Karya ilmiah pancasila and IPTEK

A.PENDAHULUAN
Pasca era reformasi di Indonesia, banyak berkembang pandangan-pandangan ideologi yang
mempertanyakan Pancasila sebagai sistem ideologi bangsa Indonesia. Pandangan ideologi
disampaikan oleh golongan-golongan tertentu yang menginginkan perubahan bentuk
pemerintahan. Keinginan tersebut tidak serta merta dapat merubah bentuk pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang telah dirumuskan para pendirinya.
Keberadaan negara Indonesia diperjuangkan oleh perintis perjuangan bangsa yang memekan
waktu yang sangat lama. Pejuang-pejuang lokal hampir tak pernah putus melakukan perlawanan
terhadap pemerintahan Hinda Belanda. Kesadaran untuk bersatu dan mewujudkan negara
Indonesia adalah pada tanggal 28 Oktober 1928. Para pemuda mengikrarkan ‘Sumpah Pemuda’
dan merupakan awal dari pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Panjangnya perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, sudah seharusnya kita mempertahankan
kemerdekaan bangsa ini dengan mengisinya dengan pembangunan. Para pengada negara
Indonesia telah merumuskan dasar-dasar ideologi bangsa dengan jalan musyawah dan mufakat.
Perumusan dasar negara telah digali oleh para pengada negara Indonesia dari berbagai macam
unsur yang ada di nusantara. Berbagai macam unsur tersebut tersarikan dalam wujud Pancasila.
Pancasila sebagai dasar negara bangsa Indonesia telah bersifat final, sehari setelah Proklamasi
kemerdekaan dibacakan oleh Soekarno dan Hatta. Rumusan Pancasila yang terdapat dalam
Piagam Jakarta disahkan sebagai dasar negara. Bentuk rumusan Pancasila sebagai dasar negara
hanyalah yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. Perjalanan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 pada awal kemerdekaan mengalami pasang surut, seiring berbagai macam perubahan

bentuk negara. Pada5 Juli1959, karena gagalnya Badan Konstituante menetapkan UUD baru,
Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit untuk kembali pada UUD 1945.
Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 hingga saat ini masih bertahan sebagai dasar negara
Indonesia. Berbagai macam pergolakan telah terjadi di Indonesia, tetapi Pancasila sebagai dasar
negara masih tetap kokoh. Pancasila ada dari buah pikir para pengada Indonesia berdasarkanpada
pengkajian dari berbagai unsur ilmu pengetahuan yang beragam dari para tokoh pergerakan
Indonesia. Kita akan mengkaji tentang Pancasila sebagai filsafat ilmu dan implikasi sila-sila
dalam pancasila dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

B.PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT ILMU
Sehari setelah Proklamasi kemerdekaan Indonesia, 18 Agustus 1945, para pengada Indonesia
menegakkan Pancasila dasar negara. Pancasila lahir dari hasil kebudayaan Indonesia yang
bersuku-suku. Pemikiran-pemikiran yang melandasi dan terintegrasi menjadi filsafat Pancasila
adalah pemikiran yang bersumber dari agama, pemikiran kosmologis, ontologis, dan
antropologis yang berasal dari sub kebudayaan Indonesia, pemikiran yang berasal dari ilmu
pengetahuan filssafat barat sebagai hasil pendidikan yang dualistis, pengalaman hidup dan
refleksi atas penderitaan rakyat yang dilakukan oleh para perintis dan pejuang kemerdekaan,
refleksi kritis, dialogis, futurologis yang dilakukan oleh para pengada Indonesia (Suwarno, 1993;
Hardono Hadi, 1994; Baker, 1995 dalam Dimyati 1995).
Pancasila merupakan hasil dari berbagai macam pemikiran yang lahir dari budaya nusantara.

Suku-suku bangsa di nusantara telah melakukan akulturasi antar suku bangsa, antar bangsa
sehingga terbentuklah kepribadian kebudayaan bangsa. Akulturasi budaya terus berkembang
hingga abad ke 16 ketika bangsa Eropa masuk ke Indonesia dan mulai melakukan usaha
penjajahan. Pada masa penjajahan, bangsa Indonesia banyak mengalami berbagai macam
akulturasi budaya, ekonomi, politik, pendidikan hingga pengetahuan. Anak bangsa mengalami
perkembangan pengetahuan saat dicetuskannya politik etis oleh van Deventer.
Politik etis yang diterapkan oleh pemerintah Hinddia Belanda membawa pengaruh yang sangat
besar bagi lahirnya para pemikir bangsa. Kelahiran para pemikiri sekaligus pengada Indonesia
terlahir dari berbagai macam latar belakang pendidikan dan suku bangsa. Pemikiran dan
pengetahuan yang berasal dari Eropa, Timur Tengah, Asia, dan lokal membahur menjadi satu,
pemikiran pembentukan negara Indonesia. Pengetahuan dan pemikiran dari berbagai macam
arah, terwujud pada rumusan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Kesadaran para pengada Indonesia terhadap perkembangan pengetahuan tercermin dalam
Pembukaan UUD 1945, yaitu ‘... mencerdasaskan kehidupan bangsa...’ Kalimat ini menunjukkan
bahwa tujuan kemerdekaan Indonesia salah satunya adalah untuk mencerdaskan seluruh rakyat
Indonesia. Pengada Indonesia menyadari bahwa kesejahteraan dapat dicapai lewat pendidikan
yang merupakan sarana pemerolehan ilmu pengetahuan. Kita ketahui bersama bahwa
kemerdekaan Indonesia tercapai karena peran pendidikan yang telah membawa kesadaran kaum
terpelajar Indonesia untuk mencapai kemerdekaan.
Pengada Indonesia juga menyadari bahwa kedaulatan suatu negara berada di tangan rakyat.

Kedaulatan rakyat harus berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil
dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, serta mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Rumusan tersebut menjelaskan bahwa pengada Indonesia benar-benar memiliki suatu
konsep pemerintahan yang matang. Ini juga menunjukkan bahwa untuk mencapai kesejahteraan,
kita harus memliki keyakinan theisme religius.

Pancasila, yang juga tertuang dalam alenie ke-4 UUD 1945, merupakan nilai-nilai pokok dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai filsafat sangat bermanfaat untuk
mendukung cita-cita atau tujuan nasional. Pancasila merupakan pedoman dan pegangan dalam
hal sikap. Tingkah laku dan perbuatan dalam hidup sehari-hari dalam masyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Filsafat Pancasila merupakan hasil dari sistem pemikiran keilmuan dan disiplinpemikiran
keilmuan. Sistem keilmuan, filsafat Pancasila harus bersifat terbuka dalam mencari kebenaran.
Pancasila sebagai filsafat ilmu mengandung nilai ganda, yaitu harus memberikan landasar
teoritik (dan normatif) bagi penguasaan dan pengembangan iptek dan menetapkan tujuan; dan
nilai instrinsik tujuan iptek dilandasi oleh nilai mental kepribadian dan moral manusia (Syam,
2006).
Filsafat Pancasila memiliki sifat-sifat universal yang sesuai dengan ciri khas nasional. Sifat-sifat
universal tersebut adalah:

a. 1.Sistematis, fundamental, universal, integral dan radikal menacari kebenaran yang
hakiki
b. 2.Filsafat yang monotheis dan religius yang mempercayai adanya sumber kesemestaan
yaitu Tuhan YME
c. 3.Monodualisme dan monopluralisme yang mengutamakan ketuhanan, kesatuan dan
kekeluargaan
d. 4.Satu kesatuan totalitas yang bulat dan utuh antar sila-sila Pancasila
e. 5.Memiliki corak universal, terutama sila I dan sila II serta corak nasional Indonesia
terutama sila III, IV dan V
f. 6.Harmoni idiil (asas selaras serasi, dan seimbang
g. 7.Idealisme fungsional (dasar dan fungsi serta tujuan idiil sekaligus
h. 8.Memiliki ciri-ciri dimensi idealitas, realitas dan fleksibelitas.
Filsafat Pancasila merupakan landasar dalam proses berfikir dan berpengetahuan. Sebuah
pengetahuan dalam perkembangannya harus memperhatikan aspek Ketuhanan yang merupakan
landasan dalam setiap berfikir manusia. Pengetahuan harus memperhastikan aspek kemanusiaan,
tanpa memperhatikan landasasan ini, pengetahuan akan terlepas dari nilai hakiki pengetahuan
itu. Pancasila ada karena suatu proses pembentukan pengetahuan dari berbagai sumber yang
kemudian terakumulasi dalam kehidupan sehari-hari.

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya adalah suatu sistem pengetahuan. Dalam

kehidupan sehari-hari Pancasila menjadi pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia dalam
memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa, dan negara tentang makna
hidup serta sebagai dasar bagi manusia Indonesia untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
dalam hidup dan kehidupan. Pancasila dalam pengertian seperti itu telah menjadi suatu sistem
cita-cita atau keyakinan-keyakinan (belief system)sehingga telah menjelma menjadi ideologi
(mengandung tiga unsur yaitu : 1. Logos (rasionalitas atau penalaran), 2. pathos (penghayatan),
dan 3. Ethos (kesusilaan).
Pancasila sebagai filsafat memungkinkan masyarakat dapat memikirkan masalah-masalah dasar
hidupnya secara rasional dengan bahasa, wawasan dan argumentasi yang universal. Dengan
demikian, filsafat Pancasila dapat membuka cakrawala bagi diskusi secara terbuka terhadap
masalah-maslaah dan sekaligus secara kritis terhadap penyempitan-penyempitan ideologis.
Filsafat akan membantu kita untuk mengambil jarak terhadap klaim ideologi ilmu-ilmu empiris.
Pada budaya modern, ilmu empiris yang mendefinisikan arti kemanusiaan dan tujuan
perkembangan masyarakat. Pancasila sebagai filsafat juga akan membantu kita untuk mengambil
sikap terbuka dan kritis terhadap dampak modernisasi dan menjadi pemain aktif,
mempertahankan identitas sebagai bangsa Indonesia.
Filsafat Pancasila dalam perkembangan ilmu pengetahuan diharapakan dapat memecahkan
permasalahan dalam kehidupannya. Pancasila sebagai ilmu pengetahuan harus dikembangkan
demi ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan juga harus dapat menjawab berbagai persoalan hidup.
Pancasila yang terdiri dari lima sila, merupakan bentuk akumulasi proses pemecahan masalah

kehidupan bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, berbangsa dan bernegara.
Pancasila sebagai filsafat ilmu harus mengandung nilai ganda, yaitu
a. harus memberikan landasan teoritik (dan normatif) bagi penguasaan dan pengembangan
iptek dan menetapkan tujuannya
b. memiliki nilai instrinsik tujuan iptek yang senantiasa dilandasi oleh nilai mental
kepribadian dan moral manusia. Nilai-nilai kualitatif dan normatif secara kategoris harus
terkandung dalam ajaran filsafat. Kualitas dan identitas nilai mental dan kepribadian
manusia senantiasa berhubungan dengan nilai filsafat dan atau agama.
Kedudukan filsafat ilmu harus beerasaskan kerokhanian dari sistem keilmuan dan
pengembangannya. Fungsi mental dan moral kepribadian manusia dalam implemantasi iptek
merupakan kriteria yang signifikan suatu keilmuan. Keilmuan harus berorientasi praktis untu
kepentingan bangsa. Selain itu, kebenaran yag dianut epistomologis Pancasila prinsip kebenaran
eksistensial dalam rangka mewujudkan harmoni maksimal yang sesuai taraf-taraf fisiokismis,
biotik, psikis, dan human dalam rangka acuan norma ontologis transedental. Dengan pendekatan
pencerdasan kehidupan bangsa, epsitomologis Pancasila bersifat terbuka terhadap berbagai aliran
filsafat dunia (Dimyati, 2006).

C.KAITAN ANTAR SILA DALAM PANCASILA
Filsafat Pancasila sangat berguna dalam mendukung cita-cita dan tujuan nasional. Menjaga
kelestarian dan keberlangsungan hidup bangsa dan negara dengan berlanadasakan pada

kebenaran dan demokrasi bagi kehidupan bersama yang dilandasi nilai persatuan dan kesatuan.
Pancasila merupakan pedoman dan pegangan dalam hal sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Sila dalam Pancasila merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling berkait. Perubahan dalam
salah satu sila dalam Pancasila akan merubah secara keseluruhan termasuk pembukaan UUD
1945. Pancasila memiliki hubungan sebab-akibat, yaitu sebagai pendukung hubungan terhadap
unsur-unsur hakiki dari Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil yang merupakan pokok pangkal
hubungan. Sebagai satu kesatuan, Pancasila merupakan suatu sistem. Ciri-ciri Pancasila sebagai
suatu sistem adalah
a. 1.Kesatuan dari bagian-bagian, yaitu Pancasila menyatu dan utuh
b. 2.Tiap bagian mempunyai fungsi masing-masing
c. 3.Saling berhubungan dan ketergantungan
d. 4.Keseluruhan
e. 5.Terjadi dalam lingkungan yang kompleks.
Rumusan Pancasila merupakan rumusan yang mutlak. Unsur-unsur hakikinya adalah
a. Ketuhanan. Ketuhanan merupakan unsur hakiki dari Tuhan yang mencakup pengertian
keberadaan Tuhan sebagai sang pencipta yang mencipta dan mengatur segalanya.

b. Kemanusiaan, unsur hakiki manusia yang mencakup pengertian keberadaan diri manusia
sebagai ciptaan yang memiliki susunan kodrat jasmani dan rohani, individu dan sosial,

kedudukan kodrat sebagai yang mandiri dan tergantung pada Tuhan.
c. Persatuan unsur hakiki dari satu, keseluruhan yang utuh tak terbagi, yang terlepas atau
terpisah dari lainnya dan memiliki kesendirian.
d. Kerakyatan, merupakan unsur hakiki dari rakyat yang memiliki pengertian kelompok
manusia yang mendukung berdirinya negara.
e. Keadilan, merupakan unsur hakiki dari adil yang memliki pengertian terhadap hak dari
yang bersangkutan (Wahana, 1993).
Sila dalam Pancasila saling keterkaitan, berhubungan dan saling melengkapi, sehingga
merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh. Sila pertama dalam pancasila memiliki posisi
istimewa karena diluar ciptaan akal manusia (Hazairin, 1983). Sila pertama ini memiliki
kedudukan yang paling luas, karena sebagai dasar dari empat sila lainnya (Kaelan, 1999).
Hubungan antar sila dalam Pancasila dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang berkemanusiaan yang adil
dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

2.Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kemanusiaan yang berke-Tuhanan
Yang Maha Esa, berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh himat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyatIndonesia.

3.Sila ketiga: Persatuan Indonesia adalah persatuan yang berke-Tuhanan Yang Mahasa Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

4.Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan adalah kerakyatan yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa. Yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkeadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.

5.Sila kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah keadilan sosial yang berkeTuhanan Yang Maha Esa. Yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan
Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan (Notonegoro, 1975 dalam Kaelan, 1993).

Pancasila dapat dipahami dengan benar, dengan pandangan bahwa

1.Orang tidak dapat memahami Pancasila dengan menafsirkan sila-silanya secara terpisah


2.Sila-sila dalam Pancasila tidak saling bertentangan

3.Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan jantung Pancasila

Dengan demikian, disimpulkan bahwa Pancasila telah dapat menjawab persoalan pokok yang
dihadapi masyarakat Indonesia. Pancasila telah berhasil memberi peluang pada tiap kelompok
untuk hidup bersama, bekerja bersama dalam ranga mewujudkan pembangunan nasional.

Filsafat Pancasila merupakan sistem nilai yang tercermin dalam kesatuan yang bulat hierarkis.
Pokok-pokok ajaran filsafat Pancasila bahwa dalam tiap silanya mencerminkan asas normatif
yang menjadi inti kesadaran manusia Indonesia dalam antar hubungan sesama negara, budaya,

alam, bahkan dihadapan Tuhan. Kesadaran nilai Ketuhanan akan memberikan kesadaran harkat
martabat bagi tiap pribadi dihadapan Tuhan, alam, sesama, budaya, dan negara yang berinti
kesadaran asas keseimbangan hak dan kewajiban yang menentukan integritas dan martabat moral
kepribadian manusia.

D.FILSAFAT PANCASILA DAN PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN


Sejak 18 Agustus 1945, secara epistomologis, Pancasila dikaji oleh para ahli dan juga diuji oleh
berbagai peristiwa-peristiwa yang mencoba merongrong kemerdekaan dan keutuhan Republik
Indonesia. Secara empiris dan kenegaraan, Pancasila telah menunjukkan ketangguhannya hingga
pada saat ini. Pengujian secara kognitif telah dilakukan oleh para ahli dengan berbagai
pendekatan. Notonegoro dengan analisis teori causal, Driarkara dengan pendekatan antroplogi
metafisik, Eka Darmaputra dengan etika, Suwarno dengan pendekatan historis, filosofis dan
sosio-yuridis, Gunawan Setiardja dengan analisis yuridis ideologis (Dimyati, 2006) dan bayak
para ahli dankalangan akademisi membuktikan Pancasila sebagai filsafat

Berbagai pendekatan yag dilakukan oleh para ahli untuk membukikan filsafat pancasila diterima
sebagai metode epistomologis Pancasila. Prinsip epistomologis Pancasila dapat dikemukakan
dalam proposisi epistemis sebagai berikut :

1.Aku tahu bahwa aku tidak tahu

Bahwa ada semesta adalah fisiokismis, biotik, psikis, dan human akibat ketidaktahuanku, aku
diperlakukan sebagai dia pemberlakuan sebagai dia tidak sesuai dengan martabat manusia.

2.Aku tahu bahwa aku harus tahu

Akibat ketidaktahuanku, maka aku diperlakukan sebagai kamu, pemberlakuan aku sebagai kamu
sesuai dengan martabat manusia sebab adaku sebagai manusia adalah ada bersama dengan
sesama manusia berdasarkan cinta kasih.

3.Aku tahu bahwa ada aku bersama dengan ada kamu

Akibat ada aku bersama kamu, maka kerinduanku adalah sama dengan kerinduanmu,
kerinduanku sama dengan kerinduanmu adalah kerinduan akan harmoni

4.Aku tahu bahwa kerinduan akan harmni adalah kerinduan abadi, kerinduan abadi adalah
kerinduan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa

5.Aku tahu bahwa kerinduan akan harmoni

Mengaruskan aku memberlakukan kamu dengan cinta kasih, kerinduan akan harmoni tidak
terjadi dalam hubungan aku dia atau mereka, hubungan aku dia adalah hubungan aku dengan
bukan manusia, oleh karenanya

6.Aku tahu bahwa Bhinneka Tunggal Ika

Adalah tuntunan menuju kerinduan akan harmoni.

Proposisi epistomologis Pancasiladi atas merupakan landasan keilmuan di Indonesia secaara
ontologis, kosmologis, maupun ekologis.

Secara historis, epistomologis Pancasila terbentuk dari akulturasi budaya yang telah berlangsung
ratusan abad. Akulturasi budaya ini meliputi juga perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang ada di nusantara. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang seiring sejalan dengan
masuknya agama Hinddu-Buddha, Islam hingga bangsa Eropa. Atau secara garis besar,
perkembangan iptek di nusantara banyak dipengaruhi dari India, Timur Tengah, Cina, Jepang
dan Eropa, selain dari nusantara sendiri. Dalam akulturasi ini, alih iptek memerlukan landasan
epistomologis sebagai sesuatu yang dilakukan oleh pebelajar iptek. Penentuan objek materi ilmu
dalam kerangka sudut pandang pendekatan pencerdasan kehidupan bangsa akan menentukan
pemberlakuan metode penelitian, teknik penelitian, dan analisa keilmuan tentang objek.

Proses akulturasi setiap individu warga kebudayaan Indonesia berhadapan dengan
perangkat “item-traits-traits complex-cultural activities” dunia. Hal ini menunjukkan tingkat
keterpelajaran individu teruji untuk memilih atau tidak memilih salah satu perangkat “itemtraits-traits complex-cultural activities”dunia. Proses akulturasi ini melibatkan kegiatan
pendidikan.Kegiatan pendidikan akan tunduk pada hukum-hukum keilmuan pendidikan dan juga
melibatkan ilmu-ilmu bantu yang memiliki prinsip dan teori sendiri.

Pendekatan pencerdasan kehidupan bangsa sebagai awal epistemologi Pancasila telah
dihadapkan pada berbagai cabang ranting dan tangkai ilmu empiris analitis, ilmu historis
hermenutis, dan ilmu-ilmu kritis. Ketiga ilmu tersebut telah sedemikian maju dan berkembang
secara pesat. Epistemologi Pancasila menerima strategi trikon dan menggunakan pendekatan
pencerdasan kehidupan bangsa sebagai awal pengembangan epistemologi Pancasila dalam
menghadapi kemajuan ilmu- ilmu empiris analitis, ilmu historis hermenutis, dan ilmu-ilmu kritis.
Selain itu,epistemologi Pancasila juga menerima strategi akulturasi dalam pengembangan ilmu
dengan menggunakan ‘paradigma baru’. Terkait paradigma baru tersebut adalah terterimanya
empat gaya pemikiran dan penyikapan dalam melakukan ilmu pengetahuan. Gaya pemikiran dan
pengerjaan ilmu pengetahuan merupakan langkah awal pengerjaan atau pemberlakuan obyek
materi ilmu. Uji kritis tentang paradigma-paradigma penelitian masih harus dilakukan oleh setiap
peneliti ilmuwan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan sesuai keahlian.

Manusia mencari kebenaran lewat filsafat dan penyelidikan secara ilmiah. Pencarian kebenaran
pada hakekatnya berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan rokhani (hasrat ingin tahu), karena

manusia senantiasa (a priori) mencari kebenaran demi tuntutan dan tujuan rokhaninya. Secara
hierarikis kebenaran dan ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut :

1.Kebenaran, pengetahuan indera, melalui pengalaman pancaindra

2.Kebenaran ilmiah, sebagai tingkat lanjut dari pengamatan pengalaman (dengan metode
apapun)

3.Kebenaran filsafat sebagai puncak dan prestasi pemikiran murni manusia untuk menembus
tapal batas fisika dan metafisika

4.Kebenaran religious sebegai kebenaran mutlak fundamental yang hakiki merupakan puncak
dan batas tertinggi jangkauan akal budi kepribadian manusia. Kebenaran religious berwatak
supranatural dan supra rasional. (Teliti karya Laboratorium Pancasila 1986 dalam Syam, 2006).

Keempat tingkat kebenaran ini menunjukkan dimensi kesemstaan, alam, budaya, agama dan
Tuhan sebagai dunia kepribadian martabat manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
menunjukkan kemampuan pribadi manusia unggul berkat potensi yang dikembangkannya.
Manusia harus dapat mendayagunakan iptek dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia,
mengembangkan dan melestarikan peradaban, merupakan tanggung jawab moral manusia(Syam,
2006).

Proses pengembanga iptek secara normatif dan teoritis ilmiah adalah lewat kelembagaan
pendidikan formal. Kelembagaan pendidikan merupakan tempat untuk proses belajar dan proses
penelitian pengembangan iptek. Kelembagaan pendidikan harus melakukan rekonstruksi sistem
pengetahuan dalam kebudayaan Indonesia. Pengembangan iptek merupakan tujuan bangsa
Indonesia yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alenia 4, yaitu ‘...mencerdaskan
kehidupan bangsa...’. Sebagai bangsa yang besar, tiap warga negara terutama para ilmuwan dan
cendikiawan harus memilki budaya mengembangkan dan menciptakan pengetahuan dan
teknologi yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia.

E.KESIMPULAN

Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia yang terumuskan dari proses akulturasi
budaya nusantara yang berlangsung berabad-abad. Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan
pandangan hidup bangsa Indonesia dalam berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai suatu
sistem filsafat pada hakikatnya adalah suatu sistem pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari
Pancasila menjadi pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas alam
semesta, manusia, masyarakat, bangsa, dan negara tentang makna hidup serta sebagai dasar bagi
manusia Indonesia untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam hidup dan kehidupan.
Filsafat Pancasila merupakan landasar dalam proses berfikir dan berpengetahuan.

Pancasila sebagai dasar negara terdiri dari lima sila yang berasal dari pemikiran hasil akulturasi
budaya nusantara. Sila-sila dalam Pancasila memliki keterkaitan atau berhubungan dan saling
melandasi. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan landasan utama dari kempat sila
lainnya. Hal ini menjadikan Pancasila sebagai sistem yang saling terkait tak terpisahkan.

Perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia tak bisa terlepas dari dunia luar. Ilmu pengetahuan
di Indonesia pada dasarnya telah berlangsung sebelum era bangsa eropa masuk ke nusantara
hingga pada masa pasca kemerdekaan. Perkembangan iptek adalah lewat kelembagaan
pendidikan, hal ini didasarkan pada semangat ‘menceerdaskan kehidupan bangsa’ yang tertuang
dalam Pembukaan UUD 1945. Para ilmuwan dan cendikiawan harus memiliki semangat
mengembangkan dan menciptakan iptek yang ditujukan bagi kesejahteraan dan kemaslahatan
umat manusia.

.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati, Moh. 2002. Hakikat Kebudayaan, Etika, Ilmu Pengetahuan, Ideologi, Teologi, dan
Epistomologi: Jembatan menuju Epistemologi ke-Indonesiaan; II. Ilmu Pengetahuan & Bebas
Nilai. UNM; Malang

Dimyati, Moh. 2002. Hakikat Kebudayaan, Etika, Ilmu Pengetahuan, Ideologi, Teologi, dan
Epistomologi: Jembatan menuju Epistemologi ke-Indonesiaan; IV. Teori Ideologi,
Epistomologis Pancasila. UNM; Malang

Dimyati, Moh. 2006. Pendidikan Ilmu Pengetahuan dalam Kebudayaan Indonesia, Suatu
Tanggungjawab moral Ilmuwan Indonesia Milenium Tiga. UNM: Malang

Hazairin, 1983. Demokrasi Pancasila. Rieneka Cipta: Jakarta

Kaelan, 1999. Filsafat Pancasila.Paradigma: Yogyakarta

Kaelan, 1993. Pancasila Yuridis Kenegaraan. Paradigma: Yogyakarta

Syam, Mohammad Noor, 2006. Filsafat Ilmu. UNM: Malang

Wahana, Paulus. 1993. Filsafat Pancasila. Kanisius; Yogyakarta

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

The Correlation between students vocabulary master and reading comprehension

16 145 49

Improping student's reading comprehension of descriptive text through textual teaching and learning (CTL)

8 140 133

The correlation between listening skill and pronunciation accuracy : a case study in the firt year of smk vocation higt school pupita bangsa ciputat school year 2005-2006

9 128 37

Makna Kekerasan Pada Film Jagal (The Act Of Killing) (Analisis Semiotika Roland Barthes pada Film Dokumenter "Jagal (The Act of Killing)" tentang Pembunuhan Anti-PKI pada Tahun 1965-1966, Karya Joshua Oppenheimer)

17 109 98

Kolokial Bahasa Inggris Dalam Novel A Diary OF Wimpy Kid Karya Jeff Kinney Dan Terjemehannya Diary Bocah Tengil

4 132 1

Transmission of Greek and Arabic Veteri

0 1 22

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Waway Karya Lampung Timur Tahun Pela

7 98 60