review makalah Dan filsafat indonesia

Nama: Muntadhar
Prodi/Konsentrasi : Manajemen Pendidikan Islam
Kelas : MPI-A
Semester : I
Resume Makalah
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
MATERI
Manusia, Alam dan Tuhan dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam
1. Hakikat dan Kedudukan Manusia
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh
Allah swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi
fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka bumi ini. Al-Quran
menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.
Tujuan dan fungsi penciptaan manusia dapat diklasifikasikan kepada dua,
yaitu; sebagai khalifah; dan ‘abd (pengabdi Allah). Manusia itu terdiri dari 3
unsur yakni
-

Jasmani; terdiri atas air, kapur, angin, api dan tanah.

-


Ruh; Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan
jasmani saja.

-

Jiwa (an nafsun/rasa dan perasaan); Manusia memiliki fitrah dalam arti
potensi yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke
dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di kelompokkan pada dua
hal yaitu potensi fisik dan potensi rohania.

Jadi, hakekat manusia harus dilihat pada tahapannya nafs, keakuan, diri,
ego dimana pada tahap ini semua unsur membentuk keatuan diri yang aktual,
kekinian dan dinamik, dan aktualisasi kekinian yang dinamik yang bearada dalam
perbuatan dan amalnya. Secara subtansial dan moral manusia lebih jelek dari pada
iblis, tetapi secara konseptual manusia lebih baik karena manusia memiliki
kemampuan kreatif. Tahapan nafs hakekat manusia ditentukan oleh amal, karya
dan perbuatannya, sedangkan pada ke tauhid hakekat manusia dan fungsinya

manusia sebagai ‘adb dan khalifah dan kekasatuan aktualisasi sebagai kesatuan

jasad dan ruh yang membentuk pada tahapan nafs secara actual.
Manusia yang melakukan refleksi menyadari bahwa ia mahluk yang
berdimensional dan bersifat unik. Manusia menjadikan ia yang bertanggungjawab
pada eksistensinya yang berbagai macam dimensi tersebut. Manusia dalam
eksistensinya sebagai al-insan, al-basyar, ‘abdullah, annas, dan khalifah.
Manusia dalam eksistensi tersebut dikarenakan potensi yang berada dalam diri
manusia seperti intelektual, bilogis, spiritual, sosial dan estetika. Sifat dari
manusia tersebut adalah mahluk yang bebas berkreatif dan mahluk bersejarah
dengan diliputi oleh nilai-nilai trasendensi yang selalu menuju kesempurnaan. Hal
tersebut menjadikan manusia yang memiliki sifat dan karaktersistik profetik.
Pembebasan yang dilakukan oleh manusia adalah pembebasan manusia dari
korban penindasan sosialnya dan pembebasan dari alienasi antara eksistensi dan
esensinya sehingga manusia menjadi diri sendiri, tidak menjadi budak orang lain.
Manusia yang bereksistensi dalam kelima tersebut menjadikan ia sebagai mahluk
pengganti Tuhan dan menjalankan tugas Tuhan dalam memakmurkan bumi.
2. Eksistensi Pendidikan dalam Pengembangan Fitrah Kemanusiaan
Secara etimologi berasal dari kosa kata bahasa Arab yakni fa-tha-ra yang
berarti “kejadian”, oleh karena kata fitrah itu berasal dari kata kerja yang berarti
menjadikan. Dalil yang menerangkan dalam surat ar-Rum ayat 30, artinya: Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah

Allah yang telah menciptakan (fathara) manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.
Pandangan Islam tentang manusia, antara lain pertama, konsep Islam
tentang manusia, khususnya anak sebagai subjek didik. Kedua, peranan
pendidikan atau pengarah perkembangan. Ketiga, profil manusia muslim dan
keempat, metodologi pendidikan.
3. Hubungan Manusia, Alam dan Tuhan

Pengertian manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa
manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti
berpikir, berakal budi atau makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Secara
istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan
atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Secara biologi,
manusia diartikan sebagai sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang
dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain alinsaan, al-naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka,
senang, jinak, ramah, atau makhluk yang sering lupa. naas berarti manusia
(jama’). abd berarti manusia sebagai hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak
Adam karena berasal dari keturunan nabi Adam.

Namun dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah
makhluk yang paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh
petunjuk kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.
Hablun minan naas, hablun minal alamin dan hablum min Allah. Suatu
keterikatan yang saling berhubungan satu sama lain. Allah adalah Pencipta segala
sesuatu. Dia menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baik kejadian dan
menganugerahkan kedudukan terhormat kepada manusia di hadapan ciptaan-Nya
yang lain.
Dalam literatur yang lain, ketiga konsep tersebut sering digambarkan
dalam hubungan manusia secara vertical dan horizontal. Hubungan vertical yaitu
hubungan

manusia

dengan

Tuhan

yang


menciptakannya.

Hal

ini

dapatdigambarkan dengan kelemahan manusia dan keinginan untuk mengabdi
kepada yang lebihagung. Manusia yang lemah memerlukan pelindung dan tempat
mengadu segala permasalahan.Terkadang memang permasalahan yang tidak pelik
mudah dan dapat diselesaikan oleh manusiasendiri. Namun, tak jarang persoalan
himpitan hidup, rasa putus asa, hilangnya harapan dan lainsebagainya tak
mungkin diselesaikan sendiri. Maka ia butuh sesuatu yang sempurna, yaituTuhan.
Tempat mengadu segala persoalan hidup. Tanpa-Nya, manusia bisa jadi
kehilangan arahdan tujuan hidup.

Hubungan horizontal yaitu hubungan antar sesama manusia. Antara
seorang dengan yang lainya.Unit terkecil dalam hubungan antar manusia adalah
keluarga, kemudia masyarakat baru sesamapenduduk negri serta mendunia.
Hubungan sesama perlu dijaga karena manusia adalah makhluk social.
4. Hubungan Manusia, filsafat dan Pendidikan

-

Hubungan Manusia dengan Filsafat
Antara manusia dan dunia terjalin hubungan yang sangat mesra. Tanpa

manusia kita tidak bisa membayangkan kata “dunia” sekalipun bisa lahir, karena
“dunia” merupakan penanda yang sifatnya manusiawi terhadap petanda dunia riil
yang berada diluar manusia, walaupun begitu penanda ini takkan bisa berhasil
mewakili referensi objektifnya dengan transparan, selalu ada distorsi makna.
Tanpa dunia manusia tidak akan ada, karena dunia merupakan rahim eksistensi
manusia. Dunia membuat manusia menubuh, sekaligus panggung untuk
menampakkan daya ruhaninya.
Filsafat ada untuk membantu manusia memaknai dirinya dan dunianya.
Filsafat akan terus menerus melahirkan pertanyaan-pertanyaan untuk mendeteksi
kemungkinan-kemungkinan pemaknaan yang tiada batasnya. Kemungkinankemungkinan pemaknaan ini merupakan cermin bagi kemungkinan-kemungkinan
cara mengada dari manusia.
-

Hubungan Manusia dengan Pendidikan
Pada hakekatnya manusia adalah sebagai mahluk pribadi, sosial dan


mahluk Tuhan. Proses hidup manusia adalah proses perkembangan berada dan
berlangsung di dalam masyarakat, oleh karena itu manusia adalah mahluk yang
memiliki masa belajar yang panjang. Anak adalah mahluk unik yaitu berbeda satu
dengan yang lain dan berkembang secara fisik, sosial mental maupun emosional,
perkembanganya bersifat holistik dan memiliki kesiapan belajar hasil dari
pengalaman dan kematangan.
Kebutuhan anak akan pendidikan muncul dari kondisi eksistensi manusia
sebagai mahluk pribadi, sosial dan mahluk Tuhan. Kesenjangan yang ada pada
anak mereka akan menyesuaikan, mengembangkan dan merealisasikan diri karena

kebutuhan. Pendidikan adalah proses membantu anak agar berkembang secara
optimal sesuai dengan potensi pada dirinya. Keluarga, sekolah dan masyarakat
adalah tiga lingkungan belajar, ketiga lingkungan tersebut sebagai tritunggal
ligkungan pendidikan yang oleh Ki Hajar Dewantoro disebut tripusat pendidikan.
-

Hubungan Filsafat dengan Pendidikan
Filsafat pendidikan adalah nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan filsafat


yang menjiwai, mendasari, dan memberikan identitas (karakteristik) suatu sistem
pendidikan. Filsafat pendidikan adalah jiwa, ruh, dan kepribadian sistem
kependidikan nasional, karenanya sistem pendidikan nasional wajarlah dijiwai,
didasari, dan mencerminkan identitas Pancasila sebagai ideologi Indonesia, citra,
dan karsa bangsa kita, dan tujuan nasional bangsa kita , atau tujuaan nasional dan
cita-cita luhur rakyat Indonesia yang tertulis pada UUD 1945 sebagai perwujudan
jiwa dan nilai Pancasila.
Intinya, filsafat dan pendidikan merupakan tata pola pikir terhadap
permasalahan di bidang pendidikan dan pengajaran yang senantiasa mempunyai
hubungan dengan cabang-cabang ilmu pendidikan yang lain yang diperluakan
oleh pendidik atau guru sebagai pengajar dalam bidang studi tertentu.