Pancasila Pada Orde Lama Orde Baru Dan R
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menurut Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad
Qodari, sekitar 40 persen responden lebih memilih era Orde
Baru, dibanding masyarakat yang menilai era reformasi lebih
baik hanya mendapatkan 22 persen responden. Hasil ini cukup
mengagetkan,
namun
jika
dilihat
dari
kinerja
Dewan
Perwakilan Rakyat yang buruk dan praktik korupsi, tidak
heran membuat sebagian masyarakat rendezvous pada Orde
Baru. Ditambah lagi Kondisi ekonomi, politik, dan konflik
yang terjadi saat ini membuat sebagian masyarakat lebih
menyukai era Orde Baru dari pada era Reformasi. 1
Selain itu, menurut ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
(PBNU) Slamet Effendi mengatakan pemerintah Orde Baru
telah
merangsang
bangkitnya
Ideologi
negara
Islam.
“Di
Indonesia ini masih banyak pihak yang berpikir aneh-aneh.
Seperti kelompok kanan yang ingin mendirikan Negara Islam
Indonesia
(NII).
Itu
sebenarnya
bukan
ideology
baru”
tuturnya. Hal ini membuktikan bahwa negara Indonesia masih
bermainset Orde Baru sehingga mendengar kata demokrasi dan
krisis
1
moneter
mengakibatkan
munculnya
demonstran
dan
Tim
Redaksi
Liputan6,
“Orde
Baru
Lebih
Baik?”
dalam
http://news.liputan6.com/read/334497/orde-baru-lebih-baik Edisi 16 Mei 2011 at
06:00 AM WIB.
oposisi
yang
siap menegakkan
demokrasi
meskipun
harus
menjatuhkan presiden yang pada saat itu menjabat. 2
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa
saja
karakteristik
Orde
Baru
sehingga
penduduk
Indonesia masih bermainset era Orde Baru?
2. Apa
saja
pencapaian
Orde
Baru
sehingga
penduduk
Indonesia masih bermainset era Orde Baru?
1.3
Tujuan
1. Untuk
mengetahui
menyebabkan
karakteristik
penduduk
Indonesia
Orde
memiliki
Baru
mainset
yang
era
Orde Baru
2. Untuk mengetahui pencapaian Orde Baru yang menyebabkan
penduduk Indonesia memiliki mainset era Orde Baru
1.4
Manfaat
1. Dapat
mengetahui
menyebabkan
karakteristik
penduduk
Indonesia
Orde
memiliki
Baru
mainset
yang
era
Orde Baru
2. Dapat mengetahui pencapaian Orde Baru yang menyebabkan
penduduk Indonesia memiliki mainset era Orde Baru
2
Rizki Gunawan, “Ketua PBNU: Orde Baru Rangsang Munculnya Ideologi Negara
Islam”
dalam
http://news.liputan6.com/read/2087068/ketua-pbnu-orde-barurangsang-munculnya-ideologi-negara-islam Edisi 06 Agustus 2014 at 07:17 AM
WIB.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Politik Luar Negeri
Politik
luar
negeri
pada
dasaranya
merupakan
“action
theory” atau kebijaksanaan suatu negara yang ditunjukkan ke
negara
lain
untuk
mencapai
kepentingan
nasional.
Secara
umum, politik luar negeri merupakan suatu perangkat formula
nilai,
sikap,
arah
serta
sasaran
untuk
mempertahankan,
mengamankan, dan memajukan kepentingan nasional di dalam
percaturan dunia internasional. 3
Pemahaman di atas diperlukan agar dapat dibedakan antara
politik luar negeri dengan politik domestic. Namun demikian,
pembuatan
politik
luar
negeri
selalu
terkait
dengan
konsekuensi-konsekuensi yang ada di dalam negeri. Menurut
Henry Kissinger, seorang akademisi sekaligus praktisi politik
3
Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional, cetakan I (Bandung: Rosdakarya, 2005), hlm. 47.
luar negeri Amerika Serikat, menyatakan bahwa
“foreign
policy begins when domestic policy ends”. 4
2.2
Kebijakan Luar Negeri
Menurut
Rosenau,
kebijakan
luar
negeri
adalah
upaya
suatu negara melalui keseluruhan sikap dan aktifitasnya untuk
mengatasi
dan
eksternalnya.
kebijakan
luar
memperoleh
Rosenau
juga
negeri
suatu
keuntungan
dari
menambahkan,
negara
maka
lingkungan
bila
mengkaji
akan
memasuki
fenomena yang luas dan kompleks, meliputi internal life dan
eksternal needs termasuk juga aspirasi, attribute nasional,
kebudayaan, konflik, kapabilitas, institusi, dan aktifitas rutin
yang ditunjukkan untuk mencapai dan memelihara identitas
sosial, hukum, dan geografi suatu negara. 5
4
Ibid., hlm. 47-48.
5
Ibid., hlm. 48-49.
BAB III
PEMBAHASAN
Setelah
menjabat
menjadi
presiden,
Jenderal
Suharto
melakukan pembersihan terhadap seluruh kekuatan PKI setelah
peristiwa G 30 S. Orang-orang atau kelompok yang terkait
dengan organisasi tersebut pun tidak luput dari pembasmian.
Pada periode awal pembunuhan itu, jumlah korban tewas
mencapai
sekira
1
juta
orang,
dengan
perincian
800.000
korban di Jawa, dan 100.000 korban di Bali dan Sumatera.
Namun ada juga yang mengatakan jumlahnya mencapai 2 juta
orang.6
6
Hasan Kurniawan, “Jejak Berdarah Rezim Militerisme Orde Baru” dalam
http://nasional.sindonews.com/read/751867/15/jejak-berdarah-rezim-militerismeorde-baru-1369231381 Edisi 22 Mei 2013 at 09:03 PM WIB.
Peristiwa pembunuhan massal di Purwodadi tahun 19671968. Korban tewas dalam peristiwa ini mencapai 100.000
orang lebih. Pembunuhan dilakukan oleh Kodim Purwodadi
atas perintah Kodam Diponegoro, dengan sandi Operasi Kikis
I pada periode 4 Juli–Desember 1967, dan Kikis II pada
periode 27 Juni–7 Juli 1968. Dalam dua gelombang operasi
itu, ribuan orang ditangkap dan disekap dibeberapa kamp
penahanan yang tersebar di wilayah kabupaten Grobogan. 7
Kemudian dilanjutkan di Timor Timur, pada 17 Juli 1976
sampai 19 Oktober 1999. Pembantaian itu dilakukan dengan
sandi Operasi Seroja, pada 7 Desember 1975. Tujuan operasi
itu, adalah untuk menarik Timor Timur ke pangkuan ibu
pertiwi dari tangan Fretilin yang berpaham komunis atas
desakan Amerika Serikat dan Australia, serta sejumlah rakyat
Timor Timur yang ingin bersatu dengan republik. Selama 24
tahun pendudukan Indonesia di Timor Timur, tercatat sekira
200.000
orang
meninggal
dunia.
Sebanyak
60.000
orang
dinyatakan tewas di tangan Fretilin, menurut laporan resmi
PBB. Sisanya di tangan tentara republik. Peristiwa dramatis
terjadi ketika pasukan Indonesia mendarat di Timor Leste,
pada 7 Desember 1975. Fretilin dengan ribuan rakyat Timor
mengungsi
ke
daerah
pegunungan
untuk
melawan
tentara
Indonesia. Lebih dari 200.000 orang penduduk yang ikut
7
Ibid..
longmarch dengan Fretilin, tewas terkena serangan bom udara
militer Indonesia. Namun ada juga yang kelaparan dan sakit. 8
Pembunuhan dilanjutkan dengan memburu para sekutu awal
militerisme Soeharto. Sekutu Orde Baru ini, adalah salah satu
kelompok
yang
membantu
tentara
dalam
menumpas
dan
membersihkan kaum komunis, pada 1965-1966, dan 19671968.
Mereka
adalah
kaum
Muslim
radikal. Pembunuhan
terhadap kaum putih itu, dimulai pada 12 September 1984.
Peristiwa ini dikenal dengan tragedi Tanjung Priok. Ratusan
orang jamaah Mushala as-Sa’adah tewas dibantai oleh tentara.
Pembunuhan terhadap kaum putih berlanjut, di Desa Way
Jepara, Lampung, pada 1989. Ratusan tentara dari Korem
Garuda Hitam 043 Lampung, menyerbu Desa Way Jepara, saat
warga tengah tertidur lelap. Mereka menembak dan membakar
rumah warga yang sedang tertidur. 9
Akhir 1980, sasaran pembantaian banyak diarahkan kepada
kelompok-kelompok
yang
anggap
berseberangan
dengan
pemerintah. Seperti yang terjadi di Aceh misalnya. Sejak
diberlakukan Daerah Operasi Militer (DOM), pada 1989-1998,
8
Ibid..
9
Ibid..
tercatat
ribuan
warga
tewas,
dan
ratusan
lainnya
hilang
diculik.10
Memasuki
tahun
1990-an,
sasaran
pembunuhan
lebih
kepada kelompok kecil yang dianggap berbahaya. Kelompok
ini,
banyak
terdiri
dari
kaum
intelektual,
aktivis
buruh,
mahasiswa, dan pemuda. Hal itu terjadi seiring dengan geliat
gerakan
massa
yang
sedang
tumbuh
dan
membawa
ekses
negatif terhadap rezim. 11
Dengan
demikian,
Tindakan
presiden
Suharto
di
atas
mencerminkan karakteristik politik luar negeri Indonesia yang
pro-Barat
dan
mengakibatkan
anti-Timur.
Amerika
Terjadinya
Serikat
dan
perang
Australia
dingin
mendukung
Indonesia dalam membasmi kaum komunis, dimana komunis
dinilai musuh Barat yang harus dibasmi bersama.
Pencapaian politik luar negeri Indonesia era Orde Baru,
meliputi:
a. Indonesia kembali menjadi anggota PBB
b. Penghentian konfrontasi dengan Malaysia
c. Pembentukan organisasi ASEAN
d. Keikutsertaan Indonesia dalam organisasi internasional
seperti Consultative Group on Indonesia (CGI) dan Asia
Pasific Economic Cooperation (APEC)
10
Ibid..
11
Ibid..
Indonesia kembali menjadi anggota PBB dan penghentian
konfrontasi
dengan
prinsip politik
Malaysia
adalah
bentuk
luar negeri Indonesia Bebas
realisasi
dari
Aktif. Bebas
berarti bebas tidak mendukung, sedangkan aktif berarti aktif
dalam perdamaian dunia. 12
Pembentukan ASEAN dan keikutsertaan Indonesia dalam
organisasi
internasional
merupakan
bukti selain
Indonesia
berfokus pada pembangunan nasional, Indonesia juga berfokus
pada diplomasi dan hubungan internasional. Keikutsertaan
dalam
CGI
memberikan
dua
dampak
terhadap
Indonesia.
Dampak pertama Kedaulatan Indonesia diakui. Dampak kedua
negara
Indonesia
pembangunan
menerima
nasional
bantuan
namun
perekonomian
dan
berdampak
pada
juga
bertambahnya hutang negara.13
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Karakteristik politik luar negeri Indonesia era Orde Baru
cenderung pro-Barat. Terbukti dari adanya pembersihan kaum
komunis
12
di
Indonesia.
Hal
ini
bertolak
belakang
dengan
A.W. Widjaja, Indonesia Asia Afrika Non Blok Politik Bebas Aktif (Jakarta: Bina
Aksara, 1986), hlm. 67.
13
Ibid., hlm. 15.
prinsip politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif, dimana
Indonesia mendukung salah satu blok.
Pencapaian politik luar negeri Indonesia era Orde Baru
merupakan
dasar
yang
menjadikan
Indonesia
menjadi
Indonesia yang sekarang. Terbukti masih berdirinya ASEAN
hingga sekarang.
Kesulitan penduduk Indonesia untuk bisa melupakan era
Orde Baru merupakan dampak dari kerasnya karakteristik
politik luar negeri Indonesia era Orde Baru. Terbukti dari
hasil jajak pendapat oleh lembaga survey Indo Barometer
tentang kepuasan terhadap era reformasi sejak 1998 hingga
kini.14
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Rizki (2014). “Ketua PBNU: Orde Baru Rangsang
Munculnya
Ideologi
Negara
Islam”
dalam
http://news
.liputan6.com/read/2087068/ketua-pbnu-orde-baru-rangsang
14
Tim Redaksi Liputan6, loc.cit..
-munculnya-ideologi-negara-islam. Diunduh pada tanggal
22 April 2015 at 11:00 PM WIB.
Kurniawan, Hasan (2013). “Jejak Berdarah Rezim Militerisme
Orde
Baru”
dalam
http://nasional.sindonews.com/read/
751867/15/jejak-berdarah-rezim-militerisme-orde-baru
-1369231381. Diunduh pada tanggal 22 April 2015 at 11:00
PM WIB.
Perwita, Anak Agung Banyu dan Yani, yanyan Mochamad (2005).
Pengantar
Ilmu
Hubungan
Internasional,
cetakan
I.
Bandung: Rosda Karya.
Tim Redaksi Liputan6 (2011). “Orde Baru Lebih Baik?” dalam
http://news.liputan6.com/read/334497/orde-baru-lebih-baik.
Diunduh pada tanggal 22 April 2015 at 11:00 PM WIB.
Widjaja, A.W. (1986). Indonesia Asia Afrika Non Blok Politik
Bebas Aktif. Jakarta: Bina Aksara.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menurut Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad
Qodari, sekitar 40 persen responden lebih memilih era Orde
Baru, dibanding masyarakat yang menilai era reformasi lebih
baik hanya mendapatkan 22 persen responden. Hasil ini cukup
mengagetkan,
namun
jika
dilihat
dari
kinerja
Dewan
Perwakilan Rakyat yang buruk dan praktik korupsi, tidak
heran membuat sebagian masyarakat rendezvous pada Orde
Baru. Ditambah lagi Kondisi ekonomi, politik, dan konflik
yang terjadi saat ini membuat sebagian masyarakat lebih
menyukai era Orde Baru dari pada era Reformasi. 1
Selain itu, menurut ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
(PBNU) Slamet Effendi mengatakan pemerintah Orde Baru
telah
merangsang
bangkitnya
Ideologi
negara
Islam.
“Di
Indonesia ini masih banyak pihak yang berpikir aneh-aneh.
Seperti kelompok kanan yang ingin mendirikan Negara Islam
Indonesia
(NII).
Itu
sebenarnya
bukan
ideology
baru”
tuturnya. Hal ini membuktikan bahwa negara Indonesia masih
bermainset Orde Baru sehingga mendengar kata demokrasi dan
krisis
1
moneter
mengakibatkan
munculnya
demonstran
dan
Tim
Redaksi
Liputan6,
“Orde
Baru
Lebih
Baik?”
dalam
http://news.liputan6.com/read/334497/orde-baru-lebih-baik Edisi 16 Mei 2011 at
06:00 AM WIB.
oposisi
yang
siap menegakkan
demokrasi
meskipun
harus
menjatuhkan presiden yang pada saat itu menjabat. 2
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa
saja
karakteristik
Orde
Baru
sehingga
penduduk
Indonesia masih bermainset era Orde Baru?
2. Apa
saja
pencapaian
Orde
Baru
sehingga
penduduk
Indonesia masih bermainset era Orde Baru?
1.3
Tujuan
1. Untuk
mengetahui
menyebabkan
karakteristik
penduduk
Indonesia
Orde
memiliki
Baru
mainset
yang
era
Orde Baru
2. Untuk mengetahui pencapaian Orde Baru yang menyebabkan
penduduk Indonesia memiliki mainset era Orde Baru
1.4
Manfaat
1. Dapat
mengetahui
menyebabkan
karakteristik
penduduk
Indonesia
Orde
memiliki
Baru
mainset
yang
era
Orde Baru
2. Dapat mengetahui pencapaian Orde Baru yang menyebabkan
penduduk Indonesia memiliki mainset era Orde Baru
2
Rizki Gunawan, “Ketua PBNU: Orde Baru Rangsang Munculnya Ideologi Negara
Islam”
dalam
http://news.liputan6.com/read/2087068/ketua-pbnu-orde-barurangsang-munculnya-ideologi-negara-islam Edisi 06 Agustus 2014 at 07:17 AM
WIB.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Politik Luar Negeri
Politik
luar
negeri
pada
dasaranya
merupakan
“action
theory” atau kebijaksanaan suatu negara yang ditunjukkan ke
negara
lain
untuk
mencapai
kepentingan
nasional.
Secara
umum, politik luar negeri merupakan suatu perangkat formula
nilai,
sikap,
arah
serta
sasaran
untuk
mempertahankan,
mengamankan, dan memajukan kepentingan nasional di dalam
percaturan dunia internasional. 3
Pemahaman di atas diperlukan agar dapat dibedakan antara
politik luar negeri dengan politik domestic. Namun demikian,
pembuatan
politik
luar
negeri
selalu
terkait
dengan
konsekuensi-konsekuensi yang ada di dalam negeri. Menurut
Henry Kissinger, seorang akademisi sekaligus praktisi politik
3
Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional, cetakan I (Bandung: Rosdakarya, 2005), hlm. 47.
luar negeri Amerika Serikat, menyatakan bahwa
“foreign
policy begins when domestic policy ends”. 4
2.2
Kebijakan Luar Negeri
Menurut
Rosenau,
kebijakan
luar
negeri
adalah
upaya
suatu negara melalui keseluruhan sikap dan aktifitasnya untuk
mengatasi
dan
eksternalnya.
kebijakan
luar
memperoleh
Rosenau
juga
negeri
suatu
keuntungan
dari
menambahkan,
negara
maka
lingkungan
bila
mengkaji
akan
memasuki
fenomena yang luas dan kompleks, meliputi internal life dan
eksternal needs termasuk juga aspirasi, attribute nasional,
kebudayaan, konflik, kapabilitas, institusi, dan aktifitas rutin
yang ditunjukkan untuk mencapai dan memelihara identitas
sosial, hukum, dan geografi suatu negara. 5
4
Ibid., hlm. 47-48.
5
Ibid., hlm. 48-49.
BAB III
PEMBAHASAN
Setelah
menjabat
menjadi
presiden,
Jenderal
Suharto
melakukan pembersihan terhadap seluruh kekuatan PKI setelah
peristiwa G 30 S. Orang-orang atau kelompok yang terkait
dengan organisasi tersebut pun tidak luput dari pembasmian.
Pada periode awal pembunuhan itu, jumlah korban tewas
mencapai
sekira
1
juta
orang,
dengan
perincian
800.000
korban di Jawa, dan 100.000 korban di Bali dan Sumatera.
Namun ada juga yang mengatakan jumlahnya mencapai 2 juta
orang.6
6
Hasan Kurniawan, “Jejak Berdarah Rezim Militerisme Orde Baru” dalam
http://nasional.sindonews.com/read/751867/15/jejak-berdarah-rezim-militerismeorde-baru-1369231381 Edisi 22 Mei 2013 at 09:03 PM WIB.
Peristiwa pembunuhan massal di Purwodadi tahun 19671968. Korban tewas dalam peristiwa ini mencapai 100.000
orang lebih. Pembunuhan dilakukan oleh Kodim Purwodadi
atas perintah Kodam Diponegoro, dengan sandi Operasi Kikis
I pada periode 4 Juli–Desember 1967, dan Kikis II pada
periode 27 Juni–7 Juli 1968. Dalam dua gelombang operasi
itu, ribuan orang ditangkap dan disekap dibeberapa kamp
penahanan yang tersebar di wilayah kabupaten Grobogan. 7
Kemudian dilanjutkan di Timor Timur, pada 17 Juli 1976
sampai 19 Oktober 1999. Pembantaian itu dilakukan dengan
sandi Operasi Seroja, pada 7 Desember 1975. Tujuan operasi
itu, adalah untuk menarik Timor Timur ke pangkuan ibu
pertiwi dari tangan Fretilin yang berpaham komunis atas
desakan Amerika Serikat dan Australia, serta sejumlah rakyat
Timor Timur yang ingin bersatu dengan republik. Selama 24
tahun pendudukan Indonesia di Timor Timur, tercatat sekira
200.000
orang
meninggal
dunia.
Sebanyak
60.000
orang
dinyatakan tewas di tangan Fretilin, menurut laporan resmi
PBB. Sisanya di tangan tentara republik. Peristiwa dramatis
terjadi ketika pasukan Indonesia mendarat di Timor Leste,
pada 7 Desember 1975. Fretilin dengan ribuan rakyat Timor
mengungsi
ke
daerah
pegunungan
untuk
melawan
tentara
Indonesia. Lebih dari 200.000 orang penduduk yang ikut
7
Ibid..
longmarch dengan Fretilin, tewas terkena serangan bom udara
militer Indonesia. Namun ada juga yang kelaparan dan sakit. 8
Pembunuhan dilanjutkan dengan memburu para sekutu awal
militerisme Soeharto. Sekutu Orde Baru ini, adalah salah satu
kelompok
yang
membantu
tentara
dalam
menumpas
dan
membersihkan kaum komunis, pada 1965-1966, dan 19671968.
Mereka
adalah
kaum
Muslim
radikal. Pembunuhan
terhadap kaum putih itu, dimulai pada 12 September 1984.
Peristiwa ini dikenal dengan tragedi Tanjung Priok. Ratusan
orang jamaah Mushala as-Sa’adah tewas dibantai oleh tentara.
Pembunuhan terhadap kaum putih berlanjut, di Desa Way
Jepara, Lampung, pada 1989. Ratusan tentara dari Korem
Garuda Hitam 043 Lampung, menyerbu Desa Way Jepara, saat
warga tengah tertidur lelap. Mereka menembak dan membakar
rumah warga yang sedang tertidur. 9
Akhir 1980, sasaran pembantaian banyak diarahkan kepada
kelompok-kelompok
yang
anggap
berseberangan
dengan
pemerintah. Seperti yang terjadi di Aceh misalnya. Sejak
diberlakukan Daerah Operasi Militer (DOM), pada 1989-1998,
8
Ibid..
9
Ibid..
tercatat
ribuan
warga
tewas,
dan
ratusan
lainnya
hilang
diculik.10
Memasuki
tahun
1990-an,
sasaran
pembunuhan
lebih
kepada kelompok kecil yang dianggap berbahaya. Kelompok
ini,
banyak
terdiri
dari
kaum
intelektual,
aktivis
buruh,
mahasiswa, dan pemuda. Hal itu terjadi seiring dengan geliat
gerakan
massa
yang
sedang
tumbuh
dan
membawa
ekses
negatif terhadap rezim. 11
Dengan
demikian,
Tindakan
presiden
Suharto
di
atas
mencerminkan karakteristik politik luar negeri Indonesia yang
pro-Barat
dan
mengakibatkan
anti-Timur.
Amerika
Terjadinya
Serikat
dan
perang
Australia
dingin
mendukung
Indonesia dalam membasmi kaum komunis, dimana komunis
dinilai musuh Barat yang harus dibasmi bersama.
Pencapaian politik luar negeri Indonesia era Orde Baru,
meliputi:
a. Indonesia kembali menjadi anggota PBB
b. Penghentian konfrontasi dengan Malaysia
c. Pembentukan organisasi ASEAN
d. Keikutsertaan Indonesia dalam organisasi internasional
seperti Consultative Group on Indonesia (CGI) dan Asia
Pasific Economic Cooperation (APEC)
10
Ibid..
11
Ibid..
Indonesia kembali menjadi anggota PBB dan penghentian
konfrontasi
dengan
prinsip politik
Malaysia
adalah
bentuk
luar negeri Indonesia Bebas
realisasi
dari
Aktif. Bebas
berarti bebas tidak mendukung, sedangkan aktif berarti aktif
dalam perdamaian dunia. 12
Pembentukan ASEAN dan keikutsertaan Indonesia dalam
organisasi
internasional
merupakan
bukti selain
Indonesia
berfokus pada pembangunan nasional, Indonesia juga berfokus
pada diplomasi dan hubungan internasional. Keikutsertaan
dalam
CGI
memberikan
dua
dampak
terhadap
Indonesia.
Dampak pertama Kedaulatan Indonesia diakui. Dampak kedua
negara
Indonesia
pembangunan
menerima
nasional
bantuan
namun
perekonomian
dan
berdampak
pada
juga
bertambahnya hutang negara.13
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Karakteristik politik luar negeri Indonesia era Orde Baru
cenderung pro-Barat. Terbukti dari adanya pembersihan kaum
komunis
12
di
Indonesia.
Hal
ini
bertolak
belakang
dengan
A.W. Widjaja, Indonesia Asia Afrika Non Blok Politik Bebas Aktif (Jakarta: Bina
Aksara, 1986), hlm. 67.
13
Ibid., hlm. 15.
prinsip politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif, dimana
Indonesia mendukung salah satu blok.
Pencapaian politik luar negeri Indonesia era Orde Baru
merupakan
dasar
yang
menjadikan
Indonesia
menjadi
Indonesia yang sekarang. Terbukti masih berdirinya ASEAN
hingga sekarang.
Kesulitan penduduk Indonesia untuk bisa melupakan era
Orde Baru merupakan dampak dari kerasnya karakteristik
politik luar negeri Indonesia era Orde Baru. Terbukti dari
hasil jajak pendapat oleh lembaga survey Indo Barometer
tentang kepuasan terhadap era reformasi sejak 1998 hingga
kini.14
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Rizki (2014). “Ketua PBNU: Orde Baru Rangsang
Munculnya
Ideologi
Negara
Islam”
dalam
http://news
.liputan6.com/read/2087068/ketua-pbnu-orde-baru-rangsang
14
Tim Redaksi Liputan6, loc.cit..
-munculnya-ideologi-negara-islam. Diunduh pada tanggal
22 April 2015 at 11:00 PM WIB.
Kurniawan, Hasan (2013). “Jejak Berdarah Rezim Militerisme
Orde
Baru”
dalam
http://nasional.sindonews.com/read/
751867/15/jejak-berdarah-rezim-militerisme-orde-baru
-1369231381. Diunduh pada tanggal 22 April 2015 at 11:00
PM WIB.
Perwita, Anak Agung Banyu dan Yani, yanyan Mochamad (2005).
Pengantar
Ilmu
Hubungan
Internasional,
cetakan
I.
Bandung: Rosda Karya.
Tim Redaksi Liputan6 (2011). “Orde Baru Lebih Baik?” dalam
http://news.liputan6.com/read/334497/orde-baru-lebih-baik.
Diunduh pada tanggal 22 April 2015 at 11:00 PM WIB.
Widjaja, A.W. (1986). Indonesia Asia Afrika Non Blok Politik
Bebas Aktif. Jakarta: Bina Aksara.