MAKALAH Subyek Hukum Dan Obyek Hukum (2)

MAKALAH
Subyek Hukum Dan Obyek Hukum
Mata Kuliah :Hukum Perdata
Dosen Pengampu : Dr. Rosdalina BukidoM.Hum

Disusun oleh:

Miranti Mangamba 16.1.2.016
Fajria Hingide 16.1.2.1.026
Fakultas Syariah
Prodi :Hukum Ekonomi Syariah

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO
2017

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada kita semua. Sehingga penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul
"Objek Hukum" tepat pada waktunya. Dan tidak lupa pula kita sanjung pujikan kepada Nabi
Besar Muhamad SAW yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita ke alam yang terang
benderang ini.

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Terima kasih yang sebesar – besarnya penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian Makalah ini. Wassalam.

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Subjek hukum adalah segala sesuatu yang dapat mempunyai hak dan kewajiban untuk bertindak
dalam hukum. Sedangkan Objek Hukum adalah segala sesuatu yang bermanfaat bagi subjek
hukum dan dapat menjadi objek dalam suatu hubungan hukum. Objek hukum berupa benda atau

barang ataupun hak yang dapat dimiliki dan bernilai ekonomis.
Subjek Hukum terdiri atas Subjek Hukum Manusia dan Subjek Hukum Badan Usaha. Dan Objek
Hukum memiliki 2 jenis yang berdasarkan 503-504 KUH Perdata disebutkan bahwa benda dapat
dibagi menjadi 2, yakni benda yang bersifat kebendaan (Materiekegoderen), dan benda yang
bersifat tidak kebendaan (Immateriekegoderan)

B.

Rumusan Masalah

1.

Menjelaskan pengertian objek hukum

2.

Menjelaskan benda sebagai objek hukum

3.


Menjelaskan manusia sebagai objek hukum

4.

Menjelaskan tetang badan hukum ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Objek Hukum
Objek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum dan yang dapat menjadi
objek suatu hubungan hukum karena hal itu dapat dikuasai oleh subjek hukum.
Dalam bahasa hukum, objek hukum dapat juga disebut hak atau benda yang dapat dikuasai
dan/atau dimiliki subyek hukum. Misalnya, Andi meminjamkan buku kepada Budi. Di sini, yang
menjadi objek hukum dalam hubungan hukum antara Andi dan Budi adalah buku. Buku menjadi
objek hukum dari hak yang dimiliki Andi.
Yang dimaksud dengan objek hukum atau Mahkum Bih ialah sesuatu yang dikehendaki oleh
pembuat hukum untuk dilakukan atau ditinggalkan oleh manusia; atau dibiarkan oleh pembuat
hukum untuk dilakukan atau tidak. Dalam istilah ulama ushul fiqh, yang disebut Mahkum Bih
atau objek hukum”. Yaitu sesuatu yang berlaku padanya hukum syara’. Objek hukum adalah
“perbuatan” itu sendiri. Hukum itu berlaku pada perbuatan dan bukan pada zat. Umpamanya

“daging babi”. Pada daging babi itu tidak berlaku hukum, baik suruhan atau larangan.
Berlakunya hukum larangan adalah pada “memakan daging babi”; yaitu sesuatu perbuatan
memakan, bukan pada zat daging babi itu.
Hukum syara’ terdiri atas dua macam, yaitu hukum taklifi dan hukum wadh’i. Hukum taklifi
jelas menyangkut perbuatan mukalaf; sedangkan sebagian hukum wadh’i adalah yang tidak
berhubungan dengan perbuatan mukalaf seperti tergelincirnya matahari untuk masuknya
kewajiban shalat Zuhur.
Tergelincirnya matahari itu (sebagian sebab) adalah hukum wadh’i dan karena ia tidak
menyangkut perbuatan mukalaf, maka ia tidak termasuk objek hukum.
Memang “perbuatan” itu melekat pada manusia hingga bila suatu perbuatan telah memenuhi
syarat sebagai objek hukum, maka berlaku pada manusia yang mempunyai perbuatan itu beban
hukum atau taklif. Dengan demikian, untukmenentukan apakan seseorang dikenai beban hukum

terhadap suatu perbuatan, tergantung pada apakah perbuatannya itu telah memenuhi syarat untuk
menjadi objek hukum.
Jenis Objek Hukum berdasarkan pasal 503-504 KUH Perdata, disebutkan “Bahwa benda dapat
bigai menjadi 2, yakni Benda yang bersifat kebendaan ( Materiekegoderen ) dan Benda yang
bersifat tidak kebendaan ( Immateriekogoderan ). Berikut ini adalah penjelasannya :
1. Benda yang bersifat kebendaan ( Materiekegoderen ) ialah suatu benda yang sifatnya dapat
dilihat, diraba dan dirasakan dengan panca indera yang terdiri dari benda berubah /

berwujud. Yang meliputi :
 Benda bergerak / tidak tetap, yang berupa benda yang dapat dihabiskan dan benda yang
tidak dapat dihabiskan.
 Benda tidak bergerak.
2. Benda yang bersifat tidak kebendaan ( Immateriekogoderan ) ialah suatu benda yang
dirasakan oleh panca indera saja ( tidak dapat dilihat ) dan kemusian dapat direalisasikan
menjadi suatu kenyataan. Misalnya merk perusahaan, paten dan ciptaan music / lagu.1
Kansil,C.S.T.1986.Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Laksana Hukum Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.hal.171

B. Benda Sebagai Objek Hukum
Objek hukum dapat berupa benda, baik benda yang bergerak, (misalnya mobil dan hewan)
maupun benda tidak bergerak (misalnya tanah dan bangunan). Di samping itu, objek hukum
dapat berupa benda berwujud (misalnya tanah, bangunan, dan mobil) maupun benda tidak
berwujud (misalnya hak cipta, hak merek, dan hak paten).
Kemudian berdasarkan pasal 503-504 KUH Perdata disebutkan bahwa benda dapat dibagi
menjadi 2, yakni benda yang bersifat kebendaan (Materiekegoderen), dan benda yang bersifat
tidak kebendaan (Immateriekegoderan). Benda yang bersifat kebendaan (Materiekegoderen).

1 Kansil,C.S.T.1986. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Laksana Hukum Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.hal.171


Benda yang bersifat kebendaan (Materiekegoderen) adalah suatu benda yang sifatnya dapat
dilihat, diraba, dirasakan dengan panca indera, terdiri dari benda berubah / berwujud, meliputi :
1. Benda bergerak / tidak tetap, berupa benda yang dapat dihabiskan dan benda yang tidak dapat
dihabiskan. Dibedakan menjadi sebagai berikut :
1. Benda bergerak karena sifatnya, menurut pasal 509 KUH Perdata adalah benda yang dapat
dipindahkan, misalnya meja, kursi, dan yang dapat berpindah sendiri contohnya ternak.
2. Benda bergerak karena ketentuan undang-undang, menurut pasal 511 KUH Perdata adalah
hak-hak atas benda bergerak, misalnya hak memungut hasil (Uruchtgebruik) atas bendabenda bergerak, hak pakai (Gebruik) atas benda bergerak, dan saham-saham perseroan
terbatas.
2. Benda tidak bergerak
Benda tidak bergerak dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :
1. Benda tidak bergerak karena sifatnya, yakni tanah dan segala sesuatu yang melekat
diatasnya, misalnya pohon, tumbuh-tumbuhan, area, dan patung.
2. Benda tidak bergerak karena tujuannya yakni mesin alat-alat yang dipakai dalam pabrik.
Mesin senebar benda bergerak, tetapi yang oleh pemakainya dihubungkan atau dikaitkan
pada bergerak yang merupakan benda pokok.
3. Benda tidak bergerak karena ketentuan undang-undang, ini berwujud hak-hak atas bendabenda yang tidak bergerak misalnya hak memungut hasil atas benda yang tidak dapat
bergerak, hak pakai atas benda tidak bergerak dan hipotik.


Dengan demikian, membedakan benda bergerak dan tidak bergerak ini penting, artinya karena
berhubungan dengan 4 hal yakni :
1. Pemilikan (Bezit)

Pemilikan (Bezit) yakni dalam hal benda bergerak berlaku azas yang tercantum dalam pasal
1977 KUH Perdata, yaitu berzitter dari barang bergerak adalah pemilik (eigenaar) dari barang
tersebut. Sedangkan untuk barang tidak bergerak tidak demikian halnya.
2. Penyerahan (Levering)
Penyerahan (Levering) yakni terhadap benda bergerak dapat dilakukan penyerahan secara
nyata (hand by hand) atau dari tangan ke tangan, sedangkan untuk benda tidak bergerak
dilakukan balik nama.
3. Daluwarsa (Verjaring)
Daluwarsa (Verjaring) yakni untuk benda-benda bergerak tidak mengenal daluwarsa, sebab
bezit di sini sama dengan pemilikan (eigendom) atas benda bergerak tersebut sedangkan
untuk benda-benda tidak bergerak mengenal adanya daluwarsa.
C. Subyek Hukum
Subyek hukum adalah pemilik atau pendukung hak (manusia) dan / atau badan yang menurut
hukum berkuasa (berwenang) menjadi pemilik atau pendukung hak. suatu subyek hukum
mempunyai kekuasaan untuk mendukung hak (rechtvoegdheid). subyek hukum terbagai atas
dua macam, yaitu manusia dan badan hukum. Hal ini akan diuraikan sebagai berikut :

a) Manusia
Setiap manusia sejak lahir sampai meninggalnya baik seorang warga Negara maupun
seorang yang bukan warga (warga Negara asing) tanpa memperhatikan agama dan
budaya yang dimiliknya menurut hukum adalah pendukung hak. hal ini diuraikan secara
jelas pada pengertian hak asasi manusia. Asas semacam ini dalam pasal 27 UUD 1945
dijamin dengan tegas bagi setiap warga Negara saja. Namun dapat diperluas menjadi
meliputi orang asing. asalkan perlindungan kedudukan warga Negara. mengenai hukum
privat berlaku pasal 1 KUH perdata.
b) Badan hukum
Badan Hukum adalah perserikatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk
melakukan suatu kegiatan, sehingga menjadi pendukung hak. badan hukum sebagai
gejala sosial adalah suatu gejala yang riil dalam pergaulan hukum. pergaulan hukum
adalah sesuatu yang dapat dicacat dalam pergaulan hukum, walaupun tidak lagi berwujud
manusia. karena pergaulan hukum, badan hukum mempunyai kekayaan yang sama sekali

terpisah dari kekayaan angggotanya. badan hukum sebagai pendukung hak akan
diuraikan diatara sebagai berikut.
1) Peperhimpunan yang dibentuk dengan sengaja yang berdasarkan sukarela oleh orang
yang berkeinginan memperkuat kedudukanekonmi mereka. memelihara kebudayaan,
mengtus permasalahan sosial, dan sebgainya. Badan hukum semacam ini misalnya

perseroan terbatas (PT), Nanloze venootschap N/V, perusahnaan Negara dan sebagainya.
2) Organisasai sosial kemasyarakatan misalnya yayasan dari sebagainya Badan Hukum pada
poin No 1 siatas merupakan koperasi. koperasi adalah suatu perserikatan yang dilakukan
oleh dua orang atau lebih yang dalam pergaulan hukum bertindak bersama sama dengan
sebagai subyek hukum tersendiri setiap pengrus koperasi mempunyai hak dan kewajiban
sendiri. Namun yayasan adalah tiap kekayaan yang tidak merupakan kekayaan orang atau
kekayaan badan mempunyai tujuan tertentu. Dalam pergaulan hukum yayasan sebagai
pendukung hak dan kewajiban tersendiri.
D. PembagianHak-HakSubjektif
Peristiwa hukum menyebabkan hukum (hukum Objektif) beraksi. Dengan peristiwa hukum,
hukum akan memberikan kepada subjek hukum (manusia dan badan hukum), yakni haknya
atau menyabut haknya itu. Dengan kata lain, peristiwa hukum akan menimbulkan hak
dan/atau menghilangkan hak sisubjek hukum.
Haksubjektifdapat di bagimenjadiduabagian, yaituhakmutlakdanhak relative.
a. Hakmutlak
Hak mutlak adalah hak-hak yang memuat kekuasaan untuk untuk bertindak. Hak
itu biasa juga di sebut hak onpersoonlijk, sehingg adapat di lakukan oleh setiap orang dan
tidak hanya terhadap orang-orang tertentu. Di balik kekuasaan seseorang bertindakini,
terdapat kewajiban dari tiap-tiap orang untuk tidak melanggar hak mutlakitu. Lain halnya
hak relatif. Hak relative adalah hak-hak yang memuat kekuasaan untuk menuntut agar

orang lain bertindak .Ar Hak relative itu disebut juga hak-hak persoonlijk, karena
memberikan kekuasaan kepada seseorang yang tertentu. Kedua hak itu dapat di bedakan,
yaitu hak mutlak terdiri atas kekuasaanu Jakantuk bertindak sendiri, sedangkan hak
relative merupakan hak untuk menuntut agar orang lain bertindak. Oleh karena itu, isi
dari hak mutlak ialah kekuasaan untuk bertindak. Sebaliknya, kewajiban dari tiap-tiap
orang untuk tidak melanggar kekuasaan adalah akibat dari kekuasaan itu.Kebalikannya,

pada hak relative kewajiban dari pihak yang lain merupakan isi hak tersebut.23tinya,
berbuat sesuatua tau tidak berbuat sesuatu.
Hakm utlak mencakup segala hak subjektif yang termuat dalam hukum public dalam arti
objektif, terutama yang disebut hak asasi manusia, hak kemerdekaan. Hak itu juga yang
membawa kewajiban kepada setiap orang, badan pemerintah anuntuk tidak melanggarnya.
Termasuk juga di dalamnya, misalnya hak untuk menyatakan pikiran dan perasaan melalui
perantaraan pers dengan tiada izin lebih dahulu, hak untuk menganutajaran agama, dan
semacamnya.
Kalau hak mutlak itu, sebagai hak dasar, hak kemerdekaan atau hak asasi manusia, hal itu
merupakan implementasi dari hak Allah sebagai pencipta seluruh makhluk termasuk
manusia. Karena menurut hukum yang ditetap kanoleh Allah kepada setiap makhluk yang
diciptakan-Nya termasuk manusia, hak itu merupakan bawaan manusia yang melekat pada
dirinya, sehingga hak manusia itu menjadi abadi, tetap dan tidak dapat berpindah tangan

selama manusia menaati peraturan dan menjauhi larangan yang di tentukan oleh Allah
sebagai pencipta seluruh makhluk. Jika manusia melanggar ketentuan hukum public,
ketentuan yang telah di tetapkan oleh Allah-Nya serta ketentuan perundang-undangan
berdasarkan hierarkinya, sehingga hak-hak yang melekat pada dirinya dapat di batasi
dan/atau di hilangkan sama sekali. Sebagai contoh, hak untuk menjatuhkan hukuman kepada
orang yang melanggar undang-undang hukum pidana, hak memunggut pajak hak untuk
memiliki bararng-barang orang untuk kepentingan umum dengan syarat-syarat yang tertentu
dengan sebagainya
Selain huk mutlak terdapat dalam hukum public, juga terdapat sebagian dalam hak-hak
perdata, yaitu hak-hak yang berstandar pada hukum perdata dalam arti objektif. Hak-hak itu,
disebutkan yang kemudian diuraikan sebagai berikut:
1. Hak-hak kepribadian (persoonlij kheid srechten)
Hak-hak kepribadian adalah hak asasi manusia atas dirinya sendiri. hak-hak dimaksud, yang
terpenting diantaranya adalah hak asasi manusia atas jiwanya (Pasal 1406 KHU Perdata)
2Prof.Dr. H. Zainuddin Ali, M.A, Filsafathukum, Jakarta, SinarGrafika 2006, hal.37
3

Dirdjosisworo, Soedojo. 2003.Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: RajaGrafindo Persada hal 130

raganya (Pasal 1407 KUH Perdata), kehormatan (Pasal 1408 KUH Perdata), dan nama
keluarganya. Demikian juga termasuk hak dari pengarang sesuatu gubahan kesusasteraan,
ilmu pengetahuan dan teknologi, ilmu pengetahuan budaya dan seni. Sebagai contoh hak
untuk dinyatakan sebagai pencipta sesuatu pekerjaan dan untuk menentukan sendiri, apakah
perluh mengadakan perubahan pada pekerjaan tersebut.
2. Hak-hakkeluarga (familierechen)
Hak keluarga adalah hak-hak yang muncul dari hubungan keluarga, terutama kekuasaan
atasa danya hubungan ikatan perkawinan, yaitu kekuasaan suami atas istrinya (Pasal 160 dan
195 KUH Perdata), kekuasaan orang tua, perwalian dan pengampuan. Hak-hak kekuasaan
dimaksud, tidak di miliki oleh orang untuk kepentingan sendiri, melainkan untuk
kepentingan orang-orang yang di tundukkan kepada kekuasaan-kekuasaan itu. Hak-hak
tersebut tidak pula memberikan keuntungan berupa uang bagi yang berhak berlawanan
dengan hak-hak harta benda, hak hak itu tidak mempunyai nilai uang dan tidak dapat di
pandah tangankan.
3. Sebagian dari hak-hak harta (Vermogensrechten)
a. Hak-hak kebendaan (Zakelijkerechten)
b. Ha-hak atas barang tidak berwujud (rechten of immaterielegoederen)
Hak-hak harta benda adalah hak-hak yang mempunyai nilai keuangan. Berbeda dengan
hak kebendaan. Ha-hak kebendaan adalah ha-hak harta benda yang memberikan
kekuasaan langsung atas sesuatu benda. Kekuasaan langsung di maksud berartiantara
orang-orang yang berhak kepada harta benda. Benda dalam arti yuridis adalah sesuatu
yang merupakan objek hukum (lawan purusa sebagai subjek hukum).
Hak ikat benda (Zaak) sebagai manahalnya dengan hakikat purusa adalah sesuatu
hakikat yang diberikan oleh hukum objek, tetapi hukum objek mempunyai batasan, yaitu
tidak dapat memberikan hakikat itu kepada sesuatu yang tidak mungkin dapat di kuasai
oleh manusia. Sebagai contoh, matahari, bulan, dan bintang. Benda-benda itu, tidak akan
pernah merupakan benda dalam pengertian yuridis. Namun demikian, lain lagi
persoalannya bila benda itu dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu :
1.
Benda yang berwujud adalah benda yang dapat di tangkap oleh pancaindra
misalnya, rumah, kendaraan, dan semacamnya. Benda-benda itu dapat menjadi hak milik
yang (eigendom), hak gadai, danhakpenguasaan;

2.

Benda yang tidak berwujud adalah hak-hak subjektif yang dapat bernilai benda.

Sebagai contoh hak hipotik, hak kekayaan intelektual (haki) dan semacamnya.
b. Hak relatif (Nisbi)
Hak relative dapat di bagi menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Hak public relative adalah hak yang di berikan oleh negara untuk melakukan sesuatu.
Contohnya: hak untuk menghukum kepada seseorang yang meninggal dunia melanggar
UUD pidana, hak dari negara untuk memunggut pajak, bea, dan cukai.
2. Hak keluarga relative adalah hak yang di peroleh dari orang yang sudah meninggal
dunia. Hakkeluarga relative di maksudkan orang yang meninggal dunia meninggalkan
harta atau sejumlah hak lainnya dapat beralih kepada ahli waris yang berhak.
3. Hak kekayaan relative adalah hak perutangan yang muncul daria dan yang utang
piutang. Hak itu dapat di lakukan tagihan kepada orang berhutang atau hak itu di gunakan
untuk membebaskan dari tagihan kepada orang yang berhutang (dihapuskan utangnya).
Dalam ilmu pengetahuan hukum barat, manusia sebagai pembawa hak atau sebagai subyek
hukum dinamakan juga “persoon”. Soediman Kartohadiprodjo ( 1987: 77 ) menyatakan,
bahwa kedudukan hak pada manusia adalah sedemikian rupa yang meskipun dikurangi oleh
undang-undang atau putusan hakim atau dibatasi oleh undang-undang, tetapi mengurangi
atau membatasi ini tidak dapat sedemikian sehingga orang yang bersangkutan itu kehilangan
seluruh haknya sebagai orang ( pasal 1 KUH Perdata ).
Tiap manusia merupakan orang yang karena terbawa oleh keadaan bahwa ia manusia. Karena
itu orang yang bercorak manusia itu disebut orang asli ( natuurlijke persoon ), sebagai
lawan subjek hukum lainnya, yaitu badan hukum ( recht persoon).4
Setiap manusia itu adalah orang, ini mengandung arti, bahwa :
1. Tidak dikenal adanya perbedaan yang berdasarkan agama, baik agama Islam, agama
2.

Kristen, agama Hindu, agama Budha dan sebagainya, mereka itu merupakan orang.
Antara kelamin yang satu dengan yang lainnya tidak diadakan perbedaan pula, baik

3.

wanita maupun laki-laki.
Tida pandang pula, apakah ia seorang kaya atau miskin, mereka mempunyai kedudukan

yang sama dan sederajat dalam masyarakat.
4.
Tidak pandang apakah manusia itu warga negara atau orang asing. Jadi kalau sampai
hukum perdata barat ini berlaku bagi orang asing, maka dia dianggap sebagai orang.
4 Dirdjosisworo, Soedojo. 2003.Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: RajaGrafindo Persada hal.19

Menurut Agus Somawinata ( 1996 : 9 ) yang dimaksud dengan subyek hukum adalah
pendukung hak-hak perdata dan kewajiban-kewajiban perdata subyek atau pendukung dari
hubungan hukum ialah hubungan hukum perdata yang mempunyai hak perdata. Jadi badan
pribadi atau persoon adalah subyek hak yang wenang berhak ( mempunyai kewenangan
berhak), yaitu wenang untuk menjadi pendukung hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata.
Dengan demikian kita dapat menerima secara gamblang, bahwa setiap manusia dalam
kedudukannya sebagai subyek hukum mempunyai wewenang hukum, yaitu wewenang untuk
memiliki hak-hak subyektif, di mana hak-hak keperdataan tersebut tidak tergantung atau
digantungkan kepada hak-hak kewarganegaraan. Menurut Achmad Sanusi ( 1984 : 162 ) hakhak subyektif yang dimilki oleh setiap manusia dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Mutlak, yaitu hak-hak subyektif yang dapat dilaksanakan terhadap setiap orang, dibalik
wewenang daripada yang mempunyai hak, terdapat kewajiban bagi setiap orang lain untuk
menghormati hak tersebut. Selanjutnya dikatakan, bahwa hak mutlak ini dapat dibagi 4,
yaitu :
a) Hak-hak kepribadian atas jiwa, badan, kehormatan dan nama
b) Beberapa hak kekeluargaan seperti hak orang tua, hak perwalian dan hak marital
c)
Hak-hak kebendaan (sebagian dari hak kekayaan ), seperti hak eigendom, baik atas
benda berujud ataupun tidak berujud.
d) Hak-hak atas barang-barang inmaterial, seperti hak mengarang, hak otroi
2. Nisbi, yaitu hak-hak kekayaan dan kekeluargaan yang tidak termasuk sebagai hak mutlak
Berlakunya kedudukan manusia sebagai pembawa hak adalah sejak dia dilahirkan sampai dia
meninggal dunia, bahkan jika hukum memerlukan, misalnya untuk kepentingan pembagian
warisan, maka sejak dalam kandunganpun berlakulah manusia sebagai pembawa hak, dengan
catatan saat dia dilahirkan dalam keadaan hidup, sungguhpun hanya beberapa menit saja. Hal
ini sebagaimana dinyatakan oleh Pasal 2 KUH Perdata, bahwa anak yang ada dalam
kandungan seorang perempuan, dianggap sebagai telah dilahirkan , bilamana juga
kepentingan si anak menghendakinya. Mati sewaktu dilahirkan nya, dianggaplah ia tak
pernah telah ada.5

5L.J. Van Apeldoorn. 2001. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: PT Pradya Paramita hal, 202

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan

Objek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum dan yang dapat menjadi
objek suatu hubungan hukum karena hal itu dapat dikuasai oleh subjek hukum.
Objek hukum dapat berupa benda, baik benda yang bergerak, (misalnya mobil dan hewan)
maupun benda tidak bergerak (misalnya tanah dan bangunan). Di samping itu, objek hukum
dapat berupa benda berwujud (misalnya tanah, bangunan, dan mobil) maupun benda tidak
berwujud (misalnya hak cipta, hak merek, dan hak paten).
Manusia sebagai subyek hukum dikatakan juga sebagai pembawa hak atau pendukung hak.
Sebagai subyek hukum manusia mempunyai hak dan kewajiban untuk melakukan tindakantindakan dalam lapangan hukum, seperti mengadakan perjanjian jual beli,mengadakan
pernikahan, mengadakan pembagian warisan, dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

L.J. Van Apeldoorn. 2001. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: PT Pradya Paramita
Kansil,C.S.T.1986.Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Laksana Hukum Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Dirdjosisworo, Soedojo. 2003.Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: RajaGrafindo Persada