BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tata Kelola Dana Bantuan Operasional Sekolah Pada SMP Negeri Wilayah Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang

฀A฀ I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar ฀elakang Masalah.
Bantuan

Operasional

Sekolah

(BOS)

adalah

program pemerintah untuk penyediaan pendanaan
biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan
dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Acuan
yang dipakai pemerintah dalam menyelenggarakan BOS
adalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yang mengamanatkan

bahwa setiap warga negara yang berusia 7 tahun
sampai ฀5 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar.
Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa pemerintah dan
pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib
belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa
memungut biaya,

pada ayat 3 menyebutkan bahwa

wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat.
Biaya operasi nonpersonalia menurut Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 69 Tahun 2009
tentang Standar Pembiayaan meliputi biaya alat tulis
sekolah (ATS), biaya bahan dan alat habis pakai
(BAHP), biaya pemeliharaan dan perbaikan ringan,
biaya daya dan jasa, biaya transportasi / perjalanan
dinas,


biaya

konsumsi,

biaya

asuransi,

biaya



pembinaan

siswa

/

esktrakurikuler,


biaya

uji

kompetensi, biaya praktik kerja industri dan biaya
pelaporan.
Pemerintah mulai merealisasikan dana BOS pada
Juli

2005

dengan

segala

perubahan

kebijakan.

Kebijakan itu mulai dari pola pengiriman dana BOS

dari pemerintah ke sekolah sampai kepada pengelolaan
dan pertanggungjawaban dana BOS oleh sekolah baik
negeri maupun swasta. Melalui Permendikbud No 76
Tahun 20฀2 , nominal dana BOS yang dialokasikan
oleh pemerintah untuk SMP atau yang sederajat pada
tahun 2005 dari senilai Rp. 324.500 persiswa/tahun
menjadi Rp. 7฀0.000 siswa/tahun pada tahun 20฀2.
Nilai kenaikan dana

BOS yang lebih dari ฀00%

tentunya memerlukan tata kelola yang lebih baik dan
merupakan

salah

satu

dasar


pertimbangan

dari

penelitian yang akan penulis lakukan.
Mekanisme penyaluran dana BOS sejak tahun
2005 hingga tahun 20฀0 menggunakan pola langsung,
artinya sekolah akan menerima dana BOS sesuai
dengan jumlah siswa dikalikan alokasi dana BOS dan
akan diterima ke rekening sekolah langsung dari
pemerintah pusat atau melalui pemerintah provinsi.
Pengelolaan dana BOS mulai tahun 2005 hingga tahun
20฀0 tidak banyak mengalami perubahan yang cukup
berarti. Pada umumnya penggunaan dana BOS sejak
tahun 2005 hingga tahun 20฀0 masih berkutat seputar
pembelian buku teks pelajaran, pembiayan penerimaan
peserta didik baru, pembiayaan pembelajaran remedial,

2


pengayaan, persiapan ujian, ekstrakurikuler, ulangan
harian, ulangan semester, ujian, pembelian bahan
habis

pakai

untuk

keperluan

kantor

atau

pembelajaran, langganan daya dan jasa, perawatan
ringan

sekolah,

honorarium


guru

dan

tenaga

kependidikan tidak tetap, pembiayaan MGMP, MKKS,
bantuan transpor siswa miskin, pengelolaan BOS,
pengadaan komputer desktop hingga kepada media
pembelajaran.
Pada

tahun

20฀฀

ada

perubahan


tentang

mekanisme penyaluran dana BOS ke sekolah. Melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 37
Tahun 20฀0 tentang Juknis Penggunaan Dana BOS
Tahun Anggaran 20฀฀ disebutkan antara lain bahwa
penyaluran

dana

BOS

dilaksanakan

dengan

cara

pemindahbukuan dari rekening Kas Umum Negara ke

rekening

Kas

Umum

Daerah

serta

maksimum

penggunaan dana BOS untuk belanja pegawai bagi
sekolah negeri sebesar 20%. Permendikbud Nomor 37
Tahun 20฀0 nampaknya mulai kurang adaptif terhadap
kebutuhan sekolah.

Akhmad Nurokhman selaku

Kepala SMP Negeri 4 Wanasari Kabupaten Brebes

mengajukan surat pengunduran diri sebagai kepala
sekolah kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Brebes.
Alasan Akhmad Nurokhman mengundurkan diri adalah
Permendiknas Nomor 37 Tahun 20฀0 tentang Juknis
Penggunaan

Dana

BOS

Tahun

Anggaran

20฀฀

mempersempit ruang gerak dalam mengoptimalkan
pengembangan sekolah (Wawasan, 3฀ Januari 20฀2).

3


Melalui Permendikbud Nomor 5฀ Tahun 20฀฀
tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana BOS Tahun
Anggaran

20฀2

terjadi

perubahan

pola

transfer

keuangan dana BOS. Pada tahun anggaran 20฀2
mekanisme penyaluran dana BOS sudah tidak melalui
pemindahbukuan rekening melalui kas daerah seperti
yang terjadi pada tahun anggaran 20฀฀. Pada tahun
20฀2 dana BOS disalurkan dari pemerintah pusat
langsung ke rekening sekolah. Kebijakan ini tentunya
menjadikan mekanisme transfer dana BOS menjadi
lebih pendek dan diharapkan dana BOS dapat segera
diterima oleh sekolah.
Terkait dengan penggunaan dana BOS, penelitian
Kusno ( 20฀0 ) yang dilakukan di SD Negeri 0฀ Muara
Pawan Kabupaten Ketapang dikemukakan
dua

komponen

kegiatan

di

RAPBS

terdapat

yang

tidak

dilaksanakan oleh pihak sekolah yaitu : (฀) pengadaan
komputer desktop dan (2) pemberian transpor kepada
siswa miskin.

Anggaran dua kegiatan tersebut oleh

Kepala Sekolah dan tim manajemen BOS di sekolah
dialihkan untuk : (฀) pembelian buku teks pelajaran, (2)
pembiayaan

kegiatan

pemantapan

remidial,

persiapan

ujian,

pengayaan
(3)

dan

pembiayaan

perawatan sekolah dan (4) pengembangan profesi guru.
Kebijakan yang dilakukan oleh Kepala SD Negeri 0฀
Muara

Pawan

dan

manajemen

BOS

dalam

hal

mengalihkan anggaran melihat fakta bahwa sekolah
telah memiliki komputer yang masih baik serta siswa
tidak membutuhkan bantuan uang transpor karena

4

95% siswa naik sepeda atau diantar oleh orang tua.
Kebijakan

pengalihan

anggaran

memang

diizinkan

selama dana BOS digunakan sesuai dengan petunjuk
teknis penggunaan dana BOS.
Sementara itu penggunaan dana BOS tahun
20฀0 pada SMP di Kota Padang untuk perluasan dan
pemerataan akses pelayanan pendidikan belum sesuai
harapan. Sasaran BOS untuk siswa miskin belum
tercapai. Hal ini dana BOS lebih banyak terserap untuk
pembayaran honor guru dan pegawai. Sementara
tujuan dana BOS adalah bantuan dana untuk kegiatan
non personalia. Selain itu dari sisi akuntabiltas juga
belum baik karena masih terdapat penggunaan dana
BOS di luar anggaran yang telah disusun ( Erwantosi,
20฀0).
Persoalan yang tidak kalah pentingnya dalam
pengelolaan dana BOS adalah adanya pembatasan
untuk belanja pegawai bagi sekolah negeri sebesar
20%. Hal ini diterjemahkan oleh Dinas Pendidikan
Kabupaten Semarang, pada saat sosialiasi penggunaan
dan pengelolaan dana BOS dihadapan pengelola BOS
tingkat SMP yaitu bahwa pengertian dari 20% adalah
jumlah

dana

yang

digunakan

untuk

membayar

honorarium belanja pegawai dan honorarium kegiatan
lainnya. Semua sekolah negeri di Kabupaten Semarang
harus
adalah

menerapkan
sekolah

kebijakan

harus

tersebut.

menyusun

ulang

Akibatnya
Rencana

Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) agar sesuai
dengan kebijakan tersebut. Persoalan yang muncul

5

adalah terdapat sekolah terpaksa harus menurunkan
honorarium Guru Tidak Tetap (GTT) dan Pegawai Tidak
Tetap

(

PTT

)

serta

harus

menghilangkan

atau

meniadakan kegiatan ekstrakurikuler atau kegiatan
lain yang mana pada kegiatan tersebut membutuhkan
honorarium

pengelolaan.

Sementara

besaran

total

honorarium sudah melebihi kuota 20% dari anggaran
yang diterima sekolah.
Sehubungan pelaksanaan transfer dana BOS dari
pemerintah

pusat

melalui

rekening

kas

daerah

kabupaten / kota, untuk selanjutnya transfer ke
rekening dana BOS di sekolah banyak mengalami
persoalan keterlambatan maka melalui Permendikbud
Nomor 5฀ Tahun 20฀฀ tentang Tentang Petunjuk
Teknis Penggunaan Dana BOS dan Laporan Keuangan
BOS Tahun Anggaran 20฀2 mekanisme transfer dana
BOS sudah tidak melalui mekanisme transfer ke kas
daerah. Sebenarnya dengan dilibatkannya pemerintah
kabupaten / kota dalam pelaksanaan transfer dana
BOS ke tiap sekolah maka tugas pemerintah pusat
dalam hal penyaluran dana BOS menjadi terbantukan.
Kenyataan di lapangan adalah ketika dana dari pusat
masuk ke kas daerah , penggunaannya harus melalui
mekanisme
walaupun

persetujuan
alokasi

dana

dan

pengesahan

tersebut

sudah

DPRD
jelas

peruntukannya.
Pelaporan pertanggungjawaban keuangan BOS
untuk tahun anggaran 20฀฀ sangat berbeda dengan
pelaporan pertanggungjawaban keuangan BOS untuk

6

tahun anggaran sebelumnya dan sesudahnya. Pada
tahun anggaran sebelumnya dan sesudah tahun 20฀฀
administrasi

pelaporan

pertanggungjawaban

BOS

cukup sederhana serta cukup diketahui oleh Komite
Sekolah. Pada tahun anggaran 20฀฀ pola administrasi
yang harus dikerjakan oleh bendahara BOS di sekolah
akan menjadi semakin bertambah ketika mekanisme
pelaporan

pertanggungjawaban

keuangan

harus

mengacu kepada sistem keuangan yang dikelola oleh
pemerintahan daerah.
Dinas Pendidikan Kabupaten / Kota selaku
pemegang kendali pengelolaan BOS di tiap sekolah
memiliki

keterbatasan

dalam

supervisi

pengelolaan

dana

hal

monitoring

BOS.

Target

dan
yang

dicanangkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten / Kota
adalah pelaksanaan pengelolaan BOS adalah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku serta tepat sasaran.
Hasil Penelitian Dwi Santoso (2007) tentang keefektifan฀
penggunaan฀ dana฀ BOS,฀ menyatakan bahwa฀ tingkat
keefektifan penggunaan dana BOS sudah berjalan baik,
tingkat pembelajaran sudah berjalan baik, penerapan
dana BOS dalam pembelajaran belum dapat berjalan
dengan baik, masih banyak kendala yang dihadapi oleh
sekolah ,seperti mengenai kegiatan siswa di luar
pembelajaran (www.wawasan digital.com, 20฀0).
Karding (2008) melaporkan penggunaan dana
BOS masih banyak untuk pembiayaan honorarium
pendidik dan tenaga kependidikan. Dana BOS belum
menyentuh

untuk

meringankan

beban

biaya

7

pendidikan bagi masyarakat kurang mampu. Namun
demikian

dengan

adanya

dana

BOS

telah

ikut

meringankan orang tua dalam pembiayaan pendidikan.
Hasil wawancara Sutedjo (2009) dengan manajer BOS
Kabupaten
sekolah

Kendal

tentang

khususnya

pengelolaan

masalah

keuangan

transparansi

dan

akunbilitasnya, dikatakan bahwa masih ditemukan
adanya sekolah yang melakukan penyimpangan dalam
pengelolaan keuangan sekolah khususnya dana BOS,
sehingga
masih

masalah

belum

transparansi

dilaksanakan

dan

akuntabilitas

sebagaimana

mestinya

dimana hal ini bisa menimbulkan persepsi yang
berbeda-beda

diantara

stakeholder฀ baik

internal

maupun eksternal.
Sinring

meneliti penggunaan dana BOS di

jenjang SD/MI di Sumatera Barat, Jawa Tengah, Bali,
Kalimantan
Tenggara

Timur,Sulawesi
Timur,

dana

Selatan,

BOS

dan

bermanfaat

Nusa
untuk

meningkatkan prestasi sekolah. Yang masuk dalam
prestasi sekolah yang dikaji adalah tingkat enrolmen
atau

pendaftaran,

angka

putus

sekolah,

tingkat

kelulusan, dan prestasi akademis peserta didik. Tetapi
pola dan penggunaan dana BOS tiap provinsi tidak
sama dalam urutan peruntukannya. Kondisi itu karena
tidak ada proporsi peruntukan dan penggunaan dana
BOS. Akibat lebih lanjut dana BOS tidak tepat sasaran
dalam penggunaannya. Itu diketahui sekolah saat
pemeriksaan BPK. Dana BOS yang sebenarnya bisa
meningkatkan prestasi sekolah, mesti dikembalikan

8

lagi ke negara. Dari penggunaan dana BOS di tiap
provinsi terlihat bahwa pemanfaatan untuk gaji guru
atau tenaga administrasi honorer mengambil porsi yang
cukup besar sekitar 20 - 40 persen. Akibatnya, dana
BOS yang dapat dinikmati siswa, termasuk untuk
membantu

siswa

miskin

menjadi

berkurang

(http://edukasi.kompas.com, 2009).
Adwin Maggau Patoppoi selaku Direktur Pattiro
Jeka menyatakan penggunaan dana BOS Tahun 20฀฀
masih sangat buruk. Antara lain penyebabnya karena
minimnya sosialisasi aturan berupa petunjuk teknis
(juknis)

dan

petunjuk

pelaksanaannya

(juklak)

penggunaan dana BOS. Dana BOS seharusnya dikelola
dengan melibatkan partisipasi stakeholder , transparan
dan

akuntabel.

Namun

masih

banyak

ditemukan

pengelolaan dana BOS baik dari perencanaan anggaran
hingga pelaksanaan anggaran hanya dilakukan oleh
kepala sekolah dan bendahara BOS, sehingga aspek
partisipasi, tranparansi , dan akuntabilitas pengelolaan
dana BOS menjadi rendah (http://siap2. pattiro.org,
20฀2).
Tata kelola selalu mengalami persoalan apalagi
menyangkut masalah keuangan. Untuk itu sebagai
upaya untuk menciptakan tata kelola keuangan yang
baik

diperlukan

governance.
diungkapkan
governance

Dimana

dari

good฀

World

Bank

telah

karakteristik

dari

good฀

kuat

dari

menurut

sejumlah
yaitu

konsep

penerapan

masyarakat

yang

partisipatoris, terbuka, pembuatan kebijakan yang

9

dapat diprediksi , eksekutif yang bertanggungjawab,
birokrasi yang profesional dan aturan hukum (Krina,
2003).
Penelitian yang dilakukan oleh Karding (2008)
tentang

evaluasi

penggunaan

dana

BOS

di

Kota

Semarang dari aspek perluasan akses pendidikan.
Penelitian ini akan menganalisis tata kelola dana BOS
dari aspek partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas
pada

SMP

Negeri

Wilayah

Kabupaten Semarang.

Kecamatan

Tengaran

Penelitian ini penulis pilih

untuk dilakukan sehubungan sejak diluncurkannya
dana BOS hingga saat ini ada kenaikan lebih dari
฀00%,

yang mana tata kelola dengan menggunakan

prinsip good฀ governance merupakan hal penting dalam
implementasi penggunaan dana BOS di sekolah.
1.2.

Rumusan Masalah.
Masalah

penelitian

ini

dirumuskan

sebagai

berikut :
฀. Bagaimanakah realisasi tata kelola dana BOS dari
aspek partisipasi, transparansi dan akuntabilitas
pada SMP Negeri di Wilayah Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang ?
2. Upaya apa sajakah yang dilakukan SMP Negeri di
Wilayah Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang
agar bisa menjalankan pengelolaan dana BOS
secara partisipatif, transparan dan akuntabel ?

฀0

1.3

Tujuan Penelitian.
Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka

tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan :
฀. Realisasi

yang

pengelolaan

dilakukan pihak sekolah dalam

dana

BOS

dari

aspek

partisipasi,

transparansi dan akuntabilitas di SMP Negeri di

Wilayah

Kecamatan

Tengaran

Kabupaten

Semarang.
2. Upaya yang telah dilakukan SMP Negeri di Wilayah
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang agar
bisa menjalankan pengelolaan dana BOS secara
partisipatif, transparan dan akuntabel.
1.4

Manfaat Penelitian.
Hasil

penelitian

ini

setidaknya

dapat

memberikan gambaran atau tambahan referensi bagi
pengambil keputusan tentang regulasi penggunaan
dana BOS yang meliputi
a. Tingkat

partisipasi,

transparansi

dan

akuntabilitas sekolah dalam mengelola dana BOS
di SMP Negeri Wilayah Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang.
b. Upaya yang harus dilakukan pihak sekolah agar
pengelolaan

dana

BOS

dilaksanakan

secara

partisipatif, transparan dan akuntabel.

฀฀

฀2

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45