KARYA TULIS ILMIAH Dan Contoh

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan barometer pelayanan kesehatan suatu Negara. Berdasarkan
pengamatan World Health Organization (WHO), AKI adalah sebesar 500.000
jiwa dan AKB sebesar 10.000.000 jiwa setiap tahunnya. Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2013 menunjukan, angka kematian ibu (AKI)
meningkat dari tahun ke tahun sebelumnya yaitu mencapai 359 per 100.000
kelahiran hidup. Selain angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi
(AKB) juga masih tinggi, 32 per 1.000 kelahiran hidup.Sepertinya target
pemerintah meurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000
kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) 23 kematian per 1.000
kelahiran hidup, untuk memenuhi target MDG’S pada tahun 2015 akan sangat
berat (Kemkes, 2014).
Perdarahan menempati presentase tertinggi penyebab kematian ibu
(28%), anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi
penyebab utama terjadinya perdarahan dan infeksi yang merupakan faktor
kematian utama ibu. Presentase tertinggi kedua penyebab kematian ibu adalah
eklampsia (24%), kejang bisa terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi

(hipertensi) yang tidak terkontrol saat persalinan. Sedangkan presentase

1

2

tertinggi ketiga penyebab kematian ibu melahirkan adalah infeksi (11%).
(Profil Kesehatan Indonesia, 2013).
Kematian ini umumnya dapat dicegah bila komplikasi kehamilan
tersebut dan resiko tinggi lainnya dapat dideteksi sejak dini, kemudian
mendapatkan penanganan yang tepat dan adekuat pada saat yang paling kritis
yaitu pada masa sekitar persalinan. Jadi, dalam hal ini toksemia gravidarum
(pre eklampsia dan eklampsia) menempati urutan kedua penyebab kematian
ibu (Anik, 2009).
Di Indonesia, pre eklampsia berat dan eklampsia merupakan penyebab
dari 30%-40% kematian maternal, sementara dibeberapa rumah sakit di
Indonesia telah menggeser perdarahan sebagai penyebab utama kematian
maternal. Oleh karena itu diperlukan perhatian, serta penanganan yang serius
terhadap ibu bersalin dengan penyakit ini. Pada tahun 2013di Jawa Barat
terdapat 30% untuk kasus pre eklampsia berat (Milazahra, 2013).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Indramayu
terdapat 14.674 jiwa yang mengalami pre eklampsia berat pada tahun 2014.
Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD Indramayu terdapat 823 jiwa
yang mengalami pre eklampsia beratdari jumlah seluruh ibu bersalin yang
berjumlah 3.617 jiwa.
Pre eklampsia berat adalah pre eklampsia dengan tekanan darah
sistolik >160 mmHg dan tekanan darah diastolik >110 mmHg disertai
proteinuria lebih 5 gram per 24 jam (Morgan, 2009).

3

Hipertensi gestasional adalah wanita dengan hipertensi gestasional
memiliki tekanan darah tinggi yang berkembang setelah 20 minggu
kehamilan. Tidak ada protein berlebih dalam urien atau tanda-tanda lain dari
kerusakan organ.
Hipertensi kronis adalah tekanan darah tinggi yang hadir sebelum
kehamilan atau yang terjadi sebelum 20 minggu kehamilan.
Tekanan darah ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria
dan edema pada umur kehamilan 20 minggu atau lebih atau pada masa nifas.
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, pada usia

kehamilan 20 minggu atau lebih atau pada masa nifas yang ditandai dengan
adanya kejang atau koma, sebelumnya didahului oleh tanda-tanda pre
eklampsia.
Pre eklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hipertensi,
proteinuria dan edema yang timbul selama kehamilan atau sampai 48 jam
postpartum. Umumnya terjadi pada trimester tiga kehamilan. Pre eklampsia
dikenal juga dengan sebutan Pregnancy Induced Hipertension (PIH) gestosis
atau toksemia kehamilan. Komplikasi ibu dengan pre eklampsia atau PIH :
cerebral accident, kardiopulmonaria edema, insufisiensi ranal shutdown,
retardasi pertumbuhan, kematian janin intra uterin yang disebabkan hipoksia
dan premature. PIH dapat berkembang secara progresif menjadi eklampsia
yaitu eklampsia ditambah kejang dan koma (Anik, 2009).
Pre eklampsia dapat menjadi berat dan berkembang menjadi eklampsia
yaitu klien mengalami koma dan kejang. Sebenarnya kejadian pre eklampsia

4

dan eklampsia dapat ditekan apabila ibu memperoleh pelayanan kesehatan
yang tepat dan cepat. Pendidikan kesehatan yang cukup diperlukan agar ibu
dan keluarga dapat mengenali, mengatasi dan mencari pertolongan pada

tenaga kesehatan sebelum keadaan menjadi buruk (Anik, 2009).
Pre eklampsia berat adalah pre eklampsia dengan tekanan darah
sistolik >160 mmHg dan tekanan darah diastolik >110 mmHg disertai
proteinuria lebih 5 gram per 24 jam (Morgan, 2009).
Hipertensi gestasional adalah wanita dengan hipertensi gestasional
memiliki tekanan darah tinggi yang berkembang setelah 20 minggu
kehamilan. Tidak ada protein berlebih dalam urien atau tanda-tanda lain dari
kerusakan organ (Nugroho, 2012).
Hipertensi kronis adalah tekanan darah tinggi yang hadir sebelum
kehamilan atau yang terjadi sebelum 20 minggu kehamilan (Nugroho, 2012).
Pre eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria
dan edema pada umur kehamilan 20 minggu atau lebih atau pada masa nifas.
Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit
trofoblas (Nugroho, 2012).
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamila yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria
dan edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. (Nugroho, 2012).
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, pada usia
kehamilan 20 minggu atau lebih atau pada masa nifas yang ditandai dengan


5

adanya kejang atau koma, sebelumnya didahului oleh tanda-tanda pre
eklampsia. (Nugroho, 2012).
Oleh karena itu penyebabnya masih misterius sehingga disebut
penyakit disease of theory. Pre eklampsia dan eklampsia dapat menyerang
perempuan umur di bawah 20 tahun dan lebih dari 35 tahun (Manuaba, 2010).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran kejadian pre eklampsia berat pada
ibu bersalin berdasarkan karakteristik di RSUD Indramayu Tahun 2015?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kejadian pre eklampsia berat pada ibu
bersalin berdasarkan karakteristik di RSUD Indramayu tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran kejadian pre eklampsia berat pada ibu
bersalin berdasarkan umur.

b. Untuk mengetahui gambaran kejadian pre eklampsia berat pada ibu
bersalin berdasarkan paritas.
c. Untuk mengetahui gambaran kejadian pre eklampsia berat pada ibu
bersalin berdasarkan pendidikan.

6

d. Untuk mengetahui gambaran kejadian pre eklampsia berat pada ibu
bersalin berdasarkan lingkungan.
e. Untuk mengetahui gambaran kejadian pre eklampsia berat pada ibu
bersalin berdasarkan sosial-ekonomi.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai sarana untuk mendapatkan wawasan dan ilmu pengetahuan
tentang kajian persalinan dengan pre eklampsia berat.
b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk
penelitian-penelitian selanjutnya tentang pre eklampsia berat dalam
dunia kebidanan.
2. Manfaat Praktis

a. Manfaat Bagi Peneliti
Sebagai sarana belajar bagi peneliti untuk mengaplikasikan teori yang
telah diperoleh selama penelitian dalam rangka menambah wawasan.
b. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Menambah pengetahuan dan informasi mengenai gambaran kejadian
pre eklampsia berat pada ibu bersalin berdasarkan karakteristik.

7

E. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran
kejadian pre eklampsia berat pada ibu bersalin berdasarkan karakteristik di
RSUD Indramayu tahun 2015, yang meliputi umur, paritas, pendidikan,
lingkungan, dan sosial ekonomi. Karena peneliti melihat angka kejadian pre
eklampsia berat terjadi peningkatan dari tahun 2013 ke tahun 2014, yaitu pada
tahun 2013 sebanyak 465 orang dan pada tahun 2014 sebanyak 823 orang
yang mengalami pre eklampsia berat. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu bersalin di ruang VK RSUD Indramayu sebanyak 3.617 orang.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling, yaitu
seluruh ibu bersalin yang mengalami pre eklampsia berat yaitu sebanyak 823

orang. Data yang diambil adalah data sekunder, yaitu dengan melihat catatan
medik pasien dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan Cross Sectional. Cara pengambilan data ini, yaitu dengan study
dokumentasi menggunakan alat check list. Data diperoleh dari rekam medik
RSUD Indramayu periode 1 Januari sampai 31 Desember 2014. Analisis data
dilakukan secara univariat. Penelitian ini dilakukan di RSUD Indramayu pada
bulan Februari tahun 2015.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pre Eklampsia Berat
1. Pengertian Pre eklampsia Berat
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang
ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai
proteinuria dan edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Nugroho,
2012).
Pre eklampsia berat adalah pre eklampsia dengan tekanan darah
sistolik >160 mmHg dan tekanan darah diastolik >110 mmHg disertai
proteinuria lebih 5 gram per 24 jam (Morgan, 2009).

Preeklampsia diklasifikasikan sebagai berat jika pasien mempunyai
satu atau lebih dari gejala-gejala berikut :
a. Tekanan darah sistolik atau sama 160 mmHg atau diastolik lebih atau
sama dengan 110 mmHg, tekanan darah ini tidak turun meskipun ibu
hamil sudah rawat baring dirumah sakit.
b. Proteinuria 5 gram atau lebih per 24 jam atau kualitatif positif 3 atau 4.
c. Oliguria yaitu produksi urin kurang dari 500 cc per 24 jam disertai
dengan kenaikan kreatinin plasma.
d. Gangguan visus dan cerebral.
e. Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas abdomen.
f. Edema paru, cyanosis.

8

9

g. Pertumbuhan janin intra uterin terhambat.
h. Adanya HELLP syndrome (Hemolisis, Elevated Liver function test
and Low Platelet count) (Nugroho, 2012).
2. Pemeriksaan dan Diagnosis :

a. Kehamilan 20 minggu atau lebih.
b. Kenaikkan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pemeriksaan
2 kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk pemeriksaan pertama
dilakukan 2 kali setelah istirahat 10 menit).
c. Edema pada tungkai (pretibial), dinding perut, lumbosakral, wajah atau
tungkai.
d. Proteinuria lebih 0,3 gram/liter /24 jam, kualitatif (++) (Nugroho,
2012).
3. Faktor Predisposisi
Faktor–faktor predisposisi terjadinya pre eklampsia berat :
a.

Molahidatidosa

b.

Diabetes melitus

c.


Kehamilan ganda

d.

Hidrops fetalis

e.

Obesitas

f.

Umur yang lebih dari 35 tahun (Mochtar, 2011).

4. Patofisiologi
Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitivitas
vaskuler terhadap angiontensin II. Peningkatan ini menyebabkan

10

hipertensi dan kerusakan vaskuler, akibatnya terjadi vasospasme.
Vasospasme menurunkan diameter pembuluh darah ke semua organ,
fungsi-fungsi organ seperti plasenta, ginjal, hati dan otak menurun sampai
40-60%. Gangguan plasenta menimbulkan degenerasi pada plasenta dan
kemungkinan terjadi IUGR dan IUFD pada fetus. Aktivitas uterus dan
sensitifitas terhadap oksitosin meningkat (Maryunani, 2009)
Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan
perubahan glomerolus, protein keluar melalui urine, asam urat menurun,
garam dan air ditahan, tekanan osmotik plasma menurun, caira keluar dari
intravaskuler, menyebabkan hemokonsentrasi, peningkatan hematokrit.
Pada pre eklampsia berat terjadi penurunan volume darah, edema berat
dan berat badan naik dengan cepat (Maryunani, 2009)
Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan fungsi hati, edema
hepar dan hemoragik sub-kapsular menyebabkan ibu hamil mengalami
nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran atas. Ruptur hepar jarang
terjadi, tetapi merupakan komplikasi yang hebat dari PIH, enzim-enzim
hati seperti SGOT dan SGPT meningkat. Vasospasme arteriola dan
penurunan aliran darah ke retina menimbulkan sympotom visual seperti
skotoma (Blind Spot)dan pandangan kabur. Patologi yang sama
menimbulkan edema serebral dan hemoragik serta peningkatan iritabilitas
susunan saraf pusat (sakit kepala, hiperfleksia, klonus pergelangan kaki
dan kejang serta perubahan efek). Pulmonaria edema dihubungkan dengan

11

edema umum yang berat, komplikasi ini biasanya disebabkan oleh
dekompensasi kordis kiri (Maryunani, 2009).
Perubahan pada organ-organ :
a. Otak
Pada pre eklampsia aliran darah dan pemakaian oksigen tetap
dalam batas-batas normal. Pada eklampsia, resistensi pembuluh darah
meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darah otak. Oedema yang
terjadi pada otak dapat menimbulkan kelainan serebral dan gangguan
visus, bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.
b. Kardio Vaskuler
Pada sebagian besar penderita, biasanya mengalami perubahan
degeneratif pada miokardium karena adanya pengurangan curah
jantung, pengurangan volume plasma, edema, perdarahan maupun
gangguan pembekuan darah.
c. Plasenta dan Rahim
Aliran darah menurun ke plasenta yang menyebabkan gangguan
plasenta, sehingga terjadi gawat janin. Pada pre eklampsia dan
eklampsia sering terjadi partus prematurus.
d. Ginjal
Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal
menurun. Hal ini menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus
menurun, sebagai akibatnya terjadilah retensi garam dan air. Filtrasi

12

glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal sehingga pada
keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria.
e. Hati
Pada pre eklampsia, terjadi peningkatan aktifitas enzim-enzim
hati, sehingga menimbulkan gangguan fungsi hati, ikterus, edema,
perdarahan dan regangan kapsula hati.
f. Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh
darah. Bila terjadi hal-hal tersebut, maka harus dicurigai terjadinya pre
eklampsia berat.
g. Paru
Edema paru-paru merupakan sebab kematian penderita pre
eklampsia berat. Komplikasi ini biasanya di sebabkan oleh
dekompensasi kordis kiri. Selain itu juga ditemukan iskemia,
perdarahan, gangguan pernafasan hingga apneu.
h. Keseimbangan air dan elektrolit
Pada pre eklampsia ringan biasanya tidak dijumpai perubahan
yang nyata pada metabolisme air, elektrolit, kristaloid, dan protein
serum. Jadi tidak terjadi gangguan keseimbangan elektrolit. Gula
darah, kadar natrium biokarbonat dan pH darah berada pada batas
normal. Pada pre eklampsia berat dan eklampsia, kadar gula darah naik
sementara, asam laktat dan asam organik lainnya naik, sehingga
cadangan alkali akan turun. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh

13

kejang-kejang. Setelah konvulsi selesai zat-zat organik dioksidasi dan
dilepaskan natrium. Yang lalu bereaksi dengan karbonik sehingga
berbentuk natrium biokarbonat. Dengan demikian cadangan alkali
dapat pulih kembali normal.
5. Pemeriksaan Penunjang
Selain anamnesa dan pemeriksaan fisik, pada kecurigaan adanya
pre eklampsia sebaiknya diperiksakan juga :
a. Pemeriksaan darah rutin serta kimia darah : Urium-kreatinin, SGOT,
LDH, bilirubin.
b. Pemeriksaan uriene : protein, reduksi, bilirubin, sedimen.
c. Kemungkinan adanya pertumbuhan janin terhambat dengan konfirmasi
USG (bila tersedia).
d. Kardiotografi untuk menilai kesejahteraan janin (Anik, 2009).
6. Pencegahan
Pencegahan timbulnya pre eklampsia berat dapat dilakukan dengan
pemeriksaan antenatal care secara teratur. Gejala ini dapat ditangani secara
tepat. Penyuluhan tentang manfaat istirahat akan banyak berguna dalam
pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti tirah baring ditempat tidur, tetapi
ibu masih dapat melakukan kegiatan sehari-hari, hanya dikurangi diantara
kegiatan tersebut, ibu dianjurkan duduk atau berbaring. Nutrisi penting
untuk diperhatikan selama hamil, terutama protein. Diet protein yang
adekuat bermanfaat

untuk pertumbuhan dan perbaikan sel dan

transformasi lipid (Anik, 2009).

14

7. Penatalaksanaan
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre
eklampsia berat selama perawatan, maka perawatan dibagi menjadi :
a. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi
ditambah pengobatan medisinal (Sujiyatini, 2009).
Perawatan Aktif : Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada
setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assesment (NST & USG).
1) Indikasi Ibu :
a) Usia kehamilan 37 minggu atau lebih.
b) Adanya tanda-tanda gejala impending eklampsia.
c) Kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan
medikamentosa terjadi kenaikan tekanan darah atau setelah 24
jam terapi medikamentosa tidak ada perbaikan.
2) Indikasi Janin :
a) Hasil fetal assesment jelek (NST & USG)
b) Adanya tanda IUGR.
c) Laboratorium
Adanya “HELLP syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi
hepar, trombositopenia) (Nugroho, 2012)
Pengobatan Medikamentosa :
a)

Segera masuk rumah sakit

b) Tidur baring, miring kesatu sisi (sebaiknya kiri), tanda-tanda
vital diperiksa setiap 30 menit, refleks patella setiap jam.

15

c)

Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus
RL (60-125 cc/jam) 500 cc.

d) Antasida
e)

Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.

f)

Pemberian obat anti kejang : Diazepam 20 mg per IV
dilanjutkan dengan 40 mg dalam dextrose 10% selama 4-6 jam
atau MgSO4 40% 5 gram per IV pelan-pelan dilanjutkan 5 gram
dalam RL 500 cc untuk 6 jam.

g) Dieuretik tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema
paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan
furosemid injeksi 40 mg per IV.
h) Antihipertensi diberikan bila : Tekanan darah sistolik 180
mmHg, diastolik 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Dapat
diberikan catapres ½-1 ampul per IM dapat diulang tiap 4 jam,
atau alfametildopa 3x250 mg dan nifedipin sublingual 5-10 mg.
i)

Kardiotonika, indikasinya bila ada tanda-tanda payah jantung,
diberikan digitalisasi cepat dengan Cedilanid (Nugroho, 2012).

Pengobatan Obstetrik :
1) Cara terminasi kehamilan yang belum inpartu
a) Induksi persalinan
b) Seksio sesaria bila :
(1) Fetal assesment jelek

16

(2) Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi atau adanya
kontraindikasi tetesan oksitosin.
(3) 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum
masuk fase aktif.
(4) Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan
terminasi dengan seksio sesaria.
2) Cara terminasi kehamilan yang sudah inpartu
Kala I :
a) Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan
seksio sesaria.
b) Fase aktif : Amniotomi saja bila 6 jam setelah amniotomi
belum terjadi pembukaan lengkap maka dilakukan seksio
sesaria (bila perlu dilakukan tetesan oksitosin).
Kala II
Pada persalinan pervaginam, maka kala II diselesaikan
dangan partus buatan. Amniotomi dan tetesan oksitosin
dilakukan sekurang-kutangnya 3 menit setelah pemberian terapi
medikamentosa. Pada kehamilan 32 minggu atau kurang, bila
keadaan memungkinkan, terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk
memberikan kortikosteroid.
3) Pengobatan pada postpartum
Pemberian anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum
atau kejang terakhir, teruskan terapi antihipertensi jika tekanan

17

diastolik masih >110 mmHg, pantau jumlah urine (Yeyeh, dkk,
2010).
b. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah
pengobatan medisinal (Sujiyatini, 2009).
Perawatan konservatif
1) Indikasi : Bila kehamilan preterm kurang dari 37 minggu tanpa
disertai tanda-tanda impending eklampsia dengan keadaan janin
baik.
2) Terapi medikamentosa : Sama dengan terapi medikamentosa pada
pengelolaan aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan
intravenous, cukup intramuskuler saja dimana 4 gram pada bokong
kiri dan 4 gram pada bokong kanan.
3) Pengobatan obstetri :
a)

Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama
seperti perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.

b) MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre
eklampsia ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.
c)

Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan, maka dianggap terapi
medikamentosa gagal dan harus diterminasi.

d) Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi
lebih dahulu MgSO4 20% 2 gram intravenous.

18

4) Penderita dipulangkan bila :
a)

Penderita

kembali

kegejala-gejala

atau

tanda-tanda

pre

eklampsia ringan dan telah dirawat selama 3 hari.
b) Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre eklampsia
ringan : penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai pre
eklampsia ringan, diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu
(Nugroho, 2012).

B. Karakteristik
1. Umur Ibu
Umur adalah suatu usia yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
saat ulang tahun terakhir (Wawan, 2011).
Umur pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu untuk
menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu sehingga kualitas sumber
daya manusia makin meningkat dan kesiapan untuk menyehatkan generasi
penerus dapat terjamin. Kehamilan diusia muda akan merasakan rasa takut
terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan pada usia tersebut
ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi ibu
belum siap untuk hamil. Begitu juga kehamilan dan persalinan serta alat-alat
reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil (Safitri, 2010).
Umur ibu berpengaruh terhadap proses reproduksi, usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah umur 20-35 tahun. Pada kelompok ibu
berumur 20-35 tahun angka kematian ibu lebih rendah dibanding degan

19

kelompok ibu berumur kurang dari 20 tahun, dan dibanding dengan
kelompok ibu berumur 35 tahun atau lebih. Umur, tinggi badan dan berat
badan wanita merupakan resiko kehamilan. Wanita yang berumur 15 tahun
atau lebih muda meningkatkan resiko pre eklampsia (sebuah tipe tekanan
darah tinggi yang berkembang selama kehamilan). Wanita yang berumur 35
tahun tinggi, gestasional diabetes (diabetes yang berkembang pada saat
kehamilan) dan komplikasi selama kehamilan. Pada umur kurang dari 20
tahun, organ-organ reproduksi belum berfungsi dengan sempurna, sehingga
bila terjadi kehamilan dan persalinan akan mudah mengalami komplikasi.
Selain itu, kekuatan otot-otot perineum dan otot-otot perut belum bekerja
secara optimal (Wiknjosastro, 2011).
2. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup maupun
mati sebelum kelahiran sekarang (Wiknjosastro, 2011).
Klasifikasi paritas dibagi menjadi :
a. Primipara
Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi untuk pertama kali
b. Multipara
Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi variabel lebih dari dua kali.
c. Grande Multipara
Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi variabel lebih dari empat
kali.

20

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa paritas merupakan
wanita yang berhubungan dengan kelahiran anak yang bisa hidup, dapat
dibagi menjadi 3 yaitu primipara, multipara dan grande multipara. Dari
kejadian 80% semua kasus hipertensi pada kehamilan 3-8% pasien terutama
pada primigravida, pada kehamilan trimester dua, catatan statistika
menunjukkan 5-8% pre eklampsia dari semua kehamilan, terdapat 12%
lebih dikarenakan oleh primigravida. Faktor yang mempengaruhi pre
eklampsia frekuensi primigravida lebih tinggi bila dibandingkan dengan
multigravida, terutama primigravida muda (Wiknjosastro, 2011).
Persalinan yang berulang-ulang akan mempunyai banyak resiko
terhadap kehamilan, telah terbukti bahwa persalinan kedua dan ketiga
adalah persalinan yang paling aman. Pada Te New England Journal of
Medicine tercatat bahwa pada kehamilan yang pertama resiko terjadi pre
eklampsia 3,9%, kehamilan kedua 1,7% dan kehamilan ketiga 1,8%
(Sarwono, 2009).
3. Pendidikan
Pendidikan adalah proses sosial, orang-orang dihadapkan pada
pengaruh lingkungan terpilih dan terkontrol khususnya dari sekolah.
Sehingga mereka dapat memperoleh atau mengalami perkembangan sosial
dan kemampuan individu yang optimal. Oleh karena itu tujuan pendidikan
kesehatan adalah merubah perilaku dari yang merugikan atau tidak sesuai
dengan norma kesehatan kearah tingkah laku yang menguntungkan

21

kesehatan atau norma yang sesuai dengan kesehatan. Jenjang pendidikan
terdiri atas :
a. Pendidikan dasar

: Tidak tamat SD, tamat SD/sederajat dan
SMP/sederajat.

b. Pendidikan menengah : SMA/sederajat.
c. Pendidikan tinggi

: Perguruan tinggi.

Faktor pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan ibu
tentang sesuatu hal. Seseorang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi
akan lebih mudah menerima informasi yang disampaikan oleh tenaga
kesehatan. Artinya, ia dapat mengadopsi inovasi dengan cepat
dibandingkan dengan ibu-ibu yang berlatar belakang pendidikan rendah
yang cenderung lebih sulit untuk mengetahui atau mengikuti informasi
yang tersedia karena keterbatasan pengetahuan.
Pendidikan ibu dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun
informal. Pendidikan formal didapatkan dari sekolah, sedangkan
pendidikan informal dapat diperoleh dari petugas kesehatan pada saat
diberikan pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

C. Ibu Bersalin
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui
jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan

22

sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri
dengan kelahiran plasenta (Sulistyawati, dkk, 2010).
Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan
membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari
pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan
frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur. Mula-mula kekuatan yang muncul
kecil, kemudian terus meningkat sampai pada puncaknya pembukaan serviks
lengkap sehingga siap untuk pengeluaran janin dari rahim ibu (Rohani, 2011).

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep Penelitian
Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan
dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel (baik
variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep adalah
formulasi atau simplifikasi dari kerangka teori atau teori-teori yang
mendukung penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010)
Kerangka konsep membahas saling ketergantungan antar variabel yang
dianggap perlu. Kerangka konsep dalam penelitian ini meliputi karakteristik
ibu (umur, paritas, pendidikan, lingkungan dan sosial ekonomi) pada
persalinan dengan pre eklampsia berat.
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Gambaran Karakteristik Ibu Hamil tentang Pre Eklampsia Berat
Karakteristik ibu bersalin :
- Umur
- Paritas
- Pendidikan
Pre Eklampsia Berat

- Lingkungan
- Sosial Ekonomi

Input

Output

Keterangan :
Diteliti

Tidak diteliti

23

24

B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah variabel mengandung pengertian ukuran atau
ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan
yang dimiliki oleh kelompok yang lain. Definisi lain mengatakan bahwa
variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep
penelitian tertentu (Notoatmodjo, 2010).
Variabel dalam penelitian ini meliputi kejadian pre eklmapsia berat
berdasarkan karakteristik (umur, paritas, pendidikan) pada pre eklampsia
berat.

C. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif
yaitu

suatu

metode

penelitian

untuk

mendeskripsikan

atau

menggambarkan suatu fenomena yang terjadi didalam masyarakat.
(Notoatdmojo, 2010).
Pada

penelitian

ini,

peneliti

ingin

memperoleh

gambaran

karakteristik ibu hamil tentang pre eklampsia berat di RSUD Indramayu.
2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian deskriptif
dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional.

25

Cross Sectional adalah rancangan penelitian dengan melakukan
pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan atau sekali waktu
(Hidayat, 2014).
3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder
dengan menggunakan alat penelitian berupa lembar check list. Data
sekunder diperoleh melalui instansi terkait yaitu RSUD Indramayu
dimana data yang dibutuhkan berasal dari dokumentasi rekam medik.
Adapun cara pengambilan dalam penelitian ini adalah :
a. Peneliti mengajukan ijin pada Direktur RSUD Indramayu.
b. Setelah mendapat ijin, peneliti mengamati rekam medik pasien untuk
memperoleh data.
c. Pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu bersalin
yang mengalami pre eklampsia berat di RSUD Indramayu.
d. Sampel yang memenuhi kriteria dipilih dan dilakukan pencatatan data
dengan mengisi lembar check list sesuai dengan data yang dibutuhkan
berdasarkan rekam medik pasien.
4. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang berada pada
suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan
masalah penelitian. Keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup
yang akan diteliti (Arikunto, 2013).

26

Populasi yang diteliti adalah seluruh ibu bersalin yang mengalami
pre eklampsia berat di RSUD Indramayu.
Dari hasil data rekam medik RSUD Indramayu pada periode 1
Januari sampai 31 Desember 2014, jumlah ibu bersalin yang mengalami
pre eklampsia berat sebanyak 823 orang.
5. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian atau jumlah yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misal karena keterbatasan dana, tenaga dan
waktu, maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu. Apa yang
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk
populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
representative (Sugiyono,2011).
Sampel yang digunakan adalah seluruh ibu bersalin yang mengalami
pre eklampsia berat dengan populasi yaitu sebanyak 823 orang.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling
yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan atas tujuan tertentu atau
mengambil keseluruhan populasi untuk dijadikan sebagai sampel
penelitian atau jumlah sampel sama dengan populasi. (Notoatmodjo,
2010).

27

6. Definisi Operasional
Definisi operasional berguna untuk membatasi ruang lingkup atau
pengertian variabel-variabel diamati atau diteliti, perlu sekali variabelvariabel tersebut diberi batasan atau “definisi operasional”. Definisi
operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran
atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta
pengembangan instrumen (alat ukur) (Notoatmodjo, 2010).
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No

Variabel

1.

Umur

2.

Paritas

3.

Pendidikan

Definisi
Operasional
Umur adalah
suatu usia yang
terhitung mulai
saat dilahirkan
sampai saat
ulang tahun
terakhir
(Wawan, 2011).
Paritas adalah
jumlah anak
yang pernah
dilahirkan hidup
maupun mati
sebelum
kelahiran
sekarang
(Wiknjosastro,
2011)
Tingkat
pendidikan
formal yang
telah ditempuh
ibu
(Notoatmodjo,
2010).

Cara
Ukur
Study
dokument
asi

Alat
Ukur
Check
list

Study
dokument
asi

Check
list

Study
dokument
asi

Check
list

Hasil Ukur
1. Reproduksi
beresiko
PEB
(< 20 th dan
>35 th)
2. Reproduksi
sehat (20-35
th)
1. Primipara
(1)
2. Multipara
(2-3)
3. Grandemulti
para
(≥ 4)

1. Tidak Tamat
SD
2. Tamat SD
3. Tamat SMP
4. Tamat SMA
5. Tamat PT

Skala
Ukur
Ordinal

Ordinal

Ordinal

28

7. Instrumen Penelitian
Instrumen

penelitian

ini

dilakukan

dengan

cara

observasi,

dokumentasi rekam medik, dan menggunakan lembar check list yang
dilakukan dengan cara mengisi data check list sesuai dengan yang di
butuhkan.
Check list adalah suatu daftar untuk men “cek” yang berisi nama
subjek dan beberapa gejala serta identitas lainnya dari sasaran pengamatan
(Notoatmodjo, 2010).
8. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
a. Teknik Pengolahan Data
Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah
pengolahan data. Proses pengolahan data ada 3 yaitu :
1) Editing
Kegiatan untuk mengoreksi data yang tidak jelas agar bila terjadi
kekurangan atau kesalahan data dapat dengan mudah terlihat dan
segera dilakukan perbaikan.
2) Coding
Kegiatan untuk memberikan kode pada check listsesuai data pada
catatan medik pasien.
3) Tabulating
Kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian kedalam tabel
sesuai kriteria.

29

4) Processing
Kegiatan untuk memasukan hasil data check list kedalam program
atau software komputer yaitu data diolah dengan menggunakan
program Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0 for
windows (Arikunto, 2013)
b. Analisis Data
Data yang disajikan dengan menggunakan analisis univariat
yaitu suatu variabel yang menggambarkan penyajian data untuk satu
variabel saja. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui distribusi dan
presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).
Adapun rumusnya sebagai berikut :
P=

f
N x 100%

Keterangan :
P = Proporsi
F = Frekuensi kategori
N = Jumlah sampel

D. Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat ijin dari Direktur RSUD
Indramayu.
Setelah mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian dengan
menekankan etika dengan cara :

30

Tanpa nama (Anonim) adalah Masalah etika kebidanan merupakan
masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian
dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada
lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data
atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2014).

E. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di RSUD Indramayu. Adapun waktu
penelitian dilaksanakan pada bulan Februari – April 2015.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada bulan Februari –
April 2015, mengenai Gambaran Kejadian Pre Eklampsia Berat pada Ibu
Bersalin Berdasarkan Karakteristik di RSUD Indramayu setelah dianalisis
didapat data analisis univariat, sebagai berikut :
1. Umur
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Kejadian Pre Eklampsia Berat Pada Ibu
Bersalin Berdasarkan Umur di RSUD Indramayu
Tahun 2015
Umur
35
Total

Frekuensi (N)
72
497
254
823

Presentase (%)
8,7
60,4
30,9
100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu
bersalin dengan pre eklampsia berat adalah umur 20-35 tahun yaitu
sebanyak 497 orang (60,4%).

31

32

2. Paritas
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Kejadian Pre Eklampsia Berat Pada
Ibu Bersalin Berdasarkan Paritas di RSUD Indramayu
Tahun 2015
Paritas
Primipara
Multipara
Grande Multipara
Total

Frekuensi (N)
262
362
199
823

Presentase (%)
31,8
44,0
24,2
100

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu
bersalin dengan pre eklmapsia berat adalah multipara sebanyak 362 orang
(44,0%).
3. Pendidikan
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Kejadian Pre Eklampsia Berat Pada Ibu
Bersalin Berdasarkan Pendidikan di RSUD Indramayu
Tahun 2015
Pendidikan
Tidak Tamat SD
SD
SMP
SMA
PT
Total

Frekuensi (N)
0
550
161
110
2
823

Presentase (%)
0
66,8
19,6
13,4
0,2
100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu
bersalin dengan pre eklampsia berat berdasarkan pendidikan adalah SD
sebanyak 550 orang (66,8%).

33

B. Pembahasan
1. Umur
Dari hasil penelitian ibu bersalin dengan pre eklampsia berat
sebanyak 823 orang, sebagian besar terjadi pada umur 20-35 tahun yaitu
497 orang (60,4%), pada umur 35 tahun yaitu 254 orang (30,9%).
Berdasarkan teori, Umur adalah suatu usia yang terhitung mulai
saat dilahirkan sampai saat ulang tahun terakhir. Umur ibu berpengaruh
terhadap proses reproduksi, usia aman untuk kehamilan dan persalinan
adalah umur 20-35 tahun. Pada kelompok ibu berumur 20-35 tahun angka
kematian ibu lebih rendah dibanding degan kelompok ibu berumur kurang
dari 20 tahun dan dibanding dengan kelompok ibu berumur 35 tahun atau
lebih. Umur, tinggi badan dan berat badan wanita merupakan resiko
kehamilan. Wanita yang berumur 15 tahun atau lebih muda meningkatkan
resiko pre eklampsia (sebuah tipe tekanan darah tinggi yang berkembang
selama kehamilan). Wanita yang berumur 35 tahun meningkatkan resiko
tekanan darah tinggi, gestasional diabetes (diabetes yang berkembang
pada saat kehamilan) dan komplikasi selama kehamilan. Pada umur
kurang dari 20 tahun, organ-organ reproduksi belum berfungsi dengan
sempurna, sehingga bila terjadi kehamilan dan persalinan akan mudah
mengalami komplikasi. Selain itu, kekuatan otot-otot perineum dan otototot perut belum bekerja secara optimal (Wiknjosastro, 2011).

34

Setelah dilakukan penelitian hasil dari penelitian tersebut ternyata
sebagian besar yang mengalami pre eklampsia berat terjadi pada umur 2035 tahun, berbeda dengan teori yang menyebutkan bahwa umur paling
aman untuk kehamilan dan persalinan adalah pada umur 20-35 tahun dan
yang rentan terjadi resiko tinggi pada kehamilan dan persalinan adalah
umur