Kontradiksi Surat Paulus Dan Yakobus

Studi Perjanjian Baru III
Andreas Simeon, M.Th.

Nurcahyo Teguh Prasetyo/I (2004)
[Tanggal Penyerahan, tanggal/bulan/tahun]

KONTRADIKSI SURAT ROMA DAN SURAT YAKOBUS
Pengantar
Peter Jeffery menulis bahwa beberapa orang berpikir tentang adanya satu kontradiksi
antara penulis Surat Yakobus dengan Rasul Paulus, penulis Surat Roma.1 Kontradiksi itu
berkenaan dengan doktrin pembenaran oleh iman (justification by faith), karena penulis Surat
Yakobus telah menulis kalimat-kalimat seperti: „Iman tanpa perbuatan adalah mati‟,‟iman
bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi
sempurna,‟ dan „manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, dan bukan hanya
karena iman‟ (Yakobus 2:20-24). Kalimat-kalimat ini kelihatan bertentangan dengan
pengajaran-pengajaran Rasul Paulus, khususnya dalam Surat Roma, tentang „pembenaran
oleh iman.‟2
Patrick J. Hartin menulis bahwa Martin Luther (1483-1546) meragukan
kepengarangan-rasuli (apostolic-authorship) dari Surat Yakobus.3 Luther melihat bahwa ada
kontradiksi antara Surat Yakobus dengan Surat Roma, sebagaimana diungkapkan Jeffery di
atas. Dan saat mencetak Alkitab, Luther menempatkan Surat Yakobus ini bersama-sama Surat

Ibrani, Yudas, dan Wahyu. Meski demikian, Luther menyatakan bahwa ia tidak akan
menghalangi orang lain untuk menempatkan Surat Yakobus bersama surat-surat lain yang
utama, mengingat masih ada hal-hal baik dalam Surat Yakobus.4 Hartin menulis bahwa
meskipun Calvin dan Melanchton tidak sepakat dengan posisi yang diambil Luther ini, namun
posisi Luther cukup berpengaruh di kalangan orang Protestan sekarang ini. 5
Kontradiksi Surat Roma dan Yakobus
Menurut George Eldon Ladd, masuknya kontradiksi verbal antara Surat Yakobus dan
Surat Roma adalah hal yang tidak dapat dihindarkan. Ladd menulis bahwa inti dari doktrin
Paulus tentang pembenaran oleh iman adalah pembebasan total dari kesalahan, yang
dikerjakan Allah berdasarkan anugerah melalui iman, dan tanpa perbuatan Taurat, sedangkan
Yakobus kelihatan bertentangan dengan Paulus.6
1

Peter Jeffery, Stepping-stones: A New Testament Guide for Begginers (Edinburgh/Carlisle, Pennsylvania: The
Banner of Truth Trust, 1991), 107.
2
Peter Davids menulis bahwa Yakobus 2:24 adalah bagian surat yang “closer than anywhere else in the epistles to
directly contradicting Paul. Because of this possible conflict, 2:24 must be viewed as a crux interpretum, not only for James,
but for NT theology in general.” Peter Davids, New International Greek Testament Commentary: Commentary on James
(Grand Rapids, Michigan: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1983), 130.

3
Patrick J. Hartin, Sacra Pagina Series Vol.14: James, ed. Daniel J. Harrington (Collegeville, Minnesota: Liturgical
Press, 2003), 9.
4
Bruce M. Metzger menulis bahwa Luther membedakan kitab-kitab Perjanjian Baru menjadi tiga bagian. Tipe
pertama adalah kitab-kitab yang memperlihatkan Kristus kepada kita, dan mengajarkan kepada kita semua hal yang penting
untuk keselamatan kita.kepada kita, yaitu Injil Yohanes dan Surat I Yohanes, surat-surat Rasul Paulus, khususnya Surat
Roma, Surat Galatia, dan Surat Efesus, dan Surat I Petrus. Tipe kedua terdiri dari Injil-injil sipnotik, surat-surat Paulus yang
lain, Kisah Para Rasul, 2 Petrus, 2 dan 3 Yohanes. Dan tipe ketiga terdiri dari Surat Ibrani, Yakobus, Yudas, dan Wahyu.
Bruce M. Metzger, The Canon of the New Testament: Its Origin, Development, and Significance (Oxford: Clarendon Press,
1989), 242-3.
5
Patrick J. Hartin, 9-10.
6
George Eldon Ladd, A Theology of the New Testament (Grand Rapids, Michigan: William B. Eerdmans Publishing
Company, 1975), 592. Adanya pandangan seperti ini juga disinggung oleh Peter Davids di halaman 20.

1

Menurut Ladd, beberapa ahli berpendapat bahwa Yakobus mengenal Surat Roma dan

Galatia, namun dengan sengaja menyanggahnya.7 Peter Davids menulis bahwa J.T. Sanders
adalah salah satu ahli yang berpendapat demikian. 8 Dan inilah salah satu sebab munculnya
kontradiksi antara tulisan Paulus dengan tulisan Yakobus. Namun Davids menuliskan
argumen-argumen yang menyanggah pandangan para ahli seperti J.T. Sanders tersebut,
diantaranya karena adanya penggunaan kosakata yang berbeda antara Paulus dan Yakobus,
dan karena keduanya sedang membicarakan dua subyek yang berbeda sama sekali. 9
Davids menulis cukup panjang tentang masalah „perdebatan Yakobus-Paulus.‟
Berkenaan dengan perdebatan ini, Davids menyatakan bahwa ada tiga isu yang tercipta: (1).
Legalisme „Yakobus yang Adil‟; (2). Penerimaan atas orang-orang non-Yahudi; dan (3).
Polemik anti-Paulus.10 Namun ketika membahas tentang „perdebatan Yakobus-Paulus‟ ini,
Davids tidak secara khusus mengkaji kontradiksi doktrin dalam Surat Yakobus dan Surat
Roma, melainkan sedang berbicara mengenai argumen-argumen tentang identitas Surat
Yakobus (tentang siapa penulisnya, kepada siapa ditujukannya, kapan dan dimana ditulisnya).
Barulah kemudian kita menemukan Patrick J. Hartin yang menulis tentang keraguan
Martin Luther atas kepengarangan-rasuli (apostolic-authorship) dari Surat Yakobus. Hartin
menyatakan bahwa hal ini disebabkan karena dua hal:
1. Pada Kata Pengantar dari terjemahan Perjanjian Baru-nya tahun 1522, Luther menulis
bahwa Injil Yohanes dan Surat I Yohanes, surat-surat Rasul Paulus, khususnya Surat
Roma, Surat Galatia, dan Surat Efesus, dan Surat I Petrus adalah kitab-kitab yang
memperlihatkan kepada kita tentang Kristus dan mengajarkan kepada kita semua hal yang

penting untuk keselamatan kita. Oleh karena itu, Surat Yakobus benar-benar merupakan
satu surat jerami, jika dibandingkan dengan surat-surat lainnya, karena Surat Yakobus
tidak memiliki natur Injil di dalamnya.11
2. Kurangnya referensi-referensi tentang kepercayaan inti Kristen seperti:
Penderitaan, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus.12
Faith and Work
Peter Jeffery menulis bahwa persoalan tentang kontradiksi Surat Roma dan Yakobus
bukanlah persoalan yang besar, jika kita mengingat bahwa Yakobus dan Paulus mencari
jawaban dari dua pertanyaan yang berbeda.13 Paulus sedang mencari jawaban dari pertanyaan
tentang bagaimana kita memperoleh keselamatan, dan jawabannya adalah jelas bahwa
keselamatan tidak diperoleh karena usaha kita sendiri, melainkan melalui iman di dalam
Kristus. Sedangkan Yakobus sedang mencari jawaban dari pertanyaan tentang apa buktinya
bahwa kita telah sungguh-sungguh diselamatkan, dan jawabannya sungguh jelas, yaitu dengan
menghasilkan buah dalam kehidupan Kristen kita. Mengatakan bahwa diri kita memiliki iman,
namun iman itu tidak menuntun hidup kita, berarti kita menyangkali iman kita itu.
7

George Eldon Ladd.
Peter Davids menulis, “…one must ask if it is [Surat Yakobus] really dependent upon Paul. J.T. Sanders, 115-128,
for example, points to this verse as an example of a canonical writer’s contradicting another on the basis of human feeling.

Specifically, he argues that the language in James mustreflect a knowledge of Rom.3:20, 28 and 4:16.” Peter Davids, 130.
9
Peter Davids, 130-131.
10
Peter Davids, 19.
11
E.T. Backmann (ed.), Luther’s Works: Word and Sacrament I, vol.35 (Philadelphia: Fortress, 1960), 362; quoted
in Patrick J. Hartin, 9.
12
E.T. Backmann (ed.), 397; quoted in Patrick J. Hartin.
13
Peter Jeffery, 108.
8

2

Jeffery menulis lagi bahwa menurut Yakobus: Iman tanpa perbuatan adalah mati;
sedangkan menurut Paulus: Iman cukup untuk keselamatan. Namun apa yang dimaksud oleh
Yakobus dengan iman? Jawabannya sangat sederhana. Iman yang Yakobus cela adalah
persetujuan intelektual yang tidak memiliki efek kepada perilaku kita. Jadi, sebagaimana

ditulis Simon J. Kristemaker, iman yang diajarkan oleh Yakobus tentunya tidak menunjuk
kepada satu pernyataan doktrinal yang disebut sebagai pengakuan iman, misalnya, pengakuan
bahwa Yesus adalah Tuhan (I Kor.12:3).14 Jeffery menulis bahwa menurut Yakobus, iblis juga
memiliki iman semacam ini namun terbukti bahwa mereka tidak diselamatkan (Yal.2:19).15
Sedangkan ketika Paulus berkata-kata tentang iman, Jeffery menyatakan bahwa yang
Paulus maksudkan adalah sesuatu yang sepenuhnya berbeda. Menurut Paulus, iman bukanlah
sekadar persetujuan intelektual terhadap proposisi tertentu, namun satu sikap dari manusia
yang menuntunnya untuk menyerahkan keseluruhan hidupnya kepada Kristus. Dengan kata
lain, sebagaimana mengutip J. Gresham Machen, Jeffery mengatakan bahwa iman yang
Yakobus cela, bukanlah iman yang Paulus cela.16
Terlepas dari tahu-tidaknya Yakobus terhadap tulisan-tulisan Rasul Paulus, Ladd
menulis bahwa ada kemungkinan Yakobus bermaksud mengoreksi penyalahgunaan atas
ajaran Paulus. Menurut Ladd, sebenarnya Paulus dan Yakobus memiliki pengertian yang
berbeda untuk istilah iman dan perbuatan. Senada dengan Jeffery, Ladd menulis bahwa bagi
Paulus, iman berarti penerimaan Injil dan penyerahan pribadi kepada Dia yang diberitakan.
Pengertian Yakobus berbeda (Yak.2:9). Yakobus menggunakan konsep iman menurut
penegasan rabi tentang „emuna,‟ yang berarti penegasan tentang monoteisme. Bagi Paulus,
iman itu bersifat pribadi, kepercayaan yang tulus. Sedangkan bagi Yakobus, iman adalah
pendapat yang ortodoks.17
Ladd, dengan mengutip J.Jeremias, menulis bahwa bagi Paulus perbuatan berarti

perbuatan ketaatan yang formal terhadap Taurat yang menjadi dasar kemegahan terhadap
hasil pekerjaannya yang baik.18 Sedangkan bagi Yakobus, perbuatan adalah perbuatan kasih
Kristen-perbuatan yang menggenapkan „hukum utama‟ tentang mengasihi sesama. Hal ini
jelas dalam ilustrasinya tentang „perbuatan.‟ Perkataan manis kepada saudara-saudara Kristen
yang sedang dalam kekurangan bukanlah kasih; hanya tindakan pemenuhan kebutuhan
merekalah yang sungguh dapat mengekspresikan kasih yang sebenarnya (2:15). Singkatnya,
Ladd menulis bahwa Yakobus dan Paulus menghadapi dua situasi yang berbeda: Paulus
menghadapi perasaan „pembenaran diri‟ dari ibadah Yahudi yang legal, sedangkan Yakobus
menghadapi ortodoksi yang mati.19
Davids menuliskan pandangan yang senada dengan Ladd. Davids menulis bahwa
Yakobus dan Paulus sedang mendiskusikan dua subyek yang total berbeda. Paulus sedang
membenarkan penerimaan orang-orang non-Yahudi ke dalam gereja tanpa penyunatan,
sementara Yakobus sedang mendiskusikan masalah kegagalan usaha-kasih (aksi sosial) di
dalam gereja (yang kemungkinan sepenuhnya Yahudi).20

14

Simon J. Kistemaker, New Testament Commentary: James and I-III John (Grand Rapids, Michigan: Baker Book
House, 1989), 88.
15

Peter Jeffery.
16
Peter Jeffery.
17
George Eldon Ladd, 592-3.
18
J. Jeremias, “Paul and James,” ET 66 (1954-55), 368-71; quoted in George Eldon Ladd, 592.
19
George Eldon Ladd, 593.
20
Peter Davids, 132.

3

Menurut Davids, dalam kaitannya dengan kegagalan usaha-kasih gereja inilah, Yakobus
kemudian memperingatkan bahwa Allah (sebagai agen yang aktif) menyatakan kebenaran
seseorang di dalam pengadilan terakhir, berdasarkan perbuatannya: Tidak ada pertanyaan
yang berhubungan dengan pembenaran orang berdosa, melainkan tentang apa yang berkenan
kepada Tuhan. Dengan kata lain, Surat Yakobus ditujukan kepada orang-orang yang mengaku
telah memperoleh keselamatan, namun imannya tidak terpancar dari perbuatannya. Kepada

mereka ini Yakobus menunjukkan bahwa Allah berkenan hanya ketika pengakuan iman
menuntun kepada perbuatan. Pengakuan iman penting, namun iman harus menghasilkan
perbuatan. Dan hal ini tidak bertentangan dengan pengajaran Yesus (Mat.7:15-21) dan Paulus
(Gal.5:6; 6:4; 1 Kor.13:2; 2 Kor.9:8).21
Sedangkan Simon J. Kistemaker pun menyatakan bahwa pengajaran Paulus dan
Yohanes tidak berkontradiksi.22 Kistemaker menulis bahwa bagi Paulus dan bagi Yakobus,
perbuatan adalah bukti yang alami dari suatu iman yang sejati (lihat Fil.1:27; 1 Tes.1:3;
Yak.2:20-24). Manusia memang tidak dapat mengandalkan usahanya untuk mendapatkan
perkenanan Allah. Manusia mendapatkan keselamatan oleh anugerah melalui iman sebagai
pemberian Allah sendiri. Demikian usaha manusia tidak memiliki kekuatan penyelamatan.
Yakobus tidak mengajarkan kepada pembacanya bahwa melalui perbuatan mereka, mereka
dapat memperoleh damai dengan Allah. Sebaliknya, ia mengajarkan bahwa perbuatan
mengalir dari hati yang telah berdamai dengan Allah.
Kesimpulan
Beberapa orang berpikir tentang adanya satu kontradiksi antara penulis Surat Yakobus
dengan Rasul Paulus, penulis Surat Roma, yakni berkenaan dengan doktrin pembenaran oleh
iman (justification by faith). Bahkan karena anggapan ini pula, Martin Luther (1483-1546)
meragukan kepengarangan-rasuli (apostolic-authorship) dari Surat Yakobus.
Luther menyatakan keraguannya atas kepengarangan-rasuli (apostolic-authorship) dari
Surat Yakobus berdasarkan dua argument berikut:

1. Surat Yakobus benar-benar merupakan satu surat jerami, jika dibandingkan dengan suratsurat lainnya, karena Surat Yakobus tidak memiliki natur Injil di dalamnya.
2. Kurangnya referensi-referensi tentang kepercayaan inti Kristen seperti:
Penderitaan, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus.
Para ahli modern kemudian berusaha menjelaskan bahwa Surat Yakobus dan Surat
Roma tidak berkontradiksi. Argumennya adalah sebagai berikut:
1. Yakobus dan Paulus mencari jawaban dari dua pertanyaan yang berbeda. Paulus sedang
mencari jawaban dari pertanyaan tentang bagaimana kita memperoleh keselamatan, dan
jawabannya adalah jelas bahwa keselamatan tidak diperoleh karena usaha kita sendiri,
melainkan melalui iman di dalam Kristus. Sedangkan Yakobus sedang mencari jawaban
dari pertanyaan tentang apa buktinya bahwa kita telah sungguh-sungguh diselamatkan,
dan jawabannya sungguh jelas, yaitu dengan menghasilkan buah dalam kehidupan Kristen
kita.
2. Iman yang Yakobus cela adalah persetujuan intelektual yang tidak memiliki efek kepada
perilaku kita. Iman yang diajarkan oleh Yakobus tidak menunjuk kepada satu pernyataan
doktrinal yang disebut sebagai pengakuan iman, misalnya, pengakuan bahwa Yesus adalah

21
22

Peter Davids.

Simon J. Kistemaker, 90.

4

Tuhan (I Kor.12:3). Menurut Yakobus, iblis juga memiliki iman semacam ini namun
terbukti bahwa mereka tidak diselamatkan (Yal.2:19).
3. Paulus dan Yakobus memiliki pengertian yang berbeda untuk istilah iman dan perbuatan.
Bagi Paulus, iman berarti penerimaan Injil dan penyerahan pribadi kepada Dia yang
diberitakan. Pengertian Yakobus berbeda (Yak.2:9). Yakobus menggunakan konsep iman
menurut penegasan rabi tentang „emuna,‟ yang berarti penegasan tentang monoteisme.
Bagi Paulus, iman itu bersifat pribadi, kepercayaan yang tulus. Sedangkan bagi Yakobus,
iman adalah pendapat yang ortodoks.
4. Yakobus dan Paulus menghadapi dua situasi yang berbeda: Paulus menghadapi perasaan
„pembenaran diri‟ dari ibadah Yahudi yang legal, sedangkan Yakobus menghadapi
ortodoksi yang mati.
5. Yakobus dan Paulus sedang mendiskusikan dua subyek yang total berbeda. Paulus sedang
membenarkan penerimaan orang-orang non-Yahudi ke dalam gereja tanpa penyunatan,
sementara Yakobus sedang mendiskusikan masalah kegagalan usaha-kasih (aksi sosial) di
dalam gereja (yang kemungkinan sepenuhnya Yahudi). Dalam kaitannya dengan kegagalan
usaha-kasih gereja inilah, Yakobus kemudian memperingatkan bahwa Allah (sebagai agen
yang aktif) menyatakan kebenaran seseorang di dalam pengadilan terakhir, berdasarkan
perbuatannya: Tidak ada pertanyaan yang berhubungan dengan pembenaran orang
berdosa, melainkan tentang apa yang berkenan kepada Tuhan. Dengan kata lain, Surat
Yakobus ditujukan kepada orang-orang yang mengaku telah memperoleh keselamatan,
namun imannya tidak terpancar dari perbuatannya.
6. Pengajaran Paulus dan Yohanes tidak berkontradiksi karena bagi Paulus dan bagi Yakobus,
perbuatan adalah bukti yang alami dari suatu iman yang sejati (lihat Fil.1:27; 1 Tes.1:3;
Yak.2:20-24).
Berdasarkan argumen-argumen di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa Surat
Yakobus dan Surat Roma bukanlah dua buah surat yang isinya kontradiktif. Surat Yakobus
justru mengingatkan penulis bahwa iman Kristen yang sejati harus nyata melalui penampakan
buah-buah yang baik, sehingga nama Allah dimuliakan melalui apa yang orang lihat melalui
hidup kita. Demikian Surat Yakobus dan dan Surat Roma menjadi satu pengajaran Allah yang
utuh, yang mengingatkan kepada kita bahwa kehidupan Kristen adalah kehidupan yang
berserah (beriman atas anugerah keselamatan Allah), namun juga kehidupan yang
berjuang (memuliakan Allah melalui kehidupan yang semakin suci). Fide et Labora!
Beriman dan Bekerja! Inilah motto kehidupan Kristen yang sejati.
DAFTAR PUSTAKA
Backmann, E.T. (ed.). Luther’s Works: Word and Sacrament I, vol.35. Philadelphia: Fortress,
1960; quoted in Patrick J. Hartin
Davids, Peter. New International Greek Testament Commentary: Commentary on James.
Grand Rapids, Michigan: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1983.
Hartin, Patrick J. Sacra Pagina Series Vol.14: James, ed. Daniel J. Harrington. Collegeville,
Minnesota: Liturgical Press, 2003.

5

Jeffery, Peter. Stepping-stones: A New Testament Guide for Begginers. Edinburgh/Carlisle,
Pennsylvania: The Banner of Truth Trust, 1991.
Jeremias, J. “Paul and James,” ET 66 (1954-55), 368-71; quoted in George Eldon Ladd.
Kistemaker, Simon J. New Testament Commentary: James and I-III John. Grand Rapids,
Michigan: Baker Book House, 1989.
Ladd, George Eldon. A Theology of the New Testament. Grand Rapids, Michigan: William B.
Eerdmans Publishing Company, 1975.
Metzger, Bruce M. The Canon of the New Testament: Its Origin, Development, and
Significance. Oxford: Clarendon Press, 1989.

6