Pemetaan Kerentanan Bencana Tsunami di K (1)

PRAKTIK KERJA MAGANG PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

Oleh:

RISKA ALFIANI NIM. 135080601111054

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2016

PRAKTIK KERJA MAGANG TENTANG PEMETAAN DAERAH RAWAN BENCANA TSUNAMI KABUPATEN BANTUL DI LABORATORIUM PARANGTRITIS GEOMARITIME SCIENCE PARK (PGSP) DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PRAKTIK KERJA MAGANG PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Kelautan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Oleh:

RISKA ALFIANI NIM. 135080601111054

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LEMBAR PENGESAHAN PRAKTIK KERJA MAGANG PEMETAAN DAERAH RAWAN BENCANA TSUNAMI KABUPATEN BANTUL DI LABORATORIUM PARANGTRITIS GEOMARITIME SCIENCE PARK (PGSP) DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh: RISKA ALFIANI

NIM. 135080601111054

Telah dipertahankan di depan pembimbing pada tanggal 30 Novermber 2016 dan di nyatakan telah memenuhi syarat

Mengetahui,

Menyetujui,

Sekretaris Jurusan Dosen Pembimbing

Oktiyas Muzaky Luthfi, ST,M.Sc Ir. Bambang Semedi, M.Sc., Ph.D. NIK. 19791031 200801 1 007

NIK.196212201988031004

PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam laporan Praktik Kerja Magang yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan Praktik Kerja Magang ini hasil penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

Malang, November 2016

RISKA ALFIANI NIM. 135080601111054

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyusunan laporan Praktik Kerja Magang ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Kedua orangtua saya yang selalu memberikan dukungan, doa restu serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Magang ini dengan baik.

2. Bapak Ir. Bambang Semedi, M.sc., Ph. D selaku dosen pembimbing laporan Praktik Kerja Magang serta dosen penguji ujian PKM

3. Kepada Mega Dharma Putra selaku pembimbing di Parangtritis Geomaritime Science Park yang telah memberikan arahan, masukan dan bimbingan selama magang

4. Keluarga besar Parangtritis Geomaritime Science Park yang telah memfasilitasi Praktik Kerja Magang saya, serta staff Parangtritis Geomaritime Science Park, yaitu Bu Retno selaku Kepala instansi, Mas Mega, Mas Farid, Mas Anggara, Mas Edwin, Mbak Erwin, Mbak Zheny, Mas Tri, Mas Ranto, Mbak Sri, Mbak Ayu, Mas Yuda

5. Teman – teman seperjuangan selama magang di Yogyakarta Ayu, Mimi, Puspa, Faizah, Putri, Widya, Izziz, Zul, Tomi, Erik, Ius dan Jenner yang menjadi teman sekaligus saudara bagi penulis.

6. Sahabat – sahabat yang aku sayangi dan selalu mendukung penulis Anggi, Putri, Ais, Widya dan Mimi semoga semuanya lancar dan persahabatan ini dapat terjaga dengan baik.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu – persatu karena keterbatasan tempat

RINGKASAN

Riska Alfiani. PKM tentang Pemetaan Daerah Rawan Bencana Tsunami Kabupaten Bantul Di Laboratorium Parangtritis Geomaritime Scince Park (PGSP) Daerah Istimewa Yogyakarta (dibawah bimbingan Ir. Bambang Semedi, M.Sc.,

Ph. D)

Kawasan pantai selatan Yogyakarta secara tektonik merupakan salah satu daerah dengan seismisitas tinggi dan aktif. Aktivitas seismisitas di kawasan ini dapat menyebabkan gempa bumi dan potensi tsunami, yang dapat berkembang menjadi bencana alam. Perairan pantai selatan Yogyakarta termasuk wilayah dengan pantai terbuka (open sea) dengan pantainya yang berhadapan dengan Samudra Hindia. Tsunami merupakan bencana yang belum bisa diprediksi kapan terjadinya bencana tersebut datang. Sebelum tsunami terjadi dimasa yang akan datang, yang dapat dilakukan adalah mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh tsunami melalui mitigasi. Salah satu cara untuk mendukung mitigasi bencana terhadap tsunami adalah dengan memetakkan tingkat kerentanan bencana tsunami di pesisir Kabupaten Bantul berupa peta tingkat rawan bencana tsunami di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang selanjutnya dapat dijadikan acuan dalam menentukan jalur evakuasi untuk meminimalisir korban akibat bencana tsunami.

Tujuan penelitian dari Praktik Kerja Magang (PKM) ini adalah untuk mengetahui daerah yang rentan terhadap bencana tsunami, untuk mengetahui penggunaan lahan apa saja yang ditimbulkan akibat tsunami serta untuk mengetahui luasan penggunan lahan yang ditimbulkan akibat tsunami.

Proses pengolahan data yaitu clip / crop data DEM dengan shp Kabupaten Bantul, setelah itu mengolah data slope, lalu elevasi, digitasi dan yang terakhir layouting. Terdapat 2 parameter yang digunakan yaitu elevasi dan slope. Hasil peta kerenatanan tsunami yaitu Kecamatan yang rentan terhadap tsunami didapatkan hasil bahwa Kabupaten yang rawan berada di sebagian kecamatan Srandakan, Kecamatan Sanden dan kecamatan Kretek sedangakan kecamatan dengan kelas tidak rentan terletak di kecamatan Dlingo

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuna – Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Magang ini. Laporan ini merupakan pertanggungjawaban penulis selama melakukan Praktik Kerja Magang di Parangtritis Geomaritime Science Park Daerah Isrimewa Yogyakarta dengan judul “ Pemetaan Daerah Rawan Bencana Tsunami Kabupaten Bantul Di Laboratorium Parangtritis Geomaritime Scince Park (PGSP) Daerah Istimewa Yogyakarta”. Di dalam laporan Praktik Kerja Magang ini, terdapat beberapa bahasan diantaranya latar belakang, metodologi, hasil, kendala dan saran serta penutup.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih kurang dari sempurna dan terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan adanya masukkan, baik saran maupun kritik yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga laporan ini bisa bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan bagi pembaca secara umum.

Malang, September 2016

Penulis

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap ancaman bencana,

terutama bencana tsunami, karena Indonesia dipertemukan oleh tiga lempeng, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo – Australia dan lempeng Samudera Pasifik. Wilayah Indonesia yang rewan akan bencana tsunami adalah pantai barat Sumatera, pantai selatan pulau jawa, pantai Utara dan Selatan pulau – pulau Nusa Tenggara, pulau – pulau di Maluku, pantai utara Irian Jaya dan hampir seluruh pantai di Sulawesi (Triatmadja, 2010).

Gelombang tsunami memang tidak terasa, tetapi gelombang ini berubah menjadi gelombang yang besar dan dapat menghantam semua benda dihadapannya. Bencana tsunami kerap mengancam wilayah yang mempunyai tatanan geologi di sekitar pergerakan lempeng bumi yang masih aktif, alasan lain adalah Indonesia terletak pada rangkaian Cincin Api Pasifik (Ring of Fire). Tatanan geologi tersebut telah menempatkan geografis Indoneisa sebagai negara kepulauan yang sebagian besar luas wilayahnya berupa lautan, dan mempunyai garis pantai terpanjang kedua di dunia (Pramana, 2015).

Tsunami adalah gelombang air laut yang merambat ke segala arah dan terjadi karena adanya gangguan pada dasar laut. Gangguan ini terjadi karena perubahan bentuk dari struktur geologis dasar laut secara vertikal dan terjadi dalam waktu yang singkat. Perubahan tersebut disebabkan oleh tiga sumber yaitu gempa bumi tektonik, letusan gunung api atau longsor yang terjadi di dasar laut. Berdasarkan dari ketiga sumber tersebut, yang paling berpengaruh adalah gempa bumi tektonik. Tidak semua gempa bumi tektonik dapat mengakibatkan tsunami, tetapi Tsunami adalah gelombang air laut yang merambat ke segala arah dan terjadi karena adanya gangguan pada dasar laut. Gangguan ini terjadi karena perubahan bentuk dari struktur geologis dasar laut secara vertikal dan terjadi dalam waktu yang singkat. Perubahan tersebut disebabkan oleh tiga sumber yaitu gempa bumi tektonik, letusan gunung api atau longsor yang terjadi di dasar laut. Berdasarkan dari ketiga sumber tersebut, yang paling berpengaruh adalah gempa bumi tektonik. Tidak semua gempa bumi tektonik dapat mengakibatkan tsunami, tetapi

1. Gempa bumi tektonik terjadi di bawah laut

2. Kedalaman (Hiposenter) gempa bumi kurang dari 100 km

3. Kekuatan gempa bumi 7 Skala Richter (SR) atau lebih

4. Pergerakan lempeng tektonik terjadi secara vertikal, mengakibatkan dasar laut naik/turun dan mengangkat/menurunkan kolom air diatasnya.

Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap tsunami, terutama daerah – daerah yang berhadapan langsung dengan pertemuan lempeng Eurasia, Indo- Australia dan Pasifik, antara lain bagian barat Sumatera, Selatan Pulau Jawa, Nusa Tenggara, bagian utara papua, Sulawesi dan Maluku, serta bagian timur Pulau Kalimantan (BMKG, 2012).

Kawasan pesisir Kabupaten Bantul merupakan lahan asal marin (aktivitas gelombang dan arus yang kuat) dan angin yang berada di bagian selatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pesisir selatan Pulau Jawa merupakan bagian dari Kepulauan Indonesia yang berbatasan langsung dengan zona sub duksi antara Lempeng India – Australia dan Lempeng Eurasia, zona subduksi ini terletak di Samudra Hindia. Hasil dari tumbukan kedua lempeng ini yaitu tenaga endogenik yang bersifat dinamis. Konsekuensianya, wilayah Kabupaten Bantul mempunyai tingkat kerentanan yang tinggi terhadap gempa bumi dan ditambah banyaknya pemukiman di wilayah ini. Gempa bumi yang terjadi di bawah permukaan air laut dapat terjadi diskolasi pada paparan samudra dan dapat mengahasilkan tsunami (Sinambela et al., 2014).

Kawasan pantai selatan Yogyakarta secara tektonik merupakan salah satu daerah dengan seismisitas tinggi dan aktif. Aktivitas seismisitas di kawasan ini dapat menyebabkan gempa bumi dan potensi tsunami, yang dapat berkembang

menjadi bencana alam. Perairan pantai selatan Yogyakarta termasuk wilayah dengan pantai terbuka (open sea) dengan pantainya yang berhadapa dengan Samudra Hindia. Oleh karena itu Kabupaten Bantul termasuk wilayah yang rawan terhadap bencana alam lainnya seperti abrasi, longsoran dan gerakan tanah (Subardjo dan Ario, 2016). Tsunami merupakan bencana yang belum bisa diprediksi kapan terjadinya bencana tersebut datang. Sebelum tsunami terjadi dimasa yang akan datang, yang dapat dilakukan adalah mengurangi atau meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh tsunami melalui mitigasi. Salah satu cara untuk mendukung mitigasi bencana terhadap tsunami adalah dengan memetakkan tingkat kerentanan bencana tsunami di pesisir Kabupaten Bantul berupa peta tingkat rawan bencana tsunami di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang selanjutnya dapat dijadikan acuan dalam menentukan jalur evakuasi untuk meminimalisir korban akibat bencana tsunami.

Parangtritis Geomaritime Scince Park (PGSP) Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai laboratorium geospasial yang mendorong pemanfaatan dan penyedia informasi geospasial untuk pengelolaan sumberdaya kemaritiman dan kepesisiran. Salah satu langkah PGSP untuk memenuhi visinya tersebut yaitu dengan melakukan riset analisis tipologi pantai, serta pemetaan tentang kerawanan tsunami yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Langkah ini merupakan salah satu cara pencegahan untuk meminimalisir akan bencana tsunami, namun kali ini penulis hanya membatasi pada pemetaan daerah rawan bencana tsunami di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

1.2 Tujuan Tujuan penelitian dari Praktik Kerja Magang (PKM) di Laboratorium

Parangtritis Geomaritime Scince Parak (PGSP) Daerah Istimewa Yogyakarta ini adalah:

1. Untuk mengetahui daerah yang rawan terhadap bencana tsunami

2. Untuk mengetahui landuse yang terkena dampak terhadap bencana tsunami

3. Untuk mengetahui luasan landuse yang terkena dampak bencana tsunami

2. METODOLOGI

2.1 Lokasi Praktik Kerja Magang Pelaksanaan Praktik Kerja Magang (PKM) bertempat di Laboratorium

Parangtritis Geomaritime Scince Park yang beralamat di Dusun Depok, Desa Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Gambar 1. Lokasi Praktik Kerja Magang

2.2 Peta Lokasi Penelitian Wilayah Kabupaten Bantul terletak pada 110 0 12’34’’ sampai 110 0 31’08’’ Bujur Timur dan 7 0 44’04’’ sampai 8 0 00’27’’ Lintang Selatan. Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten dari lima Kabupaten/Kota di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di Pulau Jawa. Bagian Utara dari Kabupaten Bantul berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, Kabupaten Gunung kidul berada di sebelah timur, Kabupaten Kulonprogo berada pada bagian 2.2 Peta Lokasi Penelitian Wilayah Kabupaten Bantul terletak pada 110 0 12’34’’ sampai 110 0 31’08’’ Bujur Timur dan 7 0 44’04’’ sampai 8 0 00’27’’ Lintang Selatan. Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten dari lima Kabupaten/Kota di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di Pulau Jawa. Bagian Utara dari Kabupaten Bantul berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, Kabupaten Gunung kidul berada di sebelah timur, Kabupaten Kulonprogo berada pada bagian

dari 17 Kecamatan.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Secara geologis, Kabupaten Bantul terletak di sekitar zona tumbukan (subduction zone) antara lempeng Indo – Australia yang bergerak ke utara menunjam Lempeng Benua Eurasian dengan kecepatan ±7 cm/tahun. Jarak zona ini sekitar 200 – 250 km dari garis pantai selatan Jawa dan berpotensi menimbulkan gempa bumi. Gempa bumi dapat terjadi di zona tumbukan ini, dan merupakan salah satu penyebab utama terjadinya tsunami lokal yang dalam waktu sangat pendek yang dapat berpotensi untuk membawa dampak di wilayah Pantai Selatan Jawa, termasuk pantai – pantai di Kabupaten Bantul (Usdianto et al., 2008)

2.3 Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Magang Waktu pelaksanaan Praktik Kerja Magang (PKM) dilakukan pada tanggal 18

Juli –

20 Agustus 2016 selama 34 Hari Orang Kerja (HOK), sesuai dengan ketentuan dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan untuk pelaksanaan Praktik

Kerja Magang minimal 30 HOK dan maksimal 40 HOK. Kegiatan magang di Parangtritis Geomaritime Science Park dalam satu minggu dilaksanakan pada Hari Senin sampai dengan hari Sabtu, sedangkan untuk hari Sabtu dan Minggu dilakukan kegiatan diluar kantor, seperti survei dan observasi di pesisir Kabupaten Bantul.

2.4 Metode Pengambilan Data Pada saat PKM, teknik pengambilan data yang dilakukan adalah

mendownload langsung citra yang dibutuhkan dalam pengelolaan data tsunami. Adapaun pengambilan data yang dilakukan dibagi menjadi dua cara, yakni

1) Data Primer Data Primer merupakan data pokok yang dipakai dalam pengolahan citra. Data primer yang digunakan adalah data DEM (Data Elevation Model), data DEM dapat di unduh pada laman http://srtm.csi.cgiar.org. Data DEM dibagi menjadi dua, yaitu DEM dengan ketinggian 30 meter dan DEM SRTM dengan ketinggian 90 meter, dalam hal ini, penulis menggunakan data DEM SRTM dengan ketinggian 90 meter.

2) Data sekunder Data sekunder merupakan data pendukung yang didapatkan dari instansi terkait. Data pendukung yang digunakan adalah data Peta Rupa Bumi Indonesia Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta serta data Landuse Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

2.5 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan selama magang di Parangtritis

Geomaritime Science Park adalah sebagai berikut:

2.5.1 Alat Berikut alat yang digunakan selama magang di Parangtritis Geomaritime Science Park adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Alat yang digunakan selama PKM No. Alat

Fungsi

1. Sebagai alat pengolahan data tsunami, konversi data prototype Desa Parangtritis, pembuatan artikel dan paper serta intepretasi tipologi pesisir Indonesia dan tipologi pesisir Daerah Istimewa Yogyarta

Komputer

dan monitor.

2. Sebagai software input data dari Data Prototype Desa Parangtritis yang dapat digunakan sebagai data inventaris.

Ms. Word

3. Sebagai software input data prototype agar dapat diolah di Arcmap 10.3.

Ms. Excel

4. Perangkat lunak yang digunakan untuk konversi data agar didapatkan atribut peta Desa Paragtritis berdasarkan data prototype, sebagai intepretasi tipologi pesisir Indonesia dan pesisir Daerah

ArcMap 10.3 Istimewa Yogyakarta serta sebagai

pengolahan data pembuatan peta kerentanan tsunami di Kabupaten Bantul.

No. Alat

Fungsi

5. Untuk komposit band atau menyatukan band pada saat pengolahan tipologi pesisir Indonesia.

Envi 4.5

6. Untuk dokumentasi area penelitian.

Kamera SLR

7. Untuk merekam hasil wawancara dengan narasumber yang terkait.

Recorder

8. Sebagai

pembantu untuk mendapatkan dokumentasi daerah pesisir penelitian dari udara.

alat

Pesawat Drone DJI Phantom 3

9. Sebagai server menjalankan pesawat Drone.

Handphone Android

No. Alat

Fungsi

10. Untuk menentukan arah dan mencari koordinat lokasi.

GPS

11. Untuk menentukan lokasi penelitian sebelum dilakukan survei.

Google Earth

2.5.2 Bahan Berikut bahan yang digunakan selama magang di Parangtritis Geomaritime Science Park adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Bahan yang digunakan selama PKM

No. Bahan

Fungsi

1. Sebagai data untuk interpretasi jenis tipologi pesisir Indonesia.

Data gambar Landsat 8

2. Sebagai data dalam pengolahan parameter slope dan elevasi.

DEM (Data Elevation Model)

No. Bahan

Fungsi

3. Sebagai data dalam pengolahan slope, elevasi dan landuse.

Peta Rupa Bumi Indonesia Provinsi Jawa Tengah dan

DI Yogyakarta

4. Sebagai data dalam intepretasi tipologi pesisir DI Yogyakarta.

Base Map

5. Sebagai data hasil wawancara warga yang digunakan untuk input data ke Ms. Word dan Ms. Excel.

Data Prototype Desa

Parangtritis

6. Sebagai data pada saat survei di pesisir Kabupaten Bantul.

Form Survei Pesisir Kabupaten Bantul

2.6 Prosedur Praktik Kerja Magang Prosedur Praktik Kerja Magang merupakan proses yang dilakukan mulai dari

awal proses pengajuan sampai akhir kegiatan Praktik Kerja Magang secara sistematis, dapat di lihat pada gambar berikut:

Pengajuan judul

Persetujuan dari dan dosen

Menghubungi

instansi untuk pembimbing melalui

instansi dan

magang di instansi pendaftaran online

mengajukan

proposal kerja

Pelaksanaan persetujuan topik

Persetujuan

Praktek Kerja serta dosen

proposal Praktik

Magang (PKM) pembimbing

Kerja Magang (PKM)

serta

sesuai jadwal yang

suratPengantar

disepakati

Pengajuan surat

Menyelesaikan pengantar Praktek

Pembuatan

Praktik Kerja Kerja Magang (PKM)

proposal Praktik

Kerja Magang

Magang (PKM)

(PKM)

sesuai jadwal dan menyusun laporan

Gambar 3. Alur Pelaksanaan PKM

Ada beberapa tahap yang dilakukan sebelum kegiatan Praktik Kerja Magang berlangsung. Berdasarkan alur dari gambar diatas dapat dilihat bahwa langkah pertama yaitu pengajuan judul dan dosen pembimbing melalui pendaftaran online. Setelah mendapatkan judul dan Dosen Pembimbing kemudian mengajukan surat pengantar Praktik Kerja Magang (PKM). Pembuatan proposal PKM berdasarkan judul yang telah diajukan. Menghubungi Pihak Laboratorium Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) DIY untuk melakukan survei dan meminta ijin persetujuan dari instansi untuk melakukan kegiatan Praktik Kerja Magang. Setelah mendapatkan ijin dari pihak instansi, tahap selanjutnya ialah menjelaskan mengenai judul atau kegiatan ynag akan diikuti selama Praktik Kerja Magang berlangsung.

Praktik Kerja Magang di Laboratorium Parangtritis Geomaritime Scince Park (PGSP) DIY dimulai pada tanggal 18 Juli 2016. Kegiatan awal yang dilakukan adalah pengenalan diri dan pengenalan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada Praktik Kerja Magang di Laboratorium Parangtritis Geomaritime Scince Park (PGSP) DIY dimulai pada tanggal 18 Juli 2016. Kegiatan awal yang dilakukan adalah pengenalan diri dan pengenalan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada

16.00 WIB, sedangkan untuk hari Sabtu dan Minggu terkadang dilakukan survei ke pesisir Kabupaten Bantul.

Jumat pukul 7.30 –

3. HASIL

3.1. Profil Instansi Profil dari instansi Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) Yogyakarta

dapat dijelaskan sebagai berikut:

3.1.1 Kondisi Umum Laboratorium PGSP Yogyakarta Laboratorium Parangtritis Scince Park (PGSP) merupakan intsansi yang bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada Fakultas Geografi, Pemerintah Kabupaten Bantul dan cabang dari Badan Informasi Geospasial (BIG). Terdapat gedung kantor sebagai ruang kerja, penelitian, dan pengkajian teknologi terbaru. Gedung Kerucut (Museum) sebagai museum gumuk pasir serta peralatan lampau. Ruang studio yang digunakan sebagai pemutaran film proses terjadinya gumuk pasir untuk pengunjung PGSP dan sebagai ruangan untuk presentasi, Ruang Dikat sebagai tempat pelatihan atau workshop, Auditorium yang berkapasitas 100 orang yang digunakan untuk acara pertemuan dan seminar, selain itu juga terdapat rumah singgah. Laboratorium PGSP terletak di Jl. Parangtritis Dusun Depok Desa Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

3.1.2 Sejarah Laboratorium Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) Yogyakarta Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) berdiri pada tahun 2002. Laboratorium Geospasial Pesisir Parangtritis (LGPP) dan Museum Gumuk Pasir, adalah embrio berdirinya PGSP. Laboratorium Geospasial Pesisir Parangtritis direvitalisasi menjadi Parangtritis Geomaritime Science Park berdasarkan beberapa hal, yaitu:

a. Semakin pesatnya perkembangan teknologi a. Semakin pesatnya perkembangan teknologi

c. Sebagai implementasi RPJMN 2015-2019. Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) difasilitasi oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) dan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dikelola bersama antara Badan Informasi Geospasial (BIG), Universitas Gadjah Mada (UGM), Pemerintah dan Pemerintah Kabupaten Bantul. PGSP diresmikan oleh Menristekdikti, Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D., Ak. bersama dengan Gubernur DIY, Kepala BIG, Pj. Bupati Bantul dan Rektor UGM pada tanggal 11 September 2015.

3.1.3 Visi dan Misi PGSP Yogyakarta Untuk mencapai tujuan dan bertindak, diperukan adanya visi dan misi untuk PGSP sesuai dengan fungsinya. Berikut adalah visi dan misi dari PGSP DIY :

1) Visi PGSP DIY Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) memiliki visi untuk menjadi center of excellent for geospatial information technology, education, research and innovation di bidang kepesisiran dan kelautan di Indonesia.

2) Misi PGSP DIY Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) memiliki misi yang menjadi landasan tiap kegiatan, yaitu sebagai berikut:

a. Mendorong pemanfaatan

geospasial untuk pengelolaan sumberdaya kemaritiman dan kepesisiran;

informasi

b. Meningkatkan layanan dalam penyediaan informasi geospasial kemaritiman dan kepesisiran; b. Meningkatkan layanan dalam penyediaan informasi geospasial kemaritiman dan kepesisiran;

d. Melakukan riset kolaboratif dan melakukan komersialisasi hasil riset kolaboratif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

e. Meningkatkan peran museum gumuk pasir sebagai sarana pembelajaran.

3.1.4 Struktur Organisasi PGSP Yogyakarta

Gambar 4. Struktur Organisasi PGSP DIY

(Laporan Tahunan PGSP, 2015)

Segala kegiatan PGSP diketahui dan bina oleh pihak Kraton juga Pemerintah DIY. Berdasarkan sejarahnya PGSP merupakan instansi yang difasilitasi oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) dan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kemudian pada pengelolahannya, terdapat Badan Informasi Geospasial (BIG), Universitas Gadjah

Mada (UGM), dan Pemerintah Kabupaten Bantul. Terdapat sekretariat yang mengurusi segala kegiatan administrasi yang ada di PGSP DIY maupun yang berhubungan dengan pihak luar. Bagian Perencanaan sebagai perencana kegiatan yang berhubungan dengan riset yang diakukan oleh PGSP DIY. PGSP DIY juga menjalin kerja sama dengan Litbang Balai Penelitian dan Observasi Laut. Kerja sama ini nantinya akan menjadi bahan acuan dalam penyusunan naskah kerjasama antara Pusat Penelitian, Promosi dan Kerjasama BIG dengan P3SDLP, sebagai pusat dari Balai Penelitian dan Observasi Laut. Parangtritis Geomaritime Science Park merupakan salah satu UPT di bawah Pusat Penelitian, Promosi dan Kerjasama - Badan Informasi dan Geospasial yang saat ini sedang mengembangkan sarana pendidikan dan penelitian.

Tedapat Kelompok Kerja yang dilakukan PGSP dengan Badan Informasi Geospasial (BIG), Universitas Gadjah Mada (UGM), sera pemerintah Kabupaten Bantul yang pada struktur organisasi merupakan pengelola PGSP. Dengan adanya kelompok kerja ini, PGSP mengembangkan kontribusinya untuk aspek pendidikan, promosi dan pengabdian masyarakat, serta adanya Musium yang berfungsi sebagai tempat belajar mengenai Gumuk Pasir dan alat penelitiannya.

3.2 PKM Tentang Pemetaan Daerah Rawan Bencana Tsunami di Kabupaten Bantul. Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) Yogyakarta merupakan instansi yang berada di Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Instansi ini merupakan instansi dibuat untuk perlindungan atau konservasi gumuk pasir, pemetaan daerah rawan tsunami, interpretasi tipologi pantai pesisir Indonesia dan pesisir DIY serta pembuatan Prototype Desa. Karena lokasi yang berada di pesisir selatan Pulau Jawa, PGSP Yogyakarta menjadi instansi yang memberikan informasi mengenai mitigasi tentang tsunami, 3.2 PKM Tentang Pemetaan Daerah Rawan Bencana Tsunami di Kabupaten Bantul. Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) Yogyakarta merupakan instansi yang berada di Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Instansi ini merupakan instansi dibuat untuk perlindungan atau konservasi gumuk pasir, pemetaan daerah rawan tsunami, interpretasi tipologi pantai pesisir Indonesia dan pesisir DIY serta pembuatan Prototype Desa. Karena lokasi yang berada di pesisir selatan Pulau Jawa, PGSP Yogyakarta menjadi instansi yang memberikan informasi mengenai mitigasi tentang tsunami,

3.2.1 Kondisi Biofisik Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul terletak di Provinsi Yogyakarta, Kabupaten ini memiliki 17 Kecamatan, karena kondisi geografisnya yang berada di laut terbuka (open sea) maka tidak heran pesisir pantai Kabupaten Bantul memiliki arus yang kuat, gelombang yang besar serta angin yang kencang. Kondisi umum pantai di Kabupaten Bantul, yaitu memiliki pasir hitam yang berasal dari material vulkan gunung Merapi dan gunung Slamet yang kemudian mengalir melalui sungai Opak dan sungai Progo dan terbawa sampai ke laut, karena faktor angin dan gelombang, maka material vulkan ini, lama kelamaan akan terakumulasi dan menjadi gundukan pasir atau yang disebut sebagai gumuk pasir. Pentingnya gumuk pasir bagi Kabupaten Bantul yaitu sebagai penghalang jika sewaktu – waktu terjadi gelombang besar atau tsunami, sehingga laju pergerakan gelombang akan melambat.

3.2.2 Proses Pengolahan Data Proses pengolahan data dilakukan di software ArcMap 10.3, terdapat 3 parameter yang akan diolah, yaitu slope, elevasi dan landuse. Berikut proses pengolahan untuk ketiga parameter tersebut:

1. Clip Clip merupakan proses memotong satu dataset dengan dataset yang lain untuk mendapatkan dataset baru dengan bidang luasan sama dengan dataset pemotongannya. Analisis ini dilakukan misalnya untuk mendapatkan daya jalan Kabupaten Baerau dengan mengambil data dari Provinsi Kaltim 1. Clip Clip merupakan proses memotong satu dataset dengan dataset yang lain untuk mendapatkan dataset baru dengan bidang luasan sama dengan dataset pemotongannya. Analisis ini dilakukan misalnya untuk mendapatkan daya jalan Kabupaten Baerau dengan mengambil data dari Provinsi Kaltim

Proses pertama yang dilakukan sebelum mengolah ketiga parameter tersebut adalah dengan clip atau crop data DEM dengan shp Kabupaten Bantul

Data Management Tools > Raster > Raster Processing > Clip, tunggu sampai proses selesai, setelah proses selesai, pengloahan dilanjutkan ke slope.

2. Slope Langkah selanjutnya yaitu slope atau kemiringan. Pengolahan ini menggunakan data DEM yang sudah di clip/crop tadi. Buka arc Toolbox – 3D analysist Tools > Raster Surface > Slope. Tunggu sampai proses selesai, jika proses sudah selesai, langkah selanjutnya yaitu reclassify, tujuan dari reklasifikasi ini yaitu mengkelaskan masing – masing parameter berdasarkan kriteria yang dibutuhkan terkait dengan kerawanan bencana tsunami (Sinambela et al., 2014), karena pada pengolahan ini menggunakan lima kelas, maka pada saat reclassify menggunakan perbandingan angka yaitu 0-2, 2-6, 6-13, 13-20 dan > 20. Jika proses ini sudah selesai, maka proses selanjutnya yaitu proses elevasi.

3. Elevasi Elevasi merupakan ketinggian dari suatu titik tertentu, untuk melakukan proses elevasi, langkah pertama untuk elevasi, reclassifikai data DEM yang telah di clip tadi dengan cara arc Toolbox > Spatial Analysist Tools > Reclass > Reclassify. Proses elevasi menggunakan lima kelas juga dengan menggunakan perbandingan angka 0-5, 5-10, 10-15, 15-20 dan >20. Jika proses ini sudah selesai maka, proses selanjutnya yaitu overlay kedua parameter tersebut.

4. Overlay Langkah pertama pada proses overlay yaitu dengan cara klik arc Toolbox > Spatial Analysist Tools > Overlay > Weighted Overlay. Untuk proses overlay ini perbandingan antara slope dan elevasi yaitu slope 40% dan elevasi 60%, diasumsikan nilai elevasi lebih berpengaruh dari nilai slope. Setelah proses overlay selesai, langkah selanjutnya adalah digitasi.

5. Digitasi

Proses digitasi ini bertujuan untuk memperhalus tampilan citra dan agar lebih mudah dalam hal identifikasi. Langkah pertama yaitu membuat shp baru dengan koordinat WGS 1984. Setelah membuat shp baru, digitasi masing – masing kelas dengan menggunakan cut polygon tools, setelah proses digitasi selesai, langkah selanjutnya adalah attributing peta, dengan cara klik kanan data shp tadi dan klik open attribut table, klik add field dan beri nama “Kelas” dan ganti type menjadi “text”, jika add field tidak muncul,

maka stop editing terlebih dahulu dan baru klik add field. Jika kolom kelas ada di attribut table, maka klik star editing dan mulai mengisi masing – masing kolom sesuai kelas kerentanan. Setelah selesai attributing, langkah selanjutnya adalah klik kanan pada data shp dan pilih “symbologi” tambahkan semua nilai, dengan add values. Langkah selanjutnya adalah landuse

6. Landuse

Langkah pertama dalam mengola data landuse yaitu buka arctoolbox > analysist tools > Extract > Clip. Pilih landuse yang ada di Kabupaten Bantul, data dalam landuse ini menggunakan peta Penutupan Lahan Provinsi Jawa Tengah. Untuk mengetahui jumlah luasan dampak landuse akibat bencana Langkah pertama dalam mengola data landuse yaitu buka arctoolbox > analysist tools > Extract > Clip. Pilih landuse yang ada di Kabupaten Bantul, data dalam landuse ini menggunakan peta Penutupan Lahan Provinsi Jawa Tengah. Untuk mengetahui jumlah luasan dampak landuse akibat bencana

Gambar 5. Hasil Akhir Peta Tingkat Kerentanan Tsunami di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

22

3.2.3 Hasil Pengolahan Data Dari proses pengolahan data (Gambar 5), didapatkan hasil bahwa Kecamatan yang sangat rawan berada di pesisir Kecamatan Srandakan, Kecamatan Sanden dan kecamatan Kretek. Kelas Rentan berada di Kecamatan Srandakan, Kecamatan Sanden dan Kecamatan Kretek. Kelas cukup rentan berada di kecamatan Pandak, Bambanglipuro, sebagian kecamatan Pundong, kecamatan Bantul, kecamatan Jetis, sebagian kecamatan Imogiri, Kecamatan Sewon, sebagian kecamatan Pleret, kecamatan Banguntapan, sebagian kecamatan Piyungan dan sebagian lagi di kecamtan Kasihan dan kecamatan Sedayu. Kelas kurang rentan terletak di sebagian kecamatan Sedayu, kecamatan Kasihan dan kecamatan Pajangan. Kelas tidak rentan terletak di kecamatan Dlingo. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat grafik 1. Berikut adalah standar kerentanan menurut Islam et al., (2014):

Tabel 3. Standar Kerentanan (Islam et al., 2014).

No. Indeks Kerentanan Derajat Kerentanan

1. 0-0,157 Tidak Rentan

2. 0,157-0,472 Kurang Rentan

3. 0,472-0,945 Cukup Rentan

4. 0,945-1,312 Rentan

5. 1,312-2,626 Sangat Rentan

Grafik Tingkat Kerentanan Tsunami di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

3 2.5 2 1.5 1 0.5

Kecamatan

Grafik 1. Tingkat Kerentanan Tsunami di Kabupaten Bantul

Landuse yang terkena dampak dari bencana tsunami adalah agrukultur ladang, sawah, semak belukar, pemukiman perkebunan dan alang-alang. Untuk mengetahui luasan landuse yang terkena dampak tsunami, dapat dilihat pada Grafik 2-4.

Jumlah Landuse yang Terkena Dampak Tsunami Di Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

Semak Belukar Pemukiman Perkebunan Ladang

Sawah

Jumlah Area yang terkena dampak tsunami

Grafik 2. Jumlah Landuse yang terkena dampak tsunami Di Kecamatan Kretek,

Kabupaten Bantul

Jumlah Landuse yang Terkena Dampak Tsunami Di Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

Semak Belukar Pemukiman Perkebunan Ladang

Sawah

Jumlah Area yang terkena dampak tsunami

Grafik 3. Jumlah Landuse yang terkena dampak tsunami Di Kecamatan Sanden,

Kabupaten Bantul

Jumlah Landuse yang Terkena Dampak Tsunami Di Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa

Perkebunan Alang-alang Ladang

Sawah

Pemukiman

Jumlah Landuse yang terkena dampak tsunami

Grafik 4. Jumlah Landuse yang terkena dampak tsunami Di Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul

3.2.4 Upaya Penanggulangan Bencana Tsunami Mitigasi dalam bencana tsunami merupakan langkah pertama dalam penanggulangan bencana tsunami, Pemerintah Kabupaten Bantul telah melakukan beberapa langkah awal dalam membangun kesiapsiagaan pemerintah maupun masyarakat, berikut beberapa kegiatan pemerintah Kabupaten Bantul dalam upaya penanggungan bencana tsunami menurut Usdianto et al., (2008):

a. Alat peringatan dini tsunami (Pengeras suara/sirene) Paska tsunami di Pangandaran, Jawa Barat, pada tahun 2006 Pemerintah Kabupaten Bantul, bersama dengan Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta, memasang 1-unit repeater sentral dan pengeras suara/sirine yang dapat dikendalikan jarak jauh yang berada di delapan titik di Pantai Parangtritis, Pantai Pandansimo, Pantai Samas, Pantai Parang Kusumo, Pantai Depok, Pantai Tritohargo dan Pandansari.

b. Pengerjaan peralatanya memperhatikan pemanfaatan sumberdaya setempat seperti: komponen alat yang mudah diperoleh, teknisi lokal dan biaya rendah sehingga dapat memungkinkan keberlangsungan pengoperasian alat peringatan dini tersebut.

c. Pemanfaatan Ulang Lahan Pantai Pemerintah Kabupaten Bantul telah melakukan penataan ruang sepanjang pantai di Bantul dengan membebaskan area yang berjarak 500 meter dari garis pantai dari hunian dan berbagai kegiatan masyarakat.

d. Gladi tsunami Latihan gladi tsunami diselenggarakan pemerintah Proponsi DI Yogyakarta dan pemerintah Kabupaten Bantul di wilayah kecamatan Kretek. Gladi ini melibatkan beberapa elemen seperti Bupati, BMG, Institusi pemerintah terkait, pemangku kepentingan masyrakat dan sekitar 200 warga.

e. Kampanye penyadaran Masyarakat Beberapa kegiatan sosialisasi untuk memberi pemahaman tentang kondisi alam dan sekitarnya, bahaya gempa bumi yang disusul dengan tsunami serta cara bagaimana menghadapi bahayanya. Sosialisasi diadakan dalam beberapa cara yaitu menyelenggarakan pertemuan dan dialog dengan warga bersama dengan narasumber yang sesuai (BMG), penyebaran leaflet, dan dialog interaktif di lembaga siaran swasta.

3.3 Partisipasi Aktif Pada Prakrik Kerja Magang (PKM) mahasiswa dituntut untuk selalu aktif

selama Praktik Kerja Magang (PKM). Berbeda dengan Praktik Kerja Lapang (PKL), Praktik Kerja Magang (PKM) merupakan kegiatan gabungan dari Praktik Kerja Lapang (PKL) dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN), sehinggga dalam melakukan Praktik Keja Magang mahasiswa harus dituntut untuk aktif dalam selama Praktik Kerja Magang (PKM). Berbeda dengan Praktik Kerja Lapang (PKL), Praktik Kerja Magang (PKM) merupakan kegiatan gabungan dari Praktik Kerja Lapang (PKL) dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN), sehinggga dalam melakukan Praktik Keja Magang mahasiswa harus dituntut untuk aktif dalam

3.3.1 Peta Desa Parangtritis Kecamatan Kretek Kegiatan Peta Desa Parangtritis Kecamatan Kretek bertujuan untuk penambahan data inventaris untuk instansi maupun pemerintah. Sebelumnya telah dilakukan survei di lapangan terhadap penduduk yang kemudian kartu data protoype tersebut menjadi bahan dasar informasi. Berikut adalah langkah pengolahan data pada kegiatan Peta Desa Parangtritis :

1. Input Data Prototype ke Ms. Word Kegiatan ini dimulai pada tanggal 19 Juli 2016, tepatnya hari kedua

magang. Kartu data prototype berupa data tiap kepala keluarga (KK) dan data infrastruktur yang terdapat pada wilayah pesisir Desa Parangtritis. Desa

Parangtritis terbagi menjadi beberapa dusun, yaitu Dusun Depok, Dusun Grogol VII, Dusun Grogol VIII, Dusun Grogol XI, Dusun Grogol X, Dusun Samiran, Dusun Kretek, Dusun Parangtritis, Dusun Mancingan, Dusun Bungkus, Dusun Sono, Dusun Duwuran. Kartu Data Prototype mencakup identitas KK (Kepala Keluaraga) serta anggota keluarga . Setiap dusun memiiki blok yang berbeda. Sedangkan kartu data insfrastrukrur mencakup data identitas infrastruktur yang dibangun, seperti masjid, sekolah, rumah sakit dan lain – lain.

Data pada kartu data prototype di input ke Ms. Word dengan format yang sama persis pada kartu data. Hal ini bertujuan agar dapat menjadi data inventaris dalam bentuk softfile. Langkah selanjutnya data softfile tersebut akan di konversi pada Ms. Excel untuk dapat dilakukan atributing pada langkah selanjutnya.

Gambar 6. Data Prototype Desa Parangtirits di Ms. Word

2. Input Data ke Ms. Excel Setelah data prototype diinput ke Ms. Word, maka langkah selanjutnya

data dikonversi ke Ms. Excel. Data diinput sesuai dengan point-point yang ada pada kartu data prototype dan diinput sesuai block keterangan pada kartu data. Data-data ini akan digunakan untuk atributing pada ArcGis.

Gambar 7. Data Prototype Desa Parangtritis yang sudah di konversi ke Ms.

Excel

3. Attributing Peta Desa Parangtritis Attributing peta Desa Parangtritis menggunakan software ArcMap 10.3,

dimana attributing Peta Desa Parangtrtitis ini digunakan untuk prototype Desa Parangtritis setelah data Ms. Word di konversi ke MS. Excel, lalu kemudian data Ms. Excel di input ke arcgis 10.3. Data ini digunakan sebagai data penduduk di Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul,

D. I. Yogyakarta.

Gambar 8. Attributing Peta Desa Parangtritis menggunakan software

ArcMap 10.3

3.3.2 Intepretasi Geoekologi Pesisir Indonesia Pada kegiatan ini analisis dilakukan untuk data inventarisasi dan sebagai melengkapi draft buku Geoekologi Indonesia. Draft ini dibuat sebagai salah satu langkah terciptanya Buku Geoekologi Indonesia yang dapat menjadi media informasi mengenai geoekologi Indonesia dari Sabang sampai Marauke.

Secara garis besar langkah-langkah yang digunakan untuk interpretasi tipologi pantai Indonesia yaitu dengan mendownload band Landsat Archive di seluruh Indonesia dengan Citra Landsat 8. Kemudian data citra akan dikomposit di ENVI sebelum dilakukan digitasi di ArcGis. Setelah dilakukan analisis tipologi pantai, maka langkah selanjutnya yaitu studi literatur. Studi literatur pada Geoekologi Indonesia mencakup aspek Geologi, ekologi, budaya serta kondisi iklim pesisir tersebut. Untuk lebih lengkapnya, berikut ini adalah langkah-langkah interpretasi tipologi pantai Indonesia:

1. Download Landsat 8 Landsat merupakan satelit Earthexplore milik situs United States

Geological Survey (USGS). Untuk mendapatkan data yang akan dioalah, maka dibutuhkan file band Landsat Archive wilayah yang akan di analisis. Band wilayah seluruh

Indonesia dapat

didownload di alamat web

Gambar 9. Path dan Row Indonesia bagian barat Gambar 9. Path dan Row Indonesia bagian barat

Data yang akan didownload merupakan path dan row yang memiliki garis pantai dan merupakan data dengan tutupan awan yang kurang dari 20%.

Gambar 10. Path dan Row Indonesia bagian timur

Terdapat path dan row pada kawasan pesisir Indonesia yang harus didownload. Data dengan tutupan awan yang minim akan memudahkan pengamatan pada garis pantainya. Jika telah menemukan gambar yang tepat, lakukan ekstrak file sehingga terbentuk folder, pada umumnya data dengan band yang lengkap mencapai hampir 2 GB. Di dalam folder terdapat 13 file, terdiri atas 11 file band (kanal), 1 file BQA dan 1 file txt. Semua file citra yang sudah diunduh perlu di- stacking dengan software ENVI.

2. Stacking Pada ENVI Tujuan stacking adalah menyatukan komposit band dari 11 band hasil download Landsat 8. Mengkomposit band bertujuan untuk memperolah hasil gambaran visual yang lebih baik dan jelas. Data Landsat Archive di ekstrak di locadisk komputer, kemudian mengimport 11 band pada software ENVI. Untuk melihat data hasil Layer Stacking RGB yang digunakan yaitu band 5, 4, dan 3 karena kombinasi warna yang didapatkan lebih jelas sehingga lebih mudah diidentifikasi daerah garis pantainya (coastal line). Jika telah mendapatkan hasil Layer Stacking, maka data disimpan untuk proses selanjutnya pada software Arcmap 10.3.

3. Pengelolaan Citra Landsat 8 Pada Arcgis Pengelolaan citra Landsat di Arcgis bertujuan untuk mengetahui tipe garis

pantai yang ada di pesisir Indonesia, terdapat tiga tipe garis pantai, yaitu pantai berpasir, pantai berlumpur dan pantai berbatu. Terdapat beberapa proses dalam pembuatan tipologi pesisir Indonesia, diantaranya:

a. Digitasi Garis Pantai Digitasi pada ArcGis merupakan langkah untuk menentukan tipe garis pantai suatu wilayah. File hasil stacking seluruh wilayah Indonesia di ENVI di input ke ArcGis. Untuk memulai digitasi, langkah pertama yang dilakukan adalah add data Garis Pantai Indonesia, setelah itu digitas menggunakan cut polygon, untuk menentukan masing – masing tipe pantai, maka klik kanan pada garis pantai Indonesia dan klik attribut table dan mulai menentukan tipe garis pantai.

Penentuan digitasi sesuai dengan jenis tipologi pantai terbagi menjadi tiga, Pantai Berpasir, Pantai Berbatu dan Pantai Berlumpur. Bila dilihat pada hasil stacking band Landsat 8, pada umumnya bila gambar warna Penentuan digitasi sesuai dengan jenis tipologi pantai terbagi menjadi tiga, Pantai Berpasir, Pantai Berbatu dan Pantai Berlumpur. Bila dilihat pada hasil stacking band Landsat 8, pada umumnya bila gambar warna

b. Layouting Setelah proses digitasi, maka langkah selanjutya adalah layouting peta tersebut. Peta hasil interpretasi di layout mencakup wilayah yang terkait. Kemudian diberi keterangan pada peta yang bertujuan untuk membantu membaca dan memahami peta, hal ini mencakup judul, tempat lokasi, koordinat, skala, inset, arah mata angin dan juga legenda.

4. Studi Literatur Studi literatur dilakukan untuk data penunjang dalam pembuatan buku Geoekologi Pesisir Indonesia. Terdapat beberapa konten yang dicari dalam studi literatur, yaitu geologi, sosial, kekayaan alam dan budaya pada tiap provinsi di seluruh Indonesia. Hal ini bertujuan untuk melengkapi draft buku Geoekologi Indonesia agar tidal hanya terdapat aspek geoekologinya, namun juga keseluruhan aspek yang mempengaruhinya.

3.3.3 Intepretasi Geoekologi Pesisir DI Yogyakarta Pada kegiatan ini analisis dilakukan untuk data inventarisasi dan sebagai melengkapi draft buku Geoekologi DI Yogyakarta. Draft ini dibuat sebagai salah satu langkah terciptanya Buku Geoekologi DI Yogyakarta yang dapat menjadi media informasi mengenai geoekologi pesisir DI Yogyakarta

Secara garis besar langkah-langkah yang digunakan untuk interpretasi tipologi pantai Indonesia yaitu dengan menggunakan software ArcMap 10.3 yang kemudian dalam menentukan petanya, menggunakan data Base Map yang Secara garis besar langkah-langkah yang digunakan untuk interpretasi tipologi pantai Indonesia yaitu dengan menggunakan software ArcMap 10.3 yang kemudian dalam menentukan petanya, menggunakan data Base Map yang

3.3.4 Penulisan Artikel Web resmi PGSP DIY http//pgsp.go.id// menyediakan informasi-informasi terbaru yang berisi mengenai pengetahuan umum, kegiatan PGSP DIY, fenomena alam, maupun riset bagi masyarakat umum. Pada setiap hari kamis, PGSP DIY secara rutin mempublikasikan artikel mengenai pengetahuan umum yang berhubungan dengan geologi, kemaritiman, maupun hal mengenai geospasial. Untuk itu sebagai mahasiswa magang kami juga dituntut untuk melakukan penelitian untuk penyusunan artikel, yang nantinya artikel tersebut akan diterbitkan seminggu sekali di laman web resmi PGSP.

Gambar 11. Laman artikel Web PGSP

3.3.5 Survei Pesisir Kabupaten Bantul Mengingat sedang disusunnya draft buku Geoekologi Pesisir DIY maka dibutuhkan survei pada sepanjang daerah pesisir DIY, salah satunya adalah survei pesisir Kabupaten Bantul. Kabupaten Bantul merupakan kabupaten pesisir yang terletak di tengah antara Kabupaten Gunung Kidul disebelah Timur dan Kabupaten Kulonprogo disebelah Barat. Kabupaten Bantul memiliki topografi yang sebagian besar daratan dengan sebagian daratan yang berbentuk curam. Dalam kegiatan survei ini, ada beberapa langkah yang dilakukan sebelum survei dilakukan, ketika survei dan sesudah dilakukan survei.

Jadwal kegiatan Survei Bantul dilakukan pada tanggal 10 Agustus 2016 pada pukul 10.00 WIB. Hal yang dilakukan setiba di lokasi survei tim terbagi menjadi 3, tim dokumentasi, wawancara dan observasi. Berikut adalah langkah- langkah yang dilakukan pada survei pesisir Kabupaten Bantul:

1. Menentukan Lokasi Survei Sebelum melakukan survei maka hal pertama yang dilakukan adalah menentukan lokasi survei. Pemiihan lokasi survei melalui Google Earth. Menentukan Survei dan persiapan alat-alat yang akan dibawa dipersiapkan malam hari sebelum keberangkatan, yaitu pada tanggal 9 Agustus 2016. Lokasi yang dipilih adalah pantai atau daerah pesisir yang berada di Kabupaten Bantul, yaitu Pantai Pandansimo, Pantai Pandansimo Baru, Pantai Kuwaru, Pantai Samas, Pantai Pandansari dan Pantai Goa Cemara. Lokasi survei dipilih berdasarkan perbedaan morfologi dan penampang alamnya, seperti pada pantai Samas dan Pantai Kuwaru, walaupun dilihat secara kasat mata hampir sama, tetapi perbedaan dari kedua pantai ini adalah Pantai Samas memiliki laguna dari muara sungai Opak, sedangkan untuk vegetasi dari Pantai Kuwaru lebih banyak dari pada Pantai Samas. Dengan perbedaan morfologi dan relief pantai, maka dilakukan analisis 1. Menentukan Lokasi Survei Sebelum melakukan survei maka hal pertama yang dilakukan adalah menentukan lokasi survei. Pemiihan lokasi survei melalui Google Earth. Menentukan Survei dan persiapan alat-alat yang akan dibawa dipersiapkan malam hari sebelum keberangkatan, yaitu pada tanggal 9 Agustus 2016. Lokasi yang dipilih adalah pantai atau daerah pesisir yang berada di Kabupaten Bantul, yaitu Pantai Pandansimo, Pantai Pandansimo Baru, Pantai Kuwaru, Pantai Samas, Pantai Pandansari dan Pantai Goa Cemara. Lokasi survei dipilih berdasarkan perbedaan morfologi dan penampang alamnya, seperti pada pantai Samas dan Pantai Kuwaru, walaupun dilihat secara kasat mata hampir sama, tetapi perbedaan dari kedua pantai ini adalah Pantai Samas memiliki laguna dari muara sungai Opak, sedangkan untuk vegetasi dari Pantai Kuwaru lebih banyak dari pada Pantai Samas. Dengan perbedaan morfologi dan relief pantai, maka dilakukan analisis