LAPORAN PRAKTIKUM Dan pasca panen.docx

LAPORAN PRAKTIKUM
PENANGANAN PASCA PANEN
“OBSERVASI DI PETANI, PASAR DAN PEDAGANG ECERAN”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Penanganan Pasca Panen

Disusun Oleh:
Ayu Lestari
(4442141804)
Aziz Pungga
(4442140814)
Dini Siti Wahdah
(4442141077)
Novitasari Anggraeni (4442141996)
Ria Khoirurrofi’ah (4442141189)
Yasinta Apriliyani P. (4442141807)
Kelas : VI A

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2017


KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan “alhamdulillaahi rabbil aalamiin”, kami mengucapkan puji
dan syukur dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kepada Allah SWT. Tentunya, hanya
dengan pertolonganNya juga, kami dapat menyelesaikan laporan ini. Laporan yang berjudul
Observasi di Petani, Pasar dan Pedagang Eceran ini disusun untuk memenuhi tugas
praktikum mata kuliah Penanganan Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa, Serang, Banten.
Shalawat dan salam semoga senantiasa terus mengalir kepada junjungan dan teladan
umat manusia, Nabi Muhammad SAW. Beliaulah yang selalu mengajarkan umat manusia
agar selalu tetap di jalanNya. Baik pengajaran melalui sikap maupun ilmu pengetahuan.
Tersusunnya laporan ini semoga bisa memberikan manfaat dan wawasan baru bagi kami
sendiri dan pembaca sekalian.

Terakhir, tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang senantiasa
mendokan serta teman-teman dan asisten laboratorium yang selalu memberikan pengarahan
dan koreksinya. Laporan ini tentunya masih banyak membutuhkan koreksi, sehingga penulis
sangat menerima masukan apabila terdapat hal-hal yang masih keliru ataupun belum sesuai
pustaka yang ada.
Serang, Mei 2017

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Tujuan 2
BAB II METODE PERCOBAAN
2.1 Waktu dan Tempat 3
2.2 Alat dan Bahan
3
2.3 Cara Kerja
3
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 4
4.2 Pembahasan 11

BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
16
5.2 Saran 16
LAMPIRAN 17


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan atau
perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada di
tangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut pasca produksi
(postproduction) yang dapat dibagi dalam dua bagian atau tahapan, yaitupasca panen
(postharvest) dan pengolahan (processing).
Penanganan pasca panen (postharvest) sering disebut juga sebagai pengolahan primer
(primary processing) merupakan istilah yang digunakan untuk semua perlakuan dari mulai
panen sampai komoditas dapat dikonsumsi “segar” atau untuk persiapan pengolahan

berikutnya. Umumnya perlakuan tersebut tidak mengubah bentuk penampilan atau

penampakan, kedalamnya termasuk berbagai aspek dari pemasaran dan distribusi.
Pengolahan (secondary processing) merupakan tindakan yang mengubah hasil tanaman ke
kondisi lain atau bentuk lain dengan tujuan dapat tahan lebih lama (pengawetan), mencegah
perubahan yang tidak dikehendaki atau untuk penggunaan lain. Ke dalamnya termasuk
pengolahan pangan dan pengolahan industri.
Sehingga, dapat didefinisikan bahwa pascapanen adalah tahap penanganan hasil
tanaman pertanian segera setelah pemanenan. Penanganan pascapanen mencakup
pengeringan,
pendinginan,
pembersihan,
penyortiran,
penyimpanan,
dan
pengemasan.Penanganan pasca panen yang baik akan menekan kehilangan (losses), baik
dalam kualitas maupun kuantitas, yaitu mulai dari penurunan kualitas sampai komoditas
tersebut tidak layak pasar (not marketable) atau tidak layak dikonsumsi.
Jeruk dan timun merupakan salah satu komoditi pertanian yang cukup melimpah
hasilnya. Kelimpahan hasil ini secara materi tidak akan untung apabila kita salah dalam
menangani pasca panennya. Pentingnya mengetahui bagaimana cara penanganan pasca panen
komoditas pertaniaan agar mendapat hasil pertanian yang seefesien mungkin. Oleh karena

itu, laporan ini dibuat agar menambah wawasan yang ingin diketahui. Hasil dalam laporan ini
berdasarkan hasil observasi pada pasar tradisional dan pasar modern di Serang-Banten.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan penanganan pasca panen ditingkat petani, pasar,
pedagang kecil atau eceran.
2. Mahasiswa mampu membedakan produk pertanian yang sudah mengalami
penuruanan kualitas dengan yang masih baik.

BAB II
METODE PERCOBAAN
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Penanganan Pasca Panen yang berjudul “Observasi Di Petani, Pasar
Tradisional Dan Pasar Moderen” dilaksanakan pada hari Sabtu, pukul 07:30-12:30 WIB
bertempat di Cisalam, Pasar Baros Pandeglang dan Giant.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang akan digunakan dalam praktikum kali ini adalah Pedagang
pasar, Petani, Pasar Moderen (Giant), transportasi, tanaman timun, tanaman timun suri, buah
jeruk, timun, Hp, dan ATK
3.3. Cara Kerja
1. Menentukan lokasi areal Petani, Pasar Tradisonal dan Pasar Moderen yang akan

dijadikan sebagai areal observasi penanganan pasca panen.
2. Mengajukan beberapa pertanyaan berupa pertanyaan yang berkaitan dengan
penanganan pasca panen komoditas timun, jeruk di pasar Tradisional.
3. Mengajukan beberapa pertanyaan berupa pertanyaan yang berkaitan dengan
penanganan pasca panen komoditas timun, dan timun suri kepetani.
4. Mendokumentasikan hasil observasi berupa foto.
5. Membuat laporan sesuai dengan kegiatan observasi.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Hasil Observasi Komoditi Jeruk
PASAR TRADISIONAL BAROS
1. Pedagang Jeruk 1 (Sampel 1)

Foto bersama pedagang 1

Peti Pengemasan Buah Jeruk

Buah yang busuk pada peti

2. Pedagang Jeruk 2 (Sampel 2)

Foto bersama pedagang 2

Buah Jeruk yang dijual
Alur Pascapanen Jeruk Pedagang 1 dan 2

3.

Keranjang Pengemasan Buah Jeruk

PASAR MODERN GIANT

Bentuk Penyimpanan di Pasar Modern

2. Hasil Observasi Komoditi Mentimun
PASAR TRADISIONAL BAROS

Alur Pascapanen Mentimun di Tingkat Pasar Tradisional :


PASAR MODERN (GIANT)

Alur Pascapanen Mentimun di Tingkat Pasar Modern

PETANI KP. DARAGEM

Alur Pascapanen Mentimun di Tingkat Petani

3.2 Pembahasan
Observasi yang dilakukan di tingkat petani, pasar tradisional serta pasar modern
bertujuan untuk mengetahui cara penanganan pascapanen suatu komoditi serta mencari
perbandingan penanganan pascapanen di ketiga tempat tersebut. Komoditi yang dipilih untuk
diamati cara penanangan pascapanennya pada tiga tempat tersebut adalah Mentimun dan
Jeruk.
Di pasar tradisional, umumnya penanganan pascapanen hortikultura masih dilakukan
dengan sangat sederhana demikian pula dengan Pasar Baros. Berdasarkan hasil survey dan

wawancara pada sejumlah pedagang di Pasar Baros, setelah panen Mentimun hanya dikemas
dalam karung plastik. Pengemasan dengan karung plastik hanya untuk memudahkan dalam
proses pengangkutan. Pengangkutan Mentimun dari petani hingga ke pasar dilakukan dengan

bantuan motor. Setelah sampai kepada pedagang sortasi dilakukan untuk mengelompokkan
Mentimun berdasarkan ukuran untuk kemudian dikemas kembali menjadi kemasan-kemasan
kecil. Pengemasan pun masih dilakukan dengan seadanya yakni hanya dibungkus dengan
kantung plastik. Pada saat proses pemasaran berlangsung, Mentimun yang akan dijual hanya
digelar begitu saja pada ruangan terbuka dengan beralaskan karung. Hal ini menyebabkan
produk terkena sinar matahari langsung sehingga akan berpengaruh terhadap kualitasnya
sehingga produk yang sampai kepada konsumen memiliki kualitas kurang baik. Apabila
produk tidak habis terjual, biasanya pedagang hanya menyimpan produk dalam karung dan
disimpan di ruangan terbuka. Produk yang disimpan dengan cara ini, hanya dapat bertahan
selama kurang lebih 2 malam.
Demikian pula dengan penangan pascapanen untuk buah jeruk. Di kedua sampel
pedagang yang kami wawancarai keduanya masih menerapkan teknik penanganan
pascapanen yang sangat sederhana. Berdasarkan survei dan wawancara dengan 2 sampel
pedagang tersebut, buah yang didapat bersumber dari Pasar Rau. Buah diletakkan di dalam
kardus, peti dan keranjang. Peti biasanya dapat mengangkut sekitar 50 kg buah jeruk
sehingga lebih banyak buah busuk dibanding pengangkutan menggunakan keranjang yang
hanya dapat mengangkut 13 kg. Buah jeruk yang berwarna hijau dapat bertahan sampai
seminggu sedangkan buah jeruk yang berwarna kuning hanya dapat bertahan sampai 3 hari.
Di sini tidak dilakukan penanganan pasca panen seperti pencucian, sortasi, pendinginan awal
dan sebagainya. Pengemasan hanya untuk memudahkan pengangkutan. Setelah sampai pada

pedagang, penanganan pasca panen seperti sortasi dan grading dilakukan untuk memisahkan
buah yang rusak dengan yang baik. Dengan demikian umur simpan dari hasil pertanian
tersebut menjadi pendek hanya bertahan sampai 3 hari, tingkat kerusakan tinggi, sehingga
sampai ke tangan konsumen kualitasnya menjadi rendah.
Observasi berikutnya dilakukan pada tingkat pasar modern. Pasar modern yang kami
pilih adalah pasar modern Giant. Buah dan sayur yang dijual di pasar modern (super market)
pada umumnya berasal dari petani yang sudah mengkhususkan diri melayani permintaan
super market tersebut. Umumnya petani ini biasanya sudah maju dalam arti memiliki modal
besar, pengetahuan yang baik, penggunaan sarana produksi yang unggul sehingga produk
yang dihasilkan lebih baik dibanding produk yang dihasilkan petani tradisional.
Berdasarkan observasi kami terhadap penanganan pascapanen Mentimun dan jeruk
pada pasar modern Giant menunjukkan bahwa penanganan pascapanen di pasar ini sudah
dilakukan dengan sangat baik. Produk Mentimun yang dijual sudah dikemas dalam kemasan
plastik wrap yang memiliki daya lekat kuat, lentur dan tidak mudah sobek sehingga
menjadikan Mentimun tetap segar, tahan lama, tidak kering, dan melindungi produk agar
tetap bersih. Dalam satu kemasan, terdapat beberapa Mentimun yang berukuran sama.
Dengan demikian Mentimun telah dilakukan sortasi dan sizing terlebih dahulu sebelum
dikemas. Selain itu, produk yang telah dikemas disimpan di dalam lemari pendingin serta
terhindar dari sinar matahari, hal inilah yang menjadikan produk tetap segar dan tahan lama.
Di pasar modern Giant, ada pula produk Mentimun yang tidak dikemas dalam kemasan

plastik melainkan langsung disimpan di dalam lemari pendingin. Terdapat perbedaan bentuk
fisik antara Mentimun yang dikemas dengan yang tidak. Mentimun yang tidak dilakukan
pengemasan menunjukkan keadaan fisik yang berkerut. Hal ini disebabkan karena proses
fisiologis yang masih berlangsung dari Mentimun tidak dikontrol melalui proses pengemasan.
Penanganan pascapanen untuk buah jeruk yang dijual di Giant tidak dilakukannya
pengemasan, tetapi buah diletakkan pada lemari pendingin yang terbuka atau kondisi AC
yang kadang-kadang disemprot dengan butir-butir air yang halus untuk mengurangi

penguapan.Buah jeruk tetap segar, tidak kering, terlindungi dari sinar matahari dan polusi
kendaraan. Namun demikian, daya simpan buah jeruk dengan cara ini masih lebih singkat
apabila dibandingkan dengan buah jeruk yang dikemas menggunakan plastik wrap sehingga
pada saat pengamatan masih banyak dijumpai buah jeruk yang hampir busuk.
Dengan adanya penanganan pascapanen hortikultura pada pasar modern menjadikan
harga komoditi menjadi lebih tinggi dan kualitas barang lebih baik. Untuk melakukan
pascapanen dibutuhkan tambahan pengetahuan. Disamping itu dibutuhkan pula tambahan
biaya, tenaga, dan peralatan. Penanganan pascapanen yang baik di pasar modern menjadikan
umur simpan buah dan sayur menjadi lebih panjang.
Observasi berikutnya dilakukan di tingkat petani. Petani yang kami pilih untuk
dilakukan observasi mengenai cara penanganan pascapanen Mentimun adalah petani yang
berada di Kp. Daragem Desa Cisalam Kecamatan Baros Kabupaten Serang Banten.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, buah mentimun terlebih dahulu dipanen
dengan cara dipetik, kemudian buah segera dimasukkan ke dalam wadah yang strukturnya
tidak keras, misalnya karung plastik bening. Setelah panen, mentimun diletakkan di tempat
yang teduh.
Kemudian dilakukan precooling pada mentimun yaitu mentimun disimpan dalam suhu
ruangan karenasebelum dipasarkan biasanya mentimun didiamkan pada ruangan
penyimpanan. Perlakuan penyimpanan terdiri dari penyimpanan alami di lapangan waktu
panen, kemudian setelah disimpan di lapangan pada waktu panen buah mentimun disimpan
lagi dalam waktu semalam didalam ruangan, dalam keadaan buah mentimun sudah di dalam
wadah karung plastik.
Setelah itu dilakukan pemilihan (sortir) pada buah mentimun. Buah yang kurang baik
bentuknya (bengkok), busuk atau rusak harus dipisahkan dari buah yang baik. Buah
mentimun diklasifikasikan sesuai dengan kriteria mutu yang diminta konsumen (pasar). Buah
mentimun yang diminta konsumen (pasar) biasanya berukuran sedang yakni sekitar 15cm,
bentuk buah bagus, lurus, bulat dan mulus. Setelah dilakukan penyortiran, dilakukan sizing
pada buah mentimun, yaitu dengan memilih buah mentimun yang sesuai dengan kriteria yang
diminta oleh konsumen, yakni sekitar 15cm untuk dijual.
Kemudian dilakukan Pengemasan (packing) pada buah mentimun. Pengemasan
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sebelum pemasaran. Kegiatan pengemasan
bertujuan untuk mencegah kerusakan, kehilangan hasil, dan menjaga mutu dan penampilan
tetap menarik. Jenis kemasan yang ideal adalah mudah diangkut, aman, dan ekonomis.Jenisjenis kemasan (packing) yang biasa digunakan untuk mentimun, yaitu peti (dari bahan kayu
atau plastik), keranjang bambu, kardus, karung jala, dan karung plastik. Pada observasi ini,
petani menggunakan kemasan karung plastik dengan ukuran 40kg. Prinsip penggunaan
kemasan ini adalah ekonomis, bahan banyak tersedia, ringan, kuat, dapat melindungi, tidak
menyerap bau, dan mudah dibuang.
Tahap terakhir dari penangan pascapanen mentimun ditingkat petani adalah transport
(pengangkutan). Buah mentimun yang diproduksi petani biasanya didistribusikan ke pasar.
Dari tempat penampungan, mentimun yang telah dikemas ke dalam karung kemudian dikirim
ke pasar induk atau diambil oleh penjual untuk pasar-pasar lokal dengan pick up. Pengakutan
buah mentimun menggunakan pick-up hanya ditumpuk dengan dua tingkatan saja. Pada
prinsipnya, pengangkutan mentimun ini terdiri dari pengangkutan jarak jauh dan jarak dekat.
Faktor yang harus diperhatikan dalam pengakutan adalah jenis dan kapasitas kemasan dan
goncangan selama bongkar muat di perjalanan. Penumpukan kemasan dan goncangan akan
mempercepat laju pernapasan sehingga kehilangan hasil semakin besar. Penggunaan kemasan
yang kuat dan pengaturan rak-rak tempat kemasan di dalam alat angkut dapat menekan
kehilangan hasil dalam pengangkutan.

Tahap-tahap penyampaian hasil mentimun dari produsen ke konsumen (pemasaran),
terdiri dari lapangan petani, pasar induk, dan pasar acuan. Pada masing-masing tahap ada
perlakuan, misalnya sortir dan simpan, selanjutnya antara tahap penyampaian tersebut ada
pengangkutan. Pada setiap tahap penanganan memerlukan waktu yang tidak lama,
dikarenakan pemasaran yang dilakukan tidak terlalu jauh dari tempat petani.
Demikianlah hasil dari observasi yang kami lakukan di tingkat petani, pasar tradisional
dan pasar modern khusus untuk komoditi jeruk dan mentimun. Terdapat beberapa perbedaan
tahapan serta cara penanganan pascapanen dari ketiga tempat tersebut. Hal tersebut
dipengaruhi oleh pengetahuan pedangang/petani, serta biaya yang dibutuhkan untuk
menunjang proses penanganan pascapanen yang baik.

BAB IV
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa di pasar tradisional di Baros, penanganan pascapanen
hortikultura masih dilakukan dengan sangat sederhana. Baik itu mentimun ataupun buah
jeruk Pedagang di Pasar Baros hanya mengemas timun dalam karung plastik dengan proses
pengangkutannya menggunakan motor. Setelah itu disortasi, dan di kemas menggunakan
kantung dan begitupun dengan buah jeruk diletakkan didalam kardus,peti dan keranjang.
Pada pasar modern Giant, buah dan sayuran penanganan pasca panen sudah sangat baik mulai
dari di penyimpanan di lemari pendingin saja dan pengemasan dengan plastik wrap dengandi
simpanan di lemari pendinginyang sebelumnya di sortasi dahulu. Untuk buah jeruk tidak
dilakukan pengemasantetapi buah diletakkan pada lemari pendingin yang terbuka atau
kondisi AC yang kadang-kadang disemprot dengan butir-butir air yang halus untuk
mengurangi penguapan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan ke petani, setelah buah
mentimun dipanen, lalu dilakukan precooling, penyimpanan, sortir, pengemasan, dan
pengangkutan.Terdapat beberapa perbedaan tahapan serta cara penanganan pascapanen dari
ketiga tempat tersebut. Hal tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan pedangang/petani, serta
biaya yang dibutuhkan untuk menunjang proses penanganan pascapanen yang baik.
4.2. Saran
Disarankan untuk pedangan di pasar memerhatikan kebersihannya dengan
pengemasan dan letak daganganya agar tidak terkena sinar matahari langsung.

DAFTAR PUSTAKA
Rosliani, R. 2011. Budidaya Mentimun. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Bandung: BALITSA.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Tanaman Mentimun di Lahan

Lampiran 2. Buah Mentimun di
supermarket

Lampiran 3. Buah Mentimun di Pasar Tradisional

Lampiran 4. Buah jeruk di
supermarket

Lampiran 5. Pengamatan di Lahan pertanian
mentimun

Lampiran 6. Pengamatan buah
Mentimun di supermarket

Lampiran 7. Pasar Moderen

Lampiran 8. Jeruk Dipasar Tradisional