Laporan Praktikum Dan Keamanan Pangan

KEAMANAN PANGAN

Oleh : KELOMPOK : 7 EUIS NOVI SOLIHATI 25010113120082 UMI ALFIANI

25010113120104 ELISA MAHARANI

25010113120112 ACHMAD RIZKI AZHARI

25010113140258 CRISTIN OKTAVIANA G.Y.A

25010113140266 TITI HAPSARI

25010113140357 ILYA FAROKHA RIZQYANA

25010113130387 AGUSTINA RATRI MAHARANI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG 2016

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : Praktikum Keamanan Pangan

2. Penyusun

: Kelompok 7

3. Laboratorium/Bagian : Laboratorium Terpadu FKM Undip/ Bagian Kesehatan Lingkungan

4. Lokasi Kegiatan : Laboratorium Terpadu Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

5. Waktu Kegiatan : 18 April 2016 – 22 April 2016 Sudah diperiksa isi materi keilmuan dan disetujui.

Semarang, 10 Juni 2016

Kepala Laboratorium Bagian Dosen Pembimbing/Penguji Kesehatan Lingkungan/ Laboratorium Kesmas FKM Undip

Yusniar Hanani Darudianti, STP, M.Kes Dr.Dra. Sulistiyani, M.Kes. NIP. 197109091995032001

NIP. 196809111993032013

Menyetujui, Kordinator Laboratorium Terpadu

Ir. Laksmi Widajanti, M.Si NIP. 196608131992032003

ii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan laporan yang berjudul “Praktikum Keamanan Pagan Kesehatan Lingkungan”. Dalam pembuatan makalah ini, praktikan mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Dra. Sulistiyani, M. Kes selaku dosen praktikum yang telah memberikan kesempatan dan memberi fasilitas sehingga laporan ini dapat selesai dengan lancar.

2. Semua pihak yang tidak dapat praktikan sebutkan satu persatu yang membantu pembuatan laporan ini.

Semoga laporan praktikum ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan praktikan pada khususnya, praktikan menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata praktikan sampaikan terima kasih.

Semarang, 10 Juni 2016

Praktikan

iii

DAFTAR TABEL

Parameter I Pengenalan Alat & Teknik Pengambilan Sampel Secara Aseptik

Tabel 4.1 Hasil Praktikum Pengenalan Alat ....................................................... 8 Tabel 4.2 Pengambilan Sampel Secara Aseptis dengan Teknik Swab ............... 14

Parameter II Isolasi, Inokulasi, dan Morfologi Bakteri

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Isolasi dan Inokulasi Mikroorganisme .................. 46 Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Praktikum Morfologi Bakteri ................................ 47

Paramater III Formalin

T abel 4.1 Hasil Uji Kandungan Formalin dalam Tahu Kuning........................... 68

Parameter IV Boraks

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Praktikum Boraks pada Cilok ............................... 77

Parameter V Rhodamin B

Tabel 2.1 Pewarna Sintetik yang Diizinkan dan Dilarang di Indonesia ............. 95 Tabel 4.1 Hasil Uji Rhodamin B ......................................................................... 101

Parameter VI Metode Hitungan Cawan

Tabel 3.1 Perhitungan Koloni Bakteri (SPC) ...................................................... 121 Tabel 3.2 Cara Hitung Cawan Simplo Menghasilkan < 30 Koloni .................... 121 Tabel 3.3 Cara Hitung Cawan Simplo Menghasilkan > 300 Koloni .................. 122 Tabel 3.4 Cara Hitung Cawan Simplo Menghasilkan Antara 30- 300 Koloni ... 122 Tabel 3.5 Cara Hitung Cawan Duplo .................................................................. 123 Tabel 4.1 Hasil Hitung Cawan ............................................................................ 125

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam melakukan percobaan kimia pastinya digunakan alat-alat pada laboratorium seperti gelas ukur, timbangan, tabung reaksi, autoclave dan lainnya.Penggunaan alat-alat ini dimaksudkan untuk mendukung kerja praktikan dalam melakukan percobaan. Dalam melakukan percobaan kimia pastinya praktikan tidak terlepas dari zat-zat atau larutan kimia yang berbahaya, beracun,dan mudah terbakar.Dalam praktikum diharapkan tidak terjadinya kesalahan dalam penggunaan karenaakan mengancam keselamatan praktikan saat bekerja.

Untuk menghindari kecelakaan saat praktikum, praktikan harus mempunyai pengetahuaan dan kemapuan yang cukupuntuk menggunakan alat-alat praktikum secara baik, karena setiapa alat memiliki prosedur yang berbeda-beda.Oleh karena itu pengenalan alat-alat laboratorium seperti fungsi dan cara penggunaannya sangat dibutuhkan untuk memudahkan praktikan dalam melakukan praktikum, memeroleh data yang akurat dan juga untuk keselamatan praktikan.

Tangan merupakan factor terpenting dalam transmisi semua penyakit menular. Tangan manusia merupakan media kontak beragam pathogen dalam lingkungan sekitar dan diatas permukaan tubuh yang sering bersentuhan dengan tangan. Mikroorganisme terdapat di mana- mana, oleh karena itu mikroorganisme luar yang tidak dikehendaki dapat masuk ke dalam biakan murni melalui aliran udara, kontak tangan yang tercemar, atau melalui tersentuhnya media atau permukaan tabung bagian dalam oleh benda yang belum disterilkan.Untuk mencegah mikroorganisme luar yang tidak dikehendaki masuk ke dalam biakan murni, perlu digunakan teknik aseptik, dimana semua peralatan maupun media pertumbuhan yang akan digunakan pada teknik ini harus dalam keadaan steril/aseptik.

B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan daat mengetahui alat laboratorium yag digunaka untuk praktikum keamanan pangan dan mampu mengambil sampel secara aseptik dari permukaan tubuh (tangan)

C. Manfaat Praktikum

1. Praktikan mampu mengetahui fungsi alat laboratorium

2. Praktikan mampu mengoperasikan alat-alat laboratorium

3. Praktikan mampu mengetahui prinsip kerja dari alat-alat laboratorium

4. Praktikan mampu mengambil sampel secara aseptik dari media permukaan luar tubuh( tangan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Keamanan Pangan

Makanan yang aman merupakan factor yang penting untuk meningkatkan derajat kesehatan. 1 Dalam Undang-Undang RI Nomor 18

Tahun 2012 tentang keamanan pangan, keamanan pangan didefinisikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologi, kimia, benda-benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan masnusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga

aman dikonsumsi. 1 Adapun prasyarat utama dalam menentukan mutu pangan yang baik

adalah keamanan pangannya. 2 Prasyarat pangan yang lain seperti nilai gizi, mutu fisik, dan mutu organoleptic baru dipertimbangkan kemudian setelah

aspek keamanan pangan yang baik telah terpenuhi. 2 Keamanan pangan merupakan aspek yang penting dalam kehidupan

sehari-hari. 3 Kurangnya perhatian terhadap hal ini sering berdampak pada gangguan kesehatan. 3 Contohnya adalah kejadian keracunan pangan akibat

tidak higienisnya proses pengolahan hingga dengan penyajiannya dan pengunaan bahan kimia berbahaya yang berisiko menimbulkan penyakit

degeneratif, kanker, bahkan kematian. 3 Salah satu masalah keamanan pangan yang sering dijumpai adalah

praktek hygiene dan sanitasi yang masih rendah sehingga bahaya mikrobiologi sangat mungkin berada pada produk pangan. 4 Keberadaan

Escherichia coli pada pangan dapat menunjukkan praktek sanitasi lingkungan yang buruk, sedangkan adanya Staphylococcus aurens mengidentifikasi

praktek hygiene yang kurang. 4 Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan

melindungi kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan tangan. 5 Sedangkan sanitasi

merupakan upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi merupakan upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

B. Penjamah Makanan

Penjamah makanan adalah setiap orang yang terlibat dalam bisnis makanan, yang menangani makanan padalam proses pekerjaannya, atau sebagai bagian dari tugas mereka sampai batas tertentu, baik makanan

tersebut terbuka atau sebelum dibungkus. 6 Perilaku penjamah makanan harus mengikuti kaidah hygiene dan

sanitasi dalam kesahariannya. Kaedah tersebut adalah sebagai berikut: 7

a) Tidak makan, minum atau mengunyah (termasuk permen), kecuali memang bertugas mencicip

b) Tidak memakai perhiasan (termasuk jam tangan), karena dapat menjadi persinggahan bakteri dan kemudian menkontaminasi makanan

c) Tidak menggunakan fasilitas yang bukan untuk keperluannya

d) Selalu mencuci tangan sebelum dan setelah bekerja juga setelah keluar dari toilet

e) Tidak meludah dan banyak berbicara serta selalu menuntup mulut pada saat batuk atau bersin. Jikapun perlu meludah maka jauhi makanan dan keluar dari ruangan kerja

f) Selalu mengikat dan menutup rambut serta tidak menyisir rambut ddekat makanan yang akan dan telah diolah

g) Selalu menjaga kuku tetap pendek, bersih, dan rapih. Tidak menggunakan kuku palsu, pewarna kuku, maupun riasan yang berlebihan.

C. Pemeriksaan Mikrobiologi Penjamah Makanan

Sumber kontaminasi makanan yang paling utama berasal dari pekerja, peralatan, sampah serangga, tikus, dan faktor lingkungan seperti udara dan

8 air. 8 Pekerja adalah paling besar pengaruh kontaminasinya terhadap makanan. Kesehatan dan kebersihan pengolah makanan mempunyai pengaruh yang

cukup besar pada mutu produk yang dihasilkan sehingga diperlukan perhatian yang serius dalam hal tersebut. 8

Suatu penelitian di beberapa negara industry menunjukkan bahwa lebih dari 60% penyakit bawaan makanan disebabkan karena buruknya kemampuan

penjamah untuk mengolah makanan. 9 Penyakit-penyakit yang dapat ditularkan oleh penjamah makanan dari mikroorganisme yang ada di permukaan atau di

dalam tubuh dapat membanyak diri hingga dosis efektif, kondisi yang tepat, dan kontak langsung makanan atau ketika penyajian makanan. 9

Tangan merupakan factor terpenting dalam transmisi semua penyakit menular. 10 Tangan manusia merupakan media kontak beragam pathogen

dalam lingkungan sekitar dan diatas permukaan tubuh yang sering bersentuhan dengan tangan. 10 Makanan dapat terkontaminasi melalui tangan

yang kotor penjamah makanan yang memiliki hygiene yang rendah dalam penanganan makanan. 10 Pemeriksaan mikrobiologis pada tangan penjamah

makanan sering dilakukan yaitu pemeriksaan E. Coli atau Coliform dan S. aureus. 10

Pemilihan metode sampling merupakan tahapan terpenting dalam pemeriksaan mikrobiologis. 11 Pengumpulan sampel harus memenuhi berbgai

kriteria antara lain aseptis dan antiseptis. 11 Teknik aseptis adalah suatu metode atau teknik memindahkan kultur bakteria dari suatu tempat ketempat lain

secara aseptic agar tidak terjadi kontaminasi silang mikroba lain kedalam kultur. 12 Teknis tersebut digunakan sepanjang kegiatan laboratorium

mikrobiologi berlangsung baik alat, bahan, lingkungan sekitar, maupun praktikan serta petugas laboratorium. 13 Pengambilan sampel mikrobiologi

pada permukaan tangan penjamah dapat menggunakan teknik swab ulas, yaitu menggunakan cotton bud steril untuk mengulas permukaan sela-sela jari

penjamah makanan. 14

BAB III METODE PRAKTIKUM

A. Waktu Praktikum

Praktikum pengenalan, penyiapan, dan penggunaan alat dilaksanakan pada Senin, 18 April 2016 pukul 13:00-16:00 WIB dan praktikum teknik pengambilan sampel secara aseptik dari permukaan tangan dilaksankan pada hari Selasa, 19 April 2016 pukul 08:30 WIB.

B. Tempat Praktikum

Praktikum pengenalan, penyiapan, dan penggunaan alat serta pengambilan sampel secara aseptik dari permukaan tangan dilaksankan di Laboratorium Terpadu Fakultas Kesehatan Masayarakat Universitas Diponegoro.

C. Alat

a) Cotton bud steril

b) Tabung reaksi

c) Kapas

D. Bahan

a) Na fisiologis steril

b) Alkohol 70%

c) Sampel (mikroba pada telapak tangan salah satu praktikan)

E. Teknik Sampling

Pemilihan responden untuk pengammbilan sampel mikroba sejumlah satu dari delapan orang yang berasal dari kelompok 7. Syarat menjadi responden tersebut yaitu seseorang tidak kontak dengan sabun, alcohol, dan bahan disinfektan lainnya dalam jangka waktu satu jam sebelum praktikum dimulai.

F. Metode yang Digunakan

Metode pengambilan sampel mikroba pada permukaan tangan (sela-sela jari) yaitu metode swab usap menggunakan cotton bud.

G. Prosedur Kerja

Disiapkan cotton bud steril dalam tabung reaksi yang berisi Na fisiologis

steril dan ditutup kapas

Alkohol 70% disemprotkan merata pada tangan praktikan sehingga bebas kontaminan lain yang tidak diharapkan

Sela-sela jari penjamah (responden) diusap cotton bud steril yang telah dicelupkan dalam Na fisiologis tanpa disemprotkan alkohol 70%

sebanyak 3 kali putaran

Cotton bud tersebut dimasukkan kembali ke dalam tabung reaksi yang

berisi Na fisiologis steril

Tabung reaksi tersebut ditutup dengan kapas dan disiapkan untuk Gambar

pengujian lanjutan

Gambar 3.1 Skema Kerja Pengambilan Sampel Secara Aseptis Permukaan

Sela-Sela Jari Responden

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Pengenalan Alat dan Bahan Praktikum Mikrobiologi

Tabel 4.1 Hasil Praktikum Pengenalan Alat

No Alat

Gambar

Fungsi

1 Autoclave Untuk sterilisasi alat dan media

2 Gelas Ukur Mengukur Larutan (250 ml)

secara Kuantitatif

3 Erlenmeyer Tempat Reaksi (500 ml)

Larutan

No Alat

Gambar

Fungsi

4 Beaker Tempat Reaksi Glass

Larutan

5 Pipet tetes Memindahkan larutan dalam jumlah kecil

6 Penjepit Menjepit tabung reaksi khususnya saat proses pemanasan

7 Bunsen Sterilisasi jarum onukulasi /ose

No Alat

Gambar

Fungsi

8 Kompor Untuk Pemanas , /Hot Plate

memanaskan EMBA dan PCA

9 Tabung Untuk media tumbuh reaksi

mikroorganisme

10 Jarum Untuk inokulasi ose/inokulasi

mikroorganisme

11 Rak tabung Tempat tabung raksi reaksi

No Alat

Gambar

Fungsi

12 Cawan petri Tempat penanaman/ media tumbuh mikroorganisme

13 Colony Untuk menghitung Counter

koloni bakteri

14 Vortex Untuk menghomogenkan larutan

15 Objek Glass Untuk meletakkan preparat

No Alat

Gambar

Fungsi

16 Desk Glass Untuk menutupi preparat

17 Mikroskop Untuk mengamati benda/objek renik. Fungsi bagian mikroskop :

1) Membentuk bayangan akhir yang dapat langsung

dilihat

2) Membuat bayangan nyata benda pada kaca sediaan

3) Meletakkan Objek Glass

4) Pengatur Sinar lensa.

1 8 Kapas Untuk menyumbat /membersihkan tabung reaksi tabung erlenmeyer dari kontaminasi

No Alat

Gambar

Fungsi

19 Jas Lab Pakaian standar laboratorium

20 Masker Melindungi tubub dari kontaminan

21 Oven Mensterilisaasi alat- alat praktikum sebelum alat digunakan

22 Inkubator Untuk menginkubasi mikroorganisme

2. Teknik Pengambilan Sampel Secara Aseptis

Tabel 4.2 Pengambilan Sampel Secara Aseptis dengan Teknik Swab

Penyiapan cotton bud steril dalam tabung reaksi yang berisi Na fisiologis steril.

1 *Pengambil sampel/praktikan: Agustina Ratri Maharani (kiri) *Penjamah/responden:

Titi Hapsari (kanan)

Penyemprotan alcohol 70% secara

2 merata pada tangan praktikan

Pengusapan sela-sela jari responden dengan cotton bud steril yang telah

3 dicelupkan dalam tabung reaksi yang

berisi Na fisiologis steril

Pemasukkan kembali cotton bud ke dalam tabung reaksi yang berisi Na

4 fisiologis steril, lalu tabung reaksi

tersebut ditutup kapas

Tabel 4.2 merupakan dokumentasi langkah-langkah yang dilakukan saat praktikum pengambilan sampel secara aseptis dari permukaan sela-sela jari tangan.

B. Pembahasan

Teknik aseptis sangat diperlukan untuk menghindari mikroorganisme dari kontaminan yang dapt menghambat pertumbuhan sampel mikroba. Teknik aseptis pada praktikum ini digunakan sepanjang kegiatan baik alat, bahan, lingkungan sekitar maupun praktikannya.

Alat dan bahan praktikum diterapkan sterilisasi. Sterilisasi dalam mikrobiologi berart membebaskan tiap benda atau substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun. Cotton bud, tabung reaksi, dan Na fisiologis pada praktikum ini dilakukan sterilisasi dengan alat yaitu autoclave. Autoclave menggunakan prinsip mematikan mikroba dengan uap panas. Na fisiologis dimasukkan ke tabung reaksi, lalu cotton bud steril dimasukkan ke tabung reaksi tersebut. Kemudian tabung reaksi ditutup kapas sehingga cotton dan Na fisiologis yang ada didalamnya tidak terkontaminasi lingkungan sekitar.

Praktikan dalam kegiatan ini juga disterilasi dengan menyemprotkan alcohol 70% secara merata pada kedua tangan. Selain melalui panas, mikroba dapat dihilangkan dengan bahan kimia (disinfektan) salah satunya dengan alcohol 70%..

Tangan penjamah/responden tidak dilakukan penyemprotan alcohol 70% karena akan menghilangkan sampel mikroba yang diambil pada praktikum ini. Kriteria responden yaitu seseorang tidak kontak dengan sabun, alcohol, dan bahan disinfektan lainnya dalam jangka waktu satu jam sebelum praktikum dimulai. Hal ini bertujuan mencegah sampel mikroba yang didapatkan pada permukaan sela-sela jari responden terlalu sedikit untuk diamati pada praktikum pengamatan morfologi mikroba nantinya.

Pengambilan sampel mikroba pada permukaan tangan yaitu menggunakan cotton bud steril yang telah dicelupkan Na fisiologis steril dengan cara mengusapkannya pada sela-sela jari salah satu tangan responden sebanyak 3 putaran sela-sela jari dalam satu perlakuan. Lalu cotton bud tersebut dimasukkan ke tabung reaksi berisi Na fisiologis steril. Kemudian tabung reaksi tersebut ditutup kembali dengan kapas steril sehingga tidak terdapat celah kontaminan luar dapat masuk ke dalam tabung.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Alat alat praktikum yang digunakan saat praktikum keamanan pangan yaitu autoclave, inkubator, oven , vortex, gelas ukur, erlenmeyer, beaker Dglass, pipet tetes dan ukur, penjepit, bunsen, tabung reaksi, rak tabung reaksi jarum inokulasi, kompor listrik, colony counter, cawan petri, objek glass, kapas , masker, jas laboratorium, desk glass, dan mikroskop.

2. Setiap alat laboratorium memiliki prinsip kerja dan fungsi yang berbeda

3. Dalam melakukan pengambilan sampel mikroorganisme harus dilakukan secara aseptis baik dari segi alat dan bahan yang digunakan maupun kondisi lingkungan pengambilan sampel.

B. Saran

1. Praktikan diharapkan dapat memahami fungsi dan cara kerja dari alat- alat laboratorium

2. Praktikan diharapkan dapat mematuhi segala instruksi dalam laboratorium baik dari asisten praktikum , PLP ,dan dosen .

3. Diharapkan dari pihak fakultas menambah jumlah alat-alat laboratorium seperti vortex atau autoclave , sehingga kegiatan praktikum tidak terhambat dikarenakan penggunaan alat oleh praktikan lain.

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan

2. Yusuf A.L. Studi Keamanan Mikrobiologis Makanan Di Kantin Asrama Putri Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor; 2004.

3. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Serta Upaya Penanggulangannya . Info POM. 2008; 9 (6).

4. R. Wijaya. Penerapan Peraturan Dan Praktik Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah Di Sekolah Dasar Kota Dan Kabupaten Bogor [Skirpsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor; 2009.

5. Hiasinta A.P. Sanitasi Higiene Dan Keselamatan Kerja Dalam Pengolahan Makanan . Yogyakarta: Kanisius; 2001.

6. National Disease Survellance Centre (NDSC). Preventing Foodborne Disease: A Focus on the Infected Food Handler . ISBN 0-9540177-5-7; 2004.

7. Fida E. Gambaran Penerapan Food Safety Pada Pengolahan Makanan Untuk Kru Pesawat Di Aerofood ACS Tahin 2012 [Skripsi]. Depok: Universitas Indonesia; 2012.

8. Titin A. Pentingnya Higiene Penjamah Makanan Tradisional [Seminar Nasional Membangun Citra Pangan Tradisional]. Semarang: Universitas Negeri Semarang; 2005.

9. Sulistyani. Modul Penyehatan Makanan dan Minuman. Semarang: Universitas Diponegoro; 2002.

10. S.L Tan, H.Y. Lee, F. Abu Bakar, M.S. Abdul Karim, Y. Rukayadi, N.A. Mahyudin. Short Communication Microbial Quality On Food Handlers’ Hands At Primary School in Hulu Langat District, Malaysia . International Food Research Journal. 2013; 20 (5): 2973-2977.

11. Anisman. Keracunan Makanan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: EGC; 2008.

12. Char Palezar. Elements Of Microbiology. New York: Mc Graw Hill Company; 2008

13. R.F.S. Oran dan Paul Jr. J. Hummer. Bioloy Living System. Water Ville: Mc Milan Company; 2001.

18

14. Dina Rahayuning Pangestuti, M. Zen Rahfiludin, Sulistyawati. Petunjuk Praktikum Keamanan Pangan. Semarang: Laboratorium Terpadu Fakultas Kesehatan

Masyarakat

Universitas

Diponegoro; 2015

LAMPIRAN

A. Dokumentasi Praktikum Pengenalan Alat dan Teknik Pengambilan Sampel Secara Aseptis

Autoclave Colony Counter

Inkubator Vortex

Mikroskop Oven

Penyemprotan alcohol 70% secara merata pada tangan praktikan

Pengusapan sela-sela jari responden dengan cotton bud steril yang telah dicelupkan dalam tabung reaksi yang berisi Na fisiologis steril

21

B. Lembar Pengesahan Praktikum Pengenalan Alat dan Teknik Pengambilan Sampel Secara Aseptis

22

C. Laporan Praktikum Uji Boraks Bagian Hasil

23

24

25

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diketahui bahwa mikroba tersebar di alam, terdapat di lingkungan mana saja dalam populasi campuran. Boleh dikatakan amat jarang mikroba dijumpai sebagai satu spesies tunggal di alam. Untuk mencirikan dan mengidentifikasikan suatu spesies mikroorganisme tertentu, pertama-tama spesies tersebut harus dapat dipisahkan dari organisme lain, lalu ditumbuhkan menjadi biakan murni.

Dalam mengisolasi suatu mikroorganisme, dilakukan dengan cara yang aseptis untuk menghindari terjadinya kontaminasi dengan mikroorganisme lain. Kebanyakan mikroorganisme dapat diisolasi dan diinokulasi dalam biakan murni dengan memindahkan suatu koloni secara cermat, mensuspensikan kembali dalam cairan dan menanamnya kembali pada medium yang selektif.

Untuk mengidentifikasi suatu biakan murni bakteri hasil isolasi mula-mula diamati morfologi sel secara mikroskopik melalui pengecetan atau pewarnaan, salah satunya adalah dengan pewarnaan gram. Pewarnaan gram merupakan salah satu teknik pewarnaan atau pengecatan yang dikerjakan di laboratorium mikrobiologi untuk kepentingan identifikasi bakteri. Morfologi mikroskopik mikroorganisme yang diperiksa dan sifatnya yang khas terhadap pengecatan tertentu (pengecatan gram) dapat digunakan untuk identifikasi awal. Dengan metode pengecatan gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel. Dalam proses ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut : zat

pewarna kristal violet, larutan iodium, larutan alkohol (bahan pemucat), dan zat pewarna tandingannya berupa safranin.

B. Tujuan Praktikum

1. Praktikan memahami dan mampu melakukan proses isolasi dan inokulasi mikroorganisme pada sampel bagian permukaan tubuh (sela jari tangan) dengan media PCA (Plate Count Agar) dan Media EMBA (Eosin Methylene Blue Agar).

2. Praktikan memahami dan mampu melakukan proses pengenceran bertingkat.

3. Praktikan mengetahui morfologi bakteri secara mikroskopis melalui metode pewarnaan gram.

C. Manfaat Praktikum

1. Mahasiswa dapat mengetahui cara isolasi dan inokulasi mikroorganisme pada sampel bagian permukaan tubuh (sela jari tangan) dengan media PCA (Plate Count Agar) dan Media EMBA (Eosin Methylene Blue Agar).

2. Mahasiswa dapat melakukan pengenceran bertingkat.

3. Mahasiswa dapat mengetahui langkah-langkah morfologi bakteri dengan metode pewarnaan gram.

4. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.

5. Mahasiswa dapat mengetahui penggolongan jenis bakteri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Isolasi

Dalam kehidupan sehari hari kita selalu berhubugan dengan berbagai macam mikroorganisme, baik bakteri, kapang maupun khamir. Untuk mempermudah dalam mempelajari jenis dan sifat mikroorganisme, maka mikroorganisme tersebut harus diisolasi dari lingkungan dan dipelihara pada

medium yang sesuai untuk pertumbuhannya 1 . Isolasi bakteri merupakan suatu cara untuk memisahkan atau

memindahkan mikroba tertentu dari lingkungan sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu dengan cara goresan (streak plate), cara tuang (pour plate), cara sebar (spread

plate 2 ), dan mikromanipulator . Teknik isolasi mikroorganisme adalah suatu usaha untuk menumbuhkan mikroba diluar dari lingkungan alamiahnya.

Pemisahan mikroorganisme dari lingkungannya ini bertujuan untuk memperoleh biakan bakteri yang sudah tidak bercampur lagi dengan bakteri

lainya, dan ini disebut dengan biakan murni 3 . Di alam, populasi mikroorganisme tidak terpisah sendiri menurut

jenisnya, tetapi terdiri dari campuran berbagai macam sel. Dalam laboratorium, populasi bakteri ini dapat diisolasi dari ekosistem tanah, air, maupun udara. Selain itu, isolasi mikroorganisme pun dapat dilakukan dari berbagai sampel bahan atau jaringan tubuh menjadi kultur murni yang terdiri darisatu jenis yang dapat dipelajari morfologi, sifat, dan kemampuan

biokimiawinya 4 . Proses mengisolasi harus dilakukan dengan cara yang aseptiskarena

untuk menghindari adanya kontaminasi antara mikroorganismelainnya. Mikroorganisme dapat diisolasi dan diinokulasi dalam biakanmurni dengan

cara memindahkannya lalu menanamnya kembali pada medium baru 5 .

B. Inokulasi

Teknik isolasi mikroba yaitu inokulasi yang merupakan suatu teknik pemindahan suatu biakan tertentu dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tujuan untuk mendapatkan suatu biakan yang murni tanpa adanya

kontaminasi dari mikroba yang lain 6 . Inokulasi penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah

pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium agar tetap steril, hal ini agar menghindari

terjadinya kontaminasi 7 . Teknik penanaman (inokulasi), teknik ini merupakan lanjutan dari pengenceran bertingkat. Pengambilan suspensi dapat diambil dari

pengenceran mana saja tapi biasanya utuk tujuan isolasi (mendapatkan koloni tunggal) diambil bebrapa pengenceran terakhir.

Ada beberapa metode untuk menginokulasi bakteri sesuai dengan jenis medium tujuannya. Pada medium agar tegak, dilakukan metode tusuk menggunakan jarum ose. Pada medium agar miring,dilakukan metode gores dengan menggunakan loop ose. Pada medium petridisk, dapat digunakan metode streak plate (metode gores), pour plate (metode tuang) atau spread plate (metode sebar). Setelah inokulasi, dilakukan proses inkubasi, yaitu menyimpan medium pada alat atau kontainer pada temperatur tertentu dan periode tertentu, sehingga tercipta lingkungan yang menyediakan kondisi cocok untuk pertumbuhan bakteri. Metode gores atau streak plate menggunakan loop ose dan menggoreskannya ke permukaan medium agar dengan pola tertentu dengan harapan pada ujung goresan, hanya sel-sel bakteri

tunggal yang terlepas dari ose dan menempel ke medium. Sel-sel bakteri tunggal ini akan membentuk koloni tunggal yang kemudian dapat dipindahkan

ke medium selanjutnya agar didapatkan biakan murni 8 .

C. Media PCA (Plate Count Agar)

Mikroorganisme dapat hidup dimana saja seperti air, udara, darat, termasuk di makanan. Pada beberapa kondisi, jumlah mikroorganisme harus

dibatasi, seperti mikroorganisme pada saluran pembuangan limbah dan juga mikroorganisme pada makanan atau produk susu jumlahnya harus mengikuti standar-standar yang sudah ditetapkan. Untuk menghitung jumlah mikroorganisme tersebut biasanya sampel dari makanan atau produk susu atau dari air limbah tersebut di uji menggunakan media Plate Count Agar (PCA)

dengan metode Total Plate Count (TPC) 9 . Plate Count Agar (PCA) atau yang juga sering disebut dengan Standard

Methods Agar (SMA) merupakan sebuah media pertumbuhan mikroorganisme yang umum digunakan untuk menghitung jumlah bakteri total (semua jenis bakteri) yang terdapat pada setiap sampel seperti makanan, produk susu, air limbah dan sampel-sampel lainnya yang juga biasanya menggunakan metode Total Plate Count (TPC). Plate Count Agar (PCA) merupakan media padat, yaitu media yang mengandung agar sehingga setelah dingin media tersebut akan menjadi padat. Plate Count Agar (PCA) pertama kali dikembangkan oleh Buchbinder, Baris, dan Goldstein pada tahun 1953 atas permintaan dari

American Public Health Association 9 (APHA) . Komposisi Plate Count Agar (PCA) dapat bervariasi, tetapi biasanya

mengandung: 0,5% trypton, 0,25% ekstrak ragi, 0,1% glukosa, 1,5% agar- agar. Plate Count Agar (PCA) mengandung glukosa dan ekstrak ragi yang digunakan untuk menumbuhkan semua jenis bakteri. Plate Count Agar (PCA) mengandung nutrisi yang disediakan oleh trypton, vitamin dari ekstrak ragi, dan glukosa yang digunakan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme sehingga mendukung pertumbuhan dari bakteri. Plate Count Agar (PCA) bukan merupakan media selektif karena media ini tidak hanya ditumbuhi

oleh satu jenis mikroorganisme tertentu 9 .

D. Media EMBA

EMB Agar adalah media yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri coliform di dalam suatu sample. Media Eosin Methylene Blue Agar ini mempunyai keistimewaan mengandung laktosa dan berfungsi untuk membedakan mikroba yang memfermentasikan laktosa seperti S. aureus, P. aerugenosa , dan Salmonella. Mikroba yang memfermentasi laktosa

menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam. Sedangkan mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya tidak berwarna 10 .

Fungsi dari eosin dan metilen blue membantu mempertajam perbedaan warna. Namun demikian, jika media ini digunakan pada tahap awal, kuman lain bisa juga tumbuh terutama P. Aerugenosa dan Salmonella sp. Hal ini dapat menimbulkan keraguan. Bagaiamanapun media ini sangat baik untuk

mengkonfirmasi bahwa kontaminan tersebut adalah E.coli 10 . Media EMBA adalah medium selektif dan diferensial digunakan

untuk mengisolasi coliform fecal. Eosin Y dan metilen blue adalah pewarna indikator pH yang bergabung untuk membentuk endapan ungu gelap pada pH rendah (asam), mereka juga berfungsi untuk menghambat pertumbuhan organisme yang paling Gram positif. Sukrosa dan laktosa berfungsi sebagai sumber karbohidrat dapat difermentasi yang mendorong pertumbuhan coliform. Fermentor yang kuat dari laktosa atau sukrosa akan menghasilkan jumlah asam yang cukup untuk membentuk kompleks warna ungu tua. Pertumbuhan organisme ini akan muncul berwarna ungu tua sampai hitam. Escherichia coli, suatu fermentor yang kuat, sering menghasilkan warna koloni hijau metalik. Fermentor lambat atau lemah akan menghasilkan koloni merah muda mukoid atau berlendir. Biasanya koloni berwarna atau tidak berwarna menunjukkan bahwa organisme fermentor laktosa atau sukrosa terserbut bukan

merupakan coliform fecal 11 .

E. Bakteri

Bakteri adalah salah satu golongan organisme prokariotik (tidak memiliki selubung inti). Bakteri sebagai makhluk hidup tentu memiliki informasi genetik berupa DNA, tapi tidak terlokalisasi dalam tempat khusus (nukleus) dan tidak ada membran inti. Bentuk DNA bakteri adalah sirkuler, panjang dan biasa disebut nukleoi. Pada DNA bakteri tidak mempunyai intron dan hanya tersusun atas akson saja. Bakteri juga memiliki DNA ekstrakromosomal yang

tergabung menjadi plasmid yang berbentuk kecil dan sirkuler 12 .

Bakteri merupakan salah satu contoh organisme yang memilikisel tipe prokariotik. Bakteri memiliki ukuran (panjang) berkisar antara 0,15- 15μ. Struktur sel bakteri terdiri dari bagian luar sebagai penutup sel dan

sitoplasma 13 . Bakteri adalah yang paling berkelimpahan dari semua organisme. Bakteri ada dimana-mana, di tanah, air, bahkan di dalam tubuh

makhluk hidup 14 .

F. Jenis Bakteri

Untuk memahami beberapa kelompok organisme, diperlukan klasifikasi. Tes biokimia, pewarnaan gram, merupakan kriteria yang efektif untuk klasifikasi. Hasil pewarnaan mencerminkan perbedaan dasar dan kompleks pada sel bakteri (struktur dinding sel), sehingga dapat membagi bakteri

menjadi 2 kelompok, yaitu bakteri Gram-positif dan bakteri Gram-negatif 12 .

1. Bakteri Gram Negatif

a. Bakteri Gram Negatif Berbentuk Batang (Enterobacteriacea).

Bakteri gram negatif berbentuk batang habitatnya adalah usus manusia dan binatang. Enterobacteriaceae meliputi Escherichia, Shigella, Salmonella, Enterobacter, Klebsiella, Serratia, Proteus). Beberapa organisme seperti Escherichia coli merupakan flora normal dan dapat menyebabkan penyakit sedangkan yang lain seperti salmonella dan shigella merupakan patogen yang umum bagi manusia.

b. Pseudomonas, Acinobacter dan Bakteri Gram Negatif Lain.

c. Vibrio Campylobacter, Helicobacter, dan Bakteri lain yang berhubungan.

Mikroorganisme ini merupakan spesies berbentuk batang Gram- negatif yang tersebar luas di alam. Vibrio ditemukan didaerah perairan dan permukaan air. Aeromonas banyak ditemukan di air segar dan terkadang pada hewan berdarah dingin.

d. Haemophilus , Bordetella, dan Brucella

e. Yersinia, Franscisella dan Pasteurella

Berbentuk batang pendek Gram-negatif yang pleomorfik. Organisme ini bersifat katalase positif, oksidase positif, dan merupakan bakteri anaerob fakultatif.

2. Bakteri Gram Positif

a. Bakteri gram positif pembentuk spora : Spesies Bacillus dan Clostridium

b. Bakteri Gram-positif Tidak Membentuk Spora: Spesies

Corynebacterium, Listeria, Propionibacterium, Actinomycetes.

c. Staphylococcus: Berbentuk bulat, biasanya tersusun bergerombol yang tidak teratur seperti anggur.

d. Streptococcus: Merupakan bakteri gram-positif berbentuk bulat yang mempunyai pasangan atau rantai pada pertumbuhannya 12 .

G. Gangguan Kesehatan Akibat Bakteri

1. Tuberkulosis Paru (TBC) Tuberkulosis Paru atau TBC adalah penyakit yang di sebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosi dan Mycrobacterium bovis. Bakteri tersebut mempunyai ukuran 0,5-4 Mikron x 0,3-0,6, micron dengan bentuk tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai selabung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid. Penyakit ini di tularkan melaului udara (droplet nuclei) saat seorang pasien TBC batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat bernafas.

2. Difteri Difteria merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae . Lesi primer biasanya terdapat pada tenggorokan atau nasofaring dan dicirikan dengan adanya penyebaran pertumbuhan pseudomembranosa keabu-abuan. Bakteri berbiak pada tempat tersebut, dan mengeluarkan eksotoksin yang dibawa oleh darah ke berbagai jaringan tubuh, menyebabkan hemoragik dan kerusakan nekrotik pada berbagai organ. Strain C. diphtheriae toxigenik dan nontoxigenik dapat menyebabkan penyakit, hanya strain yang menghasilkan toksin yang

menyebabkan manifestasi sistemik yang sering berhubungan dengan penyakit yang berat atau mematikan.

C. diphtheriae merupakan bakteri bentuk batang ramping, gram- positif, yang tidak tahan-asam dan tidak membentuk spora. Sel berukuran 0,5-1,0 (m. Pada apusan pewarnaan, terlihat sebagai sel tunggal, atau palisade (pagar) dan satu dengan yang lainnya membentuk formasi sudut V atau L. Formasi mirip-huruf Cina ini disebabkan oleh "snapping" pergerakan yang dilibatkan ketika dua sel membelah. Bentuk C. diphtheriae secara umum berupa batang ketika tumbuh pada media nutrisi yang lengkap.

3. Pertusis Penyakit infeksi saluran napas akut yang terutama menyerang anak- anak. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis (Haemophilus pertusis). Bordetella pertusis termasuk kelompok kokobasilus Gram-negatif, tidak bergerak dan tidak berspora. Bakteri ini memerlukan media untuk tumbuh seperti media darah-gliserin-kentang (Bordet-Gengou) yang di tambah penisilin untuk menghambat pertumbuhan organism lainnya. Bakteri ini berukuran panjang 0,5-1µm dan diameternya 0,2-0,3µm. Penularan penyakit ini melalui droplet dan sebagian besar bayi tertular oleh saudaranya dan kadang-kadang oleh orangtuanya.

4. Tetanus Neonatoru Tetanus adalah penyakit kekakuan otot (spasme) yg disebabkan oleh eksotoksin (tetanospasmin) dari organism penyebab penyakit tetanus dan bukan oleh organismenya sendiri. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Clostridium tatani yang merupakan bakteri Gram-positif berbentuk batang dengan spora pada sisi ujungnya sehingga mirip dengan pemukul genderang. Bakteri tetanus bersifat obligat anaerob yaitu berbentuk vegetative pada lingkungan tanpa oksigen dan rentan terhadap panas serta disinfektan. Penularannya itu dengan cara Tetanus masuk kedalam tubuh manusia biasanya melalui luka yg dalam dengan suasana anaerob (tanpa

oksigen) sebagai akibat dari kecelakaan, luka tusuk, luka oprasi, karies gigi, pemotong tali pusat, dll.

5. Demam Tifoid Demam Tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang di sebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Salmonella adalah bakteri Gram- negatif, tidak berkapsul, mempunyai flagella dan tidak membentuk spora, Penularan Penyakit adalah melalui air dan makanan. Bakteri salmonella dapat bertahan lama dalam makanan. Penggunaan air minum secara masal yang tercemar bakteri sering menyebabkan terjadinya KLB. Vektor berupa serasngga juga berperan dalam penularan penyakit.

6. Kusta Penyebab penyakit kusta adalah bakteri Mycobacterium leprae yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-8 mikron, lebar 0,2-0,5 mikron, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel, fan bersifat tahan asam (BTA). Bakteri kusta banyak terdapat pada kulit tangan, daun telinga dan mukosa hidung.

7. Leptospirosis Leptospirosis adalah infeksi akut yang di sebabkan oleh bakteri leptospira. Penyakit ini di sebut juga Weil disease, Canicola fever, Hemorrhagic jaundice, Mud fever , atau Swineherd disease. Genus Lestospira yang termasuk dalam ordo Spirochaete dari family Trepanometaceae adalah bakteri yang berbentuk seperti benang dengan panjang 6-12 µm. spesies Leptospira interrogans adalah spesies yang dapat menginfeksi manusia dan hewan. Infeksi pada manusia dapat terjadi melalui kontak dengan air, tanah, dan lumpur yang tercemar bakteri,

kontak dengan organ, darah,dan urine hewan terinfeksi 15 .

H. Pencegahan

Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi, sterilisasi, dan pasteurisasi, dan pengawetan bahan makanan.

1. Vaksinasi

Vaksinasi adalah pencegahan penyakit dengan pemberian vaksin, bakteri yang sudah dilemahkan, sehingga tubuh menerima dapat terhadap bakteri penyebab penyakit tertentu. Beberapa contoh vaksin untuk pencegahan penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah vaksin kolera untuk mencegah penyakit kolera, vaksin tifus untuk mencegah penyakit tifus, vaksin BCG (Bacile Calmette-Guerin) untuk mencegah penyakit TBC, vaksin DTP (Dipteria-Tetanus-Pertusis vaccines) untuk mencegah penyakit difterie, pertusis (batuk rejan), dan tetanus), dan vaksin TCD (Typus Chorela Disentry) untuk mencegah penyakit typus, kholera, dan desentri.

2. Sterilisasi Sterilisasi adalah pemusnahan bakteri misalnya dalam pengawetan makanan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kondisi steril (suci hama), metodenya disebut aseptis. Sterilisasi dapat dilakukan melalui pemanasan dengan menggunakan udara panas atau uap air panas bertekanan tinggi. Sterilisasi dengan udara panas menggunakan oven dengan temperatur 170 – 180°C. Cara ini digunakan untuk mensterilisasikan peralatan di laboratorium . Sterilisasi dengan uap air panas bertekanan tinggi dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut autoklaf, pada temperatur 115 – 134°C. Autoklaf digunakan untuk sterilisasi bahan dan peralatan. Sterilisasi pada umumnya digunakan pada industri makanan atau minuman kaleng, penelitian bidang mikrobiologi, dan untuk memperoleh biakan murni suatu jenis bakteri.

3. Pasteurisasi Pasteurisasi adalah pemanasan dengan suhu 63 – 72 derajat celsius selama 15 - 30 menit. Pasteurisasi dilakukan pada bahan makanan yang tidak tahan pemanasan dalam suhu tinggi, misalnya susu. Sehingga untuk mematikan bakteri patogen (Salmonella dan Mycobacterium) dari susu dilakukan pasteurisasi. Dengan pasteurisasi, rasa dan aroma khas susu dapat dipertahankan.

4. Pengawetan Bahan Makanan

BAB III METODE PRAKTIKUM

A. Waktu Praktikum

Praktikum Isolasi dan Inokulasi Mikroorganisme dilaksanakan pada Selasa, 19 April 2016 pukul 09.00 sampai selesai dan Praktikum Morfologi Bakteri dilaksanakan pada Jumat, 22 April 2016 pukul 10.30 sampai selesai.

B. Tempat Praktikum

Praktikum Isolasi dan Inokulasi Mikroorganisme dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.

C. Alat

1. Alat Isolasi dan Inokulasi Bakteri

a. Tabung reaksi 6 buah

b. Cawan petri 4 buah

c. Jarum ose

d. Inkubator

e. Bunsen

f. Kompor

g. Kertas buram

h. Bulb 2 buah

i. Label j. Tissu k. Vortex l. Pipet ukur 6 buah m. Rak tabung reaksi

2. Alat Morfologi Bakteri

a. Mikroskop

b. Obyek glass

c. Desk glass

d. Jarum ose

e. Penjepit

f. Bunsen

g. Pipet tetes

h. Rak tabung reaksi

i. Tabung reaksi j. Spidol k. Beaker glass l. Hairdryer m. Korek api n. Kapas

D. Bahan

1. Bahan Isolasi dan Inokulasi Bakteri

a. PCA media tegak

b. EMBA media tegak

c. NaCl fisiologis 0,9%

d. Kultur bakteri

e. Alkohol

f. Kapas

g. Korek api

h. Suspensi sample

2. Bahan Morfologi Bakteri

a. -4 Biakan bakteri PCA 10

b. Pewarna Gram (Gram A = GV/Kristal violet, Gram B = Lugol, Gram C = Alkohol, Gram D = Air Fuchin)

c. NaCl fisiologis

d. Immersion oil

e. Alkohol

f. Aquadest

E. Teknik sampling

Pada praktikum isolasi dan inokulasi bakteri, sampel yang digunakan yaitu bagian permukaan tubuh (sela jari tangan) dari salah satu anggota. Waktu pengambilan sampel yaitu pada hari Selasa, 19 April 2016 pukul 08.30 WIB. Pada praktikum morfologi bakteri, sampel yang digunakan adalah agar tegak PCA dan EMBA.

F. Metode yang Digunakan

Isolasi menggunakan metode agar tuang, sementara inokulasi menggunakan metode gores menggunakan loop ose dan menggoreskannya ke permukaan medium agar dengan pola tertentu dengan harapan pada ujung goresan, hanya sel-sel bakteri tunggal yang terlepas dari ose dan menempel ke medium. Sel-sel bakteri tunggal ini akan membentuk koloni tunggal yang kemudian dapat dipindahkan ke medium selanjutnya agar didapatkan biakan murni. morfologi bakteri menggunakan metode pewarnaaan gram. Dalam proses ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut : zat pewarna kristal violet, larutan iodium, larutan alkohol (bahan pemucat), dan zat pewarna tandingannya berupa safranin.

40

G. Prosedur Kerja

1. Pengambilan Sampel Mikroba Permukaan Tubuh (Tangan)

Tangan disemprot dengan alkohol 70 %

Disiapkan cotton bud dalam Na fisiologis steril

Tangan penjamah jangan disemprot dengan alkohol 70 %

Cotton bud dimasukkan ke Na fisiologis dan ditutup dengan

Sela sela jari diusap dengan cotton bud steril sebanyak 3 kali

Larutan sampel siap digunakan pada uji selanjutnya

Gambar 3.1 Skema Kerja Pengambilan Sampel Mikroba (Sela Jari Tangan)

2. Teknik Pengenceran Bertingkat

5 tabung reaksi berisi 9 ml aquadest dalam keadaaan tertutup kapas -1 -2 -3 -4 -5

disiapkan dan diberi label pengenceran 10 , 10 , 10 , 10 , 10

5 pipet ukur diberi label masing-masing 10 , 10 , 10 , 10 , 10

-2 -3 -4 -5

dan suspensi

Bunsen dinyalakan dengan korek api

Tabung reaksi suspensi ditutup dan tabung reaksi pengenceran 10

dibuka dan mulut tabungnya didekatkan dengan api bunsen

1 ml suspensi diambil dengan pipet ukur dan dimasukkan ke tabung pengencer 10 -1 jika sudah, kedua mulut tabung dilewatkan pada api

dan ditutup kembali

Tabung reaksi pengencer 10 -2 ditutup dan 10 dibuka dan

dipanaskan mulut tabungnya

1 ml pengencer 10 -1 diambil dengan pipet ukur berlabel 10 dan

dipindahkan ke tabung pengencer 10 -2 , lewatkan kedua mulut tabung pada api dan ditutup

Hal yang sama dilakukan hingga pengenceran 10 -5 menggunkana pipet ukur berurutan sesuai tabel

Hasil pengenceran siap digunakan pada uji selanjutnya

Gambar 3.2 Skema Kerja Teknik Pengenceran Bertingkat

3. Skema Kerja Isolasi Mikroorganisme

Media tegak dipanaskan diatas kompos hingga cair

-3 -4 -5

1 ml suspensi pengenceran 10 , 10 , 10 dimasukkan ke dalam

masing-masing cawan petri steril (3 buah cawan)

Media cair ditungkan ke masing-masing cawan petri yang berisi

suspensi

Media diratakan dengan menggoyangkan cawan perlahan membentuk angka 8

Diamkan hingga media padat, semua perlakuan dalam suasana aseptis

Cawan petri dibungkus kertas dalam posisi terbali dan diinkubasi 2

x 24 jam

Gambar 3.3 Skema Kerja Isolasi Mikroogranisme

4. Skema Kerja Inokulasi Biakan Murni

Media EMBA disiapkan dan bunsen dinyalakan

Tabung pengenceran 10 -3 dipegang tangan kiri dan jarum inokulasi dipegang tangan kanan

Jarum inokulasi dipanaskan hingga pijar lalu didinginkan

-3 Jarum inokulasi dimasukkan pada tabung pengenceran 10

hingga membentuk gelembung pada jarum ose

Segera disentuhkan pada permukaan media baru, jangan menekan media hingga rusak

Jarum inokulasi ditarik ke luar perlahan secara zig zag

Mulut tabung dipanaskan dan tabung disumbat kapas

Jarum inokulasi dibakar hingga pijar dan diletakkan pada

tempatnya

Cawan yang berisi media dibungkus dengan kertas buram dalam posisi terbalik dan diinkubasi 2 x 24 jam

Diamati perubahannya Gambar 3.4 Skema Kerja Inokulasi Biakan Murni

5. Skema kerja Morfologi Bakteri

a) Pembuatan Film Objek glass dibilas alkohol, dikeringkan dan diberi tanda

bulatan dengan spidol

Diberi satu tetes NaCl fisiologis pada objek glass

Jarum ose dipanaskan hingga pijar, diangin- anginkan

Jarum ose digesekkan zig zag pada biakan bakteri PCA

Jarum ose yang sudah ada bakteri, diletakkan pada tetesan NaCl fisiologis lalu diratakan

Dikeringkan dengan melewatkan di atas api hingga

kering

Gambar 3.5 Skema Kerja Pembuatan Film pada

Morfologi Bakteri

b) Pewarnaan Gram Film ditetesi 1 tetes gram A (CGV) selama 30 detik

Dibilas dengan air dan dikeringkan dengan hairdryer

Ditetesi dengan 1 tetes gram B (Lugol) selama 30 detik, dibilas dengan air dan dikeringkan dengan hairdryer

Ditetesi dengan 1 tetes gram C (Alkohol) selama 30

detik, dibilas dengan air dan dikeringkan dengan

hairdryer

Ditetesi dengan 1 tetes gram D (Air Fuchin) selama 30

detik, dibilas dengan air dan dikeringkan dengan

hairdryer

Preparat ditetesi dengan 1 tetes minyak imersi

Desk glass dipasang dan jangan sampai terdapat

gelembung udara

Preparat siap dilihat menggunakan mikroskop perbesaran

objektif 100x

Gambar 3.6 Skema Kerja Pewarnaan Gram pada

Morfologi Bakteri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Isolasi dan Inokulasi Bakteri Mikroorganisme Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Isolasi dan Inokulasi Mikroorganisme

No Pengamatan

Sampel

Metode Hasil

permukaan tubuh Tuang

koloni pada

(sela jari tangan)

media agar

dengan

tegak, ada

pengenceran 10 -

yang

,10 -5 , 10 media

putih dan kuning

permukaan tubuh tegak

(sedikit)

(sela jari tangan) EMBA

koloni

dengan

bakteri pengenceran 10 -3 berwarna

putih berbentuk bulat

Berdasarkan Tabel 4.1 pada isolasi bakteri setelah diberi sampel