipelihara tanpa air. Kandang ini dapat disekat-sekat untuk menggolongkan itik kedalam beberapa kelompok
(32)
sesuai dengan umurnya. Satu kelompok biasanya terdiri dari 60-100 ekor itik yang sama umurnya.
Lantai kandang yang beratap perlu diberi alas karena digunakan untuk tidur dan bertelur. Bahan alas yang digunakan bersifat empuk, tidak mudah memadat, kering agak lembab, hangat dan dapat mencegah telur agar tidak mudah pecah serta kebersihannya terjamin. Contoh, sekam, jerami atau campuran pasir kering, sekam padi dan kapur tohor dengan perbandingan 2 : 3 : 1. Bahan alas tersebut ditaburkan di atas lantai setebal 10 – 15 cm. (Sandhy, 1998)
3) Kandang koloni sistem potstal
Kandang koloni merupakan kandang yang dapat ditempati beberapa ekor itik sekaligus. Adapun yang dimaksud dengan kandang koloni sistem potstal adalah kandang yang seluruh ruangannya dinaungi atap. Seluruh kegiatan itik, mulai dari makan, minum, bertelur dilakukan di dalam kandang. Sepanjang hari itik benar-benar dikurung tanpa pernah keluar kandang. Dalam satu kandang dapat menampung 35 ekor itik, dengan luas kandang 3 x 3 meter.
Ketiga sistem kandang diatas dapat dilengkapi dengan kolam atau danau buatan agar itik yang dipelihara tidak merasa dibatasi kehidupannya. Atap kandang itik mempunyai 3 macam tipe untuk daerah tropis antara lain :
(33)
1. Tipe Shade (miring tunggal). Tipe ini memungkian masuknya sinar matahari secara langsung sehingga akan mengurangi bau amoniak dalam kandang. Tipe Shade ini cocok untuk daerah yang tanahnya kering. Contoh kandang itik tipe shade lantai, dengan kapasitas 100 ekor dan ukuran kandang 4 x 4 meter serta denah kandangnya.
Gambar 1. Atap kandang tipe Shade (miring tunggal)
2. Tipe Monitor (atap miring ganda) adalah tipe atap yang cocok untuk kandang itik di daerah bertanah basah dan kelembaban tinggi. Contoh kandang itik tipe monitor panggung, dengan kapasitas 100 ekor dan ukuran kandang 4 x 4 meter serta denah kandangnya.
(34)
3. Tipe Gable (kombinasi panggung dan lantai) adalah tipe atap untuk kandang itik didaerah yang mempunyai kondisi tanah basah dan kering atau musiman. Contoh kandang tipe gable dengan kapasitas 100 ekor itik dan ukuran kandang 4 x 4 m serta denah kandangnya.
Gambar 3. Atap kandang tipe Gable (kombinasi panggung dan lantai) Ukuran kepadatan kandang untuk ukuran 1 x 1 meter dapat menampung
1. Anak itik : 10 – 20 ekor 2. Iik remaja : 8 – 10 ekor 3. itik dewasa : 6 – 7 ekor c. Pemilihan Pembibitan Ternak Itik
Ternak itik yang dipelihara harus benar-benar merupakan ternak unggul yang telah diuji keunggulannya dalam memproduksi hasil ternak yang diharapkan.
1) Membeli Telur Tetas
Telur tetas adalah telur yang berasal dari induk itik yang sudah terbuahi. Ciri telur tetas yang baik :
a. Telur tidak terlalu bulat atau lonjong b. Kulit telur tidak terlalu tebal atau tipis
(35)
c. Berat rata-rata 65 gr/ekor
d. Bila dilakukan peneropongan, terdapat bulatan hitam sebesar biji kapuk.
2) Pemilihan Calon Induk
Pemilihan bibit ada 3 ( tiga) cara untuk memperoleh bibit itik yang baik adalah membeli telur tetas dari induk itik yang dijamin
keunggulannya, memelihara induk itik yaitu pejantan dan betina itik unggul untuk mendapatkan telur tetas.
Ciri pejantan yang baik :
a. Pada umur 40 minggu mempunyai bobot sekitar 1,8 kg b. Mempunyai libido atau keinginan kawin yang tinggi. c. Alat kelamin tumbuh normal
d. Menunjukkan sifat agresif Ciri Betina yang baik :
a. Pada umur 20 minggu itik mempunyai bobot badan sekitar 1,5 kg b. Mata cerah
c. Tubuh kuat dengan sayap yang kuat mengapit, tidak bergerak saat itik berjalan
d. Alat kelamin tumbuh normal
Untuk meningkatkan kualitas telur tetas agar dapat memperoleh daya tetas yang tinggi, maka perbandingan jantan-betina adalah 1 jantan : 10 betina.
(36)
3) Membedakan dan Kriteria DOD (Day Old Duck) Ciri anak itik berkelamin jantan :
a. Kepala besar dan berbulu kasar
b. Gerak geriknya tenang dan kurang aktif c. Suaranya terdengar berat dan kasar d. Warna paruh pada umumnya hitam
e. Bila ditelentangkan pada kloaka terdapat tonjolan seperti jarum Ciri anak Itik berkelamin betina :
a. Kepala lebih kecil dan berbulu halus b. Tingkah lakunya lebih lincah dan aktif c. Suaranya keras dan nyaring
d. Warna paruh pada umumnya terlihat kemerah-merahan e. Bila ditelentangkan tidak terlihat tonjolan seperti jarum 4) Perawatan bibit dan calon induk
a. Perawatan Bibit
Bibit (DOD) yang baru saja tiba dari pembibitan, harus ditangani secara teknis agar tidak salah rawat. Adapun penanganannya yaitu bibit diterima dan ditempatkan pada kandang brooder (indukan) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kandang brooder adalah temperatur brooder untuk anak itik tersebar secara merata, kapasitas kandang brooder (box) untuk 1 m2 mampu menampung 50 ekor DOD, tempat pakan
(37)
dan tempat minum sesuai dengan ketentuan yaitu jenis pakan itik fase stater dan minuman itik perlu ditambah vitamin atau mineral. b. Perawatan calon Induk
Calon induk itik ada dua macam yaitu induk untuk produksi telur konsumsi dan induk untuk produksi telur tetas. Perawatan
keduanya sama saja, perbedaannya hanya pada induk untuk produksi telur tetas harus ada pejantan dengan perbandingan 1 jantan untuk 5 – 6 ekor betina.
5) Reproduksi dan Perkawinan
Reproduksi atau perkembangbiakan dimaksudkan untuk mendapatkan telur tetas yang fertile / terbuahi dengan baik oleh itik jantan.
Sedangkan sistem perkawinan dikenal ada dua macam yaitu itik hand mating (perkawinan dengan bantuan manusia) dan nature mating (perkawinan itik secara alami). (Muhrizal, 2008)
d. Pakan Itik
Sekitar 70% biaya produksi berasal dari biaya pakan. Oleh sebab itu pakan mempunyai peran yang sangat menentukan dalam usaha peternakan itik. Peternak akan mengalami kerugian yang tidak sedikit apabila tidak memahami teknik pemberian pakan untuk itiknya. Pemeliharaan itik secara gembala tidak diperlukan pemikiran yang mendalam tentang pakan itik, karena secara alami itik mencari pakan sendiri disawah-sawah atau pematang-pematang. Tetapi, apabila itik dikandangkan, maka soal pakan
(38)
menjadi penting untuk diperhatikan. Agar dapat dicapai produksi yang optimum, kebutuhan gizi pada itik petelur dapat dilihat pada Tabel 5 Tabel 5. Kebutuhan Beberapa Nutrisi Itik Tipe Petelur
Uraian Anak (0-8 mgg)
Dara (8-20 mgg)
Petelur (> 20 mgg)
Energi Metabolis (kkal/kg) 2900 2800 2700
Protein Kasar (%) 17-20 18 16-18
Ca (%) 0,6-1,0 0,6-1,0 2,9-3,25
P (%) 0,6 0,6 0,47
Sumber : Muhrizal (2008)
Kecukupan gizi yang diuraikan diatas dapat dipenuhi dari campuran berbagai bahan pakan. Penggunaan bahan pakan lokal yang murah, tidak bersaing dengan manusia dan bermutu baik sangat disarankan agar usaha beternak itik dapat menguntungkan. Bahan pakan lokal yang dapat digunakan untuk makanan itik dapat dibagi menurut sumber nutrisi yang terkandung didalamnya. Bahan pakan sumber energi misalnya dedak padi (bekatul), gabah/beras/menir, jagung (dedak jagung), sagu, sorghum (cantel), singkong, bungkil kelapa, bungkil kelapa sawit, dan molases. Bahan pakan sumber protein ialah tepung ikan, bekicot, bungkil kedelai, belatung, keong air (tutut), kepala udang, ikan rucah, hasil sisa paha katak, dan hasil sisa penetasan. Bahan pakan sumber mineral antara lain kapur, cangkang bekicot, kerang laut dan garam dapur. Sumber vitamin yang murah seperti genjer, eceng gondok, rumput muda dan tepung daun dapat dimanfaatkan untuk itik. Dedak atau bekatul merupakan salah satu bahan pakan itik yang tersedia berlimpah di daerah-daerah pedesaan. Singkong,
(39)
bekicot dan kepala udang merupakan contoh bahan pakan yang kaya akan gizi.
e. Tata Laksana Pemeliharaan Itik
Keberhasilan usaha produksi ternak itik terletak pada pelaksanaan program tata laksana pemeliharaan itik sampai umur 22 minggu. Kesalahan nutrisi pada masa pertumbuhan ini bisa menyebabkan itik terlambat mencapai kedewasaan kelamin sehingga itik tidak bisa berproduksi pada umur yang diharapkan. Dalam usaha ternak itik secara intensif, ada tiga evaluasi pokok yang memiliki andil keberhasilan yakni :
1. Bibit itik; karakteristik ekonominya dalam menunjang keberhasilan usaha adalah 20%.
2. Makanan itik; dalam menunjang keberhasilan usaha mempunyai andil sebesar 30%.
3. Tata laksana pemeliharaan, termasuk kandang, cara pemeliharaan dan keterampilan, memegang peranan paling besar yakni 50%.
a. Pemelihraan Anak Itik
Sebelum anak itik ditempatkan setelah menetas yaitu pada lingkaran yang terbuat dari tripleks, harus dilakukan persiapan sebelumnya seperti penyemprotan desinfektan dan pengaturan lampu pemanas dalam lingkaran tripleks tersebut agar kesehatan anak itik terjamin. Untuk menghindari angin yang masuk, mengingat bulu anak itik masih halus dan tidak tahan udara dingin, dinding kandang ditutup dengan
(40)
tirai plastik. Setelah 4 hari, tirai plastik dapat dibuka pada siang hari dan pada malam hari ditutup kembali. Pada umur 4 minggu tirai plastik dapat dilepas semua sebab anak itik sudah memiliki bulu yang cukup tebal, namun kalau ada hujan lebat atau ada angin kencang, tirai plastik masih diperlukan.
Induk buatan dengan alat pemanas lampu minyak atau lampu listrik sangat diperlukan sampai umur 3 minggu. Pada umur diatas 4 minggu lampu digunakan hanya sebagai alat penerang saja. Suhu alat pemanas yang baik adalah Minggu I : 320 C , Minggu II : 270 C dan Minggu III : 210 C.
b. Pemeliharaan Itik Masa Pertumbuhan (5 – 22 minggu)
Itik pada masa pertumbuhan tidak dipelihara dalam pelingkar lagi tapi sudah menyebar ke seluruh ruangan kandang yang sudah diberi alas litter (kulit padi, jerami kering, serbuk gergaji). Penggunan pasir dan kapur sebagai campuran alas lantai kandang sangat dianjurkan karena pasir tidak mudah menggumpal dan mampu menyerap air (basah). Kapur juaga berfungsi meredakan kadar amoniak yang disebabkan oleh kotoran itik. Campuran pasir, kapur, kulit padi, atau yang lainnya dengan per-bandingan 1 : 2 : 5, dan tebal minimal 20 cm. Seminggu sekali handaknya alas lantai kadang diaduk-aduk supaya bagian-bagian yang basah tidak memusat disatu tempat. Akan lebih baik lagi kalau ditaburi kulit padi yang dicampur kapur, sehingga kesehatan lantai
(41)
kandang lebih terjamin. Kandang itik hanya digunakan pada malam hari. Siang hari itik dikeluarkan dari kandang agar bisa bermain dikolam. Agar kandang tidak terlalu padat dan itik merasa nyaman, perbandingan luas kandang dan jumlah itik adalah 1 meter persegi untuk 6–7 ekor itik. Kolam air untuk itik masa pertumbuhan, sebaiknya per meter persegi untuk 12 ekor itik, Kolam air jangan terlalu dalam agar itik tidak terlalu banyak membuang energi.
Pemberian makanan untuk itik masa pertumbuhan hendaknya mulai diatur dan dibatasi. Hal ini sangat menyangkut evisiensi penggunaan makanan dan kontrol berat tunbuh. Kontrol berat tubuh itik dalam masa pertumbuhan hendaknya dilakukan setiap minggu. Caranya adalah mengambil beberapa ekor itik secara acak dan menimbangnya, kemudian berat seluruhnya dibagi jumlah itik. Berat rata-rata dapat dijadikan acuan untuk mengontrol berat tunuh itik masa pertumbuhan. Bila berat rata-rata terlalu besar selisihnya dengan barat rata-rata kelompok lain, pemberian makanan hendaknya di kontrol lebih cermat lagi. Bila itik terlalu kurus, berilah makanan melebihi jatah biasanya selama 2-3 hari, bila itik terlalu gemuk tambahkan jumlah makanan yang banyak mengandung serat kasar, seperti bekatul tanpa mengurangi konversi ransum yang dikonsumsi.
Berat standar tubuh itik pada usia 20 minggu adalah 1.350-1.400 kg. Usahakan mencapai berat standar tersebut agar itik tidak terlambat mencapai masa bertelur. Itik yang mempunyai berat rubuh kurang atau
(42)
lebih dari berat standar umumnya tidak bertelur tepat pada waktunya. Biasanya terlambat karena majir atau kegemukan.
c. Pemeliharan Itik masa Produksi (> 22 minggu)
Mulai usia 23 minggu, itik akan mulai bertelur. Jadi didalam kandang perlu disediakan sarang untuk bertelur. Sarang telur dibuat dengan ukuran 40x40x30 cm, dengan kapasitas persarang untuk 6 ekor itik. Sarang diisi kulit padi supya lunak dan tidak merusak telur. Itik sebaiknya menempati kandang yang sama sampai mengakhiri produksi telurnya karena itik terlalu peka dan mudah stress bila berpindah- pindah kandang. Selama masa produksi telur sebaiknya itik jangan dikeluarkan dari kandang sebelum pukul 09.00 pagi karena itik biasanya bertelur dini hari, sekitar pukul 03.00 pagi. Adakalanya telur yang belum sempat dikeluarkan dini hari, akan keluar sampai pukul 09.00 pagi.
Pemberian makanan secara teratur dapat menjaga keseimbangan konversi ransum dan produk telur. Makanan sebaiknya diberikan dua kali sehari dalam bentuk setengah basah. Makanan pertama diberikan pukul 09.00 pagi, dan yang kedua kali pukul 13.00 siang, sehingga pada sore hari makanan yang diberikan tidak tersisa. Jangan mengurangi jatah makanan jika itik mengalami gangguan kesehatan supaya berat standar dan tingkat produksi selalu seimbang.
Itik telur yang dipelihara secara intensip memiliki kemampuan produksi telur sampai usia 74 minggu. Tetapi apabila pemeliharaannya
(43)
cukup baik, bisa dipertahan-kan sampai usia 144 minggu (setelah mengalami 3 kali rontok bulu).
d. Pemeliharaan Itik Masa Rontok Bulu
Itik mengalami rontok bulu (moulting) setelah memproduksi telur selama 9–12 bulan, dan pada saat itu selama 2–3 bulan itik akan istirahat, tidak memproduksi telur. Rontok bulu adalah proses terlepasnya bulu yang kemudian diikuti tumbuhnya bulu–bulu baru sebagai pengganti bulu lama. Kejadian rontok bulu pada unggas, merupakan suatu peristiwa alami, bukan disebabkan oleh penyakit. Dalam masa rontok bulu dan pertumbuhan bulu baru, itik juga memperbaiki kondisi tubuhnya dan memberi kesempatan pada alat reproduksinya untuk istirahat dan bersiap – siap memasuki masa produksi berikutnya. Bila bulu–bulu baru sudah sempurna, itik akan bertelur lagi seperti sediakala.
f. Gizi Pakan Itik
1) Protein
Protein merupakan suatu susunan atau gabungan organis yang kompleks, yang terdiri dari berbagai unsur ( karbohidrat, lemak, mineral dan unsure lainnya), sehingga protein sangat dibutuhkan oleh itik. Adapun kebutuhan itik akan protein adalah
(44)
2) Itik usia 5 – 20 minggu (itik dara) membutuhkan protein sebanyak 14 – 16 %
3) Itik usia 21 minggu ke atas (sudah bertelur) membutuhkan protein sebanyak 15 – 17 %
2) Mineral
Mineral yang dibutuhkan oleh itik tidak terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan protein. Apabila itik kekurangan mineral membuat pertumbuhan itik menjadi terhambat. Adapun fungsi zat mineral terhadap itik, baik yang masih dalam pertumbuhan maupun produksi adalah
1) Menjaga keseimbangan asam basa dalam cairan tubuh 2) Merupakan bagian aktif dalam struktur protein
3) Merupakan bagian kerangka dalam tubuh itik 4) Bagian dari asam amino
5) Bagian penting dalam tekanan osmotic sel 6) Meragsang enzim
7) Untuk menggerakkan sari-sari makanan yang beredar dalam tubuh 3) Vitamin
Vitamin yang dibutuhkan oleh itik yaitu Vitamin (A, D, E, K). Vitamin A sangat membantu pertumbuhan itik dan banyak terdapat pada
hijauan segar dan jagung kuning ; Vitamin D dibutuhkan itik dalam masa pertumbuhan (kecil) dan itik dalam masa aktif bertelur. Apabila
(45)
kekurangan vitamin ini maka menyebabkan itik yang sedang tumbuh mudah terserang penyakit dan pada itik dewasa yang sedang bertelur, maka telur yang dihasilkan tidak bisa menjadi bibit ; Kekurangan vitamin E akan menyebabkan kematian pada anak itik cukup tinggi, kegagalan dalam penetasan talur. Vitamin ini banyak terdapat pada biji-bijian (80-90%) ; Vitamin K banyak terkandung pada biji-bijian, bungkil kedelai, ampas kacang hijau dan tepung ikan. (Mei, 2000) g. Hama dan Penyakit
Secara garis besar penyakit itik dikelompokkan dalam dua hal yaitu 1) Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri
dan protozoa
2) Penyakit yang disebabkan oleh defisiensi zat makanan dan tata laksana perkandangan yang kurang tepat
Adapun jenis penyakit yang biasa terjangkit pada itik adalah: a. Penyakit Duck Cholera
Penyebab: bakteri Pasteurela avicida. Gejala: mencret, lumpuh, tinja kuning kehijauan. Pengendalian: sanitasi kandang,pengobatan dengan suntikan penisilin pada urat daging dada dengan dosis sesuai label obat.
b. Penyakit Salmonellosis
Penyebab: bakteri typhimurium.Gejala: pernafasan sesak, mencret. Pengendalian: sanitasi yang baik, pengobatan dengan furazolidone melalui pakan dengan konsentrasi 0,04% atau dengan sulfadimidin
(46)
yang dicampur air minum, dosis disesuaikan dengan label obat. (Muhrizal, 2008)
h. Panen dan Pasca Panen
1) Panen
Hasil utama, usaha ternak itik petelur adalah telur itik dan hasil tambah berupa induk afkir, itik jantan sebagai ternak daging dan kotoran ternak sebagai pupuk tanam yang berharga
2) Pasca Panen
Kegiatan pascapanen yang bias dilakukan adalah pengawetan. Dengan pengawetan maka nilai ekonomis telur itik akan lebih lama dibanding jika tidak dilakukan pengawetan. Telur yang tidak diberikan perlakuan pengawetan hanya dapat tahan selama 14 hari jika disimpan pada temperatur ruangan bahkan akan segera membusuk.
Adapun perlakuan pengawetan telur itik terdiri dari 5 macam yaitu a. Pengawetan dengan air hangat
Pengawetan dengan air hangat merupakan pengawetan telur itik yang paling sederhana. Dengan cara ini telur dapat bertahan selama 20 hari.
b. Pengawetan telur dengan daun jambu biji
Perendaman telur dengan daun jambu biji dapat mempertahankan mutu telur selama kurang lebih 1 bulan. Telur yang telah direndam akan berubah warna menjadi kecoklatan seperti telur pindang.
(1)
Lampiran 19. Penurunan Produksi Telur Itik sebesar 20% dengan Sistem Tradisional di Kecamatan Ambarawa
Satuan Harga
(Unit / ekor) (Rp/unit) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Biaya Investasi
Bibit DOD ekor 8.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000 80.000.000
16.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000 80.000.000
Biaya Awal
Membuat kandang Rp 5.160.000 5.160.000 5.160.000 5.160.000 5.160.000 5.160.000 5.160.000 5.160.000 5.160.000 5.160.000 5.160.000 5.160.000 5.160.000 5.160.000 5.160.000 77.400.000 Terpal Rp 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 120.000.000 Ember Rp 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 5.400.000 Total biaya awal Rp 13.520.000 13.520.000 13.520.000 13.520.000 13.520.000 13.520.000 13.520.000 13.520.000 13.520.000 13.520.000 13.520.000 13.520.000 13.520.000 13.520.000 13.520.000 202.800.000 Biaya Operasional
Biaya Variabel
Obat-obatan Rp 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 36.000.000 Pakan DOD
Konsentrat Pur 5-11 Rp/kg 400.000 0,00 0,00 400.000 0,00 0,00 400.000 0,00 0,00 400.000 0,00 0,00 400.000 0,00 0,00 2.000.000 Makan Peternak Rp 87.600.000 87.600.000 87.600.000 87.600.000 87.600.000 87.600.000 87.600.000 87.600.000 87.600.000 87.600.000 87.600.000 87.600.000 87.600.000 87.600.000 87.600.000 1.314.000.000 Tempat tinggal Rp 35.040.000 35.040.000 35.040.000 35.040.000 35.040.000 35.040.000 35.040.000 35.040.000 35.040.000 35.040.000 35.040.000 35.040.000 35.040.000 35.040.000 35.040.000 420.480.000 Transportasi
Ambarawa-Kalianda Rp 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 9.000.000 Kalianda-Trimurjo Rp 550.000,00 550.000,00 550.000,00 550.000,00 550.000,00 550.000,00 550.000,00 550.000,00 550.000,00 550.000,00 550.000,00 550.000,00 550.000,00 550.000,00 550.000,00 8.250.000 Trimurjo-Ambarawa Rp 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 6.000.000 Ambarawa-Kalianda Rp 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 9.000.000 Kalianda - Lampung Timur Rp 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00 7.500.000 Lampung Timur -Trimurjo Rp 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 9.000.000 Trimurjo - Ambarawa Rp 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 6.000.000 Total Biaya Variabel 129.090.000 128.690.000 128.690.000 129.090.000 128.690.000 128.690.000 129.090.000 128.690.000 128.690.000 129.090.000 128.690.000 128.690.000 129.090.000 128.690.000 128.690.000 1.827.230.000 Biaya Tetap
Tenaga Kerja (10 orang) Rp/HOK 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 2.160.000.000
Total Biaya Rp 273.090.000 272.690.000 272.690.000 273.090.000 272.690.000 272.690.000 273.090.000 272.690.000 272.690.000 273.090.000 272.690.000 272.690.000 273.090.000 272.690.000 272.690.000 3.987.230.000 II Penerimaan
Jumlah awal ekor 8.000 2.000 1.800 1.600 2.000 1.800 1.600 2.000 1.800 1.600 2.000 1.800 1.600 2.000 1.800 1.600 27.000
Mati ekor 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 3000
Jumlah Akhir ekor 1.800 1.600 1.400 1.800 1.600 1.400 1.800 1.600 1.400 1.800 1.600 1.400 1.800 1.600 1.400 24.000
Itik Produktif ekor 1.800 1.600 1.400 1.800 1.600 1.400 1.800 1.600 1.400 1.800 1.600 1.400 1.800 1.600 1.400 24.000
Produksi Telur (Turun 20%) butir 191.544 271.528 240.737 191.544 271.528 240.737 191.544 271.528 240.737 191.544 271.528 240.737 191.544 271.528 240.737 3.519.046
Produktivitas Butir/ekor 8,87 14,14 14,33 8,87 14,14 14,33 8,87 14,14 14,33 8,87 14,14 14,33 8,87 14,14 14,33 9,78
Harga Telur Itik Rp/butir 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 Penerimaan Telur Rp 229.853.376 325.833.408 288.884.160 229.853.376 325.833.408 288.884.160 229.853.376 325.833.408 288.884.160 229.853.376 325.833.408 288.884.160 229.853.376 325.833.408 288.884.160 4.222.854.720 Penerimaan Penjualan itik afkir Rp 0,00 0,00 44.800.000 0,00 0,00 44.800.000 0,00 0,00 44.800.000 0,00 0,00 44.800.000 0,00 0,00 44.800.000 224.000.000,00 Total Penerimaan Rp 229.853.376 325.833.408 333.684.160 229.853.376 325.833.408 333.684.160 229.853.376 325.833.408 333.684.160 229.853.376 325.833.408 333.684.160 229.853.376 325.833.408 333.684.160 4.446.854.720 Pendapatan Bersih Rp -43.236.624 53.143.408 60.994.160 -43.236.624 53.143.408 60.994.160 -43.236.624 53.143.408 60.994.160 -43.236.624 53.143.408 60.994.160 -43.236.624 53.143.408 60.994.160 459.624.720
(2)
Lampiran 20. Penurunan Harga Jual Telur Itik sebesar 16,67% dengan Sistem Tradisional di Kecamatan Ambarawa
Satuan Harga
(Unit / ekor) (Rp/unit) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Biaya Investasi
Bibit DOD ekor 8.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000 80.000.000
16.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000 80.000.000
Biaya Awal
Membuat kandang Rp 5.160.000 5.160.000 5.160.000 5.160.000 5.160.000 5.160.000 5.160.000 5.160.000 5.160.000 5.160.000 5.160.000 5.160.000 5.160.000 5.160.000 5.160.000 77.400.000 Terpal Rp 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 120.000.000 Ember Rp 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000 5.400.000 Total biaya awal Rp 13.520.000 13.520.000 13.520.000 13.520.000 13.520.000 13.520.000 13.520.000 13.520.000 13.520.000 13.520.000 13.520.000 13.520.000 13.520.000 13.520.000 13.520.000 202.800.000 Biaya Operasional
Biaya Variabel
Obat-obatan Rp 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 36.000.000 Pakan DOD
Konsentrat Pur 5-11 Rp/kg 400.000 0,00 0,00 400.000 0,00 0,00 400.000 0,00 0,00 400.000 0,00 0,00 400.000 0,00 0,00 2.000.000 Makan Peternak Rp 87.600.000 87.600.000 87.600.000 87.600.000 87.600.000 87.600.000 87.600.000 87.600.000 87.600.000 87.600.000 87.600.000 87.600.000 87.600.000 87.600.000 87.600.000 1.314.000.000 Tempat tinggal Rp 35.040.000 35.040.000 35.040.000 35.040.000 35.040.000 35.040.000 35.040.000 35.040.000 35.040.000 35.040.000 35.040.000 35.040.000 35.040.000 35.040.000 35.040.000 420.480.000 Transportasi
Ambarawa-Kalianda Rp 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 9.000.000 Kalianda-Trimurjo Rp 550.000,00 550.000,00 550.000,00 550.000,00 550.000,00 550.000,00 550.000,00 550.000,00 550.000,00 550.000,00 550.000,00 550.000,00 550.000,00 550.000,00 550.000,00 8.250.000 Trimurjo-Ambarawa Rp 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 6.000.000 Ambarawa-Kalianda Rp 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 9.000.000 Kalianda - Lampung Timur Rp 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00 7.500.000 Lampung Timur -Trimurjo Rp 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 600.000,00 9.000.000 Trimurjo - Ambarawa Rp 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 400.000,00 6.000.000 Total Biaya Variabel 129.090.000 128.690.000 128.690.000 129.090.000 128.690.000 128.690.000 129.090.000 128.690.000 128.690.000 129.090.000 128.690.000 128.690.000 129.090.000 128.690.000 128.690.000 1.827.230.000 Biaya Tetap
Tenaga Kerja (10 orang) Rp/HOK 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 2.160.000.000
Total Biaya Rp 273.090.000 272.690.000 272.690.000 273.090.000 272.690.000 272.690.000 273.090.000 272.690.000 272.690.000 273.090.000 272.690.000 272.690.000 273.090.000 272.690.000 272.690.000 3.987.230.000 II Penerimaan
Jumlah awal ekor 8.000 2.000 1.800 1.600 2.000 1.800 1.600 2.000 1.800 1.600 2.000 1.800 1.600 2.000 1.800 1.600 27.000
Mati ekor 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 3000
Jumlah Akhir ekor 1.800 1.600 1.400 1.800 1.600 1.400 1.800 1.600 1.400 1.800 1.600 1.400 1.800 1.600 1.400 24.000
Itik Produktif ekor 1.800 1.600 1.400 1.800 1.600 1.400 1.800 1.600 1.400 1.800 1.600 1.400 1.800 1.600 1.400 24.000
Produksi Telur butir 239.431 339.410 300.921 239.431 339.410 300.921 239.431 339.410 300.921 239.431 339.410 300.921 239.431 339.410 300.921 4.398.807
Produktivitas Butir/ekor 11,08 17,68 17,91 11,08 17,68 17,91 11,08 17,68 17,91 11,08 17,68 17,91 11,08 17,68 17,91 12,22
Harga Telur Itik (Turun 16,67%) Rp/butir 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 Penerimaan Telur Rp 239.430.600 339.409.800 300.921.000 239.430.600 339.409.800 300.921.000 239.430.600 339.409.800 300.921.000 239.430.600 339.409.800 300.921.000 239.430.600 339.409.800 300.921.000 4.398.807.000 Penerimaan Penjualan itik afkir Rp 0,00 0,00 44.800.000 0,00 0,00 44.800.000 0,00 0,00 44.800.000 0,00 0,00 44.800.000 0,00 0,00 44.800.000 224.000.000,00
(3)
Lampiran 21. Analisis Finansial Peternakan Itik Petelur secara Tradisional di Kecamatan Ambarawa dengan Suku Bunga 16% per tahun
Bulan
Produksi
Harga
Penerimaan
Penerimaan
Penerimaan
Biaya
Pendapatan
df =
PV Bt
PV Ct
NPV
df =
Telur
Itik Afkir
(Bt)
(Ct)
(6)-(7)
16%
(6)x(9)
(7)x(9)
(8)x(9)
277,35%
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
16.000.000
(16.000.000)
1,000
0
16.000.000
(16.000.000)
1,0000
1
239.431
1.200
287.316.720
0
287.316.720
273.090.000
14.226.720
0,862
247.686.828
235.422.414
12.264.414
0,2650
2
339.410
1.200
407.291.760
0
407.291.760
272.690.000
134.601.760
0,743
302.684.126
202.653.092
100.031.034
0,0702
3
300.921
1.200
361.105.200
44.800.000
405.905.200
272.690.000
133.215.200
0,641
260.046.281
174.700.941
85.345.340
0,0186
4
239.431
1.200
287.316.720
0
287.316.720
273.090.000
14.226.720
0,552
158.682.467
150.825.176
7.857.291
0,0049
5
339.410
1.200
407.291.760
0
407.291.760
272.690.000
134.601.760
0,476
193.916.908
129.831.258
64.085.650
0,0013
6
300.921
1.200
361.105.200
44.800.000
405.905.200
272.690.000
133.215.200
0,410
166.600.645
111.923.498
54.677.147
0,0003
7
239.431
1.200
287.316.720
0
287.316.720
273.090.000
14.226.720
0,354
101.661.140
96.627.306
5.033.834
0,0001
8
339.410
1.200
407.291.760
0
407.291.760
272.690.000
134.601.760
0,305
124.234.355
83.177.392
41.056.963
0,0000
9
300.921
1.200
361.105.200
44.800.000
405.905.200
272.690.000
133.215.200
0,263
106.733.982
71.704.648
35.029.334
0,0000
10
239.431
1.200
287.316.720
0
287.316.720
273.090.000
14.226.720
0,227
65.129.989
61.905.025
3.224.964
0,0000
11
339.410
1.200
407.291.760
0
407.291.760
272.690.000
134.601.760
0,195
79.591.693
53.288.234
26.303.459
0,0000
12
300.921
1.200
361.105.200
44.800.000
405.905.200
272.690.000
133.215.200
0,168
68.379.945
45.938.133
22.441.812
0,0000
13
239.431
1.200
287.316.720
0
287.316.720
273.090.000
14.226.720
0,145
41.726.027
39.659.929
2.066.098
0,0000
14
339.410
1.200
407.291.760
0
407.291.760
272.690.000
134.601.760
0,125
50.991.029
34.139.516
16.851.513
0,0000
15
300.921
1.200
361.105.200
44.800.000
405.905.200
272.690.000
133.215.200
0,108
43.808.136
29.430.617
14.377.519
0,0000
Total
4.398.807
5.278.568.400
224.000.000
5.502.568.400
4.108.350.000
1.394.218.400
2.011.873.551
1.537.227.181
474.646.371
=
474.646.371
=
277,35%
=
1,31
=
30,67
Payback Periode
=
2,92
=
933,97
BEP Produksi
=
3.423.625
BEP Harga
Net B/C
Gross B/C
NPV
IRR
(4)
Lampiran 22. Analisis Finansial Usaha Peternakan Itik Petelur secara Tradisional di Kecamatan Ambarawa pada Penurunan Produksi Telur 20%
Bulan
Produksi
Harga
Penurunan
Produksi Setelah
Penerimaan
Penerimaan
Penerimaan
Biaya
Pendapatan
df =
PV Bt
PV Ct
NPV
df =
Produksi (20%)
Penurunan (20%)
Telur
Itik Afkir
(Bt)
(Ct)
(8)-(9)
16%
(6)x(9)
(7)x(9)
(8)x(9)
52,85%
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
0
16.000.000
(16.000.000)
1,000
0
16.000.000
(16.000.000)
1,0000
1
239.431
1.200
47.886
191.544
229.853.376
0
229.853.376
273.090.000
(43.236.624)
0,862
198.149.462
235.422.414
(37.272.952)
0,6542
2
339.410
1.200
67.882
271.528
325.833.408
0
325.833.408
272.690.000
53.143.408
0,743
242.147.301
202.653.092
39.494.209
0,4280
3
300.921
1.200
60.184
240.737
288.884.160
44.800.000
333.684.160
272.690.000
60.994.160
0,641
213.777.318
174.700.941
39.076.377
0,2800
4
239.431
1.200
47.886
191.544
229.853.376
0
229.853.376
273.090.000
(43.236.624)
0,552
126.945.973
150.825.176
(23.879.203)
0,1832
5
339.410
1.200
67.882
271.528
325.833.408
0
325.833.408
272.690.000
53.143.408
0,476
155.133.526
129.831.258
25.302.268
0,1199
6
300.921
1.200
60.184
240.737
288.884.160
44.800.000
333.684.160
272.690.000
60.994.160
0,410
136.958.079
111.923.498
25.034.581
0,0784
7
239.431
1.200
47.886
191.544
229.853.376
0
229.853.376
273.090.000
(43.236.624)
0,354
81.328.912
96.627.306
(15.298.394)
0,0513
8
339.410
1.200
67.882
271.528
325.833.408
0
325.833.408
272.690.000
53.143.408
0,305
99.387.484
83.177.392
16.210.092
0,0336
9
300.921
1.200
60.184
240.737
288.884.160
44.800.000
333.684.160
272.690.000
60.994.160
0,263
87.743.244
71.704.648
16.038.596
0,0220
10
239.431
1.200
47.886
191.544
229.853.376
0
229.853.376
273.090.000
(43.236.624)
0,227
52.103.992
61.905.025
(9.801.034)
0,0144
11
339.410
1.200
67.882
271.528
325.833.408
0
325.833.408
272.690.000
53.143.408
0,195
63.673.354
53.288.234
10.385.120
0,0094
12
300.921
1.200
60.184
240.737
288.884.160
44.800.000
333.684.160
272.690.000
60.994.160
0,168
56.213.383
45.938.133
10.275.250
0,0061
13
239.431
1.200
47.886
191.544
229.853.376
0
229.853.376
273.090.000
(43.236.624)
0,145
33.380.822
39.659.929
(6.279.107)
0,0040
14
339.410
1.200
67.882
271.528
325.833.408
0
325.833.408
272.690.000
53.143.408
0,125
40.792.823
34.139.516
6.653.307
0,0026
15
300.921
1.200
60.184
240.737
288.884.160
44.800.000
333.684.160
272.690.000
60.994.160
0,108
36.013.535
29.430.617
6.582.918
0,0017
Total
4.398.807
3.519.046
4.222.854.720
224.000.000
4.446.854.720
4.108.350.000
338.504.720
1.623.749.208
1.537.227.181
86.522.027
=
86.522.027
=
52,85%
=
1,06
=
1,80
Payback Periode
=
6,95
=
1167,46
BEP Produksi
=
3.423.625
BEP Harga
Net B/C
Gross B/C
NPV
IRR
(5)
Lampiran 23. Analisis Finansial Peternakan Itik Petelur secara Tradisional di Kecamatan Ambarawa dengan Penurunan Hargai Telur sebesar 16,67%
Bulan
Produksi
Harga
Harga Setelah
Penerimaan
Penerimaan
Penerimaan
Biaya
Pendapatan
df =
PV Bt
PV Ct
NPV
df =
Awal
Penurunan 16,67%
Telur
Itik Afkir
(Bt)
(Ct)
(7)-(8)
16%
(7)x(10)
(8)x(10)
(9)x(10)
83,13%
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(13)
0
16.000.000
(16.000.000)
1,000
0
16.000.000
(16.000.000)
1,0000
1
239.431
1.200
1.000
239.421.023
0
239.421.023
273.090.000
(33.668.977)
0,862
206.397.433
235.422.414
(29.024.980)
0,5461
2
339.410
1.200
1.000
339.396.224
0
339.396.224
272.690.000
66.706.224
0,743
252.226.682
202.653.092
49.573.591
0,2982
3
300.921
1.200
1.000
300.908.963
44.800.000
345.708.963
272.690.000
73.018.963
0,641
221.481.100
174.700.941
46.780.159
0,1628
4
239.431
1.200
1.000
239.421.023
0
239.421.023
273.090.000
(33.668.977)
0,552
132.230.100
150.825.176
(18.595.076)
0,0889
5
339.410
1.200
1.000
339.396.224
0
339.396.224
272.690.000
66.706.224
0,476
161.590.959
129.831.258
31.759.701
0,0486
6
300.921
1.200
1.000
300.908.963
44.800.000
345.708.963
272.690.000
73.018.963
0,410
141.893.566
111.923.498
29.970.068
0,0265
7
239.431
1.200
1.000
239.421.023
0
239.421.023
273.090.000
(33.668.977)
0,354
84.714.228
96.627.306
(11.913.078)
0,0145
8
339.410
1.200
1.000
339.396.224
0
339.396.224
272.690.000
66.706.224
0,305
103.524.488
83.177.392
20.347.096
0,0079
9
300.921
1.200
1.000
300.908.963
44.800.000
345.708.963
272.690.000
73.018.963
0,263
90.905.202
71.704.648
19.200.554
0,0043
10
239.431
1.200
1.000
239.421.023
0
239.421.023
273.090.000
(33.668.977)
0,227
54.272.820
61.905.025
(7.632.205)
0,0024
11
339.410
1.200
1.000
339.396.224
0
339.396.224
272.690.000
66.706.224
0,195
66.323.758
53.288.234
13.035.523
0,0013
12
300.921
1.200
1.000
300.908.963
44.800.000
345.708.963
272.690.000
73.018.963
0,168
58.239.115
45.938.133
12.300.982
0,0007
13
239.431
1.200
1.000
239.421.023
0
239.421.023
273.090.000
(33.668.977)
0,145
34.770.299
39.659.929
(4.889.631)
0,0004
14
339.410
1.200
1.000
339.396.224
0
339.396.224
272.690.000
66.706.224
0,125
42.490.824
34.139.516
8.351.308
0,0002
15
300.921
1.200
1.000
300.908.963
44.800.000
345.708.963
272.690.000
73.018.963
0,108
37.311.336
29.430.617
7.880.719
0,0001
Total
4.398.807
4.398.631.048
224.000.000
4.622.631.048
4.108.350.000
514.281.048
1.688.371.911
1.537.227.181
151.144.731
=
151.144.731
=
83,13%
=
1,10
=
2,72
Payback Periode
=
5,60
=
933,97
BEP Produksi
=
4.108.514
BEP Harga
Net B/C
Gross B/C
NPV
IRR
(6)