TEORI PERKEMBANGAN PSIKOANALISIS FRUED yang

TEORI PERKEMBANGAN PSIKOANALISIS
(SIGMUND FREUD)
Posted on 21 Januari 2014 by Desyandri
Oleh: Desyandri
Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Freuds
Sigmund Freud mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran,
yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious). Topografi
atau peta kesadaran ini dipakai untuk mendiskripsi unsur cermati (awareness) dalan setiap
event mental seperti berfikir dan berfantasi. Sampai dengan tahun 1920an, teori tentang
konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur kesadaran itu. Baru pada tahun 1923 Freud
mengenalkan tiga model struktural yang lain, yakni id, ego, dan superego. Struktur baru ini
tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi/menyempurnakan gambaran mental
terutama dalam fungsi atau tujuannya (lihat representasi grafik struktur kepribadian pada
Gambar 1. Enam elemen pendukung struktur kepribadian itu adalah sebagai berikut:
a) Sadar (Conscious)
Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu. Menurut Freud,
hanya sebagian kecil saja Bari kehidupan mental (fikiran, persepsi, perasaan dan ingatan)
yang masuk kekesadaran (consciousness). Isi daerah sadar itu merupakan basil proses
penyaringan yang diatur oleh stimulus atau cue-eksternal. Isi-isi kesadaran itu hanya bertahan
dalam waktu yang singkat di daerah conscious, dan segera tertekan ke daerah perconscious
atau unconscious, begitu orang memindah perhatiannya ke we yang lain.

b) Prasadar (Preconscious)
Disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaran yang menjadi
jembatan antara sadar dan taksadar. Isi preconscious berasal dari conscious dan clan
unconscious. Pengalaman yang ditinggal oleh perhatian, semula disadari tetapi kemudian
tidak lagi dicermati, akan ditekan pindah ke daerah prasadar. Di sisi lain, isi-materi daerah
taksadar dapat muncul ke daerah prasadar. Kalau sensor sadar menangkap bahaya yang bisa
timbul akibat kemunculan materi tak sadar materi itu akan ditekan kembali ke
ketidaksadaran. Materi taksadar yang sudah berada di daerah prasadar itu bisa muncul
kesadaran dalam bentuk simbolik, seperti mimpi, lamunan, salah ucap, dan mekanisme
pertahanan diri.
c)

Tak Sadar (Unconscious)

Tak sadar adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud
merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia. Secara khusus Freud membuktikan bahwa
ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi itu adalah kenyataan empirik.
Ketidaksadaran itu berisi insting, impuls dan drives yang dibawa dari lahir, dan pengalamanpengalaman traumatik (biasanya pada masa anak-anak) yang ditekan oleh kesadaran dipindah
ke daerah taksadar. Isi atau materi ketidaksadaran itu memiliki kecenderungan kuat untuk


bertahan terus dalam ketidaksadaran, pengaruhnya dalam mengatur tingkahlaku sangat kuat
namun tetap tidak disadari.
Model perkembangan psikoanalisis dasar, yang terus-menerus dimodifikasi oleh Freud
selama 50 tahun terakhir hidupnya, terdiri atas tiga komponen pokok; (1) satu komponen
dinamik atau ekonomik yang menggambarkan pikiran manusia sebagai sistem energi yang
cair; (2) satu komponen struktural atau topografik berupa sebuah sistem yang memiliki tiga
struktur psikologis berbeda tetapi saling berhubungan dalam menghasilkan perilaku; dan (3)
satu komponen sekuensial (urutan) atau tahapan yang memastikan langkah maju dari satu
tahap perkembangan menuju tahap lainnya, yang terpusat pada daerah-daerah tubuh yang
sensitif, tugas-tugas perkembangan, dan konflik-konflik psikologis tertentu.
Komponen Dinamik (Energi Psikis)
Semangat (atau arah) perkembangan ilmiah dan intelektual pada akhir abad ke-19 terpusat di
sekitar kajian tentang energi, dan Freud menerapkan konsep energi tersebut terhadap perilaku
manusia. Ia menyebut energi ini sebagai energi psikis (psychic energy atau energy yang
mengoperasikan berbagai komponen sistem psikologis.
Freud berpendapat bahwa insting (instincts) atau dorongan-dorongan psikologis yang muncul
tanpa dipelajari adalah sumber utama energy psikis. Insting memiliki dua ciri khas yang
sangat penting, yakni: ciri konservatif (pelestarian) dan ciri repetitif (perulangan).
Maksudnya, insting selalu menggunakan sesedikit mungkin jumlah energi yang di perlukan
untuk melaksanakan aktivitas tertentu dan kemudian mengembalikan organisme kepada

keadaannya yang semula, dan hal itu terjadi secara berulang-ulang. Dalam sistem Freud,
insting bertindak sebagai perangsang pikiran mendorong individu untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan tertentu. Insting juga bisa dipandang sebagai gambaran psikologis dari
proses biologis yang berlangsung.
Komponen Struktural
a) Id (Das Es)
Id adalah sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari id ini kemudian akan
muncul ego dan superego. Saat dilahirkan, id berisi semua aspek psikologik yang diturunkan,
seperti insting, impuls dan drives. Id berada dan beroperasi dalam daerah unansdous,
mewakili subjektivitas yang tidak pemah disadari sepanjang usia. Id berhubungan erat dengan
proses fisik untuk mendapatkan enerji psikis yang digunakan untuk mengoperasikan sistem
dari struktur kepribadian lainnya.
Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasunprinciple), yaitu: berusaha
memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Bagi Id, kenikmatan adalah keadaan
yang relatif inaktif atau tingkat enerji yang rendah, dan rasa sakit adalah tegangan atau
peningkatan enerji yang mendambakan kepuasan. Jadi ketika ada stimuli yang memicu enerji
untuk bekerja – timbul tegangan enerji – id beroperasi dengan prinsip kenikmatan; berusaha
mengurangi atau menghilangkan tegangan itu; mengembalikan din ke tingkat enerji yang
rendah. Pleasure principle diproses dengan dua Cara, tindak refleks (reflex actions) dan
proses primer (primaryprocess). Tindak refleks adalah reaksi otomatis yang dibawa sejak

lahir seperti mengejapkan mata – dipakai untuk menangani pemuasan rangsang sederhana
dan
biasanya
segera
dapat
dilakukan.
Proses
primer
adalah
reaksi

membayangkan/mengkhayal sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan tegangan –
dipakai untuk menangani stimulus kompleks, seperti bayi yang lapar membayangkan
makanan atau puting ibunya. Proses membentuk gambaran objek yang dapat mengurangi
tegangan, disebut pemenuhan hasrat (nosh fullment), misalnya mimpi, lamunan, dan
halusinasi psikotik.
Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan itu dengan
kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan. Id tidak mampu menilai atau
membedaka benar-salah, tidak tabu moral. Jadi hams dikembangkan jalan memperoleh
khayalan itu secara nyata, yang memberi kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru

khususnya masalah moral. Alasan inilah yang kemudian membuat Id memunculkan ego.
b) Ego (Das Ich)
Ego berkembang dari id agar orang mampu menangani realita; sehingga ego beroperasi
mengikuti prinsip realita (realityprinciple); usaha memperoleh kepuasan yang dituntut Id
dengan mencegah terjadinya tegangan barn atau menunda kenikmatan sampai ditemukan
objek yang nyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan. Prinsip realita itu dikerjakan metalui
proses sekunder (secondaryprocess), yakni berfikir realistik menyusun rencana dan menguji
apakah rencana itu menghasilkan objek yang dimaksud. Proses pengujian itu disebut uji
realita (reality testin ; melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah difikirkan
secara realistik. Dari cara kerjanya dapat difahami sebagian besar daerah operasi ego berada
di kesadaran, namun ada sebagian kecil ego beroperasi di daerah prasadar dan daerah
taksadar.
Ego adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian, yang memiliki dua tugas utama; pertama,
memilih stimuli mana yang hendak direspon dan atau insting mana yang akan dipuaskan
sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu
dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang. resikonya minimal. Dengan kata lain, ego
sebagai eksekutif kepribadian berusaha memenuhi kebutuhan Id sekaligus juga memenuhi
kebutuhan moral dan kebutuhan berkembang-mencapai-kesempurnaan dan superego. Ego
sesungguhnya bekerja untuk memuaskan Id, karena itu ego yang tidak memiliki enerji sendiri
akan memperoleh enegi dari Id.

c)

Superego (Das Ueber Ich)

Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakai prinsip
idealistik (idealisticprinciple) sebagai lawan dari prinsip kepuasan Id dan prinsip realistik dad
Ego. Superego berkembang dari ego, dan seperti ego dia tidak mempunyai energi sendiri.
Sama dengan ego, superego beroperasi di tiga daerah kesadaran. Namun berbeda dengan ego,
dia tidak mempunyai kontak dengan dunia luar (sama dengan Id) sehingga kebutuhan
kesempurnaan yang diperjuangkannya tidak realistik (Id tidak realistik dalam
memperjuangkan kenikmatan).
Prinsip idealistik mempunyai dua subprinsip, yakni conscience dan ego-ideal. Super-ego
pada hakekatnya merupakan elemen yang mewakili nilai-nilai orang tua atau interpretasi
orang tua mengenai standar sosial, yang diajarkan kepada anak melalui berbagai larangan dan
perintah. Apapun tingkahlaku yang dilarang, dianggap salah, dan dihukum oleh orang tua,
akan diterima anak menjadi suara hati (conscience), yang berisi apa saja yang tidak boleh
dilakukan. Apapun yang disetujui, dihadiahi dan dipuji orang tua akan diterima menjadi

standar kesempurnaan atau ego ideal, yang berisi apa saja yang seharusnya dilakukan. Proses
mengembangkan konsensia dan ego ideal, yang berarti menerima standar salah dan benar itu

disebut introyeksi (introjection). Sesudah terjadi introyeksi, kontrol pribadi akan mengganti
kontrol orang tua.
Superego bersifat nonrasional dalam menuntut kesempurnaan, menghukum dengan keras
kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun baru dalam fikiran. Super-ego juga seperti
ego dalam hal mengontrol id, bukan hanya menunda pemuasan tetapi merintangi
pemenuhannya. Paling tidak, ada 3 fungsi superego; (1) mendorong ego menggantikan
tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-tujuan moralistik, (2) merintangi impuls id, terutama
impuls seksual dan agresif yang bertentangan dengan standar nilai masyarakat, dan (3)
mengejar kesempurnaan.
Struktur kepribadian id-ego-superego itu bukan bagian-bagian yang menjalankan
kepribadian, tetapi itu adalah nama dalam sistem struktur dan proses psikologik yang
mengikuti prinsip-prinsip tertentu. Biasanya sistem-sistem itu bekerja bersama sebagai team,
di bawah arahan ego. Baru kalau timbul konflik diantara ketiga struktur itu, mungkin sekali
muncul tingkahlaku abnormal.
Komponen Sekuensial (Tahapan)
Bagian ketiga dan terakhir dari model Freud adalah komponen tahapan atau komponen
sekuensial (sequential or stage component). Bagian ini menekankan pola atau gerak maju
organisme melalui tahapan-tahapan perkembangan yang berbeda dan semakin lama semakin
adaptif. Menurut Freud, pintu pertama menuju kematangan adalah tahapan perkembangan
genital, dimana terbentuk hubungan yang berarti berlangsung terus menerus.

Teori Freuds disebut Teori Psikoseksual
Menurut Freud, para bayi terlahir dengan kemampuan untuk merasakan kenikmatan apabila
terjadi kontak kulit, dan para bayi itu memiliki semacam ketegangan di permukaan kulit
mereka yang perlu diredakan melalui kontak kulit secara langsung dengan orang lain. Freud
menyerupakan kenikmatan ini dengan rangsangan seksual tetapi ia memberi catatan bahwa
hal ini berbeda secara kualitatif dari tipe rangsangan seksual yang dialami oleh orang dewasa
karena kejadian yang dialami bayi ini lebih bersifat umum dan belum terdiferensiasi. Freud
(790511959) menyebut kemampuan untuk mengalami kenikmatan ini dan kebutuhan untuk
meredakannya dengan nama seksualitas bayi, yang berbeda dari seksualitas orang dewasa.
Pandangan mengenai seksualitas bayi dan anak-anak ini memicu protes luas orang-orang
menentang Freud pada masa-masa akhir era Victorian dan awal abad ke-20. Tetapi Freud dan
para pengikutnya, yang mendasarkan pendirian mereka pada pengalaman-pengalaman klinis,
bersikukuh pada teori tersebut” Mereka tetap berpegang pada pandangan bahwa kornponenkomponen psikologis-eksperiensial saling terkait dengan disertai pergantian zona-zona
erogen secara biologis melalui urutan (sekuen) tertentu. Dengan demikian tahapan-tahapan
perkembangan ini disebut sebagai tahapan-tahapan psikoseksual (Psychosexual stages). Teori
Freud. memandang bahwa tahapan-tahapan ini bersifat urniversal, berlaku pada sernua anakanak dimana saja.
Menurut Freud, kemunculan setiap tahapan psikoseksual dan sebagian bentuk perilaku yang
terjadi di setiap tahapan dikendalikan oleh faktor-faktor genetik atau kematangan sedangkan

isi tahapan-tahapan tersebut berbeda-beda bergantung pada kultur tempat terjadinya

perkembangan. Sekali lagi ini memperlihatkan contoh mengenai pentingnya interaksi antara
kekuatan keturunan dan kekuatan lingkungan bagi proses perkembangan.
Freud berpendapat bahwa dalam perkembangan manusia terdapat dua hal pokok yaitu: (1)
bahwa tahun-tahun awal kehidupan memegang peranan penting bagi pembentukan
kepribadian; dan (2) bahwa perkembangan manusia meliputi tahap-tahap psikoseksual:
a) Tahap oral ( sejak lahir hingga 1tahun )
Sumber kenikmatan pokok yang berasal dari mulut adalah makan. Dua macam aktivitas oral
ini, yaitu menelan makanan dan mengigit, merupakan prototipe bagi banyak ciri karakter
yang berkembang di kemudian hari. Karena tahap oral ini berlangsung pada saat bayi sama
sekali tergantung pada ibunya untuk memdapatkan makanan, pada saat dibuai, dirawat dan
dilindungi dari perasaan yang tidak menyenangkan, maka timbul perasaan-perasaan
tergantung pada masa ini. Frued berpendapat bahwa simtom ketergantungan yang paling
ekstrem adalah keinginan kembali ke dalam rahim.
b) Tahap anal ( usia 1-3 tahun )
Setelah makanan dicernakan, maka sisa makanan menumpuk di ujung bawah dari usus dan
secara reflex akan dilepaskan keluar apabila tekanan pada otot lingkar dubur mencapai taraf
tertentu. Pada umur dua tahun anak mendapatkan pengalaman pertama yang menentukan
tentang pengaturan atas suatu impuls instingtual oleh pihak luar. Pembiasaan akan kebersihan
ini dapat mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap pembentukan sifat-sifat dan nilainilai khusus. Sifat-sifat kepribadian lain yang tak terbilang jumlahnya konon sumber akarnya
terbentuk dalam tahap anal.

c) Tahap phalik ( usia 3-5 tahun)
Selama tahap perkembangan kepribadian ini yang menjadi pusat dinamika adalah perasaanperasaan seksual dan agresif berkaitan dengan mulai berfungsinya organ-organ genetikal.
Kenikmatan masturbasi serta kehidupan fantasi anak yang menyertai aktivitas auto-erotik
membuka jalan bagi timbulnya kompleks Oedipus. Freud memandang keberhasilan
mengidentifikasikan kompleks Oedipus sebagai salah satu temuan besarnya.
Freud mengasumsikan bahwa setiap orang secara inheren adalah biseksual, setiap jenis
tertarik pada anggota sejenis maupun pada anggota lawan jenis. Asumsi tentang biseksualitas
ini disokong oleh penelitian terhadap kelenjar-kelenjar endokrin yang secara agak konklusif
menunjukkan bahwa baik hormon seks perempuan terdapat pada masing-masing jenis.
Timbul dan berkembangnya kompleks Oedipus dan kompleks kastrasi merupakan peristiwaperistiwa pokok selama masa phalik dan meninggalkan serangkaian bekas dalam kepribadian.
d) Tahap laten ( usia 5 – awal pubertas)
Masa ini adlah periode tertahannya dorongan-dorongan seks agresif. Selama masa ini anak
mengembangkan kemampuannya bersublimasi ( seperti mengerjakan tugas-tugas sekolah,
bermain olah raga, dan kegiatan lainya). Tahapan latensi ini antara usia 6-12 tahun (masa
sekolah dasar)

e) Tahap genital/kelamin ( masa remaja)
Kateksis-kateksis dari masa-masa pragenital bersifat narsisistik. Hal ini berarti bahwa
individu mendapatkan kepuasan dari stimulasi dan manipulasi tubuhnya sendiri sedangkan
orang-orang lain dikateksis hanya karena membantu memberikan bentuk-bentuk tambahan

kenikmatan tubuh bagi anak. Selama masa adolesen, sebagian dari cinta diri atau narsisisme
ini disalurkan ke pilihan-pilihan objek yang sebenarnya.
Kateksis-kateksis pada tahap-tahap oral, anal, dan phalik lebur dan di sistensiskan dengan
impuls-impuls genital. Fungsi biologis pokok dari tahap genital tujuan ini dengan
memberikan stabilitas dan keamanan sampai batas tertentu.
Implementasi teori Freud dalam Praktik Pendidikan
Berdasarkan konsep kunci dari teori kepribadian freud, berikut ini akan dijelaskan beberapa
teorinya yang dapat diimplemetasikan dalam pendidikan, yaitu: Pertama, konsep kunci
bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dan keinginan. Dengan demikian,
implementasi pandangan Freud dalam pendidikan sangat memberikan kontribusi yang
signifikan, terutama memberikan panduan atau acuan pada guru dalam melakukan
pembelajaran dan memberikan bimbingan, sehingga bimbingan benar-benar efektif dan
sesuai dengan tingkat perkembangan mereka. Adapun fungsi-fungsi bimbingan yang
dilakukan oleh guru antara lain:
1)

Memahami Individual Siswa

Seorang guru dan pembimbing dapat memberikan bantuan yang efektif jika mereka dapat
memahami dan mengerti persoalan, sifat, kebutuhan, minat, dan kemampuan siswa. Karena
itu, bimbingan yang efektif menuntut secara mutlak pemahaman diri anak secara menyeluruh.
Karena tujuan bimbingan dan pendidikan dapat dicapai jika programnya didasarkan atas
pemahaman diri anak didiknya.
2)

Preventif dan Pengembangan Individual Siswa

Preventif dan pengembangan merupakan dua sisi dari satu mata uang. Preventive berusaha
mencegah kemerosotan perkembangan seseorang dan minimal dapat memelihara apa yang
telah dicapai dalam perkembangannya melalui pemberian pengaruh-pengaruh yang positif,
memberikan bantuan untuk mengembangkan sikap dan pola perilaku yang dapat membantu
setiap individu untuk mengembangkan dirinya secara optimal.
Membantu individu untuk menyempurnakan setiap siswa pada saat tertentu ketika
membutuhkan pertolongan dalam menghadapi dan menjalani keseharian mereka dan
beradaptasi dengan lingkungannya. Bimbingan dapat memberikan bantuan pada siswa untuk
penanganan dan pemibimbingan dalam kepgiatan pembelajaran dan membantu memberikan
pilihan yang sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya.
Kedua, konsep teori tentang kecemasan yang dimiliki seseorang dapat digunakan sebagai
wahana pencapaian tujuan bimbingan oleh guru, yaitu membantu individu supaya mengerti
diri dan lingkungannya, mampu memilih, memutuskan dan merencanakan hidup secara
bijaksana mampu mengembangkan kemampuan dan kesanggupan, memecahkan masalah
yang dihadapi dalam kehidupannya, mampu mengelola aktivitas sehari-hari dengan baik dan

bijaksana, mampu memahami dan bertindak sesuai dengan norma agama, sosial dalam
masyarakatnya.
Ketiga, konsep teori psikoanalisis yang menekankan pengaruh masa lalu (masa kecil)
terhadap perjalanan manusia. Dalam system pembinaan akhlak individual, islam
menganjurkan agar keluarga dapat melatih dan membiasakan anak-anknya agar dapat tumbuh
kembang sesuai dengan norma agama dan sosial. Bila sebuah keluarga mampu memberikan
bimbingan yang baik, maka kelak anak itu diharapkan akan tumbuh menjadi manusia yang
baik.
Keempat, teori freud tentang tahapan perkembangan kepribadian individu dapat digunakan
dalam proses bimbingan, baik sebagai materi maupun pendekatan. Konsep ini memberikan
arti bahwa, materi, metode, dan pola bimbingan harus disesuaikan dengan tahapan
perkembangan kepribadian individu, karena pada setiap tahapan itu memiliki karakteristik
dan sifat yang berbeda.
Kelima, konsep freud tentang ketidaksadaran dapat digunakan dalam proses bimbingan yang
dilakukan oleh guru pada individu dengan harapan dapat mengurangi impuls-impuls
dorongan Id yang bersifat irrasional sehingga berubah menjadi rasional.
Diterjemahkan dan di-resume dari:
Salkind, Neil J. (2004). An Introduction to Theories of Human Development. Thousand Oaks,
London, New Delhi: Sage Publications. International Education and Publisher

Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan manajemen mutu terpadu pada Galih Bakery,Ciledug,Tangerang,Banten

6 163 90

Efek ekstrak biji jintan hitam (nigella sativa) terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin

2 59 75

Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada BUSN Non Devisa Konvensional yang Terdaftar di OJK 2011-2014)

9 104 46

Pengaruh Etika Profesi dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment (Penelitian pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang Terdaftar di BPK RI)

24 152 62

Asas asas pemerintahan yang baik

0 38 8

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kualitas Hasil Pemeriksaan

5 23 66

Uji Efek Antibakteri Minyak Jintan Hitam (Nigella Sativa) Dalam Kapsul yang Dijual Bebas Selama Tahun 2012 di Kota Padang Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Secara In Vitro

0 7 5