SENGKETA WILAYAH PALESTINA SEBAGAI NEGAR

TUGAS AKHIR DASAR-DASAR ILMU POLITIK
SENGKETA WILAYAH PALESTINA SEBAGAI NEGARA MENURUT
TEORI SUKSESI NEGARA DAN PERSPEKTIF NEO REALISME

RANI MELIANA GURNITA
170210140013
HUBUNGAN INTERNASIONAL
DOSEN : WAWAN BUDI DARMAWAN, S.IP, M.SI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014

Sengketa Wilayah Palestina Sebagai Negara Menurut Teori Suksesi Negara
dan Perspektif Neo Realisme
Konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina merupakan konflik yang
tiada akhir. Persengketaan wilayah yang terjadi antara Israel dan Palestina
sebenarnya sudah terjadi sejak 2000 SM, tetapi semakin parah sejak 31 tahun
yang lalu hingga sekarang. Konflik ini bermula pada saat munculnya gerakan
zionisme pada abad ke 1895 yang dipelopori oleh Dr. Theodore Hertzel dalam
bukunya The Judenstaat. Buku tersebut membuat bangsa Yahudi yang tersebar di

seluruh dunia untuk kembali bersatu dan memperjuangkan keinginannya untuk
mendirikan negara Yahudi di Palestina. Menurut bangsa Yahudi tanah Palestina
merupakan tanah yang dimiliki oleh nenek moyang bangsa Yahudi. Selain itu,
Inggris menjanjikan suatu wilayah yang menjadi mandatnya untuk diberikan
kepada pihak lain, yaitu Arab dan Yahudi karena kedua bangsa tersebut telah
membantu Inggris pada saat perang dunia ke-1 sehingga Inggris berhasil
mengalahkan Jerman dan Turki. Setelah perang berakhir, Bangsa Arab meminta
wilayah yang dulunya dikuasai oleh Turki, yaitu wilayah Palestina. Sedangkan
Bangsa Yahudi pun meminta hal yang sama terhadap Inggris, ia meminta wilayah
Palestina untuk menjadi wilayah kekuasaan Yahudi sebagaimana yang telah
dijanjikan oleh Inggris sebelumnya.
Pada tanggal 2 Desember 1917 dibuatlah sebuah deklarasi yang bernama
Deklarasi Balfour yang isinya mengenai pembagian wilayah untuk bangsa Arab
Palestina dan bangsa Yahudi. Tetapi bangsa Arab Palestina tidak setuju dan
sangat menentang deklarasi tersebut. Pada tahun 1922 atas rekomendasi dari PBB,
Inggris membagi wilayah Palestina menjadi 2 yaitu di sebelah timur Sungai
Jordan menjadi milik Yahudi (28.166 Km2), sedangkan sebelah barat Sungai
Jordan menjadi milik Arab (92.300 Km2). Bangsa Arab tidak menyetujui
keputusan yang dibuat oleh Inggris, oleh karena itu Arab terus menyerang wilayah
Palestina Yahudi. Menghadapi hal tersebut, Yahudi membentuk pasukan militer

Haganah dan Irgun untuk menjaga dan menyelamatkan Yahudi dari serangan
Arab. Pada tahun 1947 PBB mengeluarkan sebuah resolusi yang mendasari
pembagian wilayah Palestina bagi Yahudi dan melakukan pemungutan suara

kepada negara-negara lainnya. Hasilnya yaitu 33 negara pro resolusi, 10 negara
abstain, dan 13 negara kontra resolusi. Karena banyak negara yang pro terhadap
resolusi yang dikeluarkan oleh PBB, maka pada tanggal 14 Mei 1948 Bangsa
Yahudi memproklamirkan berdirinya Negara Israel di Palestina.
Bangsa Arab Palestina tidak setuju terhadap pendirian Negara Israel di
Palestina, oleh karena itu Negara Arab yang terdiri dari Mesir, Irak, Jordan,
Sudan, Arab Saudi, Yaman, Liga Arab, Lebanon berkoalisi untuk berperang
melawan Israel. Perang tersebut berlangsung dari 15 Mei 1948 hingga 10 Maret
1949 dan dimenangkan oleh Israel. Karena kemenangan Israel tersebut
mengakibatkan perluasan Negara Israel di wilayah Palestina. Persengketaan ini
terus berlanjut yang di dalamnya terjadi perang bersenjata dan saling serang antara
Yahudi dan Arab di Palestina. Pada bulan Desember 1987 bangsa Palestina
melakukan migrasi massal ke wilayah yang telah direbut oleh Israel. Mereka
kemudian melakukan demonstrasi yang anarkis, menolak untuk membayar pajak,
memboykot produk-produk Israel, mendirikan sekolah tanpa izin, melempar batu
dan bom molotov. Pemberontakan ini kemudian diredam di bawah pemerintahan

Yithzak Rabin dengan mottonya,

force, power and blows. Dari tahun 1987

hingga 1991, Israel telah membunuh seribu warga Palestina. Meskipun telah
dikecam oleh dunia Internasional, tindakan yang dilakukan oleh Yithzak Ragin
dianggap cara yang paling efektif dimata Israel untuk menghentikan tindakan
anarkis warga Palestina.1
Peperangan memperebutkan jalur Gaza dilakukan oleh Zionis (tentara
militer Israel) dan HAMAS (tentara militer Palestina) menimbulkan puluhan ribu
korban tewas dan luka-luka. Parahnya, serangan Zionis di jalur Gaza tidak hanya
menyerang kombatan, tetapi juga menyerang non-kombatan yang meliputi warga
sipil, anak-anak dan wanita yang tidak terlibat dalam perang. Hal tersebut telah
melanggar Hukum Humaniter Internasional (Konvensi Jenewa 1949, Protokol
Jenewa I dan II 1977, dan Hukum Den Haag). Peperangan perebutan wilayah
tersebut tidak menemui titik terang dan masih berlanjut hingga sekarang.

1

Diakses dari http://www.moreorless.net.au/heroes/rabin.html pada 11

Desember 14

Jika dianalisis menggunakan teori pembentukan negara, pembentukan
negara Israel dapat dianalisis menggunakan teori suksesi negara. Teori ini
mengimplikasikan adanya suatu perpindahan kekuasaan dari kelompok yang
pertama kepada yang kedua. Persoalan yang kerap muncul apakah dalam hal
terjadi suksesi akan berlaku sebagaimana layaknya hukum waris, suksesi negara
ditunjukan pada cabang hukum internasional yang berurusan dengan konsekuensikonsekuensi hukum yang timbul akibat perubahan kedaulatan atas suatu wilayah
(Michael 1982: 157). Menurut Mervin Jones, suksesi Negara dibagi dalam dua
pengertian yaitu pergantian yuridis dan pergantian menurut kenyataannya (factual
state succession). Menurut kenyataannya suksesi negara terjadi karena dua atau
lebih negara bergabung menjadi suatu federasi, konferedasi atau suatu Negara
kesatuan, dapat pula terjadi karena cessie, aneksasi, amansipasi, dekolonisasi, dan
integrasi.
Pembentukan negara Israel dapat dikategorikan sebagai contoh teori
suksesi negara yang terjadi karena aneksasi. Menurut KBBI, aneksasi adalah
pengambilan dengan paksa tanah (wilayah) orang (negara) lain untuk disatukan
dengan tanah (negara) sendiri. Negara Israel berdiri karena adanya pencaplokan /
penguasaan ( Anexatie ) yang dilakukan oleh Israel di daerah Palestina. Pada
tahun 1917 bangsa Yahudi hanya mendapatkan 2,5 % wilayah Palestina, pada

tahun 1947 keadaan berbalik dari sebelumnya yaitu bangsa Yahudi mendapatkan
wilayah kekuasaan yang lebih luas dibandingkan dengan bangsa Arab yang ada di
Palestina, Yahudi mendapatkan 56% wilayah Palestina Dalam pembagian
tersebut, wilayah Arab Palestina meliputi: Acre, Nazareth, Jenin, Nablus,
Ramallah, Hebron, Jalur Gaza, dan kota Pelabuhan Jaffa. Wilayah Yahudi
meliputi: Safad, Tiberias, Beisan, Haifah, Tulkarm, Ramleh, Sahara Nageb, dan
Jaffa.

Sementara

Yerussalem,

menjadi

wilayah

di

bawah


pengawasan

internasional.2 Pada tahun 2006 Israel menguasai sekitar 87% wilayah Palestina,
sedangkan Palestina hanya mendapatkan 13% wilayahnya. Hal tersebut
menjeaskan bahwa sejak tahun 1917 bangsa Yahudi (sekarang negara Israel) terus
melakukan pencaplokan wilayah (Anexatie) Palestina dengan cara gencatan
senjata dan mendirikan permukiman bagi bangsa Yahudi di Tepi Barat Palestina,
2

M. Risa Sihbudi, M. Hamdani Basyar, & Happy Bone Zulkarnaen

dan hal tersebut membuat wilayah Palestina secara de facto merupakan wilayah
kekuasaan Israel.
Perebutan wilayah yang terjadi antara Israel dan Palestina di
Palestina dilakukan dengan menggunakan gencatan senjata militer dan
peperangan. Peristiwa tersebut dapat dianalisis menggunakan perspektif neorealisme. Perspektif neo-realisme adalah perspektif yang dicetuskan oleh Kenneth
Waltz tahun 1979 dalam bukunya Theory of International Politics. Neo- realisme
disebut juga sebagai real politics, yaitu keadaan politik yang sebenarnya terjadi.
Berbicara mengenai perspektif neo – realisme, artinya kita berbicara bahwa
negara bersifat egois dan selalu melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang

dia inginkan. Dalam perspektif neo-realisme membicarakan masalah how to
survive, negara sebagai aktor utama dalam sistem politik akan melakukan segala
cara untuk selalu utuh dan tidak hilang di mata dunia, serta

untuk

mempertahankan kekuasan dan kedaulatannya. Perspektif ini menjelaskan bahwa
hubungan internasional yang terjadi cenderung ke arah konfliktual, kerjasama
mungkin saja dapat terjadi namun hal tersebut sangatlah sulit dan sangat kecil
kemungkinkinannya. Isu politik yang dibahas dalam perspektif neo-realisme
adalah isu yang tinggi tingkatannya, yaitu mengenai kedaulatan dan keamanan
negara. Sistem internasional dalam perspektif neo-reliasme bersifat anarki,
maksudnya adalah tidak ada kedaulatan yang lebih tinggi selain negara, negara
adalah aktor utama yang dapat menjalankan semua kekuasaannya untuk mencapai
keinginannya. Perspektif neo-realisme berpendapat bahwa konsep anarki
digunakan negara untuk mencapai kepentingan dan meningkatkan powernya
sehingga negara tersebut dapat mempertahankan eksistensinya dalam hubungan
internasional.3 Kekuatan militer merupakan pusat dari kekuatan negara, kekuatan
militer digunakan untuk mendapatkan keinginan negara melalui kekerasan,
perang, dan gencatan senjata. Selain itu, dalam dalam hubungan internasional

menurut perspektif neo- realis tidak terlalu membutuhkan rezim dan institusi
karena kedua hal tersebut tidak memiliki kekuatan yang kuat untuk menghukum
negara- negara yang melanggar suatu perjanjian dan peraturan.

3

Dugis, Vinsensio. Inter-paradigm Debate: Neorealism vs Neoliberalism. 2013

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dianalisis bahwa Israel dan Palestina
menganut pandangan neo-realisme yang memegang prinsip how to survive dalam
menjalankan keinginan negaranya, mereka menggunakan kekuatan militer dan
alat-alat perang lainnya. Kekuatan militer yang dimiliki oleh Israel adalah zionis,
gerakan zionisme muncul pada akhir abad ke 19 yang dipelopori oleh Dr.
Theodore Hertzel yang bertujuan untuk menyatukan pemeluk agama Yahudi di
seluruh dunia dan mengambil wilayah Palestina yang dulunya merupakan tanah
nenek moyang bangsa Yahudi.

Bangsa Yahudi melakukan gerakan tersebut

dengan cara kekerasan dan peperangan agar Palestina tunduk terhadap

tindakannya. Bangsa Palestina pun tidak mau kalah, ia menggunakan kekuatan
militernya untuk tetap mempertahankan wilayah dan kedaulatan negaranya.
Hamas (Harakah Al-Muqawwamah Al- Islamiyah) bekerjasama dengan kekuatan
militer untuk melawan serangan Israel. Konflik yang terjadi antara Israel dan
Palestina merupakan konflik mengenai keamanan dan kedaulatan negara, yang
pada faktanya terjadi aksi saling serang dan memperebutkan wilayah kekuasaan.
Hal tersebut tentu saja dapat membuat keamanan masing-masing negara menjadi
terganggu dan terancam akibat dari adanya kekuatan militer yang dikerahkan
dalam konflik tersebut. Konflik tersebut juga mengancam kedaulatan Negara
Palestina karena sejak tahun 1947, Israel terus - menerus mengambil dan merebut
wilayah Palestina yang menyebabkan kedaulatan Negara Palestina menjadi lemah.
Hal tersebut sangatlah sesuai dengan ciri-ciri dari perspektif neo-realisme.
Aktor utama dalam perspektif neo-realisme adalah negara, hal tersebut
sesuai dengan apa yang terjadi pada Israel dan Palestina. Aktor utama pada negara
Israel yaitu Zionis yang anggotanya terdiri dari bangsa Yahudi yang tersebar di
seluruh dunia dan kemudian bersatu melakukan gerakan zionisme. Sedangkan
aktor politik pada negara Palestina adalah HAMAS, HAMAS pada awalnya
merupakan sebuah gerakan politik anti Israel yang lambat laun berubah menjadi
sebuah partai politik pada tahun 2006. Zionis dan HAMAS merupakan aktor
politik yang dapat dikategorikan sebagai negara, karena kedua gerakan tersebut

dilandaskan atas kepentingan negara masing-masing dan berjuang demi negaranya
agar tetap utuh dan selalu ada. Dalam hubungan internasional yang terjadi, neorealis tidak terlalu membutuhkan rezim dan institusi yang berlaku, karena kedua

hal tersebut tidak memiliki kekuatan yang kuat untuk menghukum negara- negara
yang melanggar suatu perjanjian dan peraturan. Hal tersebut dapat dicerminkan
dalam sikap Palestina yang melanggar Deklarasi Balfour yang isinya mengenai
pembagian wilayah antara Arab Palestina dan bangsa Yahudi. Bangsa Arab
Palestina melanggar deklarasi tersebut karena ia tidak ingin wilayah kekuasannya
dibagi untuk bangsa Yahudi, oleh karena itu bangsa Arab Palestina melakukan
berbagai penyerangan kepada bangsa Yahudi. Selain itu, Israel dan Palestina juga
melanggar suatu peraturan yang telah dibuat oleh PBB pada tanggal 14 Mei 1948
mengenai suatu ketetapan pembagian wilayah bagi Arab Palestina dan Yahudi
Israel. Kedua negara tersebut melakukan gencatan senjata dan peperangan yang
akhirnya dimenangkan oleh bangsa Yahudi, yang mengakibatkan bangsa Yahudi
mendapatkan wilayah kekuasaan yang lebih besar daripada sebelumnya. Bangsa
Arab dan bangsa Yahudi yang memperebutkan wilayah Palestina sesuka hati
untuk melanggar suatu peraturan atau ketetapan yang telah dibuat oleh PBB,
karena tidak adanya hukuman yang dijatuhkan kepada pihak yang melanggar
peraturan tersebut.
Selain itu, dalam perspektif neo – realisme mulai munculnya suatu

kesadaran untuk melakukan hubungan kerja sama dengan negara lain, meskipun
hal tersebut sangatlah kecil kemungkinannya dan hubungan yang terjadi masih
lebih mengarah kepada konflik antarnegara, contohnya dapat kita lihat pada
Negara Palestina dan Israel. Seperti yang kita ketahui bahwa sebagian besar
penduduk Palestina adalah bangsa Arab, oleh sebab itu Negara Palestina
melakukan kerja sama dengan negara – negara Arab lainnya untuk mewujudkan
kemerdekaan Negara Palestina dan mempertahankan wilayah kekuasaannya dari
serangan Yahudi/ Israel. Walaupun Amerika Serikat merupakan salah satu dari
anggota dewan keamanan PBB, tetapi ternyata Amerika Serikat melakukan
hubungan kerja sama dengan Israel yang diberi nama AIPAC (American Israel
Public Affirs) merupakan lembaga zionis yang telah membantun Israel selama
berpuluh – puluh tahun. Selain itu, juga ada JINSA (Jewish Institute for Security
Affairs) merupakan lembaga yang dibentuk sebagai lobi persenjataan bagi Israel.
JINSA telah membantu Israel dalam hal persenjataan, oleh karena itu tidak
mengherankan apabila Israel memiliki persenjataan yang banyak dan canggih.

Kesediaan Amerika Serikat untuk bekerjasama dan membantu Yahudi Israel
dikarenakan banyak terdapatnya orang – orang Yahudi di Negara Amerika
Serikat.
KESIMPULAN
Konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel terkait dengan sengketa
wilayah kekuasaan sudah berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu. Konflik yang
banyak memakan korban jiwa ini sampai sekarang terus berlangsung dan setiap
harinya memakan korban jiwa yang menambah jumlah angka kematian. Untuk
mengakhiri konflik dan perang yang terjadi di Palestina tidaklah mudah, hal
tersebut dikarenakan terlalu kuatnya sifat egois masing – masing negara untuk
mendapatkan keinginannya dan sulit untuk mengakhiri gencatan senjata serta
mengucapkan kata damai. Menurut saya, Israel dan Palestina merupakan negara
yang menganut perspektif neo-realis, yang mana lebih mengedepankan konflik
daripada hubungan kerja sama antarnegara. PBB sebagai suatu badan perdamaian
internasional seharusnya lebih berusaha keras untuk mencari solusi yang terbaik
bagi Israel dan Palestina serta berusaha keras untuk mendamaikan konflik
tersebut. Dan kita, sebagai calon Sarjana Hubungan Internasional diharapkan
untuk belajar dengan sebaik-baiknya agar dapat berdiplomasi dengan baik untuk
mengurangi konflik yang terjadi di dunia. Sehingga, pada nantinya semakin
banyak negara yang menganut perspektif neo-liberalis yang lebih mengedepankan
hubungan kerja sama antarnegara dan dapat menciptakan dunia yang damai dan
aman.

REFERENCES
Baldwin, David A. 1993. Neorealism and Neoliberalism: The Contemporary
Debate. New York: Columbia University Press. Part 1 & II, pp. 1-142.
Dugis, Vinsensio. 2013. Inter-paradigm Debate: Neorealism vs Neoliberalism.
e-journal.uajy.ac.id/369/3/2MIH01526.pdf
Lenczowski, George. 1992. The Middle East in World Affairs. Berkeley :
University of California. terj. Drs. Asgar Bixby

Dokumen yang terkait

ANALISIS KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-BC MENGGUNAKAN BUTON GRANULAR ASPHALT (BGA) 15/20 SEBAGAI BAHAN KOMPOSISI CAMPURAN AGREGAT HALUS

14 283 23

PENGARUH KONSENTRASI TETES TEBU SEBAGAI PENYUSUN BOKASHI TERHADAP KEBERHASILAN PERTUMBUHAN SEMAI JATI (Tectona grandis Linn f) BERASAL DARI APB DAN JPP

6 162 1

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDANWANGI MALANG

37 211 19

PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH SISTOLIK PADA PENDERITA HIPERTENSI DI KLUB SENAM SASANA SUMBERSARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DINOYO MALANG

34 239 24

OPTIMASI SEDIAAN KRIM SERBUK DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN BASIS VANISHING CREAM

57 260 22

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SEBAGAI ADJUVAN TERAPI CAPTOPRIL TERHADAP KADAR RENIN PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI

37 251 30

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA MEREK AIR MINUM MINERAL "AQUA-versus-INDOQUALITY" (Studi Putusan Mahkamah Agung RI No. 04.PK/N/HaKI/2004)

2 65 91

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18