DOCRPIJM 11f8bdc933 BAB IX09 KEUANGAN DAERAH

  Bab ini berisikan penjelasan mengenai Profil APBD Kabupaten/Kota, profil investasi dan proyeksi investasi dalam pembangunan Bidang Cipta Karya, serta strategi peningkatan investasi bidang

  Cipta Karya RPI2JM Kabupaten Lombok Barat TAHUN 2015 - 2019

BAB 9.

ASPEK PEMBIAYAAN

  Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun. Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiscal dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah. Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya pada dasarnya bertujuan untuk:

  a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya, b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya, c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang Cipta Karya.

9.1 Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya

  Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

  1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

  2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

  3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

  4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum.

  Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

  5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:

  a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya; b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5; c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

  d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah; e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

  6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

  7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari: a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

  b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

  c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

  8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

  a. Bidang Infrastruktur Air Minum DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

  • Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah; - Tingkat kerawanan air minum.

  b. Bidang Infrastruktur Sanitasi DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggara-kan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:

  • kerawanan sanitasi; - cakupan pelayanan sanitasi.

  9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI2-JM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor. Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM bidan Cipta Karya meliputi:

  a. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi. b. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

  c. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

  d. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

  e. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

  f. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri. Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya. Pembahasan mengenai aspek keuangan dalam penyusunan RPI2JM pada dasarnya adalah dalam rangka membuat taksiran dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pembelanjaan prasarana Kota yang meliputi :

  1. Pembelanjaan untuk pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun;

  2. Pembelanjaan untuk rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada

  3. Pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru Pembahasan aspek ekonomi dalam penyusunan RPI2JM perlu memperhatikan hasil total atau produktifitas dan keuntungan yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya bagi masyarakat dan keuntungan ekonomis secara menyeluruh tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber dana tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil adanya kegiatan.

9.2 Komponen Keuangan

9.2.1 Komponen Penerimaan Pendapatan

  Komponen Penerimaan Pendapatan merupakan penerimaan yang merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah kekayaan bersih. Penerimaan Pendapatan Daerah terdiri atas : (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD); (2) Dana Perimbangan; dan (3) Pendapatan lainnya yang sah. Berikut akan dijelaskan satu persatu subkomponen Pendapatan dan gambaran umum tentang subkomponen Pendapatan di daerah pada umumnya.

  A. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

  Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangan. PAD bersumber dari :

  1. Pajak daerah , antaran lain : Pajak Kendaraan Bermotor , Pajak Kendaraan diatas air , Pajak Balik Nama , Pajak Bahan Bakar , Pajak Pengambilan Air Tanah , Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Golongan C, Pajak Parkir, dan Pajak lain-lain. Pajak Pajak daerah ini diatur oleh UU No.

  34/2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi daerah, Peraturan Pemerintah No. 65/2001 tentang Pajak Daerah.

  2. Retribusi Daerah, antara lain : Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Pelayanan Persampahan, Retribusi Biaya Cetak Kartu, Retribusi pemakaman, Retribusi Parkir di Pinggir Jalan, Retribusi Pasar, Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor, Retribusi Pemadam Kebakaran, dan lain-lain. Retribusi ini diatur oleh UU No.34/2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, dan Peraturan Pemerintah No.66/2001 tentang Retribusi Daerah.

  3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang di pisahkan , antara lain hasil deviden BUMD; dan

  4. Lain – lain pendapatan yang sah , antara lain : hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar komisi, potongan dan lain-lain yang sah.

  B. Dana Perimbangan

  Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan terdiri atas ;

  1. Dana Bagi Hasil terdiri atas Bagi Hasil Pajak (BHP) dan Bagi Hasil Bukan Pajak (BHBP) atau yang berasal dari hasil pengelolaan sumber daya alam. BHP antara lain : Pajak Bumi Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Pajak Penghasilan Badan Maupun Pribadi; sedangkan BHBP antara lain : Kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambanagan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi.

  2. Dana Alokasi Umum (DAU) dibagikan berdasarkan ”Celah Fiskal” yaitu selisih antara kebutuhan Fiskal dan Kapasitas Fiskal ditambah Alokasi Dasar.

  3. Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diberikan untuk kegiatan khusus, misalnya: reboisasi, penambahan sarana pendidikan dan kesehatan, dan bencana alam.

  9.2.2 Komponen Pengeluaran Belanja

  Komponen Pengeluaran Belanja terdiri atas :

  1. Belanja Operasi

  2. Belanja Modal

  3. Transfer ke Desa/ Kelurahan

  4. Belanja Tak Terduga

  9.2.3 Komponen Pembiayaan

  Komponen Pembiayaan (Financial) merupakan komponen yang baru dalam sistem Keuangan Daerah. Istilah Pembiayaan berbeda dengan Pendanaan (Funding). Pendanaan diartikan sebagai dana atau uang dan digunakan sebagai kata umum, sedangkan Pembiayaan diartikan sebagai penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali. Contoh Konkritnya, didalam SAP-D yang lama, apabila daerah memperoleh pinjaman, Pinjaman tersebut diakui sebagai Pendapatan, selanjutnya Penerimaan Pendapatan dari Pinjaman ini tidak mempunyai konsekuensi atau dicatat pembayaran kembali; sedangkan di dalam SAP-D yang baru, apabila daerah memperoleh pinjaman, maka diterima sebagai penerimaan pembayaran yang perlu dibayar kembali. Demikian pula bila daerah memberi pinjaman, maka di keluarkan sebagai Pengeluaran Pinjaman karena akan diterima kembali.

9.3 Profil Keuangan Daerah

9.3.1 Profil APBD Kab. Lombok Barat

  Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kab. Lombok Barat selama 3-5 tahun terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut: a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.

  b. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

  c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

  9.3.1.1. Kinerja Pendapatan Daerah

  Dalam rangka mengeksplorasi dan meningkatkan pendapatan daerah terutama yang berasal dari pos Pendapatan Asli Daerah, selama kurun waktu tahun 2009 – 2013 berbagai upaya telah dilakukan baik melalui kegiatan intensifikasi maupun ekstensifikasi sumber pendapatan asli daerah; berlakunya Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi daerah memperbesar peluang Pemerintah Daerah mengembangkan kreatifitas dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Lombok Barat selama kurun waktu tahun 2009 – 2013 sepert i disaj ikan dalam t abel 8.1.

  Ta be l 9 . 1 .

Re a lisa si Pe n da pa t a n D a e r a h Ka bu p a t e n Lom bok Ba r a t

Ta h u n 2 0 0 9 – 2 0 1 3

  2009 (Rp) 2010 (Rp) 2011 (Rp) 2012 (Rp) 2013 (Rp) Rata - Rata No. Uraian Pertumbuhan (%) Jml Penerimaan Jml Penerimaan Jml Penerimaan Jml Penerimaan Jml Penerimaan

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  8 A PENDAPATAN 513,604,922,120.06 649,615,368,685.57 864,044,489,594.21 852,081,765,246.73 994,524,837,564.87

  18.71 DAERAH

  1 PENDAPATAN

  52.16 ASLI DAERAH 32,327,532,025.26 49,993,484,637.34 133,284,360,432.23 94,443,831,071.73 110,062,021,636.95

  1.1 HASIL PAJAK 57,019,888,685.00 16,741,812,894.00 22,146,967,749.13 33,231,396,593.42 39,235,278,600.61

  36.43 DAERAH

  1.2. HASIL 20,434,219,631.24 RETRIBUSI 5,733,996,667.97 14,975,610,692.96 24,909,373,028.99 18,095,292,593.67

  53.27 DAERAH

  1.3 HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN 18.07 4,989,277,405.00 6,608,793,073.00 8,720,118,587.00 7,888,702,677.00 9,261,634,147.00 DAERAH YANG DIPISAHKAN

  1.4 LAIN - LAIN PAD YANG 228.35 4,862,445,058.29 6,262,113,122.25 66,423,472,222.82 29,224,557,200.45 23,346,279,173.71 SAH

  2 DANA 402,884,268,630.00 500,147,623,848.00 559,071,591,006.00 656,602,062,177.00 723,761,405,347.00

  15.90 PERIMBANGAN

  2.1 BAGI HASIL PAJAK/BAGI

  8.95 HASIL BUKAN 27,853,459,630.00 44,160,211,848.00 39,495,941,006.00 42,304,957,177.00 34,146,005,347.00 PAJAK

  2.2 DANA ALOKASI 324,113,809,000.00 409,929,312,000.00 466,322,850,000.00 553,918,195,000.00 612,621,760,000.00

  17.40 UMUM

  2.3. DANA ALOKASI 50,917,000,000.00 46,058,100,000.00 53,252,800,000.00 60,378,910,000.00 76,993,640,000.00

  11.74 KHUSUS

  3 LAIN - LAIN PENDAPATAN

  29.35 DAERAH YANG 78,393,121,464.80 99,474,260,200.23 171,688,538,155.98 101,035,871,998.00 160,701,410,580.92 SAH

  3.1 PENDAPATAN 1,840,810,678.00 2,372,053,290.00 -17.79 HIBAH

  • - 9,007,461,000.00 -

  No. Uraian 2009 (Rp) 2010 (Rp) 2011 (Rp) 2012 (Rp) 2013 (Rp) Rata - Rata Pertumbuhan (%) Jml Penerimaan Jml Penerimaan Jml Penerimaan Jml Penerimaan Jml Penerimaan

  3.2 DANA BAGI HASIL PAJAK DARI PROVINSI DAN PEMERINTAH DAERAH LAINNYA 16,795,610,150.17 19,456,434,800.23 22,370,044,515.98 22,189,409,089.00 24,505,491,290.92

  10.11

  3.3 DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS 7,515,300,000.00 63,436,650,400.00 144,801,893,640.00 75,524,183,000.00 105,523,866,000.00

  40.05

  3.4 BANTUAN KEUANGAN DARI PROVINSI ATAU PEMERINTAH DAERAH LAINNYA 45,074,750,314.63 16,581,175,000.00 4,516,600,000.00 1,481,469,231.00 28,300,000,000.00 401.77 Sum ber : DPPKD Kabupat en Lom bok Bar at

  Secara umum APBD Kabupaten Lombok Barat terealisasi dengan optimal dengan trend pertumbuhan yang positif selama periode tahun 2009 – 2013, realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Lombok Barat selama kurun waktu tahun 2009 – 2013 mengalami pertumbuhan rata – rata 18,71 persen per tahun, pertumbuhan terbesar terjadi pada Pendapatan Asli Daerah yakni mencapai 52,16 persen, Lain – lain Pendapatan Daerah Yang Sah mengalami pertumbuhan rata

  • – rata mencapai 29,35 persen per tahun, sementara itu rata – rata pertumbuhan untuk Dana Perimbangan mencapai 15,90 persen. Rata – rata pertumbuhan realisasi pendapatan daerah diakibatkan karena terdapatnya Penjualan Aset Daerah dan penerimaan dari ganti rugi pada tahun 2011 pada komponen Lain – lain Pendapatan Daerah Yang Sah.

  Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama periode tahun 2009 – 2013 yang mampu tumbuh secara signifikan yakni Lain – lain PAD Yang Sah sebesar 228,35 persen per tahun dimana lonjakan peningkatan pendapatan terbesar terjadi pada tahun 2011 yakni Penjualan Aset Daerah. Pendapatan daerah yang bersumber dari Dana Perimbangan selama tahun 2009 – 2013 rata – rata pertumbuhannya sebesar 15,90 persen per tahun dimana komponen Dana Alokasi Umum (DAU) mampu tumbuh secara optimal sebesar 17,40 persen per tahun.

  Sektor lain yakni yang bersumber dari Pendapatan Daerah adalah Lain – lain Pendapatan Daerah Yang Sah dimana komponen ini mampu tumbuh rata – rata sebesar 29,35 persen per tahun selama kurun waktu 2009 – 2013. Komponen Lain – lain Pendapatan Daerah Yang Sah yang mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan adalah Bantuan Keuangan Dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya yakni mencapai 401,77 persen per tahun, hal tersebut diakibatkan adanya bantuan pembangunan dari provinsi untuk pembangunan BIL tahap II sebesar Rp. 28.300.000.000.

9.3.1.2. Neraca Daerah

1 ASET

1.1. ASET LANCAR

  • 0.29

  9.94

  1.3.4. Jalan, irigasi, dan jaringan

  18.68

  1.3.5. Aset tetap lainnya

  35.55

  1.3.6. Konstruksi dalam pengerjaan 3579.22

  1.3.7. Akumulasi Penyusutan

  1.4.1. Tagihan penjualan angsuran -18.79

  239.04

  1.3.3. Gedung dan bangunan

  1.4.2. Tagihan tuntutan ganti kerugian daerah -3.89

  1.4.3. Kemitraan dengan pihak kedua -4.24

  1.4.4. Aset tak berwujud

  1.4.5. Aset Lain-Lain 7110.14

  14.95

  10.50

  6.29

  Dalam rangka mengeksplorasi dan meningkatkan pendapatan daerah terutama yang berasal dari pos Pendapatan Asli Daerah, selama kurun waktu tahun 2009 – 2013 berbagai upaya telah dilakukan baik melalui kegiatan intensifikasi maupun ekstensifikasi sumber pendapatan asli daerah; berlakunya Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi daerah memperbesar peluang Pemerintah Daerah mengembangkan kreatifitas dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Lombok Barat selama kurun waktu tahun 2009 – 2013 seperti yang terlihat dalam tabel 9.2.

  1.3.2. Peralatan dan mesin

  Ta be l 9 . 2 .

Ra t a - r a t a Pe r t u m b u h a n N e r a ca D a e r a h

Ka b. Lom bok Ba r a t Ta h u n 2 0 0 9 – 2 0 1 3

  No. Uraian Rata-rata Pertumbuhan (%)

  1

  2

  3

  14,95

  48.29

  1.1.1. Kas

  67.33

  1.1.2. Piutang

  94.42

  1.1.3. Persediaan

  6.01

  1.2 INVESTASI

  26.74

  1.3. ASET TETAP

  10.35

  1.3.1. Tanah

1.4. ASET LAINNYA

JUMLAH ASET DAERAH

  • 2.1.7. Bagian Lancar Utang Jangka Panjang -57.28

  52.13

  3.1.3. Cadangan persediaan

  6.01

  3.1.4. Pendapatan yang Ditangguhkan

  20.66

  3.1.5. Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek

  4.09

  3.1.6. Pendapatan Sewa Diterima Dimuka

  3.2. EKUITAS DANA INVESTASI

  3.1.2. Cadangan piutang

  13.76

  3.2.1. Diinvestasikan dalam aset tetap

  10.35

  3.2.2. Diinvestasikan dalam aset lainnya 239.04

  3.2.3. Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang

  26.74

  3.2.4. Dana Yg Hrs Disediakan Utk Pemb. Utang Jk Panjang -86.25 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA

  14.95 Sum ber : DPPKD Kabupat en Lom bok Bar at

  94.42

  70.25

  2 KEWAJIBAN 868.60

  2.1.6. Utang Bagi Hasil Pajak-Retribusi kepada PEMKAB/PEMKOT

  2.1. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 454.67

  2.1.1. Utang perhitungan pihak ketiga -58.02

  2.1.2. Uang muka dari kas daerah -

  2.1.3. Pendapatan diterima dimuka

  52.13

  2.1.4. Bagian Lancar Utang Jangka Pendek Pokok Pinjaman -

  2.1.5. Bagian Lancar Utang Jangka Pendek Bunga Pinjaman -

  2.1.8. Utang Jangka Pendek Lainnya

  3.1.1. SILPA

  77.57

  2.2. KEWAJIBAN JANGKA PANJANG -86.25

  2.2.1. Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat #DIV/0!

  2.2.2. Utang Jangka Panjang Lainnya (Bank NTB) -86.25

  3 EKUITAS DANA

  14.73

  3.1. EKUITAS DANA LANCAR

  54.31

  Selama kurun waktu 2009 - 2013 pertumbuhan rata - rata Aset Daerah Kabupaten Lombok Barat mencapai 14,95 persen per tahun dimana Aset Tetap hanya mampu tumbuh sebesar 10,35 persen per tahun sedangkan Aset Lancar selama 5 (lima) tahun dapat tumbuh sebesar 48,29 persen per tahun, hal ini disebabkan terjadinya penurunan dari sektor aset tanah dan meningkatnya secara rata – rata di sektor kas, tingginya pertumbuhan aset lancar ini menunjukkan bahwa kondisi aset pemerintah Kabupaten Lombok Barat berada pada kondisi sehat.

  Kewajiban yang harus dipenuhi oleh Kabupaten Lombok Barat yakni Kewajiban Jangka Pendek dimana selama 5 (lima) tahun terakhir dapat tumbuh rata – rata mencapai 454,67 persen dengan sektor dominan yang membentuk yakni Utang Perhitungan Pihak Ketiga dapat turun sebesar 58,02 persen selama 5 tahun terakhir yang berarti bahwa kewajiban kepada pihak ketiga atau klaim pihak ketiga terhadap arus kas Pemerintah Daerah dari tahun 2009 sampai dengan 2013 mengalami penurunan. Hal ini menunjukan bahwa Pemerintah Kabupaten Lombok Barat selama kurun waktu tersebut dapat melaksanakan kewajiban finansial jangka pendek secara tepat waktu.

  Ekuitas Dana yang merupakan kekayaan bersih pemerintah (selisih antara aset dan utang pemerintah) mengalami pertumbuhan rata – rata sebesar 14,73 persen per tahun yang terdiri dari 54,31 persen Ekuitas Dana Lancar dan 13,76 persen Ekuitas Dana Investasi. Sehingga rasio kewajiban terhadap ekuitas daerah selama kurun waktu 5 (lima) tahun mencapai 0,02 atau rasio masih berada dibawah 1 yang berarti bahwa terdapat keseimbangan antara kewajiban dengan ekuitas sehingga dapat dikatakan kondisi keuangan tergolong baik dan masih mampu dalam memenuhi kewajibannya. Rasio Lancar (Current Ratio) merupakan kemampuan pemerintah membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki. Pada tahun 2011 Kabupaten Lombok Barat berada pada posisi 3,57 persen, menjadi 3,18 persen pada tahun 2012 dan meningkat pada tahun 2013 menjadi 8,05 persen.

  Rasio Cepat (Quick Ratio) merupakan kemampuan pemerintah membayar kewajiban jangka pendek hanya berdasar aktiva lancar dengan mengabaikan (mengurangi) persediaan. Kabupaten Lombok Barat memiliki Rasio Cepat sebesar 3,12 persen pada tahun 2011 dan 2,67 persen pada tahun 2012, serta meningkat menjadi 7,64 persen pada tahun 2013.

  Rasio total hutang terhadap total aset menunjukan porsi hutang dibandingkan dengan total aset atau Debt To Asset Ratio, semakin kecil rasio hutang terhadap aset menunjukan kemandiran yang baik suatu daerah. Kabupaten Lombok Barat memiliki rasio hutang terhadap aset sebesar 0,022 persen pada tahun 2011, 0,013 persen pada tahun 2012, dan menurun menjadi 0,012 persen pada tahun 2013.

  Rasio Hutang terhadap Modal (Debt To Equity Ratio) juga menunjukkan posisi hutang terhadap modal, di mana rasio hutang terhadap modal Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2011 adalah sebesar 0,023 persen, pada tahun 2012 sebesar 0,014 persen dan 0,012 persen pada tahun 2013, secara lengkap perkembangan rasio keuangan seperti yang tertera pada tabel 9.3.

  Ta be l 9 . 3 .

An a lisis Ra sio Ke u a n ga n Ka bu pa t e n Lom b ok Ba r a t

Ta h u n 2 0 0 9 - 2 0 1 3

  

NO Uraian 2009 2010 2011 2012 2013

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

1 Rasio Lancar (C urrent

  47.32

  3.82

  3.57

  3.18

  8.05 Ratio)(%) uick Ratio)

  2 Rasio Cepat (Q

  40.38

  3.28

  3.12

  2.67

  7.64 Debt To

  

3 Rasio Hutang Aset ( 0.001 0.034 0.022 0.013 0.012

Asset Ratio) (%)

  

4 Rasio Hutang Modal ( Debt To 0.001 0.035 0.023 0.014 0.012

Equity Ratio) (%)

  Sum ber : DPPKD Kabupat en Lom bok Bar at

9.3.1.3. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah

  Selama kurun waktu periode tahun 2009 - 2013, rata-rata belanja daerah Kabupaten Lombok Barat untuk memenuhi kebutuhan aparatur mencapai 32,92 persen. Hal ini menunjukkan bahwa alokasi belanja untuk memenuhi kebutuhan aparatur masih relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan belanja untuk masyarakat. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kebijakan pengelolaan keuangan daerah lebih difokuskan untuk pembiayaan pembangunan yang berorientasi kepada masyarakat Kabupaten Lombok Barat, sedangkan pembiayaan dalam rangka pemenuhan kebutuhan aparatur lebih berorientasi sebagai fasilitator pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat sesuai fungsi - fungsi pemerintahan. Secara lengkap proporsi penggunaan anggaran Kabupaten Lombok Barat selama tahun 2009 – 2013 terdapat pada tabel 9.4.

  

Ta be l 9 . 4 .

Pr opor si Pe n gg u n a a n An gg a r a n Ka bu pa t e n Lom bok Ba r a t Ta h u n 2 0 0 9 – 2 0 1 3

  

No Uraian Total Belanja Total Pengeluaran Persentase

Untuk Pemenuhan (Belanja + Kebutuhan Pengeluaran Aparatur (Rp) Pembiayaan) (Rp)

  1

  2

  3

  4

  5

  1 Tahun Anggaran 2009 140,453,083,288.99 545,865,229,618.55

  25.73

  2 Tahun Anggaran 2010 210,547,018,071.00 649,569,436,112.38

  32.41

  3 Tahun Anggaran 2011 298,013,483,439.00 878,754,386,192.88

  33.91

  4 Tahun Anggaran 2012 313,656,844,530.60 907,899,974,905.82

  34.55

  5 Tahun Anggaran 2013 363,348,587,872.69 1,046,421,593,653.90

  34.72 Rata – rata 265,203,803,440.46 805,702,124,096.71

  32.92 Sum ber : DPPKD Kabupat en Lom bok Bar at

9.3.1.4. Analisis Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat Serta Prioritas Utama

  2.98 B PENGELUARAN

  2 PEMBAYARAN HUTANG

  400,000,000.00 - 1,000,000,000.00 3,300,000,000.00 9,288,523,750.00 103.82

  MODAL (INVESTASI) PEMERINTAH DAERAH

  Pengeluaran periodik pemerintah daerah yang dibebankan pada keuangan daerah selama kurun waktu tahun 2009 – 2013 terlihat pada tabel 9.5.

  2 BELANJA BUNGA - - 811,600,410.00 1,469,410,770.00 365,880,141.00

  13.96

  1 BELANJA PEGAWAI 327,657,474,639.00 403,523,046,441.00 442,065,774,313.67 504,229,205,199.00 550,057,817,181.00

  13.98

  8 A BELANJA TIDAK LANGSUNG 327,657,474,639.00 403,523,046,441.00 442,877,374,723.67 505,698,615,969.00 550,423,697,322.00

  7

  6

  5

  4

  3

  2

  1

  

Tabel 9.5.

Pengeluaran Periodik,Wajib dan Mengikat Serta Prioritas Utama

Kab. Lombok Barat Tahun 2009 – 2013

N o U r a ia n Ta h u n Ra t a - r a t a Pe r t u m b u h a n ( % ) 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3

PEMBIAYAAN DAERAH 400,000,000.00 750,393,630.29 12,284,412,090.00 15,720,011,519.17 15,446,055,182.00 412.72

1 PENYERTAAN

  • 750,393,630.29 11,284,412,090.00 12,420,011,519.17 6,157,531,432.00 454.48

  Pemerintah Kab. Lombok Barat belum memiliki perusahaan daerah yang mampu menunjang peningkatan pendapatan daerah . PDAM Menang Mataram adalah perusahaan daerah yang dimiliki bersama dengan pemerintah Kabupaten Lombok Barat.

  142.443.072.318,14 cukup relevan dengan trend pertumbuhan pendapatan daerah yang

  Secara umum pengeluaran wajib, periodik dan prioritas utama Kabupaten Lombok Barat selama tahun 2009 – 2013 mengalami trend meningkat yang signifikan dengan rata – rata pertumbuhan sebesar 14,73 persen per tahun, Belanja Daerah selama 5 (lima) tahun terakhir dapat tumbuh rata – rata 13,98 persen per tahun

  14.73 Sum ber : DPPKD Kabupat en Lom bok Bar at

  Pengeluaran Periodik,Wajib dan Mengikat Serta Prioritas Utama 328,057,474,639.00 404,273,440,071.29 455,161,786,813.67 521,418,627,488.17 565,869,752,504.00

9.3.2 Keuangan Perusahaan Daerah

9.4 Permasalahan dan Analisa Keuangan

9.4.1 Kondisi Keuangan Pemerintah Kab. Lombok Barat Pendapatan Daerah Kab. Lombok Barat pada TA 2014 mengalami peningkatan sebesar Rp.

  terjadi pada tahun –tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 2013, 2012, 2011 dan 2010. Sementara jumlah pengeluarannya masih cukup besar daripada jumlah pendapatannya. Hal demikian disebabkan oleh beberapa hal antara lain: a. Lemahnya manajemen/pengelolaan pendapatan daerah di unit-unit pengelola PAD, khususnya dari segi dukungan teknologi sistem informasi dan SDM baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.

  b. Lemahnya penegakan peraturan-peraturan yang ada.

  c. Banyaknya peraturan daerah yang sudah tidak sesuai dengan situasi sekarang.

  d. Belum akuratnya data dan sistem yang ada sehingga kurang mendukung perhitungan penerimaan pendapatan daerah e. Lemahnya koordinasi dalam rangka optimalisasi Pendapatan Daerah khususnya PAD.

  f. Proses transisi di pemerintah pusat juga turut menjadi penyebab turun drastisnya pendapatan/penerimaan dari kelompok Dana Perimbangan, khususnya pada pos DAK.

9.4.2 Proyeksi Kemampuan Keuangan Kab. Lombok Barat

  Proyeksi kemampuan keuangan Kab. Lombok Barat disesuaikan dengan kondisi keuangan Pemerintah Kab. Lombok Barat :

  1. Dihitung untuk kurun waktu 5 tahun

  2. Menggunakan asumsi dasar sebagai berikut :

  • Melihat kecendrungan trend ( past trend )
  • Estimasi pertumbuhan akibet action plan
  • Kebijaksanaan khusus pemerintah Kab. Lombok Barat

  3. Proyeksi ketersediaan dana untuk pelaksanaan RPI2JM

  4. Perhitungan kemampuan memimjam Pemerintah Kab. Lombok Barat

A. Proyeksi Penerimaan dan Belanja

  Ditinjau dari kontribusi terhadap total Belanja Daerah, pos Belanja Pegawai merupakan pos yang paling tinggi menyerap Belanja Daerah yaitu sekitar 34,72 % dari total Belanja Daerah. Penambahan Belanja Pegawai pada TA 2011 cukup tinggi yaitu sebesar 29,53 % diasumsikan pos ini untuk lima tahun mendatang kenaikannya tidak sebesar seperti tahun sebelumnya, sehingga pos belanja lainnya seperti Belanja Barang dan Jasa serta Belanja Modal penyerapannya dapat ditingkatkan khususnya untuk membiayai prasarana kota.

B. Proyeksi PAD dan Dana Perimbangan

  Perhitungan proyeksi PAD dan Dana Perimbangan didasarkan pada :

  1. Dihitung untuk kurun waktu 5 tahun

  2. Menggunakan asumsi atas dasar trend historis, yang disesuaikan dengan inflasi yang berlaku serta kesepakatan antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kab. Lombok Barat

  3. Analisis selama kurun waktu proyeksi tersebut unsur PAD dan penerimaan yang memberikan kontribusi terbesar. Dilihat dari pertumbuhan per tahun maka dapat dilihat bahwa pertumbuhan pendapatan sangat bervariatif ada yang meningkat dengan tajam dan ada yang turun (minus). Peningkatan pendapatan terbesar terjadi pada peningkatan Retribusi daerah yaitu sebesar yaitu 53,27 % sedangkan pertumbuhan terendah pada Dana Bagi Hasil Pajak / Non Pajak yaitu 8,95 %. Prosentase untuk proyeksi pertumbuhan digunakan asumsi atas dasar trend historis serta kesepakatan antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kab. Lombok Barat.

  Prosentase proyeksi pertumbuhan terbesar di proyeksikan pada pendapatan dari Dana Alokasi Khusus yaitu sebesar 53,27 % sedangkan untuk Pendapatan Asli Daerah proyeksi pertumbuhan terbesar ada pada Pendapatan lain yang syah. Untuk lebih rinci Proyeksi PAD dan Dana Perimbangan Pemerintah Kab. Lombok Barat dapat dilihat pada Tabel 9.6 berikut.

  

Tabel 9.6.

No, Uraian 1 2 Jml Penerimaan Jml Penerimaan Jml Penerimaan Jml Penerimaan Jml Penerimaan Jml Penerimaan Jml Penerimaan Jml Penerimaan Jml Penerimaan Jml Penerimaan 2009 (Rp) 2010 (Rp) 2011 (Rp) 2012 (Rp) 2013 (Rp) Rata . Rata 2016 (Rp) 2017 (Rp) 2018 (Rp) 2019 (Rp) 2020 (Rp) 3 4 5 Proyeksi APBD Kab. Lombok Barat 2016-2020 6 7 Pertumbuhan (%) 8 7 7 7 7 7 1,2, HASIL RETRIBUSI DAERAH 5.733.996.667,97 14.975.610.692,96 24.909.373.028,99 18.095.292.593,67 20.434.219.631,24 53,27 94.009.093.993,46 133.202.429.566,22 193.274.054.998,58 285.345.835.298,77 426.464.252.964,86 1,1 HASIL PAJAK DAERAH 16.741.812.894,00 22.146.967.749,13 33.231.396.593,42 39.235.278.600,61 57.019.888.685,00 36,43 201.815.701.286,12 254.564.815.816,71 326.530.432.770,80 424.713.123.981,25 558.663.769.599,68 1,3 4.989.277.405,00 6.608.793.073,00 8.720.118.587,00 7.888.702.677,00 9.261.634.147,00 18,07 24.505.892.879,93 27.260.530.432,97 30.512.930.991,85 34.353.040.331,71 38.887.057.429,29 A PENDAPATAN DAERAH 513.604.922.120,06 649.615.368.685,57 864.044.489.594,21 852.081.765.246,73 994.524.837.564,87 18,71 2.658.234.537.755,21 2.969.514.622.660,82 3.339.035.211.452,28 3.777.693.102.406,61 4.298.423.884.758,50 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 32.327.532.025,26 49.993.484.637,34 133.284.360.432,23 94.443.831.071,73 110.062.021.636,95 52,16 497.800.574.003,59 700.045.002.918,02 1.007.780.125.954,23 1.476.029.889.166,12 2.188.518.728.869,34 DAERAH YANG DIPISAHKAN HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN 2,3, DANA ALOKASI KHUSUS 50.917.000.000,00 46.058.100.000,00 53.252.800.000,00 60.378.910.000,00 76.993.640.000,00 11,74 184.412.577.695,70 197.023.560.981,17 211.115.073.704,36 226.860.930.021,25 244.455.349.869,75 2,2 DANA ALOKASI UMUM 324.113.809.000,00 409.929.312.000,00 466.322.850.000,00 553.918.195.000,00 612.621.760.000,00 17,40 1.603.902.594.071,88 1.776.385.459.200,39 1.978.880.342.861,26 2.216.609.336.279,12 2.495.703.174.551,68 2,1 27.853.459.630,00 44.160.211.848,00 39.495.941.006,00 42.304.957.177,00 34.146.005.347,00 8,95 78.305.247.112,18 82.257.499.250,17 86.563.477.954,50 91.254.841.752,87 96.366.082.611,20 1,4 LAIN . LAIN PAD YANG SAH 4.862.445.058,29 6.262.113.122,25 66.423.472.222,82 29.224.557.200,45 23.346.279.173,71 228,35 849.819.405.087,54 2.737.070.788.111,76 8.933.860.704.271,81 29.281.020.393.983,30 96.090.919.235.151,00 2 DANA PERIMBANGAN 402.884.268.630,00 500.147.623.848,00 559.071.591.006,00 656.602.062.177,00 723.761.405.347,00 15,90 1.850.558.525.832,34 2.029.719.267.989,50 2.237.366.568.149,66 2.478.029.789.035,29 2.756.958.462.041,72 PAJAK BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL BUKAN 3,2 16.795.610.150,17 19.456.434.800,23 22.370.044.515,98 22.189.409.089,00 24.505.491.290,92 10,11 57.220.248.508,90 60.527.710.463,64 64.169.556.822,00 68.179.593.847,20 72.595.045.615,63 3,1 PENDAPATAN HIBAH 9.007.461.000,00 1.840.810.678,00 2.372.053.290,00 17,79 6.248.641.824,17 6.938.286.924,40 7.750.619.887,96 8.707.466.885,74 9.834.536.964,42 3 78.393.121.464,80 99.474.260.200,23 171.688.538.155,98 101.035.871.998,00 160.701.410.580,92 29,35 508.492.930.083,81 610.569.741.057,91 742.606.096.052,91 913.395.121.238,93 1.134.310.725.317,06 DANA BAGI HASIL PAJAK DARI PROVINSI DAN PEMERINTAH DAERAH YANG SAH LAIN . LAIN PENDAPATAN DAERAH LAINNYA . . No Ur a ia n 3,4 45.074.750.314,63 16.581.175.000,00 4.516.600.000,00 1.481.469.231,00 28.300.000.000,00 401,77 3.603.501.398.535,09 17.967.588.057.429,50 90.042.265.685.764,20 451.691.375.621.459,00 2.266.338.114.545.790,00 3,3 7.515.300.000,00 63.436.650.400,00 144.801.893.640,00 75.524.183.000,00 105.523.866.000,00 40,05 395.391.705.283,29 511.483.774.916,25 674.070.718.437,21 901.773.732.838,31 1.220.671.804.507,05 DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI ATAU PEMERINTAH DAERAH LAINNYA BANTUAN KEUANGAN DARI PROVINSI KHUSUS T a h u n Pe r t u m b u h a n Ra t a - r a t a T a h u n A BELANJA TIDAK LANGSUNG 327.657.474.639,00 403.523.046.441,00 442.877.374.723,67 505.698.615.969,00 550.423.697.322,00 13,98 550.423.697.322,00 550.423.697.322,00 550.423.697.322,00 550.423.697.322,00 550.423.697.322,00 1 BELANJA PEGAWAI 327.657.474.639,00 403.523.046.441,00 442.065.774.313,67 504.229.205.199,00 550.057.817.181,00 13,96 550.057.817.181,00 550.057.817.181,00 550.057.817.181,00 550.057.817.181,00 550.057.817.181,00 2 BELANJA BUNGA - - 811.600.410,00 1.469.410.770,00 365.880.141,00 2,98 365.880.141,00 365.880.141,00 365.880.141,00 365.880.141,00 365.880.141,00 1 B PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 400.000.000,00 750.393.630,29 12.284.412.090,00 15.720.011.519,17 15.446.055.182,00 412,72 15.446.055.182,00 15.446.055.182,00 15.446.055.182,00 15.446.055.182,00 15.446.055.182,00 2 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9 2 0 2 0 3 4 5 6 7 ( % ) 8 7 7 7 7 7 Pengeluaran Periodik.Wajib dan Mengikat Serta Prioritas Utama 2 - PEMBAYARAN HUTANG 750.393.630,29 11.284.412.090,00 12.420.011.519,17 6.157.531.432,00 454,48 6.157.531.432,00 6.157.531.432,00 6.157.531.432,00 6.157.531.432,00 6.157.531.432,00 1 400.000.000,00 1.000.000.000,00 3.300.000.000,00 9.288.523.750,00 103,82 9.288.523.750,00 9.288.523.750,00 9.288.523.750,00 9.288.523.750,00 9.288.523.750,00 - PENYERTAAN MODAL (INVESTASI) PEMERINTAH DAERAH 328.057.474.639,00 404.273.440.071,29 455.161.786.813,67 521.418.627.488,17 565.869.752.504,00 14,73 565.869.752.504,00 565.869.752.504,00 565.869.752.504,00 565.869.752.504,00 565.869.752.504,00 SURPLUS / DEFISIT 185.547.447.481,06 245.341.928.614,28 408.882.702.780,54 330.663.137.758,56 428.655.085.060,87 3,98 2.092.364.785.251,21 2.403.644.870.156,82 2.773.165.458.948,28 3.211.823.349.902,61 3.732.554.132.254,50

  Sumber: Analisis 2015

  ASPEK PEMBIAYAAN | 9 - 16

9.5 Rencana Pembiayaan Program

  9.5.1 Rencana Pembiayaan