BAB I PENDAHULUAN - Perancangan Ulang Fasilitas Kerja di Stasiun Penjemuran Berdasarkan Aspek Ergonomi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Kegiatan produksi merupakan integrasi dari tenaga kerja, material, metode kerja, modal, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan nilai tambah bagi produk sehingga dapat dijual dengan harga kompetitif di pasaran. Unit usaha kecil menengah (UKM) merupakan salah satu tempat kegiatan produksi untuk menghasilkan produk tertentu. Di dalam UKM masalah yang biasa terjadi adalah kurangnya fasilitas kerja untuk membantu pekerja dalam melaksanakan kegiatan produksi. Menurut Sutalaksana, fasilitas kerja merupakan komponen yang berhubungan langsung dengan manusia dimana rancangan fasilitas kerja yang baik sangat diperlukan sesuai dengan kemampuan manusia untuk berinteraksi dengan fasilitas kerjanya (Sutalaksana, 1979).

  Menurut Wignjosoebroto stasiun kerja merupakan salah satu komponen yang harus diperhatikan berkenaan dengan upaya peningkatan produktivitas kerja (Wignjosoebroto, S. 1995). Kondisi kerja yang tidak memperhatikan kenyamanan, kepuasan, keselamatan dan kesehatan kerja tentunya akan sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerja manusia. Dalam perancangan atau redesain stasiun kerja itu sendiri harus diperhatikan peranan dan fungsi pokok dari komponen- komponen sistem kerja yang terlibat yaitu manusia, mesin/peralatan dan lingkungan fisik kerja.

  UD. Ngatimin merupakan sebuah perusahaan pembuatan kerupuk putih yang terletak di Tanjung Selamat yang belum menerapkan prinsip-prinsip ergonomi dalam pelaksanaan proses produksinya. Proses produksi dimulai dari pengadukan bahan, pencetakan, perebusan, penyusunan, pengeringan dibawah sinar matahari, pemanasan dengan arang, penggorengan dan pembungkusan kerupuk dalam plastik. Stasiun penjemuran memiliki dua orang pekerja. Dalam wawancara awal dengan pekerja pada bagian penjemuran kerupuk, pekerja mengalami keluhan pada tubuh mereka baik pada saat kegiatan produksi dilaksanakan hingga sesudah menyelesaikan pekerjaannya. Pada wawancara awal dengan pekerja diketahui adanya keluhan sakit yang dialami pekerja I pada bagian

  leher,bahu, punggung, pinggang dan pantat (13,39%) dan pekerja II pada bagian

leher,bahu, punggung dan pinggang (9,82%) . Tingkat keluhan sangat sakit dialami

tangan, lutut dan betis bagian

  pekerja I pada bagian (5,36%) dan pekerja II pada

  pergelangan tangan, lutut, betis dan pergelangan kaki (7,14%). Kegiatan berulang-

  ulang yang dilakukan oleh pekerja selama 8 jam kerja menyebabkan pekerja mengalami sakit pada bagian tubuhnya. Hal ini merupakan konsekuensi dari keluhan pekerja akibat pekerjaan secara manual dan beban kerja pekerja dalam melaksanakan tugasnya.

  Salah satu kegiatan pada stasiun penjemuran adalah penyusunan kerupuk pada sarang hingga pengeringan dibawah panas matahari. Kegiatan ini dilakukan penyusunan hingga pengangkatan sarang kerupuk ke tempat pengeringan dibawah sinar matahari yang dilakukan oleh pekerja tanpa alat bantu dan dibawa satu per satu. Kegiatan menyebabkan posisi duduk pekerja tidak ergonomis dan pekerja mengangkat sarang kerupuk tersebut ke tempat penjemuran sebanyak 4 kali (bolak-balik) dalam waktu kurang lebih 10 menit. Aktivitas kerja yang berulang dan terus menerus atau aktivitas postur yang tidak ergonomis dapat mengakibatkan musculoskeletal disorder (MSDs). Pekerja yang melakukan kegiatan yang siklusnya berulang-ulang sangat rentan mengalami gangguan muskuloskeletal.

  Keluhan pada postur kerja dapat dilihat dalam berbagai studi kasus antara lain pada pekerja industri alas kaki dan kulit di CV. Sinar Persada Karyatama yang diteliti oleh Asrul Harul Ismail. Penelitian ini membahas mengenai pekerjaan karyawan pada stasiun pembuatan pola dengan posisi membungkuk dan berjongkok mengeluh mengalami nyeri pada bagian tubuh atas antara lain mata lelah, kepala pusing, punggung, leher dan tangan sering mengalami pegal-pegal.

  Sedangkan pada tubuh bagian bawah keluhannya antara lain lutut, betis, pergelangan tangan, tungkai kaki sering mengalami pegal-pegal sedangkan pada telapak kaki sering kesemutan. Hal tersebut diperparah lagi dengan alat

  1 pendukung kerja yang belum memenuhi standar ergonomi .

  Selain itu keluhan pada postur kerja dapat menimbulkan Cumulative

  

Trauma Disorders (CTD) seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Boy

  Nurtjahyo Moch. Pekerjaan di industri garmen menuntut ketelitian cukup tinggi 1

material handling (angkat-angkut), posisi kerja duduk dan berdiri, tingkat

  

Ismail, Asrul Harun. 2013. Analisis Rancangan Kerja yang Ergonomis untuk Mengurangi Kelelahan Otot dengan Menggunakan Metode REBA pada CV. Sinar Persada Karyatama . Universitas Pancasila: Depok pengulangan kerja tinggi pada satu jenis otot, berinteraksi dengan benda tajam (jarum, gunting dan pisau potong), panas di bagian pengepresan dan penyetrikaan, banyaknya debu-debu serat dan aroma kain, kebisingan, getaran dan lainnya.

  Permasalahan ergonomi kerja di industri garmen terutama sangat terkait dengan posisi postur tubuh dan pergelangan tangan yang tidak baik serta harus melakukan pekerjaan yang berulang-ulang pada hanya satu jenis otot sehingga sangat berpotensi menimbulkan CTD (Cumulative Trauma Disorders) atau RSI

  2 (Repetitive Strain Injuries).

  1.2 Perumusan Masalah

  Rumusan masalah pada penelitian ini adalah fasilitas kerja yang tidak ergonomis sehingga menimbulkan kelelahan dan rasa sakit pada beberapa bagian tubuh pekerja.

  1.3 Tujuan Penelitian

  Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengurangi keluhan rasa sakit dan kelelahan yang dialami operator. Tujuan khusus daripada penelitian ini adalah:

  1. Menganalisa dan menilai serta mendapatkan skor dan level resiko postur kerja aktual pekerja di stasiun penjemuran dengan menggunakan Rapid

  Entire Body Assesment (REBA). 2 3. Merancang fasilitas kerja yang ergonomis.

  

Moch, Boy Nurtjahyo. 2009. Analisis Ketinggian Meja Kerja yang Ideal terhadap Postur

Pekerja Divisi Cutting Industri Garmen dengan Posture Evaluation Index (PEI) pada Virtual

Environment . Universitas Indonesia: Depok

  1.4 Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian, antara lain:

  1. Mahasiswa dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah diperoleh selama di bangku perkuliahan dengan cara membandingkan teori-teori ilmiah yang ada dengan permasalahan yang ada di perusahaan khususnya mengenai konsep pengukuran kelelahan pekerja, metode serta aplikasinya di lapangan.

  2. Mempererat hubungan antara pihak universitas dengan pihak perusahaan tempat dilakukannya penelitian dan memperkenalkan Departemen Teknik Industri sebagai forum disiplin ilmu terapan yang sangat bermanfaat bagi perusahaan.

  3. Perusahaan mendapatkan masukan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam mengetahui keluhan dan beban kerja pekerja untuk perancangan fasilitas tempat kerja yang ergonomis.

  1.5 Batasan Masalah dan Asumsi

  Adapun batasan masalah yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Tidak mempertimbangkan faktor psikologis dan sosial.

2. Tidak dilakukan perhitungan estimasi biaya terhadap fasilitas kerja yang dirancang.

  Hasil perancangan fasilitas kerja disimulasikan dengan software ManneQuin Pro .

  Adapun asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Pekerja yang diamati adalah pekerja yang bekerja secara normal.

  b. Tidak adanya pembatas ruang gerak untuk pekerja selama kegiatan produksi berlangsung.

  c. Proses produksi berlangsung secara normal.

  d. Tidak terjadi perubahan sistem dan proses kerja selama penelitian berlangsung.

1.6 Sistematika Penulisan Tugas Sarjana

  Bab I sebagai pendahuluan, menguraikan latar belakang penelitian mengenai keluhan musculoskeletal disorder, analisis postur bekerja, perhitungan denyut nadi dan perancangan alat bantu untuk pekerja, rumusan masalah yang berkenaan dengan kelelahan pekerja untuk perancangan alat bantu, tujuan penelitian untuk mengurangi kelelahan pada pekerja, manfaat penelitian untuk mahasiswa, Departemen Teknik Industri serta perusahaan, batasan masalah dan asumsi penelitian serta sistematika penulisan laporan Tugas Akhir.

  Bab II sebagai gambaran umum perusahaan berisi mengenai sejarah industri (perusahaan), ruang lingkup bidang usaha, tenaga kerja, proses produksi, bahan baku, penolong serta bahan tambahan, mesin dan fasilitas produksi dan beberapa hal yang mendukung informasi mengenai industri di UD. Ngatimin. dengan pokok permasalahan yang dikaji dalam tugas akhir ini, rumus, metode dan pendekatan yang digunakan sebagai dasar pemecahan masalah. Landasan teori ini mencakup tentang teori-teori yang mendukung permasalahan, teori mengenai konsep keluhan musculoskeletal disorder, perhitungan denyut nadi serta perancangan alat bantu untuk pekerja.

  Bab IV sebagai metodologi penelitian berisi tentang jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, kerangka konseptual, tahapan penelitian, variabel penelitian, metode dan instrumen penelitian, langkah-langkah pengumpulan dan pengolahan data, arahan analisis dan pemecahan masalah, serta kesimpulan dan saran.

  Bab V sebagai pengumpulan dan pengolahan data, mengidentifikasi data hasil dari pengamatan dan pengukuran yang dilakukan berupa pengumpulan data primer dan sekunder di perusahaan, serta dilanjutkan dengan pengolahan data.

  Bab VI sebagai analisis pemecahan masalah menguraikan hasil dari pengolahan data dan memberikan usulan untuk perancangan alat bantu sehingga pekerjaan menjadi optimal.

  Bab VII sebagai kesimpulan dan saran berisi kesimpulan dari masalah yang dibahas dalam penelitian dan menjawab tujuan tentang kajian kelelahan pada pekerja. Sedangkan saran yang diberikan tentang usulan perancangan perbaikan alat bantu di UD. Ngatimin.