Makalah Ilmu Tauhid TENTANG ILMU ALLAH.d
MAKALAH ILMU TAUHID
TENTANG ILMU ALLAH
(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Tauhid )
O
L
E
H
KHAIRUNNISA
SEMESTER
: 1 PAI Unggulan
DOSEN PEMBIMBING
: H.Abdul Malik,MA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
JAM’IYAH MAHMUDIYAH
TANJUNG PURA
T.A 2017
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Adapun makalah yang berjudul tentang Ilmu Allah ini telah kami usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai sumber, sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan banyak terima kasih kepada sumber yang telah membantu kami
dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Ilmu Allah ini
dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi
terhadap pembaca.
Tanjung Pura Oktober 2017
1
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. ILMU ALLAH.................................................................................................2
B. HUBUNGAN ILMU ALLAH DENGAN MANUSIA...................................4
2
BAB III PENUTUP..............................................................................................12
A. Kesimpulan....................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam asmaul husna, Allah swt. disebut sebagai Al ‘Alim (Yang Maha
Mengetahui). Bahwasanya ilmu Allah tidak terbatas. Dia mengetahui apa saja
yang ada di langit dan di bumi, yang dahulu, sekarang, ataupun besok, baik yang
ghaib maupun yang nyata.
Tak ada satupun yang tersembunyi bagi Allah swt. Sebutir biji di dalam
gelap gulita bumi yang berlapis tetap diketahui Allah swt. “Di sisi-Nya segala
anak kunci yang ghaib, tiadalah yang mengetahui kecuali Dia sendiri. Dia
mengetahui apa-apa yang ada di daratan dan di lautan. Tiada gugur sehelai daun
kayu pun, melainkan Dia mengetahuinya, dan tiada sebuah biji dalam gelap gulita
bumi dan tiada pula benda yang basah dan yang kering, melainkan semuanya
dalam Kitab yang terang.” (QS. Al-An’am: 59)
Ilmu Allah SWT Maha luas, tak terjangkau, dan tak terbayangkan oleh
akal pikiran, tiada terbatas. Dia mengetahui apa yang sudah dan akan terjadi serta
yang mengaturnya. Manusia, malaikat, dan makhluk manapun tak akan bisa
menyelami lautan ilmu Allah swt. Bahkan untuk mengetahui ciptaan Allah saja
manusia tidak akan mampu. Tentang tubuhnya sendiri saja, tidak semuanya
terjangkau oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dicapai
manusia. Semakin didalami semakin jauh pula yang harus dijangkau, semakin
banyak misteri yang harus dipecahkan, seperti jaringan kerja otak manusia masih
merupakan hal yang teramat rumit untuk dikaji.
B.Rumusan Masalah
1. Apa saja Ilmu Allah ?
1
2. Bagaimana hubungan Ilmu Allah dengan manusia ?
C.Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui apa itu Ilmu Allah serta bagaimana hubungan antara
Ilmu Allah dengan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ILMU ALLAH
Ilmu Allah SWT Maha luas, tak terjangkau, dan tak terbayangkan oleh
akal pikiran, tiada terbatas. Dia mengetahui apa yang sudah dan akan terjadi serta
yang mengaturnya. Manusia, malaikat, dan makhluk manapun tak akan bisa
menyelami lautan ilmu Allah swt. Bahkan untuk mengetahui ciptaan Allah saja
manusia tidak akan mampu. Tentang tubuhnya sendiri saja, tidak semuanya
terjangkau oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dicapai
manusia. Semakin didalami semakin jauh pula yang harus dijangkau, semakin
banyak misteri yang harus dipecahkan, seperti jaringan kerja otak manusia masih
merupakan hal yang teramat rumit untuk dikaji.
Belum lagi tentang astronomi. Berapa banyak bintang, galaksi di langit,
berapa jauhnya, bagaimana cara mencapainya, proses terjadinya, apakah ada
penghuninya, dan seterusnya. Jika kita menatap ke luar angkasa betapa kecil bumi
ini bagaikan debu bahkan lebih kecil dari itu. Andaikan saja ada manusia yang
menguasai planet bumi sebagai miliknya pribadi, maka di hadapan alam di ruang
angkasa ini dia hanyalah memiliki debu tak berarti. Jika saja ada manusia
menguasai bumi, dia hanya menguasai debu. Sementara kekuasaan, kerajaan
Allah swt. tak akan tertandingi sedikitpun jua.
Allah swt. menggambarkan betapa kecil dan tak berdayanya manusia bila
dibandingkan dengan ilmu Allah swt., dengan perumpamaan air laut bahkan tujuh
2
lautan dijadikan tinta untuk menulis kalimat Allah swt., niscaya tidak akan habishabisnya kalimat Allah tersebut dituliskan.1
“Katakanlah, kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat
Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimat-kalimat
Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu pula.” (QS. Al Kahfi:
109)
“Dan seandainya pohon-pohon di muka bumi menjadi pena dan laut (menjadi
tinta), ditambahkan kepadanya tujuh lautan lagi, niscaya tidak akan habishabisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi
Maha Melihat.” (QS. Luqman: 27).
Allah swt. telah menciptakan langit dan bumi dengan segala isi dan peristiwa yang
terkandung di dalamnya merupakan fenomena yang sangat mengesankan dan
menakjubkan akal serta hati sanubari manusia. Itulah alam semesta atau al-kaun
(universum). Simaklah firman Allah swt. berikut ini:
“Dia lah Allah yang menciptakan, yang mengadakan, yang membentuk
rupa, yang mempunyai nama-nama yang paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa
yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia lah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (QS. Al-Hasyr: 24).
Hendaknya manusia senantiasa men-taddaburi ayat-ayat-Nya, baik yang
qauliyah maupun kauniyah. Karena di sana terdapat lautan ilmu-Nya, serta
dorongan untuk mengkaji maupun mengimplementasikannya. “Hai jama’ah jin
dan manusia jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi,
maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.”
1 Abidin, Ibnu Rusn. Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan. (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 1998) hal. 67
3
(QS. Ar-Rahman: 33). Dengan ayat ini manusia akan mengerti jika ingin
menembus langit diperlukan energi yang besar.
Maka dengan segala bahan-bahan yang ada di alam ini manusia harus
mampu mengkonversi energi tersebut. Masih banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan cabang-cabangnya. Allah swt. telah
menciptakan alam beserta isi dan sistemnya dan juga telah mengajarkannya
kepada manusia. Dengan mencermati Al-Qur’an, akan melahirkan kajian-kajian
yang lebih detail tentang keberadaan ciptaan-Nya.2
Timbulnya ilmu pengetahuan disebabkan kebutuhan-kebutuhan manusia
yang berkemauan hidup bahagia. Dalam mencapai dan memenuhi kebutuhan
hidupnya itu, manusia menggunakan akal pikirannya. Mereka menengadah ke
langit, memandang alam sekitarnya dan melihat dirinya sendiri. Dalam hal ini
memang telah menjadi qudrat dan iradat Nya, bahwa manusia dapat memikirkan
sesuatu kebutuhan hidupnya. Telah tercantum dalam Al-Qur’an perintah Allah
swt.: “Katakanlah, perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah
bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi
orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Yunus: 101).
Hasil dari pemikiran manusia itu melahirkan ilmu pengetahuan dengan
berbagai cabangnya. Maka ilmu pengetahuan bukanlah musuh atau lawan dari
iman, melainkan sebagai wasailul hayah (sarana kehidupan) dan juga nantinya
yang akan membimbing ke arah iman. Sebagaimana kita ketahui, banyak ahli ilmu
pengetahuan yang berpikir dalam, telah dipimpin oleh pengetahuannya kepada
suatu pandangan, bahwa di balik alam yang nyata ini ada kekuatan yang lebih
tinggi, yang mengatur dan menyusunnya, memelihara segala sesuatu dengan
ukuran dan perhitungan.
2 Ibid hal. 68
4
B. HUBUNGAN ILMU ALLAH DENGAN MANUSIA
Manusia dijadikan oleh Allah untuk berbakti kepadanya dan
untuk
menyatakan dirinya sendiri pada : Zat, Sifat, Asma dan Apaalnya.
Firman Allah surah Az-Zariyat ayat 56 :
ت يويما
لنييوعبدددوونن ان نيلا يوال وانن ويس ال ونج نين يخل يوق د
Artinya : "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku." (QS. Az-Zariyat 51: Ayat 56).
Sabda Rasullullah : Awaludin Makrifatullah = Awal agama adalah mengenal
Allah
Oleh karena itu untuk bisa makrifat kepada Allah maka diberikanya ilmu
kepada manusia melalui akal dan iman dengan satu harapan agar manusia
mengetahui hakekat sebenarnya tujuan mereka ada di dunia ini.
Sesungguhnya semua ilmu yang ada pada manusia adalah ilmu Allah semata-mata
sedangkan pada hakekatnya manusia itu adalah kosong tidak ada apa-apanya.3
Surah Yunus ayat 57 :
نلـل ودموؤنمننوين نيويروحيمةة يودهددى ال ندصددوونر نفى ل نيما يونشيفاءة نير نبنك دوم ننمون نيموونعيظةة يجايءتوك دوم يقود ال نينادس
يييا يينديها
3 Nata, Abuddin. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan dan Ayat-ayat Al- Tarbawiy. (Jakarta : PT.
Rajawali Press, 2008) Hal. 99
5
Artinya : "Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur'an)
dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta
rahmat bagi orang yang beriman." (QS. Yunus 10: Ayat 57).
Adapun Ilmu Allah terbagi atas tiga bagian : Ilmu Kalam, Ilmu Gaib, Ilmu
Syahadah.
1. Ilmu Kalam
Adapun Ilmu Kalam ini adalah satu ilmu yang dapat dipelajari oleh
manusia dengan manusia biasa dengan tujuan untuk memahami sesuatu di alam
semesta kita ini, ilmu ini dapat di pahami dan diterima oleh pancaindera kita. Ilmu
kalam biasanya membicarakan dan mengajar manusia tentang sesuatu yang zahir
semata-mata yang bisa diterima oleh daya pemikiran manusia saja.
Ilmu kalam bisa dipelajari di sekolah secara formal atau secara informal
dengan masyarakat dan mahluk alam di sekeliling kita. Tingkatan ilmu ini hanya
bisa diterima oleh pancaindra dan hanya dimengerti oleh orang itu sendiri, tetapi
orang itu tidak dapat menerangkan apa yang dia pahami kepada orang lain dengan
menggunakan ilmu kalam ini.
Pemahaman terhadap ilmu ini adalah dengan apa yang di lihat, di dengar,
dirasa, oleh pancaindranya hanya sebatas itu saja dan tidak dapat diterangkan
tentang pengalaman ilmunya kepada orang lain, bahwa : kita tidak dapat
menerangkan bagaimana rupa dari warna merah kepada orang buta sehingga
orang buta tersebut dapat memahami dan mengenal rupa warna merah tersebut.
Jawabanya tentunya tidak bisa kita menjelaskannya, tetapi apakah kita
tidak kenal dengan warna merah jawabanya kita kenal, lalu jika kenal kenapa pula
kita tidak dapat memperkenalkan kepada si buta tersebut. Ini menunjukkan bahwa
6
tahap pencapaian pengetahuan ilmu kalam hanya sampai ke tahap ini saja tidak
lebih dan tidak sampai kemana-mana.4
Kalaulah warna merah yang berwujud dan dapat dilihat dengan mata tidak
bisa kita menjelaskannya kepada orang buta lalu…bagaimana halnya untuk
memperkenalkan diri Allah s.w.t yang bersifat tidak sama dengan benda-benda
yang ada di alam semesta ini?
Melihat kondisi seperti ini maka ilmu yang dapat menerangkan sesuatu yang tidak
bisa diterangkan dengan ilmu kalam adalah Ilmu Gaib.
Dengan ilmu kalam manusia bisa mengkaji atom, tetapi manusia yang
membuat kajian atom tersebut tidak mengerti apa itu atom sebenarnya, hal ini jika
ditanya kepada seorang professor sekalipun sudah tentu dia tak dapat
menerangkannya.
Biasanya ilmu kalam banyak menggunakan logika yang bisa diterima akal
manusia, sebenarnya ilmu kalam ini adalah satu ilmu untuk berkomunikasi
sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Yang mengajarkan ilmu kalam adalah guru zahir (manusia biasa) yaitu
manusia yang mendapat pendidikan formal dari sekolah atau dari gelombang
hidup masyarakatnya sendiri disamping kajian yang dibuat oleh manusia tersebut
dengan fikirannya.
Sesungguhnya fikiran itu telah di ilhamkan oleh Allah kepada manusia tersebut
didalam bidang-bidang tertentu dan kemudian disampaikan pula kepada manusia
bahasa yang ada.
2. Ilmu Gaib
4 Ibid hal. 100
7
Adapun ilmu Gaib adalah ilmu yang dapat menjelaskan sesuatu yang tidak
dapat diterangkan oleh ilmu kalam, ilmu ini meliputi alam sagir dan alam kabir.
Ilmu gaib hanya bisa diajarkan sepenuhnya oleh guru gaib dan tidak bisa
diajarkan oleh guru zahir, dalam hal ini pengajaran dan pengkajian ilmu ini guru
zahir hanya bertindak sebagai penasehat mengikuti pengalaman (mursyidnya)
didalam bidang hakiki dan makrifat terhadap seseorang yang menerima ilmu gaib.
Biasanya guru gaib yang mengajarkan ilmu ini adalah terdiri dari wali-wali Allah
yang gaib, para nabi dan rasulnya,
Mereka yang memegang ilmu gaib adalah yang dianugrahkan oleh Allah atau
mereka-mereka yang sedang menjalani jalan hakiki dan makrifat melalui jalan
tasauf atau sufiisme.5
Ilmu gaib adalah satu ilmu pengetahuan yang luas sekali sehingga tidak
bisa dicapai oleh daya pikir manusia, sesungguhnya pemegang – pemegang ilmu
gaib adalah terdiri dari dua golongan manusia, pertama adalah mereka yang
dipilih sendiri oleh Allah untuk dikaruniakan dengan ilmu gaib melalui satu cara
penyampaian yang disebut LADUNI, bagi mereka ini akan terus diajari ilmu gaib
oleh guru-guru gaib.
Adapun bagi golongan kedua adalah mereka yang menemui jalan hakekat
kepada Allah dengan cara berguru dengan guru-guru hakekat dan makrifat serta
mursyid yang mengetahui akan hakekat dan makrifat dan kemudian menerima
petuah-petuah dari guru serta beramal dengan segala petuah gurunya itu. maka
orang tersebut kemudian mendapati Laduni melalui perantaraan guru gaib yang
terdiri dari wali-wali Allah, nabi-nabi dan rasul-rasul.
Tingkatan ilmu gaib adalah menembus tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi serta
apa saja yang ada diantara keduanya.
5 Ibid hal. 102
8
Bermula cara mendapatkan ilmu ini, maka seseorang ini hendaklah
mensucikan jiwanya dengan mengamalkan kaedah-kaedah hakekat yaitu jalan
menuju kepada Allah dengan jalan mengenal diri mengikuti kaedah-kaedah tasauf
atau jalannya orang sufi. Agar jalan sufi dapat dicapai maka orang ini harus juga
tahu membersihkan diri dan jiwa raganya. Oleh karena itu ilmu ini hanya boleh
dicapai oleh akal dan iman saja.
Maka seseorang yang hendak memiliki ilmu gaib ini harus mendapat akal terlebih
dahulu dalam hidupnya, akal ini hanya bisa dihasilkan oleh hati orang-orang
mukmin terhadap Allah SWT saja. Sebelum mendapatkan akal maka orang itu
harus menghancurkan gumpalan darah kotor diujung jantung mereka yang
menjadi tempat istana iblis. Bila saja hancur gumpalan darah kotor tersebut maka
terpancarlah satu NUR dari dalam jantung yaitu Nur Kalbu. Sesungguhnya cahaya
atau nur ini adalah hatinya orang Mukmin artinya hati orang-orang mukmin itu
adalah ISTANA ALLAH.6
Dengan adanya akal maka manusia tersebut akan mempunyai Iman yaitu
keyakinan hakiki terhadap sesuatu atau penerimaannya secara mutlak tanpa raguragu terhadap sesuatu yang diterima melalui ilmu gaib walaupun sesuatu itu tidak
bisa diterima oleh logika berfikir manusia. Kadar kuasa penerimaan terhadap ilmu
gaib yang luas ini adalah tergantung kepada kadar tingkat kesucian hati dan jiwa
manusia tersebut.
Makin suci hati seseorang dengan Allah maka semakin tinggilah tingkat
penerimaan ilmu gaib ini. Pengetahuan ilmu gaib ini dapat dilihat dengan mata
bashir, dengan telinga batin dapat pula dirasakan dengan hati hakiki yang dimiliki
orang-orang Arifinbillah.
Ilmu gaib diajarkan kepada orang-orang tertentu melalui jalan LADUNI dengan 5
cara yaitu : Dengan cara : Nur, Tajali, Syir, Syir-usyir dan Tawasul.
6 Tobroni. Pendidikan Islam dan Paradigma Teologis. (Malang : UMM Press, 2008)
Hal. 45
9
Dengan cara NUR
Cara ini biasanya diterima oleh seseorang yang sedang menjalani tarekat
tasauf, biasanya datang melalui sebuah mimpi yang dialami oleh seseorang yang
mengamalkan tarekat tasauf, mimpi ini bisa berupa kiasan atau secara terangterangan. Bila seorang murid dalam tidurnya bermimpi maka menjadi
kewajibannya untuk menceritakan mimpinya kepada gurunya untuk mendapatkan
penafsiran mimpi tersebut. Dan bagi seorang guru yang mursyid dan
berpengalaman sudah tentu dapat menerangkan arti mimpi yang diterima oleh
anak muridnya. Didalam mimpi tersebut orang-orang tasauf mungkin saja diberi
kiasan dengan satu peristiwa yang dialaminya dalam mimpinya atau guru gaib
yang terdiri dari Rasul-rasul, Nabi dan Waliullah datang mengajar sesuatu
kepadanya didalam mimpi tersebut. Maka dengan jalan mendapatkan mimpi
tersebut orang-orang yang menjalani ilmu tasauf dapat menerima Ilmu gaib.7
Firman Allah surah Yusuf ayat 6 :
عل ييويك ننوعيمتيههيويدنت ندم ال وا ييحانديو ن
ث تيأ ونويونل نمون يويديعل ندميك
عليلى ي
ب ا ينل يو ي
نمون بييويوك ييعليلى ا يتي نيميها ك ييماي ييوعدقوو ي
جتينبيويك يوك ييذلنيك
يربنديك يي و
حيق انبويريقبودل
علنيومة يربنييك ان نين ۗيوانوس ي
يحنكيومة ي
Artinya : "Dan demikianlah, Tuhan memilih engkau (untuk menjadi nabi) dan
mengajarkan kepadamu sebagian dari takwil mimpi dan menyempurnakan
(nikmat-Nya) kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub, sebagaimana Dia telah
menyempurnakan nikmat-Nya kepada kedua orang kakekmu sebelum itu, (yaitu)
Ibrahim dan Ishaq. Sungguh, Tuhanmu Maha Mengetahui, Maha Bijaksana." (QS.
Yusuf 12: Ayat 6)
Cara TAJALI
7 Ibid hal. 46
10
Tajali disini diartikan sebagai penjelmaan buah pikiran dari perasaan “ Zok
” selama mereka menjalani latihan tarekat tasauf. Dengan mengalami “ Zok ”
terhadap Allah maka tercetuslah dari mulut atau terlintas di akalnya suatu
pengetahuan baru yang tidak pernah di dengar atau di ucapkan oleh mereka
sendiri sebelumnya.
Misalnya : terbacalah dia sepotong doa padahal selama ini orang tersebut tidak
pernah membaca doa sedemikian.
Didalam menghadapi tajali ini seseorang itu hendaklah bertanya kepada
gurunya untuk mendapatkan keterangan yang lebih jelas, dengan rasa tajali ini
maka seseorang itu akan memperoleh ilmu gaib.8
Dengan catatan Cara Tajali ini, Biasanya seseorang yang sedang mengalami tajali
sering timbul dikepalanya banyak persoalan kemudian dikemukakan persoalan
tersebut kepada dirinya sendiri lalu didapatinya satu persatu jawaban yang tepat
dan memuaskan hatinya, walaupun persoalan dan jawaban yang diperolehnya
belum pernah dialami sebelumnya. Bila dilihatnya sesuatu maka secara tidak
disengaja timbul dihatinya suatu ilham dan minat untuk mengkajinya, disinilah
terbitnya persoalan, kajian dan jawaban dari akalnya sendiri. Walhasil,
dibandingkannya sesuatu itu dengan dirinya sendiri, tentang sikapnya,
perangainya, pendiriannya dan sebagainya yang akhirnya menimbulkan kesadaran
besar pada dirinya sendiri terhadap Allah s.w.t.
Cara SIR
Adapun SIR itu adalah satu jalan penyampaian ilmu gaib secara rahasia,
hanya dapat dirasakan dan didengar oleh orang itu secara jelas. Biasanya
seseorang yang sedang menjalani alam tasauf dapat menerima SIR ini diwaktuwaktu tertentu, biasanya melalui pendengaran telinga batin. Dimana seseorang itu
8 Fauzan, Shalih. 1. Kitab Tauhid I.( Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia 2001).
Hal. 88
11
akan mendengar suatu suara yang datang kepadanya, suara tersebut akan
memberitahukan sesuatu yang mengajar ilmu gaib dengan terang dan jelas,
bisikan tersebut akan dirasai beserta dengan satu kenikmatan yang tak bisa
diceritakan dengan kata-kata.9
Cara SIR ini biasanya dinamakan oleh sebagian ahli tasauf sebagai radio
atau telepon karena yang datang adalah suara-suara, inilah suara wali-wali Allah
yang agung, yang mengajar seseorang itu tentang ilmu gaib. Bila seseorang itu
menerima SIR maka hendaklah menberitahukan hal tersebut kepada gurunya
untuk mendapat penjelasan terhadap apa yang diperoleh dari guru gaib tadi.
Cara SIRUSIR
Cara SIRUSIR adalah merupakan satu jalan penyampaian ilmu gaib
dengan cara rahasia didalam rahasia. Seseorang yang menerima ilmu gaib dengan
cara ini maka mereka dapat melihat dengan mata bashir dan dapat mendengar
dengan telinga batin mereka tentang peristiwa atau pengajaran ilmu gaib
disamping itu saat penerimaan gambar dan pendengaran suara mereka juga
merasakan suatu nikmat yang luar biasa. Mereka bisa melihat dan mendengar
dengan mata kepala mereka sendiri, hal ini bisa diibaratkan seperti tayangan
gambar ditelevisi
atau tv phone. Oleh karena itu sebagian orang tasauf
menamakan ini sebagai penerimaan televisi, dan bagi seorang murid yang
menerima pengajaran ilmu gaib dengan cara ini maka hendaklah menceritakan hal
ini kepada gurunya supaya mendapat penjelasan lebih lanjut.
Cara TAWASUL
Cara TAWASUL adalah dengan cara penjelmaan oleh guru atau wali-wali
Allah yang gaib dan mereka menjelma untuk bertemu dengan orang-orang
tertentu yang sedang menjalani tasauf, mereka ketemu dalam keadaan hidup9 Ibid hal. 47
12
hidup, bukan dala keadaan mimpi, tidur atau sebagainya, dia datang sama seperti
kita menerima kedatangan tamu pada umumnya. Mereka datang dan
memperkenalkan diri mereka dan tujuan kedatangannya, mereka akan
mengajarkan ilmu gaib kepada orang-orang tersebut secara langsung, dan kita
harus memahami pengajaran mereka tanpa ragu-ragu.10
Kadang-kadang penjelmaan mereka bisa dilihat orang ramai jika pada
waktu itu lagi ada orang. Pengajaran ilmu gaib oleh guru-guru gaib dengan cara
ini adalah jelas dan terang, kita dapat juga menanyakan hal-hal apa saja yang tidak
kita pahami kepada mereka. Perlu diingat bahwa kedatangan mereka itu adalah
merupakan satu penghormatan kepada ahli tasauf atau sufi dan dengan ini
terbentuklah satu hubungan yang baik dintara kedua belah pihak. Bagi mereka
yang dapat menguasai dan menyelami sendiri alam ilmu gaib maka sudah pasti
mereka dapat menjelajahi seluruh alam semesta, tujuh lapis langit dan tujuh lapis
bumi. Mereka juga diberi peluang untuk menjelajahi dialam lain termasuk alam
barzah, surga dan neraka, Arash dan qursi Allah s.w.t dan ini bermakna bahwa
mereka yang sampai ke martabat ini dapat menjelajah kesuatu alam yang jauh
keluar daripada garis-garis tahap pikiran manusia.
3. Ilmu Syahadah
Adapun ilmu syahadah adalah satu ilmu yang paling tinggi didalam
mempelajari ilmu-ilmu Allah yang bisa dikuasai oleh manusia. Inilah martabat
ilmu yang tertinggi. Ilmu ini adalah satu ilmu makrifat dan syahadah secara
sebenar-benarnya kepada Allah SWT. Ilmu syahadah artinya tuhan sendiri yang
akan mengajar manusia mengenali dirinya dengan lain perkataan bahwa ilmu
syahadah adalah ilmu untuk menyatakan diri Allah itu sendiri. Hanya orang-orang
yang mencapai martabat ilmu gaib yang paling tinggi saja yang dapat menguasai
ilmu syahadah ini.
10 Nata, Abuddin. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan dan Ayat-ayat Al- Tarbawiy. Hal 104
13
Jika Ilmu kalam diajar oleh guru zahir dan ilmu gaib diajar oleh guru gaib
maka ilmu syahadah hanya boleh diajar oleh guru batin saja yaitu diri batin kita
sendiri yang telah mencapai makrifat kepada Allah dengan lain perkataan bahwa
Tuhan sajalah yang boleh
mengajar diri kita akan rahasia ilmu ini. Tingkat
pengalaman dan pencapaian ilmu ini adalah jauh daripada ilmu gaib dan inilah
ilmu yang paling tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia. Ilmu ini hanya bisa
dicapai oleh para Rasul, Nabi dan Wali-wali Allah yang teragung. Alangkah
mulianya bila kita dapat menyelami sendiri ilmu tertinggi ini dan sudah barang
tentu kita akan menjadi manusia beruntung dan mendapat keridhoan Allah SWT.11
11 Ibid hal. 105
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu Allah SWT Maha luas, tak terjangkau, dan tak terbayangkan oleh
akal pikiran, tiada terbatas. Dia mengetahui apa yang sudah dan akan terjadi serta
yang mengaturnya. Manusia, malaikat, dan makhluk manapun tak akan bisa
menyelami lautan ilmu Allah swt. Bahkan untuk mengetahui ciptaan Allah saja
manusia tidak akan mampu. Tentang tubuhnya sendiri saja, tidak semuanya
terjangkau oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dicapai
manusia. Semakin didalami semakin jauh pula yang harus dijangkau, semakin
banyak misteri yang harus dipecahkan, seperti jaringan kerja otak.
Adapun Ilmu Allah terbagi atas tiga bagian, yaitu :
Ilmu Kalam
Ilmu Gaib
Ilmu Syahadah
B. Saran
Seluruh umat islam wajib untuk meninggalkannya, serta menjauhinya.
Dengan cara bertaqwa kepada Allah.
Disini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
rekan-rekan, semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah
ikut serta membantu terselesaikannya makalah ini. Semoga Allah SWT membalas
amal kita dengan ganjaran yang berlipat. AMIIIIN.
15
Kurang lebih kami mohon maaf, bila ada kekurangan dalam kesalahan dalam
penyusunan makalah ini dan semoga dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
16
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Ibnu Rusn.1998. Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Nata, Abuddin. 2008. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan dan Ayat-ayat Al- Tarbawiy.
Jakarta : PT. Rajawali Press.
Tobroni. 2008. Pendidikan Islam dan Paradigma Teologis. Malang : UMM Press.
Nata, Abuddin. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan dan Ayat-ayat Al- Tarbawiy.
Fauzan, Shalih. 2001. Kitab Tauhid I.Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia.
17
TENTANG ILMU ALLAH
(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Tauhid )
O
L
E
H
KHAIRUNNISA
SEMESTER
: 1 PAI Unggulan
DOSEN PEMBIMBING
: H.Abdul Malik,MA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
JAM’IYAH MAHMUDIYAH
TANJUNG PURA
T.A 2017
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Adapun makalah yang berjudul tentang Ilmu Allah ini telah kami usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai sumber, sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan banyak terima kasih kepada sumber yang telah membantu kami
dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Ilmu Allah ini
dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi
terhadap pembaca.
Tanjung Pura Oktober 2017
1
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. ILMU ALLAH.................................................................................................2
B. HUBUNGAN ILMU ALLAH DENGAN MANUSIA...................................4
2
BAB III PENUTUP..............................................................................................12
A. Kesimpulan....................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam asmaul husna, Allah swt. disebut sebagai Al ‘Alim (Yang Maha
Mengetahui). Bahwasanya ilmu Allah tidak terbatas. Dia mengetahui apa saja
yang ada di langit dan di bumi, yang dahulu, sekarang, ataupun besok, baik yang
ghaib maupun yang nyata.
Tak ada satupun yang tersembunyi bagi Allah swt. Sebutir biji di dalam
gelap gulita bumi yang berlapis tetap diketahui Allah swt. “Di sisi-Nya segala
anak kunci yang ghaib, tiadalah yang mengetahui kecuali Dia sendiri. Dia
mengetahui apa-apa yang ada di daratan dan di lautan. Tiada gugur sehelai daun
kayu pun, melainkan Dia mengetahuinya, dan tiada sebuah biji dalam gelap gulita
bumi dan tiada pula benda yang basah dan yang kering, melainkan semuanya
dalam Kitab yang terang.” (QS. Al-An’am: 59)
Ilmu Allah SWT Maha luas, tak terjangkau, dan tak terbayangkan oleh
akal pikiran, tiada terbatas. Dia mengetahui apa yang sudah dan akan terjadi serta
yang mengaturnya. Manusia, malaikat, dan makhluk manapun tak akan bisa
menyelami lautan ilmu Allah swt. Bahkan untuk mengetahui ciptaan Allah saja
manusia tidak akan mampu. Tentang tubuhnya sendiri saja, tidak semuanya
terjangkau oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dicapai
manusia. Semakin didalami semakin jauh pula yang harus dijangkau, semakin
banyak misteri yang harus dipecahkan, seperti jaringan kerja otak manusia masih
merupakan hal yang teramat rumit untuk dikaji.
B.Rumusan Masalah
1. Apa saja Ilmu Allah ?
1
2. Bagaimana hubungan Ilmu Allah dengan manusia ?
C.Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui apa itu Ilmu Allah serta bagaimana hubungan antara
Ilmu Allah dengan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ILMU ALLAH
Ilmu Allah SWT Maha luas, tak terjangkau, dan tak terbayangkan oleh
akal pikiran, tiada terbatas. Dia mengetahui apa yang sudah dan akan terjadi serta
yang mengaturnya. Manusia, malaikat, dan makhluk manapun tak akan bisa
menyelami lautan ilmu Allah swt. Bahkan untuk mengetahui ciptaan Allah saja
manusia tidak akan mampu. Tentang tubuhnya sendiri saja, tidak semuanya
terjangkau oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dicapai
manusia. Semakin didalami semakin jauh pula yang harus dijangkau, semakin
banyak misteri yang harus dipecahkan, seperti jaringan kerja otak manusia masih
merupakan hal yang teramat rumit untuk dikaji.
Belum lagi tentang astronomi. Berapa banyak bintang, galaksi di langit,
berapa jauhnya, bagaimana cara mencapainya, proses terjadinya, apakah ada
penghuninya, dan seterusnya. Jika kita menatap ke luar angkasa betapa kecil bumi
ini bagaikan debu bahkan lebih kecil dari itu. Andaikan saja ada manusia yang
menguasai planet bumi sebagai miliknya pribadi, maka di hadapan alam di ruang
angkasa ini dia hanyalah memiliki debu tak berarti. Jika saja ada manusia
menguasai bumi, dia hanya menguasai debu. Sementara kekuasaan, kerajaan
Allah swt. tak akan tertandingi sedikitpun jua.
Allah swt. menggambarkan betapa kecil dan tak berdayanya manusia bila
dibandingkan dengan ilmu Allah swt., dengan perumpamaan air laut bahkan tujuh
2
lautan dijadikan tinta untuk menulis kalimat Allah swt., niscaya tidak akan habishabisnya kalimat Allah tersebut dituliskan.1
“Katakanlah, kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat
Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimat-kalimat
Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu pula.” (QS. Al Kahfi:
109)
“Dan seandainya pohon-pohon di muka bumi menjadi pena dan laut (menjadi
tinta), ditambahkan kepadanya tujuh lautan lagi, niscaya tidak akan habishabisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi
Maha Melihat.” (QS. Luqman: 27).
Allah swt. telah menciptakan langit dan bumi dengan segala isi dan peristiwa yang
terkandung di dalamnya merupakan fenomena yang sangat mengesankan dan
menakjubkan akal serta hati sanubari manusia. Itulah alam semesta atau al-kaun
(universum). Simaklah firman Allah swt. berikut ini:
“Dia lah Allah yang menciptakan, yang mengadakan, yang membentuk
rupa, yang mempunyai nama-nama yang paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa
yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia lah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (QS. Al-Hasyr: 24).
Hendaknya manusia senantiasa men-taddaburi ayat-ayat-Nya, baik yang
qauliyah maupun kauniyah. Karena di sana terdapat lautan ilmu-Nya, serta
dorongan untuk mengkaji maupun mengimplementasikannya. “Hai jama’ah jin
dan manusia jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi,
maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.”
1 Abidin, Ibnu Rusn. Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan. (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 1998) hal. 67
3
(QS. Ar-Rahman: 33). Dengan ayat ini manusia akan mengerti jika ingin
menembus langit diperlukan energi yang besar.
Maka dengan segala bahan-bahan yang ada di alam ini manusia harus
mampu mengkonversi energi tersebut. Masih banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan cabang-cabangnya. Allah swt. telah
menciptakan alam beserta isi dan sistemnya dan juga telah mengajarkannya
kepada manusia. Dengan mencermati Al-Qur’an, akan melahirkan kajian-kajian
yang lebih detail tentang keberadaan ciptaan-Nya.2
Timbulnya ilmu pengetahuan disebabkan kebutuhan-kebutuhan manusia
yang berkemauan hidup bahagia. Dalam mencapai dan memenuhi kebutuhan
hidupnya itu, manusia menggunakan akal pikirannya. Mereka menengadah ke
langit, memandang alam sekitarnya dan melihat dirinya sendiri. Dalam hal ini
memang telah menjadi qudrat dan iradat Nya, bahwa manusia dapat memikirkan
sesuatu kebutuhan hidupnya. Telah tercantum dalam Al-Qur’an perintah Allah
swt.: “Katakanlah, perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah
bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi
orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Yunus: 101).
Hasil dari pemikiran manusia itu melahirkan ilmu pengetahuan dengan
berbagai cabangnya. Maka ilmu pengetahuan bukanlah musuh atau lawan dari
iman, melainkan sebagai wasailul hayah (sarana kehidupan) dan juga nantinya
yang akan membimbing ke arah iman. Sebagaimana kita ketahui, banyak ahli ilmu
pengetahuan yang berpikir dalam, telah dipimpin oleh pengetahuannya kepada
suatu pandangan, bahwa di balik alam yang nyata ini ada kekuatan yang lebih
tinggi, yang mengatur dan menyusunnya, memelihara segala sesuatu dengan
ukuran dan perhitungan.
2 Ibid hal. 68
4
B. HUBUNGAN ILMU ALLAH DENGAN MANUSIA
Manusia dijadikan oleh Allah untuk berbakti kepadanya dan
untuk
menyatakan dirinya sendiri pada : Zat, Sifat, Asma dan Apaalnya.
Firman Allah surah Az-Zariyat ayat 56 :
ت يويما
لنييوعبدددوونن ان نيلا يوال وانن ويس ال ونج نين يخل يوق د
Artinya : "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku." (QS. Az-Zariyat 51: Ayat 56).
Sabda Rasullullah : Awaludin Makrifatullah = Awal agama adalah mengenal
Allah
Oleh karena itu untuk bisa makrifat kepada Allah maka diberikanya ilmu
kepada manusia melalui akal dan iman dengan satu harapan agar manusia
mengetahui hakekat sebenarnya tujuan mereka ada di dunia ini.
Sesungguhnya semua ilmu yang ada pada manusia adalah ilmu Allah semata-mata
sedangkan pada hakekatnya manusia itu adalah kosong tidak ada apa-apanya.3
Surah Yunus ayat 57 :
نلـل ودموؤنمننوين نيويروحيمةة يودهددى ال ندصددوونر نفى ل نيما يونشيفاءة نير نبنك دوم ننمون نيموونعيظةة يجايءتوك دوم يقود ال نينادس
يييا يينديها
3 Nata, Abuddin. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan dan Ayat-ayat Al- Tarbawiy. (Jakarta : PT.
Rajawali Press, 2008) Hal. 99
5
Artinya : "Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur'an)
dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta
rahmat bagi orang yang beriman." (QS. Yunus 10: Ayat 57).
Adapun Ilmu Allah terbagi atas tiga bagian : Ilmu Kalam, Ilmu Gaib, Ilmu
Syahadah.
1. Ilmu Kalam
Adapun Ilmu Kalam ini adalah satu ilmu yang dapat dipelajari oleh
manusia dengan manusia biasa dengan tujuan untuk memahami sesuatu di alam
semesta kita ini, ilmu ini dapat di pahami dan diterima oleh pancaindera kita. Ilmu
kalam biasanya membicarakan dan mengajar manusia tentang sesuatu yang zahir
semata-mata yang bisa diterima oleh daya pemikiran manusia saja.
Ilmu kalam bisa dipelajari di sekolah secara formal atau secara informal
dengan masyarakat dan mahluk alam di sekeliling kita. Tingkatan ilmu ini hanya
bisa diterima oleh pancaindra dan hanya dimengerti oleh orang itu sendiri, tetapi
orang itu tidak dapat menerangkan apa yang dia pahami kepada orang lain dengan
menggunakan ilmu kalam ini.
Pemahaman terhadap ilmu ini adalah dengan apa yang di lihat, di dengar,
dirasa, oleh pancaindranya hanya sebatas itu saja dan tidak dapat diterangkan
tentang pengalaman ilmunya kepada orang lain, bahwa : kita tidak dapat
menerangkan bagaimana rupa dari warna merah kepada orang buta sehingga
orang buta tersebut dapat memahami dan mengenal rupa warna merah tersebut.
Jawabanya tentunya tidak bisa kita menjelaskannya, tetapi apakah kita
tidak kenal dengan warna merah jawabanya kita kenal, lalu jika kenal kenapa pula
kita tidak dapat memperkenalkan kepada si buta tersebut. Ini menunjukkan bahwa
6
tahap pencapaian pengetahuan ilmu kalam hanya sampai ke tahap ini saja tidak
lebih dan tidak sampai kemana-mana.4
Kalaulah warna merah yang berwujud dan dapat dilihat dengan mata tidak
bisa kita menjelaskannya kepada orang buta lalu…bagaimana halnya untuk
memperkenalkan diri Allah s.w.t yang bersifat tidak sama dengan benda-benda
yang ada di alam semesta ini?
Melihat kondisi seperti ini maka ilmu yang dapat menerangkan sesuatu yang tidak
bisa diterangkan dengan ilmu kalam adalah Ilmu Gaib.
Dengan ilmu kalam manusia bisa mengkaji atom, tetapi manusia yang
membuat kajian atom tersebut tidak mengerti apa itu atom sebenarnya, hal ini jika
ditanya kepada seorang professor sekalipun sudah tentu dia tak dapat
menerangkannya.
Biasanya ilmu kalam banyak menggunakan logika yang bisa diterima akal
manusia, sebenarnya ilmu kalam ini adalah satu ilmu untuk berkomunikasi
sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Yang mengajarkan ilmu kalam adalah guru zahir (manusia biasa) yaitu
manusia yang mendapat pendidikan formal dari sekolah atau dari gelombang
hidup masyarakatnya sendiri disamping kajian yang dibuat oleh manusia tersebut
dengan fikirannya.
Sesungguhnya fikiran itu telah di ilhamkan oleh Allah kepada manusia tersebut
didalam bidang-bidang tertentu dan kemudian disampaikan pula kepada manusia
bahasa yang ada.
2. Ilmu Gaib
4 Ibid hal. 100
7
Adapun ilmu Gaib adalah ilmu yang dapat menjelaskan sesuatu yang tidak
dapat diterangkan oleh ilmu kalam, ilmu ini meliputi alam sagir dan alam kabir.
Ilmu gaib hanya bisa diajarkan sepenuhnya oleh guru gaib dan tidak bisa
diajarkan oleh guru zahir, dalam hal ini pengajaran dan pengkajian ilmu ini guru
zahir hanya bertindak sebagai penasehat mengikuti pengalaman (mursyidnya)
didalam bidang hakiki dan makrifat terhadap seseorang yang menerima ilmu gaib.
Biasanya guru gaib yang mengajarkan ilmu ini adalah terdiri dari wali-wali Allah
yang gaib, para nabi dan rasulnya,
Mereka yang memegang ilmu gaib adalah yang dianugrahkan oleh Allah atau
mereka-mereka yang sedang menjalani jalan hakiki dan makrifat melalui jalan
tasauf atau sufiisme.5
Ilmu gaib adalah satu ilmu pengetahuan yang luas sekali sehingga tidak
bisa dicapai oleh daya pikir manusia, sesungguhnya pemegang – pemegang ilmu
gaib adalah terdiri dari dua golongan manusia, pertama adalah mereka yang
dipilih sendiri oleh Allah untuk dikaruniakan dengan ilmu gaib melalui satu cara
penyampaian yang disebut LADUNI, bagi mereka ini akan terus diajari ilmu gaib
oleh guru-guru gaib.
Adapun bagi golongan kedua adalah mereka yang menemui jalan hakekat
kepada Allah dengan cara berguru dengan guru-guru hakekat dan makrifat serta
mursyid yang mengetahui akan hakekat dan makrifat dan kemudian menerima
petuah-petuah dari guru serta beramal dengan segala petuah gurunya itu. maka
orang tersebut kemudian mendapati Laduni melalui perantaraan guru gaib yang
terdiri dari wali-wali Allah, nabi-nabi dan rasul-rasul.
Tingkatan ilmu gaib adalah menembus tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi serta
apa saja yang ada diantara keduanya.
5 Ibid hal. 102
8
Bermula cara mendapatkan ilmu ini, maka seseorang ini hendaklah
mensucikan jiwanya dengan mengamalkan kaedah-kaedah hakekat yaitu jalan
menuju kepada Allah dengan jalan mengenal diri mengikuti kaedah-kaedah tasauf
atau jalannya orang sufi. Agar jalan sufi dapat dicapai maka orang ini harus juga
tahu membersihkan diri dan jiwa raganya. Oleh karena itu ilmu ini hanya boleh
dicapai oleh akal dan iman saja.
Maka seseorang yang hendak memiliki ilmu gaib ini harus mendapat akal terlebih
dahulu dalam hidupnya, akal ini hanya bisa dihasilkan oleh hati orang-orang
mukmin terhadap Allah SWT saja. Sebelum mendapatkan akal maka orang itu
harus menghancurkan gumpalan darah kotor diujung jantung mereka yang
menjadi tempat istana iblis. Bila saja hancur gumpalan darah kotor tersebut maka
terpancarlah satu NUR dari dalam jantung yaitu Nur Kalbu. Sesungguhnya cahaya
atau nur ini adalah hatinya orang Mukmin artinya hati orang-orang mukmin itu
adalah ISTANA ALLAH.6
Dengan adanya akal maka manusia tersebut akan mempunyai Iman yaitu
keyakinan hakiki terhadap sesuatu atau penerimaannya secara mutlak tanpa raguragu terhadap sesuatu yang diterima melalui ilmu gaib walaupun sesuatu itu tidak
bisa diterima oleh logika berfikir manusia. Kadar kuasa penerimaan terhadap ilmu
gaib yang luas ini adalah tergantung kepada kadar tingkat kesucian hati dan jiwa
manusia tersebut.
Makin suci hati seseorang dengan Allah maka semakin tinggilah tingkat
penerimaan ilmu gaib ini. Pengetahuan ilmu gaib ini dapat dilihat dengan mata
bashir, dengan telinga batin dapat pula dirasakan dengan hati hakiki yang dimiliki
orang-orang Arifinbillah.
Ilmu gaib diajarkan kepada orang-orang tertentu melalui jalan LADUNI dengan 5
cara yaitu : Dengan cara : Nur, Tajali, Syir, Syir-usyir dan Tawasul.
6 Tobroni. Pendidikan Islam dan Paradigma Teologis. (Malang : UMM Press, 2008)
Hal. 45
9
Dengan cara NUR
Cara ini biasanya diterima oleh seseorang yang sedang menjalani tarekat
tasauf, biasanya datang melalui sebuah mimpi yang dialami oleh seseorang yang
mengamalkan tarekat tasauf, mimpi ini bisa berupa kiasan atau secara terangterangan. Bila seorang murid dalam tidurnya bermimpi maka menjadi
kewajibannya untuk menceritakan mimpinya kepada gurunya untuk mendapatkan
penafsiran mimpi tersebut. Dan bagi seorang guru yang mursyid dan
berpengalaman sudah tentu dapat menerangkan arti mimpi yang diterima oleh
anak muridnya. Didalam mimpi tersebut orang-orang tasauf mungkin saja diberi
kiasan dengan satu peristiwa yang dialaminya dalam mimpinya atau guru gaib
yang terdiri dari Rasul-rasul, Nabi dan Waliullah datang mengajar sesuatu
kepadanya didalam mimpi tersebut. Maka dengan jalan mendapatkan mimpi
tersebut orang-orang yang menjalani ilmu tasauf dapat menerima Ilmu gaib.7
Firman Allah surah Yusuf ayat 6 :
عل ييويك ننوعيمتيههيويدنت ندم ال وا ييحانديو ن
ث تيأ ونويونل نمون يويديعل ندميك
عليلى ي
ب ا ينل يو ي
نمون بييويوك ييعليلى ا يتي نيميها ك ييماي ييوعدقوو ي
جتينبيويك يوك ييذلنيك
يربنديك يي و
حيق انبويريقبودل
علنيومة يربنييك ان نين ۗيوانوس ي
يحنكيومة ي
Artinya : "Dan demikianlah, Tuhan memilih engkau (untuk menjadi nabi) dan
mengajarkan kepadamu sebagian dari takwil mimpi dan menyempurnakan
(nikmat-Nya) kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub, sebagaimana Dia telah
menyempurnakan nikmat-Nya kepada kedua orang kakekmu sebelum itu, (yaitu)
Ibrahim dan Ishaq. Sungguh, Tuhanmu Maha Mengetahui, Maha Bijaksana." (QS.
Yusuf 12: Ayat 6)
Cara TAJALI
7 Ibid hal. 46
10
Tajali disini diartikan sebagai penjelmaan buah pikiran dari perasaan “ Zok
” selama mereka menjalani latihan tarekat tasauf. Dengan mengalami “ Zok ”
terhadap Allah maka tercetuslah dari mulut atau terlintas di akalnya suatu
pengetahuan baru yang tidak pernah di dengar atau di ucapkan oleh mereka
sendiri sebelumnya.
Misalnya : terbacalah dia sepotong doa padahal selama ini orang tersebut tidak
pernah membaca doa sedemikian.
Didalam menghadapi tajali ini seseorang itu hendaklah bertanya kepada
gurunya untuk mendapatkan keterangan yang lebih jelas, dengan rasa tajali ini
maka seseorang itu akan memperoleh ilmu gaib.8
Dengan catatan Cara Tajali ini, Biasanya seseorang yang sedang mengalami tajali
sering timbul dikepalanya banyak persoalan kemudian dikemukakan persoalan
tersebut kepada dirinya sendiri lalu didapatinya satu persatu jawaban yang tepat
dan memuaskan hatinya, walaupun persoalan dan jawaban yang diperolehnya
belum pernah dialami sebelumnya. Bila dilihatnya sesuatu maka secara tidak
disengaja timbul dihatinya suatu ilham dan minat untuk mengkajinya, disinilah
terbitnya persoalan, kajian dan jawaban dari akalnya sendiri. Walhasil,
dibandingkannya sesuatu itu dengan dirinya sendiri, tentang sikapnya,
perangainya, pendiriannya dan sebagainya yang akhirnya menimbulkan kesadaran
besar pada dirinya sendiri terhadap Allah s.w.t.
Cara SIR
Adapun SIR itu adalah satu jalan penyampaian ilmu gaib secara rahasia,
hanya dapat dirasakan dan didengar oleh orang itu secara jelas. Biasanya
seseorang yang sedang menjalani alam tasauf dapat menerima SIR ini diwaktuwaktu tertentu, biasanya melalui pendengaran telinga batin. Dimana seseorang itu
8 Fauzan, Shalih. 1. Kitab Tauhid I.( Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia 2001).
Hal. 88
11
akan mendengar suatu suara yang datang kepadanya, suara tersebut akan
memberitahukan sesuatu yang mengajar ilmu gaib dengan terang dan jelas,
bisikan tersebut akan dirasai beserta dengan satu kenikmatan yang tak bisa
diceritakan dengan kata-kata.9
Cara SIR ini biasanya dinamakan oleh sebagian ahli tasauf sebagai radio
atau telepon karena yang datang adalah suara-suara, inilah suara wali-wali Allah
yang agung, yang mengajar seseorang itu tentang ilmu gaib. Bila seseorang itu
menerima SIR maka hendaklah menberitahukan hal tersebut kepada gurunya
untuk mendapat penjelasan terhadap apa yang diperoleh dari guru gaib tadi.
Cara SIRUSIR
Cara SIRUSIR adalah merupakan satu jalan penyampaian ilmu gaib
dengan cara rahasia didalam rahasia. Seseorang yang menerima ilmu gaib dengan
cara ini maka mereka dapat melihat dengan mata bashir dan dapat mendengar
dengan telinga batin mereka tentang peristiwa atau pengajaran ilmu gaib
disamping itu saat penerimaan gambar dan pendengaran suara mereka juga
merasakan suatu nikmat yang luar biasa. Mereka bisa melihat dan mendengar
dengan mata kepala mereka sendiri, hal ini bisa diibaratkan seperti tayangan
gambar ditelevisi
atau tv phone. Oleh karena itu sebagian orang tasauf
menamakan ini sebagai penerimaan televisi, dan bagi seorang murid yang
menerima pengajaran ilmu gaib dengan cara ini maka hendaklah menceritakan hal
ini kepada gurunya supaya mendapat penjelasan lebih lanjut.
Cara TAWASUL
Cara TAWASUL adalah dengan cara penjelmaan oleh guru atau wali-wali
Allah yang gaib dan mereka menjelma untuk bertemu dengan orang-orang
tertentu yang sedang menjalani tasauf, mereka ketemu dalam keadaan hidup9 Ibid hal. 47
12
hidup, bukan dala keadaan mimpi, tidur atau sebagainya, dia datang sama seperti
kita menerima kedatangan tamu pada umumnya. Mereka datang dan
memperkenalkan diri mereka dan tujuan kedatangannya, mereka akan
mengajarkan ilmu gaib kepada orang-orang tersebut secara langsung, dan kita
harus memahami pengajaran mereka tanpa ragu-ragu.10
Kadang-kadang penjelmaan mereka bisa dilihat orang ramai jika pada
waktu itu lagi ada orang. Pengajaran ilmu gaib oleh guru-guru gaib dengan cara
ini adalah jelas dan terang, kita dapat juga menanyakan hal-hal apa saja yang tidak
kita pahami kepada mereka. Perlu diingat bahwa kedatangan mereka itu adalah
merupakan satu penghormatan kepada ahli tasauf atau sufi dan dengan ini
terbentuklah satu hubungan yang baik dintara kedua belah pihak. Bagi mereka
yang dapat menguasai dan menyelami sendiri alam ilmu gaib maka sudah pasti
mereka dapat menjelajahi seluruh alam semesta, tujuh lapis langit dan tujuh lapis
bumi. Mereka juga diberi peluang untuk menjelajahi dialam lain termasuk alam
barzah, surga dan neraka, Arash dan qursi Allah s.w.t dan ini bermakna bahwa
mereka yang sampai ke martabat ini dapat menjelajah kesuatu alam yang jauh
keluar daripada garis-garis tahap pikiran manusia.
3. Ilmu Syahadah
Adapun ilmu syahadah adalah satu ilmu yang paling tinggi didalam
mempelajari ilmu-ilmu Allah yang bisa dikuasai oleh manusia. Inilah martabat
ilmu yang tertinggi. Ilmu ini adalah satu ilmu makrifat dan syahadah secara
sebenar-benarnya kepada Allah SWT. Ilmu syahadah artinya tuhan sendiri yang
akan mengajar manusia mengenali dirinya dengan lain perkataan bahwa ilmu
syahadah adalah ilmu untuk menyatakan diri Allah itu sendiri. Hanya orang-orang
yang mencapai martabat ilmu gaib yang paling tinggi saja yang dapat menguasai
ilmu syahadah ini.
10 Nata, Abuddin. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan dan Ayat-ayat Al- Tarbawiy. Hal 104
13
Jika Ilmu kalam diajar oleh guru zahir dan ilmu gaib diajar oleh guru gaib
maka ilmu syahadah hanya boleh diajar oleh guru batin saja yaitu diri batin kita
sendiri yang telah mencapai makrifat kepada Allah dengan lain perkataan bahwa
Tuhan sajalah yang boleh
mengajar diri kita akan rahasia ilmu ini. Tingkat
pengalaman dan pencapaian ilmu ini adalah jauh daripada ilmu gaib dan inilah
ilmu yang paling tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia. Ilmu ini hanya bisa
dicapai oleh para Rasul, Nabi dan Wali-wali Allah yang teragung. Alangkah
mulianya bila kita dapat menyelami sendiri ilmu tertinggi ini dan sudah barang
tentu kita akan menjadi manusia beruntung dan mendapat keridhoan Allah SWT.11
11 Ibid hal. 105
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu Allah SWT Maha luas, tak terjangkau, dan tak terbayangkan oleh
akal pikiran, tiada terbatas. Dia mengetahui apa yang sudah dan akan terjadi serta
yang mengaturnya. Manusia, malaikat, dan makhluk manapun tak akan bisa
menyelami lautan ilmu Allah swt. Bahkan untuk mengetahui ciptaan Allah saja
manusia tidak akan mampu. Tentang tubuhnya sendiri saja, tidak semuanya
terjangkau oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dicapai
manusia. Semakin didalami semakin jauh pula yang harus dijangkau, semakin
banyak misteri yang harus dipecahkan, seperti jaringan kerja otak.
Adapun Ilmu Allah terbagi atas tiga bagian, yaitu :
Ilmu Kalam
Ilmu Gaib
Ilmu Syahadah
B. Saran
Seluruh umat islam wajib untuk meninggalkannya, serta menjauhinya.
Dengan cara bertaqwa kepada Allah.
Disini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
rekan-rekan, semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah
ikut serta membantu terselesaikannya makalah ini. Semoga Allah SWT membalas
amal kita dengan ganjaran yang berlipat. AMIIIIN.
15
Kurang lebih kami mohon maaf, bila ada kekurangan dalam kesalahan dalam
penyusunan makalah ini dan semoga dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
16
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Ibnu Rusn.1998. Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Nata, Abuddin. 2008. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan dan Ayat-ayat Al- Tarbawiy.
Jakarta : PT. Rajawali Press.
Tobroni. 2008. Pendidikan Islam dan Paradigma Teologis. Malang : UMM Press.
Nata, Abuddin. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan dan Ayat-ayat Al- Tarbawiy.
Fauzan, Shalih. 2001. Kitab Tauhid I.Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia.
17