STATE’S AUTHORITY RIGHTS OVER LAND IN INDONESIA

TALREV

Volume 2 Issue 2, December 2017: pp. 107-123. Copyright ©2017 TALREV.
Faculty of Law Tadulako University, Palu, Central Sulawesi, Indonesia.
ISSN: 2527-2977 | e-ISSN: 2527-2985.
Open acces at: http://jurnal.untad.ac.id/index.php/TLR

HAK MENGUASAI NEGARA ATAS TANAH DI INDONESIA
STATE’S AUTHORITY RIGHTS OVER LAND IN INDONESIA
Awaluddin
Faculty of Law Tadulako University
JL. Soekarno Hatta KM. 9 Palu, Central Sulawesi, Indonesia
Telp./Fax: +62-451-45446 Email: awal_untad@yahoo.co.id
Submitted: Dec 19, 2017; Reviewed: Dec 19, 2017; Accepted: Dec 22, 2017

Abstrak
Prinsip dasar yang menyebutkan perihal hak menguasai oleh negara secara sangat
mendasar dapat kita lihat dalam Pasal 33 ayat (3) UUDNRI Tahun 1945 yang menyebutkan bahwa “bumi dan air dan kekayaan alam yng terkandung didalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami. Apakah makna hak menguasai oleh negara dapat diartikan juga sebagai hak memiliki negara (eigenaar) terhadap tanah di Indonesia. Penelitian ini mengunakan metode penelitian normatif
dengan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual. Bahan

kepustakaan yang bersumber dari buku-buku hukum dan jurnal penelitian menjadi bahan hukum utama (bahan sekunder) dalam menganalisis issu hukum dalam penelitian
ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hak menguasai negara dimaknai sebagai
kewenangan negara unuk mengatur, menentukan dan menyelenggarakan peruntukan,
persediaan, dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa serta mengatur hubunganhubungan hukum yang terjadi.
Kata Kunci: Hak Menguasai; Negara; Tanah
Abstract
The basic principle mentioned about the right over land by state is very basic according
Article 33 Paragraph (3) of the 1945 Constitution which states "" earth and air and
natural resources contained within it controlled by the state and used for the stock of
people's prosperity." This research is intended to seek and understand whether the
meaning of rights by the state can be interpreted also as the right of the state (eigenaar)
to the land in Indonesia. This research uses research methods with the approach of legislation and conceptual road. Based materials from books law and research journals
are the main legal ingredients. The results show that state copyright is interpreted as a
state authority, judicial, air and space rules and regulations.
Keywords: Land; Right Over Land; State
PENDAHULUAN
Pembangunan nasional merupakan
salah satu upaya yang dilakukan oleh

negara


Indonesia

dalam

rangka

mewujudkan tujuan negara sebagaimana

□ 107

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 2, December 2017

diatur

dalam

Undang-Undang

Dasar


yaitu melindungi dan mensejahterahkan

Negara Republik Indonesia (UUDNRI

rakyatnya.

1945). Mewujudkan masyarakat yang adil

jahterahkan rakyat itulah, maka negara

dan makmur yang berkeadilan sosial yang

memunyai kewajiban untuk memfasilitasi

merupakan cita-cita yang luhur sebagai

seluruh pemenuhan hak setiap warga

sebuah bangsa berdasarkan komitmen ke-


negara. Oleh karena itu maka lahirlah

bangsaan

Negara

peran negara yang dilaksanakan oleh se-

Kesatuan Republik Indonesia.1 Dalam

buah pemerintahan dengan fungsi utama

proses perjalanan kehidupan umat manu-

yaitu

sia dimuka bumi ini adalah sebuah

berbagai kebutuhan dan kepentingan war-


keniscayaan bahwa tanah mempunyai arti

ga negara baik hanya untuk individual

yang sangat penting. Bagi rakyat Indone-

maupun kelompok masyarakat secara adil

sia yang nerupakan negara agraris, tanah

dan non diskriminasi. Peran pemerintah

merupakan tempat bergantung yang amat

dalam memfasilitasi ini pening agar pub-

penting pula secara ekonomis di samping

lik dan pemerintah secara bersama-sama


mempunyai manfaat ekonomis dan kese-

dapat merumuskan masalah atau apa yang

jahteraan,

erat

menjadi kebutuhan dasar sebagai masalah

dengan masalah sosial, politik, kultural

bersama. Dan dalam melakukan upaya-

dan demikian pula dari sisi pertahanan

upaya pencapaian dan pemenuhan tersebut

keamanan nasional. Oleh karena itu


juga diperlukan untuk dilakukan seara

pemecahan atas masalah-masalah yang

bersama-sama.

dari

tanah

para

juga

pendiri

berkaitan

timbul dengan masalah pertanahan me-


Dalam

rangka

mempertemukan

Memasuki

masa

dan

menye-

mengatur

pencerahan,

merlukan pendekatan yang terpadu me-


seorang Filsuf terkenal dari Inggris John

lalui legal approach, prosperity approach,

Lock bahkan menyebutkan ada dua

security approach, dan humanity ap-

tanggungjawab besar yang harus dil-

proach.2

akukan oleh negara sebagai konsekuensi

Pada hakikatnya, fungsi negara itu

dari eksistensi pembentukannya. Pertama,

mengembang tugas yang amat penting


tanggungjawab negara untuk memenuhi

1

Lihat dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
2
Demikian apa yang diutarakan oleh Abdurrahman dalam S.F. Marbun, 2012,
Hukum Administrasi Negara I, FH UII Press,
Yogyakarta. Hlm. 342

kebutuhan hak asasi warganya, sebagai
jaminan negara atas kesediaan warga bersatu dalam negara. Kedua, tanggungjawab
negara unuk memenuhi batasan-batasan

□ 108

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 2, December 2017

kewenangan yang ditetapkan oleh war-


oritik kepentingan untuk mencapai sebe-

ganya.3

sar-besarnya kemakmuran rakyat merupa-

Kedua penjelasan tentang konsep

kan dasar bagi penggunaan hak atas tanah.

dan tujuan pembentukan negara seperti

Hak atas tanah dan sumber daya alam

apa yang tertera diatas menegaskan bahwa

merupakan hak ekonomi setiap orang.

negara tidak berdiri atas keinginannya

Sesuatu yang menjadi hak setiap orang

sendiri. Negara hanya menjalankan man-

tersebut, merupakan tanggungjawab bagi

dat warganya, untuk memberikan pela-

pemerintah

yanan dan pemenuhan hak-hak warga

majukan, menegakkan dan memenuhinya

negaranya. Bahkan kewenangan negara

sesuai dengan apa yang diamanatkan da-

dibatasi oleh aturan-aturan yang disusun

lam Pasal 69 ayat (2) UU No. 39 Tahun

oleh warganya sendiri. Konsep ini justru

1999 tentang Hak Asasi Manusia.

sangat bertolak belakang dengan gagasan

untuk

melindungi,

Pembentukan

me-

Undang-Undang

negara seperti apa yang pernah dikemuka-

Pokok Agraria (UUPA) disertai dengan

kan

dengan

pencabutan terhadap peraturan-peraturan

kewenangan yang negara yang absolut

dan keputusan-keputusan yang dibuat pa-

yang diibaratkannya sebagai Leviathan,

da masa Pemerintahan Hindia Belanda

seekor makhluk sejenis monster yang bu-

sebagaimana yang disebut dalam “Dictum

as, maka negara tampil menjadi sosok

Memutuskan UUPA” di bawah perkataan

yang berjarak dan menakutkan bagi war-

“Dengan Mencabut”. Peraturan dan kepu-

ganya.4

tusan yang dicabut adalah Agrarische Wet

oleh

Dasar

Thomas

Hobbes,

konstitusioal

yang

di-

Stb.

1870

N

55.

Domeinverklaring

pergunakan dalam pengaturan masalah

(Agrarische Besluit Stb. 1870 No. 118).

tanah di Indonesia adalah Pasal 33 ayat

Algemene Domeinverrklering Stb.

(3) UUDNRI 1945, yang menyebutkan

119 a Koninklijk Besluit Stb. 1872 No. 29

bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang

dan Buku

terkandung di dalamnya dikuasai oleh

Hukum

negara dan dipergunakan untuk sebesar-

mengenai bumi, air, dan kekayaan alam

besarnya kemakmuran rakyat. Atas dasar

yang terkandung di dalamnya, kecuali ke-

pemaknaan demikian itu, maka secara te-

tentuan-ketentuan mengenai Hypotheck.

No.

II Kitab Undang-Undang

Perdata

Indonesia

sepanjang

Khusus mengenai Hypotheck juga dinya3

Hesti Puspitosari dkk., 2012. Filosofi Pelayanan Publik, Setara Press, Malang, Hlm. l.2
4
Ibid,

takan

tidak

berlaku

lagi

sejak

di

□ 109

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 2, December 2017

udangkannnya Undang-Undang Nomor 4

Perkataan atau frasa “dikuasai” da-

Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

lam Pasal 2 ayat (2) UUPA, bukanlah be-

Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang

rarti

ber kaitan dengan Tanah, LNRI Tahun

pengertian

1996 No. 42-TLNRI No. 3632.

kepada

Tujuan diundangkannya Undang-

“dimiliki”,

akan

tetapi

adalah

yang

memberi

wewenang

Negara

sebagai

organisasi

kekuasaan seluruh rakyat Indonesia, untuk

Undang Pokok Agraria (UUPA) se-

pada tingkatan tertinggi:

bagaimana yang ditegaskan dalam pen-

a). Mengatur dan menyelenggarakan pe-

jelasan umumnya, adalah:

runtukkan, penggunaan, persediaan dan

1). Meletakkan dasar-dasar bagi penyusun

pemeliharaan

hukum agraria nasional, yang akan meru-

angkasa;

pakan alat untuk membawakan kemakmu-

b). Menentukan dan mengatur hubungan-

ran, kebahagiaan, dan keadilan bagi Nega-

hubungan antara orang-orang dengan

ra dan rakyat, terutama rakyat tani dalam

bumi, air dan ruang angkasa;

rangka terwujudnya masyarakat yang adil

c). Menentukan dan mengatur hubungan-

dan makmur;

hubungan antara orang-orang dan per-

2). Meletakkan dasar-dasar untuk menga-

buatan-perbuatan hukum mengenai bumi,

dakan kesatuan dan kesederhanaan alam

air dan ruang angkasa.

bumi,

air

dan

ruang

Atas dasar ketentuan yang terdapat

hukum pertanahan;
3). Meletakkan dasar-dasar untuk mem-

pada Pasal 2 ayat (4) UUPA, wewenang

berikan kepastian hukum mengenai hak-

hak menguasai dari negara tersebut dapat

hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya.

dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah

Selanjutnya dalam UUPA dimuat

dan masyarakat-masyarakat hukum adat,

hubungan antara negara dengan sumber

sekedar diperlukan dan tidak bertentangan

daya agraria, yaitu menempatkan negara

dengan UUPA dan peraturan yang secara

sebagai organisasi kekuasaan seluruh

hierarki lebih tinggi tingkatannya.

rakyat dalam kedudukannya bukan se-

Pembaruan agraria mencakup suatu

agraria,

proses yang berkesinambungan berkenaan

melainkan hanya menguasainya saja, se-

dengan penataan kembali penguasaan,

bagaimana yang dinyatakan dalam Pasal

pemilikan penggunaan dan pemanfaatan

33 ayat (3) UUDNRI 1945 an Pasal 2

sumber daya agraria, dilaksanakan dalam

UUPA.

rangka tercapainya kepastian dan perlin-

bagai

pemilik

sumber

daya

□ 110

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 2, December 2017

dungan hukum serta keadilan dan ke-

Ketiga nilai yang melandasinya ialah

makmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.

kepastian

Dalam

pembaruan

hukum, keadilan dan kemakmu-

agraria, maka setiap keputusan atau

ran bagi seluruh rakyat Indonesia.

langkah yang diambil dibidang per-

Namun dalam perkembangan selan-

tanahan,

upaya

melakukan

perairan,

mineral.

Dan

se-

dan

perlindungan

jutnya pada tataran das sein atau fakta

bagainya seharusnya mengingat tiga hal.5

empiris dilapangan tidak berjalan se-

Pertama ialah proses yang berkesinam-

bagaimana yang diharapkan. Dalam siaran

bungan, yakni adanya kebijakan

persnya pada peringatan Hari Tani Na-

yang telah diambil secara kon-

sional tahun 2017, Komite Nasional Pem-

sisten dan terus-menerus dil-

baruan Agraria (KNPA) menyampaikan

aksanakan Perubahan kebijakan

bahwa ketimpangan struktur penguasaan

yang terlalu sering dilakukan

dan konflik agraria masih ramai terjadi.

akan menimbulkan ketidakpas-

Monopoli kekayaan agraria terjadi diham-

tian hukum.

pir semua sektor kehidupan rakyat, dari

proses tersebut berupa penataan

seluruh wilayah daratan di Indonesia

kembali penguasaan pemilikan,

sebanyak 71 % dikuasai koorporasi kehu-

penggunaan, dan pemanfaatan

tanan, sebanyak 16 % oleh koorporasi

sumber daya agraria, Kalimat

perkebunan skala besar, dan sebanyak 7 %

yang

penataan

dikuasai oleh para konglomerat. Sementa-

kembali umumnya dimaksud

ra rakyat kecil, hanya menguasai sisanya

sebagai

struktur

saja. Dampaknya satu

manusia

terkaya di Indonesia menguasai 50,3 %

dengan sumberdaya alam serta

kekayaan Nasional, dan 10 % orang

hubungan

manusia

terkaya menguasai 7 % kekayaan Nasion-

dengan manusia yang berke-

al. Ditengah mandeknya dan biasnya

naan dengan sumber daya alam.

pelaksanaan reformasi agraria tersebut,

Kedua

menyatakan

hubungan

perubahan
antara
antara

persen orang

perampasan dan kriminalisasi petani justru
5

Achmad Sodiki, 2004, Reformasi Hukum
Dan Kebijakan Pertanahan Nasional Untuk
Menjamin Perlindungan Hak dan Akses
Masyarakat Atas Tanah, Malang, Hlm. 6.
Terkait dengan hal ini juga bisa dilihat dalam
tulisan H. Mustofa dan Suratman, 2013,
Penggunaan Hak Atas Tanah Untuk Industri,
Sinar Grafika, Jakarta Pada Hlm. 3-12.

semakin marak terjadi. Dari tahun 2015
hingga tahun 2016, telah terjadi sedikitnya
702 konflik agrarian di atas lahan seluas
1.665.457 juta hektar dan mengorbankan

□ 111

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 2, December 2017

195.459 KK petani (KPA tahun 2015-

bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban

2016). Artinya, dalam satu hari telah ter-

dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

jadi satu konflik agraria di tanah air, se-

perdamaian abadi dan keadilan sosial”.

mentara dalam rentang waktu tersebut

Dalam alinea ini sudah sangat tegas dan

sedikitnya 455 petani di kriminalisasi dan

jelas

ditahan.6

pemerintahan memunyai kewajiban untuk

FUNGSI SOSIAL TANAH DALAM
PEMBANGUNAN
Eksistensi tanah dalam kehidupan
manusia mempunyai arti dan sekaligus
memiliki sifat fungsi ganda, yaitu sebagai
social asset dan capital asset. Sebagai soasset

tanah

merupakan

sarana

pengikat kesatuan sosial di kalangan
masyarakat untuk hidup dan kehidupan,
sedangkan capital asset tanah merupakan
faktor modal dalam pembangunan dan
telah tumbuh sebagai benda ekonomi yang
sangat penting sekaligus sebagai bahan
perniagaan dan obyek spekulasi.7
Dalam pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 pada alinea keempat disebutkan bahwa “Suatu Pemerintahan Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

melalui

suatu

negaranya, baik yang berbentuk penyediaan barang-barang publik maupun kualitas proses penyelenggaraan layanan publik.
Oleh karena itu, maka institusi negara

paham

tanggungjawab

dan

bermanfaat bagi warganya yang mengurus
urusan publik dan tidak melakukan intervensi terhadap apa yang menjadi urusan
privat

warga

negaranya.

demikian, negara

akan

Dengan

menggunakan

prinsip subsidiaritas dalam penyelenggaraan layanan publik di Indonesia. Adapun penyelenggaraan pelayanan publik
yang

wajib

pemerintah

diselenggarakan
sebagai

oleh

wujud

dari

kewajibannya yaitu meliputi:8
1. Jaminan

pelaksanaan

warganegara
dengan

jahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
Lihat
di
elsam.or.id/2017/09/Indonesiadarurat-agraria, di unduh pada tangga 5 desember tahun 2017.
7
Ahmad Rubaie, 2007. Hukum Pengadaan
Tanah Untuk Kepentingan Umum, CV. Bayu
Media. Malang. Hlm. 1

akan

kewajibannya sebagai institusi yang harus

Indonesia dan untuk memajukan kese-

6

negara

memberikan pelayanan kepada warga

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

cial

bahwa

yang

pelaksanaan

kebebasan
berkenaan
Hak

Asasi

Manusia.
2. Jaminan pelayana keamanan dasar.

8

Hesti Puspitosari dkk, op.cit, Hlm. 10-11

□ 112

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 2, December 2017

3. Jaminan

kesejahteraan

denagan

nikahan, Akte Kelahiran, Akte Ke-

berbagai aspeknya.

matian, Buku Pemilik Kendaraan Ber-

a. Ekonomi

motor (BPKB), Surat Izin Mengemudi

b. Kesehatan

(SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan

c. Perumahan

Bermotor (STNK), Izin Mendirikan

4. Jaminan meningkatkan kecerdasan.

Bangunan (IMB), Paspor, Sertifikat

a. Pelayanan pendidikan

Kepemelikan/Penguasaab Tanah an se-

b. Pelayanan sumber ilmu penge-

bagainnya.

tahuan.

b. Kelompok Pelayanan barang, yaitu

5. Jaminan mobilitas warga negara.

pelayanan yang menghasilkan berbagai

a. Pelayanan transfortasi

bentuk /jenis barang yang digunakan

b. Pelayanan infrastruktur.

oleh publik, misalnya jaringan telepon,

Sementra itu menurut Ketetapan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
No. 63/KEP/M-PAN/7/2003, pelayanan
publik adalah sgala kegiatan pelayanan
yang dilaksanakan oleh penyelengara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan penerima pelayanan maupun
pelaksanaan ketentuan peraturan perun-

penyediaan enaga listrik, air bersih dan
sebagainya.
c. Kelompok Pelayanan Jasa, yaitu pelayanan yang mengasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan oleh piblik,
misalnya
kesehatan,

pendidkan,

pemeliharaan

penyelenggaraan

trans-

portasi, pos, dan sebagainnya.

dang-undangan. Peraturan ini membagi

Dengan demikian, pelayan publik

jenis pelayanan publik kedalam ke-

adalah pemenuhan keinginan dan kebu-

lompok-kelompok sebagai berikut:

tuhan masyarakat oleh penyelenggara

a. Kelompok

negara, dalam hal ini negara didirikan

pelayanan

Administratif,

yaitu pelayanan yang menghasilkan

oleh

publik

(masyarakat)

tentu

berbagai bentuk dokumen resmi yang

dengan tujuan agar dapat meningkatkan

dibutuhkan oleh publik, misalnya status

kesejahteraan

kewarganegaraan, sertifikat kopetensi,

hakikatnya

kepemilikan atau pengurusan terhadap

pemerintah haruslah dapat memenuhi

suatu barang dan sebagainnya. Ddoke-

kebutuhan masyarakat. Kebutuhan ini ha-

men-dokumen ini antara lain Kartu

rus dipahami bukanlah kebutuhan secara

Tanda Penduduk (KTP), Akte Per-

individual akan tetapi berbagai kebutuhan

masyarakat.
negara

dalam

saja
Pada

hal

ini

□ 113

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 2, December 2017

oleh

yang sifatnya statis tetapi tersu berubah

masyarakat.9 Dan apabila diperhatikan

sesuai dengan perubahan masyarakat dari

pada pembagian jenis-jenis pelayanan

segala arah sudut pandang yang juga sela-

publik

atau

lu berubah. Oleh sebab itu, maka apa yang

kepemilikan atas tanah menjadi bagian

sebelumnya dirasakan adil mungkin seir-

dari jenis pelayanan publik, yang seha-

ing dengan peribahan waktu suatu saat

rusnya menjadi tugas utama pemerintah

dirasakan tidak adil, demikian seterusnya.

yang

sesungguhnya

diatas,

diharapkan

penguasaan

untuk memastikan bahwa hal tersebut te-

Konsep keadilan itu sendiri dirumus-

sebaik-

kan melalui pengamatan dan pemikiran

sebaiknaya untuk kemakmuaran masyara-

yang mendalam terhadap perkembangan

kat.

antarmanusia dengan manusia atau dengan

lah

dilaksanakan

dengan

Selanjutnya dalam hal pemenuhan

masyrakat serta alam. Namun perhatian

kebutuhan masyarakat akan layanan pub-

yang besar ditujukan terhadap pencarian

lik di bidang pertanahan tentu tidak bisa

rumusan yang tepat bagaimana hubungan

dilepaskan dengan dinamika masyarakat

itu menunujukkan keseimbangan dalam

Indonesia sendiri yang beada pada masa

pemikiran, penguasaan dan penggunaan

transisi dari masyarakat agraris menuju

benda termasuk tanah serta jasa sehingga

masyarakat yang industrial, yang pada

membawa kebahagiaan dan kesejahteraan

akhirnya membawa persoalan keadilan

masyarakat seluruhnya.

sosial dalam situasi yang brbeda. Pembangunan

sendiri

yang

mengandung

Apabila kita membaca dengan baik
teori keadilan klasik yang dikemukakan

dinamika telah membawa keadilan dan

oleh Aristoteles

juga kesejahteraan bagi masyarakat. Uku-

lan, yakni keadilan distributif dan keadilan

ran keadilam ikut juga bergeser dari uku-

commutatif.

ran masyarakat agraris ke arah masyarakat

menyangkut perlakuan yang sama kepada

industrial. Justitia agraria secara berang-

setiap orang dalam memberikan hal-hal

sur-angsur menuju ke justitia indusria.10

yang baik dan berguna serta dalam meli-

Konsep

dan

pengertian

keadilan

bukan merupakan konsep dan pengertian

adanya dua jenis keadiKeadilan

distributif

batkan setiap orang untuk ikut menanggung

hal-hal

menguntungkan.

Adil

yang

tidak

dalam

ukuran

9

Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat,2010, Hukum Administrasi Negara Dan
Kebijakan Pelayanan Publik, Nuansa,Bandung,
Hlm. 19-20
10
Mustofa dan Suratman, op.cit. Hlm. 25-26

demikian adalah bila dua hal yang sama
diperlukan secara sama dan apabila tidak

□ 114

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 2, December 2017

sama diperlakukan tidak sama. Keadilan

kalangan ilmuan hukum mengenai staats

commutatif ialah yang mengenal hubu-

domain atau kepunyaan negara tersebut.

ngan timbal balik yang proporsional.

Perselisihan itu dimulai denga adanya

Artinya sesuatu dikatakan adil apabila ada

pembagian kepunyaan negara sjak abad ke

hubu-ngan timbal balik yang mengandung

XIX, yakni pembagian ke dalam kepu-

unsur

proporsional.

nyaan privat dan kepunyaan publik. Pem-

Aspek keadilan dalam masyarakat dicapai

bagian tersebut bermula dari pandangan

dengan menetapkan strategi pemerataan.

yang dikemukakan oleh ahli hukum asal

Dalam hal ini pemerintah mencanangkan

Perancis bernama Proudhon, yang mem-

8 jalur pemerataan, yang tidak saja meli-

bagi kedudukan

puti pemenuhan kebutuhan ekonomis,

negara kedalam, 1. Kepunyaan privat

tetapi juga pemerataan kesempatan mem-

(domain prive) dan, 2. Kepunyaan publik

peroleh keadilan, jadi jelas, bahwa keadi-

(domain public).

persamaan

yang

lan dan kemakmuran bukanlah hanya

hukum dari kepunyaan

Kepunyaan privat mencakup benda-

menjadi tanggungjawab pemerintah seper-

benda

ti apa yang termaktub dalam Pasal 33

pemerintah

UUD

dibutuhkan

tugasnya, Asas manfaat yang dihasilkan

partisipasi orang atau badan hukum baik

oleh benda-benda tersebut secara langsung

dengan

pembatasan

lebih digunakan oleh aparat pemerintah

penggunaan haknya maupun pembebanan

yang umumnya jarang digunakan atau

kewajiban yang harus dilakukan demi

dipakai oleh umum; seperti kebun-kebun,

tercapainya kemakmuran bersama terse-

rumah dinas, gedung badan usaha negara,

but.11

dan sebagainnya. Selanjutnya, terkait

1945,

tetapi

juga

mengenakan

yang

dipakai

dalam

oleh

aparat

melakukan

tugas-

dengan kepunyaan publik meliputi bendaHak Menguasai Negara Atas Public

benda yang disediakan oleh pemerintah

Domain Agraris di Indonesia

untuk dipakai masyarakat. Kemanfaatan

kepustakaan

benda-benda tersebut dapat dinikmati

yang di kemukakan oleh E. Utrecht se-

secara langsung oleh masyarakat umum,

bagaimana yang ditulis oleh S.F Marbun12

seperti jalan umum, jembatan pelabuhan,

bahwa telah timbul perselisihan paham di

lapangan olahraga dan sebagainya (terma-

Dalam

penelusuran

suk kantor-kantor pemerintah untuk mela11

Ibid
12
S.F. Marbun, 2012, Hukum Administrasi
Negara I, FH UII Press, Yogyakarta, Hlm. 334

yani publik).

□ 115

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 2, December 2017

Mengenai pembagian tersebut tidak

pada saat itu mendukung dan menyepakati

ada perbedaan pendapat dikalangan para

pendapat Proudhon bahwa domain public

sarjana hukum. Menurut Proudhon bahwa

diatur dengan hukum tersendiri. Tetapi

privat domain diatur dengan hukum biasa

pada hal-hal tertentu mereka berbeda pen-

dalam lapangan hukum perdata yaitu

dapat dan mengkritik Proudhon tentang

hukum yang mengatur propiete dalam

pendapatnya bahwa pemerintah bukan

code civil Perancis. Di Indonesia sendiri

eigenaar. Karena, masih terdapat beberapa

pengaturan terhadap kepunyaan privat dari

pasal-pasal yang membuktikan bahwa

kepunyaan publik dari kepunyaan negara

pemerintah itu adalah eigenaar.

ini diatur di dalam Pasal 570 KUH

Salah seorang sarjana yang menan-

Perdata. Sedangkan menurut Proudhon

tang pendapat Proudhon adalah Vegting

kepunyaan publik tidak tunduk kepada

yang menyatakan bahwa sebenarnya pen-

hukum perdata biasa, sebab benda-benda

dapat tersebut telah menyimpang dari

kepunyaan publik itu tunduk kepada dan

pendapat-pendapat

diatur oleh hukum tersendiri yang bukan

lumnya, dan menyatakan bahwa pendapat

propriete dalam Code Civil melainkan

Proudhon itu tidak sesuai dengan sistem

hukum tersendiri yakni hukum domain

hukum yang benar-benar ada di dalam

publik.

Code Civil Perancis. Padahal pada awal

ahli

hukum

sebe-

Menurut Proudhon karena kepu-

abad ke XX ini penelitian-penelitian yang

nyaan publik itu tidak tunduk pada hukum

dilakukan membuktikan bahwa dasar-

perdata biasa maka kedudukan pemerintah

dasar teoritis yang digunakan oleh Prou-

terhadap domain publik itu bukanlah se-

dhon mempunyai kelemahan-kelemahan.

bagai eigenaar (pemilik), melainkan ha-

Memang diakui bahwa terhadap domain

nya sebagai pihak yang menguasai (be-

public berlaku hukum tersendiri yang ber-

heren) dan mengawasi

13

Semua sarjana

sifat istimewa, tetapi pemerintah atau
negara tetap menjadi eigenaar. Keis-

13

Pandangan Proudhon ini sejalan dengan Pasal
33 ayat (3) UUDNRI 1945, demikian juga seperti yang tercantum pada Pasal 2 UUPA yang
menyatakan bahwa “bumi, air dan ruang
angkasa termasuk kekayaan yang terkandung
didalamnya pada tingkatan tinggi dikuasai oleh
negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh
rakyat.” Sedangkan pada Pasal 2 ayat (2)
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan hak
menguasai negara adalah kewenangan untuk: 1.
Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan,
persediaan, dan pemeliharaan bumi, air, dan

timewaannya tidak lain adalah dalam
menjalankan hak tesebut pemerintah tidak
ruang angkasa tersebut. 2. Menentukan dan
mengatur hubungan-hubungan hukum antara
orang-orang dengan bumi, air dan ruang
angkasa. 3. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang
dan
perbuatan-perbuatan
hukum
yang
mengenai bumi, air dan ruang angkasa.

□ 116

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 2, December 2017

seperti eigenar biasa, sebab tindakannya

menunjuk benda-benda mana yang dapat

terbatas saja.

menjadi hak-hak eigendom dari negara.14
Barckhausen

Pada Pasal 519 disebutkan “ada

mengemukakan bahwa adanya domain

kebendaan yang bukan milik siapapun ju-

publik tersebut tidak pernah dimaksudkan

ga kebendaan lainnya adalah milik negara,

untuk menentang hukum perdata biasa

milik

melainkan hanya menuntut pengkhususan

seseorang”.

pengaturan tentang dapat atau tidaknya

menjadi obyek sebagaimana kepunyaan

Pasal 520 disebutkan: “pekarangan
dan kebendaan tak bergerak lainnya sepertipun kebendaan mereka yang meninggal
dunia tanpa ahli waris atau yang warisannya telah ditinggalkan adalah milik
negara”.
Pada Pasal 521 berbunyi “demikian-

privat. Yurisprudensi di Perancis saat ini

lah milik negara juga, lorong-lorong dan

tetap mengacu pada code civil. Meskipun

jalan-jalan yan ada dalam bebannya, pan-

demikian pengaruh hukum privat bukann-

tai-pantai laut, bengawan-bengawan dan

ya tidak ada dalam penggunaan hak-hak

ungai-sungai yang dapat dilalui dengan

domain publik itu. Misalnya untuk mem-

perahu dan ditambangi dengan perahu

pertahankan haknya atas benda-benda ter-

tambang, beserta tepi-tepinya, pulau-pulau

sebut pemerintah menggunakan hukum

besar dan kecil, beting-nbeting yang mun-

acara perdata.

cul di atas air, bengawan dan sungai tadi,

Di

lain

pihak

diasingkannya benda-benda domain publik itu. Namun, seperti benda-benda lain
maka benda-benda tersebut dapat juga

Pada umumnya ilmu hukum dan
yurisprudensi

di

menganggap

bahwa

kesatuan

atau

milik

sepertipun pelabuhan-pelabuhan dan tem-

Belanda

pat pendaratan, dengan tidak mengurangi

adalah

hak-hak seseorang atau badan kesatuan

eigenaar perdata biasa terhadap public

yang diperoleh karena sesuatu tindak

domain itu, bahkan termasuk juga ter-

perdata atau karena telah diambil dari

hadap benda-benda yang diselenggarakan

kekuasaanya”

untuk

Pasal 523 menyebutkan “sebagai
milik negara harus dianggap pula; segala
tanah dan segala pekerjaan kayu yang
termasuk dalam bangunan, benteng-

kepentingan

negeri

badan

negara

umum.

Dengan

demikian, pendapat modern bahwa negara
adalah eigenaar domain publik, hal ini
sesuai dengan ketentuan-ketentuan Pasal

14

519, 520, 521, dan 523 KUHPerdata yang

SF. Marbun, Op.Cit. Hlm. 159 Kutipan
pasal-pasal tersebut juga bisa dilihat Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang diterjemahkan oleh R. Subekti dan R. Tjitrosudibio,
Pradnya Paramita, Jakarta, 1983, Hlm. 159

□ 117

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 2, December 2017

benteng negara, demikianlah dalam segala
tanah di atas dimana didirikan beberapa
bangunan untuk pertahanan seperti: kubukubu, tembok-tembok, tempat tedeng dada, parit-parit, jalan-jalan terhitung
glacien atau tanggul-tanggul dan akhirnya
segala lapangan dimana didirikan gedunggedung kelasykaran, garis-garis lini, pospos, tempat-tempat perlindungan bentengbenteng kecil, tanggul-tanggul, pintupintu air, kanal-kanal beserta tepi bingkainya; kesemuannya itu dengan tidak
mengurangi hak-hak seseorang dan badanbadan kesatuan karena sesuatu atas hak
atau karena kedudukan”.

Boedi Harsono sebagaimana dikutip
oleh Supriadi15 memberi penjelasan;
a. Sebutan isisnya
Hak

menguasai

negara

adalah

sebutan yang diberikan oleh Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) kepada lembaga hukum dan
hubungan hukum konkret antara
Negara dan tanah di Indonesia,
sesuai

dengan

ketentuan

dalam

Pasal 2 ayat (2) dan (3) UUPA. DaUraian atau penjelasan dari pasal-

lam penjelasan umum II UUPA

pasal tersebut datas jelas memberkan kes-

disebutkan

impulan bahwa pendapat para ilmu hukum

ber-

mencapai apa yang ditentukan daam

itu sebagai eigenaar atau public domain

Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 tidak

dengan alasan-alasan terutama pada ke-

perlu dan tidak pada tempatnya

tentuan yang terdapat pada Pasal 519,

bahwa bangsa Indonesia ataupun

Pasal 520, Pasal 521, dan Pasal 52

Negara bertindak sebagai pmilik

KUHPerdata. Dalam pasal-pasal tersebut
Undang-Undang

UUPA

pangkal pada pendirian bahwa untuk

dan yurisprudensi menempatkan negara

jelas

bahwa

tanah. Adalah lebih tepat jika Nega-

menyebutkan

ra bertindak selaku badan Penguasa.

secara eksplisit bahwa negara dapat menjadi eigenaar terhadap benda-benda yang
dapat dijadikan objek eigendom. Tetapi
bagaimana dalam kontks keberlakuannya
di

Indonesia,

dari

hasil

penelitian

kepustakaan yang dilakukan oleh penulis
ditemukan beberapa penjelasan atau argumentasi sebagai berikut:
1. Sehubungan dengan uraian mengenai
hak menguasai negara atas tanah,

15

Supriadi, 2016, Hukum Agraria, Sinar Grafika, Jakarta, Hlm. 59-61. Bandingkan juga
dengan pendapat Sudargo Gautama, 1997,
Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria dan
Peraturan Pelaksanaannya, Citra Adiya Bakti,
Cetakan Kesepuluh, Bandung, Hlm. 205. Sudargo menyatakan “Selama rakyat Indonesia
yang bersatu sebagai bangsa Indonesia masih
ada dan selama bumi, air serta ruang angkasa
Indonesia iu masih ada pula, dalam keadaan
yang bagaimanapun tidak ada sesuatu
kekuasaan yang dapat memutuskan atau meniadakan hubungan tersebut, Dengan demikian
biarpun sekarang ini daerah Irian Barat, yang
merupakan bagian dari bumi, air dan ruang
angkasa Indonesia berada Indonesia berada
dibawah kekuasaan penjajah, atas dasar ketentuan pasal ini bagaian tersebut meneurut
hukum tetap merupakan bumi, air dan ruang
angkasa Indonesia juga”.

□ 118

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 2, December 2017

Oleh

karena

itu,

dalam

ini

sebagian

dapat

ditugaskn

melaksanakan tugas tersebut negara

pelaksanaannya kepada para pejabat

merupakan

pusat yang bertugas di daerah dalam

organisasi

kekuasaan

rakyat yang tertinggi Sebagai organisasi

kekuasaan

rakyat

yang

rangka dekonsentrasi.
d. Kekuasaan Yudikatif

tertinggi, maka yang terlibat sebagai

Kekuasaan eksekutif bertugas me-

petugas bangsa tersebut bukan han-

nyelesaikan

ya penguasa legislatif dan eksekutif,

tanah, baik di antara rakyat sendiri

tetapi juga penguasa yudikatif.

maupun

di

sengketa-sengketa
antara

rakyat

dan

pemerintah melalui Badan Peradilan

b. Kekuasaan Legislatif
Kekuasaan legislatif tercakup di da-

Umum sesuai dengan UU No. 8 Ta-

lamnya pengertian mengatur dan

hun 2004 dan Peradilan Tata Usaha

menentukan. Kekuasaan mengatur

Negara sesuai dengan UU No. 5 Ta-

dan

dil-

hun 1986 sebagaimana telah diubah

aksanakan oleh badan-badan legis-

dengan perubahan pertama demngan

latif

yang

UU No 9 Tahun 2004 dan peru-

mengeluarkan ketentuan dalam ben-

bahan kedua sesuai dengan UU No.

tuk penetapan, Pemerintah dengan

51 Tahun 2009

persetujuan DPR mengeluarkan ke-

e. Pemegang Haknya

menentukan
pusat,

tersebut

seperti

MPR

undang-

Subjek dari hak menguasai dari

undang. Presiden mengeluarkan ke-

negara atas tanah adalah Negara Re-

bijakan dalam bentuk Keputusan

publik Indonesia, sebagai organisasi

Presiden dan Menteri yang ber-

kekuasaan seluruh rakyat Indonesia.

tentuan

dalam

bentuk

wenang di bidang pertanahan dalam
bentuk Peraturan Menteri.
c. Kekuasaan Eksekutif

f. Tanah Yang Dihaki
Hak menguasai dari negara meliputi
semua tanah dalam wilayah Repub-

Kekuasaan eksekutif yang tercakup

lik Indonesia, baik tanah-tanah yang

dalam pengertian menyelenggarakan

tidak atau belum, maipun yang su-

dan menentukan dilakukan oleh

dah dihaki dengan hak-hak pero-

Presiden dibantu oleh Menteri atau

rangan yang oleh UUPA disebut

Pejabat Tinggi lain yang bertugas

tanah-tanah yang dikuasai langsug

dibidang pertanahan. Kewenangan

□ 119

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 2, December 2017

oleh negara (Pasal 37, Pasal 41,

dalam Pasal 2 UUPA terhadap

Pasal 43 dan Pasal 49).

tanah-tanah yang bersangkutan.

g. Terciptanya Hak Menguasai dari

i. Pelimpahan Pelaksanaannya kepada

Negara

Pihak Lain

Hak menguasai dari negara merupa-

Hak mneguasasi dari Negara tidak

kan tugas kewenangan bangsa Indo-

dapat dipindahkan kepada pihak

nesia, yang dilakukan oleh wakil-

lain, tetapi pelaksanaannya dapat

wakil bangsa Indonesia pada waktu

dilimpahkan

menyusun UUD 1945 dan memben-

Daerah dan masyarakat-masyarakat

tuk Negara Republik Indonesia pada

hukum adat, sepanjang hal itu diper-

tanggal 18 Agustus 1945. Oleh ka-

lukan dan tidak bertentangan dengan

rena itu, hak menguasai dari negara

kepentingan nasional. Selain kepada

sebagai lembaga hukum tercipta pa-

Pemerintah Daerah dan masyarakat-

da

hubungan

masyarakat hukum adat, pelimpahan

hukum konkret antara negara dan

pelaksanaan sebagian kewenangan

tanah Indonesia pada tanggal 18

Negara tersebut dapat juga dila-

Agustus 1945.

kukan kepada apa yang disebut Ba-

waktu

diciptakan

kepada

Pemerintah

h. Pembebasan Hak Menguasai Negara

dan-Badan Otoritas dan perusahaan-

Hak menguasai negara tidak dapat

perusahaan Negara dan perusahaan-

dipindahlan kepada pihak lain. Akan

perusahaan daerah, dengan pem-

tetapi, tanah negara dapat diberikan

berian penguasaan tanah-tanah ter-

dengan sesuatu hak atas tanah kepa-

tentu dengan hak pengelolaan.

da pihak lain. Pemberian hak atas

j. Hak Menguasasi dari Negara Tidak

tanah negara kepada seseorang atau

Akan Hapus

badan hukum, bukan berarti bahwa

Hak Menguasai dari Negara sebagai

negara melepaskan hak menguasai

pelimpahan hak bangsa, tidak akan

Negara tersebut dari tanah yang ber-

hapus, selama Negara Kesatuan Re-

sangkutan. Tanah tersebut tetap be-

publik Indonesia masih ada sebagai

rada

negara yang merdeka dan berdaulat.

dalam

penguasaan

negara.

Negara tidak melepaskan kewenangannya sebagaimana yang diatur

□ 120

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 2, December 2017

2. SF. Marbun16 lebih jauh dan men-

Selain itu UUPA mencabut Agrarische

dalam mengemukakan bahwa dalam

Wet tahun 1870 (UUPA zaman Hindia

konteks

Indonesia

Belanda), domain verkelaring (tanah-

negara atau pemerintah tidak bisa

tanah yang tidak dapat dibuktikan sebagai

disebut pemilik (eigenaar) atas benda-

hak eigendom, menjadi milik negara) dan

benda objek agraria. Memang benar

Koninkklijk Besluit dengan peraturan

bahwa berdasarkan Pasal II Aturan

pelaksanaannya .atau yang biasa disebit

Peralihan UUD 1945, KUHP berlaku

dengan hak eigendom keagrariaan.

hukum

positif

di Indonesia. Akan tetapi arena pasalpasal

tersebut

di

atas

II

BW

termasuk

Adanya ketentuan yang ditegaskan
dalam awal diktum UUPA itu maka di

ia

Indonesia tidak dikenal adanya pemilikan

menyangkut bumi dan air, maka ber-

oleh negara terhadap public domain

dasarkan UU No. 5 Tahun 1960 pera-

agraris, tetapi hikum di Indonesia hanya

turan-peraturan tersebut tidak berlaku

mengenal

lagi di Indonesia sejak akhir tahun

demikian, jelasnya berdasarkan UUPA

1960.

negara Indonesia dalam bidang keagrari-

kedalam

Secara

buku

teortis

ilmiah

dan

memang

penafsiran berdasar pasal-pasal tersebut
dapat dijadian pendekatan untuk memahami kedudukan dan sifat hukum bagi
public domain, tetapi secata yuridis formal
UU No. 5 Tahun 1960 tentang UndangUndang Pokok Agraria yang sebelumnya
lebih dikenal dengan Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria telah menegaskan
bahwa; dengan berlakunya UUPA maka
buku II BW sepanjang mengenai bumi, air
dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya,

kecuali

ketentuan-ketentuan

mengenai hipotik dinyatakan dicabut”.

“hak

menguasai”.

Dengan

aan tidak mengenal domain verkelaring
(tanah tak bertuan menjadi milik negara);
yang dikenal hanyalah hak menguasai
oleh negara.
Jadi makna yang terkandung dalam
kalimat Hak Menguasai Negara atas tanah
di Indonesia adalah bagaimana mengatur
dan mendudukkan posisi bumi, air dan
ruang angkasa sesuai dengan fungsi negara sebagai organisasi kekuasaan untuk
mencapai tujuan bersama, Sebagaimana
yang diamanatkan oleh konstitusi Republik Indonesia mewujudkan masyarakat
yang adil dan makmur yang berkeadilan
sosial.

16

SF. Marbun, Hukum Adminsitrasi Negara.
Op.cit. Hlm. 339-340

□ 121

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 2, December 2017

jelas ini bertentangan dengan sifat dan

PENUTUP
organisasi

asas dari lahirnya UUPA itu sendiri. Da-

kekuasaan yang diberikan kewenangan

lam penjelasan Pasal 2 UUPA dinyatakan

untuk mengatur dan mendudukkan posisi

bahwa, soal agraria menurut sifatnya dan

bumi, air dan ruang angkasa sesuai

pada asasnya merupakan tugas Pemerintah

dengan amanat Pasal 33 ayat (3) UUD

Pusat. Asas ini sangat penting untuk

1945, dan amanat Pasal 2 ayat (2) UUPA

mempertahankan dan melestarikan per-

belum

perannya

satuan dan kesatuan Bangsa serta wilayah

dengan baik dalam mengelola dan men-

Nasional Indonesia. Oleh karena itu tugas

gorganisasi perekonomian, yang di da-

kewenangan di bidang agraria atau per-

lamnya mencakup tanggungjawab negara

tanahan tidak boleh diotonomkan kepada

umtuk menjamin ketersediaan pelayanan

daerah

kesejahteraan dasar dalam tingkat tertentu

pemerintah pusat. Pelimpahan sebagian

bagi warganya, tidak terkecuali bagi

kewenangan tersebut kepada pemerintah

ketersediaan tanah yang digunakan untuk

daerah dalam dilakukan dalam bentuk

kelangsungan hidup masyarakat. Fenome-

tugas pembantuan (medebewind).

Negara

dapat

sebagai

melaksanakan

na kepemilikan lahan di Indonesia yang
71 % dikuasai oleh korporasi kehutanan,
16 % dikuasai oleh perkebunan skala besar , dan 7 % dikuasai oleh para konglomerat mengindikasikan bahwa hak menguasai negara atas tanah di Indonesia
masih terjadi ketimpangan, yang berakibat
belum tercapainya rasa keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Terjadinya

kesenjangan

antara

amanat dan cita-cita UUPA dengan
pelaksanaan atau realita sosial yang terjadi
dengan ditandai dengan tumpang tindihnya

peraturan

perundang-undangan

lainnya. Misalnya dengan diberikannya
kewenangan kepada pemerintah daerah,

dan

harus

tetap

ada

pada

BIBLIOGRAFI
Achmad Rubaie, 2007, Hukum Pengadaan
Tanah Untuk Kepentingan Umum,
CV.Bayu Media, Malang.
Achmad Sodiki, 2004, Reformasi Hukum
Dan Kebijakan Pertanahan Nasional Untuk Menjamin Perlindungan
Hak dan Akses Masyarakat Atas
Tanah, Malang
Hesti Puspitosari dkk.2012, Filosofi Pelayanan Publik, Setara Press (kelompok Instrans Publishing), Malang.
H.Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik
Sudrajat,

Hukum

Administrasi

□ 122

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 2, December 2017

Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik,
Nuansa, Bandung
H.

Mustofa

dan

Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik

Suratman,

2013,

Penggunaan Hak Atas Tanah Untuk

Indonesia Tahun 1945
Tap MPR Nomor IX/MPR/2001 tentang

Industri, Sinar Grafika, Jakarta

Pembaharuan Agraria dan Pengel-

H. Salim dan Erlies Septiana Nurbani,

olaan Sumber Daya Alam

2013, Penerapan Teori Hukum Pa-

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960

da Penelitian Tesis dan Disertasi,

tentang Peraturan Dasar Pokok-

PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta

Pokok Agraria

Luthfi J. Kurniawan dan Mustafa Lutfi,

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999

2012, Perihal Negara, Hukum &
Kebijakan Publik, Setara Press, Ma-

Tentang Hak Asasi Manusia
Undang-Undang No.25 Tahun 2004 Ten-

lang

tang

Samun Ismaya, 2011, Pengantar Hukum
Agraria, Graha Ilmu, Yogyakarta

Sistem

Perencanaan

Pem-

bangunan Nasional
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009

Samun Ismaya, 2013, Hukum Administrasi Pertanahan, Graha Ilmu, Yogya-

Tentang Pelayanan Publik
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

karta

Terjemahan R. Subekti dan R.
Tjitrosudibio, Pradnya Paramita, Ja-

S.F. Marbun, 2012, Hukum Administrasi

karta.

Negara I, FH UII Press, Yogyakarta
Supriadi, 2016, Hukum Agraria, Sinar

Ketetapan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Grafika, Jakarta

Negara

No.

63/KEP/M.PAN/2003 tentang pelayanan public

***

□ 123