Analisis Dan Studi Kelayakan Proyek Usah (1)

TUGAS INDIVIDU
ANALISIS DAN STUDI KELAYAKAN PROYEK

ANALISIS DAN STUDI KELAYAKAN PROYEK
USAHA BUDIDAYA SAPI POTONG SKALA 500 EKOR

ANDI NURUL AINUN
I111 11 045

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDIN
MAKASSAR
2014

1

Analisis Finansial Studi Kelayakan Proyek Usaha Budidaya
Sapi Potong Skala 500 Ekor
Menurut Umar, (2005) tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu
studi kelayakan proyek bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui
perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara

pengeluaran dan pendapatan seperti ketersediaan dana, modal, kemampuan
proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan
dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus. Kritertia investasi yang
digunakan yaitu analsis laba rugi, break even point produksi (BEP Produksi),
break even poin harga (BEP harga), B/C rasio dan Return of investment (ROI).
Menurut Syarif K. (2011)bahwa,Konsepcost of capital (biaya-biaya untuk
menggunakan modal)dimaksudkan untuk menentukan berapa besar biaya riil dari
masing-masingsumber dana yang dipakai dalam investasi. Aspek finansial
merupakan suatugambaran yang bertujuan untuk menilai kelayakan suatu usaha
untuk dijalankanatau tidak dijalankan dengan melihat dari beberapa indikator
yaitu keuntungan,R/C Ratio, Break Event Point (BEP) dan Payback Period (PP)
yang dapatdiuraikan sebagai berikut :
1. Keuntungan suatu perusahaan didapatkan dari hasil penjualan produk
setelahdikurangi
untukmemproduksi

dengan
produk

biaya-biaya

tersebut.

yang
Analisis

dikeluarkan
ini

perusahaan

bertujuan

untuk

mengetahuibesarnya keuntungan dari usaha yang dilakukan dan semakin
besarkeuntungan maka semakin bagus.

1

2. Imbangan


Penerimaan

dan

Biaya

(R/C

Ratio),

bertujuan

untuk

melihatseberapa jauh biaya yang digunakan dalam kegiatan usaha yang
dilakukandapat memberikan nilai penerimaan sebagai manfaatnya.
3. Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutupkembali
pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakanaliran
kas, yang bertujuan untuk mengetahui seberapa lama modal yang

telahditanamkan bias kembali dalam satuan waktu.
4. BEP (Break Event Point) analisis ini bertujuan untuk mengetahui sampaibatas
mana usaha yang dilakukan bias memberikan keuntungan atau padatingkat
tidak rugi dan tidak untung. Estimasi ini digunakan dalam kaitannyaantara
pendapatan dan biaya.
Menurut Umar,(2009) studi kelayakan terhadap aspek keuangan perlu
dianalisis bagaimana prakiraan aliran kas akan terjadi. Beberapa criteria investasi
yang digunakan untuk menentukan diterima atau tidaknya sesuatu usulan usaha
sebagai berikut :
1. Net Present Value (NPV) merupakan ukuran yang digunakan untuk
mendapatkan hasil neto (net benefit) secara maksimal yang dapat dicapai
dengan investasi modal atau pengorbanan sumber-sumber lain. Analisis ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yag diperoleh selama umur
ekonomi proyek. Proyek dinyatakan layak dilaksanakan jika nilai B/C Rasio
yang diperoleh lebih besar atau sama dengan satu, dan merugi dan tidak layak
dilakukan jika nilai B/C Rasio yang diperoleh lebih kecildari satu.
2. Net Benefit/ Cost Ratio, perbandingan antara present value dari net benefit
positif dengan present value dari net benefit negative. Analisis ini

2


bertujuanuntuk mengetahui berapa besarnya keuntungan dibandingkan
denganpengeluaran selama umur ekonomis proyek.
3. IRR (Internal Rate of Return) merupakan tingkat suku bunga yag dapat
membuat besarnya nilai NPV dari suatu usaha sama dengan nol (0) atau yang
dapat membuat nilai Net B/C Ratio sama dengan satu dalam jangka waktu
tertentu.
Dalam mengkaji aspek keuangan dalam studi kelayakan stidaknya ada lima
faktor yang harus dikaji. Kelima faktor tersebut adalah (Anonim, 2010):
Dana yang diperlukan untuk investasi, baik untuk aktiva tetap maupun modal
kerja.
Sumber sumber pembelanjaan yang akan dipergunakan. Seberapa banyak
dana yang bgerupa modal sendiri dan berapa banyak yang berupa pinjaman
jangka pendek, dan berapa yang jangka panjang.
Taksiran penghasilan, biaya, dan rugi/laba pada berbagai tingkat operasi.
Termasuk di sini estimasi tentang break event proyek tersebut.
Manfaat dan biaya dalam artian finansial, seperti ”rate of retrun on
investment”.
Di sini di samping perlu ditaksir rugi/laba proyek tersebut, juga taksiran
aliran kas diperlukan untuk menghitung profitabilitas finansial proyek

tersebut.
Proyeksi keuangan. Pembuatan neraca yang diproyeksikan dan proyeksi
sumber dan penggunaan dana.
Dalam bisnis kategori pemilihan investasi didasarkan pada replacement
(mengganti peralatan yang telah rusak/boros) dan expansion (ekspansi untuk

3

produk yang sudah ada atau produk yang berbeda). Beberapa metode yang dapat
dilakukan di dalam penilaian investasi akan dipaparkan dalam bagian ini. Metodemetode yang akan dikemukakan ini adalah metode-metode yang secara umum
digunakan di dalam Laporan Studi Kelayakan Bisnis (Sucipto,2013).
Keputusan investasi merupakan keputusan manajemen keuangan yang
paling penting di antara ketiga keputusan jangka panjang yang diambil manajer
keuangan.Disebut penting, karena selain penanaman modal pada bidang usaha
yang membutuhkan modal yang besar, juga keputusan tersebut mengandung
risiko tertentu, serta langsung berpengaruh pada nilai perusahaan. Pada umumnya,
langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengambilan keputusan investasi
adalah sebagai berikut (Sucipto,2013):
1. Adanya usulan investasi (proposal investasi).
2. Memperkirakan arus kas (cash flow) dari usulan investasi tersebut.

3. Mengevaluasi profitabilitas investasi dengan menggunakan beberapa
metode penilaian kelayakan investasi.
4. Memutuskan menerima atau menolak usulan investasi tersebut.
Untuk menilai profitabilitas rencana investasi dikenal dua macam metode,
yaitu metode konvensional dan metode nonkonvensional (discounted cash flow).
Dalam metode konvensional dipergunakan dua macam tolok ukur untuk menilai
profitabilitas rencana investasi, yaitu payback period dan accounting rate of
return, sedangkan dalam metode non-konvensional dikenal tigamacam tolok ukur
profitabilitas, yaitu Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI), dan
Internal Rate of Return (IRR) (Sucipto,2013).

4

1. Metode Payback Period (PP)
Payback period adalah suatu metode berapa lama investasi akan kembali
atau periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi
(initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain
payback period merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash
flownya yang hasilnya merupakan satuan waktu. Suatu usulan investasi akan
disetujui apabila payback period-nya lebih cepat atau lebih pendek dari payback

period yang disyaratkan oleh perusahaan (Sucipto,2013).
Rumus payback period jika arus kas dari suatu rencana investasi/proyek
berbeda setiap tahun (Sucipto,2013).:
Payback Period =n+

a−b
× 1tahun
c−b

di mana:
n = tahun terakhir di mana arus kas masih belum bisa menutupi initial investment
a = jumlah initial investment
b = jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n
c = jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n+1
Rumus payback period jika arus kas dari suatu rencana investasi/proyek
sama jumlahnya setiap tahun (Sucipto,2013).:
Payback Period =

Initial Investment
×1 tahun

Cash Flow

Metode payback period merupakan metode penilaian investasi yang sangat
sederhana perhitungannya, sehingga banyak digunakan oleh perusahaan. Tetapi di
lain pihak metode ini mempunyai kelemahan-kelemahan, yaitu (Sucipto,2013):
a. Tidak memperhatikan nilai waktu uang.

5

b. Mengabaikan arus kas masuk yang diperoleh sesudah payback period suatu
rencana investasi tercapai.
c. Mengabaikan nilai sisa (salvage value) investasi.
Meskipun metode payback period memiliki beberapa kelemahan, namun
metode ini masih terus digunakan secara intensif dalam membuat keputusan
investasi, tetapi metode ini tidak digunakan sebagai alat utama melainkan hanya
sebagai indikator dari likuiditas dan risiko investasi (Sucipto,2013).
Keunggulan metode payback period adalah sebagai berikut (Sucipto,2013):
a.

Perhitungannya mudah dimengerti dan sederhana.


b.

Mempertimbangkan arus kas dan bukan laba menurut akuntansi.

c.

Sebagai alat pertimbangan risiko karena makin pendek payback makin
rendah risiko kerugian.

2. Metode Net Present Value (NPV)
Secara umum ada anggapan bahwa metode net present value merupakan
kriteria seleksi kuantitatif yang paling baiksehingga paling sering digunakan
untuk menilai kelayakan suatuusulan investasi. Namun ada kalanya perusahaan
dalam prosespembuatan keputusan investasi tidak hanya menggunakanmetode net
present value tetapi juga menggunakan metode metodelainnya secara bersamasama.Metode ini adalah metode yang mengurangkan nilai sekarang dari uang
dengan aliran kas bersih operasional atasinvestasi selama umur ekonomis
termasuk terminal cash flow dengan initial cash flow (initial investment). Secara
matematik rumus untuk menghitung Net Present Value (NPV) dapat dituliskan
sebagai berikut (Sucipto,2013):


6

n

NPV =∑
t−1

CIF t
−COF
(1+k )t

di mana:
CIF = cash inflow pada waktu t yang dihasilkan suatu investasi
k = biaya modal
COF = initial cash outflow
n = usia investasi
Metode ini memperhatikan nilai waktu uang, maka arus kas masuk (cash
inflow) yang digunakan dalam menghitung net present value (nilai sekarang
bersih) adalah arus kas masuk yangdidiskontokan atas dasar discount rate tertentu
(biaya modal, opportunity cost, tingkat bunga yang berlaku umum).Selisih antara
present value penerimaan kas dengan present value pengeluarankas dinamakan
Net Present Value (Sucipto,2013).
Kriteria keputusan (Sucipto,2013):
Jika NPV bertanda positif (NPV > 0), maka rencana investasi diterima.
Jika NPV bertanda negatif (NPV < 0), maka rencana investasi ditolak.
Keunggulan metode NPV
a.

Memperhitungkan nilai waktu dari uang.

b.

Memperhitungkan arus kas selama usia ekonomis proyek.

c.

Memperhitungkan nilai sisa proyek.

Kelemahan metode NPV
a.

Manajemen harus dapat menaksir tingkat biaya modal yang relevan selama
usia ekonomis proyek.

7

b.

Jika proyek memiliki nilai invetasi inisial yang berbeda, serta usia yang
juga berbeda, maka NPV yang lebih besar belum sebagai proyek yang lebih
baik.

c.

Derajat kelayakan tidak hanya dipengaruhi oleh arus kas,melainkan juga
dipengaruhi oleh faktor usia ekonomis proyek.

3. Metode Discount Payback Period
Untuk mengatasi salah satu kelemahan dari metode payback period, yaitu
tidak memperhatikan nilai waktu uang, maka dicoba untuk memperbaiki metode
tersebut dengan cara mempresent-valuekan arus kas masuk (cash inflow) dari
rencana investasi tersebut kemudian baru dihitung payback period-nya. Dengan
demikian arus kas yang dipakai adalah arus kas yang telah didiskontokan atas
dasar cost of capital/interest rate/requiredrate of return atau opportunity
cost(Sucipto,2013).
4. Metode Internal Rate of Return
IRR adalah nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama
dengan nol. Discount rate yang dipakai untuk mencari present value dari suatu
benefit/biaya harus senilai dengan opportunity cost of capital seperti terlihat dari
sudut pandangan si penilai proyek. Konsep dasar opportunity cost pada
hakikatnya merupakan pengorbanan yang diberikan sebagai alternatif terbaik
untuk dapat memperoleh sesuatu hasil dan manfaat atau dapat pula menyatakan
harga yang harus dibayar untuk mendapatkannya (Sucipto,2013).
Secara matematik rumus internal rate of return (IRR) dapat dituliskan
sebagai berikut (Sucipto,2013).:

8

n

CIFt
t
t −1 (1+ IRR)

COF=∑

5. Modified Internal Rate of Return (MIRR)
MIRR adalah suatu tingkat diskonto yang menyebabkan present value biaya
(cash outflow) sama dengan present value nilai terminal, di mana nilai terminal
adalah future value dari arus kas masuk (cash inflow) yang digandakan dengan
biaya modal. MIRR memiliki kelebihan dibandingkan IRR karena MIRR
mengasumsikan arus kas dari proyek diinvestasikan kembali (digandakan) dengan
menggunakan biaya modal. Selain itu MIRR juga dapat menghindari masalah
“multiple IRR” yang terjadi pada metode IRR (Sucipto,2013)..
Rumus untuk menghitung MIRR adalah (Sucipto,2013).:
PV Biaya=

Nilai Terminal
n
(1+ MIRR)
n

PV Biaya=∑
t−1

CIF t (1+ i)n−t
(1+ MIRR)n

6. Metode Profitability Index (PI)
Profitability index dapat dihitung dengan membandingkan antara PV kas
masuk dengan PV kas keluar. Rumus (Sucipto,2013).:
PI =

PV kas masuk
PV kas keluar
Kriteria penilaian PI adalah: jika nilai PI lebih besar dari 1, usulan proyek

dinyatakan layak, sebaliknya jika PI lebih kecil dari 1 usulan proyek dinyatakan
tidak layak.
7. B/C Rasio (benefit cost ratio)
9

Kadariah (1987) dalam Anonim (2010) menyatakan bahwa untuk
mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan
mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya korbanan, dimana bila :
B/C Ratio > 1 = efisien
B/C Ratio ═ 1 = impas
B/C Ratio < 1 = tidak efisien
Selanjutnya Kadariah (1978) dalam Anonim (2010) menambahkan
Analisis tingkat kelayakan usaha tani atau B/C ratio. Benefit Cost Ratio (B/Cratio)
bisa digunakan dalam analisis kelayakan usaha tani, yaitu perbandingan antara
total pendapatan dan total biaya yang dikeluarkan.
B/C ratio =

Total Pendapatan(Rp)
Total Biaya Produksi (Rp)

(Cahyono, 2002 dalam Anonim

2010).
Soekartawi et al. (1986) dalam Anonim (2010) menyatakan bahwa suatu
usaha dikatakan memberikan manfaat bila nilai B/C Ratio > 1. Semakin besar
nilai B/C Ratio maka semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya, semakin
kecil nilai B/C Rationya maka semakin tidak efisien usaha tersebut.
8. Analisis BEP (break even point)
Analisis titik impas atau pulang modal (BEP) adalah suatu kondisi yang
menggambarkan bahwa hasil usaha tani yang diperoleh sama dengan modal yang
dikeluarkan. Dalam kondisi ini, usaha tani yang dilakukan tidak menghasilkan
keuntungan tetapi juga tidak mengalami kerugian (Anonim, 2010).

10

a. BEP Volume Produksi
BEP Volume Produksi menggambarkan produksi minimal yang harus
dihasilkan, agar usaha tani tidak mengalami kerugian (Anonim, 2010).
BEP = Total Biaya Produksi (Rp.)
Harga di Tingkat Petani (Rp./Kg)
b. BEP Harga Produksi
BEP Harga Produksi menggambarkan harga terendah dari produk yang
dihasilkan. Apabila harga ditingkat petani lebih rendah dari pada harga BEP,
maka usaha tani akan mengalami kerugian (Cahyono, 2002 dalam Anonim 2010)
BEP = Total Biaya Produksi (Rp.)
Total Produksi (Kg)
BEP (break even point) dimaksudkan untuk mengetahui titik impas (tidak
untung dan juga tidak rugi) dari usaha bisnis yang diusahakan tersebut. Jadi dalam
keadaan tersebut pendapatan yang diperoleh sama dengan modal usaha yang
dikeluarkan (Rahardi et al., 1993 dalam Anonim, 2010)
9. Metode Penyusutan
Untuk menghitung pajak penghasilan yang merupakan komponen dalam
laba rugi dan cash flow diperlukan perhitungan penyusutan aktiva tetap. Metode
penyusutan yang digunakan adalah metode penyusutan garis lurus. Secara
matematis, rumus penyusutan garis lurus yaitu sebagai berikut (Soeharto dan
Iman, 2001 dalam Anonim,2010):
Penyusutan = Nilai perolehan - Nilai sisa
Umur Ekonomis

11

a. ROI (return on investment)
Kasmir dan Jakfar (2003) dalam Anonim (2010) menyatakan ROI (return
on investment) merupakan rasio yang menunjukkan hasil atas jumlah aktiva yang
digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran tentang efisiensi manajemen.
Ratio ini menunjukkan hasil dari seluruh aktiva yang dikendalikannya dengan
mengabaikan sumber pendanaan dan biasanya ratio ini diukur dengan persentase.
Ratio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan baik modal
pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) ratio ini semakin tidak
baik, demikian pula sebaliknya.Artinya ratio ini digunakan untuk mengukur
efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.
Cahyono (2002) dalam Anonim (2010) menyatakan Analisis tingkat
efisiensi penggunaan modal ROI (return on investment) dalam analisis usaha
untuk mengetahui keuntungan usaha, berkaitan dengan modal yang telah
dikeluarkan. Besar kecilnya nilai ROI ditentukan oleh keuntungan yang dicapai
dan perputaran modal, yang dapat dihitung dengan rumus :
ROI = Keuntungan Usaha Tani x 100 %
Modal Usaha

12

Analisis Kelayakan Finansial Berdasarkan Hasil Praktek
di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang
Analisis aspek finansial pada usaha Budidaya Sapi Potong skala 500 ekor
dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha ini, sehingga hasil dari output
penelitian

diharapkan

dapat

menjadi

rekomendasi

pertimbangan

dalam

melaksanakan pengembangan investasi skala usaha. Komponen dari aspek yang
dikaji pada analisis aspek finansial adalah:
1. Investasi Usaha
Biaya invetasi yang ada pada usahaBudidaya Sapi Potong milik skala 500
ekor dikeluarkan pada saat usaha akan dijalankan. Biaya ini merupakan dana
dalam pengadaan barang-barang investasi.
Tabel 1. Biaya Investasi Budidaya Sapi Potong Skala 500 ekor
No
1
2
3
4
5

Jenis Investasi
Bangunan
Sekop
Cangkul
Parang
Ember

Jumlah
5
12
5
6
8
Total

Harga Satuan (Rp)
Rp. 150.000.000
Rp.
65.000
Rp.
75.000
Rp.
30.000
Rp.
15.000

Total (Rp)
Rp. 750.000.000
Rp.
780.000
Rp
375.000
Rp
180.000
Rp.
120.000
Rp 751.455.000

Besarnya dana investasi awal yang dieluarkan skala 500 ekor adalah
Rp 751.455.000. Barang-barang modal yang didapat dari dana investasi tersebut
adalah bangunan, sekop, cangkul, parang dan ember. Berikut rincian biaya
investasi untuk barang-barang modal dapat dilihat pada Tabel 1 di atas. Biaya
investasi yang dikeluarkan pada awal pendirian usaha mengalami penyusutan tiap
tahunnya dengan proporsi yang berbeda. Penyusutan barang-barang investasi

13

dipengaruhi umur teknis dan lama pemakaian yang mampu diperoleh dari masingmasing barang investasi. Dasar penentuan umur teknis adalah lama tingkat pakai
kemampuan barang untuk masih layak digunakan.
Tabel 2. Biaya Reinvestasi Budidaya Sapi Potong skala 500 ekor
N
o

Jenis Investasi

1
2
3

bangunan
Sekop
Cangkul

5
12
5

Rp. 150.000.000
Rp.
65.000
Rp.
75.000

4

Parang

6

Rp.

5

Ember

8

Rp.

Jumlah

Total

Harga Satuan (Rp)

Umur
(tahun)

Reinvestasl (Rp)
Rp 750.000.000
Rp.
780.000
Rp
357.000

30.000

10
5
5
3

Rp

180.000

15.000

1

Rp.

120.000

Rp 751,455,000

Tabel 2 menunjukkan nilai biaya reinvetasi yang harus dikeluarkan
pemilik usaha Budidaya Sapi Potong. Barang-barang investasi tersebut
mengalami penyusutan nilai tiap tahunnya. Nilai barang di akhir tahun teknis
pemakaian akan lebih kecil daripada nilai barang di awal tahun pembelian karena
proses pemakaian barang yang terus-menerus. Nilai penyusutan ditentukan
dengan menggunakan metode garis lurus. Metode garis lurus dihitung dengan cara
harga beli aset dikurangi dengan nilai sisa hasil pengurangan kedua nilai tersebut
lalu dibagi dengan umur teknis, nilai sisa ditentukan dengan proporsi lima persen
dari nilai awal pembelian barang. Setiap nilai aset dari suatu barang akan memiliki
nilai yang berbeda karena ditentukan dari tiga faktor yang masuk kedalam unsur
perhitungan nilai penyusutan tersebut yakni nilai awal, nilai sisa dan umur teknis.
Nilai sisa merupakan salah satu komponen dari perhitungan laba rugi dan nilai
sisa merupakan salah satu komponen penerimaan kegiatan proyek.

14

Tabel 3. Penyusutan dari Barang Investasi Usaha Budidaya Sapi Potong
skala 500 ekor
No

Jenis Investasi

1
2
3
4
5

Bangunan
Sekop
Cangkul
Parang
Ember
Total Penyusutan

Penyusutan
Rp.
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

71.250.000
148.200
71.250
57.000
114.000
71.640.450

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilhat bahwa Total nilai penyusutan dari
barang-barang modal dalam usaha Budidaya Sapi Potong milik Skala 500 ekor
adalah Rp 71.640.450.

Nilai penyusutan terbesar disumbang oleh bangunan

dengan nilai Rp 71.250.000.
2. Biaya Produksi
a. Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan komponen terakhir dalam biaya operasional setelah
biaya variabel. Tidak seperti biaya variabel besaran biaya tetap yang dikeluarkan
tidak dipengaruhi jumlah porsi lalpan yang disajikan per harinya. Terdapat satu
komponen utama yang dikeluarkan bapak sugiarto dalam setiap satu kali siklus
produksi . Komponen tersebut hanya berupa penyusutan peralatan. Total
penyusutan peralatan sebesar Rp 71.250.000. Untuk lebih jelaskan dapat dilihat
pada tabel 4.

15

Tabel 4. Biaya Tetap yang dikeluarkan dalam Usaha Budidaya Sapi
Potong skala 500 ekor
No
Komponen Biaya Tetap
Total Biaya/tahun
1
Penyusutan Peralatan
Rp 71.250.000
b. Biaya Variabel
Biaya variabel merupakan salah satu komponen biaya operasional dalam
kegiatan bisnis. Biaya variabel yang dikeluarkan oleh usaha Budidaya Sapi
Potong skala 500 ekor terdiri dari bibit, pakan dan obat-obatan serta tenaga kerja.
Biaya variabel yang dikeluarkan dalam usaha Budidaya Sapi Potong Skala
500 ekor peternakan dimulai pada tahun pertama umur proyek. Biaya ini keluar
setiap harinya. Rincian biaya variabel yang dikeluarkan usaha Budidaya Sapi
Potong Skala 500 ekor dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Biaya Variabel yang dikeluarkan dalam Usaha Budidaya Sapi
Potong Skala 500 ekor
Harga
Satuan

No Komponen

Rp.
3.000.000

1

Bibit

2

Pakan
Obatobatan
Tenaga
Kerja
Listrik dan
air

3
4
5

Total Biaya
per hari
-

Rp.

12.000

Rp. 6.000.000

Rp.

15.000

-

Rp.

50.000 Rp.

Rp.

90.000

Total Biaya

500.000

Rp. 1.100.000

Total Biaya
per bulan

Total Biaya per
periode

Rp.
180.000.000

Rp
150.000.000
Rp
1.440.000.000

Rp.
15.000.000
Rp.
90.000
Rp.
195.090.000

Rp
Rp

600,000
120.000.000

Rp. 720.000
Rp. 3.061.320.000

3. Penerimaan
Penerimaan adalah hasil dari perkalian jumlah produksi dengan harga jual
Bentuk umum penerimaan dari penjualan yaitu TR = P x Q ; dimana TR adalah
total revenue atau penerimaan, P adalah Price atau harga jual perunit produk dan

16

Q adalah Quantity atau jumlah produk yang dijual. Dengan demikianpenerimaan
yang di peroleh dari usaha Budidaya Sapi Potong Skala 500 ekor yakni hasil
penjualan sapi. Rincian Penerimaan dapat dilihat pada Tabel. 6.
Tabel 6. Penerimaan Usaha Budidaya Sapi Potong Skala 500 ekor
N
Jenis
Penerimaan/
Penerimaan/hari
o
Penerimaan
bulan
1

Penjualan Sapi
Total Penerimaan

-

-

Penerimaan per
periode
Rp 4.250.000.000
Rp 4.250.000.000

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat total penerimaan terdiri dari penerimaan
/tahun. Total penerimaan/tahun berjumlah Rp. 4.250.000.000.
4. Pendapatan
Pendapatan yaitu selisih dari total penerimaan dengan total biaya dengan
rumus Pd = TR – TC, dimana Pd adalah Pendapatan, TR yaitu total penerimaan
dan TC adalah total biaya. Rincian Pendapatan dalam usaha Budidaya Sapi
Potong Skala 500 ekor dapat dilihat pada tabel. 7.
Tabel 7. Pendapatan yang Diperoleh dalam Usaha Budidaya Sapi Potong Skala
500 Ekor.
N
o

Jenis
penerimaan

1 Penjualan Sapi
Total penerimaan

Penerimaan/hari

Penerimaan/bulan

Total Biaya

Pendapatan

-

Penerimaan/tahun
Rp 4.250.000.000
Rp 4.250.000.000
Rp 3.132.390.450
Rp. 1.177.039.550

Berdasarkan Tabel.7 dapat dilihat bahwa usaha usaha Budidaya Sapi
Potong Skala 500 ekor memberikan suatu keuntungan yang cukup besar ini
terbukti bahwa jumlah penerimaan lebih besar dari pada jumlah biaya. Total
keuntungan pertahun diperoleh Rp. 8.163.320.450.

17

5. Tabel Cash Flow

N
O
1
A.
B.

2
A.
3
A.

Tabel 8. Arus Kas Usaha Budidaya Sapi Potong skala 500 ekor
Jumla
Uraian
Harga/satuan
h
Total Biaya
barang
Investasi Awal
Investasi
Bangunan
investasi peralatan
a. Sekop
b. Cangkul
c. Parang
d. Ember
Penerimaan
(Benefit)
Penjualan Sapi

Rp. 65,000
Rp. 75,000
Rp. 30,000
Rp. 15,000
Total investai

5

Rp 750.000.000

12
5
6
8

Rp 780.000
Rp 375.000
Rp 18.000
Rp
120.000
Rp

Rp. 8.500.000
500
total benefit/tahun

Rp

751.455.000

4.250.000.000
Rp 4.250.000.000

Biaya (Cost)
Biaya Tetap
a. Penyusutan

Rp. 71.640.450
total biaya tetap

B.

Keterangan

Rp. 71.640.450

Biaya Variabel
Rp
Bibit
Pakan
Obat-obatan
Tenaga Kerja
Listrik

4
5

Rp 3.000.000
Rp 12.000
Rp 15,000

500
500
20

Rp. 30,000
10
Rp. 90.000
Total biaya variabel pertahun

total cost pertahun
Benefit pertahun
pajak/tahun
Rp
2.500.000
Net benefit/tahun

1.500.000.000
Rp
1.440.000.000
Rp
600.000
Rp.
120.000.000
Rp.
720.000
Rp 3.061.320.000
Rp 3.132.960.450
Rp 1.117.039.550
Rp

2.500.000

Rp

2.500.000

Rp 1.117.039.550

18

Analisis Finansial Usaha
1. Return Cost Ratio (R/C)
R/C adalah perbandingan antara penerimaan penjualan dengan biaya-biaya
yang dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan produk. Usaha
Budidaya Sapi Potong dalu menguntungkan apabila nilai R/C > 1. Semakin besar
nilai R/C semakin besar pula tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari usaha
tersebut.
R/C

=
=

Total penerimaan penjualan produk
Total Biaya
4.250.000.000

3.132.960.450
=

1,356544415

Berdasarkan hasil analisis R/C bahwa dapat diketahui, jika menggunakan
biaya Rp. 1000 mampu memproleh keuntungan sebesar Rp. 357. Nilai R/C yang
diperoleh sebesar 1,357. Nilai tersebut menunjukkan angka lebih besar dari satu
sehingga usaha Budidaya Sapi Potong dengan Skala 500 ekor layak diusahakan
dan menguntungkan karena dalam ketentuan mengatakan apabila nilai R/C
didalam suatu usaha lebih besar dari satu maka usaha terseebut layak dan
menguntungkan.
2. Benefit Cost Ratio
B/C adalah perbandingan antara tingkat keuntungan yang diperoleh
dengan total biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan layak dan
memberikan manfaat apabila nilai B/C> 1. semakin besar nilai B/C semakin besar
pula manfaat yang akan diperoleh dari usaha tersebut.

19

B/C =

Tingkat Keuntungan
Total biaya

=

1.117.039.550
3.132.960.450

=

0,356544415

Berdasarkan hasil analisis B/C bahwa usaha Budidaya Sapi Potong dalam
perhitungan satu tahun maka usaha tersebut menunjukkan tidak layak untuk
diusahan dan dilanjutkan karena nilai benefit cost lebih besar dari pada satu yaitu
0,356.
3. Net Present Value (NPV)
Adapun NPV yang diperoleh pada usaha Budidaya Sapi Potong milik
Skala 500 ekor, sebagai berikut :
Tabel 9. NPV Usaha Budidaya Sapi Potong Skala 500 ekor
Tahun

0

2014

Investasi

Net

D.F.
10%

Present

(Rp)

Benefit
(Rp)

751.455.000

751.455.000

1

751.455.000

1.117.039.55
0

0,909

1.015.388.951

Value
(Rp)

1.766.843.951
Net Present Value (NPV)

Berdasarkan hasil yang diperoleh Net Present Value (NPV) dalam usaha
Budidaya Sapi Potong yaitu dengan bunga 10 %. Karena NPV yang diperoleh
positif maka usaha dapat dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh besar.

20

4. Analisa Break Even Point (BEP)
Berdasarkan dari hasil anlisis, maka diperoleh BEP dalam usaha
Budidaya Sapi Potong, yakni BEP produksi sebesar Rp. 6.265.921 dan BEP harga
sebesar Rp. 36,583.
5. IRR
Adapun IRR yang diperoleh pada usaha Budidaya Sapi Potong Skala 500
ekor, sebagai berikut :
Tahun
0

Tabel 10. IRR Usaha Budidaya Sapi Potong Skala 500 ekor
Net Benefit
D.F
Present Value D.F
Present Value
(Rp)
10%
(Rp)
20%
(Rp)
751.455.000
751.455.000
751.455.000
1
1
8.163.320.450 0,909

2014

NPV 1 =

IRR=i1+
¿ 10 %+

1.015.388.951 0,833
93.049.3945,2
1.766.843.951 NPV 2 = 1.681.948.945

NPV 1
.(i 2−i 1)
( NPV 1−NPV 2)

1.766 .843 .951
.(20 %−10 %)
(1.766.843 .951−1.681.948 .945)

¿ 10 %+ 20,81210708.(10 % )
¿ 10 %+ 2,081210708
¿ 12,081210708 .

Berdasarkan hasil yang diperoleh Internal Rate of Retrn (IRR) dalam
usaha Budidaya Sapi Potong yaitu 12,081.

6. Payback Period (PP)

21

Payback Period atau jangka waktu pengembalian investasi yang
dikeluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek pada Budidaya
Sapi Potong Skala 500 ekor dapat dilihat dibawah ini :
Diketahui : I (Modal Investasi)

= Rp 751.455.000

Ab (Keuntungan/tahun) = Rp 8.163.320.450
Ditanyakan : PP (Peyback Periode)…..????
Rumus
PP=

I
Ab
Penyelesaian : PP =

Rp 751.455.000
Rp 1.117.039.550

PP = 0, 67272
PP = 0, 67
Jadi untuk mengembalikan investasi awal yang dikeluarkan sebesar Rp
751.455.000 dalam menjalankan usahanya , maka waktu yang diprerlukan dalam

mengembalikan investasi awal hanya membutuhkan waktu dalam jangka waktu
kurang lebih 6 bulan. Sehingga usaha tersebut sangat layak untuk diusahakan
karena usaha tersebut hanya memerlukan waktu relatife singkat dalam
pengembalian investasi awal.

22