MAKALAH PENDIDIKAN KARAKTER . docx

MAKALAH
NILAI-NILAI KARAKTER
Dosen Pembimbing :
Drs. H. Subakir, M.M

Oleh:

1. Chardyla Via Abriana

12-160-0096

2.

David Wahyu S.

12-160-0097

3.

Ika Puspitasari


12-160-0084

4.

Ika Hariyani

12-160-0071

5.

Kevin

12-160-0106

PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
2013

LEMBAR PERSETUJUAN


Makalah ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Pendidikan Karakter pada :
Tanggal :....................................................

Dosen Pembimbing

Drs. H. Subakir, M.M

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat,
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis diberikan kemudahan dan kelancaran dalam
menyelesaikan makalah yang berjudul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER”.
Makalah ini disusun guna memenuhi kelengkapan tugas pelaksanaan pendidikan
karakter. Dengan tersusunnya makalah ini adalah berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1. Drs. H. Subakir, M.M , selaku dosen pembimbing pelaksanaan pendidikan karakter di
Fakultas Ekonomi.
2. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan doa dan motivasi.
3. Serta kepada teman-teman Jurusan Akuntansi 2012
Dengan disusunnya makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

berbagai pihak yang membutuhkannya. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan pembuatan makalah ini untuk masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Surabaya, 10 Juni 2013
Tim penyusun,

Kelompok 2

BAB I
PENDAHULUAN

Ketika bangsa Indonesia bersepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, para bapak pendiri bangsa menyadari bahwa paling
tidak ada tiga tantangan besar yang harus dihadapi. Pertama, adalah mendirikan negara yang
bersatu dan berdaulat, kedua adalah membangun bangsa dan yang ketiga adalah membangun
karakter. Ketiga hal tersebut secara jelas tampak dalam konsep negara bangsa dan
pembangunan karakter bangsa. Pada implementasinya kemudian upaya mendirikan negara
lebih cepat jia dibandingkan dengan upaya untuk membangun bangsa dan membangun

karakter. Kedua hal terakhr itu terbukti harus diupayakan terus-menerus, tidak boleh putus
sepanjang sejarah kehidupan bangsa I ndonesia.
Di Indonesia pelaksanaan pendidikan karakter saat ini memang dirasakan mendesak.
Pendidikan karakter di Indonesia dirasakan amat perlu pengembangannya bila mengingat
makin meningkatnya tawuran antar-pelajar, serta bentuk-bentuk kenakalan remaja lainnya
terutama di kota-kota besar, pemerasan/kekerasan (bullying), fenomena suporter bonek,
penggunaan narkoba, dan lain-lain. Bahkan yang paling memprihatinkan, keinginan untuk
membangun sifat jujur pada anak-anak melalui Kantin Kejujuran yang bangkrut karena
belum bangkitnya sikap jujur pada anak-anak.
Mengapa pendidikan belum mampu mengubah perilaku warga bangsa menjadi lebih
baik? Mengapa kejujuran, komitmen, keuletan dan kerja keras seolah lepas dari persoalan
pendidikan? Kini kita semua bertanya ulang: bagaimana karakter bangsa ini? Bagaimana
masa depan bangsa Indonesia jika generasi penerusnya tidak memiliki karakter yang kuat dan
jati diri?
Demikianlah, tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan karakter dewasa ini semakin
penting dan mendesak karena berbagai situasi yang dihadapi bangsa dan negara. Pengaruh
globalisasi yang menawarkan sesuatu yang baik seperti keunggulan dan kemandirian juga
memberikan banyak dampak negatif. Makin berkembang marak nilai-nilai seperti seks bebas,
penyalahgunaan narkoba, kekerasan yang tidak lagi melihat perlunya keimanan dan


ketakwaan. Sementara itu terjadi kemerosotan karakter kolektif sehingga banyak timbul
perkelahian

antar-suku,

antar-desa,

antar-pemeluk

agama,

antar-ras,

menonjolkan

kepentingan kelompok, golongan dan partai.
Kemudian muncul pertanyaan, lalu bagaimana implementasi pendidikan karakter di
Indonesia? Pendidikan karakter secara formal berlangsung pada lembaga pendidikan TK/RA,
SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMA/MAK dan perguruan tinggi. Dalam pendidikan
nonformal pendidikan karakter berlangsung pada lembaga kursus, pendidikan kesetaraan, dan

kegiatan ekstrakurikuler, penciptaan budaya lembaga dan pembiasaan. Dalam pendidikan
informal pendidikan karakter berlangsung dalam keluarga yang dilakukan oleh orangtua dan
orang dewasa di dalam keluarga terhadap anak-anak yang menjadi tanggung jawabnya.

BAB II
PEMBAHASAN
Nilai Jujur :
1.

Ika Hariyani / 12-160-0071
JUJUR adalah sifat terpuji. Secara naluri, semua orang suka kejujuran. Namun,
secara aplikasi, tidak semua orang bisa berlaku jujur. Menyerukan kejujuran harus
butuh bukti dalam kehidupan nyata.Selain itu, menjadikan jujur sebagai karakter yang
mengakar di hati, juga menjadi syarat akan kebenaran kejujuran seseorang. Belum bisa
disebut orang jujur, manakala tiga komponen ini, hati, lisan, dan perbuatan, belum
bersatu-padu dalam diri seseorang, atau dengan bahasa lain masih parsial, dekotomi.
Terkadang ada orang yang jujur hatinya saja, namun lisannya belum mampu
mengucapkannya. Atau, lisannya yang mampu berkata jujur, tapi perbuatannya belum
bisa membenarkannya.Ada pula, sekedar perbuatannya yang sepertinya melakukan
kejujuran, tapi hati dan lisannya mengingkari itu semua.Tentu perilaku macam ini, yang

memisahkan antar komponen tersebut tidak dibenarkan dalam konsep kejujuran.Dan
realitas di lapangan, khususnya di negeri kita, justru mal praktek macam ini yang malah
menyeruak di tengah-tengah lapisan masyarakat, baik itu rakyat jelata, atau pun para
pemimpinnya.Mulai dari pengusaha, hingga bawahan-bawahannya.
Referensi : H. Mansyur Ramly, Prof. Dr. Panduan Pendidikan karakter Bangsa di
terbitkan pendidikan nasional Badan penelitian pengembangan Pusat kurikulum 2010.

Nilai Kedisiplinan
1.

Chardyla Via Abriana 12-160-0096
Aburizal Bakrie yang berbasiskan dari keluarga entrepreneur, merupakan sosok
yang telah terlatih sejak kecil mengenai disiplin. Aburizal Bakrie membagi ilmu tentang
disiplinnya, bahwa “Satu hal dari kecil, saya dididik menjadi seorang yang disiplin
khususnya disiplin pada waktu, jadi dari kecil saya itu selalu diatur per setengah jam,
satu hari selalu terbagi. Aktivitas itu selalu saya lakukan dari SD, SMP, SMA, kemudian
mahasiswa sampai sekarang juga begitu.”
Kedisiplinan itulah yang sekiranya membuat Aburizal Bakrie berhasil. Banyak
kiranya manusia di dunia yan memiliki talenta, kompeteni, namun tidak memiliki
disiplin. Keberhasilannya dalam mengelola perusahaan dari berbagai varian produ,

perannya di kursi kementerian, dalam berkeluarga, ataupun sebagai pemimpin Partai
Golkar.
Sumber Referensi :
Aburizal Bakrie, Partai Golkar.

2. David Wahyu S. / 12-160-0097
Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku yang menunjukan nilai – nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
keteraturan dan ketertiban.
Kedisiplinan dalam proses pendidikan sangat diperlukan karena bukan hanya
untuk menjaga kondisi suasana belajar dan mengajar berjalan dengan lancar, tetapi juga
untuk menciptakan pribadi yang kuat bagi setiap mahasiswa.
Manfaat kedisiplinan adalah membuat siswa menjadi lebih tertib dan teratur
dalam menjalankan kehidupannya, serta siswa juga dapat mengerti bahwa kedisiplinan
itu amat sangat penting bagi masa depannya kelak, karena dapat membangun kepribadian
siswa yang kokoh dan bisa diharapkan berguna bagi semua pihak.
Dalam pelaksanaan disiplin, harus berdasarkan dari dalam diri mahasiswa.
Karena tanpa sikap kesadaran dari diri sendiri, maka apapun usaha yang dilakukan oleh
orang di sekitarnya hanya akan sia-sia. Berikut ini adalah pelaksanaan kedisiplinan di
lingkungan kampus.


Sumber Referensi :
Srijanto, Djarot, Waspodo Eling, Mulyadi. 1994. Tata Negara Sekolah Menengah
Umum. Surakarta: PT. Pabelan.

3. Kevin / 12-160-0106
Disiplin karyawan adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan
mentaati norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya. Disiplin karyawan yang baik
akan mempercepat tujuan perusahaan, sedangkan disiplin yang merosot akan menjadi
penghalang dan memperlambat pencapaian tujuan perusahaan.
Disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri karyawan
terhadap peraturan dan ketentuan perusahaan.
Bentuk disiplin yang baik akan tercemin pada suasana, yaitu:
1.

Tingginya rasa kepedulian karyawan terhadap pencapaian tujuan perusahaan

2.

Tinggi semangat dan gairah kerja dan inisiatif para karyawan dalam melakukan


pekerjaan
3.

Besarnya rasa tanggung jawab para karyawan untuk melaksanakan tugas dengan

sebaik-baiknya
4.

Berkembangnya rasa memiliki dan solidaritas yang tinggi di kalangan karyawan

5.

Meningkatnya efisiensi dan produktivitas kerja para karyawan
Latainer (dalam Soeiono, 1995), mengartikan disiplin sebagai suatu kekuatan yang

berkembang di dalam tubuh karyawan dan menyebabkan karyawan dapat menyesuaikan diri
dengan sukarela pada keputusan, peraturan, dan nilai-nilai tinggi dari pekerjaan dan perilaku.
Bagi Beach (dalam Siagian, 2002), disiplin mempunyai dua pengertian. Arti yang
pertama, melibatkan belajar atau mencetak perilaku dengan menerapkan imbalan atau

hukuman. Arti yang kedua lebih sempit lagi, yaitu disiplin ini hanya bertalian dengan
tindakan hukuman terhadap pelaku kesalahan.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan
disiplin adalah sikap hormat terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan, yang ada dalam
diri karyawan, yang menyebabkan iadapat menyesuaukan diri dengan sukarela pada
peraturan dan ketetapan perusahaan.

Sumber Referensi :
Gomes, Faustino Cardoso. 2003. Manajemen Sumber Daya. Yogyakarta.
4.

Ika Puspitasari / 12-160-0084

Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.

Nilai Kerja Keras
1.

Chardyla Via / 12-160-0096
Kerja keras bagi seorang muslim adalah tuntutan yang baik demi menggapai
indahnya kehidupan di dunia. Tanpa kerja keras hidup akan terasa sia-sia. Kerja keras
adalah suatu hal dimana tekad dan usaha yang terus menerus dilakukan tanpa mengenal
lelah. Karakter ini melekat erat pada sosok Nabi besar kita, yaitu Nabi Muhammad
SAW. Bagaimana tidak, beliau adalah panutan bagi kaum Islam dalam membangun
kehidupan manusia yang mulia, terarah dan teratur. Beliau melepas belenggu dalam jiwa
manusia yang terancam oleh kaum-kaum yang tidak memiliki hati nurani. Salah satu hal
yang masih teringat jelas dalam benak kita adalah ketika beliau mencoba membaca setiap
wahyunya, padahal saat itu beliau belum bisa membaca ayat-ayat Al-Quran, tetapi
dengan kerja kerasnya, beliau mampu melewatinya. Hingga pada akhirny, beliau menjadi
sosok pemimpin besar yang dimiliki oleh dunia.
Sumber Referensi :
Nabi Muhammad SAW, pemimpin dan pengaruh umat Islam.

2.

Ika Hariyani / 12-160-0071
Kerja keras adalah usaha maksimal untuk memenuhi keperluan hidup di dunia
dan di akhirat disertai sikap optimis. Setiap orang wajib berikhtiar maksimal untuk
memenuhi kebutuhan hidup di dunia dan akhirat. Kebutuhan hidup manusia baik jasmani
maupun rohani harus terpenuhi. Kebutuhan jasmani antara lain makan, pakaian dan
tempa tinggal sedangkan kebutuhan rohani diantaranya ilmu pengetahuan dan nasehat.
Kebutuhan itu akan diperoleh dengan syarat apabila manusia mau bekerja keras dan
berdo’a maka Allah pasti akan memberikan nikmat dan rizki-Nya.
Bekerja atau berikhtiar merupakan kewajiban semua manusia. Karena itu untuk
mencapai tujuan hidup manusia harus bekerja keras terlebih dahulu. Dalam lingkup
belajar, kerja keras sangat diperlukan sebab belajar merupakan proses ang membutuhkan
waktu. Orang akan sukses apabila ia giat belajar, tidak bermalas-malasan, maka setiap
manusia haruslah mengusahakan untuk kehidupannya, tidak sekedar menunggu rizki dari
Allah dengan berpangku tangan saja.
Adapun apabila manusia bekerja keras maka akan memperoleh beberapa manfaat
antara lain: mendatangkan pahala karena bekerja keras merupakan ibadah kepada Allah

swt, meningkatkan kesejahteraan dan mewujudkan cita-cita atau tujuan hidup.
Sumber Referensi :
Manfaat Pembelajaran Multimodel bagi Pencapaian Kompetensi Anak.

Nilai Peduli Lingkungan
1.

Kevin / 12-160-0106
Dalam Islam kita sangat dianjurkan untu peduli pada lingkungan alam sekitar
kita, demi menjaga keseimbangan dan kelestariannya dan mencegah kerusakan. Untuk
itu Allah menjanjikan pahala bagi orang yang mengelola lingkungan dan menanam
tanaman agar orang Islam lebih semangat untuk mengelolanya dengan imbalan pahala
sadaqah bagi yang menananam pohon walaupun belum tentu buah dari pohon itu ataupun
pohon itu sendiri dimakan oleh manusia atau mahluk –mahluk Allah yang lain dan Allah
juga memberi pahala bagi yang mengelola tanah .
Alangkah indahnya alam ini jika tanaman –tanaman tetap hijau dan lestari hanya
kepada Allah kita tujukan puji dan syukur kita atas nikmatNya yang teramat besar berupa
alam semesta yang lengkap dengan berbagai mamfaatnya bagi umat manusia .
Dengan adanya alam yang nyaman, maka umat manusia dapat menikmatinya
dengan menghirup udara yang segar di sekeliling kenyamanan alam itu, Islam
mengajarkan kita agar melestarikan alam dan jangan sekali- kali merusak alam
lingkungan.
Sumber Referensi :
Alalbani, Muhammad Nashiruddin. Muhtasar Shahih Muslim. Buku I, terj. KMCP imran
rasadi Sag. (pustaka azzam )

Nilai Cinta Tanah Air
1.

David Wahyu S. / 12-160-0097
Apa sebenarnya pengertian Cinta Tanah Air itu?. Perasaan cinta sebenarnya
mengandung unsur kasih dan sayang terhadap sesuatu. Kemudian, dalam diri akan
tumbuh suatu kemauan untuk merawat, memlihara dan melindunginya dari segala
bahaya yang mengancam. Cinta tanah air berarti rela berkorban untuk tanah air dan
membela dari segala macam ancaman dan gangguan yang datang dari bangsa manapun.
Para pahlawan telah membuktikan cintanya kepada tanah airnya yaitu tanah air
Indonesia. Mereka tidak rela Indonesia diinjak-injak oleh kaum penjajah. Mereka tidak
ingin negerinya dijajah, dirampas atau diperas oleh bangsa penjajah. Mereka berani
mengorbangkan nyawanya demi membela tanah air Indonesia.
Cinta tanah air adalah perasaan yang timbul dari dalam hati sanubari seorang
warga Negara, untuk mengabdi, memelihara, membela, melindungi tanah airnya dari
segala ancaman dan gangguan. Definisi lain mengatakan bahwa Rasa cinta tanah air
adalah rasa kebanggaan, rasa memiliki, rasa menghargai, rasa menghormati dan loyalitas
yang dimiliki oleh setiap individu pada negara tempat ia tinggal yang tercermin dari
perilaku membela tanah airnya, menjaga dan melindungi tanah airnya, rela berkorban
demi kepentingan bangsa dan negaranya, mencintai adat atau budaya yang ada
dinegaranya dengan melestarikannya dan melestarikan alam dan lingkungan.
Sebagai seorang pelajar kita tetap dapat menunjukkan sikap cinta tanah air yaitu
diantaranya ; belajar dengan tekun hingga kita juga dapat ikut mengabdi dan membangun
negera kita agar tidak ketinggalan dari bangsa lain, menjaga kelestarian lingkungan,
tidak memilih-memilih teman, berbakti pada nusa dan bangsa, berbakti pada orang tua
(Ibu, Bapak, Guru).
Perilaku cinta tanah air dapat diwujudkan dalam berbagai
bentuk,

diantaranya

memelihara

persatuan

dan

kesatuan

dan

menyumbangkan pengetahuan dan keterampilan yang di miliki untuk
membangun Negara.
Sumber Referensi :
Suryabrata, S. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta : CV. Rajawali.
2. Chardyla Via / 12-160-0096
Cinta tanah air adalah perasaan cinta terhadap bangsa dan negaranya sendiri.
Usaha membela bangsa dari serangan penjajahan. Cinta tanah air merupakan pengalaman

dan wujud dari sila Persatuan Indonesia yang dapat diwujudkan dalam kehidupan seharihari di keluarga, sekolah dan masyarakat.
Salah satu maestro handal yang dimiliki oleh Indonesia adalah Gesang atau
lengkapnya Gesang Martohartono. Beliau adalah seorang penyanyi dan pencipta lagu
asal Indonesia. Beliau terkenal lewat lagunya Bengawan Solo yang terkenal di Asia,
terutama Indonesia dan Jepang. Lagu Bengawan Solo ciptaannya telah diterjemahkan
setidaknya ke dalam 13 bahasa. Kekaguman atas sungai Bengawan Solo yang membuat
beliau terinspirasi untuk membuat lagu dan akhirnya dikenal oleh seluruh negara.
Sebagai bentuk penghargaan atas jasanya terhadap perkembangan musik keroncong,
pada tahun 1983 Jepang mendirikan Taman Gesang di dekat Bengawan Solo.
Sumber Referensi :
Gesang Martohartono, penyanyi dan pencipta lagu.

Nilai Mandiri
1.

Chardyla Via / 12-160-0096
Pribadi mandiri adalah pribadi yang berani, mau belajar dan mau berlatih berdasarkan
pengalaman yang pernah ia miliki sebelumnya. Pribadi ini dimiliki leh presiden RI ke-6
yaitu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Beliau adalah tokoh Indonesia yang
memiliki latar belakang sangat baik. Perjalanan hidupnya dimulai dengan ketekunan dan
tidak menggantungkan hidupnya pada orang tua. Kemauannya menjadi seorang
pemimpin terlihat sejak duduk di bangku SMA. Beliau selalu belajar bagaimana menjadi
orang yang independen dan selalu disiplin.
Jabatan yang dimiliki oleh ayahnya tidak lantas membuatnya terlena. Beliau berusaha
keras bagaimana menjadi seseorang yang cerdas. Saat itu cita-citanya yang ingin menjadi
seorang prajurit sempat terpendamkan karena belum bisa diraih. Kemudian beliau
melanjutkan belajar di ITS mengambil jurusan teknik mesin. Akhirnya setelah mencoba
kembali, beliau bisa diterima di Akademi Militer yang sekarang dikenal dengan nama
AKABRI. Berkat kemandiriannya inilah, beliau mendapat banyak penghargaan baik di
bidang militer maupun bidang pemerintahan.
Sumber Referensi :
Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden RI ke-6.

2.

Ika Puspitasari / 12-160-0084
Kemandirian berarti hal atau keadaan seseorang yang dapat berdiri sendiri tanpa
bergantung pada orang lain. Faktor yang menjadi prasyarat bagi kemandirian yaitu
disiplin dan komitmen terhadap kelompok. Oleh sebab itu, individu yang mandiri adalah
individu yang berani mengambil keputusan yang dilandasi oleh pemahaman akan segala
konsekuensi dari tindakannya, sehingga kemandirian merupakan suatu kekuatan internal
individu yang diperoleh melalaui proses individualisasi, yaitu proses realisasi.
Sumber Referensi :
Bahara, 2008.

Nilai Kreatif
1. Ika Hariyani / 12-160-0071
Survey yang dilakukan oleh Kay (2006) tentang expectation from industry,
melaporkan bahwa skill yang dibutuhkan sebagai kekuatan untuk menunjang kesuksesan
dunia kerja pada lima tahun ke depan adalah critical thingking (78%), IT (77 %),
Collaboration (74%), inovation (74%), health and weallness (76%), personal financial
responsibility (72%), Diversity (67%), Entrepreneurial skill (61%), understanding u.s.
economic issues in global economy (61%). Data tersebut menunjukkan pentingnya
pengembangan kemampuan berpikir kritis, serta soft skill lainnya bagi anak sebagai
bekal hidup. Hasil survey tersebut juga menunjukkan skill-skill dominan yang menjadi
basic competence bagi kebutuhan kerja dalam dunia industria di abad ke-21 ini.
Di dalam kurikulum pendidikan nasional, sebuah kompetensi dapat dicapai
melalui tiga indikator, yakni pengetahuan, keterampilan dan sikap. Artinya, bahwa anak
belajar dengan subject, supaya menjadi tahu, dapat melakukan dan menjadi perilaku
yang tercermin dalam keseharian hidup.
Belajar berarti melakukan proses berpikir. Belajar tidak cukup hanya sekedar
tahu, menguasai ilmu dan menghafal semua teori yang dihasilkan orang lain. Dengan
demikian, pembelajaran hendaknya melatih anak mengembangkan kemampuan berpikir
(thinking skills). Anak harus dilatih untuk berpikir kritis terhadap setiap fakta yang
ditemukan. Cermat dalam menemukan masalah dan kreatif dalam menggagas solusi
penyelesaiannya.
Untuk dapat membentuk karakter kreatif pada diri anak, maka pembelajaran
perlu melatih menemukan masalah. Di dalam proses penemuan masalah anak dapat
melakukan eksplorasi fakta, mengidentifikasi pola-pola atau hubungan antara situasi
yang tidak terkait secara jelas, serta dapat menggunakan pertimbangan yang kreatif,
konseptual atau induktif. Selanjutnya anak hendaknya dilatih mencari solusi kreatif dan
mewujudkannya dalam sebuah karya produktif. Jadi belajar membuat anak berlatih
menjadi produsen.
Siklus belajar secara berkesinambungan. Siklus belajar yang dikembangkan

dalam sebuah sistem pembelajaran menentukan terbentuknya karakter yang diharapkan
pada diri anak. Karakter berpikir yang kreatif dan membebaskan dapat menjadi modal
utama bagi anak untuk menjadi manusia mandiri dalam kehidupan masa depan yang
kompetitif. Proses pembelajaran yang inovatif, membiasakan anak belajar dan bekerja

terpola dan sistematis, baik secara individual maupun kelompok dengan lingkungan yang
menyediakan ruang bagi anak untuk berkreasi dan mencipta.
Sumber Referensi :
Pembelajaran Kreatif, dituliskan pada Oktober 28, 2009.
2.

Kevin / 12-160-0106
Menurut kamus besar indonesia, kreatif diartikan: "memiliki daya cipta atau
memiliki kemampuan untuk menciptakan". Menurut munandar, utami (1999) kreatif
adalah menemukan, menggabungkan, membangun, mengarang, mendesain, merancang,
mengubah ataupun menambah.
Dalam perspektif islam, kreatif dapat diartikan sebagai kesadaran keimanan
seseorang, untuk menggunakan keseluruhan daya dan kemampuan diri yang dimiliki
sebagai wujud syukur akan nikmat Allah, guna menghasilkan sesuatu yang terbaik dan
bermanfat bagi kehidupan sebagai wujud pengabdian yang tulus kehadirat Allah AWT

Sumber Referensi :
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/psikologiumum/kreativitas.

3.

Nilai Tanggug Jawab
1.

David Wahyu S. / 12-160-0097
Tanggung Jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya
yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung Jawab juga berarti berbuat
sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Anda seorang mahasiswa, kewajiban anda adalah belajar. Bila anda belajar maka
hal itu berarti anda telah memenuhi kawajuban anda. Berarti pula anda telah bertanggung
jawab atas kewajiban anda. Sudah tentu, bagaimana kegiatan belajar anda, itulah kadar
pertanggung jawaban anda. Bila pada ujian anda mendapat nilai C, atau B maka nilai C
atau B kadar pertanggung jawaban anda.
Anda malas belajar, dan anda sadar akan hal itu. Tetapi anda tetap tidak mau
belajar dengan alasan capek, segan, dan lain-lain. Pada hal anda menghadai ujian. Itu
berarti bahwa anda tidak memenuhi kewajiban anda, berarti pula anda tidak bertanggung
jawab.
Lain lagi masalahnya apabila anda diberi tugas oleh ayah anda untuk membelikan
buku bagi adik anda. Anda tidak membeli buku dan uangnya anda belikab kaset dengan
lagu-lagu baru. Anda sadar akan hal itu. Kaset itu diberikan kepada adik anda. Adik anda
senang sekali. Anda tidak melapor juga kapada ayah anda. Perbuatan itu menunjukkan
bahwa anda tidak bertanggung jawab, meskipun adik anda lebih senang dengan kaset
lagu baru tersebut.
Berdasarkan pada pemikiran bahwa tindakan ataupun perbuatannya setiap manusia,
tidak berdiri sendiri, dalam arti pasti berakibat sesuatu. Maka apabila terjadi sesuatu
sudah barang tentu seseorang yang dibebani tanggung jawab tersebut wajib bertanggung
jawab atas segala sesuatunya tadi. Dan karena manusia tidak dapat berdiri sendiri, maka
seseorang baru dikatakan bertanggung jawab apabila sadar kalau apa yang dilakukan
berdasarkan norma-norma umum yang berlaku.
Sumber Referensi :
Hartono, dkk. 1991. ILMU BUDAYA DASAR: Untuk Pegangan Mahasiswa. Surabaya :
PT. Bina Ilmu.
Suyadi. Buku Materi Pokok Ilmu Budaya Dasar. Depdikbud U.T. 1984-1985, I

2.

Ika Puspitasari / 12-160-0084
Tanggung jawab berarti memiliki tugas untuk menyelesaikan sesuatu dan diminta
pertanggungjawaban atas hasil kerjanya. Anak-anak sebaiknya tumbuh dengan
pengalaman, tanggung jawab yang sesuai dan terus meningkat. Misalnya anak-anak
diberi tanggung jawab yang dimulai dengan tanggung jawab untuk mengurus dirinya
sendiri. Anak-anak yang diberi tanggung jawab sesuai dengan usianya akan merasa
dipercaya, berkompeten dan dihargai.

Nilai Toleransi
1.

Ika puspitasari / 121600084
Adapun salah satu bentuk toleransi dalam Islam adalah menghormati keyakinan
orang lain. Islam menghormati umat Yahudi yang beribadah di hari Sabtu dan sama
halnya kepada umat Kristen yang beribadah ke gereja pada hari Minggu. Toleransi
dalam Islam pun telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana
diriwayatkan oleh al-Bukhari bahwa suatu ketika ada jenazah orang Yahudi melintas di
tepi nabi Muhammad SAW dan para sahabat, seketika itu pula Nabi Muhammad SAW
berhenti dan berdiri. Kemudian salah satu sahabat berkata : Kenapa engkau berhenti Ya
Rasulullah?, sedangkan itu adalah jenazah orang Yahudi. Nabi pun berkata :
Bukankah dia juga manusia? Hadits ini menunjukkan bahwa toleransi dalam perspektif
Islam berlaku kepada semua manusia tanpa terkecuali, termasuk kepada orang yang
beda agama. Namun, yang perlu ditekankan lagi ialah bentuk kemudahan dalam
bermualamah bukan pemaksaan dalam hal keyakinan. Prinsip ini tercermin dalam
sejarah Islam, ketika itu nabi Muhammad SAW mengutus Mu’adz dan Abu Musa untuk
pergi ke Yaman. Salah satu nasehat Nabi kepada mereka berdua ialah “mudahkanlah
dan jangan kalian mempersulit”.
Sumber Referensi :
Hery Wibowo. 2010. Psikologi untuk pengembangan diri. Bandung: Widya.