Makalah kimling tentang SAMPAH A

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Sampah adalah barang buangan. Sampah merupakan materi sisa yang tidak

diinginkan setelah berakhirnya suatu proses yang merupakan konsep buatan
manusia. Seiring dengan semakin tingginya populasi manusia, maka produksi
sampah juga akan semakin tinggi. Sampah sebagai materi sisa jelas sudah tidak
dibutuhkan lagi dan tidak memiliki nilai ekonomi, sedangkan kesadaran masyarakat
sendiri untuk membuang sampah pada tempatnya juga masih rendah. Masalah
lainnya dari sampah adalah penanganan sampah. (www.sukadi.net/2011/11/sampahdan-permasalahan-kita-semua.html).
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap
aktifitas manusia pasti menghasilkan sampah. Jumlah atau volume sampah
sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang kita gunakan
sehari-hari. Demikian juga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari jenis
material yang kita konsumsi. Masalah sampah sudah menjadi topik utama yang ada
pada negara kita. Mulai dari lingkungan terkecil sampai kepada ruang lingkup yang
besar. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya penumpukan sampah ini. Namun
faktor individu sangat berpengaruh dalam hal ini. Peningkatan jumlah penduduk dan

gaya hidup sangat berpengaruh pada volume sampah. Kota metropolitan lebih
banyak menghasilkan sampah dibandingkan dengan kota sedang atau kecil. Pada
umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia merupakan sampah
basah, yaitu mencakup 60%-70% dari total volume sampah. Oleh karena itu
pengelolaan sampah yang terdesentralisisasi sangat membantu dalam meminimasi
sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir. Pada prinsipnya
pengelolaan sampah haruslah dilakukan sedekat mungkin dengan sumbernya (http://
www.walhi.or.id/kampanye/cemar/sampah/peng_sampah_info/).

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penulisan makalah ini adalah:
1) apa sajakah dampak yang ditimbulkan dari masalah sampah?
2) Bagaimanakah cara mengelola sampah yang baik dan benar?
1.3.

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini secara umum adalah untuk mengetahui

apa sajakah dampak yang ditimbulkan oleh penumpukan sampah dan cara-cara
mengelola serta mengolah sampah.
1.4.

Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Bagi masyarakat; memberikan informasi dan meningkatkan kesadaran
akan pentingnya untuk tidak membuang sampah pada sembarang tempat
serta menjaga lingkungan bebas sampah dan menjadikan lingkungan asri,
sehat, dan nyaman.
2) Bagi penulis; memberikan pengetahuan akan pentingnya menjaga
lingkungan bebas dari sampah.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.

Sampah

Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber

hasil aktifitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah
adalah semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan,
industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga
dan tempat perdagangan dikenal dengan limbah municipal yang tidak berbahaya
(non hazardous). Sampah adalah bagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan
yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan yang biologis.
Sampah dapat dibagi atas beberapa berdasarkan sumber, sifat/komposisinya, dan
bentuknya (http://id.wikipedia.org/wiki/Sampah).

Gambar 2.1 Sampah (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Sampah).
2.2.

Berdasarkan sumbernya, sampah dibedakan atas empat, yaitu:
1) sampah alam, yaitu sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan
melalui proses daur ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan
yang terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat
menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman.

2) Sampah manusia, adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil
pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi

bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana
perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan bakteri. Salah satu
perkembangan utama pada dialektika manusia adalah pengurangan penularan
penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup yang higienis dan
sanitasi. Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran pipa
(plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya
melalui sistem urinoir tanpa air.
3) Sampah konsumsi, yaitu sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna
barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat
sampah. Ini adalah sampah yang umum dipikirkan manusia. Meskipun
demikian, jumlah sampah kategori ini pun masih jauh lebih kecil
dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan
industri.
4) Limbah radioaktif, merupakan Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi
nuklir dan fisi nuklir yang menghasilkan uranium dan thorium yang sangat
berbahaya bagi lingkungan hidup dan juga manusia. Oleh karena itu sampah
nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi untuk

melakukan aktivitas tempat-tempat yang dituju biasanya bekas tambang
garam atau dasar laut (walau jarang namun kadang masih dilakukan).
Berdasarkan komposisi dan sifatnya, sampah dibedakan menjadi dua,
yaitu:
1) Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan,
sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih
lanjut menjadi kompos.
2) Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti
plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas
minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah
komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya.
Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah
pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan

kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton. Di negara-negara berkembang
komposisi sampah terbanyak adalah sampah organik, sebesar 60 – 70%, dan
sampah anorganik sebesar ± 30%.
Sementara itu, berdasarkan bentuknya, sampah dibedakan atas dua,
yaitu:
1) Sampah padat, yaitu segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine

dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur,
sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain.
2) Sampah cair (limbah), yaitu Sampah cair adalah bahan cairan yang telah
digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat
pembuangan sampah. Sampah cair dibagi atas dua, yaitu:
-

Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini
mengandung patogen yang berbahaya.

-

Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar
mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.

2.2.

Dampak Yang Ditimbulkan Oleh Sampah
Sampah merupakan hasil sampingan dari kegiatan manusia sehari-hari.


Jumlah sampah yang semakin besar memerlukan pengelolaan yang harus dilakukan
secara bertanggung jawab. Selama tahapan penanganan sampah banyak kegiatan dan
fasilitas yang bila tidak dilakukan/disediakan dengan benar akan menimbulkan
dampak yang berpotensi mengganggu lingkungan (http://unlastnoel.wordpress.com/
2009/09/12/dampak-lingkungan-yang-ditimbulkan-akibat-masalah-sampah/).
Berikut ini merupakan dampak yang ditimbulkan akibat masalah sampah,
antara lain:
2.2.1.

Perkembangan faktor penyakit
Wadah sampah merupakan tempat yang sangat ideal bagi pertumbuhan faktor

penyakit terutama lalat dan tikus. Hal ini disebabkan dalam wadah sampah tersedia
sisa makanan dalam jumlah yang besar. Tempat Penampungan Sementara/Container

juga merupakan tempat berkembangnya faktor tersebut karena alasan yang sama.
Sudah tentu ini akan menurunkan kualitas kesehatan lingkungan sekitarnya. Faktor
penyakit terutama lalat sangat potensial berkembangbiak di lokasi TPA. Hal ini
terutama disebabkan oleh frekuensi penutupan sampah yang tidak dilakukan sesuai
ketentuan sehingga siklus hidup lalat dari telur menjadi larva telah berlangsung

sebelum penutupan dilaksanakan. Gangguan akibat lalat umumnya dapat ditemui
sampai radius 1-2 km dari lokasi TPA (http://unlastnoel.wordpress.com/2009/09/12/
dampak-lingkungan-yang-ditimbulk-anakibat-masalah-sampah/).
2.2.2.

Pencemaran Udara
Sampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut merupakan sumber bau

tidak sedap yang memberikan efek buruk bagi daerah sensitif sekitarnya seperti
permukiman, perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain. Pembakaran sampah seringkali
terjadi pada sumber dan lokasi pengumpulan terutama bila terjadi penundaan proses
pengangkutan sehingga menyebabkan kapasitas tempat terlampaui. Asap yang timbul
sangat potensial menimbulkan gangguan bagi lingkungan sekitarnya. Sarana
pengangkutan yang tidak tertutup dengan baik juga sangat berpotensi menimbulkan
masalah bau di sepanjang jalur yang dilalui.
Pada instalasi pengolahan terjadi berupa pelepasan zat pencemar ke udara
dari hasil pembuangan sampah yang tidak sempurna; diantaranya berupa : partikulat,
SOx, NOx, hidrokarbon, HCl, dan lain-lain. Proses dekomposisi sampah di TPA secara
kontinu akan berlangsung dan dalam hal ini akan dihasilkan berbagai gas seperti CO,
CO2, CH4, H2S, dan lain-lain yang secara langsung akan mengganggu komposisi gas

alamiah di udara, mendorong terjadinya pemanasan global, disamping efek yang
merugikan terhadap kesehatan manusia di sekitarnya. Pembongkaran sampah dengan
volume yang besar dalam lokasi pengolahan berpotensi menimbulkan gangguan bau.
Disamping itu juga sangat mungkin terjadi pencemaran berupa asap bila sampah
dibakar pada instalasi yang tidak memenuhi syarat teknis. Seperti halnya
perkembangan populasi lalat, bau tak sedap di TPA juga timbul akibat penutupan
sampah yang tidak dilaksanakan dengan baik. Asap juga seringkali timbul di TPA
akibat terbakarnya tumpukan sampah baik secara sengaja maupun tidak. Produksi gas

metan yang cukup besar dalam tumpukan sampah menyebabkan api sulit dipadamkan
sehingga asap yang dihasilkan akan sangat mengganggu daerah sekitarnya
(http://unlastnoel.wordpress.com/2009/09/12/dampak-lingkungan-yang-ditimbulkanakibat-masalah-sampah/).
2.2.3.

Pencemaran Air
Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial

menghasilkan lumpur terutama pada saat turun hujan. Aliran lumpur ke saluran atau
tanah sekitarnya akan menyebabkan terjadinya pencemaran. Instalasi pengolahan
berskala besar menampung sampah dalam jumlah yang cukup besar pula sehingga

potensi lumpur yang dihasilkan di instalasi juga cukup potensial untuk menimbulkan
pencemaran air dan tanah di sekitarnya. Lumpur yang timbul di TPA sangat
mungkin mencemari lingkungan sekitarnya baik berupa rembesan dari dasar TPA
yang mencemari air tanah di bawahnya. Pada lahan yang terletak di kemiringan,
kecepatan aliran air tanah akan cukup tinggi sehingga dimungkinkan terjadi cemaran
terhadap sumur penduduk yang trerletak pada elevasi yang lebih rendah. Pencemaran
air juga dapat terjadi akibat efluen pengolahan yang belum memenuhi syarat untuk
dibuang ke badan air penerima. Karakteristik pencemar lumpur yang sangat besar
akan sangat mempengaruhi kondisi badan air penerima terutama air permukaan yang
dengan mudah mengalami kekurangan oksigen terlarut sehingga mematikan biota
yang ada (www.simpuldemokrasi.com/.../1451-sampah-dan-persoalannya.html).
2.2.4.

Pencemaran Tanah
Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan

kosong atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan lahan
setempat mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan mungkin
juga mengandung Bahan Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini terjadi maka akan
diperlukan waktu yang sangat lama sampai sampah terdegradasi atau larut dari lokasi

tersebut. Selama waktu itu lahan setempat berpotensi menimbulkan pengaruh buruk
terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya.

2.2.5.

Gangguan Estetika
Lahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan kesan

pandangan yang sangat buruk sehingga mempengaruhi estetika lingkungan
sekitarnya. Hal ini dapat terjadi baik di lingkungan permukiman atau juga lahan
pembuangan sampah lainnya. Proses pembongkaran dan pemuatan sampah di sekitar
lokasi pengumpulan sangat mungkin menimbulkan tumpahan sampah yang bila tidak
segera diatasi akan menyebabkan gangguan lingkungan. Demikian pula dengan
ceceran sampah dari kendaraan pengangkut sering terjadi bila kendaraan tidak
dilengkapi dengan penutup yang memadai. Di TPA ceceran sampah terutama berasal
dari kegiatan pembongkaran yang tertiup angin atau ceceran dari kendaraan
pengangkut.
Pembongkaran sampah di dalam area pengolahan maupun ceceran sampah
dari truk pengangkut akan mengurangi estetika lingkungan sekitarnya. Sarana
pengumpulan dan pengangkutan yang tidak terawat dengan baik merupakan sumber
pandangan yang tidak baik bagi daerah yang dilalui. Lokasi TPA umumnya
didominasi oleh ceceran sampah baik akibat pengangkutan yang kurang baik,
aktivitas pemulung maupun tiupan angin pada lokasi yang sedang dioperasikan.
(mbojo.wordpress.com/2007/08/10/sampah-dan-permasalahannya/)
2.2.6.

Kemacetan Lalu lintas
Lokasi penempatan sarana / prasarana pengumpulan sampah yang biasanya

berdekatan dengan sumber potensial seperti pasar, pertokoan, dan lain-lain serta
kegiatan bongkar muat sampah berpotensi menimbulkan gangguan terhadap arus lalu
lintas. Arus lalu lintas angkutan sampah terutama pada lokasi tertentu seperti transfer
station atau TPA berpotensi menjadi gerakan kendaraan berat yang dapat
mengganggu lalu lintas lain; terutama bila tidak dilakukan upaya-upaya khusus
untuk mengantisipasinya. Arus kendaraan pengangkut sampah masuk dan keluar dari
lokasi pengolahan akan berpotensi menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas di
sekitarnya terutama berupa kemacetan pada jam-jam kedatangan. Pada TPA besar
dengan frekuensi kedatangan truck yang tinggi sering menimbulkan kemacetan pada
jam puncak terutama bila TPA terletak berdekatan dengan jalan umum.

2.2.7.

Gangguan Kebisingan
Kebisingan akibat lalu lintas kendaraan berat / truck timbul dari mesin-

mesin, bunyi rem, gerakan bongkar muat hidrolik, dan lain-lain yang dapat
mengganggu daerah-daerah sensitif di sekitarnya. Di instalasi pengolahan kebisingan
timbul akibat lalu lintas kendaraan truk sampah disamping akibat bunyi mesin
pengolahan (tertutama bila digunakan mesin pencacah sampah atau shredder).
Kebisingan di sekitar lokasi TPA timbul akibat lalu lintas kendaraan pengangkut
sampah menuju dan meninggalkan TPA; disamping operasi alat berat yang ada.
2.2.8.

Dampak Sosial
Hampir tidak ada orang yang akan merasa senang dengan adanya

pembangunan tempat pembuangan sampah di dekat permukimannya. Karenanya
tidak jarang menimbulkan sikap menentang dari masyarakat dan munculnya
keresahan. Sikap menentang ini secara rasional akan terus meningkat seiring dengan
peningkatan pendidikan dan taraf hidup mereka, sehingga sangat penting untuk
mempertimbangkan dampak ini dan mengambil langkah-langkah aktif untuk
menghindarinya (http://www.jala-sampah.or.id/index.htm).
2.3.

Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan,

pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Hal ini biasanya mengacu
pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola
untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan.
Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam.
Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan, yaitu
mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis dan mengolah
sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah).

Terdapat beberapa konsep tentang pengelolaan sampah yang berbeda dalam
penggunaannya, antara negara-negara atau daerah. Beberapa yang paling umum,
antara lain:
1) Hirarki Sampah, hirarki limbah merujuk kepada "3M" mengurangi sampah,
menggunakan kembali sampah dan daur ulang, yang mengklasifikasikan
strategi pengelolaan sampah sesuai dengan keinginan dari segi minimalisasi
sampah. Hirarki limbah yang tetap menjadi dasar dari sebagian besar strategi
minimalisasi sampah. Tujuan limbah hirarki adalah untuk mengambil
keuntungan maksimum dari produk-produk praktis dan untuk menghasilkan
jumlah minimum limbah.
2) Perpanjangan tanggungjawab penghasil sampah / Extended Producer
Responsibility (EPR). (EPR) adalah suatu strategi yang dirancang untuk
mempromosikan integrasi semua biaya yang berkaitan dengan produkproduk mereka di seluruh siklus hidup ke dalam pasar harga produk.
Tanggung jawab produser diperpanjang dimaksudkan untuk menentukan
akuntabilitas atas seluruh Lifecycle produk dan kemasan diperkenalkan ke
pasar. Ini berarti perusahaan yang manufaktur, impor dan / atau menjual
produk diminta untuk bertanggung jawab atas produk mereka setelah
kehidupan serta selama manufaktur.
3) prinsip pengotor membayar. Prinsip pengotor membayar adalah prinsip di
mana pihak pencemar membayar dampak akibatnya ke lingkungan.
Ada beberapa metode yang digunakan dalam pengelolaan sampah,
antara lain sebagai berikut:
2.3.1 Metode Pembuangan (Penimbunan Darat)
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk
membuang sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan
ini biasanya dilakukan di tanah yg ditinggalkan , lubang bekas pertambangan , atau
lubang lubang dalam. Sebuah situs penimbunan darat yg di desain dan di kelola
dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah yang hiegenis dan murah.
Sedangkan penimbunan darat yg tidak dirancang dan tidak dikelola dengan baik

akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan, diantaranya angin berbau sampah ,
menarik berkumpulnya hama, dan adanya genangan air sampah. Efek samping lain
dari sampah adalah gas methan dan karbon dioksida yang juga sangat berbahaya.
Karakter desain dari penimbunan darat yang modern diantaranya adalah metode
pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat atau pelapis plastik. Sampah
biasanya dipadatkan untuk menambah kepadatan dan kestabilannya, dan ditutup
untuk tidak menarik hama (biasanya tikus). Banyak penimbunan sampah mempunyai
sistem pengekstrasi gas yang terpasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas yang
terkumpul akan dialirkan keluar dari tempat penimbunan dan dibakar di menara
pemabakar atau dibakar di mesin berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik
(hasanbasri.wetpaint.com/page/Solusi+Penyelesaian+Sampah).
2.3.2. Metode Daur Ulang
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk
digunakan kembali disebut sebagai daur ulang. Ada beberapa cara daur ulang, antara
lain:
1) Pengolahan kembali secara fisik
Metode ini paling populer dari daur ulang, yaitu mengumpulkan dan
menggunakan kembali sampah yang dibuang , contohnya botol bekas pakai yang
dikumpulkan kembali untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa dilakukan dari
sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan sampah khusus),
atau dari sampah yang sudah tercampur. Sampah yang biasa dikumpulkan adalah
kaleng minum aluminum, kaleng baja makanan/minuman, Botol HDPE dan PET,
botol kaca, kertas karton, koran, majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC,
LDPE, PP, dan PS) juga bisa di daur ulang.
2) Pengolahan Biologis
Material sampah organik, seperti zat tanaman, sisa makanan atau kertas, bisa
diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan
istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagi pupuk

dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik. Contoh dari
pengelolaan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin Program
(program tong hijau) di Toronto, Kanada, dimana sampah organik rumah tangga,
seperti sampah dapur dan potongan tanaman dikumpulkan di kantong khusus untuk
di komposkan.
3) Pemulihan Energi
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung
dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara
mengolahnya menjadi bahan bakar tipe lain.
2.3.4.

Produksi Bersih dan Prinsip 4R
Produksi Bersih (Clean Production) merupakan salah satu pendekatan untuk

merancang ulang industri yang bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan
produk-produk samping yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan
menciptakan produk-produk dan limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka
siklus ekologis.

Prinsip-prinsip yang juga bisa diterapkan dalam keseharian

misalnya dengan menerapkan Prinsip 4R yaitu:
1) Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau
material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material,
semakin banyak sampah yang dihasilkan.
2) Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa
dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali
pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang
sebelum ia menjadi sampah.
3) Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak
berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang,
namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga
yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
4) Replace (Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah
barang barang yang hanya bisa dipakai sekalai dengan barang yang lebih

tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih
ramah lingkungan, Misalnya, ganti kantong keresek kita dnegan keranjang
bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini
tidka

bisa

didegradasi

(http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah).

secara

alami

BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
Sampah adalah barang buangan. Sampah adalah materi sisa yang tidak
diinginkan setelah berakhirnya suatu proses yang merupakan konsep buatan
manusia. Seiring dengan semakin tingginya populasi manusia, maka produksi
sampah juga akan semakin tinggi. Secara umum pembuangan sampah yang tidak
memenuhi syarat kesehatan lingkungan akan dapat mengakibatkan tempat
berkembang dan sarang dari serangga dan tikus, menjadi sumber polusi dan
pencemaran tanah, air dan udara, menjadi sumber dan tempat hidup kuman-kuman
yang membahayakan kesehatan, menyebabkan banjir, longsor tumpukan sampah,
gangguan estetika, dan kemacetan lalulintas. Ada beberapa metode yang digunakan
dalam pengelolaan sampah, antara lain metode pembuangan (penimbunan darat),
metode daur ulang yang meliputi pengolahan kembali secara fisik, pengolahan
biologis, dan pemulihan energi, dan metode produk bersih serta penerapan prinsip
4R. Prinsip 4R terdiri atas Reduce (Mengurangi), Reuse (Memakai kembali),
Recycle (Mendaur ulang), dan Replace (Mengganti). Dari pengelolaan sampah yang
dilakukan dengan baik dapat diperoleh beberapa manfaat, antara lain: menghemat
sumber daya alam, menghemat energi, mengurangi uang belanja, menghemat lahan
TPA, dan lingkungan asri (bersih,sehat,nyaman).

DAFTAR PUSTAKA
Annas,N.

2011.
Sampah
dan
Permasalahannya.
(http://nas-annas.blogspot.com/2011/01/sampahpermasalahannya.html). Diakses tanggal 12 November 2011.

Anonimous.

2011.
Pengelolaan
Sampah.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah). Diakses tanggal 12
November 2011.

Anonimous. 2011. Sampah. (http://id.wikipedia.org/wiki/Sampah). Diakses tanggal
12 November 2011.
Assyakur,R.A.
2007.
Sampah
dan
Permasalahannya.
(http://mbojo.wordpress.com/2007/08/10/sampah-danpermasalahannya/). Diakses tanggal 12 November 2011.
Hasanbasri.

2011.
Solusi
Penyelesaian
Sampah.
(http://hasanbasri.wetpaint.com/page/Solusi+Penyelesaian+Sampah).
Diakses tanggal 12 November 2011.

Jala. 2011. Sampah. (http://www.jala-sampah.or.id/index.htm). Diakses tanggal 12
November 2011.
Sukadi.2011.

Sampah
dan
Permasalahan
Kita
(www.sukadi.net/2011/11/sampah-dan-permasalahan-kitasemua.html). Diakses tanggal 12 November 2011.

Semua.

Unlastnoel. 2009. Dampak Lingkungan Yang Timbul Akibat Masalah Sampah.
(http://unlastnoel.wordpress.com/2009/09/12/dampak-lingkunganyang-ditimbulkan-akibat-masalah-sampah/). Diakses tanggal 12
November 2011.
Walhi.

2011.
Kampaye
Cemar
sampah.
(http://www.walhi.or.id/kampanye/cemar/sampah/peng_sampah_info/).
Diakses tanggal 12 November 2011.